• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Penerima Pelayanan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Teori (Sumaryo 2009) menyatakan bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat berdasarkan perkembangan ekonomi dan tingkat kemandirian. Pada penelitian ini mengenai UMKM bengkel roda empat yang dibina oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra jika dilihat berdasarkan perkembangan ekonomi dan kemandirian UMKM cenderung dapat dikatakan mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 13 Jumlah dan persentase penerima pelayanan menurut unit barang yang masuk, jumlah karyawan, dan pendapatan tahun 2012

Item Jumlah (orang) Persentase (%)

Unit barang yang masuk

Rendah (Skor: 6 – 11) 0 0 Sedang (Skor: 12 – 17) 14 46.67 Tinggi (Skor: 18 – 24) 16 53.33 Jumlah karyawan Rendah (Skor: 3 – 5) 0 0 Sedang (Skor: 6 – 8) 17 56.67 Tinggi (Skor: 9 – 12) 13 43.33 Pendapatan Rendah (Skor: 7 – 13) 0 0 Sedang ( Skor: 14 – 20) 18 60.00 Tinggi (Skor: 21 – 28) 12 40.00

Perkembangan ekonomi dalam penelitian diukur berdasarkan jumlah unit yang masuk, jumlah karyawan, dan pendapatan. Tiga indikator tersebut merupakan tiga hal yang mendasari terjadinya perkembangan ekonomi di UMKM bengkel roda empat yang dibina oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Jika dilihat dari Tabel 13, maka terlihat bahwa penerima pelayanan yang mengalami kenaikan unit barang yang masuk tinggi sebesar 53.33%, sedangkan yang sedang 46.67%. Jumlah karyawan yang mencapai nilai tinggi mencapai 43.33% dan sedang 56.67%. Pendapatan dengan nilai tinggi sebesar 40% dan nilai sedang 60%. Secara keseluruhan, penerima pelayanan mengalami perkembangan ekonomi yang cukup meningkat, terbukti dengan tidak adanya penerima pelayanan dengan kategori penilaian yang rendah terhadap ketiga indikator tersebut, namun ada juga yang mengatakan bahwa pendapatan setelah mereka

dibina oleh YDBA biasa saja atau tidak mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penerima pelayanan cenderung dominan ada pada kategori menilai sedang, seperti yang diungkapkan oleh Bapak UW berikut:

“... Pendapatan saya setelah dibina YDBA rasanya sama saja. Tidak ada yang berubah karena memang sepertinya YDBA hanya memberikan pembinaan dan pelatihan saja kepada karyawan- karyawan saya, setelah itu sudah tidak ada lagi kegiatan-kegitan lain. Kayanya dari dulu zamannya saya buka bengkel sampai saat ini sama saja pendapatan, tidak naik tidak turun. Kalaupun naik yah memang itu sudah naik sebelum adanya pembinaan dari YDBA …” (UW, 57tahun).

Berbeda dengan pendapat yang diungkapkan oleh Bapak UW, Bapak DS merupakan salah satu penerima pelayanan YDBA yang mengaku bahwa setelah dibina oleh YDBA pendapatan yang diperoleh beliau semakin meningkat karena memang banyak sekali yang dilakukan YDBA kepada UMKM roda empat miliknya. Beliau mengatakan bahwa:

“… Jika dilihat dari unit barang yang masuk, jumlah karyawan, dan pendapatan. Saya sangat mengakui bahwa dari hari ke hari tiga hal tersebut cenderung ada peningkatan dibengkel mobil yang saya miliki ini, untuk unit barang yang masuk, saya bisa mencapai 15 unit perhari bahkan bisa sampai 20 jika sedang ramai.Dulu karyawan saya juga hanya punyai 1, tapi sekarang alhamdulillah setelah saya dibina YDBA bahkan diberikan arahan mencari karyawan, saat ini saya mempunyai 9 karyawan yang sudah saya beri gaji sendiri dengan hasil bengkel roda empat ini, sedangkan untuk pendapatan sendiri, saya tidak bisa memberitahu berapa, tapi saya akui memang pendapatan yang saya dapatkan hari ke hari ada kenaikan walaupun sedikit. Hal itu terjadi memang karena YDBA telah memberikan dan menjadikan saya sumberdaya manusia yang berkualitas, tidak hanya saya tetapi karyawan- karyawan saya yang ikut dibina menjadi karyawan yang berkualitas, sehingga ada kepercayaan dari para pelanggan saya untuk tetap konsisten memilih bengkel saya sebagai tempat service mobil-mobilnya …” (DS, 54 tahun).

Selain perkembangan ekonomi, kualitas sumberdaya manusia juga dapat dilihat berdasarkan adanya kemandirian UMKM roda empat yang telah dibina. Tingkat kemandirian dari penerima pelayanan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase penerima pelayanan berdasarkan kemandirian aktivitas, kemandirian ekonomi, dan kemandirian teknis tahun 2012

Item Jumlah (orang) Persentase (%)

Kemandirian aktivitas Rendah (Skor: 7 – 13) 0 0 Sedang (Skor: 14 – 20) 17 56.67 Tinggi (Skor: 21 – 28) 13 43.33 Kemandirian ekonomi Rendah (Skor: 7 – 13) 0 0 Sedang (Skor: 14 – 20) 21 70.00 Tinggi (Skor: 21 – 28) 9 30.00 Kemandirian teknis Rendah (Skor: 4 – 7) 0 0 Sedang ( skor: 8 – 11) 20 66.67 Tinggi (Skor: 12 – 16) 10 33.33

Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat kemandirian penerima pelayanan berdasarkan kemandirian aktivitas, kemandirian ekonomi, dan kemandirian teknis dapat dikatakan baik, karena dari tiga indikator dari tingkat kemandirian tersebut tidak ada penerima pelayanan yang masuk dalam kategori kemandirian yang rendah, baik dalam kemandirian aktivitas, kemandirian ekonomi, dan kemandirian teknis. Mereka cenderung ada pada kategori tinggi dan sedang. Pada kemandirian aktivitas, penerima pelayanan yang masuk dalam kategori tinggi mencapai 43.33%, dan penerima pelayanan yang masuk dalam kategori sedang mencapai 56.67%, sedangkan jika dilihat berdasarkan kemandirian ekonomi, penerima pelayanan yang masuk dalam kategori tinggi sebesar 30.00% dan penerima pelayanan yang masuk dalam kategori sedang mencapai 70.00%, sedangkan jika dilihat berdasarkan kemandirian teknis, penerima pelayanan yang masuk dalam kategori tinggi sebesar 33.33% dan penerima pelayanan yang masuk dalam kategori sedang mencapai 66.67%. Secara keseluruhan, tingkat kemandirian yang terjadi pada 30 penerima pelayanan yang masuk dalam UMKM bengkel roda empat binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra, mereka cenderung memiliki kemandirian yang sedang. Hal tersebut memang dialami oleh salah satu penerima pelayanan yang mengaku bahwa Yayasan Dharma Bhakti Astra telah membuatnya menjadi pemilik bengkel yang mandiri, seperti yang telah diungkapkan oleh penerima pelayanan tersebut, yaitu Bapak SH. Beliau mengaku bahwa beliau bisa berdiri sendiri setelah didampingi selama 7 tahun oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Beliau juga mengatakan bahwa:

“… Dahulu saya memang didampingi oleh YDBA sejak awal tahun 2006. Saya diberikan ilmu yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas saya sebagai tenaga kerja di bidang perbengkelan roda empat. Saya menerima pelatihan, pembinaan, seminar yang

berkaitan dengan UMKM yang tengah saya geluti, seperti sales advisor, manajemen keuangan, manajemen bengkel dan banyak sekali yang saya dapat dari pembinaan yang telah diadakan oleh YDBA. Saya juga mengikuti pelayananAMV guna mengembangkan bengkel saya menjadi bengkel yang kapasitasnya memadai. Tidak hanya itu, saya juga memiliki banyak link karena saya selalu menghadiri undangan yang diberikan YDBA. Saya masuk dalam himpunan yang bernama HBBA, yaitu Himpunan Bengkel Binaan YDBA.Himpunan itu lagi-lagi membuat saya mendapatkan ilmu yang berkaitan dengan bengkel, sampai akhirnya saya secara mandiri dapat melanjutkan UMKM saya sampai saat ini. Mandiri dalam hal aktivitas di dunia perbengkelan saya, mandiri dalam hal ekonomi karena saya bersyukur sampai saat ini masih diberikan kesempatan untuk memenangkan tender dari instansi-instansi besar seperti polrestadan coca-cola. Tentunya saya juga mandiri dalam hal teknis. Saya sudah cukup percaya diri untuk tidak selalu didampingi oleh YDBA. HBBA, tender, link yang banyak sudah mampu mendukung saya untuk menjadi bengkel mandiri dan itu semua tidak lepas karena bantuan dari Yayasan Dharma Bhkati Astra …” (SH, 56 tahun).

Hubungan Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra dengan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Penelitian ini menguji hubungan antara penilaian terhadap pelayanan YDBA dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji hubungan ini ingin melihat keefektifan dari pelayanan tanggungjawab sosial melalui pelayanan yang diberikan YDBA sebagai salah satu yayasan yang dimiliki oleh PT Astra International Tbk. terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dengan menggunakan teori menurut Sumaryo (2009) bahwa tanggungjawab sosial perusahaan merupakan suatu pendekatan perubahan atau pengembangan masyarakat khususnya peningkatan sumberdaya manusia yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bagian dari tanggungjawab sosialnya. Pendekatan ini bertujuan agar masyarakat turut terlibat atau menjadi bagian dari perusahaan tersebut dan menikmati manfaat dari keberadaan perusahaan di suatu wilayah tertentu terutama manfaat dalam hal ekonomi dan kemandirian bagi masyarakat tersebut. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilihat berdasarkan perkembangan ekonomi dan kemandirian dari penerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan tersebut. Perkembangan ekonomi dilihat ketika unit barang yang masuk, jumlah karyawan di UMKM, dan pendapatan UMKM meningkat setelah mengikuti pelayanan, sedangkan kemandirian dilihat berdasarkan kemandirian ekonomi, kemandirian aktivitas, dan kemandirian ekonomi yang terjadi pada UMKM setelah mengikuti dan menerima pelayanan tanggungjawab sosial perusahaan tersebut.

Hubungan Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra dengan Unit Barang yang Masuk

Uji korelasi antara bantuan modal dengan unit barang yang masuk memiliki nilai signifikan sebesar 0.000. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05) maka terdapat hubungan antara bantuan modal dan unit barang yang masuk. Terdapatnya hubungan yang signifikan ini dikarenakan bantuan modal membantu penerima pelayanan dalam menarik unit yang masuk dalam bengkel. Dengan adanya bantuan modal, memberikan peluang yang besar terhadap kapasitas bengkel yang memadai, hal tersebutlah yang menyebabkan jumlah unit yang masuk dapat bertambah, karena dengan memadainya kapasitas bengkel pelangganpun merasa pelayanan yang diberikan bengkel menjadi lengkap dan memuaskan.Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap unit barang yang masuk dengan penilaian terhadap pelayanan YDBA dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap unit barang yang masuk dengan penilaian terhadap pelayanan YDBA tahun 2012

Penilaian terhadap

Pelayanan YDBA Kategori

Penilaian terhadap unit barang yang masuk(%)

Rendah Sedang Tinggi

Bantuan modal Rendah (Skor: 4 – 7) 0 0 0

Sedang (Skor: 8 – 11) 0 40 13.3

Tinggi (Skor: 12 – 16) 0 6.7 40

Bantuan Teknis Rendah (Skor: 6 – 11) 0 0 0

Sedang (Skor: 12 – 17) 0 10 3.3

Tinggi (Skor: 18 – 24) 0 36.7 50

Manajemen Rendah (Skor: 6 – 11) 0 0 0

Sedang (Skor: 12 – 17) 0 23.3 10

Tinggi (Skor: 18 – 24) 0 23.3 43.3

Tabel 15 menunjukkan bahwa 40% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang bantuan modal memiliki penilaian yang sedang terhadap unit barang yang masuk, dan 13.3% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk, sedangkan 6.7% penerima pelayanan dengan kategori menilai tinggi bantuan modal, memberikan penilaian yang sedang terhadap unit barang yang masuk, dan 40% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang ataupun tinggi terhadap bantuan modal, mereka cenderung menilai tinggi unit barang yang masuk. Hal ini terjadi karena unit barang yang masuk meningkat karena adanya bantuan modal yang diberikan guna penyedian kapasitas bengkel yang memadai, seperti yang telah dijelaskan oleh Bapak HP, beliau mengatakan bahwa:

“… Bantuan modal yang diberikan YDBA membantu saya dalam mengembangkan usaha saya, pelanggan saya semakin hari semakin banyak karena kapasitas bengkel saya yang memadai. Dulu usaha yang saya jalani hanya sebatas bengkel pinggiran yang masih kecil, tapi karena YDBA membantu saya dalam hal keuangan saat ini saya dapat membuka usaha bengkel saya yang lebih besar dan memadai untuk pelanggan dengan jumlah yang cukup banyak. Saya juga menambahkan usaha baru semacam car wash bagi pelanggan saya, jadi ketika mereka sudah selesai membawa mobilnya ke bengkel, mereka bisa langsung mencuci mobil mereka di car wash saya ini …” (HP, 35 tahun).

Hasil uji korelasi antara bantuan teknis dengan unit barang yang masuk sebesar 0.237. nilai tersebut lebih besar dari α (0.05) maka tidak terdapat hubungan antara bantuan teknis dengan unit barang yang masuk. Hal tersebut terjadi karena bantuan teknis yang diberikan kepada UMKM binaan dinilai tidak mempengaruhi unit barang yang masuk. Bantuan teknis cenderung bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam bengkel binaan dan tidak menjamin adanya peningkatan unit barang yang masuk. Peningkatan unit barang yang masuk biasanya terjadi bukan karena peningkatan kualitas sumberdaya manusia, tetapi karena adanya asas kepercayaan, kapasitas bengkel yang memadai, dan pelabelan bahwa bengkel tersebut adalah bengkel binaan Astra, seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak DT berikut:

“… Unit barang yang masuk di bengkel saya meningkat karena rata-rata pelanggan saya memang sudah pelanggan tetap. Bukan karena mereka mengetahui kualitas sumberdaya manusia, mereka tidak tahu bagaimana perkembangan sumberdaya manusia di bengkel saya, yang mereka tahu mereka sudah percaya kepada saya serta tim saya karena sudah berlangganan sejak lama, sudah ada unsur saling percaya …” (DT, 39 tahun).

Tabel 15 menunjukkan bahwa 10% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang bantuan teknis, memiliki penilaian yang sedang terhadap unit barang yang masuk, dan 3.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori yang sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk, sedangkan 36.7% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai tinggi bantuan teknis memberikan penilaian yang sedang terhadap unit barang yang masuk, dan 50% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk. Secara keseluruhan, penilaian penerima pelayanan terhadap hubungan antara bantuan teknis dengan unit barang yang masuk. Mereka cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap dua indikator tersebut.

Hasil uji korelasi antara manajemen dengan unit barang yang masuk memiliki nilai signifikan sebesar 0.074. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05) maka tidak terdapat hubungan antara manajemen dengan unit barang yang masuk. Hal ini terjadi karena bantuan manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra merupakan salah satu bantuan dalam pelayanan yang diberikan

sebagai dasar untuk memanajemen bengkel agar bengkel binaan memiliki struktur atau prosedur yang jelas dalam mengelola bengkel.

Tabel 15 menunjukkan bahwa 23.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang manajemen memberikan penilaian yang sedang terhadap unit barang yang masuk, dan 10% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk, sedangkan 23.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai tinggi manajemen memiliki penilaian yang sedang terhadap unit barang yang masuk, dan 43.3% penerima pelayanan dengan kategori sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang atau tinggi manajemen. Mereka cenderung memiliki penilaian yang tinggi terhadap unit barang yang masuk. Hal tersebut terjadi karena manajemen dinilai memiliki pengaruh yang besar terhadap unit barang yang masuk. Mereka menilai bahwa manajemen yang diberikan YDBA membantu mereka dalam menarik pelanggan, sehingga unit yang masukpun secara tidak langsung akan meningkat, seperti yang diungkapkan oleh Bapak SA berikut:

“… Saya menggunakan manajemen yang diajarkan oleh YDBA, dan menurut saya hal itu adalah suatu pelajaran yang harus dilakukan, dan ternyata ketika saya melakukannya benar saja, bahwa manajemen itu membuat bengkel saya semakin berkembang, mulai dari kapasitas bengkel sampai pada ekonomi bengkel. Saya melakukan manajemen mulai dari manajemen dasar yang diajarkan YDBA sampai pada manajemen pembukuan keuangan …” (SA, 42 tahun).

Hasil penelitian mengenai hubungan antara penilaian terhadap pelayanan YDBA dengan unit barang yang masuk menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara bantuan modal dengan unit barang yang masuk. Tidak terjadi hubungan antara bantuan teknis dengan manajemen dan manajemen dengan unit barang yang masuk. Hubungan terjadi antara bantuan modal dengan unit barang yang masuk karena bantuan modal membantu penerima pelayanan dalam menarik unit yang masuk dalam bengkel, dengan adanya bantuan modal memberikan peluang yang besar terhadap kapasitas bengkel yang memadai. Hal tersebut yang menyebabkan jumlah unit yang masuk dapat bertambah karena dengan memadainya kapasitas bengkel pelanggan pun merasa pelayanan yang diberikan bengkel menjadi lengkap dan memuaskan.

Hubungan tidak terjadi antara manajemen dengan unit barang yang masuk. Hal tersebut terjadi karena manajemen yang diberikan oleh YDBA memang merupakan salah satu pelayanan yang diberikan YDBA melalui pelatihan ataupun pembinaan sehingga bermanfaat bagi bengkel binaan. Manajemen dilakukan agar bengkel binaan memiliki struktur atau prosedur yang jelas dalam mengelola bengkel. Hubungan tidak terdapat antara bantuan teknis dengan unit barang yang masuk karena bantuan teknis yang diberikan kepada UMKM binaan dinilai tidak mempengaruhi unit barang yang masuk. Bantuan teknis cenderung bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam bengkel binaan dan tidak menjamin adanya peningkatan unit barang yang masuk.

Hubungan Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra dengan Jumlah Karyawan

Hasil uji korelasi antara bantuan modal dengan jumlah karyawan menunjukkan hasil nilai signifikan sebesar 0.003. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0.05) maka terdapat hubungan antara bantuan modal dengan jumlah karyawan. Hal tersebut terjadi karena bantuan modal memberikan peluang dalam penyedian kapasitas yang memadai, dan dengan kapasitas yang memadai tersebut karyawan yang dibutuhkanpun akan bertambah, sehingga ada hubungan antara bantuan modal dengan jumlah karyawan. Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap jumlah karyawan dengan penilaian terhadap pelayanan YDBA dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Persentase penerima pelayanan berdasarkan penilaian terhadap jumlah karyawan dengan penilaian terhadap pelayanan YDBA tahun 2012

Penilaian terhadap

Pelayanan YDBA Kategori

Penilaian terhadap jumlah karyawan (%)

Rendah Sedang Tinggi

Bantuan modal Rendah (Skor: 4 – 7) 0 0 0

Sedang (Skor: 8 – 11) 0 43.3 10

Tinggi (Skor: 12 – 16) 0 13.3 33.3

Bantuan Teknis Rendah (Skor: 6 – 11) 0 0 0

Sedang (Skor: 12 – 17) 0 13.3 0

Tinggi (Skor: 18 – 24) 0 43.3 43.3

Manajemen Rendah (Skor: 6 – 11) 0 0 0

Sedang (Skor: 12 – 17) 0 23.3 10

Tinggi (Skor: 18 – 24) 0 33.3 33.3

Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 43.33% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang bantuan modal memberikan penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan, dan terdapat 10% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap jumlah karyawan, sedangkan terdapat 13.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai tinggi bantuan modal memiliki penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan, dan 33.3% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memiliki penilaian yang tinggi terhadap jumlah karyawan. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang ataupun tinggi bantuan modal, mereka cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan karena jumlah karyawan yang mereka miliki dalam UMKM tidak seterusnya bergantung pada bantuan modal yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Jumlah karyawan yang terdapat di UMKM disesuiakan dengan kebutuhan dan kinerja yang dimiliki oleh karyawan tersebut.

Hasil uji korelasi antara bantuan teknis dengan jumlah karyawan menghasilkan nilai signifikan sebesar 0.064. Nilai tersebut lebih besar dari α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara bantuan teknis dengan jumlah karyawan. Hal ini terjadi karena bantuan teknis diberikan karena memang merupakan hal utama dalam pembinaan dan pelatihan. Bantuan teknis merupakan

salah satu pelayanan pokok yang diberikan oleh YDBA kepada seluruh UMKM binaan sehingga tidak ada hubungan bantuan teknis dengan jumlah karyawan.

Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 13.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang bantuan teknis memberikan penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan, sedangkan terdapat 43.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai tinggi bantuan teknis, memberikan penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan, dan 43.3% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memberikan penilaian yang tinggi terhadap jumlah karyawan. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang ataupun tinggi bantuan teknis, mereka cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan. Hal ini disebabkan karena bantuan teknis yang diberikan cukup mempengaruhi mereka dalam menentukan jumlah karyawan yang ada dalam bengkel binaan.

Hasil uji korelasi antara manajemen dengan jumlah karyawan menghasilkan nilai signifikan sebesar 0.314. Nilai tersebut lebih besar dari α (0.05) maka tidak terdapat hubungan antara manajemen dengan jumlah karyawan. Hal tersebut terjadi karena manajemen yang diberikan Yayasan Dharma Bhakti Astra tidak dapat menentukan jumlah karyawan yang ada dalam bengkel. Manajemen dibuat agar penerima pelayanan, yaitu penerima tanggungjawab sosial dapat mengaplikasikannya dengan baik, sehingga pendapatan atau unit barang yang masuk dapat bertambah, dan pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh bengkel.

Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 23.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang manajemen memberikan penilaian sedang terhadap jumlah karyawan, dan 10% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memberikan penilaian yang tinggi terhadap jumlah karyawan, sedangkan 33.3% penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai tinggi manajemen memberikan penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan, dan 33.3% penerima pelayanan dengan kategori yang sama memberikan penilaian yang tinggi terhadap jumlah karyawan. Secara keseluruhan, baik penerima pelayanan yang masuk dalam kategori menilai sedang atau tinggi manajemen, mereka cenderung memiliki penilaian yang sedang terhadap jumlah karyawan. Hal ini terjadi karena jumlah karyawan bukanlah tujuan utama dari manajemen yang diberikan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra, karena penerima pelayanan lebih menginginkan unit barang yang masuk dan karyawan yang berkualitas tujuan dari adanya manajemen. Jumlah karyawan sedikit tetapi berkualitas akan lebih baik, dibandingkan jumlah karyawan yang banyak tetapi tidak berkualitas.

Hasil penelitian mengenai hubungan antara penilaian terhadap pelayanan YDBA dengan jumlah karyawan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara bantuan modal dengan jumlah karyawan. Tidak terdapat hubungan antara bantuan teknis dengan jumlah karyawan dan manajemen dengan jumlah karyawan. Hubungan terjadi antara bantuan modal dengan jumlah karyawan karena bantuan modal memberikan peluang dalam penyedian kapasitas yang memadai, dan dengan kapasitas yang memadai tersebut karyawan yang dibutuhkanpun akan bertambah, sehingga ada hubungan antara bantuan modal dengan jumlah karyawan. Hubungan tidak terjadi antara bantuan teknis dengan jumlah karyawan karena bantuan teknis memang murupakan salah satu hal utama yang diberikan oleh YDBA dalam pemberian pelayanan melalui pembinaan dan pelatihan kepada

UMKM binaannya. Bantuan teknis merupakan salah satu hal yang sangat penting

Dokumen terkait