• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Menghindari Sikap Fitnah

Dalam dokumen Buku Siswa Akhlak-xii (Halaman 177-182)

BAB VIII : PRILAKU TERCELA

D. Upaya Menghindari Sikap Fitnah

Adapun upaya menghindari fitnah adalah sebagai berikut:

1) Kedamaian dan ketentraman; Fitnah dapat menimbulkan kekacauan bagi masyarakat, sebaliknya, menghindari perilaku fitnah membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua orang. 2) Persaudaraan; Tidak saling memfitnah tercipta persaudaraan di

masyarakat, sebagian mereka menyayangi kepada sebagian yang lain. Menjaga persaudaraan dianjurkan oleh Rasulullah saw. artinya : Barang siapa yang tidak menyayangi manusia maka ia tidak akan disayangi Allah.

Menghindari perilaku memfitnah akan menciptakan : a). persaudaraan di antara umat manusia,

b). persaudaraan antar bangsa, c). persaudaraan antar manusia. d) Persatuan dan kesatuan;

Rasulullah menganjurkan agar setiap orang beriman harus saling menguatkan, bersatu, tidak saling menggunjing, memfitnah, adu domba. Oleh karena itu apabila setiap orang dapat memelihara diri dari

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 178 sikap menfitnah, maka akan tercipta keharmonisan dan kedamaian hidup di tengah-tengah masyarakat.

5. NAMIMAH

a. Pengertian Namimah

Menurut bahasa Namimah artinya mengadu domba. Sedangkan menurut istilah namimah adalah suatu perbuatan menceritakan aib seseorang dengan maksud mengadu domba.

Perilaku ini biasa dimunculkan oleh perasaan iri hati dan dengki terhadap keberuntungan yang dimiliki orang lain. Pelaku namimah juga cenderung menghasut orang lain agar ikut menjatuhkan orang yang tidak dia sukai dengan memancing permusuhan diantara mereka. Setelah timbul percecokan antara pihak yang di adu domba, pelaku namimah akan memanasi mereka dengan fitnah dan kebohongan hingga hancur salah satu satu atau bahkan seluruh pihak tersebut. Naudzubillah! Betapa jahatnya orang-orang yang melakukan namimah.

Namimah tidak hanya menimpa hubungan antar individu, tapi juga kelompok, suku, bangsa, bahkan negara. Tidak ada satu kebaikan pun bagi pelaku namimah. Sebagai seorang muslim, kita harus menghindarkan perilaku keji ini dari diri dan keluarga kita.

b. Bentuk-Bentuk Namimah

Bentuk perkelahian mempunyai keterkaitan dengan namimah. Berawal dari ucapan atau cerita, baik yang dilakukan oleh seseorang maupun bersama orang lain. Kadang-kadang perkelahian juga bisa berawal dari namimah yang dilakukan oleh satu pihak, atas pihak lainnya, lalu meledaklah rasa ghodhob tersebut antara dua pihak yang diadu, hingga terjadi perkelahian. Bisa pula muncul ghodhob dulu antara dua orang, lalu ada orang ketiga yang memperkeruh suasana dan akhirnya perkelahian tak terhindarkan, yang intinya bahwa ghodhob adalah akhlak sangat tercela dan bisa menimbulkan kehancuran bersama.

Pada dasarnya, bentuk namimah adalah sama, yakni hasutan yang berbuah adu domba dan perpecahan antar kelompok.

c. Larangan Berbuat Namimah

Setiap muslim diwajibkan untuk menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil alaimin. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membuktikan hal tersebut adalah dengan bersikap sesuai dengan syari’at Islam, melaksanakan perintah dalam agama dan menjauhi larangannya. Namimah adalah salah satu pebuatan yang dilarang agama, oleh karena itu setiap mulim harus menjauhkan diri dari sikap ini.

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 179 cermati larangan Allah swt. mengenai namimah dalam QS. Al-Qalam ayat 10 dan 11 di bawah ini.

         

Artinya: “Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina. Suka mencela yang kian kemari menyebabkan fitnah.” (Q.S. Al-Qalam: 10-11)

Seseorang yang tidak hati-hati dalam bersumpah dan berjanji rawan mengingkarinya. Ingkar janji dapat menimbulkan kebohongan yang berpeluang menjadi namimah. Untuk itu, agar lebih terhindar dari namimah, berpikirlah masak-masak sebelum memberi janji atau bersumpah. Hal lain yang dapat membantu menghindarkan kita dari namimah, difirmankan Allah swt. dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 6 berikut:

6. ٍةَلاَهَجِب اًمْوَق اوُبيِصُت نَأ اۤوُنَيَبَتَف ٍإَبَنِب ٌقِساَف ْمُكَءخَج نِإ اوُنَماَء َنيِذَلا اَهُيَأاَي :تارجحلا( َنيِمِداَن ْمُتْلَعَفاَم ٰىَلَع اوُحِبْصُتَف 6

)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang

fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat: 6)

Banyak akibat yang muncul dari perbuatan namimah, diantaranya adalah perkelahian. Namun, Islam bukanlah agama yang menyukai perkelahian bagi umatnya. Sebaliknya, Islam mengajarkan kasih sayang pada semua orang, baik sesama muslim atau selainnya. Rasulullah saw. bersabda: “Jangan menolak hadiah dan jangan

memukul kaum muslimin.”

Islam adalah agama yang mulia. Selain melarang perpecahan umat secara langsung seperti perkelahian, Islam juga menghimbau umatnya agar menghindari perpecahan tidak langsung seperti menghasut, memfitnah, dan namimah.

d. Perilaku Menghindari Perbuatan Namimah

Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar terhindar dari perilaku namimah.

a. Menghindari permusuhan dengan menyebarkan kasih sayang kepada sesama.

b. Berusaha bertenggangrasa dan memahami kondisi orang lain. c. Tidak mudah mempercayai sebuah berita tanpa meneliti

kebenarannya lebih dulu.

d. Senantiasa berhusnudzan pada orang lain.

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 180 6. GHIBAH

a. Pengertian Ghibah

Ghibah atau menggunjing adalah perilaku membicarakan sesuatu pada diri orang lain, yang jika orang tersebut mendengarnya, dia tidak akan merasa senang. Sesuatu yang dibicarakan dalam ghibah adalah hal-hal yang benar adanya. Sedangkan jika yang dibicarakan tidak benar, maka orang yang membicarakan tersebut telah berbuat fitnah.

Ghibah adalah hal yang sangat erat kaitannya dengan masyarakat, terutama kaum wanita. Banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk mengghibah. Tidak ada sedikit pun keuntungan yang dapat diperoleh dari perbuatan ini, kecuali terpuaskannya nafsu syaithani yang pada akhirnya akan menjerumuskan pada dosa bagi pelakunya. Sementara itu, orang yang terghibah tidak akan merasa senang, apalagi jika yang dibicarakan mengenai dirinya bukan sesuatu yang benar. Dia akan merasa tertekan, tersakiti, marah, sedih dan berbagai perasaan terdzolimi lainnya. Jika hal semacam ini terus berlanjut, yang akan terjadi adalah permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.

b. Larangan Ghibah

Allah swt. telah menciptakan aturan yang benar dan adil bagi hamba-hambaNya. Tidak akan ada satu pun yang terdzolimi oleh hukum Allah swt. ini. Salah satu yang telah Allah swt. tetapkan adalah mengenai hukum ghibah, yakni haram. Hal ini telah cukup menjadi bukti bahwa Islam sangat menjaga kehormatan diri seseorang.

Namun demikian, para ulama telah bersepakat bahwa pada beberapa kondisi darurat, seseorang diperbolehkan untuk mengghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Beberapa kondisi yang diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Seseorang yang teraniaya kemudian melaporkan penganiayaan yang menimpa dirinya itu pada pihak yang berwajib, agar mendapat hukum yang jelas.

b. Membicarakan pribadi orang lain dengan tujuan untuk menjalin hubungan jual beli, pernikahan atau menitipkan hal yang penting kepada orang tersebut.

c. Membicarakan keburukan orang lain untuk instropeksi bersama atau membantu orang tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain untuk kondisi darurat seperti yang disebutkan di atas, Islam tetap menghimbau umatnya agar menghindari perbuatan gibah atau menggunjing. Allah swt. telah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 12 berikut:.

7. )21: تارجحلا( .... اًضْعَب ْمُكُضْعَب بَتْغَيَلاَو ... Artinya: “… dan janganlah ada di antara kamu yang

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 181 Karena begitu buruknya ghibah, Allah swt. juga telah mengumpamakan pelakunya dengan sesuatu yang sangat menjijikkan sebagaimana firmannya dalam QS. Al-Hujjurat ayat 12 di bawah ini:

8. )21: تارجحلا( .... ُهوُمُتْهِرَكَف اًتْيَم ِهيِخَأ َمْحَل َلُكْأَي نَأ ْمُكُدَحَأ ُبِحُيَأ ... Artinya: “… apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik …”

(Q.S. Al-Hujurat: 12)

Sudah seharusnya sebagai muslim kita menghindari ghibah, karena tidak ada manfaat yang dapat kita peroleh dari berbuat demikian. Jika terdapat kesalahan pada diri saudara kita, sebaiknya kita menegur dan mengingatkannya dengan baik. Sebaliknya, menghibahnya tidak akan membawa kebaikan pada dirinya, bahkan akan cenderung menyakitinya.

Pada dasarnya, Gibah atau menggunjing merupakan keinginan untuk membinasakn orang lain, dengan cara menjatuhkan kehormatan, martabat dan nama baik orang tersebut. Seorang penghibah juga seorang pengecut. Dia hanya seorang yang mampu berbicara sembunyi-sembunyi mengenai kejelekan orang lain tanpa mau mengkoreksi dirinya sendri.

c. Dampak Negatif dari Perbuatan Ghibah

Berikut adalah beberapa dampak negatif yang akan terjadi jika kita terus mengembangkan perilaku ghibah.

a. Dapat memutus hubungan silaturahmi, pekerjaan, atau hubungan lain dengan orang lain.

b. Hilangnya ketentraman dan kedamaian hidup.

c. Merupakan penyulut permusuhan antar masyarakat, jika yang digunjing tidak dapat menerima gunjingan atas dirinya.

d. Perilaku Menghindari Ghibah

Ghibah merupakan perilaku tercela yang hanya akan membawa kerugian bagi pelakunya maupun orang lain. Jika seseorang telah menyadari kerugian-kerugian yang diperoleh dengan berbuat ghibah, seperti menghilangkan rahmat Allah swt., memancing pemusuhan dan merendahkan dirinya sendiri, tentu dengan sendirinya orang tersebut akan menghindari perilaku tidak terpuji ini.

Jika timbul keinginan untuk mengghibah, segeralah mengkoreksi dan berkaca pada kekurangan diri sendiri. Jika kita tidak ingin aib dan kekurangan kita dibicarakan orang lain, tentunya orang lain juga tidak menginginkan hal itu terjadi pada dirinya. Jika kita ingin dijaga dari ghibah, maka jagalah orang lain dengan tidak mengghibahnya. Sebaiknya kita juga harus menyadari kesalahan diri kita sendiri. Mungkin saja, orang yang kita cela lebih baik kedudukannya dimata Allah swt. dibanding dengan kita.

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 182 Sebuah syair menyebut sebagai berikut: “Jika kau cela orang yang

pada dirimu ada cela itu pula lalu bagaimana dengan celaan orang yang lebih tercela? Jika kau cela seseorang yang cela itu tidak ada padanya akibatnya sangat besar di sisi Allah dan juga manusia.”

Jika dia tidak mempunyai aib, yang lebih baik baginya ialah mensyukuri nikmat Allah yang dilimpahkan kepadanya dan dia tidak perlu mengotori diri sendiri dengan aib yang sangat buruk, yaitu ghibah. bila dia tidak rida dighibah orang lain, mestinya ia juga tidak rida jika menghibah orang lain.

D.

PERILAKU ORANG YANG MEMILIKI PERILAKU TERCELA

Dengan memahami ajaran Islam mengenai perilaku tercela maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :

1. Memahami pengetahuan tentang dzalim, diskriminasi, gadab, fitnah, namimah, dan gibah dengan baik sehingga kita tidak akan melakukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

2. Akan selalu menghindari perilaku dzalim, diskriminasi, gadab, fitnah, namimah, dan gibah

3. Akan menjadi teladan atau memberi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

E. AYO DISKUSI

Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas.

F. RANGKUMAN

Dalam dokumen Buku Siswa Akhlak-xii (Halaman 177-182)