• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan

Dalam dokumen Sekretariat RAN-GRK - Publikasi RAD GRK DIY (Halaman 175-177)

BAB 4 ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

4.2 Usulan Aksi Mitigasi

4.2.3 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan

Aksi mitigasi sektor kehutanan dalam mengurangi peningkatan gas rumah kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dilakukan dengan beberapa upaya berikut ini.

4.2.3.1 Penambahan Tutupan Lahan

Yang perlu diingat dalam upaya model mitigasi, bahwa dengan melakukan penambahan tutupan lahan per Km2 maka akan mereduksi kadar gas karbon sebesar 54,1179 Ton CO2 eq/Th/Km2. Berikut dapat disusun beberapa bentuk skema model penurunan emisi gas rumah kaca dengan usulan mitigasi penanaman kembali hutan yang terdeforestasi :

Hutan tanaman yang sudah mengalami deforestasi ditanami kembali/dihutankan kembali sehingga dapat menjadi hutan tanaman kembali. Dalam hal perubahan dari penutupan lahan lain menjadi hutan tanaman ini mempunyai factor sequestrasi atau serapan sebesar 15 tC/Ha/Thn. Luas lahan total yang terdeforestasi adalah : 3.915,25 Ha dalam kurun waktu 11 tahun. Sehingga apabila luas total hutan yang terdeforestasi tersebut ditanami kembali, maka didapatkan serapan CO2/Ha/Thn adalah, sebagai berikut :

Rumus serapan (dlm CO2/Ha/thn) adalah = data aktivitas x FaktorSerapan

1. Data Aktivitas adalah : Data luas total hutan tanaman yang terdeforestasi dalamkurun waktu 11 tahun, yaitu dari tahun 2000 s/d 2011.

2. Sedangkan faktor serapan adalah bilangan yang didapat karena adanya penyerapan Karbon dari udara yang disebabkan oleh perubahan lahan (misalnya dari tanah kosong menjadi hutan tanaman). Perhitungannya adalah, sebagai berikut :

3.915,25 Ha x 15 = 58.728,75 ct dalam 11 tahun

3. Kemudian, jumlah serapan karbond alam 11 tahun tersebut di equivalen-kan dalam CO2t dalam 11 tahun, yaitusbb :

58.728,75 ct x 3,67 = 215.534,5125 CO2t dalam 11 tahun

4. Sedangkan penyerapan Karbon sebesar 215.534,5125 CO2t dalam 11 tahun tersebut dibuat dalam per tahun sehingga :

215.534,5125 CO2t/11 = 19.594,04659 CO2t/Thn.

Dari perhitungan diatas maka didapatkan kesimpulan bahwa setelah dilakukan penanaman kembali hutan tanaman yang terdeforestasi untuk mendapatkan hutan tanaman kembali, maka didapatkan serapan CO2 (Dlm Ton per tahun) adalah sebesar :19.594,04659 CO2t/Thn.

4.2.3.2 Mempertahankan Tutupan Lahan yang Berupa Hutan

Dengan mempertahankan penutupan lahan yang berupa hutan sekunder tetap menjadi hutan sekunder atau hutan tanaman tetap menjadi hutan tanaman maka akan terjadi peningkatan serapan karbon.Hal ini terkait juga dengan Rencana Tata Ruang Wilayah baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten.

4.2.3.3 Melakukan Perencanaan Hutan yang baik

Dalamhal ini perlu dilakukan PerencanaanHutan yang baik yang sesuai dengan kaidah- kaidah perencanaan hutan baik pada hutan rakyat maupun pada hutan Negara, sehingga dalam memproduksi kayu tidak mengganggu dalam proses sequestrasi hutan terhadap Gas Rumah Kaca diudara. Pada hutan rakyat pemiliknya perlu diberikan reward atau insentif apabila mampu merencanakan pemanenan kayunya dengan baik. Sebagai contoh adalah

memanen tegakan yang pertumbuhan riapnya sudah tidak tumbuh lagi atau dikatakan dengan tegakan yang miskin riap, sehingga tidak mengganggu kelestarian sumberdaya maupun kelestarian produksi yang artinya pemilik hutan rakyat tetap dapat mengambil produksi kayunya namun tetap tidak mengganggu kelestarian tegakan hutan sebagai penyerap Gas RumahKaca.

4.2.3.4 Pembatasan Lahan Sebagai Permukiman

Khusus di Provinsi D.I. Yogyakarta telah terjadi perubahan penggunaan lahan sebagai permukiman. Khususnya dari hutan rakyat yang terdapat di pekarangan menjadi permukiman atau perumahan, sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi permukiman yang ada tidak dikembangkan menyamping namun dikembangkan keatas/vertical yaitu dengan carapembatasan pembangunan kawasan perumahan diganti dengan pembangunan rumah susun ataupun apartemen yang dapat dijangkau oleh setiap lapisan masyarakat yang membutuhkan permukiman.

4.2.3.5 Pembatasan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pembatasan laju pertumbuhan penduduk ini sangat penting karena dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan penduduk tersebut lapar akan lahan yang artinya akan mempersempit lahan yang dapat melakukan penyerapan terhadap Gas Rumah Kaca yang ada di udara. Disamping itu dengan adanya laju pertumbuhan penduduk yang tinggi maka akan menyebabkan semakin tingginya kebutuhan akan transportasi yang artinya dengan meningkatnya kebutuhan transportasi ini akan menyebabkan semakin meningkatnya pula Emisi Gas Rumah Kaca yang ada di udara. Juga dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka juga akan berdampak dalam peningkatan jumlah sampah atau limbah yang dibuang sehingga dengan meningkatnya sampah atau limbah berarti juga akan meningkatkanEmisi gas RumahKaca yang adadi udara.

Pembatasan laju pertumbuhan penduduk ini dapat dilakukan dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan program Keluarga Berencana, yaitu bahwa dengan dua anak akan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga karena apabila tidak dilakukan pembatasan dalam jumlah anak yang lahir maka akan menimbulkan permasalahan social yang kompleks baik dalam keluarga maupun di masyarakat pada umumnya.

4.2.3.6 Aksi Mitigasi Lainnya

Aksi mitigasi lainnya pada sektor lahan dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan, sebagai berikut :

1. Melakukan rehabilitasi kawasan hutan yang terkena dampak erupsi merapi di Kabupaten Sleman;

2. Melakukan pembangunan jalur hijau; 3. Pembangunan hutan kota;

4. Melakukan rehabilitasi lahan kritis dan lahan-lahan yang berpotensi kritis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dimungkinkan, mengingat terdapat beberapa program pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah yang mengembangkan Program Penanganan Lahan Sumberdaya Air Kritis Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) di Provinsi DIY.

4.2.3.7 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020

Estimasi BAU Baseline dan usulan aksi mitigasi gas rumah kaca sektor kehutanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.77 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020

Keterangan 2013 2016 2020

BAU 21.62 22.14 22.86

Penambahan Tutupan Lahan 20.10 20.63 21.34

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012

Hasil perhitungan pada tabel diatas secara lebih jelasnya dapat dilihat pula spesifikasinya pada gambar grafik berikut ini.

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012

Gambar 4.46 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Tutupan Lahan Sampai dengan Tahun 2020

Dalam dokumen Sekretariat RAN-GRK - Publikasi RAD GRK DIY (Halaman 175-177)

Dokumen terkait