ABSTRACT
DETERMINANTS OF HIGHER EDUCATION INSTITUTION CONCENTRATION IN BANDAR LAMPUNG
By
ELZHA MELLYANI ZA
This study aims to identify and analyze the determinants effect of the concentration on higher education institution that occurred in the city of Bandar Lampung. independent variable in this study is the number of school age, Workforce and Economic Activity. The data used is the time series data. The analysis used in this study using multiple linear regression analysis using Ordinary Least Square method (OLS).
The estimation results indicate that jointly independent variable number of school age and economic activity are positive and significant impact on the concentration of higher education institutions in the city of Bandar Lampung . While the independent variables of the labor force and no significant negative effect . The main finding of this study is a concentration of higher education institutions in the city of Bandar Lampung from 2000 to 2013.
ABSTRAK
DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Elzha Mellyani ZA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsentrasi pada lembaga pendidikan tinggi yang terjadi di Kota Bandar lampung. Variabel bebas pada penelitian ini adalah jumlah usia sekolah, angkatan kerja dan aktivitas ekonomi. Data yang digunakan adalah datatime series. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metodeOrdinary Least Square(OLS).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel bebas jumlah usia sekolah dan aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di kota Bandar Lampung. Sedangkan variabel bebas angkatan kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Temuan utama penelitian ini adalah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di kota Bandar Lampung sejak tahun 2000 hingga tahun 2013.
DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
ELZHA MELLYANI ZA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
ELZHA MELLYANI ZA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Krangka Pemikiran ... 9
2. Hasil Uji Normalitas ... 37
3. Daerah Penolakan dan Penerimaan Uji-t Variabel JUS ... 40
4. Daerah Penolakan dan Penerimaan Uji-t Variabel AE ... 41
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi di Provinsi Lampung
berdasarkan Kab/kota ... 4
2 Pangsa Pasar Lembaga Pendidikan Tinggi di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2013 ... 6
3. Penelitian Terdahulu ... 22
4. Deskripsi Data ... 24
5. Hasil Indeks Entropi Theil ... 26
6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39
7. Hasil uji Autokorelasi ... 40
8. Hasil Uji t-Stastistik Variabel Konsentrasi LPT ... 40
9. Hasil Uji t-Statistik Variabel AE ... 41
10. Hasil Uji t-Statistik Variabel AK ... 42
MOTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri.
(Qs. Ar-Ra’d : 11)
If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or objects
( Albert Einstein)
Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal baik, mereka hanya
berusaha menjadikan yang terbaik, mereka hanya beursaha menjadikan yang terbaik dari
setiap yang hadir dalam hidupnya
( Elzha Mellyani ZA)
No one can change the past, but everyone has a power to change the future
( Elzha Mellyani ZA)
We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them
( Albert Einstein)
All people have lots of ways to tell stories, and have a different story to tell
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas kasih karunia-Nya
skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi dengan judul
“DeterminanKonsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi Di Kota Bandar Lampung”
ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu
Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.
Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna
mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat
terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh
penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung beserta jajarannya.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P sebagai Ketua dan Ibu Asih Murwiati
selaku sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
3. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E, M.Si dan Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pelajaran, motivasi
dan bimbingan yang sangat berharga bagi Penulis.
4. Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
6. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Hudaiyah, Bapak Fery, dan Bang Ma’ruf yang telah banyak membantu.
8. Kedua orang tuaku, Bapak Zainal Abidin dan Ibu Eliza yang telah
memberikan dan mengupayakan segalanya demi kebaikanku.
9. Adik-adiku tersayang Cindy Anastasia dan Harbillyzan Halmid yang selalu
mewarnai hari dan memberikan doa serta dukungan.
10. Reggy Prawoso Putera yanska yang selalu memberikan perhatian doa dan
dukungan untuk banyak hal.
11. Seluruh keluarga besarku tercinta yang telah memberikan support tiada henti.
12. Sahabat-sahabatku Zahra Puspita, Desna Herawati, Mawadah dwi K. Rizki
Hidayatullah , M. Reza Eka S , Devin fahada yang selalu memberikan
semangat dan menghiburku selama menyusun skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku semasa berjuang di kampus tercinta Suci Melyani, Glady
Merisa, Ayuni Dina Tiara, Deftiana Zerlinda, Tri Mulyani yang tak pernah
menemani ,kalian selalu menjadi pendengar yang baik, dan selalu ada disaat
senang dan sedih.
14. Teman-teman KKN ku di Desa Canti, Lampung Selatan Elsa Primasi, Euis
Aulia, Ade Ayu Winanda, Eka Susilowati, Eva, Dona Triyansyah, Fredi
Anggara, Revi dan Erlan yang telah mendukung penulis menyelesaikan
skripsi ini.
15. Teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan angkatan 2011 Dewi huntari,
Nila, Enny, Dian Wahyuni, Cahya, Rosya arifia, Arnes, Indah Permatasari,
Aming, Feby , Windy, Gella, Winda , Tria, Zahara Gita. N. ,Yessi, Cella,
Dewi Sartika, Nurul Ulfa, Ayu Lestari, Putri, Masruhan, Richard, Amri, Edo ,
Yoga, Sofyan, Nizon, Fadhil, Nanang, Butet, Devi, Indri, Suci Y, Mega
seluruh teman-teman EP 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima
kasih atas kebersamaannya selama ini.
16. Semua kakak dan adik tingkat Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan semangat dan perhatian.
17. Partners di starbucks lampung , Starbucks Flavor Bliss, Starbucks
Sumamarecon dan Starbucks Indonesia serta MAP group yang telah
mendukung dan memberikan semangat.
18. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam
penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
Bandar Lampung, 8 September 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 24
B. Batasan Variabel ... 24
C. Model Analisis ... 26
D. Uji Asumsi Klasik ... 27
E. Uji Hipotesis ... 31
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat
yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pembangunan ekonomi dapat difokuskan
pada pembangunan ekonomi regional kabupaten dan kota, sebagai tujuan
pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan kabupaten dan kota akan
memberikan kontribusi pada pembangunan Provinsi dan juga akan memberikan
kontribusi pada pembangunan nasional (Kuncoro, 2002).
Ciri yang paling mencolok dari aktivitas ekonomi secara geografis adalah adanya
konsentrasi industrialisasi yang merupakan proses yang selektif dimana
perkembangan industri yang cepat dan pemicu transformasi struktural tidak terjadi
secara merata di semua daerah dalam suatu negara yang menyebabkan munculnya
konsentrasi spasial. Konsentrasi kegiatan industri secara spasialditandai dengan
sistem spasial berdasarkan akumulasi modal dan tenaga kerja dalam aglomerasi
perkotaan.
Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas
2
tertentu serta menunjukkan share suatu wilayah dan distribusi lokasi dari suatu industri. Apabila suatu distribusi spasial suatu industri tidak merata, dan ada
wilayah yang mendominasi berlokasinya industri, maka menunjukkan bahwa
industri terkonsentrasi secara spasial di wilayah tersebut . Konsentrasi spasial
sendiri telah menjadi kajian menarik karena mayoritas terjadi di negara
berkembang (Fujita,et, al 1991).
Konsentrasi industri dan aktivitas ekonomi secara spasial dimana dalam berbagai
literatur sering ditemukan istilah aglomerasi. Studi aglomerasi menjelaskan bahwa
konsentrasi spasial kegiatan industri secara spasial muncul karena pelaku ekonomi
berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi baik karena penghematan
lokalisasi dan urbanisasi dengan mengambil lokasi yang berdekatan satu sama
lain. Pendekatan lain menunjukkan bahwa konsentrasi industri secara spasial
tumbuh karena didorong transfer pengetahuan (knowledge spiilover) antar perusahaan dalam suatu industri sumber transfer pengetahuan berasal dari
keanekaragaman industri yang saling berdekatan lokasinya bukan karena
spesialisasi .
Pengelompokan industi hampir terjadi di seluruh negara, seperti di Inggris dengan
kawasan Axial belt, terjadinya “sabuk manufaktur” di Jerman (Hayter,1997 dalam
Kuncoro,2002). Demikian pula terjadi di India, Italia, Portugal, Belgia, Prancis
dan daerah lain yang menjadi pusat industri yang berlokasi disekitar sungai Ruhr
(Hayter,2000). Ditemukan fenomena pada kebanyakan negara berkembang
3
besar seperti Bangkok, New Delhi, Sao Paulo, dan Jakarta yang menandai suatu
sistem spasial berdasarkan akumulasi modal dan tenaga kerja dalam aglomerasi
(Kuncoro, 2002).
Aglomerasi dapat memunculkan 3 keuntungan yaitu keuntungan skala besar yang
terjadi karena bahan baku ataupun pasar telah tersedia di 1 lokasi tersebut,
keuntungan lokalisasi yang diperoleh dalam bentuk biaya transportasi dan
penggunaan fasilitas secara bersama-sama (Fujita dan J.F Thisse,1996).
Keuntungan lokalisasi terjadi pada industri jasa pendidikan tinggi di Indonesia
ternyata juga menunjukan fenomena yang sama dengan aktifitas industri
manufaktur. Industri jasa Pendidikan tinggi di Provinsi Lampung berkembang
pesat seiring dengan pertambahan penduduk dan pembangunan. Letak Lampung
yang strategis juga memungkinkan kedatangan peserta didik dari berbagai daerah
luar lampung yang memasuki perguruan tinggi di Lampung. Meningkatnya
demand pendidikan tinggi di Lampung ternyata ditanggapi dengan baik oleh pemerintah dengan melakukan perizinan untuk mendirian Perguruan Tinggi
Negeri dan Swasta (PTN/PTS).
Berikut adalah Tabel 1 menjelaskan perkembangan jumlah lembaga pendidikan
tinggi yang ada di Provinsi Lampung berdasarkan Kabupaten/Kota dari tahun
2007 sampai dengan 2013. Lembaga pendidikan tinggi merupakan salah satu
sarana dalam rangka peningkatan sumber daya manusia agar memiliki daya saing
4
Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya lokasi lembaga pendidikan tinggi di
berbagai daerah dan lokasi yang saling berdekatan memberikan manfaat lokalisasi
terhadap penghematan biaya transportasi.
Tabel 1. Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi di Provinsi Lampung Berdasarkan Kab/Kota
Keterangan : pt = perguruan tinggi
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Dari Tabel 1 dapat diketahui jumlah lembaga pendidikan tinggi di Provinsi
Lampung terus mengalami penambahan lembaga pendidikan tinggi mulai dari
tahun 2007 hingga tahun 2013. Pada tahun 2007 terdapat 57 lembaga perguruan
tinggi sampai tahun 2009, dan pada tahun 2010 sampai 2012 jumlah lembaga
pendidikan bertambah menjadi 71 unit hingga pada tahun 2013 lembaga
pendidikan tinggi di Provinsi Lampung sebanyak 84 unit. Lembaga pendidikan
tinggi di Provinsi Lampung belum dibentuk dengan merata. Pada tahun 2007
sampai 2013 di beberapa Kab/Kota seperti Lampung Barat, Mesuji, Pesawaran,
5
lembaga pendidikan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa terkonsentrasinya lokasi
lembaga pendidikan tinggi di Provinsi Lampung cenderung terdapat di Kota
Bandar Lampung.
Diantara 15 Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung
sebagai ibukota mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan dan
mengembangkan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien khususnya
pada pembentukan lokasi pendidikan. Perkembangan pembentukan lokasi
pendidikan seiring sejalan dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi di
Kota Bandar Lampung. Dalam meningkatkan pembangunan sumber daya
manusia pemerintah kota Bandar Lampung akan memberikan izin terhadap
pembentukan lokasi pendidikan yang diharap mampu memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya agar didapat kualitas manusia yang dapat bersaing.
Pada Tabel 2 diketahui Kota BandarLampung memiliki jumlah lembaga
pendidikan yang baik dan pembentukan jumlah yang berkembang di setiap
tahunnya, pertumbuhan jumlah pendidikan tinggi dapat tercermin dari
pembentukan lokasi pendidikan yang dilihat dari pangsa pasar lembaga
pendidikan tinggi. Di Kota Bandar Lampung jumlah pangsa pasar di gambarkan
6
Tabel 2. Pangsa Pasar Lembaga Pendidikan Tinggi di Kota Bandar Lampung tahun 2007-2013
No. Kecamatan
7
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa di kota Bandar lampung telah terjadi
pertumbuhan jumlah lembaga pendidikan tinggi, yang setiap tahun mengalami
pembangunan lokasi lembaga pendidikan. Pada kota Bandar lampung terdapat
20 kecamatan dan terdapat pangsa pasar yang tinggi pada beberapa kecamatan
yang artinya daerah tersebut memang berpotensi menjadi lokasi konsentrasi
lembaga pendidikan tinggi. Daerah tersebut adalah Kecamatan Kedaton dan
Rajabasa dengan jumlah pangsa pasar masing-masing sebesar (2.529) dan (2.202)
sehingga kedua lokasi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi tersebut menjadi
pusat lokalisasi pendidikan tinggi.
Studi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia dapatdikatakan masih
sangat sedikit, padahal studitersebut sangatlah penting dalam memberikan
kontribusi dan rekomendasi tentang arahpembangunan sosial di masa depan.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan dilakukan selama periode tahun 1996
hingga tahun 2003 oleh Sakti (2007) terdapat bukti bahwa Konsentrasi Lembaga
Pendidikan tinggi terjadi di kota-kota besar, ketimpangan lembaga pendidikan
tinggi antar provinsi lebih kecil dibandingkan dengan ketimpangan yang ada antar
kabupaten/kota dalam provinsi. Ini menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan
level ketimpangan antar provinsi dengan ketimpangan antar kabupaten/kota.
Konsentrasi lembaga pendidikan tinggi cenderung berada di pusat kota menjauhi
pusat-pusat industri. Faktor-faktor yang mendukung terkonsentrasinya lembaga
pendidikan tinggi adalah jumlah angkatan kerja, jumlah usia sekolah, pendapatan
8
maka pemerintah tidak akan pernah bisa mengatasi ketimpangan jumlah lembaga
pendidikan tinggi yang telah ada dengan tanpa melakukan pengembangan struktur
ekonomi di setiap daerah. Hubungan variabel jumlah usia sekolah dengan
konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah berpengaruh positif karena semakin
banyak jumlah usia sekolah maka lembaga pendidikan akan terbentuk dan
memiliki banyak peminat. Hubungan variabel aktivitas ekonomi dengan
konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah positif karena semakin tinggi
aktivitas ekonomi semakin menarik minat lembaga pendidikan berkonsentrasi
di lokasi bersangkutan. Hubungan variabel angkatan kerja dengan konsentrasi
lembaga pendidikan tinggi adalah positif dimana angkatan kerja akan mencari
kerja dilokasi yang terkonsentrasi.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin melakukan penelitian
pada Kota Bandar Lampung dengan menganalisis apakah terjadi konsentrasi
di Kota Bandar Lampung dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi pengaruh
terjadinya konsentrasi lembaga pendidikan seperti jumlah usia sekolah, aktivitas
ekonomi, dan angkatan kerja. Penelitian dimulai dari priode tahun 2000-2013
dengan mengambil judul “Determinan Konsentrasi Lembaga Pendidikan
Tinggi di Kota Bandar Lampung.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di Kota Bandar
9
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Usia Sekolah, Angkatan Kerja dan Aktivitas
Ekonomi mempengaruhi Konsentrasi LPT di kota Bandar Lampung?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui terjadi atau tidak konsentrasi lembaga pendidikan di Kota
Bandar Lampung.
2. Untuk menganalisis apakah Jumlah Usia Sekolah, Aktivitas Ekonomi, dan
Angkatan Kerja berpengaruh terhadap konsentrasi LPT di Kota Bandar
Lampung.
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas
ekonomi secara spasial dimana salah satunya adalah industri di sektor pendidikan.
dimana untuk menganalisis pola konsentrasi lembaga pendidikan tinggi dan untuk
menganalisis pola konsentrasi geografis ( ketidakmerataan) digunakan indeks
entropi theil yang dikomposisikan menjadi indeks ketidakmerataan dalam provinsi
Industri
10
dan antara kabupaten/kota Industri lembaga pendidikan merupakan suatu aktivitas
ekonomi yang tidak terlepas dari kondisi konsentrasi geografis. Konsentrasi
aktivitas ekonomi dalam suatu negara menunjukkan bahwa industrialisasi
merupakan suatu proses selektif dipandang dari dimensi geografis. Klaster
industri sektor pendidikan pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi
yang terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu
atau dua industri (Kuncoro, 2007).
Industri sektor lembaga pendidikan tinggi memiliki beberapa faktor - faktor
yang mempengaruhi terjadinya konsentrasi yang dapat di analisis secara benar
menggunakan metode yang tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terkonsentrasinya pendidikan tinggi antara lain jumlah usia sekolah, aktivitas
ekonomi dan angkatan kerja pada lembaga pendidikan tinggi. Dan memberikan
output eksternalitas positif pada Konsentrasi industri di bidang lembaga
pendidikan tinggi yaitu dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
E. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang
sempurna. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final
dalam artinya masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Selanjutnya
hipotesis dapat diartikan juga sebagai dugaan pemecahan masalah yang bersifat
sementara yakni pemecahan masalah yang mungkin benar dan mungkin salah
11
Berdasarkan hal diatas maka dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna
memberikan arah dan pedoman dalam melakukn penelitian. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Diduga terjadi konsentrasi LPT di Kota Bandar Lampung.
2. Diduga Jumlah Usia Sekolah, Aktivitas Ekonom, dan Angkatan Kerja
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Aglomerasi
Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena
penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen (Kuncoro, 2002).
Keuntungan-keuntungan dari konsentrasi spasial sebagai akibat dari ekonomi skala (scale economies) disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies), (Mills dan Hamilton, 1989).
Pengelompokkan dari aktivitas ekonomi secara spasialdalam suatu lokasi tertentu dan saling
terkait. Hal ini dapat ditemui pada konsentrasiindustri teknologi tinggi di Silicon Valley
(Ellison dan Glaeser, l997), konsentrasi spasialpada kota tepi air (Fujita dan Mori, l996),
kluster industri (porter,l990-1998), Serta agglomerasi perkotaan (Fujita dan Thiesse, 2002).
2. Definisi Konsentrasi spasial
Menurut Krugman (1998) menyatakan bahwa konsetrasi spasial merupakan aspek yang
ditekankan dari aktivitas ekonomi secara geografis dan sangat penting dalam penentuan
lokasi industri. Dalam konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial terdapat 3 hal yang saling
terkait yaitu interaksi antara skala ekonomi, biaya transportasi dan permintaan. Untuk
13
berkonsentrasi secara spasial dan melayani seluruh pasar dari suatu lokasi. Sedangkan untuk
meminimalisasi biaya transportasi, perusahaan-perusahaan cenderung berlokasi pada wilayah
yang memiliki permintaan lokal yang besar, akan tetapi permintaan lokal yang besar
cenderung berlokasi di sekitar terkonsentrasinya aktifitas ekonomi seperti komplek industri
maupun perkotaan.
3. Teori Lokasi
Meurut Weber (1909) ada 3 faktor yang menjadi alasan perusahaan pada industri dalam
menentukan lokasi, yaitu:
1. Perbedaan Biaya Trasportasi
Produsen cenderung mencari lokasi yang memberikan keuntungan berupa penghematan biaya
transportasi serta dapat mendorong efisiensi dan efektivitas produksi. Dalam perspektif yang
lebih luas, Coase (1937) mengemukakan tentang penghematan biaya hansalci (biaya
transportasi, biaya transaksi, biaya kontrak, biaya koordinasi dan biaya komunikasi) dalam
penentuan lokasi perusahaan.
2. Perbedaan Biaya Upah.
Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih rendah
dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderung mencari lokasi
dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Adanya suatu wilayah dengan tingkat upah yang
tinggi mendorong tenaga kerja untuk terkonsentrasi pada wilayah tersebut. Fenomena ini
dapat ditemui pada kota-kota besar dengan keanekaragaman tinggi seperti Jakarta maupun
kota yang terspesialisasi.
3. Keuntungan dari Konsentrasi Industri Secara Spasial
Konsentrasi spasial akan menciptakan keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan
14
pada suatu industri menurun ketika produki total dari industri tersebut meningkat (terjadi
increasing reurn of scale). Hal ini terjadi pada perusahaan pada industri yang berlokasi secara berdekatan. Penghematan urbanisasi terjadi bila biaya produksi suatu perusahaan menurun
ketika produksi seluruh perusahaan pada berbagai tingkatan aktivitas ekonomi dalam
wilayah yang sama meningkat. Penghematan karena berlokasi di wilayah yang sama ini
terjadi akibat skala perekonomian kota yang besar, dan bukan akibat skala suatu jenis
industri. Penghematan urbanisasi telah memunculkan perluasan wilayah metropolitan
(extended metropolitan regions).
Menurut tarigan (2012) studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau jauhnya satu
kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi
yang berdekatan atau berjauhan tersebut. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata
ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan pengaruhnya terhadap lokasi
berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.
Marshal (1920) dalam perspekif yang sedikit berbeda tentang keuntungan konsentrasi spasial
mengemukakan pemikiran tentang ektenalitas positif dan menjelaskan mengapa produsen
cenderung berlokasi dekat dengan produsen lain (dorongan untuk berlokasi dekat dengan
perusahaan lain disebut dengan aglomerasi) Menurut Marshal, konsentrasi spasial didorong
oleh ketersediaan tenaga kerja yang terspesialisasi dimana berkumpulnya perusahaan pada
suatu lokasi akan mendorong berkumpulnya tenaga kerja yang terspesialisasi, sehingga
menguntungkan perusahaan dan tenaga kerja. Selain itu,berkumpulnya perusahaan atau
industri yang saling terkait akan dapat meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan
15
Marshal menyatakan bahwa jarak yang tereduksi dengan adanya konsentrasi spasial akan
memperlancar arus informasi dan pengetahuan (knowledge spillover) pada lokasi tersebut. Pandangan Marshal tentang industri yang terkonsentrasi disuatu tempat dan saling terkait
disebut industrial cluster atau industrial district. Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang terkonsentrasi secara spasial dan kebanyakan
terspesialisasi pada satu atau dua industri utama saja.
Weber dalam Tarigan (2012) menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total
biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat
di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum akan menghasilkan
keuntungan yang maksimum. Dan melahirakan pendekatan biaya terendah dan sering disebut
sebagai “ kurva Isodapan Weber” Isodapan adalah kurva yang menggambarkan berbagai
lokasi dan industri dimana di dalam wilayah kurva tertutup tersebut biaya transportasi adalah
sama. Perbedaan isodapan satu dengan yang lain adalah karena adanya pengaruh jarak dari
titik T sehingga besarnya biaya transportasi berubah, dimana semakin jauh dari titik T
tentunya biaya transportasinya akan bertambah besar.
Menurut Christaller (1996) dari berbagai jenis barang pada orde yang sama cenderung akan
bergabung pada pusat dari wilayahnya sehingga pusat tersebut akan menjadi daerah
konsentrasi (kota). Adanya lembaga pendidikan tinggi yang terkait dengan kebutuhan akan
tenaga kerja yang ada di suatu daerah jelas akan memicu dan akan mempengaruhi luas range
(luas jangkauan pasar maksimal) yang dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan. Berbagai
macam lembaga pendidikan tinggi merupakan jenis jasa dalam orde yang sama sehingga
16
Menurut Pendekatan pasar Losch (1954) berpendapat bahwa lokasi penjualan sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dimaksimalkan, dimana semakin jauh
tempat penjual makan konsumen akan semakin malas membeli barang yang ditawarkan
begitu juga dengan halnya semakin dekat dan strategis lokasi lembaga pendidikan tinggi yang
mudah dijangkau semakin banyak pula orang yang berkeinginan untuk mendaftar ke lembaga
tinggi tersebut. Dimana biaya transportasi yang akan dikeluarkan menjadi pertimbangan oleh
pembeli/konsumen untuk mendatangi lokasi tersebut. Losch cenderung menyarankan kepada
pihak penjual untuk berlokasi dekat dengan pasar.
4. Definisi Kluster
Porter (1988) menyatakan bahwa kluster adalah perusahaan-perusahaan yang terkonsentrasi
secara spasial dan saling terkait dalam industri. Perusahaan-perusahaan industri yang
terkonsentrasi secara spasial tersebut juga terkait dengan institusi-institusi yang dapat
mendukung industri secara praktis. Kluster meliputi kumpulan perusahaan dan hal yang
terkait dalam industri yang penting dalam kompetisi. Kluster selalu memperluas aliran
menuju jalur pemasaran dan konsumen tidak ketinggalan juga jalur menuju produsen produk
komplementer dan perusahaan lain dalam industri yang terkait baik terkait dalam keahlian
teknologi maupun input. Dalam kluster juga tercakup pemerintah dan institut lain, kluster
menginterpretasikan jaringan yang tebentuk dan menjadi semakin kokoh dengan sendiri tidak
hanya oleh perusahaan dalam kluster tetapi oleh organisasi lain yang terkait sehingga
menciptakan kolaborasi dan kompetisi dalam tingkatan yang tinggi sehingga dapat
17
Ada 3 bentuk kluster berdasarkan perbedaan tipe dari ekstemalitas dan perbedaan tipe dari
orientasi dan intervensi kebijakan (Koleh mainen, 2002).
1) The Industrisl Districts Cluster
Industrial districts cluster atau yang biasa disebut dengan Marshalian Industrial District
adalah kumpulan dari perusahaan pada industri yang terpesialisasi dan terkonsentrasi secara
spasial dalam suatu wilayah (Marshal,l920). Pandangan Marshal mengenai industrial district
masih relevan sampai saat ini dan secara empiris masih dapat dijumpai. Dalam perpektif lebih
modem (Krugman, 1991; Porter, 1990), industrial district cluster berbasis pada ekstemalitas sebagai berikut:
a) Penurunan biaya transaksi (misalnya, biaya komunikasi dan transportasi)
b) Tenaga kerja yang terspesialisasi (misalnya, penurunan biaya rekuitmen tenaga kerja
yang terspesialisasi dan penurunan biaya untuk pengembangan sumber daya manusia)
c) Ketersediaan sumber daya, input dan infrastruktur yang spesifik dan terspesialisasi
(misalnya pelayanan spesial dan tersedia sesuai dengan kebutuhan lokal)
d) Ketersediaan ide dan informasi yang maksimal (misalnya mobilitas tenaga keria,
knowledge spillover, hubungan informal antar perusahaan)
Industrialisasi district, terjadi secara alamiah dan bersifat "open membership". Dalam
industial distric tidak memerlukan investasi dalam membangun relationship, Hal ini menunjukkan bahwa jenis kluster ini dapat muncul tanpa memerlukan usaha untuk
memunculkannya. Selain itu, ciri-ciri dari industrial district dapat teridentifikasikan dalam area metropolitan dan kota-kota lain yang memprodusi jasa dalam skala yang tinggi (Gordon
18
2) The Industrial Complex Cluster
Industrial complex cluster berbasis pada hubungan antar perusahaan yang teridentifikasi dan bersifat stabil yang terwujud dalam perilaku spasial dalam suatu wilayah. Hubungan antar
perusahaan sengaja dimunculkan untuk membentuk jaringan perdagangan dalam kluster.
Model kompleks industri pada dasarnya lebih stabil dari pada model distrik industri, karena
diperlukannya investasi dalam menjalin hubungan antara perusahaan-perusahaan dalam
kluster ini, dimana hubungan yang terjadi berdasarkan atas pertimbangan yang mantap dalam
pengambilan keputusan.
Dengan kata lain kluster ini (komplek industri) tejadi karena perusahaan-perusahaan ingin
meminimalkan biaya transaksi spasial (biaya transportasi dan komunikasi) dan memiliki
tujuan-tujuan tertentu baik secara implist ataupun eksplisit dengan menempatkan
perusahaannya dekat dengan perusahaan-perusahaan lain. Dalam beberapa kasus, terjadinya
kluster industri didorong oleh adanya suatu perusahaan yang mengekspor produk akhir ke
pasar internasional, yang menjadi mesin penggerak bagi perusahaan-perusahaan lain untuk
berada pada kluster tersebut.
Komplek industri tidak terbangun secara alami dan berbasis pada hubungan saling
ketergantungan yang tidak simetris antara perusahaan besar dan kecil. Keadaan ini dapat
menghalangi penyerapan serta pengembangan inovasi dan menempatkan perusahaan kecil
pada kedudukan yang rendah dalam menciptakan investasi dalam penelitian dan
19
3) The Social Network Cluster
Social Network Cluster menekankan pada aspek sosial pada aktifitas ekonomi dan norma-normainstitusi dan jaringan. Model ini berdasarkan pada kepercayaan dan bahkan hubungan
informal antar personal, hubungan inter personal dapat menggantikan hubungan kontrak
pasar atau hubungan hirarki organisasi pada proses intemal dalam kluster.
Hanison (1992) menyatakan bahwa konsentrasi spasial pada kluster ini menerapkan konteks
alami yang terbentuk karena adanya hubungan informal dan modal sosial yang berupa
kepercayaan, karena hal tersebut yang membentuk dan menjaga melalui persarnaan sosial dan
sejarah dan terus menerus melakukan kegiatan bersama dan saling berbagi. Perlu diingat
bahwa jaringan sosial antar perusahaan tidak perlu dibentuk dalam ruang lingkup regional
ataupun lokal karena kedekatan wilayah dan budaya dapat memfasilitasi terbentuknya proses
tersebut.
5. Pendidikan
Arti penting pendidikan, sebelumnya kita pahami dahulu istilah ilmu pendidikan
(paedagogeik) dan pendidikan (paedagogie). Istilah diatas sebetulnya mempunyai makna
yang berlainan “Ilmu Pendidikan” mempunyai makna yang sama dengan istilah
(paedagogeik), sedangkan “Pendidikan” sama dengan istilah (paedagogie).
A. Ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan lebih menitikberatkan kepada pemikiran permenungan tentang pendidikan.
Pemikiran bagaimana sebaiknya sistem pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikn,
sarana dan prasarana pendidikan. Cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang
20
B. Pendidikan
Hal yang lebih menekankan dalam hal praktek, yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar.
Tetapi keduanya ini tidak dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara
berdampingan, saling memeperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930
yang menyebutkan pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk menunjukkan
bertambahnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran (intelektual) dan tubuh anak.
Pendidikan secara umum yaitu meliputi semua perbuatan dan usaha manusia dari generasi tua
untuk mengalihkan pengetahuan, serta keterampilanya kepada generasi muda sebagai usaha
menyiapkan diri agar dapat memenuhi hidupnya baik jasmani maupun rohani.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.
Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman
(Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional). Berdasarkan Pasal 3
UU RI Nomor 20/tahun 2003, pendidikan nasioanl berfungsi mengembangkan kemampuan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
21
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendididikan digolongkan menjadi tiga yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan
pendidikan informal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan tinggi yang terorganisir
dalam wadah yang dinamakan sekolah. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dimana wadah
pendidikan tersebut melalui lembaga pelatihan dan keterampilan ataupun kursus. Sedangkan
pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang terjadi dilingkungan keluarga yang
berlangsung secara alamiah dan wajar.
Salah satu jalur pendidikan formal adalah Pendidikan tinggi pendidikan tinggi merupakan
salah satu sarana utama dalam rangka peningkatan sumber daya manusia agar memliki daya
saing yang kompetitif dan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan
oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka. Perguruan
tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dan dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi , institut dan universitas. Perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan vokasi. Gelar
akademik, profesi atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang
22
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
Penulis Judul Variabel dan Model
Analisis Tinggi di Pulau Jawa.
Analisis data yang digunakan menggunakan Sistem Informasi Geografis, alat Indeks Entropi Theil, dan Regresi logistic multinomial
Konsentrasi lembaga pendidikan tinggi sejalan dengan konsentrasi industri besar dan menengah. Untuk industri besar dan
menengah cenderung berlokasi di sekitar pusat kota besar. Sedangkan
Metode analisis data meliputi analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif, digunakan untuk menilai objek penelitian berdasarkan sifat tertentu dimana dalam penilaian sifat dinyatakan tidak dalam angka-angka dan digunakan untuk menjelaskan analisis data yang diolah. Dalam analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ, Indeks Spesialisasi Krugman, Indeks Herfindahl, Indeks Ellison Glaeser.
Hasil penelitian terbatas pada metode analisis pada masing-masing indeks. knowledge spillover dan natural advantage terhadap IKM tanpa dapat
menjelaskan natural advantage yang
mempengaruhi, sehingga tidak dapat melihat lebih detail potensi dan kondisi wilayah yang dianalisis. kawasan industri di Kab. Gresik.
23
Sumber : jurnal Ekonomi Pembangunan.
Indeks(LI). metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penelitian ini adalah analisis regresi varibel tahun ke tahun kecuali bila ada kejatuhan ekonomi Jawa Tengah sepanjang 14 tahun terus berada dalam taraf yang tinggi yang dipicu banyak faktor dia antaranya ketidak
III. METODELOGI PENELITIAN
A.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun
2000 -2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi Lembaga Pendidikan
Tinggi dan tiga variabel bebas yaitu Jumlah Usia Sekolah, Aktivitas Ekonomi dan Angkatan
Kerja
Data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya :
a. Perpustakaan daerah di Lampung
b. Perpustakaan Badan Pusat Statistik di Lampung
c. Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayan provinsi Lampung
d. Sumber-sumber lainnya yang relevan.
Tabel 4. Jenis Variabel, Ukuran, dan Sumber Data
No Jenis Variabel Ukuran Sumber Data
1 Jumlah Usia Sekolah Jiwa BPS Lampung
2 Aktivitas ekonomi Unit BPS Lampung
3 Angkatan Kerja Jiwa BPS Lampung
B.Batasan Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat (KLPT) dan variabel
bebas (JUS, AK, dan AE). Batasan atau definisi variabel-variabel yang dipakai dalam
25
1. Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi (KLPT)
Data yang digunakan adalah jumlah konsentrasi lembaga pendidikan tinggi yang diukur
dengan indeks entropi theil dalam satuan persen menggunakan data 20 kecamatan yang ada
di Kota Bandar Lampung mulai dari tahun 2000 hingga 2013. Didalam penelitian ini yang
termasuk kedalam konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah perguruan negeri dan
swasta, Institut, Kebidanan dan Diploma.
2. Jumlah Usia Sekolah (JUS)
Data Jumlah Usia Sekolah yang digunakan adalah penggambaran dengan Angka Partisipasi
Sekolah(APS) yang merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk
usia sekolah. semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan.
Namun demikian meningkatnya APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk
melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah.
Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya
pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. data diperoleh dari BPS
mulai dari tahun 2000 hingga 2013.
3. Aktivitas Ekonomi (AE)
Data aktivitas ekonomi dihitung menggunakan pemusatan kegiatan yang menunjukan
terjadinya kawasan industri besar menengah (IBM) merupakan suatu proses yang selektif dan
hanya terjadi pada lokasi tertentu diukur dalam satuan persen data diperoleh dari BPS mulai
26
4. Angkatan Kerja (AK)
Data Angkatan kerja didapat dari BPS mulai dari 2000-2013 data yang digunakan adalah
jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara
tidak sedang bekerja karena suatu sebab.
C.Model Analisis
1. Indeks Entropi Theil
Untuk menganalisis pola konsentrasi lembaga pendidikan tinggi dan untuk menganalisis pola
konsentrasi geografis (ketidakmerataan) lembaga pendidikan tinggi yang berada di kota
Bandar Lampung. Alasan digunakan alat ini karena dapat menyajikan lebih dari satu titik
pada suatu titik waktu,menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil
serta dapat digunakan untuk membuat perbandingan selama waktu tertentu (Kuncoro,2002).
Adapun formula rumus dari Indeks ketidakmerataan Entropi Theil untuk tingkat
kabupaten/kota dapat dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan:
I (
y
j) = Indeks Entropi keseluruhan atas ketidakmerataan LPT di Kota Bandar Lampung.Y ij = pangsa pasar lembaga pendidikan tinggi kecamatan terhadapat seluruh lembaga
pendidikan tinggi di Kota Bandar Lampung
Nd = jumlah keseluruhan kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung.
0 (nol) : berarti tidak terjadi konsentrasi
27
Sedangkan untuk ketidakmerataan antar kab/kota pada Provinsi Lampung dan dalam kota
Bandar lampung digunakan rumus sebagai berikut :
Yd = pangsa pasar Lembaga pendidikan tinggi di Kota Bandar Lampung
Nrj = jumlah seluruh kab/kota dalam kota Bandar lampung
P = jumlah seluruh kab/kota di Provinsi Lampung
2. Model Ekonometrika
Penelitian ini akan mengukur dan menganalisis pengaruh dan arah hubungan antar variabel
independen (Jumlah Usia Sekolah (JUS) , Aktivitas Ekonomi (AE) dan Angkatan Kerja
(AK) dan Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi (KLPT) maka analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Model umum dari analisis regresi linier berganda adalah:
Yt= β0+ β1 X1t+ β2 X2t+ β3 X3t…. + βkXkt +et
dimana Y adalah variabel dependen, X1, X2…. Xk adalah variabel independen dan et adalah
variabel gangguan. β0 adalah intersep sedangkan β1, β2, βk dalam regresi berganda disebut
koefisien regresi parsial.
D. Uji Asumsi Klasik
Model kuadrat terkecil di bangun dengan berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Dengan
asumsi-asumsi tersebut, model kuadrat terkecil memiliki sifat ideal dengan teorema
28
Sebelum melakukan analisis regresi, model persamaan harus memenuhi asumsi-asumsi OLS
yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan autokorelasi (Agus
Widarjono, 2013).
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual terdistribusi secara normal atau
tidak. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Jarque-Bera (J-B)
(Agus, 2013). Uji statistik dari J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan kurrtosis.
Berikut ini hipotesis yang digunakan untuk mengetahui uji normalitas :
H0 : Jarque Bera stat > Chi square, p-value > 0.1%, residual berditribusi dengan normal. Ha : Jarque Bera stat < Chi square, p-value < 0.1%, residual tidak berditribusi dengan
normal.
Residual dikatakan memiliki distribusi normal jika Jarque Bera > Chi square, dan atau
probabilita (p-value) > α = 0.1% (Gujarati,2004). Didalam penelitian ini peneliti
mengharapkan untuk menerima H0.
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Gujarati (2004), multikolinearitas adalah hubungan linier yang terjadi diantara
variabel-variabel independen.Pengujian terhadap gejala multikolinearitas dapat dilakukan
dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil estimasi. jika VIF < 10 maka antara variabel independen tidak terjadi hubungan yang linier (tidak ada multikolinearitas).
Ho : VIF > 10, terdapat multikolinearitas antar variabel independen.
Ha : VIF < 10, tidak ada multikolinearitas antar variabel independen.
Didalam penelitian ini peneliti mengharapkan VIF < 10 sehingga tidak terjadi
29
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi kesamaan varian
(homoskedastisitas), yaitu varians error bernilai sama untuk setiap kombinasi tetap dari X1, X2, …, Xp. Jadi dengan adanya heteroskedastisitas, estimator OLS tidak menghasilkan
estimator yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) hanya Linear Unbiased Estimator
(LUE) (Agus Widarjono, 2013). Metode yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
gangguan heteroskedastik pada model, peneliti menggunakan uji white. Rumusan hipotesis dalam uji white adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2013) :
H0 : Tidak Ada Heteroskedastisitas
Ha : Terdapat Heteroskedastisitas
Kriteria pengujiannya adalah:
a. H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai chi-square hitung (n x R2) lebih besar dari nilai Chi-kuadrat (χ2) dengan derajat kepercayaan tertentu (α).
b. H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai chi-square hitung (n x R2) lebih kecil dari nilai Chi-kuadrat (χ2) dengan derajat kepercayaan tertentu (α).
Jika H0 ditolak, berarti terdapat heteroskedastisitas. Jika H0 diterima, berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Gujarati ( 2004), autokolerasi adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu
yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan, pengujian terhadap gejala autokorelasi
dalam model analisis regresi dilakukan dengan pengujian Breusch-Godfrey Serial
30
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test mengindikasikan bahwa terdapat masalah
autokolerasi didalam model. Dan jika Obs*R square ( χ2
-hitung) lebih kecil dari Chi-square
(χ2–
tabel), berarti hasil uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test mengindikasikan bahwa tidak ada masalah autokolerasi. Dalam hal ini, hipotesis pendugaan masalah
autokolerasi adalah sebagai berikut :
H0: ρ1 = ρ2 = ...= ρρ = 0 ( tidak ada autokorelasi )
Ha: ρ1≠ ρ2 ≠...≠ ρ ρ≠ 0 ( ada autokorelasi )
Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan menerima H0 sehingga dalam penelitian model
yang digunakan tidak memiliki masalah autokorelasi.
5. Analisis Regresi
Spesifikasi model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
LnKLPTt = Ln β0 + β1 LnJUS + β2 LnAE + β3 LnAK + ɛt
Dimana:
LnKLPT = Logaritma Natural Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi
LN JUSt = Jumlah Usia Sekolah
LnAEt = Logaritma Natural Aktivitas Ekonomi
LnAKt = Logaritma Natural Angkatan Kerja
ɛt = error term (variabel pengganggu)
Lnβ0 = konstanta
β1,β2, .. , βn = eksponen variabel independen
Setelah didapat hasil dari regresi persamaan tersebut maka akan dianalisis pengaruh dan arah
31
E. Uji Hipotesis
Setelah uji asumsi klasik, langkah selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu
dilakukan beberapa pengujian :
1. Uji t statistik
Menurut Gujarati ( 2004), uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan :
a. Uji t statistik pada β1
H0: β1 ≤ 0 variabel bebas (JUS) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Ha : β1 > 0 variabel bebas (JUS) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Kriteria pengujiannya adalah:
(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel.
(2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel.
Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (JUS) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Jika Ha diterima berarti variabel bebas (JUS) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT .
b. Uji t statistik pada β2
H0: β2≤ 0 variabel bebas (AE) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Ha : β2 > 0 variabel bebas (AE) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Kriteria pengujiannya adalah:
(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel.
(2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel
Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (AE) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT. Jika
32
c. Uji t statistik pada β3
H0: β3≤ 0 variabel bebas (AK) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Ha : β3 > 0 variabel bebas (AK) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Kriteria pengujiannya adalah:
(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel.
(2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel
Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (AK) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.
Jika Ha diterima berarti variabel bebas (AK) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT .
2. Uji F Statistik
Menurut Gujarati (2004), Pengujian F dilakukan untuk mengetahui apakah secara
bersama-sama seluruh variabel bebas atau variabel-variabel independen mempunyai pengaruh
signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel terikat atau variabel dependen.
Perumusan hipotesis :
H0 : β0 = β1 = β2 = β3 = 0, artinya variabel independen secara bersama- sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha: paling tidak satu dari βk ≠ 0 dimana k = 1,2,3 artinya variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujiannya adalah:
Ho diterima (tidak signifikan) jika F hitung < F tabel atau Pvalue <α
Ho ditolak (signifikan) jika F hitung > F tabel atau Pvalue >α
3. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati (2004), Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1. R2
menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh
33
dependen.R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal di bawah ini.
1. Temuan utama penelitian ini adalah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di
kota Bandar Lampung.
2. Uji F variabel jumlah usia sekolah, aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan
signifikan sesuai dengan hipotesis sedangkan angkatan kerja berpengaruh negatif dan
tidak signifikan sesuai dengan hipotesis.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian bahwa terkonsentrasinya lokasi lembaga pendidikan terjadi
secara spasial dipengaruhi aktivitas ekonomi, angkatan kerja yang terspasialisasi,
jumlah usia sekolah dan pendapatan. Ketika kemampuan suatu lokasi untuk
melakukan penghematan baik itu dalam penghematan biaya upah, lokalisasi dan
urbanisasi maka terjadilah konsentrasi spasial yang berdampak positif. Saran yang
49
lembaga pendidikan tinggi agar tercapai peghematan, meningkatkan efisiensi dalam
pemenuhan kebutuhan input yang terspesialisasi yang lebih baik dan lebih murah,
memperlancar arus informasi dan pengetahuan serta mencari cara agar terkonsentrasi
lokasi lembaga pendidikan tinggi di suatu wilayah tidak menyebabkan masalah untuk
wilayah sekitarnya agar tidak menyebabkan disparitas pembangunan wilayah.
2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel bebas dan
menambah tahun penelitian dengan menggunakan alat analisis yang berbeda agar
mendapatkan hasil yang lebih baik.
3. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan mutu , menyediakan
prasarana serta fasilitas pendidikan tinggi di Kota Bandar lampung sehingga dapat
menurunkan fenomenabraindrain, sistem pendidikan yang ditingkatkan dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi yang mampu bersaing dengan pendidikan
1
DAFTAR PUSTAKA
Agustina.2004.Spesialisasi dan konsentrasi spasial industri kecil dan menengah di Kota Semarang.Jurnal.
Badan Pusat Statistika, 2000.Bandar Lampung Dalam Angka 2000.
BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2003.Bandar Lampung Dalam Angka 2003. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2004. Bandar Lampung Dalam Angka 2004. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2010. Bandar Lampung Dalam Angka 2010. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2013. Bandar Lampung Dalam Angka 2013.
BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2011. Indikator Tenaga KerjaProvinsi Lampung 2011. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2013. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung 2013. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,2000.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2000.P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2005.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2005.
P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________________, 2013.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2013.
P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.
2
Hilmiyah,Widyah.2013.Analisis Konsentrasi spasial & pengembangan kawasan industri di Kab. Gresik.Jurnal.
Jannifer,Shandy.2010.Analisis pengaruh Faktor Aglomerasi Industri Manufaktur terhadap Pertumbuhan dengan Ketimpangan.Jurnal. .
Jabal,Gilang.2014. Analisis Aglomerasi di Kabupaten Banyumas. Jurnal.
Kuncoro, Mudrajad. 2012.Perencanaan Daerah, Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, Dan Kawasan.Jakarta: Salemba Empat.
Sakti,Asoka.2007.Analisis Aglomerasi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Terkonsentrasinya Lembaga Pendidikan Tinggi di P. Jawa.Jurnal.
Sastraatmadja, Entang. 1986.Ekonomi Pembangunan (Pengalaman Indonesia).
Bandung: Cv. Armico.
Sukirno, Sadono. 2002.Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tarigan,Robinson.2005.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT.Bumi Aksara