• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN KANKER SERVIKS 4.1. Pencegahan Kanker Serviks

4.1.2. Vagina Toilet

Agak aneh memang kedengarannya, masyarakat bahkan sering keliru menangkap maksud istilah ini. Ada yang mengartikan cara menjaga kebersihan vagina di toilet. Ada juga yang mengatakan proses mencuci vagina di toilet. Tapi

yang jelas, istilah “vagina toilet” adalah salah satu cara untuk mencegah kanker

serviks. Metode Vagina Toilet pertama kali diperkenalkan oleh dr. Ananto Sidohutomo, MARS pada tahun 2009. Beliau sangat prihatin terhadap banyaknya jumlah wanita yang meninggal dunia akibat kanker serviks. Diperkirakan ada 700 orang wanita yang meninggal setiap harinya di dunia karena penyakit kanker serviks. Vagina toilet adalah istilah yang diberikan terhadap serangkaian kegiatan berupa standard operational procedure (SOP) bagi upaya membersihkan organ intim pada wanita yang telah aktif secara seksual, karena para wanita ini sangat berisiko

besar mengalami banyak masalah akibat hubungan seksual, terutama kanker serviks. Hal ini merupakan terobosan baru dalam upaya perawatan kesehatan organ intim wanita.

. Vagina toilet dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih dengan keuntungan bisa melihat langsung ketika melakukan upaya pembersihan vagina pasien. Caranya mudah dan tak butuh banyak waktu dan biaya. Hanya butuh 15-20 menit saja. Bila diajarkan dan dilatih dengan baik, juga dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri dengan keuntungan bisa dikerjakan dimanapun dan kapanpun ia inginkan. Vagina toilet yang dikerjakan sendiri disebut valeri ananto atau vagina toilet dengan metode ananto. Metode ananto sendiri adalah metode vagina toilet yang diambil dari nama dr.Ananto Sidohutomo, MARS.

Meskipun dalam kesehariannya wanita tersebut telah mampu melakukan vagina toilet sendiri, dianjurkan sekali setahun ia tetap melakukan vagina toilet ke dokter terlatih untuk memastikan kebersihannya. Vagina toilet sendiri masih awam bagi wanita yang berdomisili di Kota Medan Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa vagina toilet adalah suatu cara untuk membersihkan vagina di toilet tanpa tahu apa tujuan dan manfaat dari metode tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan sosialisasi dan pengajaran yang lebih luas dan menyeluruh ke setiap lapisan masyarakat mengenai hal ini.

Sebelum melakukan vagina toilet, ada beberapa persiapan diri yang harus dilakukan oleh seorang wanita, yaitu : tidak sedang haid atau menstruasi, tangan dan jari-jarinya harus bersih, kuku jari-jari tangannya harus bersih, pendek dan tidak

tajam dan yang terpenting adalah tubuhnya sehat dan tidak sedang sakit. Sementara itu, persiapan sarana dalam vagina toilet adalah kamar mandi atau toilet, air bersih (sangat dianjurkan menggunakan air kemasan bermerek bukan air yang terdapat di bak kamar mandi, karena bisa saja sudah terkontaminasi kuman dan bakteri serta handuk bersih untuk mengelap vagina setelah dibersihkan.

Berikut adalah penjelasan aplikasi/cara pelaksanaan vagina toilet :

1. Pastikan semua sarana untuk melakukan vagina toilet sudah tersedia. 2. Bersihkan tangan dengan sabun antiseptik.

3. Posisi tubuh rileks/santai dengan pilihan : duduk rileks/santai di closet duduk seperti ketika akan buang air besar atau berdiri rileks/santai dengan satu kaki di lantai kamar mandi atau posisi rileks lainnya sesuai yang diinginkan.

4. Bersihkan dan siram area labium mayor dan labium minor dengan air bersih yang mengalir (bila diperlukan boleh menggunakan sabun).

5. Gunakan jari telunjuk dan jari manis untuk meregangkan dan membuka lanium mayor dan labium minor sampai ketemu liang vagina.

6. Bersihkan dan guyur liang vagina dengan air bersih yang mengalir (tidak boleh menggunakan sabun) karena dikhawatirkan sisa sabun akan menempel di liang vagina yang akan menimbulkan infeksi.

7. Letakkan jari tengah dengan lembut di liang vagina.

8. Saat liang vagina telah rileks, jari tengah dengan sangat lembut dimasukkan ke dalam vagina sampai berhasil menyentuh serviks.

9. Lakukan pembersihan dengan menelusuri seluruh serviks dan forniks, serta dinding vagina dengan gerakan melingkar dan mengusap lembut sambil mengarahkan jari tengah keluar vagina.

10. Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan berlendir dengan air bersih yang mengalir (dapat dibantu dengan ibu jari).

11. Bila jari tengah telah bersih, masukkan lagi ke liang vagina sampai menyentuh serviks dan lakukan pembersihan seperti sebelumnya.

12. Pembersihan dilakukan sampai tidak lagi terdapat kotoran di seluruh bagian organ intim atau jari tengah telah merasakan kesat.

13. Keluarkan jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan jari tengah, tangan dan labium mayor dengan menggunakan sabun dan air bersih. Setelah itu, keringkan dengan handuk bersih dan kering dengan cara menempelkan dan menekan, tidak usah diusap-usapkan.

Selain aplikasinya yang mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, vagina toilet juga memiliki keuntungan lainnya, yaitu : Organ intim wanita senantiasa bersih dari kotoran dan penyakit, kepekaan organ intim akan meningkat, menimbulkan suasana pH Netral sejenak dan bermanfaat membantu pengobatan bagi beberapa kasus penyakit seksual khususnya kanker serviks.

4.1.3. Vaksinasi

Salah satu hal yang menjadi alasan mengapa banyak terjadi kasus kanker serviks di Indonesia adalah karena minimnya pengetahuan masyarakat khususnya wanita mengenai kanker serviks. Sehingga membuat rendahnya kesadaran

masyarakat mengenai vaksinasi HPV. Infeksi virus HPV juga bisa dicegah dengan vaksinasi, maupun akibat yang ditimbulkannya seperti : kutil kelamin, lesi pra-kanker, maupun kanker serviks stadium dini sehingga mudah dideteksi dan diobati. Hal ini senada dengan pendapat Bidan Shanty sebagai berikut :

“Perempuan yang sudah mengalami menstruasi atau haid, sudah bisa

memeriksakan atau mendeteksi dini gejala kanker serviks, tetapi tidak dianjurkan untuk melakukan tes pap smear atau IVA, karena dikhawatirkan selaput dara atau himen dari perempuan tersebut akan koyak sebelum ia melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Oleh karena itu, sebaiknya tindakan yang tepat

dilakukannya adalah dengan vaksinasi HPV saja”.

Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks dan cara yang efektif dalam menghindarkan diri dari penyakit kanker serviks. Vaksin HPV yang beredar di Indonesia terbagi dalam 2 jenis, yakni merk Cervarix dan Gardasil yang berguna untuk meningkatkan performa dari sistem kekebalan tubuh (sistem imun) untuk mengenai dan menghancurkan virus HPV ketika masuk ke dalam tubuh. Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi pada tubuh akibat terkena virus HPV. Kedua vaksin ini memiliki fungsi yang sama untuk mencegah kanker serviks, perbedaannya hanya terletak dari harganya saja. Cervarix dibanderol dengan harga Rp.1.950.000,- untuk 3 kali suntik. Sementara Gardasil dihargai lebih mahal, yakni Rp.2.500.000,- untuk 3 kali suntik.

Gambar 4.2 Vaksin HPV Sumber : http://alodokter.com

Klinik Manda juga menyediakan fasilitas vaksinasi HPV. Vaksin yang tersedia di Klinik ini bernama Gardasil. Gardasil mampu melindungi tubuh terhadap empat dari lebih 100 tipe virus HPV, yakni dua tipe virus yang menyebabkan paling banyak kanker serviks dan dua tipe virus yang menyebabkan karsinoma atau kutil kelamin. Vaksin ini mengandung 4 spesies HPV, yaitu tipe 6,11, 16 dan 18. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa virus HPV tipe 16 dan 18 adalah penyebab kanker serviks.

Ibu Juwita Agustina SH. adalah salah satu pasien yang melakukan pap smear dan vaksinasi HPV di Klinik Manda, Ia mengatakan bahwa setelah melakukan pap smear dan hasilnya negatif kanker serviks, sebulan kemudian ia datang kembali ke klinik Manda untuk melakukan vaksinasi HPV. Saat itu, ia mendapatkan tiga kali suntikkan gardasil di lengan atasnya secara bertahap. Suntikkan pertama sampai suntikan ketiga memiliki jarak sekitar 6 bulan. Suntikkan (injeksi) kedua dilakukan

setelah 2 bulan dari suntikkan pertama, lalu suntikkan ketiga dilakukan setelah 4 bulan dari suntikkan kedua. Biaya untuk melakukan 3 kali suntikan vaksin gardasil adalah Rp.2.500.000,-. Sebelum melakukan suntikkan, ia mengaku kalau sebelum disuntik, dirinya harus dalam keadaan bersih, tidak sedang haid dan baru melakukan hubungan seksual dengan pasangannnya. Hal tersebut bertujuan agar vaksin gardasil yang masuk ke dalam darah tidak bercampur dengan darah kotor yang dihasilkan pada saat haid dan sperma yang mungkin saja masuk ke ovarium saat melakukan hubungan seksual. Setelah melakukan suntikkan, pasien juga tidak diperbolehkan campur (melakukan senggama dengan pasangannya) selama seminggu. Reaksi setiap

orang setelah vaksinasi sangat bervariasi, umumnya gejala efek samping setelah vaksinasi yang akan muncul meliputi sakit kepala, nyeri yang disertai kemerahan dan bengkak di bagian lengan yang disuntik, hingga demam 38-39 derajat celcius selama 1-3 hari. Vaksin ini dapat melindungi pasien selama 5 tahun dari ancaman kanker serviks.

Vaksin gardasil bisa diberikan sedini mungkin pada perempuan yang berusia 10 tahun. Namun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centra for Disease Control and Prevention) merekomendasikannya untuk perempuan-perempuan yang

berumur 11-15 tahun. Selain itu, vaksin ini juga bisa diberikan pada anak laki-laki untuk mencegah terjadinya kutil kelamin. Vaksin ini seharusnya diberikan kepada seorang perempuan sebelum ia aktif secara seksual dan belum pernah menikah. Sementara perempuan yang sudah menikah dan sudah terlanjur aktif secara seksual, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan pap smear atau IVA terlebih dahulu. Jika

hasil pap smear-nya menyatakan negative lesi pre-kanker HPV, maka bisa langsung diberikan vaksin HPV. Selain itu, sejauh ini pemberian vaksin pada wanita hamil dan menyusui aman-aman saja, tetapi masih dibutuhkan penelitian lanjutan. Namun, ada juga anjuran sebaiknya wanita hamil menunda pemberian vaksin HPV sampai ia sudah melahirkan.

Vaksin gardasil dapat mencegah 70% penyebab kanker serviks dan 90% penyebab kutil kelamin. Namun, vaksin gardasil tidak bisa mengobati wanita yang sudah terkena atau positif terinfeksi HPV. Wanita yang sudah divaksinasi bukan berarti sama sekali terhindar dari kanker serviks. Sebab ia masih dapat terkena kanker serviks 30% dari virus yang tidak terdeteksi dan diproteksi oleh vaksin gardasil. Disamping itu, seperti pada pembahasan sebelumnya, kanker serviks bukan hanya disebabkan oleh HPV saja, melainkan juga disebabkan oleh faktor-faktor lain (Alodokter 2015, diakses pada 20 Juli 2016).

Namun, apabila semua wanita divaksinasi, maka ada potensi bahwa jumlah kematian akibat kanker serviks di seluruh dunia akan turun sebanyak dua pertiganya. Namun, hal ini terkendala oleh faktor-faktor berikut ini :

1. Pengetahuan atau Informasi, Sebagian besar wanita tidak mengetahui apa itu vaksinasi HPV dan apa manfaat dari vaksin tersebut. Hal ini masih menjadi sesuatu yang tabu bagi mereka. Selama 2 bulan melakukan penelitian di Klinik Manda, penulis beberapa kali mewawancara pasien wanita yang memeriksakan kesehatannya atau berobat ke klinik, hampir semua informan tidak mengetahui tentang kanker

serviks, pap smear, IVA apalagi vaksinasi HPV. Mereka mengakui baru mendengar hal tersebut pada saat penulis menanyakannya.

2. Biaya Vaksinasi, Faktor ekonomi masih menjadi faktor penentu bagi seseorang untuk melakukan suatu hal, termasuk untuk kesehatannya. Walaupun ada informan yang melakukan pap smear dan IVA sudah diberi tahu dan mengetahui vaksinasi HPV oleh Bidan Shanty. Namun, hanya sebagian dari mereka yang melakukannya, selebihnya mengaku terkejut dan tidak melakukannya. Mereka terkejut karena menganggap biaya untuk 3 kali suntikan vaksin HPV sangatlah mahal dan jauh sekali bedanya dengan biaya pap smear yang hanya RP.150.000,- dan IVA Rp.30.000,-. Biaya vaksinasi dianggap diluar anggaran pengeluaran keluarga mereka, sehingga mereka berinsiatif untuk melakukan pap smear atau IVA seara rutin saja yakni dua kali setahun untuk mencegah kanker serviks.

Menurut Bidan Shanty, biaya vaksinasi yang cukup mahal tersebut, tidak sebanding dengan biaya yang akan dikeluarkan seorang wanita jika telah terinfeksi HPV, biaya tersebut meliputi biaya kesehatan, biopsi dan menjalani bermacam-macam pengobatan serta kecemasan pasien bila hasil pap smear-nya abnormal. Oleh karena itu, vaksinasi HPV ini sangat bermanfaat sekali untuk wanita.

4.1.4. Diet

Tidak bisa disangkal bahwa beberapa pola makan yang kurang sehat dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit termasuk kanker serviks. Oleh karena itu, setiap manusia, terutama wanita sangat dianjurkan untuk melakukan diet yang

sehat untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Adapun prinsip-prinsip diet yang tepat untuk mencegah kanker serviks adalah sebagai berikut :

1. Perbanyak Minum Air Putih.

Konsumsi air putih dapat memperlancar metabolisme tubuh. Manusia dianjurkan untuk mengkonsumsi air putih paling sedikit 8 gelas atau 2 liter setiap harinya untuk detoksifikasi racun di dalam tubuh termasuk sel-sel kanker.

2. Kurangi Makanan Berlemak

Menurut para ahli, pola makan kaya lemak bisa menghasilkan zat kimia dalam usus yang ketika berhubungan dengan bakteri akan merubahnya menjadi estrogen. Estrogen selanjutnya disimpan dalam jaringan lemak payudara sehingga membuat sel dalam payudara kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi kanker. Dengan membatasi konsumsi lemak sehari-hari sampai kira-kira 20% dari seluruh konsumsi kalori, berarti telah mengurangi peluang tumbuhnya sel kanker.

3. Perbanyak Konsumsi Makanan Berserat

Serat banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran. Serat sangat berguna dalam proses metabolisme dalam tubuh dan dapat menetralisir kadar hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh wanita sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks. 4. Hindari Makanan yang Mengandung Pengawet dan Pewarna Buatan

Makanan yang mengandung pengawet, pewarna buatan dan siap saji seperti fast food dan junk food sangat berisiko tinggi menimbulkan sel-sel kanker di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, hindari mengkonsumsi makanan tersebut agar terbebas dari ancaman penyakit kanker.

5. Perbanyak Konsumsi Ikan

Dengan memakan sedikitnya 3 porsi ikan laut dalam 1 minggu, seperti ikan tuna, salmon, makarel dan sarden dan lain sebagainya, seseorang bisa mencegah timbulnya kanker payudara dan kanker serviks, karena kandungan omega 3 pada ikan tersebut dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh (imun) sebagai penghalang timbulnya tumor dan sel-sel kanker.

6. Perbanyak Konsumsi Produk Makanan dari Kedelai

Kacang kedelai dan produk kedelai lainnya seperti tahu,tempe dan susu kedelai banyak mengandung genistein, yaitu sejenis estrogen alami yang memperkecil kemungkinan tumbuhnya sel kanker. Makanan produk kedelai dapat melindungi tubuh dari hormone penyebab tumor dan kanker.

Dokumen terkait