• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Uraian bakteri uji

1. Klasifikasi (Karmelia, 2016) Kingdom : Bacteria

Divisio : Firmicutes Classis : Cocci Ordo : Bacillales

Familia : Escherichicaceae Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Gambar 2.3 bakteri Escherichia coli (Karmelia, 2016).

2. Morfologi

Morfologi Escherichia coli yaitu berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , bersifat gram-negatif, motil dengan flagella peritrikus dan tidak berspora. Bakteri Escherichia coli merupakan organisme penghuni utama usus besar, hidupnya komensal dalam kolon manusia dan diduga berperan dalam pembentukan vitamin K yang berperan dalam proses pembekuan darah (Karmelia, 2016).

D. Metode sterilisasi 1. Definisi sterilisasi

Menurut Lukman, 2016 Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril.

2. Jenis-jenis sterilisasi a. Sterilisasi Panas

a. Pemanasan Basah

Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renikdapat digunakan beberapa perlakukan fisik, misalnya dengan pemanasan basah, pemanasan kering, radiasi, dan lain-lain.

1) Perebusan

Air mendidih atau uap air suhu 1000C dapat membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme dan virus dalam waktu lima menit. Beberapa spora juga dapat terbunuh pada suhu 1000C selama beberapa menit, tetapi masih banyak spora bakteri yang tahan terhadap panas dan masih tetap hidup setelah dilakukan perebusan selama beberapa jam.

2) Pemanasan dengan tekanan

Pengukusan dengan tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan alat berupa autoklaf yaitu untuk membunuh spora bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas akan mati pada suhu 121°C selama 15 menit, kekuatan membunuh dari uap air panas disebabkan pada waktu kondensasi, pada bahan yang disterilisasi dilepaskan sejumlah besar panas latent. Pengerutan yang disebabkan oleh kondensasi menyebabkan penyerapan uap air baru yang berarti lebih banyak panas yang diserap. Sterilisasi untuk bahan cair,

susu, sediaan cair, larutan, emulasi atau suspensi yang bahannya mengandung bahan yang mudah rusak.

3) Tyndalisasi

Proses sterilisasi dengan cara menggunakan pemanasan dengan suhu 1000°C selama 30 menit dan dilakukan setiap hari berturut – turut selama tiga hari. Waktu inkubasi dilakukan diantara dua proses pemanasan, dua proses pemanasan sengaja dilakukan agar spora yang bergerminasi menjadi sel vegetatif, sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya.

4) Pasteurisasi

Proses pemanasan pada suhu rendah yaitu 63-700C selama 30 menit dan dilakukan setiap hari selama tiga hari berturu-turut. Proses ini biasa dilakukan terhadap bahan atau zat-zat yang tidak tahan pada pemanasan tinggi seperti susu.

Ada beberapa mikroorganisme yang tahan pada suhu tinggi atau termofil dan sporanya tahan pada poses pasteurisasi.

Setelah proses pasteurisasi dilakukan, maka produk harus didinginkan dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup.

b. Pemanasan kering

Pemanasan kering kurang efektif untuk membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan pemanasan basah. Berbeda pada pemanasan basah yang menyebabkan terjadinya denaturasi

protein, pada pemanasan kering yang menyebabkan dehidrasi sel.

Pemanasan kering juga dapat menyebabkan oksidasi komponen – komponen dalam sel. Pemanasan kering digunakan dalam sterilisasi alat gelas di laboratorium, dimana digunakan oven dengan suhu 160-1800C,selama 1,5 – 2 jam dengan sistem udara statis. Jika digunakan oven yang dilengkapai dengan sirkulas udara, maka hanya dibutuhkan waktu setengahnya, karena aliran udara panas ke alat – alat gelas akan lebih efisien.

c. Sterilisasi radiasi

Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif mikroorganisme dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut, sedangkan sporanya biasanya lebih tahan. Efek baktertial dari sinar matahari tersebut disebabkan oleh bagian ultra violet dari spektrum sinarnya. Sinar ultra violet (UV) yang dipancarkan dari lampu uap yang sering digunakan untuk menyinari ruangan – ruangan tertentu, sehingga dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme diudara pada ruangan. Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik dalam sel – sel yang masih hidup.

d. Sterilisasi Mekanik

Biasa disebut penyaringan. Cara-cara penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan – larutan yang dapat mengalami kerusakan jika

dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikro dan akan menghilangkan mikroorganisme yang ada pada larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan tersebut dibuat dari gelas sinter, film selulosa (gelmen, Milipore) dan abestos atau penyaring Seitz. Pori-pori penyaring tersebut berkisar antara 0,22- 10 mikron. Pori – poriyang lebih besar biasanya digunakan untuk menjernihkan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk menahan atau menyaring virus mikroplasma adalah penyaring yang memiliki ukuran yang sangat kecil yakni penyaring Seitz.

e. Sterilisasi Kimia

Bahan kimia ini menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap mikroorganisme dibanding dengan perlakukan fisik seperti panas dan radiasi.

Cara ini sering disebut dengan : 1) Desinfeksi

Suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen yang sering digunakan adalah dengan cara kimia atau fisik, cara ini ditunjukkan untuk pemakaian pada benda mati, tetapi tidak selalu efektif terhadap bentuk sporanya.

2) Antiseptis

Suatu proses untuk membunuh atau memusnahkan mikroorganisme atau jasad renik yang pada umumnya menggunakan cara kimia dan penggunaannya ditujukan kepada makhluk hidup. Bahan antiseptik dapat pula bersifat bakterisid atau fungisid yaitu dapat membunuh bakteri atau fungi dan dapat pula bersifat bakteriostatik atau fungistatik yaitu hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau fungi (Lukman 2016 : 30 – 23).

E. Anti mikroba

1. Definisi antimikroba

Menurut Lukman, 2016, anti mikroba adalah bahan-bahan atau obat- obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia termasuk golongan ini yang akan dibicarakan yang berhubungan dengan bidang farmasi antara lain: antibiotik, antiseptik, kemoterapeutik, preservatif. Obat-obatan yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan maupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif artinya obat atau zat tersebut harus bersifat sangat toksis terhadap mikroorganisme penyebab penyakit tetapi relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes (Lukman 2016: 24)

2. Prinsip kerja antimikroba Suatu antimikroba memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana obatnya lebih toksis terhadap mikroorganismenya

dibandingkan pada sel hospes. Hal ini dapat terjadi dalam pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau karena obat pada reaksi- reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul daripada pengaruhnya terhadap sel hospes (Lukman 2016 : 24)

3. Mekanisme kerja antimikroba (Lukman 2016 : 24)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi 5 kelompok

a. Bersifat sebagai antimetabolit

Antimikroba bekerja memblok terhadap metabolik spesifik mikroba. Seperti pada sufonamida dan trinelprin. Sulfanamida menghambat pertumbuhan sel dengan menghambat kerja asam folat oleh bakteri. Sulfonamida bebas secara struktur mirip dengan asam folat. Para amino benzaiz acid (PABA). Dan bekerja secara kompotetif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidro folat menjadi tetra hidro folat.

b. Penghamabatan terhadap sintesis dinding sel

Antimikroba golongan ini dapat menghambat sintesis atau menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme sel. Yang termasuk kelompok ini secara lain Penisilin, Sefalosporin, Vankomisin, Sikloserin dan Basitrasin.

c. Penghambat fungsi permeabilitas membran sel.

Disini antimikroba bekerja secara langsung pada membran sel mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluller mikroorganisme (bakteri). Dalam ini antimikroba dapat : 1) Berinteraksi dengan sterol membran sitoplasma pada sel jamur

seperti Aforterisin B dan nistatin,

2) Merusak membran sel bakteri gram negatif, misalnya poliniksin dan kolistin.

d. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba.

Antimikroba mempunyai fungsi ribosom pada mikroorganisme yang menyebabkan sintesis protein terhambat. Dalam hal ini antimikroba dapat :

1) Berinteraksi dengan ribosom 3OS yang dapat menyebabkan akumulasi sintesis protein awal yang kompleks sehingga salah dalam menerjemahkan tanda m-RNA dan menghasilkan polipeptida yang abnormal.

2) Berinteraksi dengan ribosom 5OS yang dapat menghambat ikatan asam amino baru pada rantai peptida yang memanjang. Contohnya obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu kloranfenikol, tetrasiklin, eritromisin, dan linkomisin.

e. Penghambat asam nukleat

Dalam hal ini antimikroba mempengaruhi metabolisme asam nukleat. Sebagai contoh Rifampisin, mengikat dan menghambat DNA-

dependet RNA polimerase ada pada bakteri. Kuinolon menghambat DNA girase, dan Metronidazole menghambat sintesis DNA.

4. Uji Aktivitas Antibakteri

Metode pengujian antibakteri dilakukan untuk mengetahui efektivitas suatu zat terhadap mikroorganisme. Beberapa macam metode pengujian antibakteri yaitu :

a. Metode difusi

Disk-diffusion method atau Kirby-Bauer test, dibagi tiga yaitu metode menggunakan cakram/disk paper, metode menggunakan silinder dan metode lubang/sumuran. Disk uji diletakkan pada permukaan media agar yang telah diinokulasi dengan mikroorganisme uji, diinkubasikan dan diamati terbentuknya zona hambatan. Tes ini dapat mendeterminasi sensitivitas bahan uji dan estimasi konsentrasi hambat minimum, yaitu konsentrasi terendah yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri secara visual. Kelemahan metode difusi yaitu tidak dapat menentukan efek bakterisidal suatu bahan uji (Sari,2018 : 13).

b. Metode dilusi

Prinsipnya adalah seri pengenceran konsentrasi bahan uji. Dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum suatu bahan uji. Diinokulasi suatu seri pengenceran bahan uji dalam tabung berisi media cair dan diinokulasi dengan bakteri uji lalu diamati tingkat kekeruhan/pertumbuhan.

Pengenceran tertinggi dari media cair yang jernih dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum, sedangkan tabung yang jernih diinokulasi goresan pada media plate agar, diinkubasi dan diamati ada tidaknya pertumbuhan koloni pada permukaan media plate agar.

Pengenceran tertinggi dari tabung yang jernih sebagai konsentrasi bunuh minimum (Sari, 2018 : 13).

F. Uraian cefixime

Salah satu obat antibakteri adalah cefixime. Cefixime adalah antibiotik untuk mengobati berbagai infeksi yang di sebabkan oleh bakteri. Beberapa kondisi yang ditangani oleh cefixime diantaranya adalah infeksi saluran nafas, saluran kemih, saluran cerna, tifus abdominalis. Cefixime tidak dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu dan pilek.

Cara kerja cefixime : Cefixime bersifat bakterisid dengan kerja menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi mati.

Dosis : Dosis yang biasa direkomendasikan oleh dokter untuk pasien dewasa adalah 200 – 400 mg per hari. Sedangkan untuk anak – anak usia diatas 6 bulan dengan berat badan kurang dari 50 kg, dosis yang biasa direkomenasikan adalah 9 mg/kg per hari.

Farmakokinetik : Farmakokinetik cefixime meliputi proses absorbs, distribusi, dan ekskresinya.

Infeksi bakteri Escherichia coli

lebih besar bagi kesehatan

Flavonoid

Kombinasi ekstrak daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) G. Kategori daya hambat bakteri

Menurut Rahman, dkk 2017 kekuatan daya antibakteri dibagi menjadi empat kategori yaitu menghambat lemah (< 5 mm), sedang (5 – 10), kuat (10 – 20), dan sangat kuat (> 20).

H. Kerangka pemikiran

Keterangan : Variable yang diteliti : Variable yang tidak diteliti

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dibidang farmasi bahan alam berdasarkan uji mikrobilogi.

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Agustus – 22 Agustus 2019 bertempat di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Akademi Farmasi Santo Fransiskus Xaverius Maumere.

C. Alat dan bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan antara lain : autoklaf, bunsen, batang pengaduk, bejana maserasi, cawan petri, corong, erlemeyer, gelas ukur, inkubator , jarum ose, jangka sorong, mikro pipet, pinset, rotary evaporator , tabung reaksi, timbangan analitik,blender

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan adalah, sebagai berikut : aluminium foil, aquadest, biakan bakteri Escherichia coli, cefixime 100 mg, daun bidara laut, daun mengkudu, etanol 70 %, kertas saring, borer steril,kertas perkamen, label, medium Nutrien Agar, NaCl fisiologis, BaCl3, H2SO4, spidol.

30

D. Prosedur penelitian

1. Penyiapan sampel penelitian a. Pengambilan sampel

Daun bidara laut (Ziziphus mauritiana L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) diperoleh di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sampel diambil saat tumbuhan sudah berbuah. Daun yang diambil adalah daun yang sudah tua, tidak berwarna kuning dan tidak ditumbuhi jamur. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari 08.00 – 10.00

b. Pengolahan sampel

Daun bidara laut (Ziziphus mauritiana L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) yang telah diambil, disortasi basah, dicuci dibawah air mengalir hingga bersih dan dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dan ditutupi dengan kain hitam agar daun bidara laut (Ziziphus mauritiana L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) tidak terkena cahaya matahari secara langsung, kemudian diserbukkan dengan cara diblender (Sari,2018).

c. Ekstraksi sampel penelitian dengan cara maserasi

Daun bidara laut (Ziziphus mauritiana L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) yang telah diserbukkan ditimbang masing - masing sebanyak 250 gram dimasukkan kedalam bejana maserasi lalu ditambahkan etanol sebanyak 2 liter hingga simplisia tersebut terendam, biarkan selama 24 jam ditempat yang tanpa pemaparan

sinar matahari sambil sesekali diaduk, selanjutnya di saring kedalam wadah penampung dan dipisahkan antara ampas dan filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental etanol.

2. Pembuatan ekstrak kental bebas etanol

Ekstrak kental etanol yang telah diuapkan ditambahkan dengan aquadest sebanyak 20 ml, kemudian diuapkan sampai kering dan menghasilkan ekstrak kental bebas etanol (Sari,2018).

3. Pembuatan sampel penelitian

Ekstrak kental bebas etanol yang diperoleh kemudian dibuat dalam konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Untuk konsentrasi 5% ditimbang sebanyak 0,25 gram kombinasi daun bidara laut (Ziziphus mauritiana L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) kemudian dilarutkan dalam 5 ml aquadest, konsentrasi 10% ditimbang 0,5 gram ekstrak dan dilarutkan dalam 5 ml pelarut dan untuk konsentrasi 15% ditimbang 0,75 gram ekstrak kemudian dilarutkan dalam 5 ml aquadest (Sari,2018).

4. Sterilisasi alat

Strelisasi alat dilakukan dengan cara mencuci alat – alat yang diperlukan dengan menggunakan detergen selama 15 – 30 menit. Alat – alat dikeringkan dengan posisi terbalik diudara terbuka. Setelah kering dibungkus dengan kertas perkamen. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam suatu uji aktivitas antibakteri harus bebas dari adanya mikroba maka disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam percobaan.

Media pertumbuhan disterilkan di autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit dan alat-alat gelas yang digunakan disterilkan di oven pada suhu 170oC selama 1 jam. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar dengan nyala Bunsen (Sari,2018).

5. Pembuatan medium Nutrient Agar

Medium Nutrient Agar adalah media pertumbuhan untuk bakteri yang memiliki konsistensi seperti agar terbuat dari:

- Pepton from meat 5,0 g

- Meat extract 3,0 g

- Agar-agar 12,0 g

- Air suling 1000 mL

Ditimbang 20 g Nutrient Agar, kemudian disuspensikan ke dalam air suling sebanyak 1L, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna, disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (Sari,2018)

6. Pembuatan larutan standar Mc. Farland 0,5

Larutan BaCl2 1% sebanyak 0,05 ml dicampur dengan larutan H2SO4

1% sebanyak 9,95 ml dan dikocok homogen (Muhardika, dkk 2017 : 129).

7. Penyiapan mikroba uji a. Pembiakan Bakteri

1) Peremajaan bakteri

Satu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media Nutrient Agar miring dengan cara

menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam (Muhardi, dkk 2017 : 129).

2) Pembuatan suspensi bakteri

Biakan Escherichia coli dalam media Nutrient Agar miring diambil secara aseptik sebanyak satu ose, kemudian dimasukkan dalam 5 mL NaCl fisiologis dan kocok hingga homogen sampai diperoleh kekeruhan yang sesuai dengan standar Mc Farland 1,5 x 108 CFU/ml, kemudian diinkubasi kedalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam (Muhardi, dkk 2017 : 129).

8. Pembuatan kontrol (Kumayas, dkk, 2015 : 36 ) a. Pembuatan kontrol negatif

Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan aquadest, dengan cara membuat larutan stok aquadest dengan mengambil sebanyak 5 ml aquadest kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi, tutup dengan aluminium foil. Kontrol negatif digunakan sebagai pembanding dan pelarut untuk pembuatan kontrol positif.

b. Pembuatan kontrol positif

Kontrol positif dibuat dari sediaan obat cefixime 100 mg. Diambil kapsul cefixime dibuka kemasannya kemudian ditimbang serbuknya sebanyak 0,6 g setara dengan 2,5 % larutan cefixime. Kemudian serbuk cefixime dilarutkan dalam 10 ml aquadest lalu dikocok homogen.

9. Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi lubang sumuran. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan tiga kali pengulangan,dimana setiap cawan petri yang telah diinokulasikan bakteri dibuat 5 lubang sumuran di daerah kontrol positif, kontrol negatif, konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dengan diameter 5 mm dan kedalaman 4 mm menggunakan borer steril. Kemudian pada masing – masing lubang sumuran dimasukan 5 ҏL berbagai konsentrasi ekstrak, kontrol positif, kontrol negatif. Inkubasi dilakukan pada suhu 370C selama 24 jam. Diukur diameter daerah hambat (zona bening) dengan menggunakan jangka sorong di sekitar lubang sumuran (Nurjannah,2017).

E. Analisis data

Data dari hasil pengujian uji aktivitas kombinasi daun bidara laut (Ziziphus mauritiana L.) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia L) terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dianalisis secara statistika menggunakan metode regreasi linear sederhana.

hubungan antara kosentarsi (%) dan zona hambat (mm)

Tabel 4.1 Hasil penelitian uji aktivitas kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) terhadap

(Sumber : Data Primer Penelitian)

Gambar 4.1 Grafik hubungan konsentrasi (%) dengan diameter zona hambat (mm)

(Sumber : Data Primer Penelitian)

36

B. Pembahasan

Bakteri Escherichia coli merupakan organisme penghuni usus besar, hidupnya dalam kolon manusia dan diduga berperan dalam pembentukan vitamin K yang berperan dalam proses pembekuan darah. Escherichia coli juga bisa menyebabkan infeksi yang cukup serius karena dapat menghasilkan racun yang mampu merusak dinding dari usus kecil yang mengakibatkan kram perut, diare yang bercampur dengan darah, hingga muntah – muntah (Karmelia, 2016). Infeksi yang disebabkan oleh bateri ini dapat dicegah dengan pemberian obat kimia maupun obat herbal. Pada penelitian ini digunakan kombinasi daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escheichia coli karena daun mengkudu (Morinda citrifolia L) memiliki senyawa flavonoid yang bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel dan mendenaturasi protein mikroba (Widiana,dkk 2011). Sedangkan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) memiliki senyawa saponin yang bekerja dengan mengganggu tegangan permukaan dinding sel. Saat tegangan permukaan terganggu zat antimikroba akan dengan mudah masuk kedalam sel dan akan mengganggu metabolisme hingga terjadi kematian sel bakteri (Taufiq,2017).

Proses ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi. Metode maserasi digunakan karena metode ini cocok untuk simplisia segar, kering atau serbuk yang zat aktifnya tidak tahan terhadap proses pemanasan serta pengerjaan dan peralatannya mudah dan sederhana

(BPOM,2012 :10). Ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) yang diperoleh kemudian dibebas etanolkan dengan cara ditambahkan dengan aquadest sebanyak 20 ml, kemudian diuapkan sampai kering dan menghasilkan ekstrak kental bebas etanol.

Metode yang digunakan yaitu metode difusi lubang sumuran karena metode ini merupakan metode umum yang praktis, mudah dilakaukan, biaya yang relatif murah, peralatan yang digunakan lebih mudah (Nurjannah,2017).

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah media Nutrien Agar karena media ini merupakan media yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Penanaman suspensi bakteri Escherichia coli pada media Nutrient Agar menggunakan jarum ose steril. Dalam penanaman suspensi bakteri harus diperhatikan dengan baik karena akan berpengaruh pada hasil penelitian. Jika pengambilan suspensi bakteri terlalu banyak atau pertumbuhan bakteri pada media terlalu tebal dapat menyebabkan diameter zona hambat yang terbentuk kecil. Pada penelitian ini jumlah bakteri yang diambil adalah satu jarum ose dari suspensi bakteri 150 x 106 CFU/ml.

Hasil uji aktivitas kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) terhadap bakteri Escherichia coli diperoleh diameter zona hambat pada konsentrasi 5% (8,4 mm), konsentrasi 10% (15,56 mm), konsentrasi 15% (22,06 mm). Berdasarkan kriteria kekuatan daya hambat menurut Rahmani, dkk 2017 maka zona hambat

antibakteri kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) dengan konsentrasi 5% (8,4 mm) termasuk kategori sedang, konsentrasi 10% (15,56 mm ) termasuk kategori kuat dan 15% (22,06) termasuk kategori sangat kuat, serta kontrol positif pada penelitia ini yaitu 27,03 mm termasuk kategori sangat kuat. Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah Cefixime karena bakteri Escherichia coli sensitif terhadap cefixime dan salah satu dari kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) memiliki mekanisme kerja yang sama dengan cefixime yaitu dapat menghambat pembentukan dinding sel bakteri.

Pada penelitian ini digunakan aquadest sebagai pengencer kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) karena sifatnya yang polar dan tingkat kelarutannya tinggi sehingga ketika direaksikan dengan kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) akan larut sempurna dan aquadest juga digunakan sebagai control negatif. Hasil yang diperoleh dari uji kontrol negatif adalah 0 mm hal tersebut menunjukkan bahwa aquadest tersebut benar – benar tidak mengandung senyawa yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hal tersebut dapat mendukung hasil penelitian dan meyakinkan bahwa adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Eschericjia coli tersebut murni dari senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L).

Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak daun daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) yang di uji terhadap bakteri Escherichia coli menunjukkan daya hambat yang efektif karena diameter zona hambat yang dihasilkan lebih dari 10 mm.

Setelah dibuat persamaan regresi linear diperoleh Y = 1,68 + 1,366X, R = 0,99 dan R2 = 0,98, dan uji t diperoleh nilai t hitung(22,3489) > t tabel(12,7062). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi dengan diameter zona hambat, sehingga jika semakin besar konsentrasi kombinasi ekstrak daun daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) maka semakin besar pula zona hambat yang terbentuk disekitar lubang sumuran.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) pada konsentrasi 5% (8,4mm), 10% (15,5,6 mm) dan 15% (22,06 mm) memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli

2. Konsentrasi kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) yang paling optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah konsentrasi 15% dengan rata – rata diameter zona hambat sebesar 22,06 mm kekuatan daya antibakteri konsentrasi 15% sebanding dengan kontrol (+) yaitu dikategorikan sangat kuat namun diameter zona hambat kontrol positif Cefixime masih lebih besar yaitu 27,03 mm.

3. Berdasarkan persamaan regresi linear Y = 1,68 + 1,366X, R = 0,99 dan R2

= 0,98, dan uji t diperoleh nilai t hitung(22,3489) > t tabel(12,7062). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi kombinasi daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) dengan diameter zona hambat dimana semakin besar konsentrasi kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia

= 0,98, dan uji t diperoleh nilai t hitung(22,3489) > t tabel(12,7062). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi kombinasi daun mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun bidara laut (Ziziphus maurtiana L) dengan diameter zona hambat dimana semakin besar konsentrasi kombinasi ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia

Dokumen terkait