• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Deteksi Dini Kanker Serviks di Klinik Bidan Praktik Swasta “MANDA”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Deteksi Dini Kanker Serviks di Klinik Bidan Praktik Swasta “MANDA”"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Data Informan

1. Nama : Shanty Afridani Sirait S.ST Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Bidan

2. Nama : Juwita Agustina S.H Umur : 32 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 3. Nama : Ernawita

Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 4. Nama : Faridah Hanum

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Wirausaha Makanan 5. Nama : Rosmauli Boru Sitanggang

Umur : 31 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 6. Nama : Susilawati

Umur : 26 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta 7. Nama : Eka Yulianti

Umur : 42 Tahun

(2)

8. Nama : Lina Boru Hasibuan Umur : 38 Tahun

(3)

9. Nama : Misriani Umur : 28 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 10.Nama : Boinwati

Umur : 33 Tahun

(4)

Lampiran Gambar

Gambar Penulis sedang mewawancarai Bidan Shanty

(5)

Gambar Asam Asetat 5% Gambar Sarung Tangan Pemeriksaan

(6)

Gambar Swab/Lidi Berkapas

Gambar Obat Herbal Pencegah Kanker

(7)

Gambar Poster Pap Smear Gambar Klinik MANDA Tampak Dari Luar

(8)

BIDAN PRAKTIK MANDIRI

“SHANTY”

JL.Karya Cilincing Gg.Ciliwung No.22 Medan

Telp: (061)6624774 HP: 085358968740

Nomor : 3/XII/BPMS/2012 Medan, Desember 2012

Lampiran : 1 berkas Kepada Yth:

Hal : Permohonan Peserta Bapak Kepala Dinas Kesehatan Provider Jampersal Kota Medan

Di Medan Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Shanty Afridani Sirait,SST Umur : 31 tahun

Jabatan : Pimpinan BPM “SHANTY”

Alamat : Jl. Karya Cilincing Gang Ciliwung NO.22 Medan

Bersama ini mengajukan permohonan kepada Bapak agar sudi kiranya mengikut sertakan Bidan Praktik Mandiri “SHANTY” menjadi peserta Provider JAMPERSAL tahun 2013 menjadi peserta provider tahun 2012 untuk melayani Masyarakat Medan pada umumnya dan masyarakat di Kecamatan Medan Barat Kelurahan Karang Berombak khususnya.

Sebagai Bahan pertimbangan bagi bapak bersama ini turut saya lampirkan  Foto Copy Surat Izin Praktik Bidan

 Surat Rekomendasi dari Puskesmas Sei Agul

 Surat Pernyataan bersedia mengikuti aturan JAMPERSAL sesuai KEP.MENKES No. 2562/PER/XII/Tahun 2011

(9)

 Profil Bidan Praktik Mandiri “Shanty” dan Fasilitas  Fotocopy NPWP

 Fotocopy Kartu Keluarga  Praktik Mandiri “SHANTY”  Dokumentasi Gambar

Demikianlah Surat Permohonan ini saya buat dengan sebenarnya, dengan harapan semoga Bapak dapat menyetujui dan atas perhatian Bapak, Saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Pimpinan BPM “SHANTY”

(10)

SURAT PERNYATAAN

MENGIKUTI ATURAN JAMPERSAL

Yang Bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Shanty Afridani Sirait, S.ST Tempat/Tgl Lahir : Medan / 29 April 1981

Alamat : Jl. Karya Cilincing GG.Ciliwung No.22 Medan

Menyatakan bahwa saya bersedia mengikuti aturan JAMPERSAL, sesuai KEP-MENKES No. 2562/KEP-MENKES/PERXII/Tahun 2011.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 18 Desember 2012 Yang menyatakan, Pimpinan BPM ”Shanty”

(11)

Daftar Pustaka

Daulay, Harmona.2007.Perempuan dalam Kemelut Gender, Medan:USU Press. Edberg, Mark.2007.Buku Ajar Kesehatan Masyarakat, Jakarta:Buku Kedokteran. Foster, George and Anderson. 1986. Medical Anthropology, Jakarta:UI Press.

Gandhi, Mahatma.1933.Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Glasier, Anna and Gebbie.2002.Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta:Buku Kedokteran.

Koentjaraningrat.1985.Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta: PT.Gramedia

Muzaham, Fauzi.1995.Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Jakarta:UI Press. Sarwono, Solita.1993.Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sciortino, Rosalia.1992. Cure-Takes Of Cure (Perawat Puskesmas) An Anthropologycal Studi Of Health Centre Nurses In Rural Central Java, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Sihite, Romany.2007.Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan, Jakarta:Rajawali Press.

(12)

Tilong, Adi D.2012.Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta:FlashBooks.

Wagner, Lola dan Danny Irawan Yatim.1997.Seksualitas di Pulau Batam, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Yustina, Ida.2007. Pemahaman Keluarga Tentang Kesehatan Reproduksi, Medan:Pustaka Bangsa Press.

Sumber Jurnal :

Swiyoga, I Ketut,2010. Beberapa Masalah Pap Smear Sebagai Alat Diagnosis Dini Kanker Serviks di Indonesia. Jurnal Ilmu Keperawatan; Vol.7 Hal : 1-7.

Wahyuni, Sri, 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngapel, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan;

Vol.5 Hal : 1-6.

Sumber internet :

www.sejarahpapsmear.com diakses pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 20.05 Wib. www.ivatest.com.diakses pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 19.32 Wib.

www.bidanshop.com diakses pada tanggal 12 Juni 2016 pukul 20.35 Wib. www.alodokter.com diakses pada tanggal 24 Juli 2016 pukul 19.07 Wib.

(13)

BAB III

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS 3.1. Pengertian Rahim Secara Umum

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai kanker serviks, hal pertama yang harus kita ketahui terlebih dahulu ialah perkenalan terhadap rahim. Sebab, kanker serviks tumbuh dan berkembangnya di salah satu bagian rahim, yaitu leher rahim. Apabila kita telah mempunyai pemahaman terhadap bagian organ rahim ini, maka akan semakin mudah untuk mengenali dan memahami penyakit kanker serviks.

Rahim adalah bagian alat reproduksi yang sangat vital bagi wanita. Jika rahim terserang suatu penyakit, seperti kanker serviks maka akan memberikan dampak yang sangat kompleks dan menakutkan bagi wanita. Bukan hanya karena kanker serviks mengakibatkan sulitnya kehamilan bagi wanita, melainkan juga dampak yang paling ditakuti, yaitu kematian.

Oleh karena itulah, mengetahui kanker seviks beserta seluk-beluknya sejak dini adalah suatu hal yang sangat perlu untuk mengantisipasi bahkan mungkin wajib bagi wanita untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut. Sebab, dengan mengetahui kanker serviks sejak dini, berarti kita sudah mempunyai peluang yang sangat besar untuk bisa melakukan pencegahan atau pengobatan sendiri.

(14)

bagian rahim yang paling bawah, berbentuk memanjang dan sempit, serta menghubungkan liang senggama (vagina) dengan bagian atas rahim. Rahim terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda pada setiap organisme. Sementara itu, pada manusia rahim berbentuk seperti buah pir. Beberapa organisme seperti kelinci, kambing dan kuda mempunyai rahim bipartite atau bertanduk (Adi D.Tilong, 2012 : 55).

Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (biasanya agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum (perut). Rahim ditahan pada tempatnya oleh beberapa ligamen. Di luar kehamilan, ukuran garis tengahnya adalah beberapa sentimeter. Rahim kebanyakan terdiri atas otot. Lapisan permanen jaringan rahim yang paling dalam disebut endometrium. Pada manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu tertentu apabila kehamilan terjadi. Maka akan dilepaskan atau diserap kembali. Lepasnya lapisan endometrium pada manusia disebabkan oleh menstruasi sepanjang tahun-tahun subur seorang wanita. Sedangkan pada mamalia lain, mungkin ada siklus yang panjang selama enam bulan atau beberapa hari saja. Fungsi utama rahim adalah menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalam endometrium dari makanan yang terkandung dalam pembuluh darah yang berkembang secara khusus.

(15)

3.1.1. Pengertian Rahim Menurut Informan

Banyak pendapat yang berbeda dari masyarakat mengenai pengertian rahim, ada yang mengatakan alat reproduksi wanita, tempat kehamilan, tempat pembuahan sel telur oleh sperma dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, sebelum menanyakan lebih jauh tentang pap smear dan IVA, penulis terlebih dahulu menanyakan tentang rahim kepada informan dalam penelitian ini.

Bidan Shanty sebagai informan kunci mengatakan bahwa rahim adalah organ reproduksi betina yang utama pada mamalia, termasuk manusia. Salah satunya ujungnya adalah serviks, membuka ke dalam vagina dan ujung satunya yang lebih luas yang dianggap badan rahim. Sementara itu, Ibu Juwita mengatakan bahwa rahim adalah alat reproduksi wanita tempat mengandung anak. Ibu Erna mengatakan bahwa rahim adalah tempat pembuahan anak.Ibu Eka mengatakan bahwa rahim adalah tempat mengandung anak. Ibu Farida mengatakan bahwa rahim adalah tempat pembuahan sel telur wanita. Ibu Rosmauli mengatakan bahwa rahim adalah tempat proses kehamilan wanita dan Ibu Ati mengatakan bahwa rahim adalah tempat mengandung bayi dan melahirkan bayi pada wanita.

3.2. Pengertian Kanker Serviks

(16)

sudah dan aktif melakukan aktivitas seksual, terutama diantara usia 30-50 tahun. Kanker serviks merupakan jenis kanker paling banyak pengidapnya di Indonesia. Bahkan Indonesia merupakan negara kedua setelah Tiongkok yang memiliki pengidap kanker serviks terbanyak di dunia (Astana, 2009 : 29).

Gambar 3.1 Kanker Serviks Sumber : http://alodokter.com

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas diantara jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks (Departemen Kesehatan RI, 2007).

(17)

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh HPV (Human Papillomavirus) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Disamping itu ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk terkena kanker serviks, yaitu : Memulai hubungan seksual di usia belia, Melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu partner seksual dan pernah terkena penyakit menular seksual. Adapun perkembangan virus HPV ini diduga dapat dipercepat oleh beberapa hal seperti : Merokok, turunnya sistem imun misalnya, pada infeksi HIV, tidak pernah melakukan imunisasi untuk mencegah kanker serviks, menggunakan pil KB dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 5 tahun), melahirkan lebih dari 3 kali dan penggunaan closet di toilet umum jika closet tersebut terdapat virus HPV yang merupakan penyebab kanker serviks dari penderita yang menggunakan closet tersebut, maka virus HPV bisa berpindah ke daerah genital wanita tersebut. Oleh karena itu, pastikan closet umum yang akan digunakan dalam keadaan bersih. Bila perlu sebelum menggunakan closet umum tersebut, lap pinggiran closet menggunakan tissue kering agar kuman dan virus yang menempel disana bisa hilang.

(18)

3.2.1. Pengertian Kanker Serviks Menurut Informan

Hampir setiap orang tahu apa itu kanker serviks, walaupun terkadang hanya sekedar pernah mendengar istilah tersebut. Berikut beberapa pendapat informan mengenai kanker serviks :

1. Bidan Shanty mengatakan bahwa kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim (serviks) wanita yang disebabkan oleh infeksi virus HPV. Semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung menyerang wanita yang aktif secara seksual.

2. Ibu Juwita mengatakan bahwa kanker serviks adalah Kanker di daerah leher rahimwanita yang dipicu oleh beberapa hal seperti kurang menjaga kebersihan vagina, melakukan hubungan seks bebas dan faktor keturunan.

3. Ibu Erna mengatakan bahwa kanker serviks adalah kanker leher rahim yang menyerang wanita dan penyakit yang mematikan.

4. Ibu Eka mengatakan bahwa kanker serviks adalah kanker ganas yang menyerang wanita dan menyebabkan kematian.

5. Ibu Faridah mengatakan bahwa kanker serviks adalah kanker yang merusak leher rahim wanita.

6. Ibu Rosma mengatakan bahwa kanker serviks adalah kanker leher rahim pada wanita. 7. Ibu Ati mengatakan bahwa kanker serviks adalah kanker leher rahim pada wanita

(19)

3.3. Penyebab Kanker Serviks

Banyak hal yang menyebabkan kanker serviks, meskipun banyak kalangan yang mengatakan bahwa penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti. Namun, berdasarkan beberapa penelitian terbaru, virus HPV menjadi faktor risiko utamanya. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa yang menyebabkan kanker serviks adalah HPV. Diantara sekian jenis virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks ialah tipe 16 dan tipe 18. HPV jenis ini umumnya tidak menumbuhkan kutil atau gejala-gejala lain sehingga sulit disadari oleh para wanita. Kanker serviks bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu yang lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh. HPV cenderung tidak menimbulkan gejala sehingga jarang disadari oleh penderita.

Sistem kekebalan tubuh kita juga biasanya akan memberantas infeksi HPV sebelum virus ini menyebabkan gejala sehingga tidak membutuhkan penanganan. Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.

(20)

Perkembangannya memakan waktu 5 - 20 tahun, mulai dari tahap infeksi, lesi prakanker, hingga positif menjadi kanker serviks (Adi D.Tilong, 2012 : 25).

Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubugan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus HPV bisa terjadi, baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital. Oleh karena itu, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh dalam mencegah penularan virus HPV. Sebab, virus HPV tidak hanya menular melalui cairan, melainkan juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit.

Layaknya semua kanker, kanker serviks terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim atau abnormal. Namun, sebelum sel-sel menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan terlebih dahulu pada sel-sel itu. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel berubah menjadi sel-sel kanker.

Selama terjadi perubahan sel, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Perkembangan kanker serviks termasuk penyakit yang cukup lama karena masa preinvasif (pertumbuhan sel-sel abnormal sebelum menjadi keganasan) sehingga

(21)

3.4. Penemuan HPV Pada Penderita Kanker Serviks

Banyak orang yang mempunyai infeksi HPV tanpa mereka sadari. Infeksi HPV dapat hilang tanpa menyebabkan masalah. Untuk menemukan HPV, dokter mencari dysplasia atau kutil kelamin. Di sisi lain, pap smear dapat dipakai pula untuk memeriksa dubur, baik pada laki-laki maupun wanita. Caranya, kain penyekat diusap pada daerah yang ingin diperiksa untuk memungut beberapa sel. Sel ini dilumuri pada kaca dan diperiksa dengan mikroskop. Selanjutnya, sel diperiksa untuk menemukan kelainan yang mungkin menunjukkan perubahan abnormal pada sel, misalnya dysplasia dan kanker leher rahim.

Displasia atau kutil kelamin dapat dideteksi dengan pap smear. Beberapa

peneliti menganggap bahwa pap smear pada dubur dan leher rahim sebaiknya dilakukan setiap tahun untuk orang yang berisiko lebih tinggi, yaitu :

1. Orang yang menerima seks anal (penis masuk pada dubur seseorang). 2. Wanita yang pernah mengalami CIN9.

3. Siapa pun dengan jumlah CD410 di bawah 500.

Namun, peneliti lain menganggap bahwa pemeriksaan fisik dengan teliti dapat menemukan semua kasus kanker dubur yang ditemukan melalui pap smear. Kutil kelamin dapat muncul antara beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah seseorang terinfeksi HPV. Kutil bisa kelihatan seperti benjolan kecil. Kadang kala,

9

CIN adalah singkatan dari Cerviks Intraepithelial Neoplasia adalah transformasi dan pertumbuhan abnormal (dysplasia) dari skuamosa sel-sel pada permukaan leher rahim. CIN bukan kanker dan biasanya dapat disembuhkan.

10

(22)

kutil menjadi lebih penuh dengan daging dan kelihatan seperti kembang kol. Semakin lama kutil akan semakin besar.

Gambar 3.2 Human Papilloma Virus (HPV) Sumber : http://alodokter.com

Umumnya, dokter dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil kelamin atau tidak dengan melihatnya. Kadang kala, alat yang disebut Anoskop, dipakai untuk memeriksa daerah dubur. Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa dengan mikroskop yang disebut dengan biopsi. Jenis HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan jenis virus yang menyebabkan kanker. Tetapi, jika kita mempunyai kutil, kita mungkin juga terinfeksi jenis HPV lain yang dapat menyebabkan kanker.

3.5. Faktor-Faktor Penyebab Kanker Serviks

Selain virus HPV, ada beberapa faktor lain yang memicu timbulnya risiko terserang kanker serviks seperti berikut ini :

(23)

2. Seringnya mencuci vagina dengan antiseptik yang tidak dianjurkan oleh dokter, hal ini tentu saja banyak yang kurang mengerti sehingga banyak para wanita yang tidak sadar akan bahaya sebagai risikonya. Dalam merawat daerah kewanitaannya, mereka sering kali tertarik menggunakan antiseptik, baik dalam bentuk pencuci vagina maupun bentuk lainnya, seperti deodorant. Hal itu sebenarnya merupakan suatu tindakan yang keliru karena penggunaan antiseptik mempunyai risiko yang sangat besar untuk terserang kanker serviks. Maka dari itu, biarkan vagina anda bersih secara alami cukup anda saja yang merawatnya secara alami. Dengan kata lain, kebiasaan menggunakan antiseptik harus anda tinggalkan, lakukan seperlunya saja dan jangan terlalu sering.

3. Kebiasaan merokok, Zat nikotin yang dikandung tembakau mempunyai kecenderungan mempengaruhi selaput lender pada tubuh, termasuk selaput lender mulut rahim sehingga membuatnya rentan terhadap sel-sel kanker.

4. Kurang mengkonsumsi vitamin C,E, dan Asam Folat.

5. Seringnya menaburi vagina dengan bedak sehingga menimbulkan iritasi. 6. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.

7. Berganti-ganti pasangan atau mitra seksual, meskipun telah memakai kondom. 8. Penggunaan hormon esterogen bagi wanita yang telah menopause tidak sesuai dengan aturan dan petunjuk dokter.

9. Kebiasaan memakan makanan yang mengandung lemak. 10. Penggunaan pil KB yang terlalu lama.

(24)

12. Infeksi Herpes Genitalis atau Infeksi Klamidia. 13. Gaya hidup yang buruk.

14. Riwayat infeksi berulang di daerah kelamin atau radang panggul. 15. Wanita yang sering melahirkan.

16. Pembalut berkualitas buruk. 3.6. Gejala Kanker Serviks

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pap smear dan IVA yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan setelah aktivitas seksual atau diantara masa menstruasi.

Bagi sebagian orang, pada tahap awal penyakit kanket serviks tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Itulah sebabnya, wanita yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk melakukan pap smear atau IVA setiap dua kali setahun. Gejala fisik serangan penyakit kanker serviks pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut, yaitu munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding), keputihan yang berlebihan dan tidak normal, pendarahan diluar siklus menstruasi, serta penurunan berat badan secara drastis.

(25)

1. Pendarahan rahim yang abnormal. 2. Siklus menstruasi yang abnormal.

3. Pendarahan diantara dua siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi).

4. Pendarahan vagina pada wanita setelah masa menopause.

5. Pendarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun).

6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.

7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca-menopause). 8. Nyeri atau sulit untuk berkemih

9. Nyeri saat berhubungan seksual. 10.Kotoran vagina yang meningkat. 11.Nyeri pada pelvis.

Infeksi-infeksi atau persoalan-persoalan kesehatan lain dapat juga menyebabkan gejala-gejala kanker serviks yang hanya seorang dokter yang dapat memastikannya. Seorang wanita dengan gejala-gejala kanker serviks harus berkonsultasi langsung dengan dokter ahli kandungan sehingga persoalan-persoalannya dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin.

3.7. Stadium Kanker Serviks

Ramli, dkk, (2000 : 98) menyatakan bahwa adapun stadium kanker serviks adalah sebagai berikut :

(26)

Kanker serviks hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapisi leher rahim. Tingkat ini disebut carcinoma in situ.

2. Stadium 1

Kanker telah menyerang leher rahim dibawah lapisan atas dari sel-sel. Kanker serviks hanya ditemukan pada leher rahim. Pada stadium ini diperkirakan harapan untuk sembuh sekitar 75,7%.

3. Stadium 2

Kanker serviks meluas melewati leher rahim ke dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dan ke bagian atas dari vagina. Kanker serviks tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul). Harapan untuk sembuh semakin menurun 54,6%.

4. Stadium 3

Kanker meluas ke bagian bawah vagina. Kemungkinan kanker juga telah menyebar ke dinding pelvis (pinggul) dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. Harapan untuk sembuh semakin menurun 30,6%.

5. Stadium 4

Kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum (dubur), atau bagian-bagian lain tubuh penderita. Harapan untuk sembuh semakin kecil hanya 7,3%.

3.8. Deteksi Dini Kanker Serviks di Klinik MANDA

(27)

penyakit sosial. Beliau mengatakan bahwa penyakit tersebut telah berdampak pada keberlangsungan hidup manusia, khususnya pada kehidupan sosialnya. Seseorang yang menderita penyakit tersebut tentunya akan terasingkan dan merasa asing terhadap lingkungannya, karena penyakit ini bisa saja menular ke orang sekitarnya.

Walaupun kanker serviks sudah memakan banyak korban jiwa, namun masih banyak masyarakat, khususnya yang berdomisili di Kota Medan tidak tahu apa itu kanker serviks apalagi cara mendeteksinya. Sehingga tidak ada niat dan kesadaran diri untuk memeriksakan kesehatannya. Hal ini terutama dipengaruhi oleh niat (keyakinan), pengetahuan dan kerentanan terhadap penyakit tersebut. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa kanker serviks bukanlah penyakit menular yang umum di lingkungannya, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menderita penyakit ini terutama yang sering melakukan seks bebas seperti pekerja seks komersial. Padahal saat ini telah banyak sekali faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan kanker serviks.

Sebagian besar masyarakat baru menyadari dirinya terkena kanker serviks saat sudah mengalami gejala-gejala yang aneh atau tidak normal pada dirinya, sehingga mereka datang untuk memeriksakan diri pada saat sudah stadium lanjut dan sulit untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

(28)

jarang memeriksakan kesehatannya sebelum mengalami penyakit, karena mereka cenderung akan pergi ke bidan atau dokter setelah mengalami dan menderita suatu penyakit tertentu. Upaya pencegahan (preventif) penyakit tertentu akan dilakukan jika ada pelayanan kesehatan gratis, riwayat keluarga yang menderita penyakit, lingkungan yang mendukung untuk menularnya penyakit tertentu dan dorongan dari orang terdekat untuk ikut bersama melindungi diri dari ancaman penyakit tersebut. Dalam hal ini, keluarga menjadi komponen penting dalam mengajarkan dan mensosialisasikan pengetahuan dan kesadaran diri terhadap pola hidup yang sehat dan teratur sebagai salah satu upaya dini pencegahan penyakit.

Di dalam kehidupan sehari-hari, wanita diharapkan menjadi decision maker atau pembuat keputusan yang menyangkut dirinya sendiri, termasuk dalam pemeliharaan kesehatan reproduksinya. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, banyak sekali faktor yang mempengaruhi wanita untuk melakukan hal tersebut, seperti faktor budaya yang masih cukup kental berperan dalam kehidupan masyarakat.

(29)

memiliki peran untuk mengatur kehidupan rumah tangganya, ia bertanggung jawab atas segala aspek kehidupan istri dan anak-anaknya. Oleh karena itulah, seorang wanita harus mengikuti dan menjalankan perintah suaminya. Hal ini tentunya berdampak juga terhadap pemeliharan kesehatan reproduksi kedua belah pihak khususnya si istri yang akan mengandung dan melahirkan anak-anak mereka.

Seorang suami harus terus menjaga dan memantau kesehatan reproduksi istri dan dirinya. Hal ini bertujuan untuk pemeliharan kesehatan reproduksi dan keberlangsungan kehidupan keluarga sejahtera melalui program keluarga berencana (KB) yang telah digalakkan pemerintah Indonesia. Pemeliharaan kesehatan reproduksi bukan hanya sebatas bersih setelah persalinan, tidak melakukan seks bebas dan tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit menular seksual saja, lebih dari itu, upaya pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit harus terus dilakukan.

(30)

penerimaan terhadap pandangan atau perspektif mengenai apa itu sehat dan apa itu sakit.

Setiap orang memiliki pendapat dan pengalaman yang berbeda-beda terhadap penyakit, karena kekebalan tubuh setiap orang berbeda-beda sehingga berbeda pula rasa sakit yang mereka alami. Setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang spesifik maupun nonspesifik (Von Mering, 1970 : 272-273). Tingkah laku sakit yakni istilah yang paling umum didefinisikan sebagai cara-cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang mengalami sakit, kurang nyaman atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik (Mechanic dan Volkhart, 1961 : 52). Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit dan peranan pasien. Seorang dewasa yang bangun dari tidurnya dengan leher tegang dan sakit menjalankan peranan sakit; ia harus memutuskan, apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan atau memanggil dokter. Namun hal ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila sakit itu telah didefenisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya, yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang disekelilingnya, maka barulah dikatakan bahwa seseorang

itu melakukan peranan sakit. Sebagaimana dikatakan oleh Jaco, “Ketika tingkah laku

(31)

peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu masyarakat” (Jaco 1972:93).

Konsep peranan pasien lebih terbatas daripada peranan sakit. Apabila orang dewasa yang tenggorokannya sakit memutuskan untuk beristirahat sehari di tempat tidur, dengan harapan bahwa para anggota keluarga lainnya akan membawakan makanan baginya, maka peranan sakit itu telah ditunjukkan. Baru apabila dokter dihubungi dan si individu bertindak menurut instruksinya, maka peranan pasien itu telah menjadi kenyataan. Dengan demikian, peranan pasien merupakan kasus khusus

(suatu perpanjangan) dari peranan sakit. “Masyarakat yang lebih luas menetapkan

kriteria yang sah tentang sakit bagi warganya (artinya dapat mengesahkan peranan sakit), sedangkan tempat terapi dan organisasi dimana orang yang sakit mendapat perawatan dan perhatian, telah menentukan kriteria bagi peranannya sebagai pasien

dalam sistem sosial” (Jaco 1972:94). Dengan kata lain, peranan pasien menurut

pengesahan medikal yang formal, yaitu pengerahan orang yang sakit kepada perawatan dokter dan sumber-sumber pendukungnya.

(32)

homogen. Dalam hal ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa faktor sosial budaya sangat mempengaruhi tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien dalam satu situasi tertentu.

Meskipun kasus kanker serviks masih belum dapat dihilangkan, angka kematian akibat penyakit ini dapat ditekan dengan melakukan berbagai pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Secara umum, kanker serviks dapat dideteksi dengan mengetahui perubahan kondisi pada daerah serviks melalui pemeriksaan sitologis leher rahim menggunakan IVA (Inspeksi Visual Asetat) dan Pap smear. Kapan hal tersebut perlu dilakukan oleh seorang wanita? Menurut panduan yang dikeluarkan oleh Persatuan Ahli Kebidanan dan Kandungan di Amerika Serikat, setiap wanita seharusnya melakukan tes pap smear untuk deteksi dini kanker serviks sejak 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual (Alodokter 2015, diakses 24 Juli 2016).

Program deteksi dini yang rutin dianjurkan untuk kanker serviks menurut WHO setidaknya dilakukan satu kali pada wanita berusia sekitar 35 - 40 tahun. Pada daerah dengan fasilitas yang menyediakan pelayanan deteksi dini kanker serviks, khususnya tes pap smear dan IVA, maka pemeriksaan ini harus dilakukan setiap 10 tahun pada wanita usia 35 - 55 tahun. Dan pada daerah dengan fasilitas yang tersedia dan lebih memadai, maka pemeriksaan dilakukan tiap 5 tahun sekali. Namun, skrinning yang ideal dan optimal adalah skrinning yang dilakukan setiap 3 tahun pada

(33)

wanita yang tidak memiliki abnormalitas pada hasil pemeriksaan tes pap smear-nya (Alodokter 2015, diakses pada 24 Juli 2016).

Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim . Pemeriksaan sitologis leher rahim saat ini ada berbagai macam cara, diantaranya adalah tes pap smear dan Inpeksi Visual Asam asetat (IVA).

3.8.1. Pap Smear

Upaya pencegahan penyakit (preventif) kesehatan saat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti deteksi dini penyakit, imunisasi, vaksinasi dan lain sebagainya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan kesadaran akan bahayanya suatu penyakit tertentu. Klinik Bidan Praktik Swasta

“MANDA” menyediakan fasilitas pemeriksaan atau deteksi dini kanker serviks, yaitu

(34)

Pap smear dapat dilakukan di unit pelayanan kesehatan terdekat, seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit, klinik bidan, praktik dokter spesialis kandungan (obginekologi) dan lain sebagainya. Pap smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid, baru melakukan hubungan seksual sehari sebelumnya atau sesuai petunjuk dokter. Pap smear sebaiknya dilakukan 1 kali setahun oleh setiap wanita yang sudah pernah dan aktif melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan pap smear di klinik Manda dikenakan biaya sebesar Rp.150.000,- sekali periksa, agak lebih mahal daripada IVA karena hasil pap smear dibawa lagi ke laboraturium patologi rumah sakit untuk hasil yang lebih akurat.

Apabila hasil pemeriksaan pap smear postif, yaitu terdapat sel-sel yang tidak normal, sebaiknya konsultasikan kepada petugas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut oleh ahli kandungan. Lakukan pap smear secara rutin agar kanker serviks lebih cepat ditemukan dan kemungkinan besar bisa disembuhkan.

Sejak ditemukannya metode pap smear konvensional, maka jumlah kematian wanita akibat kanker serviks menurun, Meskipun demikian, untuk menurunkaan risiko terkena kanker serviks, setiap wanita sebaiknya melakukan pap smear secara rutin, yaitu setiap tahun karena beberapa tipe kanker serviks tertentu telah meningkat jumlahnya (Bidanshop 2013, diakses pada 4 Juni 2016).

(35)

yang telah penulis lakukan, ada 3 golongan wanita yang berbeda berdasarkan pengetahuannya mengenai pap smear, yaitu :

1. Wanita yang mengetahui pap smear lalu melakukannya.

2. Wanita yang mengetahui pap smear tetapi tidak melakukannya.

3. Wanita yang tidak mengetahui pap smear sehingga tidak melakukannya.

Golongan pertama adalah wanita yang mempunyai pengetahuan dan mendapatkan informasi mengenai apa itu kanker serviks, bahaya kanker serviks bagi kesehatan reproduksi wanita, bagaimana cara mendeteksinya serta bagaimana cara mengobatinya. Setelah mengetahui hal tersebut, timbul kesadaran diri dari wanita ini untuk menjaga kesehatan reproduksinya dengan mendeteksi dini kanker serviks melalui tes pap smear. Ia menyadari bahwa setiap wanita berisiko terkena kanker serviks, termasuk dirinya. Upaya pencegahan ia lakukan karena setiap wanita memiliki kerentanan untuk terjangkit penyakit tersebut, apalagi saat ini banyak sekali faktor-faktor penyebab terjadinya kanker serviks.

(36)

namun produk-produk digital pendukung informasi ini, masih belum dimiliki oleh semua orang sehingga hanya sebagian kecil saja, yang dapat memiliki, menggunakan dan memanfaatkan hal tersebut.

Golongan kedua, wanita yang mengetahui pap smear tetapi tidak melakukannya. Beberapa wanita mengetahui kanker serviks dan cara mendeteksinya dengan melakukan pap smear. Namun, mereka masih enggan untuk melakukan tes tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

1. Niat, Seperti kata pepatah arab yang berbunyi “Segala sesuatu dimulai dengan niat” jika tidak ada niat dalam hatinya untuk melakukannya, maka ia jadi malas dan enggan untuk melakukan hal tersebut, begitu juga dengan wanita yang tahu tentang pap smear tetapi tidak punya niat sedikitpun untuk melakukannya.

2. Ekonomi, masih menjadi faktor penyebab seorang individu enggan dan ragu-ragu untuk memeriksakan kesehatannya.

3. Takut akan terjadi sesuatu jika ia melakukan pap smear, ia menyangka bahwa ada dampak atau efek yang akan terjadi pada dirinya setelah ia melakukan pap smear. 4. Rasa malu yang besar jika sesuatu yang dianggap pribadi dan sensitif seperti organ

(37)

5. Risih, rasa yang dianggap akan terjadi bila suatu alat yang berbentuk seperti gunting atau cocor bebek masuk ke dalam organ intimya, dan dibiarkan beberapa saat untuk mengambil sampel sel-sel serviks dari serviks atau leher rahim.

6. Kepikiran terhadap hasil tes nantinya, apakah ia positif atau negatif terkena kanker serviks. Hal ini dianggap menjadi beban dan pemicu stress bagi pasien yang melakukan pap smear, karena hasil tes pap smear tidak langsung ketahuan harus dibawa ke laboraturium patologi terlebih dahulu untuk dianalisa di bawah mikroskop dan baru diketahui paling lama seminggu kemudian.

7. Suami, orang terdekat dan terkasih pun, dapat mempengaruhi seorang wanita untuk melakukan pap smear, mereka mengatakan bahwa tidak ada anjuran dan dukungan dari suaminya untuk melakukan hal tersebut. Sehingga ia tidak melakukannya. Dalam kasus ini, perempuan tidak bisa menjadi decision maker (pembuat keputusan) dalam keputusan penting yang menyangkut kesehatan dirinya. Ia masih berada di bawah bayang-bayang suaminya untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Oleh karena itu, penting bagi suami untuk memahami dan mengerti keadaan istrinya, apalagi hal ini dilakukan untuk kesehatan reproduksinya yang nantinya juga berpengaruh terhadap kehidupan rumah tangganya.

(38)

dirinya rentan terkena penyakit menular seksual, termasuk kanker serviks, rutin melakukan pap smear 6 bulan sekali untuk mendeteksi dini kanker seviks. Justru, semakin rentan seseorang mengalami penyakit tersebut, semakin besar pula keinginan dan tekadnya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit.

Golongan ketiga, wanita yang tidak mengetahui pap smear sehingga tidak melakukannya, wanita ini tidak tahu apa itu kanker serviks apalagi pap smear. Mereka masih memiliki kesadaran dan pengetahuan yang rendah mengenai penyakit kanker. Ini terkait dengan umumnya orang mempercayai mitos, bahwa penyakit kanker tidak dapat dideteksi, tidak bisa dicegah bahkan disembuhkan. Ada anggapan bahwa jika seseorang terkena penyakit kanker maka ia akan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada kenyataannya, dengan perkembangan teknologi saat ini, informasi mengenai penyakit tertentu bahkan penyakit berbahaya dan terganas sekalipun dapat di deteksi dan dicegah serta diobati.

Padahal, lebih dari 40% dari semua kanker dapat dicegah, bahkan beberapa jenis yang paling umum, seperti kanker payudara, kolerektal (kanker usus besar) dan kanker serviks dapat disembuhkan jika di deteksi sejak dini. Penyakit kanker tidak harus menjadi genetik murni karena bisa dicegah apabila menghindari faktor risikonya, seperti terpapar asap rokok, diet rendah serat, paparan sinar ultraviolet dan berhubungan seksual yang tidak sehat (Adi D.Tilong, 2012 : 58).

(39)

terorganisir secara maksimal. Saat ini pencapaian deteksi dini kanker, khususnya kanker serviks dan kanker payudara masih jauh dari harapan. Dari seluruh penduduk Indonesia, wanita yang berusia 30 - 50 tahun yang berisiko tinggi sebanyak 36,7 juta lebih, yang mendapatkan deteksi dini baru 1,75% atau 644.951 jiwa. Padahal target pemerintah adalah 80% (Berdasarkan data YKI pada tahun 2011). Hal ini sekaligus membuktikan hipotesis HBM bahwa tidak semua pengobatan murah dan gratis itu didatangi banyak orang, walaupun setiap pihak terus mengupayakan program kesehatan tersebut.

Di samping itu, keterbatasan masyarakat untuk memperoleh pengobatan yang berkualitas karena masalah ekonomi dan transportasi juga menjadi kendala. Namun, kini masyarakat tidak perlu khawatir lagi karena adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) semua pemeriksaan dan pengobatan kanker di fasilitas kesehatan dijamin oleh BPJS Kesehatan. Tetapi kenyataannya, masih banyak masyarakat yang lebih memilih untuk memeriksakan kesehatan dan berobat ke rumah sakit swasta atau klinik bidan praktik swasta daripada menggunakan BPJS kesehatan ke rumah sakit umum atau ke puskesmas alasan utamanya karena harus mengantri lama dan sulit dalam mengurus administrasinya. Selain itu, faktor sosial budaya masyarakat yang tidak mendukung program ini, seperti masih percaya pada pengobatan alternatif, tradisional atau dukun juga menjadi kendala lainnya.

(40)

Dengan tes pap smear, dapat menyingkapkan adanya infeksi, radang ataupun sel-sel abnormal dalam rahim. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan pap smear, maka jumlah kematian akibat kanker serviks akan menurun.

Untuk lebih mengetahui pemeriksaan pap smear, berikut penjelasan Bidan Shanty mengenai tahapan-tahapan yang harus dilalui seorang wanita saat melakukan pemeriksaan pap smear, yaitu :

1. Bidan dan pasien memasuki ruangan praktek untuk melakukan pap smear.

2. Bidan mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan pap smear. Alat-alat yang digunakan pada tes pap smear pada dasarnya adalah alat yang memiliki tekstur yang cukup lembut karena memang dikhususkan untuk pemeriksaan serviks yang memiliki sifat yang sensitif. Lalu pasien disuruh untuk menanggalkan pakaiannya mulai dari pinggang hingga bagian bawah guna pemeriksaan. Kemudian pasien akan diberi baju khusus dari klinik untuk mempermudah pemeriksaan pap smear.

3. Bidan mengarahkan pasien untuk duduk di bagian ujung bangsal pemeriksaan.

(41)

4. Bidan kemudian akan mengintruksikan pasien untuk berbaring di bangsal pemeriksaan dengan posisi kaki membuka lebar. Posisi ini akan lebih memudahkan bidan untuk memeriksa dan dapat membuat otot-otot pasien tidak tegang. Semakin relaks akan semakin baik untuk proses pap smear dan juga semakin cepat tahapan pap smear ini diselesaikan.

5. Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan dan pengecekan bagian vagina paling luar. Bidan akan menyentuh bagian luar vulva pasien yang dimaksudkan untuk membuka bagian labia sehingga bagian genital dapat terlihat untuk melihat apakah vagina pada bagian ini normal atau tidak.

(42)

Gambar 3.4 Spekulum Sumber : Dokumentasi Penulis

7. Setelah spekulum sudah benar-benar pada posisinya, bidan akan mengambil sampel dari jaringan yang berbeda pada mulut rahim bagian luar atau dalam istilah medis dikenal sebagai ektoserviks. Pengambilan sampel jaringan ini dengan menggunakan alat sejenis spatula khusus.

8. Jika proses pengambilan sampel jaringan sudah selesai, selanjutnya spekulum yang tadi dipasang akan dilepas yang menandakan jika proses pap smear telah selesai. Saat proses pencopotan spekulum ini, bidan juga akan melakukan pemeriksaan pada bagian uterus (rahim) dan ovarium pasien. Dalam proses ini bidan hanya akan menggunakan tangannya untuk merasakan kedua bagian ini yang sebenarnya tidak dapat terlihat.

(43)

menggunakan mikroskop. Proses ini nantinya dapat melihat apakah sel-sel ini nantinya merupakan sel yang normal ataukah sel-sel yang abnormal.

10.Jika proses pemeriksaan di laboraturium patologi sudah selesai, maka akan diketahui apakah pasien memiliki sel normal pada leher rahim maupun rahimnya atau tidak. Dari pihak klinik akan memberikan laporan tertulis mengenai normal tidaknya kondisi sel di leher rahim dan rahim pasien untuk selanjutnya dapat dilakukan proses lanjutan jika memang hasilnya mengatakan ada ketidaknormalan sel pada serviks pasien.

Kelebihan pap smear dibandingkan dengan IVA adalah tingkat keakuratan hasil tesnya, dimana akurasi pap smear (85-90%) sedangkan IVA (70-75%) (Kumpulan Info Kanker Serviks 2014, diakses pada 5 Agustus 2016).

3.8.2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Metode lain yang digunakan untuk mendeteksi dini kanker serviks di Klinik Manda adalah IVA. IVA merupakan metode deteksi dini kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa.

(44)

dilakukan. Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan pap smear yang selama ini lebih populer.

Adapun beberapa keunggulan metode IVA dibandingkan pap smear adalah sebagai berikut :

1. Tidak memerlukan alat tes laboraturium yang canggih (alat pengambil sampel jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lain sebagainya).

2. Tidak memerlukan teknisi laboraturium khusus untuk pembacaan hasil tes. 3. Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu.

4. Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi daripada pap smear (sekitar 75%) meskipun dari segi kepastian lebih rendah dari pap smear (sekitar 85%).

5. Biayanya sangat murah bahkan gratis bila dilakukan di puskesmas terdekat.

IVA adalah metode yang lebih mudah, sederhana dan mampu terlaksana sehingga skrinning dapat dilakukan dengan cakupan yang lebih luas. Dengan demikian,diharapkan temuan kanker serviks dini bisa lebih banyak karena kemampuan IVA dalam mendeteksi dini kanker serviks telah dibuktikan oleh berbagai penelitian kedokteran.

(45)

1. Mudah, praktis dan mampu terlaksana.

2. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, bukan hanya di dokter obginekologi sehingga bisa dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu. 3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.

4. Metode IVA sesuai untuk pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk melaksanakan IVA, dibutuhkan tempat dan alat seperti berikut :

1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi (posisi telentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen (perut).

2. Bangsal/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. 3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.

4. Spekulum vagina. 5. Asam asetat (3-5%) 6. Swab-lidi berkapas. 7. Sarung tangan.

Dalam hal ini, ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan dalam pemeriksaan IVA. Berikut adalah beberapa kategori yang dapat dipergunakan pada pemeriksaan IVA :

1. IVA negatif yang merupakan serviks normal.

2. IVA radang, yakni serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).

(46)

karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker (dysplasia ringan sedang, berat atau kanker serviks stadium satu).

4. IVA kanker serviks. Tahap ini berupaya untuk penurunan temuan stadium kanker serviks sehingga masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks, yakni ditemukan pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

Metode IVA dilakukan dengan beberapa cara. Adapun cara kerja IVA adalah sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penejelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.

2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi.

3. Vagina pasien akan dilihat secara visual apakah ada kelainan atau tidak dengan bantuan pencahayaan yang cukup.

4. Spekulum akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, kemudian dibuka untuk melihat leher rahim.

5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.

(47)

membuat pengumpalan protein sehingga sel kanker yang kepadatan berprotein tinggi berubah warna menjadi putih.

Tentu saja ada keraguan pada metode yang lebih sederhana seperti IVA, namun telah dibuktikan pada beberapa penelitian bahwa metode IVA cukup sensitif dan spesifik dalam upaya skrinning kanker serviks, sebagaimana hasil temuan kajian yang telah dilakukan di Indonesia (Alodokter 2015, diakses pada 16 Juli2016).

3.9. Pengalaman Informan melakukan Pap Smear

Jumlah wanita yang mengikuti tes pap smear di Klinik Manda semakin meningkat setiap tahunnya. Selain karena harganya yang terjangkau, keakuratan hasil pap smear yang hampir 100% dapat dijadikan acuan pemeriksaan lanjutan jika terdapat indikasi infeksi kanker serviks. Pencapaian ini diharapkan akan lebih baik di tahun mendatang untuk menurunkan jumlah kematian wanita akibat kanker serviks di Kota Medan.

3.9.1. Juwita Agustina Boru Situmeang S.H

(48)

Dame Gang Ayem No. 56A Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Ibu Juwita pertama kali melakukan pap smear pada bulan Maret 2016 di Klinik Manda ditangani langsung oleh Bidan Shanty. Beliau pertama kali mengetahui tentang pap smear dari informasi yang didapat oleh teman dekatnya yang telah melakukan pap smear terlebih dahulu di klinik yang berbeda. Hal ini berdasarkan pada pengalaman salah satu teman dekat mereka yang telah didiagnosis menderita kanker serviks stadium lanjut.

Selain itu, faktor utama beliau melakukan pap smear adalah karena pengalaman pribadi beliau menggunakan toilet umum yang sangat kotor sehingga membuat beliau mengalami keputihan yang sulit untuk dihentikan pada saat menaiki kereta api umum jurusan Medan-Siantar pada bulan Januari 2016 yang lalu. Setelah melakukan pembersihan dan pengobatan yang tidak membuahkan hasil, akhirnya ia berinisiatif untuk memeriksakan dirinya ke klinik bidan terdekat.

(49)

Beliau pun setuju, seminggu kemudian beliau datang lagi ke klinik Manda didampingi oleh suami dan anaknya. Semula ia takut untuk melakukan pap smear tapi keinginan yang besar untuk sembuh dan dukungan dari keluarga membuat ibu Juwita memberanikan diri melakukannya dan mengambil langkah selanjutnya untuk vaksinasi HPV setelah hasil pap smearnya keluar menunjukkan ia negatif kanker serviks.

Hal yang ia takutkan ketika akan melakukan tes pap smear adalah saat melihat alat seperti gunting atau mirip cocor bebek akan dimasukkan ke vaginanya. Ia takut akan terjadi sesuatu seperti pendarahan di vaginanya,namun kekhawatiran ibu Juwita ditepis oleh penjelasan bidan Shanty yang mengatakan bahwa alat tersebut tidak akan membahayakan beliau, ia bertanggung jawab sepenuhnya. Hal itulah yang membuat kecemasan ibu Juwita berangsur-angsur menghilang sampai tes pap smearnya selesai dilaksanakan. Setelah pap smear, sebulan kemudian ia melakukan vaksinasi HPV dengan 3 kali suntik (injeksi) HPV bertahap. Setelah injeksi ketiga tidak ada masalah pada tubuh dan kesehatan ibu Juwita sampai saat ini. Berdasarkan pengalam ibu Juwita, dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan yang ia lakukan merupakan aplikasi komponen HBM yaitu tindakan nyata untuk melakukan perilaku kesehatan berupa melakukan pap smear.

3.9.2. Ernawati

(50)

Marzuki S.H. Beliau berdomisili di Jalan Ampera 2 No.6 Kelurahan Dwikora, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Beliau pertama kali melakukan pap smear di Rumah Sakit DR. Zainal Abidin Banda Aceh pada tahun 2010 saat beliau dan keluarganya tinggal dan menetap disana mengikuti tugas suaminya sebagai polisi. Saat itu alasan utama beliau melakukan pap smear adalah sebagai upaya pembersihan dan perawatan serviks dari kuman, bakteri dan virus yang mungkin ada di dalamnya. Setelah melakukan pap smear yang pertama beliau rutin memeriksakan kesehatan reproduksinya terutama dari ancaman penyakit kanker serviks dengan melakukan tes IVA, terakhir kali ia melakukan IVA pada tahun 2015 di Puskesmas Dwikora. Lalu satu tahun kemudian, melakukan tes pap smear kembali di Klinik Manda. Ia memilih melakukan pap smear disana karena ajakan dan saran dari keluarga dekatnya yang pernah melakukan pap smear disana. Selain karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah beliau, juga karena pelayanan yang baik dan ramah dari petugas kesehatan disana, terutama Bidan Shanty dalam berinteraksi dengan pasien, apalagi pasien baru yang belum pernah sebelumnya memeriksakan kesehatannya ke klinik ini.

Biaya pap smear di klinik Manda sangat terjangkau dan hasil dari tes tersebut cepat keluar, hasil tes pap smear ibu Erna selalu negatif kanker serviks.

(51)

Ibu Ernawati telah melakukan upaya pencegahan penyakit dengan mempertimbangkan untung dan ruginya mengetahui penyakit yang mungkin dideritanya.

3.9.3. Eka Yulianti

Ibu Eka Yulianti adalah seorang wirausaha dibidang fashion dan tekstil yang lahir pada 12 April 1974 dan tinggal di Jalan Gaharu No.22 Medan, ia pertama kali menikah pada usia 19 tahun dengan seorang nahkoda kapal pesiar di Batam, Kepulauan Riau. Saat ini beliau sudah berpisah dengan suaminya tanpa memiliki anak. Kemudian ia menikah lagi pada tahun 2001 lalu bercerai tanpa anak dan menikah lagi pada tahun 2014 dan kembali bercerai tanpa memiliki anak.

Beliau merupakan pasien yang melakukan pap smear di klinik Manda pada akhir tahun 2015 yang lalu. Sehari-hari ia melakoni profesinya sebagai seorang wirausaha pakaian di Pusat Pasar Medan. Kesibukannya sehari-hari terkadang membuatnya lupa untuk menjaga kesehatannya sendiri, ia terkadang makan tidak teratur dan kurang tidur. Selain itu, ia juga adalah seorang perokok aktif. Dari gaya hidup yang seperti itu, ibu Eka menyadari sepenuhnya kalau dirinya sangat rawan terjangkit penyakit. Namun ia tidak menyangka bahwa akan menderita kanker serviks stadium 1B. Dalam wawancara ibu Eka mengatakan :

(52)

disana, ia menyarankan saya untuk pap smear juga agar tahu apa

sebenarnya penyakit saya ini”.

Setelah melakukan pap smear di klinik Manda, seminggu kemudian ibu Eka datang lagi untuk mengetahui hasilnya. Ternyata, ditemukan lesi kanker di serviksnya. Bidan Shanty lalu menyarankan ibu Eka untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan biopsi di rumah sakit rujukannya yaitu Rumah Sakit Imelda Medan ke dokter spesialis kandungan disana. Saat didiagnosa mengidap kanker serviks, ia merasa syok (shock), sedih, kecewa, depresi, terpukul, frustasi, marah dan mengisolasi diri dari lingkungan sekitar serta merasa hal tersebut tidak adil baginya.

“Secara fisik saya baik, karena sebelumnya memang saya sehat. Hanya secara mental payah sekali, merasa dekat dengan maut, ketakutan, rasanya berhadapan begitu dekat dengan kematian. Dari diagnosa sampai saat ini perasaan saya seperti naik roller-coaster, naik turun tidak menentu. Ketika mendapat dukungan dari keluarga, saya menjadi kuat, tetapi ketika memikirkan penyakit ini, saya jadi ketakutan dan down lagi. Saya pun akhirnya berpisah dengan suami saya. Saya menutup diri dan sering mengurung di kamar. Perasaan malu karena ada penyakit maut di dalam diri ini, membuat saya malu untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan orang diluar” ungkapnya.

(53)

Oleh karena itu, ia memiliki harapan dan semangat untuk sembuh dan terbebas dari ancaman kanker serviks. Ia kemudian melakukan prosedur operasi pengangkatan sel kanker tersebut. Kemudian ia menjalani semua prosedur medis yang disarankan. Ia sangat beruntung ternyata sel-sel kanker itu hanya berlokasi di leher rahimnya belum menyebar ke organ tubuh lainnya.Empat bulan setelah ia didiagnosa kanker serviks akhirnya ia dipastikan bebas dari sel kanker tersebut. Ia sangat bersyukur kepada Tuhan karena mengetahui kondisi ini pada tahap awal sebelum berlanjut menjadi semakin parah. Sekarang ia sudah bisa beraktivitas dengan normal.

3.10. Pengalaman Informan Melakukan IVA

IVA merupakan metode deteksi dini kanker serviks yang paling sederhana dan mudah untuk dilaksanakan, terutama di puskesmas terdekat. Selain biayanya yang cukup murah dan bahkan gratis, hasil tes IVA juga langsung dapat diketahui. Dari hal tersebut, jumlah wanita yang melakukan IVA semakin meningkat setiap tahunnya di puskesmas dan klinik kesehatan, salah satunya di Klinik Manda. 3.10.1.Faridah Hanum

(54)

Hampir 5 tahun sudah ibu Ida berjualan sarapan disana. Karena ia dikenal sebagai ibu kepling dan masakannya yang enak, membuat banyak orang yang membeli dagangannya sekaligus menjadikan warungnya sebagai tempat berkumpulnya ibu-ibu sambil berbincang-bincang dan ngobrol mengenai kehidupan mereka sehari-hari alias ngerumpi. Dari ngerumpi inilah, pertama kali ibu Ida tahu apa itu kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. Ia menceritakan masalah pribadinya yang sering keputihan dan terkadang mengalami siklus menstruasi yang pendek (hanya 3-4 hari saja sudah berhenti menstruasi dari normalnya 7 hari). Salah satu ibu-ibu yang sering membeli sarapan dan merumpi disana menganjurkan beliau untuk chek kesehatan ke klinik bidan terdekat. Kebetulan beliau sudah sering (langganan) berobat ke klinik Manda, sehingga ia memutuskan untuk pergi kesana untuk memeriksakan kesehatannya.

(55)

3.10.2.Rosmauli Boru Sitanggang

Ibu Rosmauli Boru Sitanggang lahir di Siborong-Borong 3 Juni 1985 merupakan ibu rumah tangga yang memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai supir truk dan 2 orang anak. Ia berdomisili di Jalan Madio Utomo Gang Kadhi No.30 Kelurahan Tegal Rejo, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan sehari-hari ibu Rosma, panggilan akrab ibu Rosmauli adalah mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Pada saat melahirkan anak keduanya, ibu Rosma mengalami pendarahan yang cukup serius sehingga anaknya harus lahir secara premature. Setelah melahirkan anak keduanya, ia langsung memasang KB di Klinik

Manda berupa KB spiral. Hal ini bertujuan untuk mencegah beliau agar tidak hamil dan melahirkan lagi dalam waktu dekat, karena anak-anaknya masih sangat kecil dan jarak kelahirannya cukup rapat. Dalam wawancara beliau mengatakan :

“Saya sudah dua kali melahirkan disini dengan bidan Manda dan bidan Shanty, dan sudah serasi dengan pelayanan mereka. Sehingga pasang KB dan lepas KB pun disini juga. Ternyata setelah lepas KB, ada masalah pada organ kewanitaan saja, membuat siklus menstruasi saya jadi tidak teratur. Saya berobat lagi dan bidan menganjurkan untuk di pap smear atau IVA untuk memeriksakannya. Saya memilih IVA karena prosesnya yang cepat

dan sederhana”.

(56)

melakukan IVA atau pap smear sekali lagi sebulan kemudian untuk lebih memastikan kesehatannya. Lalu sebulan kemudian, ia melakukan IVA dan hasilnya negatif kanker serviks. Bidan Shanty pun menganjurkan ibu Rosma untuk menjaga kesehatannya dan rutin melakukan IVA.

3.10.3. Susilawati

Ibu Susilawati atau yang akrab disapa dengan Ibu Ati lahir di Medan, 18 September 1989 adalah seorang karyawan swasta di sebuah lembaga pendidikan yang berdomisili di Jalan Karya Ujung No.234 Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Beliau memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai kontraktor jalan raya dan memiliki satu orang anak yang berusia 4 tahun. Pertama kali beliau mengetahui tentang kanker serviks dan IVA berasal dari informasi rekan kerjanya yang sudah pernah melakukan IVA terlebih dahulu.

(57)

inilah, Ibu Ati mendapatkan informasi mendalam seputar kesehatan reproduksi wanita.

Akhirnya ia pertama kali melakukan IVA di Klinik Manda pada bulan Mei 2016. Menurut penuturan beliau, alasannya melakukan IVA karena niat dan kesadaran diri tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi yang terkadang sering dianggap remeh dan sepele oleh sebagian wanita. Semula beliau mendapati hambatan dari suaminya yang tidak setuju jika ia melakukan IVA. Dalam wawancara beliau mengatakan :

“Semula suami saya tidak setuju saya melakukan IVA, ia takut ada

sesuatu atau efek samping yang akan terjadi terhadap saya jika melakukan hal itu dikemudian hari. Apalagi ia merasa kalau ia dalam keadaan baik-baik saja, tidak pernah “jajan11” dan hidupnya lurus-lurus saja. Tetapi saya menjelaskan apa tujuan dan manfaat dari IVA dan memastikan hal tesebut tidak akan merugikan saya. Akhirnya beliau setuju. Saya memilih melakukannya di klinik Manda karena sudah serasi dengan pelayanan dan pengobatan bidan Shanty selain itu saya melakukan persalinan juga disana.”

Setelah melakukan IVA, ada beberapa perubahan yang ia rasakan seperti lancar menstruasi dan organ intimnya terasa lebih bersih dan tidak berbau. Hasil IVA yang terakhir ibu Ati lakukan negatif kanker serviks.

11

(58)

BAB IV

PENCEGAHAN KANKER SERVIKS 4.1. Pencegahan Kanker Serviks

Selain menyediakan fasilitas pelayanan pap smear dan IVA dalam upaya deteksi dini kanker serviks untuk menurunkan angka kematian wanita karena penyakit tersebut, Klinik Manda juga memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada setiap pasien yang datang khususnya wanita dalam hal pencegahan kanker serviks.

Mengingat kanker serviks adalah suatu penyakit yang mematikan bagi kaum wanita, maka perlu upaya yang tepat dan cepat untuk mencegah penyakit ini. Bidan Shanty dalam wawancara mengatakan :

“Mencegah lebih baik daripada mengobati. Walaupun kanker serviks menakutkan, namun anda bisa mencegahnya. Anda bisa melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi virus HPV, dan

akhirnya menderita kanker serviks”.

Beliau juga mengatakan untuk saat ini ada berbagai macam tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks selain melakukan pap smear dan IVA secara rutin, yaitu pemeliharaan kesehatan, vaksinasi anti kanker serviks, vagina toilet, diet, dan mengkonsumsi obat-obatan tradisional.

4.1.1. Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan untuk mencegah kanker serviks, dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

(59)

“Stress adalah pemicu segala penyakit, setiap permasalahan hidup pasti bisa membuat orang stress. Pusatnya segala penyakit muncul dari otak yang stress lalu membuat keputihan. Kemudian terinfeksi menjadi sel-sel

kanker”.

2. Miliki pola makan sehat yang kaya dengan sayuran, buah-buahan dan sereal untuk merangsang sistem imun atau kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karoten, vitamin A, C dan E serta asam folat yang terbukti dapat mengurangi risiko terkena kanker serviks.

3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda, maupun usia belasan tahun. Usia pernikahan yang ideal bagi seorang wanita adalah 21-35 tahun.

4. Hindari berhubungan seksual selama masa menstruasi atau haid karena pada saat itu darah yang dikeluarkan oleh vagina adalah darah kotor yang mengandung banyak kuman dan bakteri sehingga dapat memicu timbulnya virus HPV tipe 16 dan 18 penyebab kanker serviks.

5. Selalu setia dengan pasangan yang sah dan hindari berhubungan seks dengan banyak partner seksual dan berganti-ganti pasangan seks.

6. Hindari melahirkan yang terlalu banyak dan tidak berjarak antara satu anak dengan anak selanjutnya.

7. Hindari pembersihan bagian genital dengan menggunakan air yang kurang bersih, karena dikhawatirkan di dalam air tersebut banyak mengandung kuman, bakteri dan virus-virus penyakit.

(60)

9. Hindari penggunaan narkoba dan merokok karena banyak bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan tembakau dan zat-zat berbahaya tersebut dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Bidan Shanty dalam wawancara mengatakan :

“Saat ini, walaupun si wanitanya tidak merokok dan menggunakan

narkoba, namun kanker serviks bisa saja menjangkitinya, apabila partner seksualnya aktif merokok dan menggunakan narkoba. Tentu saja zat-zat berbahaya tersebut larut dalam darahnya dan bisa mempengaruhi kualitas sperma yang ia keluarkan saat berhubungan seksual dengan pasangannya. Sperma yang masuk ke dalam sel telur adalah sperma yang tidak sehat dan pengaruh zat-zat berbahaya ini dapat menyebabkan timbulnya virus HPV dan kutil kelamin yang bisa menyebabkan kanker serviks pada wanita melalui hubungan seksual

tersebut”.

4.1.2. Vagina Toilet

Agak aneh memang kedengarannya, masyarakat bahkan sering keliru menangkap maksud istilah ini. Ada yang mengartikan cara menjaga kebersihan vagina di toilet. Ada juga yang mengatakan proses mencuci vagina di toilet. Tapi

yang jelas, istilah “vagina toilet” adalah salah satu cara untuk mencegah kanker

(61)

besar mengalami banyak masalah akibat hubungan seksual, terutama kanker serviks. Hal ini merupakan terobosan baru dalam upaya perawatan kesehatan organ intim wanita.

. Vagina toilet dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih dengan keuntungan bisa melihat langsung ketika melakukan upaya pembersihan vagina pasien. Caranya mudah dan tak butuh banyak waktu dan biaya. Hanya butuh 15-20 menit saja. Bila diajarkan dan dilatih dengan baik, juga dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri dengan keuntungan bisa dikerjakan dimanapun dan kapanpun ia inginkan. Vagina toilet yang dikerjakan sendiri disebut valeri ananto atau vagina toilet dengan metode ananto. Metode ananto sendiri adalah metode vagina toilet yang diambil dari nama dr.Ananto Sidohutomo, MARS.

Meskipun dalam kesehariannya wanita tersebut telah mampu melakukan vagina toilet sendiri, dianjurkan sekali setahun ia tetap melakukan vagina toilet ke dokter terlatih untuk memastikan kebersihannya. Vagina toilet sendiri masih awam bagi wanita yang berdomisili di Kota Medan Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa vagina toilet adalah suatu cara untuk membersihkan vagina di toilet tanpa tahu apa tujuan dan manfaat dari metode tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan sosialisasi dan pengajaran yang lebih luas dan menyeluruh ke setiap lapisan masyarakat mengenai hal ini.

(62)

tajam dan yang terpenting adalah tubuhnya sehat dan tidak sedang sakit. Sementara itu, persiapan sarana dalam vagina toilet adalah kamar mandi atau toilet, air bersih (sangat dianjurkan menggunakan air kemasan bermerek bukan air yang terdapat di bak kamar mandi, karena bisa saja sudah terkontaminasi kuman dan bakteri serta handuk bersih untuk mengelap vagina setelah dibersihkan.

Berikut adalah penjelasan aplikasi/cara pelaksanaan vagina toilet :

1. Pastikan semua sarana untuk melakukan vagina toilet sudah tersedia. 2. Bersihkan tangan dengan sabun antiseptik.

3. Posisi tubuh rileks/santai dengan pilihan : duduk rileks/santai di closet duduk seperti ketika akan buang air besar atau berdiri rileks/santai dengan satu kaki di lantai kamar mandi atau posisi rileks lainnya sesuai yang diinginkan.

4. Bersihkan dan siram area labium mayor dan labium minor dengan air bersih yang mengalir (bila diperlukan boleh menggunakan sabun).

5. Gunakan jari telunjuk dan jari manis untuk meregangkan dan membuka lanium mayor dan labium minor sampai ketemu liang vagina.

6. Bersihkan dan guyur liang vagina dengan air bersih yang mengalir (tidak boleh menggunakan sabun) karena dikhawatirkan sisa sabun akan menempel di liang vagina yang akan menimbulkan infeksi.

7. Letakkan jari tengah dengan lembut di liang vagina.

(63)

9. Lakukan pembersihan dengan menelusuri seluruh serviks dan forniks, serta dinding vagina dengan gerakan melingkar dan mengusap lembut sambil mengarahkan jari tengah keluar vagina.

10. Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan berlendir dengan air bersih yang mengalir (dapat dibantu dengan ibu jari).

11. Bila jari tengah telah bersih, masukkan lagi ke liang vagina sampai menyentuh serviks dan lakukan pembersihan seperti sebelumnya.

12. Pembersihan dilakukan sampai tidak lagi terdapat kotoran di seluruh bagian organ intim atau jari tengah telah merasakan kesat.

13. Keluarkan jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan jari tengah, tangan dan labium mayor dengan menggunakan sabun dan air bersih. Setelah itu, keringkan dengan handuk bersih dan kering dengan cara menempelkan dan menekan, tidak usah diusap-usapkan.

Selain aplikasinya yang mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, vagina toilet juga memiliki keuntungan lainnya, yaitu : Organ intim wanita senantiasa bersih dari kotoran dan penyakit, kepekaan organ intim akan meningkat, menimbulkan suasana pH Netral sejenak dan bermanfaat membantu pengobatan bagi beberapa kasus penyakit seksual khususnya kanker serviks.

4.1.3. Vaksinasi

(64)

masyarakat mengenai vaksinasi HPV. Infeksi virus HPV juga bisa dicegah dengan vaksinasi, maupun akibat yang ditimbulkannya seperti : kutil kelamin, lesi pra-kanker, maupun kanker serviks stadium dini sehingga mudah dideteksi dan diobati. Hal ini senada dengan pendapat Bidan Shanty sebagai berikut :

“Perempuan yang sudah mengalami menstruasi atau haid, sudah bisa

memeriksakan atau mendeteksi dini gejala kanker serviks, tetapi tidak dianjurkan untuk melakukan tes pap smear atau IVA, karena dikhawatirkan selaput dara atau himen dari perempuan tersebut akan koyak sebelum ia melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Oleh karena itu, sebaiknya tindakan yang tepat

dilakukannya adalah dengan vaksinasi HPV saja”.

(65)

Gambar 4.2 Vaksin HPV Sumber : http://alodokter.com

Klinik Manda juga menyediakan fasilitas vaksinasi HPV. Vaksin yang tersedia di Klinik ini bernama Gardasil. Gardasil mampu melindungi tubuh terhadap empat dari lebih 100 tipe virus HPV, yakni dua tipe virus yang menyebabkan paling banyak kanker serviks dan dua tipe virus yang menyebabkan karsinoma atau kutil kelamin. Vaksin ini mengandung 4 spesies HPV, yaitu tipe 6,11, 16 dan 18. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa virus HPV tipe 16 dan 18 adalah penyebab kanker serviks.

Gambar

Gambar Penulis sedang mewawancarai Bidan Shanty
Gambar Spekulum
Gambar Obat Herbal Pencegah Kanker
Gambar  Universitas Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka penulis akan membangun sistem pakar yang dapat mendiagnosa kelainan sistem ortopedi

Contoh: Kristus disimbolisasikan oleh seekor ikan, sebuah salib, atau seekor domba, atau oleh kombinasi huruf-huruf Yunani chi dan rho (cΡ = C dan R, dua huruf

[r]

Penerapan pembelajaran IPA berbasis PAIKEM dengan model Discovery Learning merupakan pendekatan dan model yang dianggap efektif, yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

Salah satunya yaitu sekelompok mahasiswa Langkat yang tergabung dalam Gerakan Langkat Pintar (GLP) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan minat baca dengan menanamkan

Mengadministrasikan surat Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah dengan cara mengelompokkan dan mencatat sesuai dengan jenisnya serta menyampaikan kepada

1) Murabahah adalah akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga dan kondisi sanitasi lingkungan dengan status BTA pada suspek TB Paru studi