• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Siswa Akhlak-xii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Siswa Akhlak-xii"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 1 KURIKULUM

(2)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 2

Kata Pengantar

Alhamdulillah, hanya berkat karunia dan hidayah Allah SWT. Kami dapat menyelesaikan buku Meneladani Akhlak 3 kelas XII untuk Madrasah Aliyah Program Keagamaan., Sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi agung Muhammad SAW semoga di yaumil qiyamah akan mendapatkan syafaatNya amin ya robal ‘alamin.

Buku Meneladani Akhlak 3 kelas XII Madrasah Aliyah Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan disusun secara metodologi dan substansi sesuai aturan-aturan yang ada. Disusun dengan ringkas,singkat, padat gambang, mudah dicerna, dilengkapi kerangka pembelajaran, dan jauh dari kesan menggurui. Cara ini kami tempuh untuk memberi kenyamanan optimal kepada peserta didik/siswa. Diharapkan buku ini menjadi mitra belajar yang mengasyikkan bagi kalian. Secara psikologis, akan menemukan kemerdekaan dalam belajar.

Pembahasan Meneladani Akhlak 3 kelas XII Madrasah Aliyah Program Keagamaan Kurikulum 2013, akan dihamparkan secara mendetail dalam setiap bab. Dengan dasar-dasar Al-qur’an Hadits dan buku-buku yang relevan.

Penyusunan buku ajar ini semoga dapat menciptakan suasana pembelanjaran yang aktif, kreatif, inovatif, komunikatif dan menyenangkan.

Akhirnya, kami menyadari segala kekurangan dan kekhilafan dalam metodologi maupun substansi, maka sumbangsih saran, kritik yang konstruktif selalu kudambakan untuk perbaikan penyusunan buku selanjutnya. semoga bermanfaat bagi kita semua amin.

(3)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 3

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

A. Konsonan

No. Arab Nama Indonesia Kode

1 ا alif a 2 ب ba’ b 3 ت ta’ t 4 ث tha’ th 5 ج jim J 6 ح ha’ h} h, shift+} 7 خ kha’ Kh 8 د dal D 9 ذ dhal Dh 10 ر ra’ R 11 ز za’ Z 12 س sin S 13 ش shin Sh 14 ص sad s} s, shift+} 15 ض dad d} d, shift+} 16 ط ta’ t} t, shift+} 17 ظ za’ z} z, shift+} 18 ع ‘ayn ‘ 19 غ ghayn Gh 20 ف fa’ F 21 ق qaf Q 22 ك kaf K 23 ل lam L 24 م mim M 25 ن nun N 26 و waw W 27 ـه ha’ H 28 ء hamzah ’ 29 ي ya’ Y B. Vokal

1. Vokal Tunggal (Monoftong)

Arab Nama Indonesia

fathah a

(4)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 4

dammah u

2. Vokal Rangkap (Diftong)

Arab Nama Indonesia

ْيـَــ fathah dan ya’ ay

ْوـَــ fathah dan waw aw

3. Vokal Panjang (Mad)

Arab Nama Indonesia Kode

اَــ fathah dan alif ā a, shift+>

ْيـِــ kasrah dan ya’ ī I, shift+>

ْوُــ dammah dan waw ū u, shift+>

C. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:

1. ta' marbutah yang hidup atau berharakat fathah, kasrah, atau dammah ditransliterasikan adalah “ t “.

2. ta' marbutah yang mati atau yang mendapat harakat sukun ditransliterasikan dengan “ h ”.

(5)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 5 ANALISIS KOMPETENSI INTI (KI) DAN KOMPETENSI DASAR (KD) MATA PELAJARAN AKHLAK PEMINATAN ILMU-ILMU KEAGAMAAN

(6)
(7)
(8)
(9)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 9

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Sambutan Pedoman Translitasi Daftar Isi BAB II.

BAB I TARIKAT TOKOH DAN AJARANNYA

A Pengertian Tarikat 000 B Tarikat Qodiriyah 000 C Tarikat Maulawiyah 000 D Tarikat Maulawiyah 000 E Tarikat Syatiriyah F Tarikat Naqsabandiyah G Tarikat Suhrawardiyah BAB II ADAB DALAM ISLAM

A Adab di masjid 000

B Adab membaca Al Qur’an 000

C adab berdo’a 000

BAB III PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN

A Pengertian Masyarakat Modern 000

B Problematika Masyarakat Modern 000

C Relevansi Tasawuf Dalam Kehidupan Modern 000 D Peranan Tasawuf Dalam Kehidupan Modern

BAB IV KISAH ORANG-ORANG DURHAKA

A Perilaku Tercela Qarun 000

B Menghindari Perilaku Tercela Seperti Qarun 000

C Perilaku Tercela Kan’an 000

(10)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 10

BAB V KEWAJIBAN MANUSIA

A Kewajiban Manusia Terhadap Allah dan Rasul 000 B Kewajiban manusia terhadap diri sendiri, kedua orang

tua, dan keluarga.

000 C Kewajiban terhadap sesama muslim dan sesama

manusia.

000

BAB VI PERILAKU TERPUJI

A Pengertian sabar, pemaaf, jujur, ukhuwwah, tasamuh dan istiqamah (disiplin)

000 B Membiasakan perilaku adil, sabar, pemaaf, jujur

ukhuwwah, tasamuh dan istiqamah (disiplin)

000 C Hikmah dan manfaat dari perilaku adil, sabar/ridla,

sabar, pemaaf, jujur, ukhuwwah, tasamuh dan istiqamah (disiplin )

BAB VII PERILAKU TERCELA A

.

Pengertian dzalim, diskriminasi, ghadab, fitnah, namimah dan ghibah.

000 B

.

Menghindari perilaku dzalim, diskriminasi, ghadab, fitnah, namimah dan ghibah

000

BAB VIII KISAH ORANG-ORANG SALIH

A. Kisah Umar bin Abdul Aziz 000

B. Akhlak utama Umar bin Abdul Aziz 000

C. Kisah Salahuddin Al Ayyubi 000

(11)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 11

BAB I

: TARIKAT DAN TOKOH-TOKOHNYA

Dalam sejarah tasawuf kita mengenal berbagai thariqah serta tokoh-tokohnya. Inti dari dari thariqoh adalah upaya sesorang untuk bagimana dapat mendekatkan dirinya kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dengan cara dan metode yang mereka yakini dapat mengatarkannya pada satu tujuan dalam bentuk metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan dirinya dengan Tuhan. Tarekat juga merupakan sebuah persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah A. AYO RENUNGKANLAH QS. Al-Hadid/57: 16                               

Artinya : Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS.al-Hadid/57:16)

(12)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 12

Kompetensi Inti (Ki)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengem-bangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar (KD)

2.3. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok ajaran tarikat Qadiriyah dan ajarannya

3.2. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok tarikat Rifa’iyah dan ajarannya 3.3. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok tarikat Syaziliyah dan ajarannya 3.4. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok tarikat Maulawiyah dan ajarannya 3.5. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok tarikat Syatariyah dan ajarannya 3.6. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok tarikat Naqsabandiyah dan

ajarannya

3.7. Mendiskripsikan sejarah dan pokok-pokok tarikat Suhrawardiyah dan ajarannya

Indikator

Setelah proses pembelajaran diharap peseta didik dapat ;

1. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok ajaran tarikat Qadiriyah dan ajarannya 2. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Rifa’iyah dan ajarannya

3. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Syaziliyah dan ajarannya 4. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Maulawiyah dan ajarannya 5. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Syatariyah dan ajarannya 6. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Naqsabandiyah dan ajarannya 7. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Suhrawardiyah dan ajarannya

(13)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 13

Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan mengamati, menanya, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengomunikasikan, peserta didik diharapkan mampu:

1. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok ajaran tarikat Qadiriyah dan ajarannya 2. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Rifa’iyah dan ajarannya

3. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Syaziliyah dan ajarannya 4. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Maulawiyah dan ajarannya 5. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Syatariyah dan ajarannya 6. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Naqsabandiyah dan ajarannya 7. Menjelaskan sejarah dan pokok-pokok tarikat Suhrawardiyah dan ajarannya

(14)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 14 PETA KONSEP

B. AYO MENGAMATI

Ayo kta amati gambar berikut ini dan buatlah komentar atau pertanyaan !

TARIKAT DAN TOKOH

AJARANNYA

1 Qadiriyah 2 RIFA'IYAH 3 SYAZILIYAH 4 MAULAWIYAH 5 SYATARIYAH 6 NAQSABANDIYAH 7 SUHWAWIYAH

Setelah Anda mengamati gambar disamping buat daftar komentar atau pertanyaan yang relevan. 1. ………. ………. ……….. 2. ………. ………. ………. 3. ……… ……….. ………..

(15)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 15

C. AYO MENDALAMI MATERI

Selanjutnya Saudara pelajari materi berikut ini dan Saudara kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar lainnya

A. Pengertian Tarikat Pengertian secara bahasa

1. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah (ةقيرط ) jamaknya tharaiq

(قرط ) yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode,

system uslub), (3) mazhab, aliran, haluan mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah). 2. Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat

ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan)

menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, sebagai berikut:

1) Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.

2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).

3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.

Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan tasawuf di beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarekat mempunyai dua macam pengertian.

1. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqamaat” dan “Al-Ahwaal”.

(16)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 16 2. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut

ajaran yang telah dibuat seorang Syekh yang menganut suatu aliran Tarekat tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran Tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya.

Dengan demikian pengertian Tarekat secara istilah adalah jalan petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai.

B. Tokoh-tokoh dan Ajaranya dalam Tarikat

1. Tarikat Qodiriyah

a. Tokoh Tarikat Qodiriyah

Tarekat Qodiriyah merupakan nama tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi. Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria . Di Indonesia,tradisi tarekat ini juga masih melekat di masyarakat kita. Syekh Abdul Qadir al-jailani merupakan tokoh yang sangat masyhur. Namanya selalu disebut dalam tradisi Tawasul acara-acara keagamaan. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13.

Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.

Dalam usia 8 tahun Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, dia tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baggdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya

(17)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 17 Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.

b. Ajaran Tarikat Qodiriyah

1. Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah , adalah diamalkan setelah shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih.diluar shalat wajib ,zikir tersebut tidak dilarang untuk diamalkan,bahkan dianjurkan.zikir ini dinamakan zikir Jahar, yakni zikir yang diucapkan dengan suara keras.zikir yang lain yaitu Zikir Khafi, yaitu zikir yang dibaca dalam hati.ini juga menjadi amalan pokok sebagai realisasi tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.

2. Zikir pokok tarekat Qadiriyah yaitu membaca Istighfar paling sedikit dua kali atau duapuluh kali dengan lafadz Astaghfir Allah

al-ghafur al-Rahim.

3. membaca shalawat sebanyak itu pula dengan lafadsz Allahuma

shali’ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallim.

4. membaca La ilaha illallah seratus enampuluh kali setelah selesai shalat fardhu.

Pengucapan lafadz Lailaha illallah memiliki cara tersendiri, yaitu kata la dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari pusat hingga otak, kemudian kata ilaha dibaca sambil menggerakkan kepala kesebelah kanan, lalu kata illallah dibaca dengan keras sambil dipukulkan kedalam sanubari, yaitu kebagian sebelah kiri.

5. membaca Sayyidina Muhammad Rasul Allah Shalallah ‘alaihi wa

sallam.lalu membaca shalawat Allahuma shalli’ala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami al-ahwal wa al-afat

6. membaca surat Al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh Syekh-syekh tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya juga seluruh orang islam baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Selain persyaratan tersebut diatas,setiap orang yang hendak mengikuti tarekat Qadiriyah harus menjalani dua tahapan.

Pertama , yaitu tahap permulaan yang terdiri dari :

1. Mengikuti dan menerima bai’at guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.

2. Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.

3. Pernyataan guru membay’at muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.

4. Pembacaan do’a oleh guru yang terdiri dari do’a umum dan do’a khusus.

(18)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 18 5. Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan

beberapa ayat Al-Quran.

Kedua, tahap perjalanan,

Tahap perjalanan dimaknai sebagai tahap murid menuju Allah melalui bimbingan guru. Murid harus melalui tahap dalam waktu yang bertahun-tahun sebelum ia memperoleh karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya.selama perjalanan itu,murid masih menerima ilmu hakikat dari gurunya.selain itu dia dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi larangannya.murid harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri (mujahadah dan Riyadhah ).

2. Tarikat Rifa’iyah

Ajaran tarekat ini dibangun oleh Syekh Ahmad ar-Rifa’i (1182) di Bashra. Tarekat ini menyebar ke Mesir,Suriah Anatolia di Turki Eropa Timur dan akhir-akhir ini di Amerika Utara. Ciri khas tarekat adalah pelaksanaan zikirnya yg dilakukan ber-sama2 & di iringi dgn suara gendang yg bertalu-talu.Zikir tsb dilakukan sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dpt melakukan perbuatan2 yg menakjubkan,

antara lain berguling-guling dlm cara & tdk mempan oleh senjata tajam.

Rifa’iyah adalah sebuah Organisasi para santri K.H. Ahmad Rifa’i Desa Kalisalak Kecamatan Limpung – Batang – Jawa Tengah Indonesia. Untuk lebih mengenal tentang Rifaiyah disini saya paparkan mengenai tokoh utama Rifa’iyah yaitu Kyai Haji Ahmad Rifa’i. Saya mengutip tulisan ini dari buku karangan H. Ahmad Syadirin Amin yang berjudul “Pemikiran Kiai Haji Ahmad Rifai Tentang Rukun Islam Satu“terbitan Jama’ah Masjid Baiturrahman Jakarta Pusat Tahun 1994/1415 H dengan harapan akan membantu anda mengenal siapa Kiai Haji Ahmad Rifai sehingga diketahui asal muasal Rifa’iyah. Sebelumnya Sebagai Tradisi K.H.Ahmad Rifa’i yang harus saya lestarikan adalah beliau selalu mengawali setiap tulisan beliau dengan bacaan Bismillah dan Hamdallah dan Solawat , setelah membaca Bismillah dan Hamdallah serta solawat maka mari Kita mulai membaca uraian dibawah ini.

a. Tokoh Tarikat Rifa’iyah

Kiai Haji Ahmad Rifai dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau 1786 di desa Tempuran Kabupaten Semarang (saat itu) dari pasangan suami isteri K.H. Muhammad Marhum Bin Abi Sujak Seorang Penghulu Landerad di Kendal dan Siti Rahmah, pada waktu usia Beliau sekitar 6 tahun ayah Beliau wafat (Semoga Allah Mengasihinya), sehingga Beliau mendapat sentuhan kasih sayang dari seorang ayah dalam waktu yang singkat, yaitu selama 6 tahun. pada usianya yang begitu muda itu (6 tahun) itu beliau (Ki Ahmad) sudah diasuh oleh kakaknya yang bernama Nyai Rajiyah istri

(19)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 19 Kiai As’ari seoarang ulama pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Kaliwungu.

Di sinilah Syekhina belajar ilmu agama kepada kiai As’ari dan diamalkan melalui dakwah lisan dan tulisan kepada rakyat sekitarnya, sebelum sampai kesuksesannya menelurkan banyak karya ilmiah yang sarat ilmu dan patriotisme serta cita-cita kemerdekaan yang justru menghadirkannya pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan baginya dan bagi kita (dampaknya sampai sekarang) yaitu: berpisah dengan keluarga dan menikmati masa masa terakhir hidup dalam pengasingan meski sempat ada komunikasi lewat surat-menyurat dengan Maufuro tetapi setelah ketahuan.

Belanda hubungan benar-benar putus dan para murid semakin terpojok oleh isolasi Belanda, kitab-kitab banyak disita Belanda dan sekarang cerita ini hanya diketahui oleh beberapa orang saja bahkan keturunan syeikhina dijawa tidak diketahui, tanah wakaf dijarah penduduk meski sebagian telah dibeli / dimerdekakan oleh para Saudara Rifaiyah yang semoga dimuliakan Allah serta isu klasik yang menyerang para muridnya ditambah tidak adanya regenarasi menjadikan kita minoritas kalah kuantitas bahkan mungkin kualitas.

Beliau hidup dipengasingan sampai ajalnya menjemputnya di Ambon pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H (usia 86 tahun), ada riwayat lain yang mengatakan beliau wafat pada 1292 H (92 tahun, semoga yang ini benar, karena itu berarti beliau panjang umur) di kampung Jawa Tondono Kabupaten Minahasa, Manado Sulawesi Utara dan dimakamkan di komplek makam pahlawan Kiai Modjo di sebuah bukit yang terletak kurang lebih 1 km dari kampung Jawa Tondano (Jaton) mencari ilmu ke Mekkah dan Mesir.

Setelah beberapa kali keluar masuk penjara Kendal dan Semarang karena dakwahnya tegas, dalam usia 30 tahun, Ahmad Rifai berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, ke Madinah ziarah Makam Rosululloh SAW dan memperdalam ilmu di sana selama 8 tahun. Dan kemudian di Mesir selama 12 tahun. Di Haramain (Mekkah dan Madinah) ia berguru kepada Syaikh Abdul Aziz Al Habisyi, Syaikh Ahmad Ustman dan Syaikh Is Al -Barawi. Sedang di Mesir ia berguru pada Syaikh Ibrahim Al Bajuri dan kawan-kawan.

Pulang ke Kendal menjelang kembali ke kampung halaman di Kendal, Kiai Haji Ahmad Rifai bertemu dengan ulama-ulama Indonesia di Mekkah , Nawawi dari Banten, Muhammmad Khallil dari Madura dan teman yang lain. Dalam pertemuan itu, mereka mengadakan musyawarah untuk memikirkan nasib umat di Indonesia yang sedang terbelenggu oleh takhayul, kufarat dan mistis. Bahkan bangsa Indonesia sedang dalam cengkeraman Belanda hasil musyawarah yang mereka sepakati bersama, mengadakan pembaharuan dan pemurnian islam lewat pengajian, diskusi, dialog dan penerjemahan kitab-kitab bahasa Arab ke bahasa Jawa ( Jarwa’ake!).

(20)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 20 Isi dalam karya diutamakan membahas ilmu pokok yaitu Aqidah Islamiah Ibadah Muammalah dan Akhlak. Kiai Nawawi mengemban tugas menyusun kitab Aqidah, Ahmad Rifai Fiqih dan Muhammad Khallil menyusun Tasawuf. Pada tahun 1254 H Haji Ahmad Rifai telah selesai menyusun kitab Nasihatul Awam di Kalisalak Batang Pekalongan. Nawawi menetap di Banten dan Khllil di Madura. Bagi Syekh Nawawi , karena keadaan pada waktu itu masih di bawah jajahan Belanda, dan setiap gerak-gerik ulama selalu diawasi, termasuk kegiatan Nawawi, ia terpaksa kembali ke Mekkah untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada mahasiswa yang berdatangan ke sana dari berbagai negara.

Di Mekkah, ia tinggal disebuah perkampungan Syi’ib Ali sampai wafatnya. Muhammad Khallil memimpin pesantren dan sebagai guru tarekat muktabarah di Bangkalan Madura sampai akhir hayatnya. Sedang Ahmad Rifai sebelum hijrah ke Kalisalak, Haji Ahmad Rifai pulang ke desa Tempuran Kendal ingin melepas rindu dengan keluarga. Namun Tuhan menghendaki lain, istri yang diharapkan bisa memberi semangat dalam perjuangan, telah tiada.

Meskipun demikian, semangat Syeikhina dalam menegakkan kebenaran mengalahkan kebatilan tidak menjadi surut. Tidak lama setelah pulang dari Mekkah, Syeikhina beliau tidak diperkenankan tinggal di Kendal karena Haji Ahmad Rifai selalu mengkritik elit e agama ,birokrasi Belanda dan Masyarakat yang berkolaborasi dengan kolonial Belanda. Karena Menurut Syaikhina Belanda adalah kafir. Strategi Dakwah Pesantren Kaliwungu Kendal adalah sebuah pemondokan para santri dari berbagai daerah belajar mengaji kitab salaf kepada seorang kiai asli keturunan Keraton Yogyakarta Kiai Asy’ari namanya kakak ipar Syeikhina, suami Nyai Rajiyah (kakak perempuan Syeikhina).

Di pesantren inilah Syeikhina dibesarkan dan memperoleh pendidikan dan pembinaan dari Kiai Asy’ari, setelah tumbuh menjadi pemuda dan dianggap cukup pengetahuan ilmu agamanya, Kiai Ahmad Rifai terjun ke dunia dakwah di Kendal, Wonosobo bahkan Pekalongan, di Kendal ia mendirikan pengajian dan menghimpun parasantri yang datang dari berbagai daerah, sehingga menjadi kelompok pengajian yang besar.

Keberhasilan Kiai Ahmad Rifai ini karena dakwah dan pengajiannya sangat menarik sebelum kegiatannya diketahui oleh pemerintah kafir kolonial setempat, Ahmad Rifai Kiai keturunan Kraton Yogyakarta ini telah berhasil menggalang kekuatan barangkali belum pernah dimiliki kiai-kiai lain. Sehingga pada saat ia diasingkan dari Kendal kemudian atas inisiatif sendiri menetap di Kalisalak , Kiai Ahmad Rifai sudah punya jaringan luas untuk mengembangkan ajarannya.

Strategi dakwah yang dikembangkan kiai Ahmad Rifai saat itu antara lain: menghimpun anak-anak muda untuk dipersiapkan kelak menjadi kader-kader dakwah, karena pemuda adalah harapan keluarga dan masyarakat. Di tangan pemudalah urusan umat dan dalam derap langkah pemudalah

(21)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 21 hidupnya umat. Sekarang pemuda, esok pemimpin. Pemuda Qahar dan Maufuro adalah bukti hasil pengaderannya.

Menghimpun kaum dewasa lelaki dan perempuan dari kaum petani, pedagang dan pegawai pemerintah, dimaksudkan untuk memperkokoh strategi dakwah, penyokong utama dalam segi finansial dan dewan harian pelaksanaan dakwah pengajiannya itu. Mengunjungi sanak famili terdekat diajak bicara tentang kondisi agama, politik dan sosial yang dimainkan oleh pemerintah kolonialisme Belanda dengan membuktikan fakta-fakta yang ada dan langkah yang akan ditempuh dengan dakwah dan pengajian, supaya memperoleh simpati keluarga. Para santri dan murid dianjurkan kawin antar sesama murid atau murid dengan anak guru, antar desa dan antar daerah dimaksudkan agar terjalin hubungan yang mesra dan saling menumbuhkan kasih sayang dan dapat mengembangkan ilmunya didaerah masing masing. Kiai Maufuro menikah dengan anaknya bernama Nyai Fatimah alias Umroh.

Pada hari-hari tertentu mengadakan kegiatan khuruj berkunjung ke tempat lain yang miskin materi dan agama . Dengan kunjungan itu diharafkan akan memperoleh respon dari masyarakat atau mungkin paling tidak dapat membentengi pengaruh budaya barat yang merusak. Menghimpun kader-kader muslim terdiri dari santri dan murid dari berbagai daerah kemudian dijadikan mubalig untuk diterjunkan ke berbagai pelosok guna memberi dan menyampaikan dakwah ketengah masyarakat.

Mendatangi masjid-masjid untuk memperbaruhi arah sholat ke arah menghadap kiblat. Masyarakatnya, disarankan agar tidak menaati pemerintah kolonial, Belanda di Indonesia telah merusak kepribadian dan kebudayaan bangsa.

Menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab dengan kitab berbahasa Jawa yang mudah dipahami dan diamalkan dengan model karangan sendiri. Untuk menyesuaikan kondisi masyarakat pada waktu itu, dibuatkan kitab -kitab berbentuk syair atau nadzam yang indah dan dilagukan sedemikian rupa sehingga menarik minat pembaca dan pendengar, kertas putih, tulisan merah, untuk setiap Al Qur’an, Al Hadits, Qoulul Ulama (perkataan ulama) serta tiap kata awal dari syair (yang Mengilhami ditulisnya tulisan ini dengan huruf merah pada awal paragraf) serta hitam untuk tulisan makna dan komentar, penulisan ini sesuai dengan budaya bangsa sejak Sultan Agung Mataram XVI dalam penulisan kitab-kitab Arab.

Menciptakan kesenian terbang (rebana) disertai dengan lagu-lagu, syair-syair, nadzam-nadzam yang diambil dari kitab karangannya, sehingga terbangan itu di sebut Jawan. Terbangan itu dimanfaatkan untuk mengingat pelajaran, hiburan pada saat ada hajatan dan sekaligus mengantisipasi budaya asing yang merusak. Budaya itu sengaja dibawa Belanda ke Indonesia untuk melawan budaya tanah air yang diwariskan oleh nenek moyang kita yang muslim dan mukmin.

Pindah Ke Kalisalak rupanya pemerintah kolonial merasa khawatir terhadap gerakan keagamaan Haji Ahmad Rifai itu berkembang di daerah kendal dan sekitarnya, karena gerakan yang semula dirintangi itu ternyata

(22)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 22 makin banyak pengikutnya dari daerah lain. Diduga kekhawatiran pemerintah Belanda terhadap gerakan Ahmad Rifai ini, diilhami oleh kekhawatiran pemerintah kolonial akan munculnya kembali pemberontakan, seperti terjadinya Perang Diponegoro di Jawa Tengah pada 1825 – 1830.

Pemerintah tidak mau lagi jatuh kedua kalinya dalam satu lubang. Sebelum Mubalig Ulung lebih jauh melangkah, pemerintah kolonial mengambil langkah mengasingkan ulama kharismatik ini ke luar Kendal, tidak lain agar gerakan beliau terhambat dan tidak berkembang. Atas kenyataannya ini kemudian ia memilih tempat tinggal di Kalisalak sebagai basis perjuangannya. Langkah ini ditempuh karena Kalisalak merupakan daerah strategis untuk medan dakwah dan memudahkan kontak hubungan dengan semua pihak dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Pada umumnya masyarakat disana kaum petani yang pengetahuan agamanya perlu disempurnakan. Selain itu para murid yang pernah mendapat latihan mental waktu di Kendal adalah dari Krisidenan Pekalongan, di samping Karisidenan lain, seperti Maufuro Batang, Abu Ilham Batang, Abdul Azis Wonosobo, Abdul Hamid Wonosobo, Abdul Qohar Kendal, Muhammad Thuba Kendal, Imamtani Kutowinangun, Muh Idris Indramayu, Muharrar Purworejo, Mukhsin Kendal, Mas Suemodiwiryo Salatiga, Abdullah ( Dolak ) Magelang, Abu Hasan Wonosobo, Abu Salim Pekalongan, Abdul Hadie Wonosobo, Tawwan Tegal, Asnawi Pekalongan, Abdul Saman Kendal, Abu Mansyur Wonosobo, Abdul Ghani Wonosobo, Muhammad Hasan Wonosobo, Muhammad Tayyib Wonosobo, Ahmad Hasan Pekalongan, Nawawi Batang , Abu Nawawi Purwodadi.

Mereka itulah kader-kader Mubaligh tangguh yang berjasa mengembangkan pemikiran Haji Ahmad Rifai ke daerah – daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ketika Haji Ahmad Rifai berada di Kendal sempat menuklahkan putranya, Fatimah Alias Umroh dengan lurah Pondok, Maufuro bin Nawawi, Keranggonan ( sekarang Karanganyar ) Kecamatan Limpung. Setelah meninggalkan kota Kendal, Haji Ahmad Rifai sementara tinggal di rumah Kiai Maufuro menantunya.

b. Ajaran Tarikat Rifa’iyah

Dakwah Ahmad Rifai diawali dengan menyelenggarakan pengajian untuk anak-anak. Namun lembaga itu kemudian berkembang menjadi majelis pendidikan yang mencakup pula orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan,yang menyebabkan pengajian haji Ahmad Rifai cepat terkenal adalah metode terjemahannya, baik Al-Quran, Al-Hadits maupun kitab-kitab karangan ulama Arab dan Aceh lebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sebelum diajarkan kepada para murid, bahkan kelihatan sebagai kewajiban yang ditempuh secara sadar,seperti yang tersirat di dalam satu bait kitab Ri’ayatal Himmah karya Haji Ahmad Rifai, sebagai berikut:

Wajib saben alim adil nuliyan narajumah kitab Arab rinetenan supoyo wong jawi akeh ngerti pitutur saking Qur’an lan kitab – kitab Arab

(23)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 23 jujur kaduwe wong awam enggal ngerti milahur ningali kitab Tarjamah jawi pitutur

Artinya: Diwajibkan bagi setiap alim adil ( ulama akhirat ) untuk menejemahkan kitab Arab, agar orang jawa lebih mengerti ajaran dari Al Quran dan kitab-kitab Arab ( Hadits dan Ulama ) dengan benar sehingga orang awam mengerti dan segera melaksanakannya.

Ahmad Rifai adalah satu – satunya tokoh yang bisa memberikan uraian tentang agama Islam tanpa memakai idiom – idiom Arab dan mampu mengarang buku dalam bahasa yang menarik karena memakai bentuk syair. Metodologi yang digunakan dalam pengajarannnya menggaunakan empat tahapan . Keempat tahapan itu adalah:

Tahapan Pertama ; Seorang santri harus belajar membaca kitab Tarojumah terbatas pada tulisan Jawa. Sistem pengajaran ini dinamakan ngaji irengan , mengejakan satu persatu huruf kemudian merangkum menjadi bacaan atau kalimat, tingkatan ini merupakan awal didalam cara membaca kitab Tarojumah . Disamping itu para Santri harus menghafal syarat rukun iman, dan islam, ibadah sholat dan wiridan ” Angawaruhi Ati Ningsun…….!” atau ” Sahadat Loro”. Setelah Sholat fardlu, diwajibkan mengikuti praktek Sholat yang dipimpin oleh lurah -pondok yang bersangkutan .

1. Tahapan Kedua ; Mengaji dalil – dalil Al – Qur’an , Hadist dan Qoulul Ulama’, yang terdapat Kitab Tarojumah. Dalam Tahapan ini Seorang Lurah pondok harus menguasai ilmu tajwid Al – Qur’an dan mampu mengaplikasikannya dalam bacaan Al-Qur’an dengan benar. Pengajian tahap ini disebut ngaji abangan karena memang tulisan Arab untuk dalil adalah berwarna merah atau ABANG atau disebut juga ngaji dalil karena hanya dalil saja yang dibaca. Di samping itu santri harus hafal dan bisa serta paham tentang Syarat – Rukun Puasa dan Sholat.

2. Tahapan Ketiga ; Mengaji dalil dan makna jadi satu dari kitab – kitab Tarojumah , tahapan ini dinamakan ngaji lafal makno ( belajar menerjemahkan tiap kata dalil / kalimat dalil dengan bahasa jawa yang ada dibawah dalil itui ) , disini para santri membutuhkan kejelian dalam mencari arti.

3. Tahapan Keempat ; Seorang santri diajak memahami maksud yang terkandung dalam kitab – kitab Tarojumah , karena hampir setiap kalimat mempunyai makna harfiah dan tafsiriah yang tentunya membutuhkan keterangan dan pemahaman yang dalam . Kitab – kitab Tarojumah disusun dengan formula lengkap : Kamaknanan , Kamurodan , Kasarahan , Kamaksudan Dan Kapertelanan , atau dengan kata lain ngaji maksud , ngaji sorah , ngaji bandungan , atau ngaji sorogan . Pengajian ini berupa pembacaan dan penerangan isi kandungannya dan dilakukan oleh Syaikhina Haji Ahmad Rifai sendiri dihadapan para santri dan murid pilihan kemudian mereka satu persatu memcoba menirukan seperti apa kata beliau . Dalam

(24)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 24 pengajian ini diajarkan pula oleh ulama’ itu tentang ilmu dan amalan kesunahan yang tidak tertulis didalam kitab – kitab Tarojumahnya.

3. Tarikat Syaziliyah

Tarekat ini lahir di Maroko,yg direalisasikan oleh Syekh Abdul Hasan as-Syadzili(1258). Tarekat ini merupakan salah satu komunitas ajaran sufistik yg memiliki pengikut yg luar biasa banyaknya. Sekarang ,tarekat ini sudah menyebar di berbagai negara.Diantaranya,di Afrika utara,Mesir, Kenya, Tanzania, Timur-tengah,& Sri langka.Bahkan ,aliran tarekat ini telah merambah ke Amerika barat/utara.Tarekat ini umumnya diikuti oleh kalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pegawai negeri. Sebagian ajaran tarekat ini dipengaruhi oleh iman Ghazali & al-Makki.

a. Tokoh Tarikat Syaziliyah

Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW.

Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H(1197 M). menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut.

b. Ajaran Tarikat Syaziliyah

Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Ibn Atha’illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha’illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.

Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha’illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang

(25)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 25 pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: “Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali”. Perkataan yang lainnya: “Kitab Ihya’ Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya.” Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi ‘Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah’illah.

3. Ajaran Pokok Tarikat Syadziliyah

Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musrik kepada Allah Swt ;

1. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara’ dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.

2. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalu bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.

3. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).

4. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana’ah/ tidak rakus) dan menyerah.

5. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah. Hal tersebut dapat terwujud melalui :

1. Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.

2. Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.

3. Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.

(26)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 26 4. Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada

kebahagiaan hidupnya.

5. Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar.

Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan tareqat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Atha’illah menjadi doktrin utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.

4. Tarikat Maulawiyah

Bagi kalangan pencinta musik sufi,nama tarekat ini cukup dikenal. Maulawiyah merupakan tarekat yg berasal dari ajaran sufi besar bernama Jalaluddin Rumi (1273) di Turki. Tarekat ini menyebar luas ke beberapa wilayah,diantaranya di Turki dan Amerika Utara.Salah satu keunikan pd praktik ajaran sufi tarekat ini adalah tata cara meditasinya,yaitu berputar-putar seperti menari-mari cukup lama. Upaya ini merupakan bagian dari cara untuk mengingatkan seseorang bahwa segala sesuatu berawal dari sebuah putaran. Hidup merupakan putaran dari tiada menjadi ada,kemudian tidak ada, ada, dan tiada lagi.

a. Tokoh Tarikat Maulawiyah

Maulānā Jalāluddīn Muhammad Rūmī ( انلاوم للاج نيدلا دمحم یمور ) Bahasa Turki: Mevlânâ Celâleddin Mehmed Rumi) , juga dikenali Maulānā Jalāluddīn Muhammad Balkhī (Parsi: دمحم ىخلب), atau Rumi sahaja di negara-negara bertutur Inggeris, (30 September, 1207–17 Disember, 1273), merupakan penyair, Qadi dan ahli teologi Parsi Muslim abad ke 13 Farsi (Tājīk). Namanya bermaksud “Keagungan

Agama”, Jalal berarti “agung” dan Din berarti “agama”.

Rumi lahir di Balkh (ketika itu sebahagian dari Khorasan Besar di Negeri Parsi, kini dalam Afghanistan) dan meninggal dunia di Konya (di Turki sekarang)

Tempat lahir dan bahasa ibunda/tempatannya menggambarkan latar belakang Farsi. Beliau juga menulis puisi Farsi dan karya-karyanya tersebar di Iran, Afghanistan, Tajikistan, dan dialih bahasa di Turki, Azerbaijan, A.S., dan Asia Tenggara. Sebahagian besar hayat dan era penulisan ketika Empayar Seljuk. Disamping puisi Farsi beliau juga menulis beberapa rangkap dalam bahasa Arab, Greek, dan Turki Oghuz.

Kepentingan Rumi melangkaui batas bangsa, budaya dan negara. Sepanjang abad dia mempunyai pengaruh dalam Kesusasteraan Parsi

(27)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 27 disamping dalam Kesusasteraan Urdu dan Kesusasteraan Turki. Sajak-sajak karangannya dibaca dengan meluas di negara-negara seperti Iran, Afghanistan dan Tajikistan dan telah banyak diterjemah dalam pelbagai bahasa di dunia dalam pelbagai bentuk.

Mawlana Jalaludin Rumi yaitu Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani “Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.

Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran.Di zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengancepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan Iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya.”

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda

(28)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 28 mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.

b. Ajaran Tarikat Maulawiyah

Tarekat maulawiyah adalah sebuah tarekat pengikut Jalaluddin rumi. Tarekat ini mengajarkan ajaran sufistik beraliran Jalaludin rumi. Jalaludin sendiri merupkan seorang sufi yg memperkenalkan tarian the whirling dervishes (tarian sufistik). Ajaran tasawuf yg ditekankn lebih terkenal pada sisi musik sufistik.

5. Tarikat Syatiriyah

Syattariyah adalah aliran tarekat pertama di india pd abad ke-15. Tarekat ini dinisbahkan kpd Abdullah as -Syattar. Tarekat ini awalnya dikenal di Iran & Transoksania dgn nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani,tarekat ini disebut Bistamiyah.Martin Van Bruinessen.ahli antropologi,menyebutkan bahwa tarekat ini banyak ditemukan di jawa & sumatra.Tapi,antara satu dgn lainya tdk berhubungan. Tarekat ini relatif gampang berpadu dgn berbagai tradisi setempat sehingga menjadi tarekat paling “mempribumi “diantara tarekat yg ada.

a. Tokoh Tarikat Syatiriyah

Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke-15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.

Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah.

Tarekat Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Tarekat Syaththariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini diteruskan oleh Syekh ‘Abd al-Rauf al-Sinkili ke nusantara, kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau.

Tarekat Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama. Silsilah yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, Silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, Silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; Silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa’ aI-Qulub.

Berdasarkan silsilah seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tarekat Syaththariyah di Minangkabau masih

(29)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 29 terpelihara kokoh. Untuk mendukung ke1embagaan tarekat, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan Jamaah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di propinsi – tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan tarekat Syaththariyah dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan bersafar ke makam Syekh Burhan al-Din Ulakan. Adapun ajaran tarekat Syaththariyah yang berkembang di Minangkabau sama seperti yang dikembangkan oleh ‘Abd al-Rauf al-Sinkili. Masalah pokoknya dapat dikelompokkan pada tiga;

b. Ajaran Tarikat Syatiriyah

Bahagian Pertama, Ketuhanan dan hubungannya dengan alam. Paham

ketuhanan dalam hubungannya dengan alam ini seolah-olah hampir sama dengan paham Wahdat a1- Wujud, dengan pengertian bahwa Tuhan dan alam adalah satu kesatuan atau Tuhan itu immanen dengan alam, bedanya oleh al-Sinkili ini dijelaskannya dengan menekankan pada trancendennya Tuhan dengan alam. la mengungkapkan wujud yang hakiki hanya Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya bukan wujud yang hakiki. Bagaimana hubungan Tuhan dengan alam dalam transendennya, al-Sinkili menjelaskan bahwa sebelum Tuhan menciptakan alam raya (al- ‘a/am), Dia selalu memikirkan (berta’akul) tentang diri-Nya, yang kemudian mengakibatkan terciptanya Nur Muhammad (cahaya Muhammad). Dari Nur Muhammad itu Tuhan menciptakan pola-pola dasar (a/ ‘ayan tsabitah), yaitu potensi dari semua alam raya, yang menjadi sumber dari pola dasar luar (a/-‘ayan alkharijiyah) yaitu ciptaan dalam bentuk konkritnya.

Ajaran tentang ketuhanan al-Sinkili di atas, disadur dan dikembangkan oleh Syekh Burhan al-Din Ulakan seperti yang terdapat dalam kitab Tahqiq. Kajian mengenai ketuhanan yang dimuat dalam kitab Tahqiq dapat disimpulkan pada Iman dan Tauhid. Tauhid dalam pengertian Tauhid syari’at, Tauhid tarekat, dan Tauhid hakekat, yaitu tingkatan penghayatan tauhid yang tinggi.

Bahagian kedua, Insan Kamil atau manusia ideal. Insan kamil lebih

mengacu kepada hakikat manusia dan hubungannya dengan penciptanya (Tuhannya). Manusia adalah penampakan cinta Tuhan yang azali kepada esensi-Nya, yang sebenarnya manusia adalah esensi dari esensi-Nya yang tak mungkin disifatkan itu. Oleh karenanya, Adam diciptakan Tuhan dalam bentuk rupa-Nya, mencerminkan segala sifat dan nama-nama-Nya, sehingga “Ia adalah Dia.” Manusia adalah kutub yang diedari oleh seluruh alam wujud ini sampat akhirnya. Pada setiap zaman ini ia mempunyai nama yang sesuai dengan pakaiannya. Manusia yang merupakan perwujudannya pada zaman itu, itulah yang lahir dalam rupa-rupa para Nabi–dari Nabi Adam as sampat Nabi

(30)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 30 Muhammad SAW– dan para qutub (wali tertinggi pada satu zaman) yang datang sesudah mereka.

Hubungan wujud Tuhan dengan insan kamil bagaikan cermin dengan bayangannya. Pembahasan tentang Insan KamiI ini meliputi tiga masalah pokok: Pertama; Masalah Hati. Kedua Kejadian manusia yang dikenal dengan a’yan kharijiyyah dan a’yan tsabitah.

Ketiga; Akhlak, Takhalli, tahalli dan Tajalli.

Bahagian ketiga, jalan kepada Tuhan (Tarekat). Dalam hal ini

Tarekat Syaththariyah menekankan pada rekonsiliasi syari’at dan tasawuf, yaitu memadukan tauhid dan zikir. Tauhid itu memiliki empat martabat, yaitu tauhid uluhiyah, tauhid sifat, tauhid zat dan tauhid af’al. Segala martabat itu terhimpun dalam kalimah 1a ilaha ilIa Allah. Oleh karena itu kita hendaklah memesrakan diri dengan La ilaha illa Allah. Begitu juga halnya dengan zikir yang tentunya diperlukan sebagai jalan untuk menemukan pencerahan intuitif (kasyf) guna bertemu dengan Tuhan. Zikir itu dimaksudkan untuk mendapatkan al-mawat al-ikhtiyari (kematian sukarela) atau disebut juga al-mawat al-ma’nawi (kematian ideasional) yang merupakan lawan dari al mawat al-tabi’i (kematian alamiah). Namun tentunya perlu diberikan catatan bahwa ma’rifat yang diperoleh seseorang tidaklah boleh menafikan jalan syari’at.

6. Tarikat Naqsabandiyah

a. Tokoh Tarikat Naqsabandiyah

Baha’ al-Din Naqsabandi sebagai pendiri tarekat ini, dalam menjalankan aktivitas dan penyebaran tarekatnya mempunyai khalifah utama, yaitu Ya’qub Carkhi, Ala’ al-Din Aththar dan Muhammad Parsa. Yang paling menonjol dalam perkembangan selanjutnya adalah ’Ubaidillah Ahrar. Ubaidillah terkenal dengan Syeikh yang memilki banyak lahan, kekayaan, dan harta. Ia mempunyai watak yang sederhana dan ramah, tidak suka kesombongan dan keangkuhan. Ia menganggap kesombongan dan keangkuhan merendahkan tingkat moral seseorang dan melemahkan tali pengikat spritual. Ia juga berjasa dalam meletakkan ciri khas tarekat ini yang terkenal dalam menjalin hubungan akrab dengan para penguasa saat itu sehingga ia mendapat dukungan yang luas jangkauannya. Pada tatanan selanjutnya tarekat ini mulai menyebarkan gerakannya diluar Islam.

Tokoh lain yang berperan besar dalam penyebaran tarekat ini secara geografis adalah Said al-Din Kashghari. Ia juag telah membai’at penyair dan ulama besar ’Abd al-Rahman Jami’ ia yang kemudian mempopulerkan tarekat ini dikalangan istana. Kontribusi utama Jami’ adalah paparannya tentang pemikiran Ibnu ’Arabi dan mengomentari karya-karya Ibnu Arabi, Rumi, Parsa dan sebagainya, sehingga tersusun dalam gubahan syair yang mudah dipahami dari gagasan mereka tersebut.

(31)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 31 Di India, Tarekat ini mulai tersebar pada tahun 1526. Baqi Billah, dilahirkan di Kabul merupakan syeikh yang menyebarkan ajaran Tarekat ini di India. Ia mengembangkan ajaran Tarekat ini kepada orang awam dan kaum bangsawan Mughal. Dakwahnya di India berlangsung selama 5 tahun. Hampir semua garis silsilah pengikut Naqsabandiyah di India mengambil garis spritual mereka melalui Baqi Biillah dan Khalifahnya Ahmad Sirhindi.

Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani (“Pembaru Milenium kedua”). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Orientasi Baru yang di bawa Sirhindi ini terlihat pada pemahamannya yang menolak paham Wahdatul Wujud yang dibawa Ibnu ’Arabi. Sirhindi sangat menuntut murid-muridnya agar berpegang secara cermat pada Al-Qur’an dan Tradisi-tradisi Nabi.

AjaranTarekat Naqsabandiyah di Indonesia pertama kali di perkenalkan oleh Syeikh Yusuf Al-Makassari(1626-1699). Seperti disebutkan dalam bukunya safinah al-Najah ia telah mendapat ijazah dari Syeikh Naqsabandiyah yaitu Muhammad ’Abd al Baqi di Yaman dan mempelajari tarekat ini ketika berada di Madinah dibawah bimbingan Syaikh Ibrahim al-Kurani. Syeikh Yusuf berasal dari Kerajaan Gowa Sulawesi. Pada tahun 1644 ia pergi ke Yaman kemudian diteruskan lagi ke makkah, madinah untuk menuntut ilmu dan naik haji. Karena kondisi politik saat itu, ia mengrungkan niatnya untuk pulang ke tanah kelahirannya di Makassar sehingga membawanya menetap di Jawa Barat Banten hingga ia menikah dengan putri Sultan Banten. Kehadirannya di Banten membawa sumbangan besar dalam mengangkat nama Banten sebagai pusat pendidikan Islam. mIa terkenal sebagai ulama Indonesia pertama yang menulis tentang tarekat ini.

Syeikh Yusuf telah menulis berbagai risalah mengenai Tasawuf dan menulis surah-surah tentang nasihat kerohanian untuk orang-orang penting. Kebanyakan risalah dan surah-surahnya ditulis dalam bahasa Arab dan Bugis. Didalam tulisan-tulisannya, Syeikh Yusuf tetap konsisten pada paham Wahdatul Wujud dan menekankan akan pentingnya meditasi melalui seorang Syeikh (Tawassul) dan kewajiban sang murid untuk patuh tanpa banyak tanya kepada gurunya. Ia mengemukakan bahwa kepatuhan paripurna kepada syeikh merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi demi pencapaian spiritual.

Tarekat Naqsabandiyah menyebar di nusantara berasal dari pusatnya di Makkah, yang dibawa oleh para pelajar Indonesia yang beajar disana dan oleh para jemaah haji Indonesia. Mereka ini kemudian memperluas dan menyebarkan tarekat ini keseluruh pelosok nusantara.

(32)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 32 Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah di Nusantara dapat dilihat dari para tokoh-tokoh tarekat ini yang mengambangkan ajaran Tareqat Naqsabandiyah di bebarapa pelosok nusantara diantaranya adalah : 1. Muhammad Yusuf adalah yang dipertuan muda di kepulauan Riau,

beliau menjadi sultan di pulau tempat dia tinggal. Dan mempunyai istana di penyengat dan di Lingga.

2. Di Pontianak, sebelum perkembangannya telah ada Tarekat Naqsabandiyah Mazhariyah. Tarekat Naqsabandiyah mulai dikembangkan oleh Ismail Jabal yang merupakan teman dari Usman al-Puntani (ulama yang terkenal di Pontianak sebagai penganut Tasawuf dan penerjemah tak sufi)

3. Di Madura, Tarekat Naqsabandiyah sudah hadir pada abad ke 11 hijriyah. Tarekat Naqsabandiyah Mazhariyah merupakan Tarekat yang paling berpengaruh di Madura dan juga di beberapa tempat lain yang banyak penduduknya bersal dari madura, seperti surabaya, Jakarta, dan Kalimantan Barat.

4. Di Dataran Tinggi Minangkabau tarekat Naqsabandiyah adlah yang paling padat. Tokohnya adalah jalaludin dari Cangking, ’Abd al Wahab, Tuanku Syaikh Labuan di Padang. Perkembangannya di Minangkabau sangat pesat hingga sampai ke silungkang, cangking, Singkarak dan Bonjol.

5. Di Jawa Tengah berasal dari Muhammad Ilyas dari Sukaraja dan Muhammad Hadi dari Giri Kusumo. Popongan menjadi salah satu pusat utama Naqsabandiyah di Jawa Tengah.

Perkembangan selanjutnya di Jawa antara lain di Rembang, Blora, Banyumas-Purwokerto, Cirebon, Jawa Timur bagian Utara, Kediri, dan Blitar.

Tarekat ini merupakan satu-satunya tarekat yang terwakili di semua provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim. Tarekat ini sudah tersebar hampir keseluruh provinsi yang ada di tanah air yakni sampai ke Jawa, Sulawesi Selatan, Lombok, Madura, Kalimantan Selatan, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lainnya. Pengikutnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dari yang berstatus sosial rendah sampai lapisan menengah dan lapisan yang lebih tinggi.

b. Ajaran Tarekat Naqsabandiyah 1. Azas-Azas

Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh ‘Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha’ al-Din Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama para penganut Khalidiyah, Jami al-’Ushul Fi al-’Auliya. Kitab karya Ahmad Dhiya’ al-Din Gumusykhanawi itu dibawa

(33)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 33 pulang dari Makkah oleh tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan uraian Taj al-Din Zakarya (“Kakek” spiritual dari Yusuf Makassar) sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).

Asas-asasnya ‘Abd al-Khaliq adalah:

1) Hush dar dam: “sadar sewaktu bernafas”. Suatu latihan konsentrasi: sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah (al-Kurdi).

2) Nazar bar qadam: “menjaga langkah”. Sewaktu berjalan, sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.

3) Safar dar watan: “melakukan perjalanan di tanah kelahirannya”. Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. [Atau, dengan penafsiran lain: suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan Allah (Gumusykhanawi)].

4) Khalwat dar anjuman: “sepi di tengah keramaian”. Berbagai pengarang memberikan bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep “innerweltliche Askese” dalam sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai “menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang”; yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja dan selalu wara’. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah

(34)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 34 secara aktif dalam politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.

5) Yad kard: “ingat”, “menyebut”. Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.

6) Baz gasyt: “kembali”, ” memperbarui”. Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang kuharapkan). 7) Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah

senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang halus kepada Tuhan semata.

8) Nigah dasyt: “waspada”. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru (anonim): “Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun.”

9) Yad dasyt: “mengingat kembali”. Penglihatan yang diberkahi: secara langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.

Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi:

1. Wuquf-i zamani: “memeriksa penggunaan waktu seseorang”. Mengamati secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan agar ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih kepada Allah, jika seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.

(35)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 35 2. Wuquf-i ‘adadi: “memeriksa hitungan dzikir seseorang”.

Dengan hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya mengembara ke mana-mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Wuquf-I qalbi: “menjaga hati tetap terkontrol”. Dengan membayangkan hati seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di hadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah, dan dengan demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya.

2. Zikir dan Wirid

Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali, Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, “tersembunyi”, atau qalbi, ” dalam hati”), sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan tarekat lain.

Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum’at dan malam Selasa; di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.

Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dua macam zikir yaitu:

1. Dzikir ism al-dzat, “mengingat yang Haqiqi” dan dzikir tauhid, ” mengingat keesaan”. Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata.

2. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan

(36)

Madrasah Aliyah Termas Ushuluddin 36 pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.

Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya adalah dzikir latha’if. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh.

3. Tingkatan zikir ini adalah :

1. Mukasyah. Mula-mula zikir dengan nama Allah dalam hati sebanyak 5000 kali sehari semalam. Kemudian melaporkan kepada syeikh untuk di naikkan zikirnya menjadi 6000 kali sehari-semalam. Zikir 5000 dan 6000 itu dinamakan maqam pertama.

2. Lathifah (jamak latha’if), zikir ini antara 7000 hingga 11.000 kali sehari-semalam. Terbagi kepada tujuh macam yaitu qalb (hati), ruh (jiwa), sirr (nurani terdalam), khafi (kedalaman tersembunyi), akhfa (kedalaman paling tersembunyi), dan nafs nathiqah (akal budi),. Lathifah ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan. Ternyata latha’if pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang, titik-titik itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.

3. Nafi’ Itsbat, pada tahap ini, atas pertimbangan syeikh, diteruskan zikirnya dengan kalimat la ilaha illa Allah. Merupakan maqam ke-tiga

4. Waqaf Qalbi 5. Ahadiah 6. Ma’iah

7. Tahlil, Setelah samapat pada maqam terakhir ini maka sang murid tersebut akan memperolah gelar Khalifah, dengan ijazah dan berkewajiabn menyebarluaskan

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui jenis dan kerapatan gulma serta perkembangan jumlah populasi hama utama tanaman kubis adalah komponen penting sebagai dasar strategi dalam pengendalian OPT pada

Allah dengan tidak mempersekutukannya. h) Dengan adanya materi akhlak dalam buletin, maka mengajak umat Islam agar memiliki akhlak terpuji. Penerapan Buletin dalam

Daerah Karang Kering ikan yang memiliki nilai kepadatan relatif tertinggi terdapat pada ikan Pentapodus sp dengan nilai 32,14%, sedangkan nilai terendah terdapat pada

Desa Pandau Jaya telah memiliki unit Pembenihan Ikan Alaskobar Farm yang bergerak di bidang pembenihan ikan lele. Unit pembenihan ikan Alaskobar menerapkan pemijahan alami ikan

Hasil pe- ngujian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Slamet Lestari dan Eko Arif Sudaryono (2009) yang me- nyatakan bahwa tidak terdapat

Allah*}*, maka ditakwilkan bahwa yang berada di langit itu adalah kckuasaan, kerajaan, atau perintah-Nya, karena kcmustahilan tempat dan posisi bagi. Dia, Yang Mahasuci

™ Seluruh teman-teman seperjuangan Progdi PGSD angkatan 2013 terutama kelas E, terima kasih kalian berbagi canda, tawa, suka dan duka bersamaku selama ini. Bersama kalian hidup

Pada tinjauan pustaka ini berisi landasan teori umum yang digunakan untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas penulis untuk melakukan penelitian diantaranya, teori tentang