• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Struktur dan Fungsi Masyarakat Adat Kaluppini

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pengakuan dan Perlindungan Eksistensi Masyarakat

4. Wilayah Struktur dan Fungsi Masyarakat Adat Kaluppini

Komunitas masyarakat adat Kaluppini mempunyai keunikan di antara beberapa komunitas masyarakat adat yang ada di Kabupaten Enrekang di lihat dari segi luas wilayahnya karena bukan hanya terdiri dari daratan, hutan sungai, lembah dan lain-lain tetapi juga karena berdampingan dengan kawasan milik Negara, seperti hutan yang sama-sama berdampingan harmonis. Masyarakat adat Kaluppini terdiri dari lima Desa yaitu: Kaluppini, Rosoan, Tokkonan, Lembang dan Tobalu, sampai pada wilayah Gunung Nona (Buttu Kabobong), wilayah adat Kaluppini terdiri dari tanah, hutan adat, sungai, perkebunan, perbukitan dan lain-lain yang merupakan warisan dari leluhur masyarakat adat Kaluppini.

Dalam masyarakat adat Kaluppini dikenal dengan istilah sa’puloh tallu tana ongko (tiga belas tanah pilihan) dimana semua sumber daya produksi diatur dan ditentukan oleh lembaga adat masyarakat adat

Kaluppini untuk kemakmuran masyarakat. Dalam pengelolaannya, tana ongko bisa digunakan oleh masyarakat apabila telah diizinkan oleh lembaga dan pemangku adat dengan beberapa syarat yang ada.

Penggunaan tana ongko dilihat dari seberapa besar manfaat dan mudharat yang ditimbulkan apabila digunakan menurut pertimbangan kepala adat, misalnya pada masa penjajahan, masyarakat diperbolehkan kepala adat untuk menambang emas dan menebang pohon yang ada untuk digunakan membayar upeti yang tinggi karena dipaksa oleh penjajah Jepang100.

Seperti pada pembahasan di awal bahwa kepemimpinan dengan sistem adat pada komunitas adat Kaluppini disebabkan karena adanya bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap penguasa dari kaum bangsawan yang memimpin pada saat itu yang tidak memikirkan kesejahteraan masyarakatnya, atas keresahan tersebut masyarakat kemudian menuntut raja tersebut beserta keluarganya untuk segerah turun tahta dan meninggalkan Kaluppini. Masyarakat Kaluppini mebawah turun raja dan keluarganya tersebut ke daerah lembah yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Enrekang dengan alasan untuk menghindarkan masyarakat dari sifat-sifat raja yang ada pada saat itu tertular pada masyarakat Kaluppini.

100Abul Halim, 2017, Imam Masyarakat Adat Kaluppini (Salah-satu Pemangku Adat Tertinggi dalam Masyarakat Adat Kaluppini.

Masyarakat adat Kaluppini mengenal tiga kasta diantaranya:

Puang, Ambo’ dan Ambe’ dan yang menjadi pemimpin adat sampai pada saat ini adalah dari kelas Ambe’ yang mempunyai kasta paling rendah.

Masyarakat adat Kaluppini meyakini bahwa dari kasta inilah akan lahir pemimpin yang merakyat dan memikirkan kesejahteraan masyarkatnya.

Mengingat peristiwa perpindahan kelompok bangsawan ke daerah lembah, maka kepemimpinan di Kaluppini menjadi kepemimpinan yang kolektif yang berasal dari empat serangkai. Empat serangkai inilah yang kemudian menurunkan penerus untuk masing-masing posisi dalam struktur adat. Mereka adalah Indo Lo’ko’ yang menurunkan ada’, Matindoi Bamba yang menurunkan garis To Makaka, Matindoi Tumea yang menurunkan Khali atau kadi’ dan Matindoi Karunganga menurunkan garis untuk posisi Imam.

Jika akan dilakukan pergantian terhadap pemangku adat yang ada karena alasan meninggal dunia atau karena alasan tetap (lanjut usia) maka anak, cucu atau yang masih memiliki ikatan keluarga yang berhak menggantinya asalkan sudah memenuhi persyaratan yang telah disepakati bersama oleh masyarakat adat Kaluppini101. Struktur pemangku adat dalam masyarakat adat Kaluppini memiliki emapat jabatan tertinggi yang dikenal dengan sebutan Tau A’pa’ dengan posisi yang sama dan sederajat dalam mengurusi masyarakat adat (duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi), Tomakaka dan Ada’ mengurusi urusan adat

101Tim Peneliti Kamuka Op.Cit. hlm.7.

sedangkan Imam dan Khali’ mengurusi urusan agama yang sampai di tingkat dusun di pimpin oleh Ambe’.

Proses pengangkatan para pemangku adat adalah dengan melalui musyawarah adat yang biasanya tetap melihat pada garis keturunan pemangku adat sebelumnya yang mencerminkan karakter kepemimpinan ala To Manurung yang memikirkan kemaslahatan masyarakatnya dengan segala bentuk kearifan dan kebijaksanaan, namun tidak menutup kemungkinan dari masyarakat biasa pun juga bisa menjadi pemangku adat masyarakat Kaluppini asalkan mempunyai kepribadian yang baik dan disepakati oleh masyarakat pada forum masyarakat adat Kaluppini.

Tugas dan wewenang dari pemangku adat masyarakat adat Kaluppini102: 1. Tomakaka

a). memegang kekuasaan tertinggi mengatur Pa’rodo (tarian ritual adat).

b). Menyelesaikan/memutuskan perselisihan/ sengketa dalam komunitas yang tidak terselesaikan oleh Tomatua Pa’bicara pondi dan Pa’bicara Lando.

c). Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif,dengan Puang Endekan dan komunitas adat lainnya.

d). Tomakaka berhak mengajukan kepada tomassituru untuk pemberhentian dan pengangkatan Tomatua pa’bicara Pondi, paso bo’bo, Ambe Lorong dan jajaran pitu Lorong.

102Abdul Halim, Imam Masyarakat Adat Kaluppini. Hasil Wawancara.

e). Sebagai pucuk pimpinan 9 rangkaian upacara ritual adat tahun Bo’bo.

2. Ada’

a). Ada’ memegang kekuasaan tertinggi mengatur Pa’jaga (tarian ritual adat).

b). Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif,dengan Puang Endekan dan komunitas adat lainnya.

c). sebagai pucuk pimpinan 4 rangkaian upacara ritual adat tahun Ba’tan.

d). Ada’ berhak mengajukan kepada Tomassituru untuk memberhentikan dan mengangkat Tomatua Pa’bicara Lando, Paso Ba’tan dan Pallapi arona ( Nene Kanila ).

3. Khali

a). Memegang kebijakan/kendali urusan ritual Agama Tahlele.

b). Memimpin sholat hari raya Idul Adha.

c). Berhak mengajukan kepada tomassituru untuk memberhentikan dan pengangkatan Katte Pa’bica Pondi, Bilala bo’bo.

4. Imam

a). Memegang kebijakan/kendali urusan ritual Agama Ma’damulu.

b). Memimpin sholat hari raya Idul Fitri.

c). Berhak mengajukan kepada tomassituru untuk pemberhentian dan pengangkatan Katte Pabicara Lando dan Bilala Imam.

5. To Matua Pa’bicara Pondi

a). Bertanggung jawab penuh membantu Tomakaka dalam urusan adat.

b). Ambe’na Tomassituru (Tomakaka/Khali).

c). Mengadili dan memutuskan sengketa/perselisihan.

6. To Matua Pa’bicara Lando

a). Bertanggung jawab penuh membantu Ada’ dalam urusan adat.

b). Ambe’na Tomassituru (Ada’/Imam).

c). Kewenangan memeriksa, pertimbangan, nasehat, memutuskan sengketa/perselisihan.

7. Katte’ Pa’bicara Pondi

a). Bertanggung jawab penuh membantu Khali dalam urusan ke-agama-an.

b). Indona Tomassituru Tomakaka/Khali.

c). Memberikan pertimbangan dan nasehat dalam sengketa.

d). Menyampaikan Kutbah,Jumat dan hari raya Idul Adha.

8. Katte’ Pa’bicara Lando

a). Bertanggungjawab penuh membantu Imam dalam urusan ke-agama-an.

b). Indona Tomassituru (Ada’/Imam).

c). memberikan nasehat dan pertimbangan dalam sengketa d). Menyampaikan Kutbah,Jumat dan hari raya Idul Fitri.

9. Paso Bo’bo

a). Pelaksana 9 ritual adat taun bo’bo. (Sima tana, Rappan Banne/Mappatarakka, meta’da wai, Ma’tulung, Meta’da pejapppi, ma’buttu buttu, massalli’ babangan, ma’pana’ta ranganan, ma’paratu ta’ka,pelaksana ritual-hajatan dirumah adat sapo battoa)

b). Pelaksana utama ritual adat tersebut adalah tomakaka, namun jika berhalangan dapat diwakilkan kepada Paso Bo’bo

c). Menyampaikan petuah, pesan/pengingat setelah shalat Idul Adha dalam bahasa sastra Kaluppini.

d). Pantangan Paso’ Bobo yaitu tidak diperbolehkan berhubungan suami istri selama 6 bulan. (apabila dilanggar akan berefek terhadap orang banyak. Sanksi: hukum alam).

e). Paso’ Bo’bo pengangkatan dan pemberhentiannya direkomendasikan oleh Tomaka dan disetujui oleh tomassituru.

10. Paso Ba’tan

a). Pelaksana 4 ritual taun ba’tan. (Massima Tana taun ba’tan-pusat ritual dibatu battoa, ma’tulung, messuun dibamba (dalam ritual adat sebelumnya ke Rumah adat sapo Battoa), ma’paratu ta’ka,pelaksana hajatan di Palli

b). Pelaksana utama ritual adat tersebut adalah Ada’, namun jika berhalangan dapat diwakilkan ke Paso’ Ba’tan

c). Menyampaikan petuah, pesan/pengingat setelah shalat Idul Fitri dalam bahasa sastra Kaluppini.

d). Pantangan Paso’ Ba’tan yaitu tidak diperbolehan berhubungan suami istri selama 6 bulan. (apabila dilanggar akan berefek terhadap orang banyak. Sanksi: hukum alam)

e). Paso’ Ba’tan direkomendasikan oleh Ada’ dan disetujui oleh Tomassituru.

11. Bilala’ Khali’

a). Muadzin

b). Mappatarakka’ Idul Adha (menyerukan pelaksanaan shalat Idul Adha)

c). Menyembelih hewan dalam ritual keagamaan.

d). Memulai merobek kain kafan saat ada yang meninggal dunia.

12. Bilala’ Imam a). Muadzin.

b). Mappatarakka’ Idul Adha (menyerukan pelaksanaan shalat Idul Fitri).

c). Menyembelih hewan dalam ritual keagamaan.

d). Memulai merobek kain kafan saat ada yang meninggal dunia.

e). Sebagai penyambung pesan antar pemangku adat dengan pemangku syariat.

f). Membantu Katte Pa’bicara lando dalam tugas keagamaan.

13. Pande Tanda

a). Bertanggung jawab penuh melihat dan menentukan masuk dan berakhirnya tanda, bintang di cakrawala.

b). Mengusulkan jadwal tanam atau waktu pelaksanaan ritual adat.

c). Tempat bertanya masyarakat komunitas hari yg baik memulai menanam,bikin rumah, bercocok tanam, prediksi waktu hujan dan kemarau.

14. Tappuare

a). Intelejen Adat.

b). Pattula’ Bala (menolak bala).

c). Menyiasat ancaman dari luar.

d). Keistimewaan: dapat hadir dalam acara-acara meskipun tidak diundang. Pemangku adat yang lain saat akan meninggalkan Kaluppini harus meletakkan jabatan, namun Tappuare tidak demikian karena bisa menetap didalam dan diluar komunitas adat kaluppini.

a). Memiliki ciri khas yakni Rambut Gondrong, selama menjabat sebagai Tappuare tidak diperbolehkan memotong rambut.

15. Tomassituru To Makaka/Khali

a). Bergelar Suro dikatappai (suruhan yang dipercaya).

b). Mengangkat memberhentikan dan mengawasi Tomakaka dan khali dan jajaranya.

c). Bertanggungjawab sebagai stabilisator dalam lembaga 13.

d). Mengobati yang sakit dan mengurut yang cedera (Menyelesaikan perselisihan antar pemangku dengan pemangku atau antara pemangku dengan warga adat).

e). Betteng bassinna Tomakaka, Khali dan jajarannya.

f). Menyiapkan Kalojon dan Sulo Bakkan (Siap setiap saat menjalankan tugas dalam kondisi dan situasi apapun).

16. Tomassituru Ada’/Imam

a). Bergelar Suro dikatappai (Suruhan yang dipercaya).

b). Mengangkat memberhentikan dan mengawasi Ada’ dan Imam dan jajaranya.

c). Bertanggung jawab sebagai stabilisator dalam lembaga 13.

d). Mengobati yang sakit dan mengurut yang cedera (Menyelesaikan perselisihan antar pemangku dengan pemangku atau antara pemangku dengan warga adat).

e). Betteng bassinna Ada’ dan Imam dan jajarannya (benteng besi Ada’, Imam dan jajarannya.

f). Menyiapkan Kalojon dan Sulo Bakkan (Siap setiap saat menjalankan tugas dalam kondisi dan situasi apapun).

17. Pallapo Arona Ada’/Imam

a). Pengawal Ada’ dan Imam, memastikan keselamatan Ada’ dan Imam selama kedua pemangku adat tersebut berada dijalan yang benar.

b). Membela adat dan Imam selama kedua pemangku tersebut berada dijalan yang benar.

18. Pitu Lorong

a). Pengawal Tomakaka dan Khali dalam ancaman keselamatan, membela sampai titik darah penghabisan selama kedua pemangku tersebut berada di jalan yang benar.

b). Sebagai eksekutor kalau ada yang pelanggaran adat.

c). Dalam ritual tertentu, Pitu Lorong menyediakan ayam dengan warna sesuai gelarannya.

d). Pitu Lorong merupakan wewenang Tomakaka untuk menunjuk langsung.

19. Ambe Kombong dan Indo Kombong

a). Terdapat 13 Ambe Kombong/Indo Kombong yang menjalankan kegiatan Adat dan Ritual di 13 wilayah adat kecil di Kaluppini.

b). Panunggung Jawab penuh kelangsungan adat dan ritual dalam lingkup wilayah adat kecil.

c). Merupakan tingkat pertama yang akan menyelesaikan sengeketa/permasalahan jika pihak yang bersegketa tidak menemui titik temu maka dapat dilanjutkan ke pemangku adat selanjutnya.

d). Bertanggung jawab penuh kepada Pemangku Adat utama Tomakaka dan Ada’ dan jajarannya dalam menjalankan tugasnya.

20. Guru Alok

a). Sebagai penentu kebijakan Kegiatan Agama disetiap kawasan adat kecil dalam wilayah Kaluppini.

b). Bertanggung jawab sepenuhnya kepada pemangku Agama utama Khali dan Imam.

Dokumen terkait