• Tidak ada hasil yang ditemukan

HISTOPATOLOGI TUBULUS GINJAL MENCIT (MusmusculusL.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HISTOPATOLOGI TUBULUS GINJAL MENCIT (MusmusculusL.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

HISTOPATOLOGI TUBULUS GINJAL MENCIT (MusmusculusL.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

Abstrak

Oleh Rahmat Hidayat

Kehidupan manusia zaman sekarang hampir tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Teknologi dalam bentuk berbagai peralatan yang berhubungan dengan fisiologi manusia antara lain lampu fluorescent khusus, seperti lampu merkuri. Lampu merkuri menjadi salah satu pilihan karena dikenal memiliki umur nyala lampu hingga 24.000 jam. Radiasi lampu merkuri diemisikan pada panjang gelombang 440 - 550 nm. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh radiasi cahaya lampu merkuri terhadap struktur histopatologi tubulus ginjal mencit jantan. Penelitian dilakukan di laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung dan Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2012. Perlakuannya adalah pemajanan dengan lampu merkuri berdaya 160 watt yang terdiridari 5 perlakuan yaitu 0 jam/hari, 4 jam/hari, 8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari selama 21 hari. Kerusakan tubulus ginjal yang ditemukan dalam pemajanan 12 dan 16 jam/hariselama 21 hari berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. Hanya ditemukan perdarahan intertubular pada perlakuan 4 jam/hari, sedangkan pada perlakuan 8 jam/hari ditemukan perdaran intertubular, piknosis, dan karioreksis.

(2)

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

Oleh Rahmat Hidayat

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana sains

pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

(Skripsi)

Oleh : Rahmat Hidayat

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Radiasielektromagnetikyang tampak ... 6

Gambar 2. Lampumerkuridan diagram alirenerginya ... 9

Gambar 3. Morfologimencit... 10

Gambar 4. Struktur ginjalmamalia ... 13

Gambar 5. Tubulusginjal ... 15

Gambar 6. Nekrosispadatubulusginjal ... 15

Gambar 7. Diagram alirpenelitian ... 26

Gambar 8. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 0 jam/hariselama 21 hari ... 28

Gambar 9. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 4 jam/hariselama 21 hari ... 29

Gambar 10. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 8 jam/hariselama 21 hari ... 30

Gambar 11. Strukturhistopatologiginjalmencitjantan yang terpajanlampumerkuri 12 jam/hariselama 21 hari ... 31

(5)

DAFTAR ISI A. Waktudan Tempat Penelitian ... 17

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

1. Hewan Percobaan ... 17

2.Alat ... 18

3.Bahan... 18

C. Desain Penelitian ... 19

D. Pelaksanaan Penelitian ... 19

(6)

2.Penelitian Mencit (Mus musculus L.) ... 20

3.Nekropsidan Pengambilan Sampel Organ ... 21

4.Pembuatan Preparat Histologi Ginjal ... 23

5.Variabel ... 26

6.Pengolahan Data... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ... A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

(8)
(9)
(10)
(11)

Dengan segala rasa bersukur dan

kerendahan hati

Ku persembahkan sebuah karya kecil ini kepada orang-orang

disekitar ku. Kedua orang tua dan 5 adik-adik, para sahabat

terdekat dan seseorang yang akan mendampingi ku kelak.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talang Padang, kabupaten Tanggamus, Lampung pada tanggal 19 april 1989, putra pertama dari 6 bersaudara, pasangan dari Bapak Lukman Hz dan Ibu Enah.

Dalam perjalanan pendidikannya Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Banding Agung pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan sekolah lanjutan tingkat pertama di MTS Negeri Model Talang Padang. Pada tahun 2007 penulis

menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Talang Padang.

Selanjutnya pada tahun 2008 Penulis tercatat sebagai Mahasiswa di Jurusan Biologi fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Uniesitas Lampung melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi Penulis menjadi Ketua Umum terpilih Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Unila pada periode 2010- 2011.

(13)

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kerja Praktek di WCS (wildlife

Consevation Society) dan wilayah kerja di kawasan sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung Barat dengan judul ” Pengamatan Tempat Bertengger Kelelawar Buah di Perkebunan Kopi di Sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Sumatra”. Kerja praktek ini berkerjasama dengan Mr. Chun Chia Huang (joe) Ph.D Candidate from Texas Tech University.

(14)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT dengan segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu atau Sarjana dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul “HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI

CAHAYA LAMPU MERKURI”.

Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Hendri Busman, M. Biomed., selaku pembimbing I yang telah membimbing, menasehati, saran, kritik, serta kepercayaan bagi penulis. 2. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA

UNILA dan Pembimbing II yang telah memberikan saran serta masukan yang berarti kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., terimakasih atas saran dan kritik serta bersedia menjadi pembahas dalam penelitian ini.

4. Ibu Dra. Endah Setyaningrum. M.Biomed., selaku dosen pembimbing

akademik atas bimbingannya kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.

(15)

6. Orangtua tercinta, Ayah (Lukman Hz), Ibu (Enah), adik-adik tersayang (Rahman Hz, RohimMz, Rani Nurlatifah, Khairunnisa, dan Cyntia Zener) yang dengan sabar telah member semangat, nasehat,dan doa.

7. Bapak dan ibu Dosen serta segenap karyawan di Jurusan Biologi FMIPA Unila atas ilmu, bimbingan dan bantuannya kepad apenulis.

8. Destia Putri (ut), Irke Novaraini (irnong), dan Dewi selvia selaku Tim dalam penelitian ini.

9. Andesba, Febri, Feni, Muklis, Mustika, Mas Yanto, Suci, Pipin, Yuliani serta kawan-kawan di biologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang mana telah memberi senyum, tawa, dan dukungan moril kepada penulis.

10.Seluruh teman-teman angkatan 2008, Aji, Alan, Bona, Eka, Hapit, Novri, Nevi, Nando, Muchlis, Santi, Sari, Widia, Zahra, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan, kritik, canda tawa, dan kebersamaannya kepada penulis.

Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal atas segala budi baik yang telah diberikan. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kelak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia zaman sekarang hampir tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Teknologi dalam bentuk berbagai peralatan seperti :microwave oven, komputer, telepon, televisi, alat-alat kedokteran, mobil, lampu, dan benda-benda elektronik lain yang memancarkan gelombang elektromagnetik maupun elektrostatik yang dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis (Lim, 2008).

(17)

Menurut Valberg et al, (1997) para ilmuwan telah mencoba membuktikan pengaruh medan elektromagnetik sejak bertahun-tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat paparan medan elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain: darah, homeostatis,sistem reproduksi, sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem endokrin, psikologis, dan hipersensitivitas. Selain itu manifestasi dari hipersensitivitas dikenal pula dengan istilah electrical sensitivity, yang menggambarkan gangguan fisiologis berupa tanda dan gejala neurologis maupun kepekaan terhadap medan elektromagnetik, dengan gejala-gejala yang khas. Namun beberapa penelitian lain tidak dapat membuktikan adanya

korelasi tersebut (Siswono, 2005).

Ginjaladalahorganekskresipada vertebratayang berbentuk mirip

kacang.Sebagai bagian darisistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutamaurea) daridarahdanmengontrol keseimbangan asam basa melalui pengeluaran bersama denganairdalam bentuk urin.Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah (Guytonet al, 1997).

B. Tujuan

(18)

C. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta gambaran umum mengenai dampak yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh cahayalampu

merkuriterhadaphistopatologitubulus ginjal mencit secara umumnya.

D. Kerangka Pikir

Repacholi dan Greenebaum (1999) menyatakan bahwa medan

elektromagnetik telah digunakan sebagai alat yang berguna dalam diagnosis medis. Baru-baru ini, penggunaan medan elektromagnetik telah diperluas untuk tujuan terapeutik karena interaksi mereka dengan materi hidup menghasilkan efek yang memulai, mempercepat atau menghambat proses biologi.Frekuensi di bawah 300 Hz dikenal sebagai medan elektromagnetik frekuensi sangat rendah (ME-FSR) dan tidak memiliki cukup energi untuk memutuskan ikatan molekul, misalnya, mereka tidak menyebabkan kerusakan langsung pada sel.

(19)

Menurut Wisnu (2000) di dalam tubuh makhluk hidup sendiri terdapat medan listrik endogen yang mempunyai peranan komplek dalam mengontrol

mekanisme fisiologis tubuh,seperti : aktivitas saraf otot, sekresi kelenjar, fungsi membran sel, kerja hormon, dan enzim, perkembangan dan

pertumbuhan, serta perbaikan jaringan.Jika paparan medan dari luar memiliki intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi.Dengan adanya energi elektromagnetik yang lebih besar dari luar maka didugaakan mengganggu proses reabsorbsioleh tubulus proksimal seperti tansportaktif elektrochemical dari ion-ionNa+,K+,PO4, NO3-, glukosa, asetoasetat, vitamin-vitamin, dan asam amino.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu radiasi gelombang

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gelombang Elektromagnetik dan Masalahnya

Secara umum sistim peralatan elektronik, elektrik dan elektromekanik jumlahnya semakin lama semakin meningkat, terutama peralatan-peralatan yang menggunakan sistem digital modern seperti, Terrestrial Trunket Radio,

Global System for Mobile Communication (GSM), Personal Computer,

Digital Pager, radio genggam, telepon celluler dan peralatan Wireless, peralatan kedokteran elektronik, peralatan rumah tangga, lampu penerangan dan lain sebagainya, dimana peralatan tersebut membangkitkan gelombang elektromagnetik (Sulistyanto,2002).

(21)

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik pada Gambar 1 yang menunjukkan adanya gelombang sempit diantara cahaya

ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas).Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan.Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (UNEP, 2005).

Gambar 1. Radiasi elektromagnetik yang tampak(UNEP, 2005)

Spektrum gelombang elektromagnetik dibagi menjadi beberapa daerah. Pada spektrum gelombang dengan frekuensi 60 atau 50 Hz terdapat medan

(22)

ionisasi karena mereka mengionisasi molekul pada jalur yang dilalui. Pemaparan gelombang yang tidak terkendali dari radiasi ionisasi dalam jumlah besar diketahui sebagai penyebab penyakit dan bahkan kematian pada manusia. Efek biologis gelombang elektromagnetik RF non-ionisasi tidak diketahui dengan baik pada saat ini, walaupun telah dilakukan beberapa penelitian. Belum ditemukan bukti bahwa pemaparan terhadap gelombang elektromagnetik frekuensi rendah dari saluran transmisi akan menyebabkan beberapa penyakit (Sulistyanto,2009).

(23)

B. Lampu Merkuri

Lampu merkuri memiliki efikasiterendah dari keluarga HID (High intensity Discharge), penurunan lumen yang cepat, dan indeks perubahan warna yang

rendah.Tabung pemancar diisi dengan gas merkuri dan argon murni, sedangkan di bagian dalam dilapisi serbuk fluoresen (fosfor).Fungsi serbuk fluoresen adalah untuk merubah radiasi ultra violet menjadi cahaya

tampak.Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada

diluarnyayang diisi dengan nitrogen.Radiasi yang dipancarkan lampu merkuri antaralain sinar UV dan inframerah dapat dilihat pada Gambar 2 (UNEP, 2005).

Lampu merkuri blended merupakan kombinasi lampu pijar dengan lampu merkurifluoresen. Lampu pijar mengahsilkan warna kekuningan sedangkan yang dihasilkan lampu merkuri fluouresen cahayanya dominan ultra

(24)

rentang usia pemakaian yang lebih tinggi, sehingga biaya pemasangan awal yang lebih rendah (Siswono, 2008).

Gambar 2. Lampu merkuri dan diagram alir energinya (UNEP,2005).

C. Mencit (Mus musculus L.)

Menurut Arrington (1972) mencit termasuk ke dalam famili

(25)

Menurut Arrington (1972) berikut adalah klasifikasi mencit : Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Sub-Phyilum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus : Mus

Species : Mus musculus L.

Gambar 3. Morfologi mencit (Davis, 2009).

Berdasarkan sifat genetiknya terdapat tiga macam mencit (Malole dan Pramono, 1989):

1. Random breed mice yaitu mencit yang dikawinkan secara acak dengan mencit yang tidak ada hubungan keturunan.

(26)

3. F1-Hybrid yaitu mencit hasil perkawinan antara dua galur yang inbreed.

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa setelah dibudidayakan dan diseleksi selama puluhan tahun, sekarang mencit memiliki warna bulu dan galur dengan bobot badan yang bervariasi.Menurut Malole dan Pramono (1989) berdasarkan lingkungan hidupnya mencit dibagi dalam empat kategori:

1) Mencit bebas hama yaitu mencit yang bebas dari mikroorganisme yang dapat dideteksi.

2) Mencit yang hanya mengandung mikroorganisme tertentu. 3) Mencit yang bebas mikroorganisme patogen tertentu, dan

4) Mencit biasa yaitu mencit yang dipelihara tanpa perlakuan khusus.

(27)

keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih, kemampuan reproduksi tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan Pramono, 1989).

D. Ginjal

1. Struktur dan Fungsi Ginjal

Mamalia merupakan suatu organ yang komplek baik anatomi maupun fungsinya.Ukuran ginjal pada berbagai spesies ditentukan oleh jumlah nefron yang dimilikinya.Perubahan-perubahan pada ginjal dapat terjadi di dalam glomeruli, tubuli, jaringan interstisial dan pada pembuluh darah glomeruli lihat Gambar 4.Perubahan yang degenerasi pada tubuli yang sering terlihat adalah degenerasi granuler, degenerasi perlemakan, dan nekrosis sel-sel tubulus(Gunawijaya, 1994).

Salah satu fungsi ginjal yang pokok adalah mengsekresi atau

mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna.Selain itu ginjal juga berperanan dalam homeostasis tubuh.Menurut Ganong(1979) peranan ginjal homeostasis merupakan gabungan dari tiga proses, yaitu :

(1) Filtrasi plasma darah oleh glomerulus.

(28)

Gambar 4. Struktur ginjal mamalia (Kusumo, 2007).

Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal juga mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium (H3O) dan hidroksil (OHˉ). Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5

atau alkalis pada pH 8 (Taslim, 2008).

2. Strutur Histologi Ginjal

(29)

duktuli ginjal.Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, korpuskulus renal, tubulus kontortus distalis, segmen tipis, dan tebal ansa Henle, serta tubulus kolagens.Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian ditubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine.Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urin 1-2 liter.Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter (Purnomo, 2009).

a) Tubulus kontortus proksimal

Tubulus kontortus proksimalkebanyakan terdapat di bagian korteks ginjal.Mukosa tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel-sel epitel kubus selapis, brush border yang menghadap lumen dibentuk oleh mikrovili (Gambar 5).Sel epitel tubulus kontortus proksimal berfungsi untuk reabsorpsi.Tubulus proksimal merupakan bagian yang paling banyak mengalami kerusakan pada kasus nefrotoksik.Hal ini terjadi karena adanya akumulasi bahan-bahan toksik pada segmen ini, karakter tubulus proksimal yang memiliki epitel yang lemah dan mudah

bocor.Perbedaan transport segmental dari sitokrom P-450 dan konjugat sistein β-lyase juga turut berperan dalam meningkatkan kelemahan

(30)

pembengkakan sel-sel tubulus proksimal sehingga lumennya menyempit bahkan menghilang (Gambar 6).

Gambar 5.Mikrofotografi tubulusginjal(Anonim,2007).

Keterangan: DC : Tubulus distal, BB : Bursh border, PC : Tubulus proksimal

Gambar 6.Nekrosis pada tubulus proksimal mencit(Riezakirah, 2011).

b) Glomerulus

(31)

(korpus ginjal) korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler.Glomerulurus diatur oleh arteriol eferen (Eroschenko, 2003).

c) Tubulus Kontortus Distal

(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu danTempat Penelitian

Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan perlakuan hewan uji,

sedangkan pembuatan preparat histopatologi ginjal dilaksanakan di Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung.Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai November 2012.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Hewan Pecobaan

Penelitian ini menggunakan obyek penelitian berupa mencit jantan(inbreed mice) dengan berat rata-rata 30-35 gram (dewasa

normal).Dua puluh ekor mencit (Mus musculus L) jantan dewasa diperoleh dari Bagian BreedingBPPV Regional III Bandar Lampung berumur

(33)

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kandang kayu standar untuk tikus yang tutup logamnya telah diganti dengan bahan dari plastik untuk menghindari interferensi gelombang radiasi. Kandang berbentuk kotak berukuran 22 x 15 x 6 cm sebanyak 20 kandang yang mana dimensinya diatur agar radiasi cahaya lampu merkuri dapat menyebar secara merata di dalam kandang. Lampu merkuri 160 watt (intensitas 1900 lux di dalam kandang) dan isolatornya, alat ukur intensitas sinar UV (luxmeter), gelas kimia, temometer, timbangan mencit, kotak mencit, papan fiksasi, makanan mencit, botol minuman mencit dengan pipa aluminium, lampu merkuri low pressure dengan tegangan 160 watt, alat bedah minor, kaca penutup (cover glass), object glass, stopwatch, dan mikroskop.

3. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu organ ginjal mencit jantan, aluminium foil, xylol, paraffin, aquades, alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol 96%, alkohol absolut, eosin, pewarna

(34)

C. Desain Penelitian

Untuk mendapatkan informasi pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik dari lampu merkuri terhadap mencit digunakan eksperimen.Perlakuannya adalah pemajanan dengan lampu merkuri yang terdiri dari 5 taraf yaitu 0 jam/hari, 4 jam/hari,8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari selama 21 hari. Menurut Supranto (2000) untuk penelitian eksperimen secara sederhana dapat dirumuskan:

atau

dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah replikasi

Maka dalam 5 buah perlakuan, jumlah ulangan untuk tiap perlakuan dapat dihitung:

5(r-1) ≥15 (5r-5) ≥ 15 5r ≥ 20

r ≥ 4

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lampu Merkuri dan Isolatornya

Daya lampu merkuri 160 watt(setara dengan 1950 lux di dalam

(35)

4jam/hari, 8jam/hari, 12jam/hari, dan 16jam/hari. Untuk mencegah interferensi dari sumber cahaya yang lain, maka digunakan kandang atau isolator yang berbentuk persegi panjang berukuran 22 x 15 x 6cm dan terbuat dari kayu dengan tebal 3 cm.

2. Hewan Percobaan Mencit (Mus musculus L.)

Mencit yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 20 ekor dengan berat rata-rata 30 - 35 gram dengan usia 3 - 4 bulan (dewasa normal). Mencit ini diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. Diberi makan pelet komersial tikus atau hewan pengerat dan minum (Air PAM) disuplai secara belebih, serta ditempatkan dalam lingkungan yang terkendali (24 jam siklus gelap / sedikit interfrensi cahaya), suhu kamar dibiarkan secara alamiah dan kelembaban dibiarkan pada kisaran alamiah. Desain penelitian ini

merupakan hasil modifikasi prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh Fidan et al., (2008) dan merupakan jenis penelitian eksperimental dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

Penelitian ini menggunakan pajanan gelombang elektromagnetik berupa cahaya tampak yang dihasilkan oleh radiasi lampu merkuri sebagai bentuk perlakuanterhadap objek penelitian. Adapun cara pajanan radiasi cahaya lampu merkuriadalah sebagai berikut :

(36)

2. Mencit ditempatkan pada ruangan fiksasi dan dilakukan

pencahayaan dengan lampu merkuri yang diletakkan pada jarak 1,5 meter dari mencit.

3. Duapuluh ekor mencit jantan dewasa dibagi ke dalam

limakelompok yang masing-masing terdiri dari empat ekor mencit. Ke-lima kelompok tersebut meliputi :

1. Kelompok kontrol : tidak dipajankan terhadap gelombang elektromagnetikdari lampu merkuri.

2. Kelompok intensitas I: dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 4jam/hari selama 21 hari.

3. Kelompok intensitas II: dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 8jam/hari selama 21hari.

4. Kelompok intensitas II : dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 12jam/hari perhari selama 21 hari.

5. Kelompok intensitas III :dipajankan terhadap lampu merkuri dengan intensitas 16jam/hari selama 21 hari.

3. Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ

Setelah masa perlakuan berakhir, mencit-mencit ini kemudian dibunuh dengan cara dislokasi leher. Kemudian dilakukan nekropsi untuk

(37)

yang telah dinekropsi diambil bagian ginjalnya, kemudian diawetkan di dalam larutan formalin 10%. Setelah larutan berpenetrasi sempurna ke dalam organ, langkah selanjutnya adalah grossing (memilih bagian dari organ yang akan dijadikan sediaan histopatologi) kurang lebih dengan pemotongan setebal 0,5 cm (Samkhan dan Sri, 2006).

4. Pembuatan Preparat Histopatologi Ginjal

Menurut Wararindi (2011)pembuatan preparat organ ginjal meliputi

fiksasi, washing, dehidrasi, clearing, impregnasi, embliding, cutting, staining dan mounting.

1. Fiksasi

Fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk mempertahankan elemen -elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak

mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.Larutan ini dinamakan Bouins, larutan ini berfungsi sebagai larutan fiksatif karena

kemampuannya membuat jaringan mudah menyerap warna.Ginjal diambil lalu dipotong melintang dengan ukuran ±50mm. Potongan Organ tersebut dimasukkan ke dalam botol yang berisi larutan Bouins dan didiamkan selama ± 24jam.

2. Washing

Washing adalah proses pencucian untuk menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan. Dalam proses washing diusahakan tidak terdapat

(38)

ini akan menjadi penghalang untuk proses selanjutnya. Fiksatif menggunakan Bouins, maka setelah kurang lebih 24 jam difiksasi kemudian dilakukan pencucian menggunakan alkohol 70% yang diganti berkali-kali hingga warna kuning hilang.

3. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari dalam jaringan. Tujuan dari dehidrasi adalah agar seluruh ruang-ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi dengan molekul parafin.Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dari persentase rendah ke persentase tinggi (70%, 80%, 96%) masing-masing 2 x 15 menit.Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan tiba-tiba pada sel dan jaringan.

4. Clearing

Clearing adalah proses penjernihan atau mentransparankan jaringan.

Clearing berfungsi untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan agar dapat digantikan oleh molekul parafin. Clearing

menggunakan xilen dengan membenamkan jaringan pada larutan tersebut selama 2 x 15 menit.

5. Impregnasi

(39)

pertama berisi parafin cair dan xilen, wadah ke dua berisi parafin cair tanpa xilene, dan wadah ke tiga berisi parafin cair murni. Masing-masing 1 x 15 menit.

6. Embedding

Proses penanaman jaringan ke dalam media parafin. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam melakukan proses pemotongan atau pengirisan sampel. Dilakukan dengan mengeluarkan jaringan yang sudah diimpregnasi dari moldtray, kemudian menanamnya ke dalam lempengan blok yang berisi parafin cair.Setelah itu tutup dengan menggunakan casette and deckel lalu didinginkan pada cold plate.

7. Cutting

Proses pemotongan atau pengirisan jaringan dengan menggunakan mikrotom.Sampel yang dipotong tebalnya sekitar 5 – 7 mikron. Pemotongan akan berhasil jika pisau tidak tumpul, tidak berkarat, dan tidak terdapat sisa-sisa parafin dari hasil pemotongan sebelumnya dan posisi sampel lurus dan baik. Suhu pisau dan suhu sampel serta suhu ruangan harus sama agar sampel tidak patah atau terpotong-potong saat pengirisan.

8. Staining

(40)

rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar zat warna ke jaringan. Selanjutnya proses infiltrasi zat warna.Menggunakan HE (Haematoxilin)dan eosin untuk mewarnai sitoplasma dan Eosin untuk mewarnai inti sel.Lalu dehidrasi kembali yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada jaringan karena mengakibatkan terjadinya pembusukan.Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit preparat dikeringkan dan ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass.Kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x.

5. Variabel Pengamatan

Variabel yang diteliti dibedakan kedalam dua kategori, variabel pertama yaitu variabel bebas atauindependent variable dimana pemberian

pemajanan dengan perlakuan 0 jam/hari (sebagai kontrol), 4jam/hari. 8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari selama 21 hari sebagai variabel bebas. Variabel yang kedua yaitu variabel terikat (dependent variable) yaitu kerusakan yang terjadi pada histopatologi tubulus ginjal mencit jantan.

6. Pengolahan data

(41)

Gambar 7. Diagram alir penelitian Pembuatan Proposal Penelitian

Persiapan lampu Merkuri dan Isolatornya

Aklimatisasi mencit selama 7 hari Tahap Persiapan

Pelaksanaan Penelitian Pemberian pajanan gelombang

elektromagnetik dengan intensitas 0,4,8,12,16 jam/hari

selama 21 Hari.

Pembedahan dan pembuatan Preparat Ginjal

Pengamatan Preparat dengan Mikroskop

(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap struktur histopatologi ginjal mencit jantan yang terpajan lampu merkuri dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada tubulus ginjal mencit terjadikerusakan berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. 2. Kerusakan tubulus yang mencakup seluruh kerusakan tersebut terjadi

pada pemajanan 12 dan 16 jam/hari selama 21 hari.

B. Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, N.A.G. 1987. Ion Platting Technology : Development and Applications. John Wiley&Sons : New York

Anonim. 2007. [cited 2010 Feb 23]. Available from:

http://www.medicalhistology.us/twiki/pub/Main/ChapterSeventeenSlides/b 68proximal_convoluted_tubule_kidney_40x_pas_labeled.jpg Di akses 10Agustus 2012

Arrington, L. R. 1972.Introductory Laboratory Animal.The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science.The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.

Baffai, U. 2003. Pengaruh Pemaparan Medan Listrik Terhadap Perilaku Mencit.

Buletin Utama UISU, Terakreditasi, No.52/dikti/kep/2002, ISSN. 1410-4520, V 01. 7.

Boag. 1975.The time scale of effect in radiation biology. In : Steel GG. Basic clinical radiobiology. 2nd edition. Oxford university : London.

Cameron, R. J. 2006. Fisika Kedokteran : Fisika Tubuh Manusia. Sagung Seto :Jakarta.

Davis, L. 2009. Morfologi Mencit. http://io9.com/5417326/mice-with-two-mothers-and-no-father-live-longer.Diakses juni 2012

Eroschenko, P. V. 2003. Atlas histology di fiore dengan korelasi fungsional.Ed.9.EGC : Jakarta: 249-261

Fidan, A.F., H. Enginar, I.H. Cigerci,S.E. Korcan, A. Ozdemir. 2008. The radioprotective potensial of spinacia aleracia and aasculuc

hippocastannum againts ionizing radiation with their antioxidant and antimicrobial properties. Journal of Animal and Veterinary Advances 7:1582-1536.

Ganong, W.F., 1979. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, CV. E. G. C. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.

(44)

Guyton, M.D., Arthur., E.H. John. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC.Edisi 9. Kusumo, R. 2007. Struktur Ginjal

Mamalia.

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/. Diakses tanggal 25 Juli 2012

Lim, F. 2008. Filsafat teknologi / Don Ihde tentang dunia, manusia dan alat.

Kanisius : Yogyakarta. ISBN/ISSN 978-979-21-1909-1

Malole, M. B. M. dan C. S. Pramono.1989.Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universita Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Sudoyo A.W., B. Setiyohadi, I .Alwi, K MS, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI : Jakarta.

Purnomo, B. 2009.Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto : Jakarta.

Repacholi MH.,Greenebaum. 1999. Interaction of static and extremely low frequency electric and magnetic fields with living systems: health effects and research needs. BioelectromagneticsVolume 20, Issue 3, pages 133– 160, 1999 :Wiley Online Library. Available

inhttp://onlinelibrary.wiley.com/

Robbins, S. L dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Universitas Airlangga: Jakarta.

Rinawati, W. dan Aulia, D. 2011.Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1) sebagai Penanda Baru Nekrosis Tubular Akut.Departemen Patologi Klinik,

RSUPN Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Riezakirah. 2011. Tubular Nekrosis Akut.

http://riezakirah.wordpress.com/2011/01/06/tubular-nekrosis-akut/.html Diakses tanggal 10 agustus 2012

Samkhan dan S. Niati. 2006. Tata Cara Penanganan Dan Pengirimam Contoh ke Laboratorium. Dalam : Bultin Laboratorium Veteriner.. Vol : 6 No:3. Edisi Tahun : September 2003. ISSN : 0853-7968. Available in http://itp08ub.files.wordpress.com/2012/01/pedoman-kode-etik-hewan-coba.doc

Siswono, 2005.Gangguan Kesehatan akibat Radiasi Elektromagnetik,

(45)

http://mahardikaholic.files.wordpress.com/2009/12/efek-radiasi-gelombang-elektromagnetik-pada-ponsel.pdf

Siswono, 2008.Teknik listrik industri jilid 1 untuk smk. DEPDIKBUD Dimenjur : Jakarta.

Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo.1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Sukandar, E. 1997.Nefrologi klinik.Edisi 2.ITB : Bandung.

Sulistyanto, H. 2002.Efek Interferensi Medan Elektromagnetis terhadap Lingkungan. JURNAL TEKNIK ELEKTRO EMITOR Vol. 2, No. 2, September 2002. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available inhttp://eprints.ums.ac.id/822/1/Emitor_HNS_EfekInterferensiME.pdf Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Swamardika, A.I.B. 2009.Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran : Bali. Available in http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17.pdf Taslim, A. 2008.Kesehatan Ginjal. www.sekbertal.org. Diakses pada tanggal 2

Agustus 2012

Tien, K. 2011. Bahaya Radiasi HP. Available in

http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/BahayaRadiasiHPTienKart ina_11976.pdf

UNEP, 2005.Best Practice Manual – Lighting. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20% 20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20Indone si.pdf

USEPA, 1999.EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and Oxidants, pp.8-2.Center for Environmental ResearchInformation, Cincinati, OH.

Valberg, V. A., R. Kavet, and C. N. Rafferty. 1997.Can Low Level 50/60 Hz Electric and Magnetic Field Cause Biological Effects Radiation Reaserc

(46)

http://www.scribd.com/doc/37531663/Can-Low-Level-50-60-Hz-Electric-and-Magnetic-Fields-Cause-Biological-Effects. Diakses 10 juni 2012

Wararindi. 2011.Membuat Preparat

Organ .http://wararindi.wordpress.com/2011/06/07/membuat-preparat-organ/.Diakses; Sabtu, 2 Juni 2012.

Wisnu, A.W. 2000. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Jurnal Elektro Indonesia no 3 th

2000.http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html.Diakses 19 juli 2012.

Yunarti. 2007. Pengaruh Pholiphenols Teh Hijau Terhadap Kapasitas Produksi

TNF-α Oleh Sel Mononuklear Darah Tepi Pada Penderita Karsinoma

Gambar

Gambar 1. Radiasi elektromagnetik yang tampak(UNEP, 2005)
Gambar 2. Lampu merkuri dan diagram alir energinya (UNEP,2005).
Gambar 3. Morfologi mencit (Davis, 2009).
Gambar 4. Struktur ginjal mamalia (Kusumo, 2007).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara matematis, gradien dari dua fungsi variabel (fungsi intensitas citra) pada setiap titik adalah vektor 2 dimensi dengan komponen-komponen yang didapat dari

Skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis secara

Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan isolasi senyawa etil para-metoksi sinamat (EPMS) dari rimpang kencur, selanjutnya dipelajari reaksi perubahan senyawa

Data Hasil Pengamatan Aktivitas Analisis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (%) ... Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Nilai Posttest pada Kelas Eksperimen

Lembaga Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK negeri 2 Purworejo ini dipimpin oleh seorang Ketua yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Sekolah. Langkah-langkah

Pada tahap studi pustaka ini mencari teori yang dapat digunakan sebagai landasan teori / kerangka dalam penelitian seperti teori web responsive, QR Code, jurnal

Dengan pengesahan fatwa tersebut maka penyelenggaraan perdagangan Efek di BEI telah memiliki dasar atau hukum fikih yang kuat bahwa mekanisme lelang berkelanjutan

Alhamdulillaah, berkat rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, ”Ruang Barisan Konvergen dan Terbatas yang Dibangun