• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

5. Video

pembelajaran tematik berisikan beberapa materi bahan ajar yang kemudian disatukan menggunakan tema sesuai bahasan pokok pembelajaran.

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian mengenai (1) kajian pustaka, (2) peneliatian yang relevan, dan (3) kerangka berpikir.

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013

a. Hakikat dan Filosofi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Panduan PLPG, 2014). Dalam konteks ini kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercerminpada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan di bangku sekolah (Fadlillah, 2013:16). Lahirnya kurikulum ini menjawab tantangan dan pergeseran paradigma 11 pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21, yang mana kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan peradapan dunia (Kunandar, 2014:15).

Menurut Sundayana (2014:22-24), Kurikulum 2013 untuk SD dari sisi landasan filosofi menerapkan pandangan sebagai berikut.

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam,

diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.

2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari oleh peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan berbangsa masa kini.

3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).

4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokrasi yang lebih baik.

Sementara dari sisi teoritis, Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar menerapkan pandangan berikut.

1) Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standar-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, keterampilan, dan bertindak.

2) Kurikulum 2013 menganut (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat, (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

2. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan unsur gabungan beberapa bidang keilmuan mata pelajaran yang dipadukan menjadi satu membantuk sebuah tema. Majid (2014:86) mengemukakan bahwa tema adalah alat atau wadah untuk menampilkan beberapa konsep kepada anak didik secara untuh. Menurut Suryosubroto (2009:133), pembelajaran tematik dapat di artikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik tertentu. Lebih lanjut Trianto (2010:78) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang di rancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat manarik kesimpulan pembelajaran tematik adalah suatu proses pembelajaran yang memiliki pokok pikiran dan ditampung dalam suatu wadah dengan mengedepankan konsep kepada anak didik yang diimplikasikan di sekolah. Wadah berfungsi untuk menampilkan konsep-kosep kepada siswa secara utuh. Pembelajaran tematik dapat juga diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang dan memiliki tema-tema tertentu. b. Prinsip pembelajaran tematik

Menurut Majid (2014:89), pembelajaran tematik memiliki lima prinsip yaitu sebagai berikut.

1) Pembelajaran tematik integratif mempunyai satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait.

3) Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran harus mendukung pencapaian tujuan.

4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi pelajaran dipadukan tidak terlalu dipaksakan. 3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jejang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik (ilmiah). Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). Proses pembelajaran harus menyetuh tiga ranah, menurut Majid (2014:210) yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’, sedangkan ranah pengetahuan menggamit transformasi materi ajar agar siswa tahu tentang ‘apa’.

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidp secara layak (hard skills) dari siswa yang

meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Jadi, pendekatan saintifik adalah pendekatan yang dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuannya sediri dari apa yang dilakukan dan memiliki soft skills serta hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

b. Karakteristik Pendekatan Saintifik

Sudarwan (dalam Majid, 2014:194) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengmatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikain, proses pembelajaran ilmiah harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut ini.

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.

2) Penjelasan guru, respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logikas.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kiritis, analisis, dan tepat dalam mengindetifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan, memahami, memecahkan masalah.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tauatan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertangungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun sistem penyajiannya menarik.

Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama diantara siswa dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebisa mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada Standar Proses dimana pembelajarannya diciptakan suasana yang memuat Ekplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi, juga dengan mengedepakan kondisi siswa yang berprilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan dan mengomunikasiakan, sehingga siswa akan dapat dengan bener menguasai materi yang diperlajari dengan baik.

c. Langkah-langkah Pembelajaran saintifik

Langkah-langkah pembelajaran saintifik menurut Majid (2014:211-234) adalah sebagai berikut.

1) Mengamati

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata.

2) Menanya

Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

3) Menalar

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk mengembangkan bahwa guru dan siswa merupakan prilaku aktif.

4) Mengolah

Peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. 5) Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau atentik siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materiatau subtansi yang sesuai. 6) Menyimpulkan

Kelanjutan dari kegitan mengelolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan secara individu.

7) Menyajikan

Tugas yang dikerjakan secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan dan dapat disajikan sebagai bahan untuk portofolio.

8) Mengomunikasikan

Pada kegitan akhir siswa diharpkan dapat mengkomunikasiakan hasil yang telah baik secara kemlompok ataupun individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

4. Media Pembelajaran.

a. Definisi dan Hakikat Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam konteks dunia pendidikan, Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visualatau verbal.

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 1995:136). Sedangkan menurut Purnawati dan Eldarni (2001:4), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa.

Dengan memperhatikan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran meruapkan suatu bentuk peralatan yang berfungsi sebagai pengantar atau alat bantu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga dapat merangsang pemikiran, perasaan, perhatian agar terjadi komunikasi efektif dan efisien.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat memberiikan manfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Menurut Sudjana dan Riva’i (1990:2), ada empat alasan mengapa media pembelajaran memberikan maanfaat kepada siswa dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1) Dengan media, proses pembelajaran akan lebih menarik dan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.

2) Dengan media, proses pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan untuk menguasai serta mencapai tujuan pembelajaran.

3) Dengan media, metode pembelajaran akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan.

4) Dengan media, dalam proses pembelajatan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain sedangkan guru hanya menjadi fasilitator.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran penting bagi siswa Sekolah Dasar karena setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh peserta didik yang kurang menyukai materi pembelajaran yang di sampaikan.

Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997:245) adalah sebagai berikut.

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-katanya, tetapi tidak tahu maksutnya)

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.

4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing, maka dari itu guru diharapakan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.

c. Klasifikasi Media Pembelajaran

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengklasifikasikan media pembelajaran. Dari pengklasifikasiakan media pembelejaran yang dikemukana oleh para ahli, peneliti mengambil klasifikasi media menurut Munadi (2010:55) yang diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Media Audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran. Dilihat dari sifatnya pesan yang diterima media ini adalah pesan verbal dan non verbal. Verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata dan pesan non verbal berupa bunyi-bunyian vokalisasi, musik, dan lain-lain.

2) Media Visual adalah media yang hanya melibatkan indera pengelihatan. Contoh media yang termasuk dalam media ini adalah media cetak-grafis, media cetak-verbal, dan media visual non cetak.

3) Media Audio Visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses.

4) Multimedia adalah media yang melibatkan erbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Contoh media yang termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui komputer dan internet bisa juga melalui pengalaman berbaut dan terlibat. 5. Video

a. Pengertian Video

Video sebagai media audiovisual yang menampilkan gerak. Pesan yangdisampaikan dapat sifat fakta (kejadian/pristiwa penting, berita), fiktif (karangan/cerita), informatif, edukatif, maupun intruksional. Menurut Daryanto (2013:86), menggunakan video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran individual, kelompok, maupun massal. Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak. Video yaitu bahan pembelajaran yang dikemas melalaui pita video dan dapat dilihat melalui video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi (Sungkono, 2003:65).

Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya akan informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.Dijelaskan bahwa tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat jika proses pemerolehan informasi awalnya lebih besar melalui indera pendengaran dan penglihatan.

Video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa. Selain itu, video juga dapat dikombinasikan dengan animasi serta pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi sangat efektif apabila digunakan untuk membantu dalam menyampaikan suatu materi secara dinamis.

a. Karakteristik Video

Untuk menghasilakan video harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya apabila digunakan dalam suatu pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Susilana dan Riyana, (2007:7) sebagai berikut.

1) Clarity of Massage (kejalasan pesan)

Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.

2) Stand Alone (berdiri sendiri).

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

3) User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).

Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

4) Representasi Isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sains dapat dibuat menjadi media video.

5) Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinngi.

6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem komputer.

7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.

b. Kelebihan dan Kelemahan video pembelajaran. 1) Kelebihan Video Pembelajaran

Kelebihan-kelebihan dalam penggunaan video pembelajaran menurut Daryanto, (2011:79) antara lain sebagai berikut.

a) Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video menyajikan gambar bergerak kepada siswa disampingsuara yang menyertainya.

b) Video menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat secara nyata. 2) Kelemahan Video Pembelajaran

Kelemahan dalam penggunaan video pembelajaran menurut Daryanto, (2011:79) adalah sebagai berikut.

a) Opposition

Pengambilan yang kurang tepat menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang di lihatnya.

b) Material pendukung

Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada di dalamnya

c) Budget

Dokumen terkait