• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vegetasi dan Produktivitas Hijauan Pakan

Dalam dokumen MANAJEMEN KONFLIK KONSERVASI BANTENG (Halaman 95-100)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Dukungan Habitat Banteng di Dalam dan di Luar Kawasan TN

5.1.1. Vegetasi dan Produktivitas Hijauan Pakan

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dukungan Habitat Banteng di Dalam dan di Luar Kawasan TN Alas Purwo dan TN Meru Betiri

5.1.1 Vegetasi dan Produktivitas Hijauan Pakan

Analisis vegetasi di padang perumputan banteng TNAP menunjukkan potensi tingkat semai di sekitar padang perumputan Sadengan 7.733 semai/ha dengan kerapatan pohon 118,7 pohon/ha. Tingkat semai dan pohon tersebut didominasi oleh jenis johar (Cassia siamea Lamk.) dengan INP semai 46% dan INP pohon 32,1%. Di lokasi Sumbergedang kerapatan pohon dan semai lebih rendah yaitu 25,3 semai/ha dan 1,3 pohon/ha, yang didominasi oleh jenis semutan (Syzygium syzygioides Miq.) dengan INP semai sebesar 52,7% dan INP pohon 78,4%. (Lampiran 4).

Di blok Sumbergedang kawasan hutan produksi Perum Perhutani yang berbatasan langsung dengan kawasan TNAP , telah dilakukan pengukuran terhadap produktivitas hijauan tumbuhan bawah . Pengukuran dilakukan untuk mengetahui potensi hijauan sebagai sumber pakan banteng.

Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di blok Sumbergedang ditemukan enam jenis tumbuhan bawah (Tabel 6), semua jenis tumbuhan tersebut dimakan oleh banteng. Pada Tabel 6 terlihat bahwa jenis bambangan merupakan jenis hijauan dengan tingkat produktivitas paling tinggi, yaitu sebesar 140,81 kg/ha/hari saat musim hujan. Selanjutnya grinting 44,44 kg/ha/hari, drujon 43,22 kg/ha/hari, alang-alang 28,77 kg/ha/hari, kolomento 11,11 kg/ha/hari dan teki 1,47 kg/ha/hari. Sedangkan nilai produktivitas pada saat musim kemarau jauh lebih kecil yaitu bambangan 20 kg/ha/hari, grinting 0,04 kg/ha/hari, drujon 0,27 kg/ha/hari, alang-alang 0,15 kg/ha/hari, kolomento 0,86 kg/ha/hari dan Teki 1,47 kg/ha/hari. Dari nilai produktivitas yang dihasilkan oleh tumbuhan bawah di blok Sumbergedang, produktivitas per hektarnya termasuk tinggi dibanding dengan di lokasi padang perumputan Sadengan kawasan TNAP (Tabel 7). Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga tumbuhan bawah khususnya jenis rumput-rumputan bisa tumbuh dengan baik.

Tabel 6 Produktivitas hijauan pakan banteng di blok Sumbergedang pada musim hujan dan kemarau

No Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg /ha /hari) Musim Hujan Musim Kemarau 1 Bambangan Commelina nudiflora Brn.F. 140,81 20,00 2 Grinting Paspalum longifolium Roxb. 44,44 1,11

3 Drujon Achartus ilichiphelia L. 43,22 11,83

4 Alang-alang Imperata cylindrica L.Beauv. 28,77 8,44

5 Kolomento Leersia hexandra Sw. 11,11 0,86

6 Teki Cyperus monochephalus

Baker.

10,74 1,47

Total 279,09 43,71

Hasil pengukuran produktivitas di padang perumputan Sadengan disajikan pada Tabel 7.

Tabel7 Produktivitas hijauan pakan di padang perumputan Sadengan pada saat musim hujan dan kemarau

No. Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg /ha /hari) Musim Hujan Musim Kemarau 1 Domdoman Andropogon aciculatus Retz. 88,81 15,71

2 Paitan Paspalum conjugatum Roxb. 8,11 3,94 3 Putian Andropogon pertusus L. 2,56 1,22 4 Alang-alang Imperata cylindrica L.Beauv. 11,11 0,11 5 Kolomento Leersia hexandra Sw. 6,66 1,33 6 Teki Cyperus monochephalus Baker 5,6 0,33 7 Lamuran Andropogon caricosus L. 0,1 1,30

Total 122,95 23,94

Pada Tabel 7 terlihat bahwa di padang perumputan Sadengan ditemukan 7 jenis tumbuhan bawah. Produktivitas tumbuhan bawah di padang perumputan Sadengan lebih kecil dibandingkan dengan di blok Sumbergedang, kemungkinan hal ini yang menyebabkan banteng di padang perumputan Sadengan ke luar kawasan taman nasional dan mencari makan di blok Sumbergedang yang merupakan hutan produksi Perum Perhutani terutama pada saat kemarau.

Semua jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di blok Sumbergedang dan Sadengan adalah sumber pakan banteng, hanya proporsi dan produktivitas saja yang berbeda. Hasil penelitian Pairah (2007), menunjukkan bahwa jenis grinting (Paspalum longifolium Roxb.), lamuran (Andropogon caricosus L), kolomento (Leersia hexandra Sw.) dan paitan (Paspalum conjugatum Roxb.) merupakan jenis

   

pakan yang dimakan oleh banteng dengan proporsi lebih tinggi dibanding dengan jenis rumput lainnya. Jenis-jenis hijauan pakan tersebut ditemukan pada kotoran banteng dengan proporsi yang berbeda, proporsi yang tinggi mengindikasikan bahwa jenis tersebut disukai banteng.

Hasil penelitian Heriyanto (2007), menunjukkan bahwa vegetasi TNMB di kawasan yang berbatasan dengan Perkebunan Bandealit, vegetasi tingkat semai didominasi oleh mahoni (Swietenia macrophylla Jack.) dan bayur (Pterospermum diversifolium Blume) dengan nilai INP masing-masing jenis 10,8% dan 7,7%. Tingkat belta didominasi oleh mahoni (INP 17,8%), bungur (Lagerstroemia speciosa Pers) dengan (INP 9,1%) dan wining (Pterocybium javanicum R. Br.) dengan (INP 6,1%). Vegetasi tingkat pohon didominasi oleh besule (Chydenanthus excelsus Miers) dengan nilai INP 28,5%, jabon (Anthocephallus cadamba Miq.) (INP 20,0%) dan wining (Pterocybium javanicum R. Br.) (INP 16,3%). Kerapatan tertinggi untuk tingkat pohon 15,5 per hektar, tingkat belta 171 per hektar dan tingkat semai 1.607 per hektar.

Vegetasi yang terdapat dalam kawasan taman nasional digunakan banteng sebagai tempat istirahat dan berlindung. Jika banteng yang berada di kawasan perkebunan terganggu oleh aktivitas manusia, banteng tersebut langsung lari ke dalam kawasan taman nasional yang bervegetasi. Vegetasi hutan juga dimanfaatkan banteng sebagai lokasi untuk tempat bersarang dan tidur. Lokasi ini berada dalam kawasan TNMB yang letaknya tidak jauh dari kawasan Perkebunan Bandealit. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya beberapa sarang banteng di bawah tegakan pohon. Moen (1972) menyatakan bahwa vegetasi merupakan salah satu faktor biotik yang sangat penting sebagai penyedia makanan, tempat berlindung dan tempat tinggal.

Untuk mengetahui penyebab banteng keluar kawasan TNMB dan menjadikan areal Perkebunan Bandealit sebagai habitat dan homerange yang permanen, terutama habitat sumber pakan, maka dilakukan penelitian potensi sumber pakan di padang perumputan Pringtali TNMB. Letak padang perumputan Pringtali TNMB tidak jauh dengan areal Perkebunan Bandealit yang merupakan enclave berupa daerah penyangga.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap habitat pakan yang dilakukan di sekitar Kebun Pantai Perkebunan Bandealit yang berstatus sebagai daerah penyangga serta padang perumputan Pringtali TNMB, diketahui nilai produktivitas hijauan pakan yang biasa dimakan oleh banteng. Hasil penelitian produktivitas tumbuhan bawah pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8 Produktivitas hijauan pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB

No Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg/ha/hari) Musim Hujan Musim Kemarau 1 Paitan Paspalum conjugatum Berg. 26,80 12,50 2 Lamuran Andropogon caricocus L. 3,10 1,20

3 Teki Cyperus rotundus L. 3,22 1,27

4 Ilat Carex baccans Nees. 3,77 1,50

5 Gajahan Panicum repens L. 12,50 6,86

6 Pringpringan Pogonatherum paniceum L. 40,33 19,16

7 Alimosa Mimosa invisa Mar. 2,20 1,33

8 Babadotan Ageratum conyzoides L. 3,60 1,77 9 Sintrong Erechtites valerianifolia

(Spreng.) DC.

28,22 22,33

Total 123,74 67,92

Tabel 9 Produktivitas hijauan pakan banteng di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit No. Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg /ha /hari)

Musim Hujan Musim Kemarau 1 Kolonjono Hierochloe horsfieldii Max. 28,66 15,71

2 Paitan Paspalum conjugatum Berg. 24,11 10,40

3 Kipait Axonopus compressus L. 10,30 4,33

4 Putian Andropogon pertusus L. 8,22 3,4

5 Ilat/ladingan Carex baccans Nees. 2,30 1,11 6 domdoman Andropogon aciculatus L. 6,10 2,30

7 Teki Cyperus monochephalus L. 3,13 1,33

8 Kawatan Panicum montanum L. 2,66 1,30

9 Jalantir Erigeron linifolius Willd. 2,42 1,10

10 Gajahan Panicum repens L. 10,33 6,60

11 Babadotan Ageratum conyzoides L. 2,90 1,10

12 Alimosa Mimosa invisa Mar. 2,60 1,22

13 Sintrong Erechtites valerianifolia (Spreng DC). 16,88 9,40

14 Lamuran Andropogon caricocus L. 2,80 1,66

   

Berdasarkan pengamatan terhadap tumbuhan bawah di padang perumputan Pringtali dan Perkebunan Bandealit ditemukan masing-masing sembilan jenis dan 14 jenis tumbuhan sumber pakan banteng. Hasil pengukuran produktivitas hijauan sumber pakan banteng di areal kebun pantai Bandealit disajikan pada Tabel 9.

Produktifitas tumbuhan bawah sebagai sumber pakan banteng pada saat musim hujan di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit relatif sama dengan di padang perumputan Pringtali kawasan TNMB, walaupun jumlah jenis yang ditemukan di Perkebunan Bandealit lebih banyak. Hal ini diduga ada hubungan dengan penutupan tajuk pohon, di padang perumputan Pringtali arealnya sangat terbuka sehingga tumbuhan bawah mendapat sinar matahari yang cukup sedangkan di Perkebunan Bandealit tumbuhan bawah ternaungi oleh tegakan pohon seperti johar (Cassia siamea L.), kopi (Coffea robusta L.), karet (Hevea brasiliensis (willd.).Muell.Arg.), sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dan balsa (Ochroma bicolor Rowlee.) sehingga pertumbuhannya lebih lambat. Semiadi dan Nugraha (2004) menyatakan bahwa rumput atau tumbuhan bawah akan tumbuh dengan cepat apabila mendapat sinar matahari untuk proses fotosintesa. Hijauan rumput di areal perkebunan produktifitas per hektarnya rendah karena kurang mendapatkan sinar matahari. Perbedaan produktifitas kemungkinan dikarenakan jenis hijauan rumput yang terdapat di Kebun Pantai dan di padang perumputan Pringtali berbeda, sehingga kemampuan untuk tumbuh kembali dari jenis-jenis rumput tersebut juga berbeda. McIlroy (1977) dan Reksohadiprojo (1982) menyatakan bahwa produktifitas hijauan pakan tergantung pada daya tahan hidup dari jenis tumbuhan, daya saing dengan spesies lain, kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan penggembalaan berat, sifat tahan kering atau basah serta kesuburan tanah.

Semua tumbuhan bawah yang ditemukan di padang perumputan Pringtali TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit mempunyai potensi yang cukup baik. Tetapi padang perumputan Pringtali luasannya hanya lima ha dan sebagian besar sudah terinvasi oleh jenis invasif seperti kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) King RM & Rob H) dan Lantana camara L, sehingga perlu dilakukan pembinaan habitat padang perumputan Pringtali secara rutin serta dilakukan perluasan untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan. Terbatasnya luasan

padang penggembalaan menunjukkan daya dukung populasi rendah sehingga dapat menjadi penyebab keluarnya banteng dari kawasan. Alikodra (1983) menyatakan bahwa jika suatu kawasan tidak mampu menyediakan salah satu atau beberapa komponen utama dari keperluan hidupnya, maka banteng akan bergerak mencari kawasan lain yang mampu untuk memenuhi tuntutan hidupnya.

Dalam dokumen MANAJEMEN KONFLIK KONSERVASI BANTENG (Halaman 95-100)