• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penyelesaian Permasalahan Pencemaran Air

Dalam dokumen BUKU II DIKPLHD Kab. Kulon Progo 2016 (Halaman 71-76)

Bab III Analisi Pressure, State , dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah

3.2 Kualitas Air

3.2.5 Upaya Penyelesaian Permasalahan Pencemaran Air

Dalam penyelesaian permasalahan sumberdaya air diperlukan pemahaman secara menyeluruh antara daerah hulu dan daerah hilir. Akan tetapi yang menjadi permasalahan, tidak semua DAS di Kabupaten Kulon Progo terdapat pada lingkup satu Kabupaten, seperti halnya Sungai Progo yang melewati beberapa kabupaten, di mana tiap kabupaten memiliki kebijakan tersendiri. Adapun yang dapat diminimalisir yaitu adanya pencemaran limbah.

Limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair maupun padat. Salah satu penyebab dari pencemaran air yaitu adanya limbah, baik limbah industri maupun limbah domestik. Oleh karena itu, perlu adanya penataan keruangan yang diperuntukan untuk kawasan industri kaupun kawasan permukiman. Selain itu, perlu adanya pengawasan terkait pengelolaan limbah dari kegiatan industri dan perbaikan pengelolaan limbah domestik.

Berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah, penetapan baku mutu air limbah dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu industri, pelayanan kesehatan dan pariwisata. Pada lampiran tabel 27 terlihat bahwa sumber pencemar limbah cair dan padat di Kabupaten Kulon Progo berasal dari terminal, stasiun, industri, wisata pantai, wisata alam dan budaya, hotel melati, dan rumah sakit. Berdasarkan data yang ada terlihat bahwa sumber pencemar tertinggi yaitu rumah sakit. Rumah sakit menghasilkan limbah padat, limbah cair, limbah B3 padat, dan limbah B3 cair. Selain itu kegiatan wisata juga menghasilkan banyak limbah yang akan mengancam kelestarian alam, khususnya wisata pantai. Berdasarkan data terlihat bahwa pencemaran terbesar yaitu di Pantai Glagah.

Penyebab lain adanya pencemaran yaitu ketidaktaatan perusahaan/ pemrakarsa melaksanakan ketentuan dokumen lingkungan, khususnya pada pencemaran limbah cair. Berdasarkan hasil pengawasan izin lingkungan dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, pada tahun 2016 dari 25 perusahaan/pemrakarsa yang melaksanakan dokumen lingkungan hanya ada satu perusahaan yang taat melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungannya. Selebihnya sejumlah 24 perusahaan/ pemrakarsa tidak melaksanakan ketentuan yang tertulis dalam dokumen lingkungan. Pengawasan oleh Kantor Lingkungan Hidup terhadap perusahaan pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.23 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

No. Nama

Perusahaan/Pemrakarssa Waktu (tgl/bln/thn) Hasil Pengawasan 1. Klinik Permata Aisyiyah

Sewugalur 26 Januari 2016 Tidak taat

2. Klinik Permata Hijau 27 Januari 2016 Tidak taat 3. Puskesmas Galur II 27 Januari 2016 Tidak taat 4. BP dan RB Asy Syifaa

Paramedika 25 Februari 2016 Tidak taat 5. Puskesmas Panjatan II 25 Februari 2016 Tidak taat 6. BP dan RB Aisyiyah Panjatan 25 Februari 2016 Tidak taat 7. RSU Kharisma Paramedika 3 Maret 2016 Tidak taat

8. RSUD Wates 3 Maret 2016 Taat

9. Klinik Laras Hati 23 Maret 2016 Tidak taat 10. Klinik Alesha 23 Maret 2016 Tidak taat 11. RS Rizki Amalia Temon 4 April 2016 Tidak taat 12. PT Kurnia Bhumi Pertiwi 4 April 2016 Tidak taat 13. RS Santo Yusup Boro 13 April 2016 Tidak taat 14. RS Rizki Amalia Brosot 16 Juni 2016 Tidak taat 15. Klinik Biruny Medika 24 Maret 2016 Tidak taat 16. UPTD Puskesmas Temon I 24 Maret 2016 Tidak taat 17. PT Shung Chang 12 Oktober 2016 Tidak taat 18. RS Rizki Amalia Temon 12 Oktober 2016 Tidak taat 19. RS Pura Raharja Medika 20 Oktober 2016 Tidak taat 20. RS Santo Yusup Boro 1 November 2016 Tidak taat 21. RS PKU Muhammadyah

Nanggulan 1 November 2016 Tidak taat

22. PT. Aneka Sinendo 17 November 2016 Tidak taat 23. RSUD Nyi Ageng Serang 17 November 2016 Tidak taat 24. CV. Karya Hidup Sentosa 7 Desember 2016 Tidak taat 25. PT. Selo Adikarto 7 Desember 2016 Tidak taat

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016

Selain limbah, pembuangan kotoran manusia (jamban) juga berpengaruh terhadap sanitasi lingkungan. Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Beberapa penyakit yang disebarkan oleh tinja manusia antara lain: disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, kremi dan sebagainya). Oleh karena itu, pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Berikut jumlah rumah tangga dan fasilitas buang air besar di Kabupaten Kulon Progo:

Tabel 3.24 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

No. Kecamatan Jumlah KK

Tempat Buang Air Besar ( Rumah Tangga)

Sendiri Bersama Umum Tidak

Ada 1. Temon 10.042 2.183 1 (unit) 0 0 2. Wates 16.242 45.989 4 (unit) 0 0 3. Panjatan 13.035 31.078 0 0 4. Galur 11.317 32.119 23 0 0 5. Lendah 14.033 25.489 0 0 6. Sentolo 16.370 41.678 52 kk 0 0 7. Pengasih 16.826 52.402 156 kk 0 0 8. Kokap 12.246 35.636 0 0 9. Girimulyo 8.515 12.357 0 0 10. Nanggulan 10.053 28.192 0 0 11. Samigaluh 9.686 28.054 1 (unit) 0 0 12. Kalibawang 10.514 27.726 0 0 Total 148.879 362.903 0 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa jumlah pembuangan air besar dengan status sendiri meningkat drastis dibanding tahun 2015 (84.316 RT). Masyarakat mulai sadar akan pentingnya sanitasi yang baik dan salah satunya adalah membuat jamban sehat. Masyarakat Kulon Progo secara mandiri mengelola sanitasi di desanya dengan program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM). Dengan adanya program SBM pemerintah sangat terbantu dalam hal pembangunan sanitasi yang baik, dan dengan sendirinya masyarakat sadar akan sanitasi yang sehat.

Permasalahan utama yang timbul dalam penurunan kualitas air meliputi sanitasi lingkungan, kesehatan publik, dan pasokan air minum (Chay Asdak, 2014: 530). Dengan demikian permasalahan kualitas air erat kaitannya dengan sumber air minum. Sumber air minum merupakan kelas tertinggi atau kelas satu dalam klasifikasi mutu air dan sumber utama kebutuhan manusia. Jika sumber air minum sudah tercemar, maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Berikut disajikan sumber air minum yang ada di Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 3.25 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya (Pamsimas) 1 Temon 798 3.485 0 0 0 125 2 Wates 4.593 8.968 0 0 0 45 3 Panjatan 2.253 8.159 0 0 0 897 4 Galur 517 7.889 0 0 0 0 5 Lendah 1.388 9.408 0 0 0 100 6 Sentolo 2.284 8.194 0 0 0 447 7 Pengasih 4.762 7.864 0 0 0 768 8 Kokap 2.429 2.774 0 0 0 472 9 Girimulyo 212 78 0 0 0 1.517 10 Nanggulan 1.399 5.633 0 0 0 369 11 Samigaluh 0 834 0 0 0 1.649 12 Kalibawang 824 2.288 0 0 0 876 Total 21.459 65.574 0 0 0 7.265

Sumber: PDAM Kabupaten Kulon Progo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber air minum terbesar berasal dari sumur. Berdasarkan hasil uji pada sampel pengukuran kualitas air sumur, ada tujuh parameter yang melebihi baku mutu. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan pencemaran air. Pelaksanaan pengelolaan limbah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun peran serta masyarakat sangat diperlukan. Dalam Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Pasal 17 disebutkan bahwa masyarakat berhak berpartisipasi dalam melakukan pengawasan air limbah, selanjutnya ayat berikutnya menyebutkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara menyampaikan laporan kepada Pemerintah Daerah apabila menemukan adanya indikasi pencemaran lingkungan serta memberikan saran dan masukan kepada organisasi perangkat daerah yang menjalankan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup.

Dugaan pencemaran yang dilaporkan oleh masyarakat pada tahun 2016 tercatat ada tiga pengaduan, yaitu dugaan pencemaran kegiatan peternakan ayam di Desa Jatirejo Kecamtan Lendah, dugaan pencemaran kegiatan peternakan sapi di Gebang II Plumbon Temon, dan dugaan pencemaran oleh usaha batik di Desa Ngentakrejo Lendah. Ketiga pengaduan tersebut dalam status ditindaklanjuti. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada upaya dari masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan pencemaran (lihat lampiran tabel 44).

Dalam dokumen BUKU II DIKPLHD Kab. Kulon Progo 2016 (Halaman 71-76)