IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI POLA KOKOK
PADA AYAM PELIHARA BERDASARKAN
PENDEKATAN BIOAKUSTIK
SKRIPSI
Oleh:
ANDIKA VERDIAN GINTING 100306029
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI POLA KOKOK
PADA AYAM PELIHARA BERDASARKAN
PENDEKATAN BIOAKUSTIK
SKRIPSIOleh:
ANDIKA VERDIAN GINTING 100306029/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanan
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Berdasarkan Pendekatan Bioakustik
Nama : Andika Verdian Ginting
NIM : 100306029
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Hamdan , SPt., MSi Ir. Tri Hesti Wahyuni., Msc
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014 : “Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Melalui Pendekatan Bioakustik ”. Dibimbing oleh HAMDAN dan TRI HESTI WAHYUNI.
Penelitian ini bertujuan untuk yaitu untuk memperoleh data dasar karakteristik suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan pola bioakustik pada kokok ayam. Penelitian dilaksanakan di Ai Martubung Farm Kelurahan Martubung Bulan Juni sampai dengan September 2014. Analisis Data Penelitian ini menggunakan Aplikasi Sound Forge Xp 10. Penelitian ini menggunakan 11 jenis Ayam Jantan dewasa yaitu Ayam Bangkok, Birma, Hutan, Kampung, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon dan Suratani dengan masing-masing jenis terdiri dari 2 ekor dengan total jumlah 22 ekor Paramater yang diamati adalah Jumlah suku kata kokok, durasi kokok, Freuensi gelombang dan frekuensi berkokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam kampung memiliki durasi kokok terpanjang dengan durasi kokok 3,659 detik dan durasi yang tercepat adalah ayam Magon dengan durasi kokok 1,326 detik. Hasil analisis untuk Jumlah suku kata kokok menunjukkan 10 jenis ayam memiliki 4 suku kata kokok dan 1 jenis memiliki 3 suku kata. Hasil analisis suara untuk frekuensi berkokok menunjukkan ayam kampung memiliki frekuensi berkokok terbanyak dengan 17 kali kokok .
ABSTRACT
ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014:’’Identification and Characterization of crowing Pattern Approach to Keep Chickens In Bioacoustic’’. Guided by
HAMDAN and TRI HESTI WAHYUNI.
The aim of this study is to obtain data for the basic characteristics of the crowing sound, crowing sound analysis and bioacoustic patterns on the crowing of the cock. The experiment was conducted in Ai Martubung Farm Village Martubung on June to September 2014. This study uses Data Analysis Applications Sound Forge Xp 10. This study uses 11 types of the adult Roosters Chicken Bangkok, Burma, Junglefowl, Local, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon and Suratani where each type is consisting of 2 head with a total number are 22 head Parameters measured were number of syllables crowing, crowing duration, wave frequency and frequency of crowing.
The results showed that the chicken had the longest duration of crowing crowing 3,659 seconds in which the fastest crowing is Magon 1,326 seconds. The results of the analysis for the number of syllables crowing shows 10 types of chicken has 4 syllables crowing and 1 type has 3 syllables. The results of the analysis of the frequency of crowing sound is indicate that the frequency range at local chicken has the most frequency is 17 times of crowing.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 2 Juni 1992 dari ayah
Thomas Ginting dan ibu Listina Elviana br. Surbakti. Penulis merupakan Putra
kedua dari 5 bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 15 Medan dan pada tahun yang sama
masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui ujian tertulis
Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET), anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan
(IMAKRIP) dan anggota Kelompok Kecil ( KK) UKM KMK USU .
Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Mabar Feed
Indonesia divisi Layer farm di Desa Gunung Tinggi Kabupaten Deli Serdang tahun
2012. Penulis melaksanakan penelitian di Kelurahan Martubung ( Ai Farm)
dilaksanakan selama 9 minggu dimulai dari tanggal 3 Juni sampai 16 September
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara
Berdasarkan Pendekatan Bioakustik”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada orang tua
penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Hamdan dan Ibu Tri Hesti
Wahyuni selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua civitas
akademika di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak
dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi dan Bapak Syarul Pelatih Ayam Petarung di Ai Farm yang telah membantu
penulis penelitian di Peternakan Ai Farm Martubung.
DAFTAR ISI
Karakteristik dan Keistimewaan Ayam ... 7
Kajian Bioakustik pada Tipe Ayam Penyanyi ... 11
Organ Penghasil Suara pada Unggas ... 11
Fungsi Suara pada Unggas ... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Gambaran Umum tentang Sound Forge xp 10 ... 15
Deskripsi tentang Sony ICD-PX333M ... 15
Metode Penelitian ... 16
Parameter yang Diamati ... 17
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Pengumpulan Data ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Berbagai Jenis Suara Kokok Ayam ... 19
Jumlah Suku Kata Kokok ... 20
Durasi Kokok ... 22
Frekuensi Gelombang Kokok ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Gambar Sistem Pernapasan Unggas ... 12
2. Deskripsi Sony ICD-PX333M ... 15
3. Tampilan Umum Sony Sound Forge xp 10 ... 16
4. Wafe Form Jumlah Suku Kata Kokok ... 21
5. Wafe Form Frekuensi Gelombang Kokok ... 23
ABSTRAK
ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014 : “Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Melalui Pendekatan Bioakustik ”. Dibimbing oleh HAMDAN dan TRI HESTI WAHYUNI.
Penelitian ini bertujuan untuk yaitu untuk memperoleh data dasar karakteristik suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan pola bioakustik pada kokok ayam. Penelitian dilaksanakan di Ai Martubung Farm Kelurahan Martubung Bulan Juni sampai dengan September 2014. Analisis Data Penelitian ini menggunakan Aplikasi Sound Forge Xp 10. Penelitian ini menggunakan 11 jenis Ayam Jantan dewasa yaitu Ayam Bangkok, Birma, Hutan, Kampung, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon dan Suratani dengan masing-masing jenis terdiri dari 2 ekor dengan total jumlah 22 ekor Paramater yang diamati adalah Jumlah suku kata kokok, durasi kokok, Freuensi gelombang dan frekuensi berkokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam kampung memiliki durasi kokok terpanjang dengan durasi kokok 3,659 detik dan durasi yang tercepat adalah ayam Magon dengan durasi kokok 1,326 detik. Hasil analisis untuk Jumlah suku kata kokok menunjukkan 10 jenis ayam memiliki 4 suku kata kokok dan 1 jenis memiliki 3 suku kata. Hasil analisis suara untuk frekuensi berkokok menunjukkan ayam kampung memiliki frekuensi berkokok terbanyak dengan 17 kali kokok .
ABSTRACT
ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014:’’Identification and Characterization of crowing Pattern Approach to Keep Chickens In Bioacoustic’’. Guided by
HAMDAN and TRI HESTI WAHYUNI.
The aim of this study is to obtain data for the basic characteristics of the crowing sound, crowing sound analysis and bioacoustic patterns on the crowing of the cock. The experiment was conducted in Ai Martubung Farm Village Martubung on June to September 2014. This study uses Data Analysis Applications Sound Forge Xp 10. This study uses 11 types of the adult Roosters Chicken Bangkok, Burma, Junglefowl, Local, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon and Suratani where each type is consisting of 2 head with a total number are 22 head Parameters measured were number of syllables crowing, crowing duration, wave frequency and frequency of crowing.
The results showed that the chicken had the longest duration of crowing crowing 3,659 seconds in which the fastest crowing is Magon 1,326 seconds. The results of the analysis for the number of syllables crowing shows 10 types of chicken has 4 syllables crowing and 1 type has 3 syllables. The results of the analysis of the frequency of crowing sound is indicate that the frequency range at local chicken has the most frequency is 17 times of crowing.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam pelihara merupakan ayam hasil domestikasi dari ayam liar menjadi
ayam yang dijinakkan dan dipelihara. Ayam pelihara di Indonesia ada yang
diproduksi masyarakat untuk petelur dan pedaging namun ada juga beberapa
bangsa ayam dipelihara untuk kesenangan atau hobi. Ayam tersebut dipelihara
untuk kesenangan manusia seperti menimakti kemerduan suara, keunikan bentuk
tubuhnya untuk menghilangkan stress dan menyalurkan hobi.
Di Indonesia, Saat ini, suara telah menjadi komoditas ekonomi.
Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call ( suara panggilan) dan song (suara nyanyian). Tipe suara call digunakan dalam berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat adanya musuh (respon predator) atau
adanya gangguan, saat terkejut dan ketika menemukan makanan. Tipe suara song
merupakan tipe suara sebagai pernyataan wilayah kekuasaan (territorial declare)
dan sebagai atraksi memikat unggas betina yang akan dikawini. Tipe suara call
terdapat pada unggas jantan dan betina, sedangkan tipe song hanya pada unggas jantan. Selain itu, suara dijadikan sebagai indikator kesejahteraan hewan, ekspresi
emosional dan status fisiologi hewan.
Suara dapat pula dijadikan sebagai penanda individu, karena setiap individu
mempunyai karakteristik suara spesifik. Tidak satupun orang atau hewan yang
mempunyai suara persis sama, perbedaan frekuensi dan amplitudo, baik antar
individu maupun antar spesies. Suara kokok pada ayam jantan merupakan salah
satu potensi yang bernilai ekonomi. Ayam jantan yang memiliki suara kokok
yang menang kontes memiliki harga 50 kali lebih tinggi dari ayam jantan yang
berkokok tidak merdu( Rusfidra, 2004)
Perekaman suara kokok ayam dilakukan untuk mengetahui ciri dari ayam
tipe song atau tipe call . Sound forge pro 10 atau sound forge pro 11 merupakan
suatu perangkat lunak komputer yang digunakan untuk memproses dan
menganalisa suara dan biasanya digunakan untuk proses penyuntingan musik.
Oleh karena itu untuk mengetahui ciri khas dari setiap suara kokok dari
berbagai bangsa ayam maka dilakukannya analisis tentang suara kokok dari setiap
bangsa ayam tersebut dan mengetahui makna dari suara kokok tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data dasar karakteristik
suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan pola bioakustik pada kokok
ayam.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai informasi dasar dalam
penyeleksian bangsa ayam berdasarkan penentuan suara dan penyusunan kebijakan
TINJAUAN PUSTAKA
Mengenal Ayam PeliharaSejarah dan klasifikasi ayam menurut sejarahnya, ayam jinak yang
dipelihara manusia sekarang adalah berasal dari ayam liar. Keturunan ayam yang
telah menjadi jinak kemudian disilangkan atau dikawinkan oleh manusia. Konon,
menurut teorinya, ayam liar ini adalah ayam hutan atau Gallus gallus. Hirarki klasifikasi ayam menurut Rose (2001) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Spesies : Gallus gallus domestica sp
Tipe-tipe ayam pelihara
1.Tipe ayam petelur
Ayam Buras petelur adalah ayam-ayam Buras betina yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Umumnya produksi telur ayam Buras tidak
sebanding dengan produksi telur ayam Ras. Beberapa ayam Buras yang memiliki
produksi 5 telur tinggi diantaranya yaitu ayam Arab 190-250 butir/tahun, ayam
2. Tipe Ayam Pedaging
Tipe pedaging pada ayam Buras dapat diketahui dari kemampuan ayam
tersebut mengonversi pakan menjadi daging. Beberapa ayam Buras penghasil
daging yaitu ayam Nunukan, ayam Pelung, dan ayam Bangkok (Jatmiko, 2001).
3 Tipe Penyanyi / Suara
Ayam lokal yang potensial sebagai ayam penyanyi adalah ayam Pelung,
ayam Kokok Balenggek, dan ayam Bekisar. Ke-3 bangsa ayam lokal tersebut
memiliki suara kokok merdu, enak didengar, dan masing-masing memiliki ciri khas
yang berbeda satu sama lainnya.
a. Ayam Kokok Balenggek (AKB)
Ayam Kokok Balenggek (AKB) merupakan ayam penyanyi yang berasal
dari Sumatera Barat. Populasi AKB berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan
Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
AKB merupakan hasil persilangan antara ayam hutan merah (Gallus gallus) dengan ayam buras (Gallus domesticus). Menurut legenda dan cerita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dari Kecamatan Payung Sakaki
Kabupaten Solok, AKB merupakan turunan dari ayam yang menjadi binatang
kesayangan anak Nagari pada zaman kerajaan Minangkabau dahulu. Kini AKB
sudah dipelihara oleh masyarakat di luar habitatnya di Kecamatan Payung Sakaki
Kabupaten Solok dan menyebar ke berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat,
bahkan sudah banyak yang dipelihara ke luar provinsi Sumatera barat. Pada
yang-diperlakukan secara khusus seperti hewan kesayangan lainnya (Rusfidra, 2005).
Berdasarkan ukuran tubuhnya AKB dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu a) AKB yang berukuran besar dan penduduk di lokasi habitat aslinya
menyebut sebagai ayam Gadang, b) ayam Ratiah yaitu ayam yang berukuran lebih
kecil. Untuk memperkenalkan AKB kemasyarakat di luar Sumatera Barat, ayam ini
biasanya juga dibawa sebagai materi/produk unggulan di bidang peternakan
Sumatera Barat dalam berbagai kesempatan yang dilaksanakan secara nasional
seperti di Jakarta dan tempat-tempat lainnya.
Karakteristik khas AKB adalah suara kokoknya yang bertingkat-tingkat,
bersusun-susun dari 3-21 suku kata atau lebih. Pengelompokan suku kata kokok
AKB menjadi tiga bagian, yaitu kokok depan, kokok tengah dan kokok belakang.
Kokok depan dimulai dari suku kata pertama, kokok tengah terdiri dari suku kata
kokok kedua dan ketiga, dan kokok belakang dihitung dari suku kata keempat
sampai suku kata terakhir. Kokok bagian belakang disebut lenggek kokok
(Rusfidra, 2005).
b. Ayam Pelung.
Ayam Pelung berasal dari Kecamatan Warungkondang, Kab. Cianjur.
Ayam jenis ini mulai dipelihara dan dikembangkan tahun 1850 oleh para
bangsawan dan ulama. Berdasarkan penelusuran ilmiah, ayam Pelung diduga
merupakan turunan ayam hutan merah yang terdapat di Pulau Jawa. Hal ini
kemudian diperkuat oleh riset molekuler yang dilaporkan oleh Fumihito. et.,all.
(2003) yang menyatakan bahwa ayam domestik yang berkembang sekarang di
Dengan semakin bertambahnya penggemar ayam Pelung maka
penyebarannya pun semakin meluas ke berbagai daerah sekitar Bandung, Bogor,
Sukabumi, dan daerah lainnya. Kontes ayam pelung juga semakin marak diadakan
baik oleh institusi pemerintah maupun inisiatif perhimpunan penggemar ayam
pelung (Achmad, 2005).
Ayam Pelung memiliki suara kokok merdu. Suara kokoknya sangat khas,
mengalun panjang, besar, dan mendayu-dayu. Durasi kokok ayam Pelung cukup
panjang, dapat mencapai waktu 10 detik bahkan lebih. Dengan kemampuan durasi
kokok yang panjang ayam Pelung dapat dikelompokkan kedalam ayam berkokok
panjang (long crow fowl) (Achmad, 2005).
c. Ayam Bekisar
Ayam Bekisar adalah hasil perkawinan antara ayam hutan hijau jantan
(Gallus varius) dan ayam kampung/ayam buras betina (Gallus gallus domesticus). Ciri-ciri khusus dari ayam Bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher
yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip (Fumihito, Miyake, Takada, Shingu and
Endo, 1994).
Menurut Sarwono (1995) Ayam Bekisar memiliki suara kokok melengking
dan sangat keras, bahkan suara kokoknya masih dapat terdengar sejauh 1 mil.
Ayam Bekisar biasanya memiliki suara kokok berirama, lurus, dan panjang.
Kokoknya terdiri atas dua bagian, yaitu kokok depan dan 8 belakang. Suara depan
memiliki nada rendah, besar, tebal, panjang, dan bersih, sedangkan kokok belakang
Karakteristik berbagai jenis ayam pelihara
1.Ayam Kampung
Ayam Kampung atau ayam lokal khas Indonesia memiliki beragam
jenisnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan keunggulan yang berbeda-beda.
Misalnya saja dari warna bulu yang indah, pertumbuhan yang pesat, kokok yang
merdu dan unik, penghasil telur yang bagus dan lain sebagainya. Sesungguhnya
dengan kekayaan hayati tersebut. Indonesia bisa menjadi penghasil bibit ayam yang
baik dengan melakukan pemuliaan bibit ayam kampung dengan kekayaan alam
yang dimiliki tersebut.
2.Ayam Bangkok
Ayam Bangkok atau ayam Siam yang berasal dari Bangkok merupakan
ayam aduan hasil persilangan. Untuk mengetahui cirri khas dari ayam Bangkok
tersebut dapat dari bentuk tubuh dan kokoknya yaitu 1. Suara kokok ayam keras
dan pendek. 2. Badan panjang, tulangan kasar dan kaku.
3. Pada pangkal paha belakang, terdapat bulu yang memiliki warna yang sama
dengan leher, bahu dan punggung.
3.Ayam Birma
Ayam Birma merupakan ayam aduan yang berasal dari Burma/Myanmar.
Ayam Birma/Burma merupakan ayam aduan, sekilas ayam birma terlihat mirip
dengan ayam kampung , namun terdapat perbedaan antara ayam kampung dengan
ayam birma. Ciri khas dari ayam birma adalah Ayam birma umumnya bertulang
kecil. Tulang kecil ini adalah kelemahan dari ayam birma. Sehingga ayam birma
yang baik untuk aduan adalah setelah berusia 12-15 bulan, menunggu tulangnya
line). Bentuk jengger biasanya seperti bantam ular, atau seperti cabe rawit, atau
seperti tanduk ular mata melotot. Bulu sayap tebal dan panjang Sisik kecil dan full,
menunjukkan ayam tersebut memukul dengan akurat Taji mengirim (Spurs sent)
kuping di bagian telinga putih (tanda ayam tersebut tergolong ayam hutan
liar/ayam kampung). Jenis suara kokok pada ayam birma adalah pendek dan keras
mirip dengan kokok ayam Bangkok ( Rahayu, dkk., 2002)
4.Ayam Serama
Ayam Serama memiliki badan yang mungil sekali, beratnya tidak sampai
500 gram atau setengah kilo, tinggi ayam serama kurang lebih hanya sejengkal
tangan orang dewasa, kaki ayam pendek dan tidak berbulu. Pialnya berbentuk
tunggal atau single berwarna merah darah tunggal dan si Jantan memiliki pial yang
lebih besar daripada yang betina. Jenggernya juga mengantung dua dibawah, pada
gelambir telinganya terkadang ada warna putih. Ayam Serama tegak dan
kadang-kadang badannya seperti tegak lurus karena jarak antara leher dan ekor sangat
sempit. Ayam Serama biasanya berkokok dalam nada "kok..kok..kok..kiok.."
dengan bunyi hujungnya yang pendek manakala Ayam Kapan
"kok..kok..kok..kooooooooook" dengan ujungnya yang panjang.
5.Ayam Kate
Ayam kate merupakan salah satu jenis ayam hias. Ayam kate sangat
digemari karena ukurannya yang mini, bentuk fisik yang menarik dan suara yang
merdu. Ayam kate menjadi sangat populer sebagai hewan peliharaan dari jenis
ayam. Maklum, bentuknya yang unik dan perilakunya yang jenaka telah memikat
6. Ayam Birma-Saigon ( Magon )
Ayam Magon adalah silangan ayam Birma dengan ayam Saigon (vietnam).
Size & rangka tulang kasar besar berat bisa mencapai 3,0 Kg hingga 4,0 Kg, Berbulu lebat & biasanya berwarna gelap kurang menarik (jalak,kelabu,merah
coklat,hitam) Kaki besar merit kering bulat berwarna gelap (biru,hitam,kuning
coklat) Gaya bertarung adalah sedikit lambat seperti ayam Saigon adalah ada
tempel kiri kanan memancing lock dengan pukulan adalah pukulan keras pama tentunya dengan tingkat akurasi / ketepatan pukulan hingga 90% mengenai kepala
(mata, paruh, tenggorokan) suara kokok ayam magon keras dan berat.
7. Ayam Bangkok-Saigon ( Bagon)
Ayam Bagon adalah hasil persilangan ayam Bangkok dengan ayam Saigon.
Bentuk tubuh ayam Bagon mirip dengan ayam Saigon dengan rangka tulang yang
besar dan bobotnya mencapai 3,5 Kg. Ayam jenis Bagon tergolong masih jenis
baru dalam dunia ayam petarung, karena jenis ini baru saja ditemukan. Ayam
Bagon memiliki jenis suara berat dan pendek.
8. Ayam Saigon
Ayam Vietnam atau lebih dikenal dengan ayam Saigon, Jenis yang satu ini
memiliki kelebihan pukulan yang cukup keras dan ketahanan badan yang luar biasa
, namun versi awal dari ayam Saigon ini kurang memiliki teknik bertarung namun
versi sekarang dari ayam ini sudah sama cerdiknya dengan ayam Bangkok.. Size
ayam Saigon rata – rata besar sehingga untuk kalangan kelas bawah terkadang sulit
untuk mencari lawannya. Ketahanan dan kehebatan ayam Saigon inilah yang
akhirnya mengilhami para peternak untuk menyilang dengan ayam Bangkok atau
9. Ayam Suratani
Ayam Suratani adalah Ayam jenis Bangkok namun yang membedakan
ayam suratani dengan ayam Bangkok adalah daerah asal ayam tersebut. Ayam
Suratani berasal dari desa Suratani atau Bangkok Selatan. Ayam Suratani memiliki
ukuran yang besar dan lebih berotot daripada ayam Bangkok. Berbulu lebih lebat
dan ukuran kaki lebih besar dari ayam Bangkok. Ayam Suratani memiliki suara
kokok yang pendek dan berat.
10. Ayam Pakhoi
Ayam Pakhoi adalah ayam asli dari tanah Malaysia yang diimprovisasi
dengan perpaduan 4 darah, awalnya ayam tersebut khusus untuk melawan ayam
Birma. karena untuk ukuran kelas di bawah 3 kg. Birma di kalangan di bangkok
hampir tidak terkalahkan, maka ayam burma dijuluki hoy atau setan oleh peternak
di bangkok membuat jenis baru yang terdiri dari 4 darah (Bangkok, Burma, Saigon,
Brazil) yang setelah dikenalkan ternyata hampir selalu mampu mengalahkan ayam
Burma, maka disebut pakhoi atau pemukul setan.
11. Ayam Hutan
Ayam hutan adalah nama umum bagi jenis-jenis
ayam alas, dalam
ajem alas, dan dalamjunglefowl; semuanya merujuk pada tempat
hidupnya dan sifatnya yang liar. Ayam-ayam ini dari segi bentuk tubuh dan
perilaku sangat serupa dengan ayam-ayam peliharaan, karena memang merupakan
dan ukurannyasexual dimorphism). Ayam jantan berkokok
dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula bersuara cek-kreh..
Rataan durasi berkokok ayam domestik pada umumnya berkisar antara 2-3
detik Siegel dan Dunington (1990). Ayam Toutenko Toumaru dan Koeyoshi
mampu berkokok selama 15 detik Tsudzuki ( 2003). Pencatatan yang pada enam
ekor ayam peserta Kontes Ayam Pelung tingkat Nasional di IPB Bogor tahun 2001,
terlihat bahwa durasi kokok ayam Pelung berkisar antara 3,44-7,06 detik,
sedangkan Jatmiko (2001) menyatakan bahwa durasi kokok ayam Pelung berkisar
3,0-8,9 detik.
Kajian Bioakustik pada Ayam Tipe Penyanyi
Bioakustik adalah ilmu biologi terapan yang mempelajari karakteristik
suara, organ penghasil suara, fungsi suara, fisiologi suara, dan analisis suara. Pada
bangsa unggas, ada dua tipe suara, yaitu call dan song. Suara call digunakan untuk berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat adanya musuh, saat terkejut, dan saat
menemukan makanan. Suara song merupakan tipe suara untuk menyatakan daerah kekuasaan (territorial) dan sebagai atraksi untuk memikat unggas betina yang akan
dikawininya. Selain itu, suara dijadikan sebagai indikator kesejahteraan hewan
(animal welfare), ekspresi emosional, status fisiologi hewan, penanda individu dan kegiatan taksonomi hewan (sonotaksonomi) (Rusfidra, 2005).
Organ penghasil suara pada unggas
Pada bangsa unggas, suara diproduksi oleh syring atau kotak suara yang
terdapat pada persimpangan antara trakhea dengan bronkus Young (1986). Pada
syring terdapat sepasang membran tymphani medial (MTM) yaitu selaput getar dan
menghasilkan bunyi jika dilewati oleh udara pada saat ekspirasi. Pada sebagian
besar unggas, selaput ini berupa organ yang sederhana, namun merupakan selaput
oleh hormon-hormon gonad Turner dan Bagnara (1988), yakni hormon androgen
Oliver (1966). Syring atau kotak suara (voice box) terdapat pada persimpangan
antara trakhea dengan bronkus.
Gambar 1. Kantong Udara pada Sistem Pernafasan Unggas ( Sumber: Caceci, 1995)
Menurut Dloniak dan Deviche (2000), produksi song dan song learning
dikontrol oleh sebuah daerah di otak yang disebut vocal control region (VCR).
Kerja VCR sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron dan photo period. Jackman
(2003) menambahkan bahwa terdapat dua jalur di otak yang mengatur vokalisasi,
yaitu jalur posterior (posterior pathway) dan jalur anterior (anterior pathway). Jalur
posterior mengontrol produksi song dan jalur anterior bertanggung jawab
mengontrol song learning.
Fungsi suara pada unggas
Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call
(suara panggilan) dan song (suara nyanyian) Young, (1986); Moiseyeva (1996).
adanya musuh (respon predator), saat terkejut dan ketika menemukan makanan.
Jenis suara song merupakan tipe suara sebagai pernyataan wilayah kekuasaan
(territorial declare) dan sebagai atraksi untuk memikat ayam betina yang akan
dikawini. Tipe suara call terdapat pada ayam jantan dan betina, sedangkan tipe
song hanya terdapat pada ayam jantan. Eskpresi vokalisasi pada unggas merupakan
bentuk dimorfisme seksual pada daerah di otak yang bertanggung jawab terhadap
produksi song (Jackman, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa song merupakan
perilaku yang kompleks sebagai hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan.
Fredde (1976) menjelaskan bahwa pada kebanyakan spesies burung, suara song
hanya diproduksi pada ternak jantan. Pada ayam, suara kokok termasuk suara tipe
song dan merupakan karakteristik seks sekunder. Sifat berkokok biasanya baru
muncul setelah dewasa kelamin dan dipengaruhi oleh hormon testosteron. Siklus
song terjadi sepanjang hari (pagi, siang, sore dan malam). Suara hewan juga dapat
digunakan sebagai indikator kesejahteraan Zymmerman (1995); Koene (2001),
sebagai ekspresi emosional dan status fisiologi ternak (Koene, 1996). Dengan
mendengarkan suara, kita dapat mengetahui apakah seekor hewan dalam keadaan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan
Labuhan. Penelitian ini dilaksanakan dari Mei sampai Juni 2014.
Bahan dan Alat Bahan
11 Bangsa Ayam yaitu Bangsa Ayam Kampung, Ayam Bangkok, Ayam
Birma, Ayam serama, Ayam Kate , Ayam Magon, Ayam Hutan, Ayam Bagon,
Ayam Suratani, Ayam Pakhoi, Ayam Saigon yang masing-masing 2 ekor per
bangsa dengan total 22 ekor.
Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Sangkar ayam individu
2. Batrei 2 Set,
3. satu set alat perekam Sony ICD-PX333M
Keterangan Sony ICD-PX333M : Perekam suara digital ini telah dilengkapi dengan
teknologi Intelligent Noise Cut untuk mengurangi suara bising yang terdapat di sekitar objek saat sedang melakukan perekaman. Track Mark akan membantu
memberi tanda saat melakukan perekaman untuk memudahkan menemukan suatu
sesi. Perekam suara ini dilengkapi dengan slot memori eksternal dan klip mic.
Dengan kualitas 128 kbps, speaker output 300 mW serta dilengkapi dengan
teknologi untuk mengurangi suara bising, hasil rekaman akan terdengar jernih.
Perekam suara ini dapat merekam hingga 178 jam dengan waktu standby hingga 72
jam.
Gambar tampilan Sony ICD-PX333M
4. 1 set laptop yang dilengkapi dengan aplikasi program analisis suara Sound
Forge xp 10
Keterangan Soun Forge Xp 10 : Sound Forge xp adalah salah satu produk audio dari perusahaan sony. Sound forge xp berfungsi untuk pemotongan audio,
menyambung audio, memberi efek audio, membesarkan volume, compressing
audio, editing equalizer, dan converting format audio. Analisis suara kokok
dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak sound forge xp 10 dan
spectrogram 6,4 dapat membantu proses penjurian pada kontes ayam Gaga’. Dengan melakukan analisis suara kokok dan menvisualisasikannya, maka
proses penjurian dapat dilakukan secara objektif, transparan, terukur, dapat
diulang, dan tingkat tingkat akurasi yang baik. Visualisasi suara kokok
ditampilkan dalam bentuk waveform berupa suara kokok dalam bentuk grafik. Sumbu X adalah dimensi waktu (detik) dan sumbu Y adalah dimensi frekuensi
(kHz). Waveform berguna untuk menggambarkan pola kokok (Anderson,
Tampilan Sound Forge Xp 10
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya :
1.Persiapan Ayam Penelitian
11 Bangsa Ayam yaitu Ayam kampung, ayam Bangkok, Ayam Birma,
Ayam Serama, Ayama Kate, Ayam Magon, Ayam Hutan, Ayam Bagon, Ayam
Pakhoi, Ayam Suratani, Ayam Saigon masing-masing yang sudah berkokok atau
dewasa dijadikan sampel.
2. Analisis Suara Kokok
1. Kegiatan merekam suara kokok dengan alat perekam suara
2. Perekaman Suara kokok dilakukan selama 2 jam
3. melakukan digitalisasi rekaman suara kokok ke komputer menggunakan
program Sound forge xp 10.
4. Analisis suara kokok untuk visualisasi, gelombang suara, durasi kokok, dan
frekuensi kokok.
Parameter Yang Diamati
1.Jumlah Suku kata kokok
a. Jumlah suku kata kokok gelombang ke- 1 adalah suara kokok yang merapat
antara suku kata ku dengan suku kata ku berikutnya dari suara kokok gelombang
ke-1.
b. Jumlah suku kata kokok pada gelombang ke- 2 adalah total suku kata suara
kokok setelah kokok gelombang ke-1 hingga kokok berakhir.
2. Durasi Kokok
a. Durasi kokok gelombang ke-1 adalah lama waktu berkokok (detik) yang
dihasilkan dari suara kokok pada gelombang ke-1.
b. Durasi kokok gelombang ke- 2 adalah lama waktu berkokok (detik) yang dihasilkan dari suara kokok pada gelombang ke-2.
3.Frekuensi Gelombang Kokok
a. Panjang gelombang kokok adalah alur gelombang kokok (heartz) yang
dihasilkan dari suara kokok.
4.Frekuensi Berkokok
Yaitu jumlah ayam berkokok dalam 1 gelombang waktu.
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dibuat dengan sangkar individu dan diletakkan didalam
ruangan kosong yang kedap suara dan dhadapkan ke arah jendela. hal ini
dibuat untuk mempermudah perekaman suara kokok ayam agar tidak
2. Pemilihan Ternak
Ayam yang dipilih adalah ayam yang telah dewasa atau yang sudah
berkokok. Ayam yang dipilih adalah ayam yang sehat dan tidak stres.
3.Perekaman Suara
Perekaman suara dilakukan dengan cara meletakkan alat perekam disebelah
sangkar individu agar perekaman suara kokok dapat direkam dengan baik dan
diharapkan dapat menghasilkan rekaman suara kokok yang baik. Perekaman suara
dilakukan selama 2 jam Per ekor dan direkam pada pagi hari sesuai dengan
pernyataan Rusfidra (2005) yang menyatakan bahwa ayam paling sering berkokok
yaitu pada saat pagi hari .
4.Analisis Suara
Hasil perekaman suara kokok ayam tersebut lalu diolah dalam aplikasi
sound forge xp 10. Hasil perekaman tersebut akan diubah dalam bentuk wave form.
Pengumpulan Data
1. Data berupa hasil rekaman suara dari alat rekaman kemudian dimasukkan
Kedalam komputer untuk diolah melalui Software Sound Forge xp 10 dengan menampilkan gambar wave form.
2. Analisis data yang didapat pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Suara Kokok berbagai Jenis Ayam
Suara kokok berbagai jenis ayam memiliki ciri khas masing-masing jenis
ayam tersebut ada yang tipe song dan ada tipe call. Suara kokok tipe call adalah
suara kokok untuk berinteraksi dengan sesama ayam lainnya sedangkan tipe song
merupakan suara kokok untuk mendominasi wilayah kekuasaan dan untuk memikat
betina untuk dikawini. Suara kokok ayam tipe song memiliki ciri tersendiri
tergantung dari jenis ayam jantan tersebut. Seperti ayam Bangkok yang memiliki
suara kokok yang kuat dan pendek http://ayam-bangkok-com.blogspot.com (2014),
ayam kampung yang memiliki suara kokok yang khas yaitu merdu dan unik
berbeda jelas dengan ayam Bangkok dan berbagai jenis ayam lainnya memiliki
keunikan suara kokok masing-masing.
Suara kokok ayam yang bagus adalah ketika ayam tersebut sudah dewasa
atau ketika ayam jantan tersebut sudah dapat kawin Fredde (1976). Suara kokok
ayam tipe song biasanya terjadi pada waktu pagi, siang, sore dan malam
Zymmerman (1995). Namun jika ingin mendengar suara kokok tipe song yang terbaik kita dapat mendengarnya pada pagi hari.
Ayam bernapas dengan menggunakan paru-paru dan kantong udara (air sacs). Secara umum sistem pernapasan dari unggas didukung oleh beberapa organ, yaitu lubang hidung, larinx, trakhea, srinx, bronkhi, paru-paru, kantung udara dan
rongga tulang. Pita suara atau bagian jakun bawah pada batang tenggorok
(percabangan bronki menjadi dua) ini menghasilakan suara pada unggas. Pita suara
sedangkan jakun merupakan bagian pembentuk suara bagi ayam jantan (Oliver
1966).
Hasil Perhitungan analisis suara dari berbagai jenis ayam pelihara dapat dilihat pada tabel 1.
1. Jumlah Suku Kata Kokok
Jumlah suku kata kokok adalah suara kokok yang berkelompok dan
menghasilkan suara kokok. Suku kata kokok adalah bunyi suara seperti
kuk-kuk-kuk-kuk yang rapat dan berirama merdu menghasilkan suara dengan nada yang
berbeda. Dari hasil analisis suara kokok yang telah dilakukan pada tabel 1 dapat
dilihat jumlah suku kata kokok yang dihasilkan dari 11 jenis ayam yang berbeda.
Dari 11 jenis ayam yang telah dianalisis terdapat 10 jenis ayam dengan jumlah
suku kata kokok yang sama yaitu dengan jumlah suku kata kokok 4 dan 1 jenis
berbeda yaitu jenis ayam suratani dengan jumlah suku kata kokok adalah 3.
a. Jumlah suku kata kokok gelombang 1
Jumlah suku kata kokok gelombang ke-1 adalah suara kokok yang merapat
antara suku kata ku dengan kata ku berikutnya dari suara kokok gelombang
jumlah suku kata 4. Dari hasil penelitian Junaidi ( 2012) ayam gaga memiliki suku
kata pada gelombang ke -1 adalah sebanyak 2 suku kata. Pada ayam Balenggek
terdapat jumlah suku kata sebanyak 3 suku kata terdiri dari kokok depan dan
belakang Rusfidra ( 2004).
Berikut adalah contoh wave form dari analisis suara jumlah suku kata kokok gelombang 1 dari jenis ayam Bangkok
4 3 2 1 4
Keterangan Gambar :
1. Angka 1 merupakan awalan suara kata “kuk” yang pertama
2. Angka 2 dan 3 merupakan suara “kuk” yang berada ditengah
3. Angka 4 merupakan suara “kuk” yang berada diakhir dari kokok ayam
b. Jumlah suku kata kokok gelombang 2
Jumlah suku kata kokok gelombang ke-2 adalah jumlah suara kata “kuk”
yang merapat dari awal kokok sampai ayam berhenti berkokok. Dari hasil analisis
yang telah dilakukan didapatkan jumlah suku kata kokok gelombang ke-2 pada 11
1 jenis ayam yaitu ayam suratani memiliki suku kata kokok 3. Menurut Junaidi
(2012) ayam gaga memiliki jumlah suku kata pada gelombang ke-2 adalah 18,4
suku kata dan ayam balenggek memiliki 19 suku kata pada gelombang kedua.
2. Durasi Kokok
Dari hasil analisis suara ayam yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel
1. Dari ke-11 jenis ayam yang telah dianalisis didapat 6 jenis ayam yaitu ayam
Bangkok, Birma, Hutan, Kampung, Serama dan Kate memiliki durasi kokok diatas
2,8 detik lebih lama dari ayam buras yaitu 2,28 detik (Nurningsih, 2010). Namun 5
jenis ayam lainnya yaitu ayam Bagon, Magon, Suratani, Saigon dan Pakhoi
memiliki durasi kokok yang lebih cepat dari ayam buras yaitu dibawah 2 detik.
Selain itu, dari semua ayam yang telah dianalisis ternyata masih sangat jauh
berbeda dengan ayam gaga tipe dangdut kelas panjang yang mampu berkokok
selama 30,83 detik Junaidi (2012) dan berbeda dengan ayam Toutenko Toumaru
dan Koeyoshi dari jepang yang mampu berkokok dengan rataan 15 detik
(Tsudzuki, 2003).
a. Durasi kokok gelombang 1
Durasi kokok gelombang pertama merupakan awalan kokok ayam atau
pertama kali ayam mulai berkokok. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa durasi kokok
ayam gelombang 1 memiliki durasi paling panjang yaitu ayam kampung dengan
rata-rata durasi kokok yaitu 3,609 detik dan ayam yang memiliki durasi kokok
paling singkat adalah ayam Suratani dengan rata-rata durasi kokok yaitu 1,431
detik.
b. Durasi Kokok Gelombang 2
Durasi kokok gelombang 2 adalah lama atau durasi kokok ayam setelah
memiliki durasi paling panjang yaitu ayam kampung dengan rata-rata durasi yaitu
3,709 detik dan ayam dengan durasi paling singkat adalah ayam Pakhoi dengan
rata-rata durasi kokok yaitu 1,371 detik.
3. Frekuensi Gelombang Kokok
Frekuensi gelombang kokok adalah bunyi atau frekuensi yang dikeluarkan
dari kokok ayam yang nilainya dalam satuan hertz (Hz) dalam sekali berkokok.
Dari hasil analisa suara yang dilakukan dapat kita lihat pada tabel 1 bahwa ayam
memiliki variasi nilai frekuensi. Ayam yang memiliki frekuensi tertinggi yaitu
ayam Serama yang memiliki frekuensi 2747,5 Hz dan ayam yang memiliki
frekuensi terendah adalah ayam Pakhoi dengan frekuensi 916 Hz. Hasil analisa
tersebut merupakan frekuensi dari perhitungan sekali berkokok. Bunyi suara kokok
yang dihasilkan ayam dapat didengar manusia dengan jelas karena memiliki
frekuensi paling rendah yaitu 916 Hz. Hal ini sesuai dengan pernyataan
http://prismanita.blogspot.com (2013) yang menyatakan manusia dapat mendengar
suara terkecil mulai dari frekuensi 16 Hz sampai dengan 16.000 Hz.
Berikut adalah contoh gambar pola gelombang suara dari suara kokok Ayam
4. Frekuensi Berkokok
Frekuensi berkokok adalah jumlah kokok yang dihasilkan ayam dalam 1
periode waktu. Pada tabel 2 dapat dilihat jumlah kokok ayam dalam 2 periode
waktu.
Tabel 2. Frekuensi Berkokok dan Durasi Jarak antara periode 1 dan periode 2
No Nama Ayam Jumlah
Dari hasil Tabel 2 dapat dilihat bahwa ayam Kampung memiliki jumlah
kokok terbanyak dengan jumlah 17 kali berkokok dalam periode 1 dalam waktu
4.33.711 Menit dan pada periode 2 ayam dengan jumlah kokok terbanyak adalah
ayam Bangkok dengan jumlah kokok 13,5 kali dalam waktu 3.03.902 menit. Hal
ini berbeda dengan ayam AKB ( Ayam Kokok Balenggek) yang mampu berkokok
sebanyak 8,08 kali dalam waktu 10 menit ( Rusfidra, 2005). Puncak Berkokok
ayam terjadi pada pagi hari dan akan menurun pada siang dan sore hari. Kenyataan
tersebut sependapat dengan pendapat Lunberg dan Alatallo (1992) yang
menyatakan bahwa puncak berkicau pada burung terjadi pada pagi hari dan
Contoh Wave Form Frekuensi Suara Kokok ayam Birma
Berdasarkan hasil analisis suara, dilakukan uji tambahan yaitu dengan
melakukan uji T ( T-Test) dengan Softaware Microsoft Excel. Dari hasil uji T untuk masing-masing parameter dalam Frekuensi berkokok didapat kesimpulan
bahwa untuk jumlah berkokok periode 1, jumlah berkokok periode 2 dan Durasi
jarak antara periode 1 dan periode 2 menunjukkann hasil yang Sangat Nyata. Hal
ini sesuai dengan hasil perhitungan dimana ( t hitung > t tabel). Pada parameter
Durasi kokok periode 1 dan durasi kokok periode 2 menunjukkan hasil Berbeda
nyata. Hal ini sesuai dengan perhitungan dimana ( t hitung < dari t tabel.
Kesimpulan dari analisis Uji T adalah bahwa untuk jumlah berkokok periode 1 dan
periode 2 dapat dijadikan tolak ukur dalam membedakan jenis ayam tersebut sesuai
dengan bangsanya, sedangkan untuk durasi kokok 1 dan durasi kokok 2 tidak dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis suara didapat durasi kokok terpanjang adalah jenis
ayam Kampung dengan durasi kokok 3,659 detik dan yang tercepat adalah jenis
ayam Magon dengan durasi 1,326 detik. Jumlah suku kata kokok pada ayam yang
telah direkam didapat 10 jenis memiliki suku kata kokok sebanyak 4 suku kata dan
1 jenis memiliki suku kata 3 yaitu ayam Suratani.
Berdasarkan uji lanjut dengan menggunakan uji T didapat kesimpulan
bahwa untuk jumlah berkokok periode 1 dan periode 2 dapat dijadikan tolak ukur
dalam membedakan jenis ayam tersebut sesuai dengan bangsanya, sedangkan untuk
durasi kokok 1 dan durasi kokok 2 tidak dapat dijadikan tolak ukur dalam
membedakan jenis ayam.
Penggunaan Sound Forge xp 10 untuk menganalisis suara kokok ayam sangat berguna karena dapat menampilkan hasil yang detail dan terperinci.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah durasi untuk
adaptasi ayam dengan lingkungan tempat perekaman untuk menghasilkan suara
DAFTAR PUSTAKA
G. Ahmad. 2005. Karakteristik pola warna, bulu kulit, sisik kaki, dan paruh Ayam pelung di Garut dan Ayam sentul di Ciamis. Balai Pengkajian dan Peng- -embangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Anderson. 2010. Pengolahan suara melalui soundforge. http://wiaderko.net/id do- -wnload-programy/161322-sony-sound-forge-pro-10-0c-build-491-incl- keygen.htm. Diakses 23 maret 2014.
Caceci, T. 1995. Mechanics of Respiration on Birds.http://education. Vetmed.Vt .edu/curriculum/vm8054.
Dlonak S, and Deviche P. 2001. Effects of testosterone and photoperiodic condi- -tion on song production anf vocal control region volume in adult male Dark –eyes Juncos ( Junco hyemalis). J. Hormones and Behavior 39:95 -105.
Fredde M. R. 1976. Respiration. Di dalam: Sturkie PD. (ed.). 1976. Avian Phi- -sichology Ed. ke-3. New Yorl, Heiderberg, Berlin: Springer-Verlag.
Fumihito, A., T. Miyake, M. Takada, R. Shingu and T. Endo. 1994. One subspeci- -es of the red jungle fowls ( Gallus gallus gallus) suffices as the matri- -archic ancestor of all domestic breeds. Proceeding National Academy Science, 91: 12505-12509 (Abstrak).
Jackman N. 2003. Avian song control. (www.serendipe.brynmawr.edu/bb/neuro// neuro03/webi/njackman.html
Jatmiko. 2001. Studi fenotipe ayam pelung untuk seleksi tipe ayam penyanyi. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Koene P. 1996. Stress and emotional in animal. Noldus News, Volume 3, No. 1. Februari 1996. 3p.(http://noldus.com /application /zoology /koene.html).
---. 2001. Vocalisation as a welfare indicator in chicken. (http://www.zod. wau.nl/-www.vh/etho/t2-titO2.html). ( 1 Juli 2001).
Lunberg, A. and R. V. Alatalo. 1992. The Pied Flycatcher. T&AD Poyser.
Moiseyeva IG. 1996. The state of poultry genetic resources in Russia. AGRI 17: 73-81.
Nurningsih. 2010. Karakteristik Bioakustik Suara Ayam Buras Jantan Pada Umur Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Rahayu, Iman, Sudaryani, Titik., Santosa, Hari .2002. Panduan Lengkap Ayam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmanto. 2012. Struktur Histologik Usus halus dan Efisiensi Pakan Ayam Ka- mpung dan Ayam Broiler. S1 Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Repository.unhas.ac.id. 2012. Skripsi Terakhir Junaedi. Universitas Hasanuddin.
Rose, S.P. 2001. Principles of Poultry Science. CAB International.
Rusfidra. 2004. Karakterisasi sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam Kokok Balenggek di Sumatera Barat. Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
---.2005. Analisis suara kokok pada ayam Kokok Balenggek; ayam local berkokok merdu dari Sumatera Barat. Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Andalas Kampus UNAND Limau Manis, Padang.
---. 2005. Kajian Bioakustik pada Ayam Balenggek Ayam Lokal Penyanyi Sumatera Barat .Universitas Andalas.
Siegel PB, and Dunnington EA. 1990. Behavioral Genetic. pp: 877-895. In: Craw- ford RD. (ed.). Poultry Breeding and Genetics. 1990. Amsterdam, The Nederlands: Elsevier Sciences Publishers BV.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Edisi Ke-6. Tarsito. Bandung
Tzudzuki, M. 2003. Japanese Native Chickens. In: Chang, H, L., and Y. C. Huang .2003. The Relationship between Indigenous Animals and Humans in AP- EC Region. Chinese Taipe: The Chinese Society Anim, Sci, pp.91-116
Turner CD, dan Bagnara JT. 1988. Endokrinologi Umum. Ed ke-6. Surabaya: Air- -langga University Press.
Young, J. Z. 1986. The Life of Vertebrata. Ed. Ke-3. Clarendon Press. Oxford
Zymmerman P. 1995. Vocalisation as a welfare indicator in laying hens.
http://prismanita.blogspot.com
LAMPIRAN
Lampiran 1. Grafik wave form durasi dan suku kata ayam jantan
Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Bangkok
Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam hutan
Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Kate
Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Bagon
Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Pakhoi
Lampiran 2. Wave form frekuensi berkokok ayam jantan
Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Bangkok
Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Hutan
Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Kate
Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Bagon
Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Pakhoi
Lampiran 3. Foto-foto ayam jantan yang telah direkam
Keterangan : Ayam Bangkok Ayam Birma
Keterangan : Ayam Hutan Keterangan : Ayam Kampung
\
Keterangan: Ayam Magon Keterangan: Ayam Pakhoi
Keterangan: Ayam Suratani Keterangan: Proses Perekaman
Lampiran: Hasil analisis uji T untuk Frekuensi berkokok
t-Test: Jumlah berkokok periode 1
1 9.5
t Critical one-tail 2.131847
P(T<=t) two-tail 0.004806
t Critical two-tail 2.776445
t-Test: Jumlah Berkokok periode 2
t Critical one-tail 1.859548
P(T<=t) two-tail 0.006723
t Critical two-tail 2.306004
t-Test: Durasi Kokok periode 1
1 1.82942
Mean 4 3.04792
Variance 2.5 0.819269696
Observations 5 5
t Critical one-tail 1.859548
P(T<=t) two-tail 0.276236
t Critical two-tail 2.306004
t-Test: Durasi Kokok Periode 2
t Critical one-tail 1.859548
P(T<=t) two-tail 0.235474
t Critical two-tail 2.306004
t-Test: Jarak antara Durasi 1 dan Durasi 2
1 17.09479
Mean 4 35.10942
Variance 2.5 226.6635
Observations 5 5
Pooled Variance 114.5818
Hypothesized Mean
Difference 0
df 8
t Stat 4.5952
P(T<=t) one-tail 0.000883
t Critical one-tail 1.859548
P(T<=t) two-tail 0.001767