• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN JANAZAH YANG BELUM TERSELESAIKAN

Dalam dokumen Fiqih SMP - 7 (Halaman 47-53)

PERAWATAN JENAZAH

KOMPETENSI DASAR

B. HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN JANAZAH YANG BELUM TERSELESAIKAN

Apabila seseorang meinggal dunia, maka hendaknya keluarga yang ditinggalkan memperhatikan kewajiban-kewajiban jenazah yang belum terselesaikan. Kewajiban-kewajiban itu adalah;

1. Kewajiban yang terkait dengan hak kepada Allah. Pepemnuhan Kewajiban ini menurut Imam Syafii harus didahulukan, sebelum hak adami. Hak itu berupa puasa yang belum dikerjakan, sahalat yang ditinggalkan, nadzar, zakat yang belum di-abyar, dam dan lain-lain.

2. Kewajiban yang terkait dengan Hak Adami, misalnya upah pekerjaan yang belum dibayar, pembagian keuntungan dalam kerja sama yang belum dibagi dan ada di-tangannya, mahar dan lain-lain yang berkaitan dengan hak adami.

Di samping kedua hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan Harta Peninggalan mayyit, yaitu;

a. Beaya perawatan jenazah, ialah segala beaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan mayit sejak kematiannya hingga selesai pemakaman yang meliputi ; beaya memandikan, mengkafani , penggalian kubur, hingga selesai pemakaman yang dikeluarkan sewajarnya tidak terlalu boros dan tidak terlalu hemat.

b. Hak –hak orang lain yang berkaitan langsung dengan harta mayit diantaranya ialah : q Barang pinjaman ditangan mayit yang harus dikembalikan.

q Mayit menjual barang telah terima uangnya, namun barangnya masih di-tangannya, maka ahli waris harus menyampaikan barang tersebut kepada pem-belinya.

q Mayit adalah pemegang gadai dimasa hidupnya, maka ahli waris harus mengembalikan kepada yang punya barang tersebut.

c. Pembayaran hutang. Hutang yang dimaksud adalah segala tanggungan yang bernilai uang, yang harus diselesaikan oleh ahli waris. Baik yang terkait dengan Hak Allah maupun Hak Adami

Pembayaran ini setelah terlebih dahulu dilunasi dua macam beaya sebelumnya. Apabila sisa harta masih ada namun tidak cukup untuk mengembalikan hutangnya kepada seseorang, maka yang berpiutang mengambil semua harta yang ada. Apabila yang berpiutang banyak, maka mereka membagi harta yang ada sesuai perbandingan piutang diantara mereka.

d. Pelaksanaan wasiat.

Wasiat dapat dilaksanakan hanya sepertiga dari sisa setelah dilunasinya tiga faktor diatas. Apabila wasiat itu melebihi sepertiga, maka kelebihan itu tergantung ijin para ahli waris. Dalam melaksanakan wasiat perkara yang diwasiatkan tidak melanggar larangan agama islam, jika melanggar maka tidak boleh dilaksanakan.

C. TA’ZIYAH DAN ZIARAH KUBUR a. Ta‘ziyah

48

Pernahkah kalian mendengar berita duka (kematian) yang menimpa tetangga atau keluarga? Tentu pernah bukan. Nah ketika kita mendengar berita duka tersebut hen-daknya kita mengucapkan istirja‟ (Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun), selanjutnya apa yang sehjarusnya kalian lakukan setelah mengucapkan istirja‟ tersebut? Kalian hen-daknya berta‘ziyah. Tahukah kalian yang dimaksud dengan ta‘ziyah? Ta‘ziyah menurut bahasa ungkapan simpati atau menghibur kepada orang yang dikunjungi sedangkan menurut istilah adalah menghibur keluarga yang ditinggal mati supaya bersabar dan mengingatkan janji pahala dari Allah bila bersabar, mendoakan mayyit supaya mendapat ampunan. Ta‘ziyah dalam tradisi kita dikenal dengan sebutan nyelawat yaitu mengunjungi keluarga yang ditinggal mati.

Ta‘ziyah hukumnya sunnah, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori muslim, bahwa suatu ketika salah seorang puteri menguim utusan kepada beliau untuk mengabarkan salah seorang anaknya sedang mendekata ajal. Rasulullah kemudian bersabda kepada utusan;

Artinya : Kembalilah kepadanya.! Beritahulah ia bahwa Allah mempuyai hak untuk mengambil dan Ia pula yang mempunyai hak mengambil pemberian Nya. Segala sesuatu telah ditentukan waktunya oleh Nya. Perinthalah supaya ia bersa-bar dan mengharap pahala dari Allah (HR. Bukhori Muslim)

Waktu ta‘ziyah yang paling baik adalah sebelum jenazah dikebumikan karena saat itu kesedihan keluarga yang ditinggalkan sedang memuncak, kemudian sampai tiga hari berikutnya. Adapun melibihi 3 hari hukumnya makruh. Namun demikian apabila orang yang berta‘ziyah itu berasal dari luar daerah atau desa maka tidak ada batasan waktu untuk berta‘ziyah.

2. Adab Ta‗Ziyah

Sebagaimana menjenguk orang sakit, maka tujuan utama ta‘ziyah adalah untuk me-ringankan beban keluarga yang ditinggalkan dan mendoakan jenazah, untuk itu kita ha-rus memperhatikan adab-adabnya sebagai berikut;

a. Mendoakan mereka yaitu dengan ucapan ;

Artinya : Mudah-mudahan Allah memberimu pahala yang besar, memberi ke-baikan untuk keluargamu, dan mengampuni anggota keluarga yang telah mening-gal

b. Bawalah makanan untuk keluarga yang ditinggalkan, sehingga mereka tidak merasa sungkan karena tidak bisa memberi jamuan kepada kita

c. Membantu kelancaran pelaksanaan penyelenggaran perawatan jenazah, seperti membantu mengabari keluarga yang lain, memanggil modin, mencari penggali kubur dan lain-lain.

49

d. Ikut larut dalam kesedihan, sehingga jangan sampai bersenda gurau apalagi sampai tertawa terbahak-bahak, janganlah memperbanyak bicara, apalagi sam-pai membicarakan aib jenazah, bahkan sebaliknya bicarakanlah kebaikan-kebaikannya.

e. Gunakanlah pakaian sederhana yang pantas, janganlah menggunakan pakaian yang melambangkan kesombongan. Dan jangan pula menggunakan pakaian yang secara khusus digunakan sebagai tanda berkabung, seperti pakaian warna hitam, sebagaimana menjadi kebiasaan di kalangan tertentu, karena hukumnya haram.

f. Ikutilah rangkaian perawatan jenazah, terutama shalat jenazah sampai selasai pemakaman, karena hal ini bagian hari hak sesama muslim, sebagaimana sabda Rasulullah

Artinya : “Barang siapa yang mengantarkan jenazah orang Islam atas dasar iman dan karena Allah, dan turut menshalatinya serta ikut mengantarkan je-nazah sampai ke tempat pemakaman hingga selesai, maka orang itu mendapat pa-hala sebesar dua qiroth, yaitu emas sebesar dua kali gunung Uhud. Tetapi apabila hanya ikut shalat saja, tidak ikut mengantarkan ke makam, maka pahalanya satu qiroth yaitu sebesar emas satu gunung Uhud”. (HR Bukhari).

g. ikutilah tahlil, kalau bisa sampai hari ketujuh

3. Hikmah Ta‗Ziyah

Apabila ta‘ziyah dilakukan dengan benar, maka akan menimbulkan beberapa hikmah. Antara lain;

a. Mempererat tali silaturrahim

Ketika berta‘ziyah kita akan bertemu dengan kerabat dan sahabat-sahabat mayat yang jarang kita jumpai.

b. Meringankan beban penderitaan

Sebagaimana disebutkan dalam sabda rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bu-khori Muslim, maka dengan adanya ta‘ziyah, diharapkan kita dapat meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Sehingga sudah syogyanya ketika berta‘ziyah kita tidak bersenda gurau apalagi sampai mengungkap aib jenazah. Sebaliknya kita harus proaktif membantu kelancaran pelaksanaan perawatan jenazah.

c. Mengingat kematian

Setiap yang hidup pasti mengalami kematian, artinya kematian yang di alami oleh jenazah hendaknya kita jadikan suritauladan, bahwa kematian akan menjemput siapapun dan di manapun. Dengan demikian diharapkan tumbuh kesadaran akan hal ini sehingga kita termotifasi meningkatkan amal ketakwaan.

d. Mendoakan jenazah

Mendoakan jenazah merupakan tujuan utama berta‘ziyah di samping menghibur keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu hendaknya hal ini disempatkan. Sebab saat itu yang dibutuhkan oleh jenazah adalah doa yang kita panjatkan.

b. Ziarah Kubur

50

Berziarah kubur merupakanbagian dari kegiatan keagamaan. Ziarah kubur, terutama ke makam para Nabi dan orang-orang yang saleh memiliki bayak keutamaan dan juga membawa pengaruh yang baik bagi nurani peziarah.

Melihat kompelk pemakaman yang sunyi senyap, gundukan tanah di atasnya dan batu nisan yang tersusun rapi akan membuat hati yang keras menjadi lembutdan terge-rak untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.

Pada awal-awal diajarkannya Islam, ziarah kubur memang dilarang untuk menjaga kemurinian akidah mereka. Sebab sebelum memeluk Islam mereka terbiasa merapai makam. Akan tetapi setelah ajaran Islam meresap dalam diri merekam setelah mereka mampu membedakan antara kesedihan sebagai wujud kasih sayang dan ratapan se-bagai simbool ketidakrelaan atas keputusan Allah, Rasulullah justru memerintahkan umat Islam untuk sering berziarah kubur. Beliau bersabda;

Artinya : Sesungguhnya dulu aku melarang kalian berziarah kubur, akan tetapi sekarang ziarahilah kubur, karena yang demikian itu dapat menjadikan seseorang zuhud (tidak terpedaya oleh kehidupan duniawi) dan mengingatkan kehidupan akhirat. (HR. Ibnu Majjah)

2. Adab Ziarah Kubur

a. Meluruskan niat. Hendaknya ketika seseorang akan berziarah, niat untuk mencapai keridlaan Allah, memperbaiki hati yang rusak atau memberi kebaikan kepada may-yit dengan membacakan Al Qur‘an atau mendoakannya.

b. Hati yang khusu‘ (kehadiran hati), karena dengan demikian kita dapat memetik pelajaran yang besar dari kematian. Ibnu Majjah meriwayatkan bahwa suatu ketika Utsman bin Affan ditanya seseorang lantaran beliau menangis tersedu-sedu ketika berziarah kubur, padahal ketika diingatkan tentang surga dan neraka beliau tidak demikian. Utsman bin Affan menjawab bahwa Rasulullah pernah bersabda ―sesungguhnya kubur adalah persinggahan pertama dari semua tempat alam akhirat. Barang siapa yang selamat dari (siksanya) maka apa yang akan dia alami setelah itu lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat dari (siksa) nya, maka apa yang akan terjadi kepedanya setelah itu lebih buruk lagi.

c. Dalam keadaan suci dari hadats, karena salah satu tujuan ziarah kubur adalah mendapatkan kelembutan hati, sedangkan kesucian dhahir (jasmani merupakan sa-lah satu syarat untuk mendapatkan kesucian bathin) ruhani, dan ketika berziarah kita juga dianjurkan berdoa, dan doa yang dipanjatkan dalam keadaa suci akan lebih terkabul.

d. Melepas alas kaki ketika memasuki area pemakaman bila memungkinkan e. masuk area mendalukan kaki kanan, seraya berdoa;

Artinya:

Salam sejahtera bagimu wahai ahli kubur yang beragama Islam, Insya Allah kami juga akan menyusul kalian.

Ucapan salam ini sekali lagi perlu kita uncapkan ketika menghadap kuburan yang kita ziarahi sebagai ucapan salam yang bersifat khusus. Mengucapkan salam juga

51

disunnahkan ketika melewati area makam Islam, meskipun tidak sedang bertujuan ziarah kubur.

f. tidak melangkahi atau menginjak kuburan kecuali terpaksa apalagi tidak duduk di atas kuburan, hal ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada sesame muslim. Rasullah melarang kita melangkahi kuburan apalagi duduk-duduk di atasnya.

g. duduk menghadap mayat (di sebelah barat kuburan), sebab menziarahi makam seseorang seperti bercakap-cakap dengannya semasa hidup. Jika masioh hidup kita berhadap-hadapan ketika bercakap-cakap dengannya, maka demikian pula ketika menziarahi kuburnya.

h. membaca hadiah fatihah, yasin, tahlil, dan mendoakan ahli kubur. Sebelum men-doakan ahli kubur hendaknya merenungkan sejenak keadaan saudara kita yang be-rada di dalam kubur, dengan demikian kita akan semakin ingat kematian. Setelah itu kita membaca hadiah fatihah, yasin, tahlil, dan mendoakan ahli kubur.

i. keluar mendahulukan kaki kiri

3. Tawassul sebagai Salah Satu Kegiatan dalam Ziarah Kubur

a. Pengertian dan hukum Tawassul

Di samping mendoakan ahli kubur, berziarah kubur bertujuan untuk tawassul. Apakah yang dimaksud tawassul? Tawassul artinya menjadikan sesuatu sebagai peran-tara dalam usahanya untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah atau ingin mewujudkan cita-citanya. Sedangkan tawassul adalah sesuatu yang dijadikan sebagai perantara dalam bertawassul. Dalam Al Qur‘an Allah mewahyukan.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, patuhlah kepada Allah, dan carilah wasilah kepada Nya, dan berjuanglah di jalan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang beruntung. (QS. AL Maidah : 35)

Sesuatu dapat dijadikan sebagai wasilah (perantara) jika ia diridlai Allah.

Berdoa dengan bertawassul artinya memohon kepada Allah dengan menyebutkan sesuatu yang dicintai da diridlai Nya. Contohnya jika seseorang ingin mendapatkan rizki yang berlimpah kemudian ia berdoa; ―ya Allah, berkat kedekatakan nabi Mu

Muham-mad kepadamu, lapangkanlah rizkiku‖

Seseorang yang bertawassul berarti mengaku bahwa dirinya penuh kekurangan. Dengan segala kekurangan tersebut, dia sadar bahwa doanya sulit dikabulkan. Oleh ka-rena itu iapun meminta syafaat kepada sesuatu atau seseorang yang –menurut per-sangkaan baiknya- dicintai dan diridlai Allah. Itulah hakikat tawassul.

b. Bentuk-bentuk tawassul

Secara garis besar, bentuk-bentuk tawassul dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu;

1. tawassul dengan amal saleh sendiri

Para ulama sepakat bahwa tawassul dengan amal salehnya sendiri seperti, puasa, pembacaan Al Qur‘an dan lain sebagainya adalah bagian dari ajaran Islam. Dalilnya adalah HR. Bukhari dan Ahmad yang menceritakan tiga orang yang terjebak dalam se-buah gua, masing-masing dari ketiga orang itu kemudian menggunakan amal salehnya sebagai wasilah. Setelah masing-masing bermunajat kepada Allah menggunakan amal salehnya, batu yang menutupi gua itupun kemudian terbuka.

52

Tawassul dengan amal saleh orang lain artinya wasilah (perantara) yang kita

se-butkan dalam doa yang kita panjatkan bukan menggunakan amal kita, melainkan dengan menyebutkan nama seseorang. Misalnya bertawassul dengan menyebutkan na-ma nabi, sahabat, dan para wali.

Tawassul dengan amal saleh orang lain ini pernah dilakukan oleh Rasullah dengan

orang-orang yang berdoa (HR. Ibnu Majjah dan Turmudzi), tawassul Nabi Adan dengan Nabi Muhammad (HR. Hakim), Tawassul Nabi Muhammad dengan seluruh Nabi (HR. Thabrani), tawassul para sahabat dengan Nabi Muhammad (HR. Turmudzi dan Abi Dawud, dan tawassul yang Umar bin Khattab dengan Abbas bin Abdul Muththalib (HR. Bukhori)

Ketika ditimpa musim kering yang berkepanjangan, dalam doa shalat istisqa‘nya Umar bin Khaththab berdoa:

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepadamu kami

ber-tawassul dengan Nabi Mu. Engkaupun menurunkan hujan. Dan sekarang kami

berdoa kepadamu bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah hujan.” (HR, Bukhori)

Tak lama setelah itu Allah menurunkan hujan kepada mereka semua.

Dari beberapa uraian tersebut jelaslah kiranya bahwa tawassul dengan menggunakan amal saleh sendiri dan orang lain dibenarkan dalam ajaran Islam.

--o0()0o--

TUGAS KELOMPOK

Praktikkanlah cara sholat berjamaah bersama teman sekelompokmu cara mengu-rusi jenazah dengan menggunakan boneka sebagai jenazahnya. Lakukanlah dengan lay-ak!

TUGAS INDIVIDU

Disuatu desa masih melakukan adatnya yaitu menaburi uang recehan pada keranda jenazah sepanjang perjalanan menuju ke pemakaman. Bagaimana hukum adat tersebut menurut pendapatmu? Berikan alasanmu!

PILIHAN GANDA

1. Hukum menyalati jenazah adalah… a. Fardlu A‘in

b. Fardlu Kifayah c. Sunnah Muakad

d. Sunnah Ghoiru Muakkad

2. Seorang jenazah yang harus dimandikan adalah… a. Jenazah yang beragama Islam

53

c. Jenazah yang mati syahid d. Jenazah yang mati suri

3. Petugas yang memandikan jenazah hendaknya… a. Kerabat jenazah sendiri

b. Keluarga jenazah sendiri

c. Orang yang terdekat dengan jenazah semasa hidupnya d. Orang yang dapat menyimpan rahasia jenazah

4. Mengiringi jenazah dengan dzikir yang keras termasuk perbuatan yang… a. Dibenci Allah SWT

b. Disukai Allah SWT c. Diragukan ke-Islamannya

d. Disunnahkan nabi Muhammad SAW 5. Memandikan jenazah dimulai dengan…

a. Membaca do‘a seperti ketika menyalatkan jenazah b. Membasuh tangan dan muka sendiri

c. Membersihkan jenazah dari najis d. Memijat perut jenazah perlahan-lahan

Dalam dokumen Fiqih SMP - 7 (Halaman 47-53)