• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS YANG DIPERKAYA DENGAN LUMPUR LAPINDO BRANTAS DAN KASCING PADA TANAH ULTISOL TERHADAP SERAPAN HARA MAKRO DAN MIKRO TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS YANG DIPERKAYA DENGAN LUMPUR LAPINDO BRANTAS DAN KASCING PADA TANAH ULTISOL TERHADAP SERAPAN HARA MAKRO DAN MIKRO TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS YANG DIPERKAYA DENGAN LUMPUR LAPINDO BRANTAS DAN KASCING PADA TANAH

ULTISOL TERHADAP SERAPAN HARA MAKRO DAN MIKRO TANAMAN JAGUNG (Zea maysL.)

Oleh

Mahkana Ambar Puspita

Akhir-akhir ini sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan. Semakin mahalnya pupuk anorganik dan adanya efek samping dari penggunaan pupuk anorganik mendorong pencarian pupuk alternatif seperti penggunaan pupuk organik di samping pupuk anorganik. Pupuk organik dapat berupa kompos, yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan. Untuk memproduksi kompos yang berkualitas, maka kompos dapat dicampur dengan bahan pembenah tanah organik maupun anorganik. Kompos memiliki beberapa kelemahan di antaranya sulit dalam pengadaannya, lambat tersedia bagi tanaman dan sedikitnya kandungan bahan mineral yang dibutuhkan tanaman. Namun, kompos juga memiliki kelebihan yaitu dapat memperbaiki struktur tanah, memacu aktivitas organisme tanah, dan memperbaiki kondisi edafik tanah secara keseluruhan.

Meluapnya lumpur Lapindo Brantas yang berasal dari sumur pengeboran Banjar Panji I, Sidoarjo, Jawa Timur telah mengganggu ekosistem pertanian. Namun, di sisi lain luapan lumpur vulkanik Lapindo Brantas dapat dipandang sebagai cadangan deposit yang melimpah untuk dapat digunakan di bidang pertanian. Lumpur Lapindo Brantas dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga kandungan unsur hara dalam tanah tercukupi bagi tanaman. Dalam penelitian ini penggunaan kompos yang dicampurkan dengan lumpur, dan kascing memiliki kelebihan dari pupuk organik lain karena unsur haranya dapat langsung tersedia bagi tanaman, dan juga mengandung hormon tumbuh sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman.

(2)

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mempelajari pengaruh penambahan kompos yang diperkaya dengan lumpur Lapindo Brantas dan kascing pada tanah ultisol terhadap serapan hara makro dan mikro tanaman jagung (Zea mays L.), 2) Mencari dosis pemupukan formulasi kompos yang tepat pada tanah ultisol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2011. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Penanaman jagung dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan disusun secara faktorial 5x3 dengan tiga ulangan, sehingga terdiri dari 45 satuan percobaan. Faktor pertama adalah formulasi kompos yang berupa campuran antara kompos lumpur Lapindo Brantas dan kascing yaitu : C1 = 1 kg kompos + 0 kg lumpur Lapindo Brantas + 0 kg kascing (0%w/w); C2 = 0,90 kg kompos + 0,10 kg lumpur Lapindo Brantas + 0,05 kg kascing (5% w/w);C3 = 0,85 kg kompos + 0,15 kg lumpur Lapindo Brantas + 0,10 kg kascing (10% w/w); C4 = 0,80 kg kompos + 0,20 kg lumpur Lapindo Brantas + 0,15 kg kascing (15% w/w); C5 = 0,75 kg kompos +0,25 kg lumpur Lapindo + 0,20 kg kascing (20 % w/w). Faktor kedua adalah dosis formulasi kompos: D0: 0 ton ha-1, D1: 20 ton ha-1, D2: 40 ton ha-1. Homogenitas ragam data diuji dengan menggunakan uji Barlett dan aditifitas data diuji dengan menggunakan uji Tukey dan dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal pada taraf 5% dan 1%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi formulasi kompos atau kompos yang diperkaya dengan lumpur Lapindo Brantas dan kascing pada tanah ultisol dapat meningkatkan serapan hara makro (N, P, dan K) dan mikro (Fe, dan Cu) dan bobot total kering brangkasan tanaman jagung. Aplikasi campuran lumpur Lapindo Brantas dan kascing dalam kompos pada proporsi paling tinggi berpengaruh terhadap meningkatnya serapan hara makro tanaman dan bobot total kering brangkasan tanaman. Aplikasi formulasi kompos dengan dosis 20 ton ha-1 dan 40 ton ha-1 meningkatkan bobot total kering brangkasan dan serapan hara makro N, dan K serta mikro Fe dan Cu dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan kompos. Kombinasi terbaik dalam meningkatkan serapan hara N dan K serta bobot total brangkasan tanaman jagung ditemukan pada perlakuan dengan proporsi campuran lumpur Lapindo Brantas dan kascing serta dari aplikasi yang paling tinggi. Aplikasi kompos yang diperkaya lumpur Lapindo Brantas dan kascing berpengaruh terhadap serapan hara makro dan mikro tanaman jagung (Zea maysL.)

(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1) Aplikasi formulasi kompos atau kompos yang diperkaya dengan lumpur

Lapindo Brantas dan kascing pada tanah ultisol dapat meningkatkan serapan

hara makro (N, P, dan K) dan mikro (Fe, dan Cu) dan bobot total kering

brangkasan tanaman jagung.

2) Aplikasi campuran lumpur Lapindo Brantas dan kascing dalam kompos

pada proporsi paling tinggi berpengaruh terhadap meningkatnya serapan

hara makro tanaman dan bobot total kering brangkasan tanaman.

3) Aplikasi formulasi kompos dengan dosis 20 t ha-1 dan 40 t ha-1

meningkatkan bobot total brangkasan dan serapan hara makro N, dan K

serta mikro Fe dan Cu dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan

kompos.

4) Kombinasi terbaik dalam meningkatkan serapan hara N dan K serta bobot

total brangkasan tanaman jagung ditemukan pada perlakuan dengan proporsi

campuran lumpur Lapindo Brantas dan kascing serta dari aplikasi yang

paling tinggi.

(4)

38

Dari hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut:

1. Pencampuran kompos, lumpur Lapindo Brantas dan kascing pada media

tumbuh sebaiknya diberikan pada dosis ≤20 t ha-1.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aplikasi lumpur Lapindo Brantas dan

kascing pada berbagai jenis tanaman misalnya tanaman cabe, tomat, dan

lain-lain.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aplikasi lumpur Lapindo Brantas dan

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan

semakin mahalnya pupuk anorganik dan adanya efek samping dari penggunaan

pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

organik terus dilakukan (Rubiyo dkk., 2003). Salah satu jenis pupuk organik yang

digunakan oleh petani adalah kompos, baik yang berasal dari kotoran hewan atau

tumbuh-tumbuhan.

Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami

proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri

pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan - bahan organik tersebut seperti

dedaunan, rumput, jerami, sisa - sisa ranting dan dahan, kotoran hewan dan

lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh

keadaan lingkungan yang basah dan lembab (Murbandono, 2001).

Kompos sebagai bagian pupuk organik mempunyai masa depan yang cerah.

Penggunaan berbagai pupuk organik di lahan pertanian terbukti telah dapat

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Kompos terbukti dapat

(6)

2

sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Hal tersebut

berpengaruh terhadap porositas, penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah dan

suhu tanah. Selain itu, kompos juga dapat menyumbangkan unsur hara makro dan

mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan penggunaan pupuk organik,

perbaikan sifat- sifat tanah akan terus berlangsung.

Bahan organik yang mengandung lignin tinggi (serbuk gergaji, ampas tebu, dan

sampah daun) dapat memperbaiki struktur jaringan tanaman. Dari hasil uji coba

pemupukan kompos pada padi terbukti struktur tanaman menjadi kuat dan

ketersediaan hara tercukupi. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat

diperbaharui, didaur ulang, dan dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur

yang dapat digunakan oleh tanaman. Sumber utama bahan organik adalah

jaringan tanaman yang berupa akar, batang, daun, bunga dan buah, sedangkan

sumber sekunder bahan organik adalah jaringan hewan (Hakim dkk., 1986).

Salah satu sumber bahan organik yang memiliki kandungan hara yang dapat

langsung tersedia untuk tanaman adalah kascing. Menurut Lingga dan Marsonono

(1986dalamTarigan dkk., 2002), kascing mengandung hormon pengatur tumbuh,

tidak beracun, dan kaya unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yang

terkandung dalam kascing yaitu (N, P, K, Mg dan Ca). Kascing mengandung

hormon-hormon tertentu yang tidak dimiliki kompos biasa. Hormon tersebut

yaitu giberellin, sitokinin dan auxin. Kascing juga mengandung Azotobacter sp

yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang dapat membantu

memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994 dalam

(7)

3

Untuk itu, pemakaian kascing diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk

kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik sehingga mengurangi

pencemaran lingkungan. Penambahan bahan organik seperti kompos dan kascing

merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi lahan pertanian

adalah memanfaatkan lumpur vulkanik (Sidoarjo). Penelitian Syekhfani (2006

dalamPribadi, 2006) menyatakan bahwa dalam lumpur Lapindo terkandung unsur

hara yang sangat tinggi. Menurut Pudjiastuti (2006) tanah bekas lumpur Lapindo

mengandung zat reaktif dan zat tergolong Total Disolved Solids (TDS) atau total

bahan terlarutkan sehingga diperlukan rehabilitasi terlebih dahulu bila ingin

ditanami tanaman.

Penelitian Defiyana (2008) menunjukan bahwa aplikasi lumpur Lapindo Brantas

pada tanah ultisol dapat mempercepat penurunan nisbah C/N bahan organik

dibandingkan dengan tanah tanpa lumpur. Hal ini diduga karena lumpur Lapindo

mengandung unsur hara makro dan mikro yang tinggi dan memiliki fungsi yang

sama dengan kapur dalam menciptakan kondisi dan lingkungan yang sesuai bagi

mikroorganisme untuk beraktivitas.

Hasil penelitian Farlina (2008) menunjukkan bahwa penambahan lumpur Lapindo

yang berasal dari sumur pengeboran Banjar Panji I tidak berdampak negatif bagi

tanah dan mikroorganisme sekitarnya. Sebaliknya, lumpur Lapindo dapat

meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan memperbaiki status nutrisi

dalam tanah karena lumpur ini memiliki pH yang tergolong tinggi (7,14) di

(8)

4

hara dalam lumpur dapat menjadikan lumpur sebagai media yang baik untuk

mikroorganisme tanah.

Penelitian tentang penggunaan lumpur Lapindo Brantas sebagai media tanam

belum banyak dilakukan. Dalam penelitian ini lumpur Lapindo yang dicampur

dengan kompos dan kascing digunakan sebagai pupuk pada tanah ultisol.

Penelitian ini diharapkan dapat memproduksi kompos yang lebih berkualitas

karena telah diperkaya dengan bahan pembenah berupa lumpur Lapindo Brantas

dan kascing.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari pengaruh penambahan kompos yang diperkaya dengan lumpur

Lapindo Brantas dan kascing pada tanah Ultisol terhadap serapan hara makro

dan mikro tanaman jagung(Zea maysL.).

2. Mencari dosis pemupukan formulasi kompos yang tepat pada tanah Ultisol.

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) pemberian bahan organik dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi

tanah. Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman dan aktivitas mikroorganisme (Hakim dkk., 1986). Kompos merupakan

sumber hara makro dan mikro yang lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif

kecil seperti (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Mo, dan Si). Dalam jangka panjang,

(9)

5

pertanian pada tanah- tanah masam. Hasil penelitian Juanda (1995) menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak air bahan organik kotoran sapi, ekstrak air bahan

organik kotoran ayam dan ekstrak air kotoran cacing tanah berpengaruh nyata

terhadap peningkatan tinggi bagian atas, panjang bagian bawah, berat kering

bagian atas, dan bobot kering bagian bawah bibit tanaman Albasia.

Selain itu, pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk menurunkan

kelarutan logam berat limbah industri. Bahan organik dapat mengurangi kelarutan

logam berat di dalam tanah melalui pembentukan kompleks logam berat dengan

senyawa humat yang dapat mengabsorbsi dan mengendapkan kation logam berat

sehingga kelarutannya di dalam tanah menurun. Senyawa humat secara efektif

mampu mengikat unsur hara mikro kelompok logam berat seperti Cu, Zn, Fe dan

Mn (Tan, 1992).

Lumpur Lapindo selain mengandung unsur hara makro, juga mengandung unsur

hara mikro (terutama logam berat) dalam jumlah yang tidak sedikit (Wikipedia

Indonesia, 2008). Kandungan unsur hara makro yang tinggi di dalam lumpur

tidak akan berakibat buruk terhadap tanaman, tetapi bila kandungan unsur hara

mikro tinggi akan berakibat racun bagi tanaman. Dalam penelitian ini

penggunaan kompos yang dicampurkan dengan lumpur Lapindo diharapkan dapat

menekan kelarutan logam berat di dalam lumpur.

Puspita (2008) dan Farlina (2008) menyatakan bahwa pemberian lumpur Lapindo

yang diaplikasikan secara terpisah atau bersama-sama dengan kapur dan kompos

dapat meningkatkan respirasi tanah dan biomassa mikroorganisme tanah.

Defiyana (2008) menyatakan bahwa lumpur Lapindo yang diaplikasikan pada

(10)

6

diduga karena lumpur Lapindo tidak mengandung logam yang berbahaya bagi

aktivitas mikroorganisme tanah dan pemberian lumpur Lapindo dapat

memperbaiki kondisi edafik tanah secara keseluruhan.

Dalam kaitannya dengan ketersediaan hara mikro, menurut Novpriansyah (2001),

pemberian formulasi pupuk (limbah industri sendok logam, kapur, dan gambut)

menyebabkan menurunnya Fe-tersedia dan Mn-tersedia. Hal tersebut diduga

disebabkan adanya bahan kapur yang ditambahkan. Menurut Indrasari dan

Syukur (2006) pemberian pupuk kandang sapi dapat menurunkan Cu tersedia

dalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi yang dipakai

mengandung bahan organik dan KTK cukup tinggi.

Bahan organik yang terkandung dalam kotoran sapi terdiri dari protein, asam

amino, dan asam sitrat dapat bereaksi dengan kation Fe, Zn, Cu membentuk

senyawa organik kompleks sehingga kation kation tersebut tidak tersedia bagi

tanaman.

Kascing atau bekas cacing merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari

percampuran antara media cacing tanah dengan kotoran cacing tanah.

Berdasarkan penelitian Scullion dkk. (2007), kascing lebih banyak terdapat di

lahan dengan kandungan bahan organik tinggi dibandingkan dengan lahan yang

diolah secara konvensional. Kascing berbentuk seperti pasir berupa butiran,

berserat, dan berwarna kehitaman. Kascing memiliki kelebihan dari pupuk

organik lain karena unsur haranya dapat langsung tersedia bagi tanaman,

mengandung mikroorganisme yang lengkap, dan juga mengandung hormon

(11)

7

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Serapan hara makro dan mikro tanaman jagung yang di tanam pada tanah

ultisol yang diaplikasikan kompos yang diperkaya dengan lumpur Lapindo

dan kascing lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi kompos murni.

2. Proporsi campuran yang paling tinggi dari lumpur Lapindo Brantas dan

kascing dalam formulasi kompos, maka serapan hara makro pada tanaman

jagung lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi campuran yang lebih

rendah.

3. Serapan hara makro dan mikro pada tanaman jagung dengan dosis

formulasi campuran kompos dengan lumpur Lapindo Brantas dan kascing

sebesar 20 t ha-1 dan 40 t ha-1 lebih tinggi dibandingkan dengan pada

tanaman jagung tanpa formulasi campuran kompos, lumpur Lapindo

Brantas dan kascing.

4. Terdapat kombinasi terbaik antara fomulasi campuran kompos dengan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

The aim of this research is to identify the most common speech acts used in disharmonic condition in “The Young Victoria” movie based on Searle’s Speech Acts

Neraca kegiatan ekspor dan impor lantai kayu Perancis yang defisit menunjukkan bahwa Perancis lebih banyak membeli daripada menjual produk lantai kayu. Negara

Integrasi ekonomi regional ( regional economic integration) adalah kesepakatan anatara negara-negara di sebuah wilayah geografis untuk mengurangi, dan pada akhirnya

Data yang digunakan dalam FGD berupa data tekstual yang didapat dari proses diskusi, maka analisis datanya bersifat menggunakan proses melingkar/circular process, dimana

Indikator proses pembelajaran dalam penelitian ini akan dilihat dari prosentase keberhasilan tindakan yang didasarkan pada data skor yang diperoleh dari hasil