• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT ISOMORPHIC DAN RUBRIKNYA PADA MATERI HUKUM II NEWTON BERBASIS MULTIREPRESENTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT ISOMORPHIC DAN RUBRIKNYA PADA MATERI HUKUM II NEWTON BERBASIS MULTIREPRESENTASI"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT ISOMORPHIC DAN RUBRIKNYA PADA MATERI HUKUM II NEWTON BERBASIS

MULTIREPRESENTASI

Oleh

NOVITA ANGGRAINI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT ISOMORPHIC DAN RUBRIKNYA PADA MATERI HUKUM II NEWTON BERBASIS

MULTIREPRESENTASI

Oleh Novita Anggraini

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sangat sulit karena terlalu banyak menggunakan rumus-rumus dan pengembangan konsep. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep diketahui oleh guru setelah melaksanakan pembelajaran dan penilaian. Pada materi Hukum II Newton ketika siswa diminta

(3)

sikap ilmiah. Adapun prosedur pengembangannya sebagai berikut: Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan, pengembangkan produk awal, validasi ahli yang dilakukan oleh pakar dan guru fisika, revisi, uji coba produk dan revisi, Produk akhir. Hasil uji ahli menunjukkan instrumen assessment isomorphic yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai instrumen penilaian. Tahap pengujian satu lawan satu (one on one) dilakukan terhadap dua orang dosen dan satu guru sebagai pengguna menunjukkan kualitas instrumen penilaian assessment isomorphic : sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat. tahap pengujian selanjutnya dilakukan terhadap 36 siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Way Tenong pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Hukum II Newton. Berdasarkan data yang diperoleh melalui uji ini, didapat nilai tertinggi sebesar 93, nilai terendah 60 dan sebesar 86,11 % siswa tuntas KKM.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Instrumen ... 7

1. Pengertian Instrumen ... 7

2. Langkah-langkah Menyusun Instrumen ... 8

B. Assessment Secara Umum ... 9

1. Pengertian Assessment ... 9

2. Fungsi Assessment ... 11

3. Tujuan Assessment ... 12

C. Isomorphic ... 15

D. Rubrik ... 18

1. Pengertian Rubrik ... 18

2. Manfaat Rubrik ... 18

3. Tipe Rubrik ... 19

(8)

E. Multirepresentasi ... 23

F. Hukum II Newton ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 40

B. Prosedur Penelitian Pengembangan... 40

1. Analisis Kebutuhan ... 41

2. Pengembangan Produk Awal... 42

3. Validasi Ahli dan Revisi ... 42

4. Uji Coba Produk dan Revisi ... 43

5. Produk Akhir ... 44

C. Data Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 45

D. Teknik Analisis Data ... 45

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan………... . 46

1. Tahap I Analisis Kebutuhan ... 46

2. Tahap II Pengembangan Produk Awal ... 47

3. Tahap III Validasi Ahli dan Revisi ... 48

4. Tahap IV Uji Coba Produk dan Revisi ... 53

5. Tahap V Produk Akhir... 55

B. Pembahasan ... 55

1. Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 55

2. Kelebihan dan Kelemahan Produk Hasil Pengembangan ... 57

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru mata pelajaran menyatakan bahwa kompetensi guru mata

pelajaran antara lain adalah mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar.

Kualitas instrumen penilaian hasil belajar berpengaruh langsung dalam

keakuratan status pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu kedudukan

instrumen penilaian hasil belajar sangat strategis dalam pengambilan keputusan

pendidik (guru) dan sekolah terkait pencapaian hasil belajar siswa. Selanjutnya

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan di

bagian C.5 menyatakan bahwa instrumen penilaian hasil belajar yang

digunakan pendidik memenuhi persyaratan: (a) substansi, yaitu

merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yaitu memenuhi

persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c)

bahasa, yaitu menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif

sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

Dalam setiap pembelajaran khususnya fisika, seorang guru hendaknya mampu

(10)

pengajaran mata pelajaran fisika yang tidak hanya menekankan pada ranah

kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri 1 Way Tenong,

guru memang mengalami kendala dalam mengadakan penilaian, karena ketika

siswa diminta untuk menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada

suatu sistem. Ternyata tidak semua siswa mengerti apa yang mereka

gambarkan dan mereka belum mampu menguraikan gaya-gaya apa saja yang

bekerja pada sistem tersebut. Tentu saja akan membuat siswa sangat kesulitan

dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi fisika. Jika kesulitan tersebut tidak

segera diatasi, maka akan mengganggu hasil belajar mereka karena masih

rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran tersebut.

Kemampuan siswa dalam menganalisis dan menguraikan gaya-gaya akan

membantu memudahkan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan 4 orang siswa

SMA mereka menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit karena terlalu

banyak menggunakan rumus-rumus dan pengembangan konsep. Rendahnya

kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep yang diajarkan

menyebabkan siswa belum bisa mengubah makna konsep tersebut kedalam

bentuk representasi yang lain. Apalagi pada materi Hukum II Newton yang

sangat menuntut siswa mampu menganalisis dan menguraikan arah-arah gaya

(11)

Kemampuan siswa dalam menggambarkan, menganalisis, dan menguraikan

gaya-gaya yang bekerja pada suatu sistem serta pemahaman konsep

memerlukan strategi yang tepat. Guru perlu mengubah proses belajar mengajar

dan mengubah komponen-komponen yang dapat mempengaruhi proses belajar

mengajar itu sendiri. Proses untuk mengatasi kendala-kendala tersebut

sebaiknya bisa menggunakan suatu cara penyajian yang diharapkan mampu

mempermudah siswa dalam memahami konsep dari suatu materi.

Dengan cara yang tepat dalam menyampaikan materi dan penilaian dalam

pembelajaran dapat membuat siswa belajar lebih efektif, sehingga didapatkan

hasil belajar yang optimal. Cara penyajian yang dapat digunakan yaitu berbasis

Multirepresentasi.

Melalui Representasi siswa diarahkan untuk menggambar, menganalis,

menguraikan, dan menerjemahkannya kedalam suatu bentuk persamaan baru

yang beragam. Cara penyajian seperti ini sangat cocok diterapkan pada mata

pelajaran fisika, khususnya pada materi Hukum II Newton yang banyak

menggunakan representasi diagram untuk membentuk suatu persamaan baru.

Berdasarakan latar belakang di atas, peneliti telah mengembangkan suatu

instrumen penilaian dengan judul “Pengembangan Instrumen Assessment

Isomorphic dan Rubriknya pada Materi Hukum II Newton Berbasis

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana hasil pengembangan instrumen assessment isomorphic dan

rubriknya pada materi Hukum II Newton berbasis multirepresentasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah membuat instrumen

assessment isomorphic dan rubriknya pada materi Hukum II Newton berbasis

multirepresentasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Secara teoretik

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan prinsip yang dapat dijadikan

landasan dalam mengembangkan instrumen assessment isomorphic

berbasis multirepresentasi padamata pelajaran fisika. Prinsip tersebut

diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan

menengahmaupun atas dalam merancang pembelajaran fisika

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baiksecara langsung

maupun tidak langsung terhadap pengayaan pengetahuan assessment dalam

(13)

Secara rinci, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaatsebagai

berikut:

a. Dapat menjadi rujukan dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru

fisika dalam rangka mengembangkan instrumen assessment isomorphicdan

rubriknya berbasis multirepresentasi pada pembelajaran fisika yang

berfungsi sebagai pola ukur sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran fisika.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan

penjelasan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasi istilah-istilah

penting berkaitan dengan penelitian ini agar penelitian yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian,

yaitu :

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam

suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan yang dimaksudkan adalah

membuat instrumen assessment isomorphic dan rubriknya pada materi

Hukum II Newton berbasis multirepresentasi.

2. Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai

perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar

(14)

3. Assessment (penilaian) merupakan penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana

hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta didik.

4. Isomorphic didefinisikan sebagai masalah yang dapat dipetakan satu sama

lain dalam hubungan satu-persatu dalam solusinya dan kemudian beranjak

pada pemecahan masalah. Sehingga, ketika ada dua permasalahan yang

dipetakan satu sama lain maka dibutuhkan satu penghubung misalnya cara

pemecahan kedua permasalahan tersebut. Jadi, ketika ada dua atau lebih

soal dalam satu materi, maka penyelesaian soal-soal tersebut cukup satu.

Assessment Isomorphic yang dimaksud disini adalah instrumen yang dibuat

dari satu indikator tetapi soalnya dibuat menjadi berbagai representasi baik

bentuk verbal, gambar, grafik, dan matematika.

5. Rubrik merupakan panduan assessment yang menggambarkan kriteria yang

digunakan pendidik dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil tugas

peserta didik.

6. Multirepresentasi adalah suatu cara menyatakan suatu kosep melalui

berbagai cara dan bentuknya diantaranya dalam bentuk verbal, gambar,

grafik, dan matematika.

7. Materi pokok yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi Hukum II

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Instrumen

1. Pengertian instrumen

Menurut Arikunto (2000:134) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dapat dipermudah olehnya.

Sumadi (2008:52) Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi

didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang

mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Bentuk

instrumen dapat berupa tes dan non tes. Instrumen bentuk tes mencangkup

tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban

singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performance test), dan

portofolio. Instrumen bentuk non tes mencakup wawancara, angket dan

pengamatan (observasi). Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis

terlebih dahulu. Dua karakteristik penting dalam menganalisis instrumen

adalah validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dikatakan valid (tepat/absah)

apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dalam hal ini sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah

(16)

instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal,

penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,

kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dsb.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam lingkup

evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa

yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non tes. Instrumen bentuk tes

mencangkup tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda,

jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performance test),

dan portofolio. Instrumen bentuk non tes mencakup wawancara, angket dan

pengamatan (observasi).

2. Langkah-langkah menyusun Instrumen

Menurut Sugiyono (2013: 149) titik tolak dari penyusunan intrumen adalah

variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari

variabel-variabel tersebut diberikan deinisi perasionalnya, dan selanjutnya ditentukan

indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan melalui

butir-butir pertanyaan dan pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan

instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau

kisi-kisi instrumen. Untuk bisa menetapkan indikator- indikator dari setiap

variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam

tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya.

Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar

(17)

Iskandar (2008:79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan

instrumen penelitian, yaitu:

a) Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti. b) Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi. c) Mencari indikator dari setiap dimensi.

d) Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen.

e) Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen. f) Petunjuk pengisian instrumen.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa adapun langkah

penyusunan instrumen yang baik adalah dengan mengidentifikasikan

variabel-variabel yang diteliti selanjutnya menjabarkan variabel menjadi

dimensi-dimensi, mencari indikator dari setiap dimensi, mendeskripsikan

kisi-kisi instrumen, merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan

instrumen dan memberikan petunjuk pengisian instrumen.

B. Assessment Secara Umum

1. Pengertian Assessment (Penilaian)

Menurut Sudrajat (2013:1) assessment (penilaian) merupakan penerapan

berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh

informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian

kopetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

Menurut Sudjana (2009: 3) penilaian diartikan sebagai proses menentukan

nilai suatu objek. Untuk menentukan nilai atau harga suatu objek diperlukan

adanya ukuran dan kriteria. Misalnya untuk mengatakan baik, sedang, kurang,

(18)

sedang, dan kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian

tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau

program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk

membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa

seharusnya. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif.

Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut

menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku.

Sedangkan perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut

menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku.

Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih

menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya

dengan bersumber pada kriteria yang sama.

Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan

nilai kepada objek tertantu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses

pemberian nilai terebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang di akhiri

dengan judgment. Interprestasi dan judgment merupakan tema penilaian

yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan

kenyataan dalam konteks situasi tertentu.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Oleh sebab itu, dalam

penilaian hasil belajar, peran tujuan intruksional yang berisi rumusan

kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur

(19)

Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan

belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mecapai

tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan

efesiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku

siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu

sama lain sebab hasil akibat dari suatu proses.

2. Fungsi Assessment (Penilaian)

Sudjana (2009: 4) mengemukakan fungsi penilaian:

a) Alat untuk mengatahui tercapai atau tidaknya tujuan intruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan intruksional.

b) Umpan balik bagi perbaikan proses balaja mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll.

c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan

kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dan bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Arikunto (2013: 18) adapun fungsi penilaian adalah:

1) Penilaian berfungsi selektif

Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk

mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu

sendiri mempunyai tujuan antara lain untuk memilih siswa yang :

a) Dapat diterima di sekolah tertentu

b) Naik ke kelas atau tingkat berikutnya

c) Seharusnya mendapat beasiswa

(20)

2) Penilaian berfungsi diagnostik

Dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis

kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan. Dengan diketahinya sebab

kelemahan akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan.

Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa

harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian.

4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi keempat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu

program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh

beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana,

dan sistem administrasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dari

penilaian adalah untuk mengatahui tercapai atau tidaknya tujuan intruksional,

selain itu berfungsi sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar

siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan

kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dan

bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

3. Tujuan Assessment (Penilaian)

Sudrajat (2013:1) Assessment atau penilaian memiliki tujuan yang sangat

penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk gradding, seleksi,

mengetahui tingkat penguasaan kopetensi, bimbingan, diagnosis, dan

(21)

Dia pun menambahkan dengan penjabaran tujuan tersebut sebagai berikut:

a) Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).

b) Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.

c) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.

d) Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

e) Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa

dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.

f) Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.

Namun, dari keenam tujuan penelitian di atas, tujuan penilaian yang utama

dalam pembelajaran dikelas adalah tingkat penguasaan kompetensi,

bimbingan, dan diagnosis. Dengan ketiga ketiga tujuan tersebut, seorang guru

dapat terus meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran.

Sedangkan menurut Sudjana (2009: 4) adapun tujuan penilaian adalah:

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau

(22)

Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi

kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah,

yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para

siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran penting, artinya mengingat

perannya sebagai upaya memanusiakan dan membudayakan manusia, hal

ini agar para siswa menjadi manusia yang berkualitas dalam aspekm

intelekyual, sosial, emosional, moral, dan keterampilan.

d. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta

strategi pelaksanaannya.

e. Memberikan pertanggungjawaban (accontability) dari pihak sekolah

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi

pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam

mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah

memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan

sistem pendidikan dan pengajar serta kendala yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari

penilaian itu adalah mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan

pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan selain itu

tujuan yang lainnya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu program

(23)

C.Isomorphic

Bila kita coba melihat kamus maka dua hal dikatakan isomorphic bila dua hal

tersebut memiliki struktur yang sama. isomorphic merupakan akar kata bahasa

Yunani untuk bentuk yang sama.

Menurut Hayes dan Simon dalam Wati (2012: 20)

“Isomorphic problems are defined as problems that can be mapped to each other in a one-to-one relation in terms of their solutions and the moves in the problem solving trajectories” .

Dalam bahasa sederhana, pengertian tersebut memiliki makna bahwa masalah

isomorphic didefinisikan sebagai masalah yang dapat dipetakan satu sama lain dalam hubungan satu-persatu dalam solusinya dan kemudian beranjak pada

pemecahan masalah. Sehingga, ketika ada dua permasalahan yang dipetakan satu

sama lain maka dibutuhkan satu penghubung misalnya cara pemecahan kedua

permasalahan tersebut. Jadi, ketika ada dua atau lebih soal dalam satu materi,

maka penyelesaian soal-soal tersebut cukup satu.

Menurut Singh dalam Wati (2012: 21)

(24)

Menurut Shih Yin-Lin dalam Wati (2012: 22)

Soal yang isomorphic yaitu soal berbentuk problem solving yang dapat diselesaikan dengan konsep yang sama. Sedangkan menurut Singh, soal yang isomorfik tidak hanya soal bentuk problem solving yang dapat diselesaikan dengan konsep yang sama dan pertanyaan yang sama, tetapi juga soal-soal konsep yang dapat diselesaikan dengan persamaan atau rumus yang sama walaupun pertanyaan berbeda.

Dalam penelitian ini, dua buah soal dikatakan soal isomorphic jika soal-soal

tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmu fisika

yang sama dengan langkah-langkah penyelesaian soal yang sama.

Soal isomorphic walaupun memiliki kesamaan dalam penyelesaiannya terkadang

akan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Sebagaimana diungkapkan oleh

Simon, Hayes, dan Kotovsky dalam Wati (2012: 22).

Cognitive theory suggests that, depending on a person’s expertise in the field, different contexts and representations may trigger the recall of a relevant principle more in one problem than another, and two problems which are isomorphic are not necessarily perceived as being at the same level of difficulty especially by a beginning learner.

Hal ini menyatakan bahwa soal isomorphic terkadang dirasa memiliki tingkat

kesukaran yang berbeda, terutama bagi para siswa yang baru mempelajari materi

yang diajarkan. Perbedaan konteks dan representasi dari soal yang isomorphic

akan memberikan dampak ingatan yang berbeda juga.

Dalam implementasi assessment dapat memanfaatkan soal-soal isomorphic. soal

isomorphic adalah soal yang terdiri atas beberapa butir dengan indikator yang sama, dimana soal tersebut bermakna jika pengecoh memiliki makna tertentu.

Penilaian yang dilakukan oleh guru hendaknya merupakan penilaian yang dapat

(25)

mengambil tindak lanjut. Salah satu penilaian yang dapat menganalisis

kemampuan siswa adalah assesment isomophic. Assessment isomorphic yang

dikembangkan oleh Singh pada perkuliahan fisika dasar.

Hayes mengatakan bahwa masalah isomorphic didefinisikan sebagai masalah

yang dapat dipetakan ke satu sama lain dalam satu-kesatuan hubungan dalam

memecahkan suatu masalah.

Menurut Singh (2013: 1) Bentuk soal isomorphic dapat mendeskripsikan

kemampuan analogi. Untuk setiap masalah, ruang masalah sangat besar dan

didasarkan pada keahlian seseorang, orang mungkin melintasi jalur yang sangat

berbeda dalam ruang ini yang analogisnya dapat divisualisasikan seperti sebuah

struktur labirin. Apabila kita memasuki labirin, jalan mana pun yang dipilih

maka akan mendapatkan keluaran yang sama. Begitu pula sebaliknya. Jadi, soal

yang disediakan, bagaimana pun konteksnya, bisa diselesaikan dengan konsep

yang sama. Jenis soal isomorfik yang dapat mendeskripsikan kemampuan

analogi adalah dua atau lebih soal yang memiliki kesamaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa alat assessment

isomorphic problem adalah suatu alat assessment yang terdiri dari soal-soal yang disusun berpasangan dengan isi yang berbeda, tetapi membutuhkan konsep atau

(26)

D. Rubrik

1. Pengertian Rubrik

Rubrik adalah sesuatu yang tidak mungkin terpisahkan dari penelitian

pembelajaran. Rubrik dapat memudahkan guru dalam melakukan penilaian.

Rubrik merupakan wujud assessment kinerja yang dapat diartikan sebagai

kriteria penilaian yang bermanfaat membantu pendidik untuk menentukan

tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan.

Rubrik merupakan panduan assessment yang menggambarkan kriteria yang

digunakan pendidik dalam menilai atau memberi tingkat dari hasil pekerjaan

siswa.

Rubrik perlu memuat memuat karateristik yang diinginkan yang perlu

ditunjukan dalam suatu pekerjaan siswa disertai dengan panduan untuk

mengevaluasi masing-masing karateristik tersebut (Dikti: 2008).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa rubrik

merupakan kriteria penilaian atau penskoran mulai dari yang paling baik

hingga yang paling buruk.

2. Manfaat Rubrik

Berikut manfaat pemakaian rubrik menurut Dikti (2008: 39) :

a. Rubrik menjelaskan deskripsi tugas

b. Rubrik memberikan informasi bobot penilaian

(27)

Berdasarkan poin diatas, manfaat pada poin a rubrik menjelaskan deskripsi

tugas yang berarti dengan adanya rubrik siswa mengetahui kopetensi yang

hendak dicapai dalam sebuah tugas karena dalam sebuah tugas karena tugas

terdeskripsi secara jelas. Pada poin b rubrik memberikan informasi bobot

penilaian yang berarti dengan adanya rubrik, siswa tahu bobot penilaiannya

sehingga siswa dapat mengerjakannya dengan optimal. Tentu dengan

adanya rubrik, penilaian tidak dilakukan kira-kira semata melainkan lebih

objektif dan tidak berubah-ubah seperti pada poin d.

3. Tipe Rubrik

secara umum ada 2 tipe rubrik, yaitu holistik dan analitik. Rubrik holistik

memungkinkan pemberian skor untuk membuat penilaian tentang kinerja

(produk dan proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-bagian

komponennya. Sedangkan rubrik analitik menurut pemberi skor untuk

menilai komponen-komponen yang terpisah atau tugas-tugas individual yang

berhubungan dengan kinerja yang dimaksud.

Menurut Mertler dalam Barestha (2011: 13) rubrik holistik lebih cocok bila

tugas kinerjanya menurut mahasiswa untuk membuat respons tertentu dan

tidak ada jawaban yang mutlak benar.

Arends (2008: 244) rubrik analitik biasannya lebih disukai apabila yang di

(28)

Merteler, Gissele O. Martin-Kniep dalam Barestha (2011: 13) rubrik

memiliki 2 jenis, yaitu: rubrik holistik dan analitik. Rubrik holistik adalah

rubrik yang menggunakan skor tunggal dan menilai produk, proses, dan

penampilan. Rubrik holistik terdiri dari beberapa kriteria namun tetap

merujuk dalam satu klausa atau paragraf. Sedangkan rubrik analitik menilai

produk , proses, dan penampilan dalam atribut atau dalam dimensi yang

terpisah dan mempunyai deskriptor untuk setiap dimensinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa rubrik ada 2, yaitu:

rubrik holistik dan analitik. setiap rubrik memiliki fokus yang berbeda.

Rubrik holistik sendiri untuk menilai kemampuan atau proses secara

keseluruhan tanpa terpisah-pisah, sedangkan rubrik analitik fokus

penilaiannnya hanya pada kemampuan atau proses yang lebih spesifik.

4. Template Rubrik

Template rubrik merupakan tabel yang terdiri atas dua atau lebih jalur yang terdiri dari skala atau skor dan deskripsi untuk penjelasan dari tiap-tiap skala.

Template rubrik menggambarkan kriteria dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Untuk memudahkan dalam

membuat template rubrik, Mertler dalam Arends (2008: 245) membuatkan

(29)

a. Rubrik Holistik

Tabel 2.1 Template untuk Rubrik Holistik

Skor Deskripsi

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahannya. Seluruh prasyarat tugas

dimasukkan ke dalam respons.

4 Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang permasalahannya. Seluruh prasyarat tugas

dimasukkan ke dalam respons.

3 Memperlihatkan pemahaman parsial tentang permasalahannya. Kebanyakan prasyarat tugas dimasukkan ke dalam respons.

2 Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang pemahamannya. Kebanyakan prasyarat tugas yang tidak tampak dalam respons.

1 Memperlihatkan sama sekali tidak memahami permasalahannya.

b. Rubrik Analitik

Tabel 2.2 Template untuk Rubrik Analitik

Kriteria Mulai Mengembangkan Menguasai *Exemplary skor Kriteria 1 Deskripsi

yang Kriteria 4 Deskripsi

(30)

Berdasarkan Tabel 2.2, jelas terlihat perbedaan fokus yang digunakan pada

kedua Template tersebut. Dimana holistik lebih menyeluruh sedangkan

analitik lebih spesifik.

5. Langkah Pengembangan Rubrik

Rubrik yang merupakan kriteria dan alat penskoran, terdiri dari senarai dan

gradasi mutu. Senarai merupakan daftar kriteria yang diwujudkan dengan

dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai,

sedangkan gradasi mutu merupakan skala dari tingkat yang paling sempurna

sampai dengan tingkat yang paling buruk. Semua komponen tersebut perlu

diperhatikan dalam mengembangkan rubrik. Untuk memulai mengembangkan

rubrik, Gronlund, Linn, Davis, dan Wiggins dalam Barestha (2011: 17), telah

memberikan pedoman sebagai berikut:

a) Fokuslah pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan kinerja anak didik yang kompleks.

b) Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan keterampilan sentrak untuk hasil-hasil belajar yang penting.

c) Meminimalkan ketergantungan kinerja tugas pada

keterampilan-keterampilan yang tidak relevan dengan maksud tugas assessment yang di maksud.

d) Memberikan kerangka kerja atau intruksi kerja yang dibutuhkan anak didik agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan. e) Konstruksi petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas

anak didik menjadi benar-benar jelas.

f) Komunikasikan dengan jelas ekspekasi kinerja dalam kaitannya dengan kriteria yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja.

Menentukan keterampilan dan kinerja yang hendak dinilai menjadi hal yang

penting ditentukan diawal karena hal itulah yang menentukan konsep rubrik

yang hendak dibuat. Skala beserta deskripsi gradasipun menjadi hal yang tidak

(31)

E. Multirepresentasi

Kress et al dalam Abdurrahman, Aprilyawati, & Payudi (2008:373) mengatakan

bahwa secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan

menginterpretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai

komunikasi, baik dalam pembicaraan bacaan maupun tulisan.

Peran representasi sangat penting dalam proses pengolahan informasi mengenai

sesuatu.

Menurut Hadijah (2012:7) representasi ditampilkan siswa sebagai model atau

bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan

solusi dari masalah yang dihadapinya sebagai hasil interpretasi pemikirannya.

Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau

menyimbolkan obyek dan atau proses. Siswa dapat merepresentasikan suatu

objek nyata kedalam representasi gambar.

Melalui representasi gambar tersebut siswa dibelajarkan merepresentasikan

diagram dari keadaan objek tersebut. Ketika siswa mampu merepresentasikan

suatu konsep kedalam bentuk representasi lain tentu akan membantu siswa lebih

mudah dalam menyelesaikan masalah.

Terdapat beberapa definisi yang dikutip oleh Safrina (2011:10) tentang

representasi sebagaimana dikemukakan berikut ini :

1. Representasi adalah alat-alat yang digunakan individu untuk mengorganisasikan dan menjadikan situasi-situasi lebih bermakna. 2. Representasi adalah konfigurasi atau bentuk atau susunan dapat

(32)

3. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari situasi masalah atau aspek dari suatu masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau symbol matematika.

4. Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.

5. Terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami konsep representasi. Pertama, representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-ide matematika atau skema kognitif yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; kedua, sebagai reproduksi mental dari keadaan mental yang sebelumnya; ketiga, sebagai sajian secara struktur melalui gambar, symbol ataupun lambang; dan yang terakhir sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.

6. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran.

Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda

representasi.

Definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi merupakan

kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan suatu konsep dari suatu

masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dengan suatu cara yang

berbeda-beda berdasarkan interpretasi pikirannya menjadi lebih bermakna.

Cara yang digunakan untuk meyatakan suatu konsep tersebut dapat berupa

representasi verbal, gambar, diagram, grafik, dan matematika. Fisika merupakan

bidang yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dikaji secara

matematis melalui berbagai simbol-simbol.

Soal-soal aplikasi yang harus dihadapi siswa tidak hanya objek yang bersifat

konkrit, sehingga untuk mempelajari objek yang abstrak perlu memilki

(33)

belajar sangat diperlukan kegiatan visual dalam mendukung penjelasan suatu

konsep.

Aristoteles dalam Hikmat (2011:207) pernah menyatakan “tanpa gambar, tidak

mungkin bisa berpikir”. Stokes dalam Hikmat (2011:207) juga mengungkapkan

“using visual strategies in teaching results in a greater degree of learning”.

Menurut felder dan Soloman dalam Hikmat (2011:208) ”mayoritas manusia

adalah pembelajar visual jika materi ajar dicukupi visualisasinya informasi akan

lebih lama bertahan”.

Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa representasi diagram

sebagai pendukung dari representasi gambar dan representasi yang lain sangat

penting dalam mengembangkan pemahaman konsep siswa lebih optimal.

Representasi yang lebih konkrit dapat digunakan untuk mengaplikasikan konsep

dasar matematika. Sebagai contoh siswa dapat menggunakan diagram bentuk

bebas untuk menyusun hukum Newton kedua dalam bentuk komponen sebagai

penolong dalam penyelasaian masalah. Hal ini didukung oleh jurnal penelitian

Ayesh (2010:509) yang mengatakan bahwa:

Free-body diagram is one type of reprsentasions that is import in teaching Newton’s laws in the first year of physics courses. The use of free-body diagram representation has clear impact on the student performence.

Rosengrant et al (2009:1) juga mengatakan bahwa:

(34)

Fisika memuat banyak bentuk diagram yang sering digunakan (sesuai konsep),

antara lain: diagram gerak, diagram benda bebas (free body diagram) diagram

garis medan (field line diagram), diagram rangkaian listrik (electrical circuit

diagram), diagram sinar (ray diagram), diagram muka gelombang (wave front diagram) dan lain sebagainya.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sunardi & Indra (2012:111)

menyatakan bahwa diagram benda bebas adalah suatu diagram yang digunakan

untuk menunjukkan besar relatif dan arah semua gaya yang bekerja pada suatu

benda dalam keadaan tertentu.

Menurut pendapat Kanginan (2012:125) yaitu:

Ketika Anda telah memisahkan suatu benda, sebelum Anda menggunakan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada benda itu sebelum Anda

menggunakan Hukum I Newton, ∑ = 0, untuk benda yang seimbang (diam atau bergerak lurus beraturan) dan ∑ = , untuk benda yang bergerak dengan percepatan a. Nah, diagram terpisah yang menggambarkan semua gaya yang bekerja pada benda yang Anda tinjau inilah yang disebut sebagai diagram benda bebas (free body diagram).

Umumnya dalam mata pelajaran fisika ketika siswa diminta untuk

menyelesaikan masalah terutama pada materi dinamika partikel, siswa sering

melakukan dua kesalahan dalam menggambarkan free body diagram masih

yaitu: (1) tidak lengkap menggambar gaya-gaya yang tidak tergambar pada

diagram benda bebas yang ditinjau (ada gaya yang tidak tergambar pada diagram

benda bebas), (2) menggambar gaya-gaya yang bekerja pada benda atau sistem

benda secara berlebihan (ada gaya yang tidak bekerja pada benda tetapi

(35)

Representasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu representasi internal dan

representasi eksternal. Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati

secara langsung karena merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam

pikirannya (minds-on). Representasi internal seseorang itu dapat disimpulkan

atau diduga berdasarkan representasi eksternalnya.

Sebagai contoh dari pengungkapan melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan

berupa simbol, gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on)

(Fadilah, 2008:13).

Proses terjadinya hubungan timbal balik antara representasi internal dan

eksternal dari seseorang, ketika berhadapan dengan sesuatu masalah.

Representasi internal tak bisa diamati secara kasat mata. Hanya masing-masing

siswa saja yang tahu sampai mana pemahaman mereka terhadap suatu materi

yang disajikan. Representasi internal yang ada dalam diri siswa, dapat diketahui

dengan kita meminta siswa untuk mentransformasikan representasi internal

tersebut menjadi reprsentasi eksternal.

Proses interaksi antara representasi internal dan representasi eksternal dapat

dilihat pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Interaksi Timbal Balik antara Representasi Internal dan Representasi Eksternal

Menurut pernyataan Airey J dan Linder C yang dikutip dari Abdurrahman et al

(2008:373) mengungkapkan:

(36)

Melalui representasi yang multimodal akan menciptakan suasana

pembelajaran dengan peran aktif seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa, mengaktifkan kemampuan belajar (learning ability) siswa baik minds-on maupun hands-on, merupakan faktor yang sering menjadi masalah dalam pembelajaran fisika.

Siswa dalam merepresentasikan representasi internal menjadi representasi

eksternal akan menjadi lebih mudah jika menggunakan pendekatan multiple

representations. Adanya pendekatan multiple representations diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami suatu konsep melalui representasi yang disajikan.

Hinrich seperti dikutip dalam Rosengrant et al (2007:2) menguraikan bahwa

Multiple Representation dapat membantu siswa dalam memahami suatu materi dinamika.

Hinrichs describes how using a system schema (object of interst is circled, objects that are interacting with it are circled and than connected to it via labeled arrows) helped his students learn dynamics. He used the system schema as part of a sequence of rerpesentations (problem text, sketch, system schema, free body diagram, and finally equations) to solve problem.

Hinrichs menguraikan bagaimana bagan sistem (objek dari lingkaran penting,

objek yang mengintegrasikan dengan lingkaran dan kemudian

menghubungkannya melalui anak panah yang disegelkan) membantu siswanya

mempelajari dinamika. Hinrichs juga menggunakan sistem skema sebagai

bagian dari akibat representasi (teks masalah, sketsa, sistem skema, diagram

bentuk bebas, dan persamaan akhir) untuk menyelasaikan masalah.

Sebelum siswa bisa menyelesaikan masalah, siswa harus memahami dahulu

(37)

1. Memahami suatu representasi (yaitu: mana yang merupakan bentuk dan operator dari suatu representasi).

2. Memahami hubungan antara representasi dan domainnya. 3. Menerjemahkan antar representasi.

4. Memilih dan membangun representasi yang sesuai.

(Ainsworth, Labeke, dan Peevers, 2001)

Melalui pernyataan yang telah dipaparkan sebelumnya, representasi diagram

benda bebas (free body diagram) adalah cara mengkomunikasikan suatu konsep

dari suatu masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dengan suatu cara

yang berbeda-beda, berdasarkan interpretasi pikirannya menjadi lebih bermakna

dengan menggunakan suatu diagram terpisah yang digunakan untuk

menggambarkan besar relatif dan arah semua gaya yang bekerja pada suatu

objek dalam keadaan tertentu.

F. Hukum II Newton

Jika sebuah benda bermassa m bekerja pada F, maka benda bergerak lurus

dipercepat beraturan dengan percepatan a. Konsep ini dapat dipahami dengan

mengambil beberapa percobaan. Percobaan 1 dapat dilihat pada Gambar 2.2:

Gambar 2.2 Percobaan 1 Hukum II Newton

Benda (kereta) yang bermassa m, jika diberi gaya F, maka benda bergerak

dengan percepatan a. Percepatan a diperoleh dengan menempelkan

potongan-potongan pita kertas hasil rekaman karbon ticker timer pada setiap 5 ketukan

(38)

Gambar 2.3 Hasil Percobaan 1 Rekaman Karbon Ticker Timer pada Setiap 5 Ketukan

Seperti pada percobaan 1, jika benda bermassa m itu diberi gaya yang besarnya

dua kali semula (2F), maka percepatannya juga menjadi dua kali semula (2a).

percobaan 2 dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Percobaan 2 Hukum II Newton

Percepatan a diperoleh dengan menempelkan potongan-potongan pita kertas

hasil rekaman karbon ticker timer pada setiap 5 ketukan dapat dilihat pada

Gambar 2.5 : pita kertas

ticker timer

m

200 gr

katrol 2a

2F =∆ V

∆t

∆V

(39)

Gambar 2.5 Hasil Percobaan 2 Rekaman Karbon Ticker Timer pada Setiap 5 Ketukan

Dari kedua percobaan di atas dapat disimpulkan untuk massa benda yang sama, jika

gaya diperbesar, maka percepatannya juga diperbesar. Jadi percepatan benda

berbanding lurus degan gaya yang bekerja pada benda, yang dapat di tuliskan:

……….. 2.1

Dengan mengulangi percobaan no.1, dengan mengubah massa benda menjadi dua

kali semula (2m), sedangkan gaya tetap ternyata percepatannya menjadi setengah

kali dari percepatan semula ( ). Percobaan 3 dapat dilihat pada Gambar 2.6 : ~

= 2∆

= 2∆

= 2 V

∆t

2∆V

(40)

Gambar 2.6 Percobaan 3 Hukum II Newton

Percepatan benda dapat diperoleh dengan menempelkan potongan-potongan pita

kertas hasil rekaman karbon ticker timer pada setiap 5 ketukan dapat dilihat pada

Gambar 2.7:

Gambar 2.7 Hasil Percobaan 3 Rekaman Karbon Ticker Timer pada Setiap 5 Ketukan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan untuk gaya yang sama jika massa benda

diperbesar, maka percepatannya menjadi diperkecil. Jadi percepatannya berbanding

terbalik dengan massa benda, yang dapat di tuliskan:

……… .……….... 2.2 ~ 1 m

ticker timer

m

100 gr

pita kertas

katrol a

F

V

∆t t

= 1 2 ∆

= 12 ( ∆ )

(41)

Dari kesebandingan 1 dan kesebandingan 2, maka secara matematika dapat

dituliskan:

~

~1

Hukum II Newton, berbunyi:

Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda besarnya berbanding lurus dengan gaya itu, dan berbanding terbalik dengan massa benda.

Hukum II Newton dapat dirumuskan:

……….... 2.3

Keterangan :

F = gaya yang bekerja pada benda m = massa benda

a = percepatan benda

Jika pada benda bermassa m bekerja beberapa gaya, maka hukum II Newton

dapat di rumuskan:

………... 2.4

Dengan

∑ = gaya total ( : = ) m = massa benda ( : = ) a = percepatan benda ( : / )

= F = m. a

(42)

Grafik yang menyatakan hubungan antara gaya F dengan percepatan a dapat di

lukiskan pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Grafik Hubungan antara Gaya dan Percepatan

Hal-hal khusus dari Hukum II Newton:

Jika ∑ = 0, maka a = 0, sehingga benda dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan. Hal yang sesuai dengan hukum I Newton. Jadi hukum I Newton

merupakan hal khusus dari Hukum II Newton yakni ∑ = 0. Jika ∑ besarnya tetap, maka a juga tetap, sehingga bergerak lurus berubah beraturan (GLBB).

a. Penggunaan Hukum II Newton

1. Benda bergerak pada bidang datar

a. Gaya mendatar

Gambar 2.9 Gaya Mendatar

F

0 a

= . Hukum II Newton

(43)

b. Gaya membentuk sudut terhadap bidang datar

Gambar 2.10 Gaya Membentuk Sudut Terhadap Bidang Datar

Pada gambar 2.10 Gaya F diuraikan menjadi 2 komponen, yaitu:

∑ x = F cos ɵ ………. 2.5

∑ y = F sin ɵ ………. 2.6

Gaya yang menyebabkan benda bergerak mendatar adalah:

∑ x = F cos ɵ………..… 2.7

Sedangkan gaya F sin ɵ saling meniadakan dengan gaya berat. Jadi hukum II

Newton di tulis :

F cos ɵ = m . a

2. Benda ditarik vertikal dengan tali

Gambar 2.11 Benda Bergerak ke Atas Ditarik Vertikal dengan Tali

Pada Gambar 2.11 Benda ditarik vertikal ke atas dengan tali sehingga :

(44)

Gambar 2.12 Benda Bergerak ke Bawah Ditarik Vertikal dengan Tali

Pada Gambar 2.12 Benda ditarik vertikal ke bawah dengan tali sehingga :

Hukum II Newton menjadi :

3. Benda bergerak melalui katrol

Gambar 2.13 Benda Bergerak Melalui Katrol

Benda bermassa m2 diletakkan pada bidang datar licin. Benda m1 dihubungkan

dengan m2 melalui katrol.

⅀F = m.a T – W = m.a T – mg = m.a

(45)

Hukum II Newton pada:

Benda m1 : ⅀F = m1.a

W1 – T = m1.a

m1g – T = m1.a

Benda m2 : ⅀F = m2.a

T = m2.a

Dengan menghubungkan kedua persamaan di atas, dapat dicari dua besaran

(variabel) yang belum diketahui.

Gambar 2.14 Benda Bergerak Melalui Katrol

Berdasarkan gambar 2.14 Jika m1 > m2, maka maka benda m1 bergerak ke

bawah dan benda m2 bergerak ke atas.

Hukum II Newton pada benda m1 : Hukum II Newton pada benda m2 :

⅀F1 = m1 . a ⅀F = m2 . a

W1 – T = m1 . a T – W2 = m2 . a

(46)

4. Benda bergerak pada bidang miring

Gambar 2.15Benda Bergerak pada Bidang Miring

Benda bergerak ke bawah pada bidang miring, karena gaya W sin ɵ. Hukum II

Newton : ⅀F = m. a W sin ɵ = m. a

mg sin ɵ = m. a

b. Gerak Benda pada Bidang Miring dan Licin

1. Benda bergerak ke bawah

Gambar 2.16 Gerak Benda pada Bidang Miring dan Licin yang Bergerak ke Bawah.

Jika sebuah benda diletakkan pada sebuah bidang miring licin, maka pada

benda itu ada dua gaya (Gambar a), yaitu: Gaya normal = N, Gaya berat

W= mg. Karena gaya W belum berada di sumbu X dan Y, maka diuraikan

(47)

Fx = W sin ɵ

Fy = W cos ɵ

Gaya yang menyebabkan benda bergerak ke bawah pada bidang miring adalah:

Fx = W sin ɵ. Sedangkan pada sumbu Y yaitu N dan W cos ɵ saling

meniadakan.

Jadi hukum II Newton menjadi:

⅀ Fx = m . a

W sin ɵ = m . a

2. Benda bergerak ke atas

Gambar 2.17 Gerak Benda pada Bidang Miring dan Licin yang Bergerak ke Atas

Berdasarkan Gambar 2.17 Supaya benda bergerak pada bidang miring, maka

diperlukan gaya F. Jadi gaya yang menyebabkan benda bergerak ke atas pada

bidang miring:

⅀F = m . a F - W Sin ɵ = m . a

F – mg Sin ɵ = m . a

(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan instrumen

Assessment isomorphic dan rubriknya pada pembelajaran fisika. Subjek uji

coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tenong.

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di

SMA Negeri 1 Way Tenong.

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari prosedur

pengembangan menurut Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Tim Pusat

Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2008: 11) yang

disintesiskan dengan prosedur pembakuan instrumen penilaian sikap ilmiah.

Adapun prosedur pengembangannya sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan

2. Pengembangkan produk awal

(49)

4. Uji coba produk dan revisi

5. Produk akhir

Tahapan penelitian dan pengembangan tersebut di atas digambarkan dalam

Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan produk yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa perlukah intrumen penilaian yang akan dikembangkan.

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan Tahap 1. Analisis Kebutuhan

Tahap 2. Pengembangan Produk Awal Tahap 3. Validasi Ahli

Revisi

Tahap 4. Uji Coba Produk Revisi

(50)

sumber daya yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan

hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh

sekolah. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan metode wawancara dan

observasi. Sasaran wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Wawancara

ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung tentang

pengembangan instrumen Assessment Isomorphic berbasis Multirepresentasi

pada pembelajaran fisika yang akan dilakukan.

2. Pengembangan Produk Awal

Pengembangan produk awal berupa Instrumen Assessment Isomorphic

berbasis Multirepresentasi dan rubriknya pada pembelajaran fisika. Instrumen

Assessment Isomorphic berbasis Multirepresentasi dan rubriknya yang

dimaksud adalah mengembangkan suatu Instrumen Penilaian dan rubriknya

Berbasis Multirepresentasi terhadap pembelajaran fisika siswa pada pokok

bahasan Hukum II Newton.

3. Validasi Ahli dan Revisi

Pada tahap ini dilakukan uji ahli yakni penelaahan instrumen penilaian yang

ditujukan pada praktisi pembelajaran fisika. Uji ahli dilakukan untuk mengukur

apakah instrumen penilaian yang dikembangkan sudah tepat dan mengetahui

ketidaksesuaian pada produk yang dibuat baik dari tampilan maupun isi. Data

hasil uji ahli materi dijadikan sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap

(51)

didapatkan digunakan untuk mencari apakah masih ada ketidaksesuaian atau

kesalahan pada produk, kemudian dilakukan revisi produk sesuai dengan

catatan dan masukan dari validasi ahli. Hasil revisi produk awal kemudian

diujicobakan.

4. Uji Coba Produk dan Revisi

Uji coba lapangan dilakukan di SMA Negeri 1 Way Tenong Semester Ganjil

Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 32 orang siswa dengan

berbagai karakteristik yang beragam.Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan uji tahap 1, dengan memberikan instrumen kelayakan

instrumen assessment isomorphicdan rubriknya pada guru.

b. Menganalisis hasil uji lapangan tahap 1 untuk melihat kekurangan dan

kelebihan instrumen assessment isomorphicdan rubriknya berbasis

Multirepresentasi pada pembelajaran fisika yang digunakan.

c. Melakukan revisi produk II.

d. Melakukan uji kepada siswa tentang instrumen assessment isomorphicdan

rubrik yang telah direvisi. Dalam hal ini, yang melakukan penilaian adalah

guru yang menerapkan. Ini sudah masuk pada uji lapangan tahap 2 dimana

guru menggunakan instrumen assessment isomorphicdan rubrik berbasis

Multirepresentasi untuk melakukan penilaian.

e. Melakukan uji lapangan tahap 2, uji ini dimaksud untuk mengetahui

keefektifan instrumen assessment isomorphicdan rubrik untuk penilaian

(52)

f. Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan

instrumen assessment isomorphicdan rubriknya pada pembelajaran fisika

yang digunakan.

g. Melakukan revisi produk III.

h. Produk akhir instrumen assessment isomorphicdan rubriknya berbasis

multirepresentasi.

5. Produk Akhir

Setelah dilakukan revisi produk kemudian dilakukan tahap produksi. Produk

akhir ini berupa instrumen assessment isomorphic dan rubriknya berbasis

multirepresentasi.

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan datanya sebagai berikut :

1. Data dan validasi ahli berupa instrumen assessment isomorphicdan

rubriknya berbasis multirepresentasi. Teknik pengumpulan datanya

menggunakan instrumen kelayakan assessment isomorphicdan rubriknya

yang di tunjukan kepada dosen.

2. Data hasil uji lapangan tahap 1 berupa penilaian terhadap assessment

isomorphic dan rubrik berbasis multirepresentasi oleh guru di dalam

kelas. Teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen kelayakan

rubrik.

3. Data hasil uji lapangan tahap 2 berupa penilaian keefektifan assessment

(53)

Pembelajaran oleh guru. Teknik pengumpulan datanya menggunakan

instrumen efektifitas rubrik berbasis multi representasi.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis untuk masing-masing data penelitian dilaksanakan sebagai

berikut:

1. Data yang diperoleh dari validasi ahli, akan diketahui kualitasnya dapat

dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian untuk Validitas Ahli dan Uji Lapangan

Skor kualitas Pernyataan kualitas

3,26-4,00 Sangat baik

2,51-3,25 baik

1,76-2,50 Kurang baik

1,01-1,75 jelek

Sumber: Suyanto (2009: 227)

2. Data yang diperoleh dari uji lapangan tahap 1, akan diketahui kualitasnya

berdasarkan Tabel 3.1

3. Data yang diperoleh dari hasil uji tahap 2, akan diketahui kualitasnya

(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah dihasilkan Instrumen

Assessment Isomorphic dan Rubriknya Berbasis Multirepresentasi Pada

Materi Hukum II Newton, dan telah teruji sesuai teori dengan kualitas: sangat

menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat dan dinyatakan

efektif digunakan sebagai instrumen Assessment Isomorphic dan Rubriknya

berbasis Multirepresentasi berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang

mencapai nilai rata-rata 75,8 dengan persenrase kelulusan sebesar 86,11%

pada uji terhadap siswa kelas X2SMA Negeri 1 Way Tenong semester ganjil

Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1) Guru hendaknya menggunakan instrumen Assessment Isomorphic dan

Rubriknya berbasis Multirepresentasi yang telah penulis kembangkan

(55)

2) Guru atau peneliti yang hendak menggunakan instrumen ini hendaknya

dapat mengembangkan instrumen Assessment Isomorphic dan Rubriknya

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, R. Aprilyawati, & Payudi. 2008. “Limitation Of Representation Mode In Learning Gravitational Concept and Its Influence Toward Student Skill Problem Solving”. Proceeding of The 2nd International Seminar on Science Education. PHY-31: 373 – 377.

Ainsworth S, Labeke V.N, & Peevers G. 2001. Learning with Multiple Representations.(Online). Tersedia: http://www.psychology. (3 januari 2013).

Arends, Richard I. 2008. Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Ayesh, N. Qamhleh, N. Tlt, and F. Abdelfattah. 2010. The Effect of Student Use of Free Body Diagram Representation On Their Performance.(Online). International Research Journals. Tersedia: http://click.infospace.com (3 Januari 2013).

Barestha, Yofi. & Wahyuni, Lussy Dwi Utami. 2011. Makalah Rubrik Asesmen Alternatif Untuk Menilai Peserta Didik Secara Realtime dan

Komprehensif. (On line) Tersedia:

http://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/makalah_rubrik.pdf

(5 Maret 2013).

Dikti. 2008. Rubrik. Jakarta: Direktorat Akademik Dikti.

Fadillah, Syarifah. 2008. Representasi dalam Pembelajaran Matematik. (Online), Jurnal Pendidikan. Tersedia: http://fadilahatick.blogspot.com/2008//06 (8 Maret 2013).

(57)

Diagram. (Online). Journal Upi. Tersedia: http://file.upi.edu (15 maret 2013).

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Kanginan, Marthen. 2002. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Maharta, Nengah. 1997. Belajar Fisika Sistematis 1 untuk SMU kelas1. Bandung: Conceps Science Bandung.

Rosengrant, D., Etkina, E., & Heuvelen, A.V. 2007. An Overview of Recent Research on Multiple Representations. Rutgers, The State University of New Jersey GSE, 10 Seminary Place, New Brunswick NJ, 08904. Rosengrant, D., Etkina, E., & Heuvelen, A.V. 2009. Do students use and

understand free-body diagrams?. (Online). Journal Physics Education Research, Volume 1, No.01.40. Tersedia:

http://prstper.aps.org/pdf/PRSTPER/ v5/i1/e010108 (3 Januari 2013).

Safrina, Siti. 2011. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Teknik

Scaffolding terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Singh, Chandralekha. 2008. Using an isomorphic problem pair to learn

introductory physics: Transferring from a two-step problem to a three-step problem. (Online) Journal Physics Education Research, Volume 9, No.

020114 Tersedia: http://prstper.aps.org/pdf/ isomorphic problem/ /i1/020114

(15 Maret 2013).

Sudarto. 2011. Pengembangan Tes Ishomorphic Problem Bentuk Uraian dan Pilihan Ganda untuk Menggali Pemahaman Konsep Optimal Siswa. (Online) Tersedia: http://repository.upi.edu. (15 Maret 3013).

Sudrajat, Akhmad. 2013. Penilaian Hasil Belajar. (Online) Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com (15 Maret 3013).

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumadi, Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(58)

Suyanto, Eko. 2009.

Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntas Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Proses Untuk SMA

Negeri 3 Bandar Lampung.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

(59)

Lampiran 1

Instrumen Wawancara Guru

Nama Responden : Evielia, S.Si

Tempat : SMA Negeri 1 Way Tenong (Ruang Guru)

Tanggal : 31 Mei 2013

A. WAWANCARA DENGAN GURU

NO PERTANYAAN YA TIDAK

A. TAHAP PERENCANAAN EVALUASI

1. Apakah Bapak merumuskan tujuan dilaksanakannya

evaluasi?

2. Apakah Bapak merumuskan tujuan assesmen dengan

karakteristik peserta didik yang akan dievaluasi?

3. Apakah Bapak menetapkan aspek-aspek (kognitif, afektif,

psikomotorik) dalam perecanaan?

4. Apakah Bapak membuat kisi-kisi butir soal? √

5. Apakah Bapak menggunakan penilaian acuan patokan (PAP)

dalam evaluasi pembelajaran

6. Apakah Bapak menggunakan kisi-kisi butir soal sebagai

dasar penyusunan tes?

7. Apakah Bapak membuat jumlah butir soal sesuai dengan sub

materi?

8. Apakah Bapak mempertimbangkan taraf kesukaran dalam

pembuatan soal?

9. Apakah Bapak memberikan skor pada setiap butir soal yang

akan di jawab oleh siswa?

10. Apakah Bapak sudah pernah mencoba menggunakan

instrumen assessment isomorphic dalam evaluasi?

(60)

B. TAHAP PELAKSANAAN EVALUASI

11. Apakah Bapak mengatur tempat duduk peserta didik ketika tes

akan berlangsung?

12. Apakah Bapak membuat tata tertib/aturan sebelum pelaksanaan

tes berlangsung?

13. Apakah Bapak membuat daftar hadir yang diisi oleh peserta

didik sebagai bukti mengikuti tes?

14. Selain tes apakah Bapak memberikan tugas untuk menambah

assesmen dalam proses belajar mengajar?

C. TAHAP PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT

15. Apakah Bapak memberitahukan hasil evaluasi dan assesmen

kepada peserta didik?

16. Jika ada soal-soal yang tidak dapat di selesaikan oleh siswa

apakah Bapak membantu cara penyelesaiannya?

17. Apakah Bapak langsung mengadakan perbaikan terhadap siswa

yang nilainya kurang dari standar setelah evaluasi

dilaksanakan?

18. Apakah Bapak menindak lanjuti setiap hasil evaluasi

pembelajaran untuk memperbaiki proses belajar mengajar?

19. Setelah hasil evalausi diolah, dianalisi dan disimpulkan,

Apakah Bapak mengambil keputusan untuk menindaklanjuti

proses belajar mengajar?

20. Apakah Bapak tetap melanjutkan ke materi berikutnya apabila

separuh dari jumlah siswa di kelas belum tuntas?

21. Apakah Bapak/ Ibu memberikan bimbingan dan konseling

kepada siswa yang nilainya sering dibawah standar ?

22. Untuk mengetahui pemahamn siswa, Apakah Bapak

memadukan tes tertulis, lisan dan perbuatan dalam evaluasi

pembelajaran?

(61)

Lampiran 2

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Way Tenong Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/ Ganjil Tahun Pelajaran : 2013/2014

Standar antara gaya, massa dan percepatan melalui percobaan.

2. Mendefinisikan hukum II Newton.

3. Menguraikan gaya- gaya yang bekerja pada suatu benda.

(62)
(63)

Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi : Bertanya dan berkomunikasi,

Menyumbang ide atau Pendapat, dan Menjadi pendengar yang baik..

Way Tenong, November 2013

Guru Mata Pelajaran, Guru Peneliti

Evielia, S.Si Novita Anggraini

NIP.198208132010012007 NPM.1013022077

Mengetahui,

Kepala SMA Negeri I Way Tenong

(64)

Lampiran 3 Silabus

Sekolah : SMAN 1 Way Tenong Kelas : X (Sepuluh)

Pelajaran : Fisika Semester : I (Satu)

Standar Kompetensi : Menerapkan Konsep dan Prinsip Dasar Kinematika dan Dinamika Benda Titik.

Kompetensi Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber Belajar Karakter

Teknik Bentuk Contoh

Instrumen

Hukum II Newton Melakukan percobaan untuk mengetahui

(65)

gaya yang bekerja pada suatu benda

Memecahkan maslah penerapan hukum II Newton dalam kehidupan sehari- hari

(66)

Afektif:

Way Tenong, November 2013

Guru Mata Pelajaran, Guru Peneliti

Evielia, S.Si Novita Anggraini

NIP.198208132010012007 NPM.1013022077

Mengetahui,

Kepala SMA Negeri I Way Tenong

(67)

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan pendidikan : SMAN 1 Way Tenong

Mata Pelajaran : FISIKA

Kelas/ Semester : X/ Ganjil

Alokasi Waktu : 5 x 45’

I. Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

II.Kompetensi Dasar : 2.3. Menerapkan hukum Newton sebagai prinsip

dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal,

dan gerak melingkar beraturan.

III.Indikator 1. Kognitif

a. Produk

 Menyelidiki hubungan antara gaya, massa, dan percepatan melalui

percobaan.

 Mendefinisikan hukum II Newton.

 Menguraikan diagram gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda.

 Mengaplikasikan Hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari.

b. Proses

 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk mengetahui

hubungan gaya, massa, dan percepatan.

 Mengkomunikasikan hasil pengamatan melalui presentasi dan

diskusi.

 Melukiskan diagram bebas benda pada gaya-gaya yang bekerja pada

Gambar

Gambar 2.2 Percobaan 1 Hukum II Newton
Gambar 2.5 :
Gambar 2.5 Hasil Percobaan 2 Rekaman Karbon Ticker Timer pada           Setiap 5 Ketukan
Gambar 2.6 Percobaan 3 Hukum II Newton
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan adalah tablet Tariflox ® (Lapi)... Rentang

“Bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana

(Anggota) Bupati Barito Kuala  Wakil Bupati Barito Kuala Sekretaris Daerah  Kab. Barito Kuala Kepala BPMPD  

“Berjuanglah kamu dalam dirimu dengan lapar dan dahaga, karena sesungguhnya pahala pada yang demikian itu seperti berperang di jalan Allah dalam perang menghadapi orang kafir

Data yang diperoleh dari biro wisata akan dikelola dengan metode simple additive weighting dengan cara menentukan rating kecocokan pada setiap alternatif,

Pengaruh Pemberian Filtrat Bawang Merah dengan Berbagai Konsentrasi dan Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava

A replantasi kopi tunjang mutu

A jumlah penerima raskin tahun ini turun guru