• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1.Ruang Lingkup Penelitian

3.4. Metode Analisis Data

3.4.6. Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.4.6.1. Variabel Independen

3.4.6.1.1. Intensitas Pemeriksaan Pajak (X1)

Pengertian pemeriksaan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 24 sebagai berikut: pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan perpajakan. Dengan demikian, pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, selain mempunyai tujuan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, juga mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan.

Intensitas pemeriksaan pajak merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah Self Assesment System. Pemeriksaan pajak akan memberikan partisipasi aktif untuk mengontrol penghitungan pajak bahkan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.2. Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di kemukakan kembali oleh Kurnia (2006: 111) pengertian kepatuhan Wajib Pajak adalah “rasa bersalah dan rasa malu, persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”.Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan mampu mematuhi berbagai Peraturan Undang-Undang Perpajakan.Wajib Pajak yang patuh dan taat dalam membayar pajak, maka sudah seharusnya memperoleh keadilan dari penerimaan perpajakan yang diperoleh pemerintah.

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang

diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela.Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.

Variabel kepatuhan Wajib Pajak menjadi tolok ukur untuk menentukan seberapa besar kemungkinan Wajib Pajak melakukan penggelapan pajak (tax evasion).Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.3.Pengetahuan Wajib Pajak (X3)

Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Biasanya motivasi akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku (termotivasi, tanpa motivasi, dan apatis), dan kesesuaian dengan tujuan perilaku (efektif, tidak efektif).

Salah satu unsur yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan

moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses Wajib Pajak. Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT.

Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.4. Sistem Perpajakan (X4)

Sistem perpajakan di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan pajak mereka.Sistem perpajakan di Indonesia, telah diterapkan sedemikian rupa dimana setiap Wajib Pajak harus menghitung, dan menyetorkan pajak mereka sendiri.Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya sistem perpajakan di Indonesia memberikan kepercayaan yang baik kepada setiap Wajib Pajak untuk turut serta dan menjadi Wajib Pajak yang aktif.Sedangkan yang menjadi kontrolnya adalah pihak fiskus, sistem ini disebut dengan Self Assesment System.Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan

terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''.

Dengan demikian, sistem perpajakan di Indonesia diharapkan dapat memberikan motivasi untuk setiap Wajib Pajak bahwa pihak Ditjen pajak tidak akan menerapkan sebuah sistem yang ribet dan merepotkan. Analoginya, sebuah sistem perpajakan yang baik akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membayarkan kewajiban pajak mereka. Maka dari itu, Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.5. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan (X5)

G.Jack Bologna, Robert J.Lindquistdan Joseph T.Wellsmendifinisikan kecurangan “ Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver ( 1993 : 3 )” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan

korbannya secara finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act (2) Penyembunyian/the concealmentdan (3) konversi/the conversion.

Dalam bidang perpajakan, yang dimaksudkan dengan kecurangan adalah adanya perlakuan untuk melakukan penggelapan pajak, meminimalisir pajak secara ilegal dan bahkan tidak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.

Dokumen terkait