• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1. 1 Waktu dan Periode Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2021 Tahun 2022

Okt Nov Des Jan Feb Mar

1. Mencari topik bahasan dan tema

2. Menentukan tema penelitian 3. Penyusunan

seminar proposal penelitian BAB I sampai BAB III 4. Revisi BAB I –

BAB III 5. Pendaftaran

Seminar Proposal 6. Menyusun

BAB IV dan BAB V

7. Revisi BAB IV dan BAB V

(Sumber: Olahan Peneliti, 2021)

8. Pendaftaran Sidang Skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi di ambil dari Bahasa Latin yaitu Communis yang artinya

“sama”, communication, communico, atau communicare yang artinya

“membuat sama” (Mulyana, 2017). Secara luas komunikasi didefinisikan sebagai berbagi pengalaman bersama mencakup berbagi pikiran, mendiskusikan makna, dan mengirimkan pesan. Sedangkan menurut Gode (Mulyana, 2017), komunikasi ialah proses yang membuat sama terhadap dua orang atau lebih dari yang sebelumnya adalah monopoli seseorang atau beberapa orang dan Tubbs dan Moss memiliki pandangan komunikasi merupakan proses menciptakan makna antara dua orang atau lebih (komunikator 1 dan komunikator 2) (Mulyana, 2017). Walaupun komunikasi adalah penyampaian pesan dari perilaku manusia, tidak semua perilaku dapat dikatakan sebagai komunikasi jika perilaku tersebut tidak terdapat penciptaan pesan dan penafsiran pesan oleh lebih dari satu orang.

Dalam memahami komunikasi, terdapat tiga konseptualisasi komunikasi yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot dalam (Mulyana, 2017).

a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Komunikasi ini didefinisikan juga sebagai “berorientasi sumber” yang mengisyaratkan komunikasi sebagai kegiatan yang dilakukan sebagai sengaja yang dilakukan individu untuk merangsang respon dari individu lainnya. Maka dari itu, dalam konsep ini komunikasi dianggap sebagai proses yang disengaja untuk menyampaikan pesan yang ingin dikirim oleh komunikator untuk memenuhi kebutuhan seperti menjelaskan sesuatu atau membujuk untuk melakukan sesuatu kepada lawan bicaranya.

b. Komunikasi sebagai interaksi

Konseptual komunikasi sebagai interaksi dimaksudkan komunikasi adalah proses sebab-akibat dan aksi-reaksi dengan arah yang bergantian dimana saat individu mengirimkan pesan baik verbal maupun non-verbal, kemudian penerima pesan akan mengirim respon, dan orang pertama pun

mengirim kembali pesan untuk menanggapi begitupun seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi lebih dinamis dibanding komunikasi satu arah, dan yang membedakan dari komunikasi satu arah ialah terdapat feedback (umpan balik) yang diberikan penerima pesan kepada sumber pemberi pesan atau komunikator.

c. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam komunikasi transaksional, komunikasi sudah berlangsung saat seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain secara verbal maupun non-verbal maka dari itu komunikasi ini ditafsirkan “definisi berorientasi-penerima” karena komunikasi terjadi dari pemahaman dan interpretasi personal seorang pemberi makna. Adapun kelebihan konsep komunikasi sebagai transaksi ialah komunikasi tidak dibatasi pada komunikasi sengaja ataupun yang tidak disengaja.

Harold Lasswell menyatakan komunikasi dengan menjawab bertanyaan-pertanyaan “Who says What in What Channel to Whom with What Effect” atau “Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan berpengaruh bagaimana?”. Untuk itu, terdapat turunan unsur komunikasi yang saling terhubung satu sama lain. Yang pertama adalah sumber (source) atau biasa disebut pengirim pesan (sender) merupakan pihak yang memulai suatu komunikasi bisa individu, kelompok, organisasi, dan lainnya. Kedua adalah pesan yang berisi informasi atau makna yang ingin disampaikan kepada penrima dan dapat berupa simbol verbal, non-verbal. Ketiga, saluran. Yakni alat atau media yang menjadi saluran komunikator dan komunikan berinteraksi, Keempat adalah penerima (receiver) yang bertugas menafsirkan pesan dari komunikator dan yang terakhir dari unsur komunikasi adalah efek, yang terjadi pada penerima pesan. Efek yang didapat berupa penambahan pengetahuan, merasa terhibur, perubahan keyakinan, perilaku, dan sebagainya (Mulyana, 2017).

2.1.2 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi terjadi dalam situasi formal maupun informal dalam suatu jaringan yang lebih luas daripada komunikasi kelompok (Mulyana, 2017). Dapat diartikan komunikasi dalam organisasi melibatkan komunikasi antarpribadi dan komunikasi publik. Adapun komunikasi formal

dalam organisasi termasuk komunikasi vertikal, horizontal, diagonal, dan komunikasi informal seperti komunikasi dengan rekan kerja yang termasuk selentingan atau gossip. Pace & Faules (2013) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Organisasi pada umumnya terdiri atas berbagai unit komunikasi yang terhubung dalam hierarki berupa jabatan yang membedakan posisi & kewenangan setiap anggotanya. Setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan batasan yang berbeda-beda tetapi seperti layaknya tim, mereka berjalan untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam mencapai tujuan tersebut, komunikasi menjadi peran penting atas penciptaan makna, interaksi, memelihara, dan mengubah organisasi (Pace & Faules (2013: 33). Tujuan komunikasi organisasi menurtu Koontz (dalam Amilia Lestaria BR Karo, 2018) yaitu untuk guna memudahkan, melaksanakan, dan melancarkan berjalannya suatu organisasi.

Secara luas, tujuan komunikasi organisasi adalah untuk membawa perubahan dan mengarahkan tindakan anggota organisasi menuju kesejahteraan. Selain itu, Liliweri (dalam Amilia Lestaria BR Karo, 2018) berpendapat bahwa terdapat empat tujuan dari komunikasi organisasi, antara lain: mengemukanan pikira, pendapat, dan ide, menyalurkan informasi serta perasaan, juga untuk koordinasi organisasi.

Komunikasi menjadi faktor penting dalam berjalannya organisasi.

Hakikatnya bentuk komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan non-verbal (Purwanto dalam Amilia Lestaria BR Karo, 2018). Komunikasi verbal menurut Purwanto (dalam Amilia Lestaria BR Karo, 2018) merupakan komunikasi yang biasa digunakan untuk menyampaikan informasi atau makna kepada pihak lain melalui lisan dan tulisan. Dengan adanya komunikasi verbal, aktivitas organisasi dapat berjalan dengan baik, contoh dari komunikasi verbal dalam organisasi yaitu ketua organisasi memberi instruksi atau menyampaikan peraturan organisasi kepada anggotanya dalam agenda rapat, sekretaris organisasi yang mengirim surat pengantar maupun proposal pengajuan dana kepada perusahaan, kepala divisi memberi teguran pada anggota divisi yang tidak menyelesaikan pekerjaan, dan lain-lain. Sedangkan komunikasi non-verbal merupakan komunikasi yang berasal dari kumpulan isyarat, gestur tubuh, sikap, yang memungkinkan seorang individu mengirimkan makna tanpa

mengeluarkan kata-kata (Amilia Lestaria BR Karo, 2018). Contoh dari penerapan komunikasi non-verbal dalam organisasi adalah menunjukkan tatapan tajam sambil sedikit mencondongkan badan kearah depan saat agenda rapat untuk menunjukkan bahwa anggota organisasi tersebut sedang menaruh perhatian yang tinggi dalam rapat tersebut, ataupun anggota divisi yang kerap memalingkan pandangan ke seluruh ruangan menunjukkan kebosanan ataupun tidak tertarik dalam suatu agenda suatu organisasi.

2.1.3 Pola Komunikasi Organisasi

Pola Komunikasi menurut Syaiful (dalam Wahyuni , H, 2014) adalah pola hubungan yang berkaitan antara dua orang atau lebih saat proses pengiriman dan penerimaan pesan menggunakan cara yang tepat agar pesan dan makna yang dimaksud dapat dimengerti. Pola dan aktivitas suatu organisasi bergantung pada setiap tujuan organisasi, sistem manajemen organisasi, dan iklim organisasi yang berbeda-beda. Dalam usaha menemukan pola komunikasi yang sesuai bagi setiap organisasi, diperlukan usaha yang baik saat setiap anggota organisasi berinteraksi dan saling menyampaikan pesan. Katz dan Kahn (dalam Pace & Faules, F, 2013) menyatakan bahwa pola yang teratur menunjukkan komunikasi dalam suatu organisasi dibatasi.

Maksud dari dibatasi disini ialah pola komunikasi organisasi mengatur istilah

“siapa berbicara kepada siapa”. Terdapat dua pola dasar komunikasi menurut Pace & Faules (2013) yaitu Pola Roda dan Pola Lingkaran.

Pola berbentuk roda menggambarkan komunikasi dalam suatu organisasi yang mengerahkan seluruh informasi kepada individu yang

Gambar 2.1 Pola Roda dan Pola Lingkaran (Sumber: Olahan Peneliti 2021)

memiliki posisi sentral (Pace & Faules, F, 2013). Dalam pola ini, seseorang yang berposisi sentral menerima informasi yang dikirim oleh anggota organisasi lain guna menyelesaikan masalah melalui saran dan persetujuan.

Dapat digambarkan dengan skenario berikut; jika C hendak berkomunikasi dengan B, cukup melalui perntara A saja, dan hanya A yang dapat berkomunikasi dengan anggota organisasi lain. Pola roda di implementasikan pada organisasi yan cakupannya besar dan hanya mengendalikan jaringan kerja komunikasi.

Berbeda dengan pola roda, pola lingkaran memudahkan seluruh anggota organisasi untuk berinteraksi tetapi hanya dengan sistem pengulangan pesan (Pace & Faules, F, 2013). Tidak ada perantara pesan dalam pola lingkaran karena jika A ingin mengirim informasi kepada D, tidak harus melalui B ataupun C. Pola lingkaran memiliki sistem penyampaian pesan yang lebih praktis dan efisien daripada pola roda yang terpusat dan membatasi aksebilitas anggota untuk berkomunikasi satu dan lainnya, tetapi dalam pola roda pengawasan komunikasi, kestabilan organisasi, dan penyelesaian masalah lebih baik dan terstruktur (Pace & Faules, F, 2013).

2.1.4 Aliran Komunikasi

Dalam sebuah organisasi, informasi yang disebarkan secara formal terbagi menjadi komunikasi yang berasal dari seseorang dengan jabatan lebih tinggi ke yang lebih rendah (komunikasi ke bawah), komunikasi yang berasal dari bawahan ke atasan organisasi atau biasa disebut komunikasi ke atas, dan komunikasi yang terjadi antar anggota organisasi yang memiliki jabatan setara (Pace & Faules, F, 2013).

a. Komunikasi dari Atas ke Bawah (downward communication)

Merupakan Komunikasi yang bersumber dari pimpinan ke bawahan dalam suatu organisasi (Wahyuni , H, 2014). Komunikasi ini umumnya digunakan pimpinan organisasi untuk menyampaikan informasi atau pesan berupa arahan untuk melakukan pekerjaan, instruksi pekerjaan, pernyataan ataupun kebijakan dan praktik organisasi. Selain itu komunikasi ke atas dapat digunakan untuk menyampaikan feedback dari seorang pimpinan kepada anggota organisasi (Wahyuni , H, 2014). Komunikasi jenis ini mengalir dari jabatan lebih tinggi ke jabatan yang lebih rendah seperti menurut Agus M.

Hardjana (2003: 30) dalam (Mubarok, 2016) yang mengemukakan bahwa komunikasi ke bawah (downward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari bagian atas (pejabat, atasan) lembaga ke bagian bawah Lembaga (bawahan), melalui rantai birokrasi resmi lembaga dari mata rantai paling atas ke mata rantai paling bawah.

Berikut merupakan gambaran bagaimana komunikasi dari atas ke bawah dalam suatu organisasi kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom:

Terdapat lima informasi yang dikomunikasikan melalui komuniksi vertikal ke bawah menurut Katz & Kahn dalam (Pace & Faules, F, 2013) antara lain: (1) Informasi mengenai pekerjaan, (2) informasi kebijakan organisasi, (3) pemberian pujian atas prestasi anggota, (4) Pemberian teguran atas kelalaian anggota, dan (5) penyelesaian masalah dalam organisasi.

1. Informasi mengenai pekerjaan

Petinggi dalam suatu organisasi pada umumnya memberi informasi kepada bawahan mengenai pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi. Informasi dapat berupa pesan secara lisan maupun tulisan.

Apabila bawahan dalam organisasi sudah mendapat arahan untuk melakukan pekerjaan, maka pekerjaan tersebut harus segera diselesaikan dan apabila arahan kurang jelas, bawahan organisasi hendaknya menanyakan kembali kepada atasan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Gambar 2.2 Komunikasi ke bawah BEM FKB (Sumber: Olahan Peneliti 2021)

2. informasi kebijakan organisasi

Terdapat kebijakan maupun aturan yang harus dipatuhi dalam suatu organisasi agar kestabilan organisasi dapat terjamin dan setiap anggota mendapat hak dan kewajiban sebagai bagian dari organisasi. Hal ini disamapaikan oleh pihak berwenang yaitu atasan dalam organisasi di awal terbentuknya suatu organisasi.

3. pemberian pujian atas prestasi anggota

Pekerjaan yang dijalankan oleh setiap anggota organisasi membutuhkan niat, tenaga, dan keahlian agar dapat terselesaikan dengan baik.

Untuk itu, atasan dalam organisasi patutnya memberi apresiasi atas kerja keras yang dilakukan anggota organisasi supaya anggota termovitasi agar bekerja lebih baik lagi juga agar terjalin hubungan yang baik antar anggota dan atasan organisasi.

4. Pemberian teguran atas kelalaian anggota

Kesalahan dalam mengerjakan tugas oleh anggota organisasi harus segera ditindaklanjuti oleh atas organisasi supaya tidak terjadi lagi di masa mendatang. Atasan organisasi memiliki kewenangan penuh untuk menyampaikan teguran kepada anggota organisasi yang tidak bersikap sejalan dengan kebijakan organisasi.

5. penyelesaian masalah dalam organisasi

Masalah atau konflik tidak selalu memberi dampak negatif bagi organisasi, tidak menutup kemungkinan konflik dapat mendatangkan evaluasi dan inovasi baru untuk organisasi kedepannya. Namun, apabila suatu konflik dalam organisasi tidak ditangani dengan baik, maka akan berakibat fatal terhadap kelangsungan organisasi. Atasan organisasi sebagai penengah dan pihak yang bertanggungjawab penuh atas hal yang terjadi di organisasi, diharapkan mampu meredakan masalah atau konflik organisasi.

b. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)

Menurut Pace & Faules (2013), komunikasi vertikal ke atas adalah komunikasi dalam organisasi yang mengalir dari tingkat rendah ke tingkat lebih tinggi (penyelia). Asumsi dari komunikasi ke atas ialah bahwa anggota organisasi harus diperlakukan sebagai rekan kerja untuk bekerjasama mencapai tujuan (Azzahro, 2019). Setiap anggota organisasi yang tidak berada pada jabatan puncak (ketua ataupun wakil) pasti akan mengalami komunikasi

jenis ini. Namun, Sharma (1979) dalam (Pace & Faules, F, 2013) mengemukakan bahwa terdapat empat alasan komunikasi ke atas terlihat sulit untuk dilakukan, antara lain:

1. Kecenderungan anggota untuk menyembunyikan pikiran

Menurut penelitian oleh Sharma (1979), menunjukkan bahwa anggota dalam organisasi atau suatu perusahaan enggan untuk banyak menyampaikan pendapat pada atasan karna cara terbaik untuk naik jabatan dalam organisasi adalah selalu sepakat pada atasan organisasi

2. Anggapan bahwa atasan tidak tertarik kepada masalah anggota

Dalam organisasi yang aliran komunikasinya buruk, anggota cenderung tidak merasa puas atas tanggapan atau feedback yang diberikan atasan terhadap masalah yang diceritakan oleh anggotanya. Maka dari itu, anggota organisasi enggan menceritakan masalah yang tengah dihadapinya agar tidak dinilai buruk oleh atasan.

3. Kurangnya penghargaan atas komunikasi yang dilakukan oleh anggota Kerap kali atasan organisasi tidak dapat menghargai usaha anggota organisasi yang ingin berinteraksi dengan atasannya dan tidak membuka saluran komunikasi kepada bawahan.

4. Anggapan bahwa atasan tidak tanggap atas apa yang disampaikan anggota

Biasa terjadi apabila atasan organisasi terlalu sibuk untuk menjawab komunikasi dengan bawahan, sehingga tidak memberi kesan positif bagi bawahan organisasi untuk melakukan komunikasi kedepannya. Adapun hal-hal yang perlu dikomunikasikan ke atas menurut Pace & Faules (2013) antara lain:

1. Memberitahukan progress yang dilakukan anggota.

Bawahan dalam organisasi menyampaikan secara rinci perihal pekerjaan yang hendak dilakukan saat itu, kemajuan yang mereka dapatkan dalam mengerjakan penugasan, prestasi atau capaian baru saat berkembang di organisais tersebut, dan mengkomunikasikan rencana dalam waktu kedepan.

2. Memberitahukan permasalahan tentang pekerjaan yang belum dipecahkan.

Menjelaskan persoalan atau masalah dalam organisasi yang ingin diselesaikan dan membutuhkan bantuan dari atasan organisasi. Anggota

organisasi diharapkan dapat bersikap terbuka dengan atasannya, agar konflik sekecil apapun dalam organisasi dapat segera ditangani sebelum membawa dampak buruk kedepannya.

3. Memberi saran atau masukan untuk organisasi keseluruhan

Anggota organisasi dapat menyampaikan gagasan dan ide untuk unit mereka secara khusus atau untuk organisasi secara umum

4. Membetahukan prestasi ataupun kemajuan anggota dalam organisasi Dari pekerjaan yang diselesaikan anggota organisasi, ada baiknya anggota menyampaikan kepada atasan sebagai bukti kerja keras yang dilakukan, juga sebagai wahana peningkat kepercayaan atasan kepada anggota tersebut.

Pemimpin organisasi yang baik tentu menyadari pentingnya menjaga komunikasi yang baik dengan anggota organisasi yang lain supaya iklim organisasi menjadi lebih terbuka. Pemimpin organisasi juga harus mendengarkan keluhan maupun masukan dari bawahan karena hal ini berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja anggota organisasi. Berikut gambaran proses komunikasi vertikal ke bawah dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Bisnis:

Gambar 2.3 Komunikasi ke atas BEMFKB (Sumber: Olahan Peneliti 2021)

c. Komunikasi Horizontal

Menurut Azzahro (2019), komunikasi horizontak merupakan komunikasi yang terjadi antara anggota organisasi yang mempunyai jabatan atau posisi yang setara. Komunikasi ini terjadi saat anggota organisasi hendak mengkoordinasikan tugas, informasi, menyelesaikan masalah ataupun konflik.

Adapatun tujuan dari komunikasi horisontal menurut Pace & Faules (2013) adalah:

1. Guna mengkoordinasikan penugasan kerja.

Setiap anggota organisasi harus rutin berkomunikasi dan bertemu untuk membahas tugas dan kewajiban dalam organisasi. Inti dalam organisasi agar tugas yang diberikan dapat dijalankan dengan efektif, maka harus dikerjakan bersama-sama dengan rekan organisasi.

2. Guna menyelesaikan masalah.

Permasalahan yang terjadi dalam organisasi tentu harus diselesaikan dengan baik salah satunya dengan komunikasi antar anggota yang bersangkutan. Tidak selalu permasalahan harus langsung dikomunikasikan kepada atasan organisasi. Jika konflik yang ringan masih dapat diselesaikan dengan rekan sejabatan, maka diperlukan keahlian problem solving oleh setiap anggota.

3. Guna mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan.

Tidak menutup kemungkinan setiap anggota organisasi memiliki banyak perbedaan dan permasalahan. Untuk itu, kesadaran setiap anggota untuk berdamai dengan perbedaan dengan memilih cara berdamai saat berkomunikasi dengan rekan sejabatan sangat diperlukan

4. Guna meningkatkan dukungan antarpersona.

Kebanyakan komunikasi horisontal memiliki tujuan untuk menjalin kedekatan dan memperkuat hubungan antar anggota organisasi lainnya.

Anggota organisasi yang sering bertemu dan sudah mendapat kedekatan antarpersona cenderung lebih mudah menyelesaikan pekerjaan bersama karena sudah mengerti dan memahami satu sama lain.

Berikut merupakan proses komunikasi horizontal pada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom:

d. Komunikasi Diagonal

Dalam sebuah organisasi, terdapai keinginan dari anggota organisasi untuk menyampaikan informasi dan berbagi interaksi dengan anggota lain yang tidak menjadi atasan maupun bawahan mereka di organisasi (Pace &

Faules, F, 2013). Contoh komunikasi yang ada dalam komunikasi diagonal atau lintas saluran antara lain anggota memberi saran atau nasihat kepada anggota di unit lain. Spesialis staff dalam suatu organisasi biasanya menjadi pihak yang aktif melakukan komunikasi lintas saluran karena memang menjadi tanggung jawabnya untuk mengawasi berjalannya organisasi dan setiap unit yang ada. Dalam organisasi yang menjadi penelitian ini, staff spesialis jatuh kepada Biro Manajerial Internal yang menjadi pengawas dan wadah yang menjaga keakraban organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Komunikasi dan Bisnis. Adapun jenis komunikasi yang terdapat di komunikasi lintas saluran menurut (Pace & Faules, F, 2013):

1. Penyebaran informasi dalam organisasi dapat menjadi lebih cepat daripada bentuk komunikasi dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.

2. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi dengan memberi saran dan nasihat.

Gambar 2.4 Komunikasi Horizontal BEMFKB (Sumber: Olahan Peneliti, 2021)

Gambar 2.5 Komunikasi Diagonal BEMFKB

2.1.5 Kepuasan Komunikasi Organisasi

Seringkali kepuasan komunikasi organisasi disamakan dengan iklim organisasi, dikarenakan iklim organisasi ialah fungsi dari bagaimana kepuasan anggota dalam suatu organisasi menurut Litwin, et al (1973) dalam (Pace &

Faules, F, 2013). Kepuasan komunikasi organisasi mendeskripsikan konsep individu maupun konsep mikro, sedangkan iklim organisasi mencakup konsep makro atau konsep gabungan secara umum organisasi. Kepuasan organisasi mencerminkan reaksi individu dari hasil yang diinginkan dan berasan dari komunikasi yang terjalin dalan komunikasi, sehingga kepuasan organisasi bersifat pribadi.

Adapun menurut Down (1998) dalam (Pace & Faules, F, 2013), observasi tentang kepuasan komunikasi organisasi adalah hal yang penting untuk dilakukan karena terbukti efisien, berguna, dan fleksibel dalam meninjau komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Secaea keseluruhan, kepuasan komunikasi dalam organisasi berkaitan dengan apa yang diinginkan anggota organisasi dari sudut pandang pribadi dan dengan realita sebenarnya yang terjadi dalam organisasi tersebut.

Tabel 2. 1 Kepuasan dan Iklim Organisasi

Kepuasan Iklim

Pekerjaan Kom. Individu Organisasi Kom. Organisasi Tingkat Abstaksi Mikro (Konkret dan mudah

ditentukan)

Makro (abstrak, gabungan)

Tingkat Analisis Individu Kelompok besar

Tingkat Pengaruh

Mengevaluasi Menjelaskan

Definisi Evaluasi diri atas kondisi afektif internal. Reaksi afektif dari meningkatnya hasil yang diharapkan anggota sebagai hasil pekerjaan dan komunikasi

Penjelasan mengenai fenomena eksternal terhadap individu.

Gambaran gabungan entitas global dari suatu organisasi

(Sumber: Pace & Faules, 2013)

Tabel 2. 2 Dimensi Kepuasan dan Iklim Organisasi Kepuasan Komunikasi Organisasi Iklim Komunikasi Organisasi 1. Informasi yang jelas mengenai

pekerjaan

1. Kepercayaan

2. Kecukupan Informasi 2. Pengambilan keputusan partisipatif 3. Efisiensi berbagai saluran

komunikasi organisasi

3. Kejujuran

4. Cara sejawat berkomunikasi 4. Keterbukaan 5. Kemampuan memberi gagasan atau

saran

5. Mendengarkan

6. Kualitas media 7. Integrasi organisasi

(Sumber: Pace & Faules, 2013)

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 3 Literature Review

Literature Review 1 (Skripsi Nasional)

Judul Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Kecamatan Tallo di Kota Makassar

Tahun (2020) Peneliti Indriyanti

Sumber Universitas Muhammadiyah Makassar

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola komunikasi yang digunakan di Kantor Camat Tallo yaitu Pola Lingkaran, Pola Roda, dan Pola Y. Pada Kantor Camat Tallo menggunakan pola komunikasi lingkaran disaat melakukan rapat koordinasi guna untuk mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama setiap bidang agar pekerjaan dapat terselesaikan tanpa adanya kesalahan. Faktor yang menjadi pendukung ialah (1) Hubungan yang personal, (2) Media Komunikasi, (3) Waktu dan (4) Fasilitas. Sedangkan yang menjadi faktor yang menjadi penghambat pola komunikasi organisasi lebih mengarah kepada

hal (1) Hirarki dalam organisasi, (2) Kurang optimalnya fasilitas pendukung dan (3) Hubungan yan tidak terlalu personal

Persamaan Sama sama berfokus untuk meneliti pola komunikasi organisasi dan menggunakan metode penelitian kualitatif

Perbedaan Organisasi dalam penelitian ini merupakan organisasi pekerjaan sedangkan organisasi yang penulis teliti adalah organisasi kemahasiswaan.

Literature Review 2 (Skripsi Nasional)

Judul Pola Komunikasi Organisasi antara Pimpinan dan Staff PT. PP.

London Sumatera Indonesia, Tbk. Palagisang Estate di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

Tahun (2020) Peneliti Ita Aprina

Sumber UIN Alauddin Makassar

Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi organisasi yang di gunakan antara pimpinan dan staff PT. PP.

London Sumatra Indonesia, Tbk Palangisang Estate yaitu pola komunikasi semua saluran dan menggunakan pola lingkaran.

Selanjutnya hambatan komunikasi organisasi antara pimpinan dan staff PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk Palangisang Estate adalah hambatan dari proses komunikasi seperti miss communication, hambatan semantik atau hambatan bahasa dan hambatan fisik atau gangguan cuaca atau gangguan sinyal.

Persamaan Meneliti pola komunikasi dengan pola lingkaran dan

menggunakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Perbedaan Penelitian ini membahas pula hambatan proses komunikasi dalam organisasi seperti hambatan semantik, bahasa, fisik, dan lainnya

Literature Review 3 (Skripsi Nasional)

Judul Peranan Komunikasi Organisasi dalam Meningkatkan Motivasi

Judul Peranan Komunikasi Organisasi dalam Meningkatkan Motivasi

Dokumen terkait