• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF-EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Peranan Manusia Da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF-EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Peranan Manusia Da"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INSTRUCTIONTERHADAPSELF-EFFICACYDAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Peranan

Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan)

Oleh

MUHAMMAD SAMSUL HUDA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran

Problem Based Instructionterhadapself-efficacydan hasil belajar pada materi pokok peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan di SMP Negeri 2 Seputih Mataram. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa adalah kelas VII C dan VII D SMP Negeri 2 Seputih Mataram yang ditentukan secara acak dengan teknik sampling yakni

purposive sampling.Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai rata-ratapretest,

(2)

iii

berupa dataSelf-efficacydan data tanggapan siswa terhadap penggunaanProblem Based Instructionpada materi pokok pengelolaan lingkungan yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaSelf-efficacysiswa pada kelas eksperimen 65,63% lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang memilikiSelf-efficacy64,26% pada aspek pencapaian kerja, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan indeks psikologi.. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa dengan rata-rata nilaipretestsebesar 37,259, nilaipostestsebesar 73,04 dan N-gain 57,21. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa model pembelajaranProblem Bsed Instructiondapat meningkatkanSelf-efficacydan hasil belajar siswa pada materi pokok Peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan.

(3)

iv

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INSTRUCTIONTERHADAPSELF-EFFICACYDAN HASIL

BELAJAR SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Seputih Mataram Kabupaten Lampung

Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Peran Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan)

Oleh

MUHAMMAD SAMSUL HUDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INSTRUCTIONTERHADAPSELF-EFFICACYDAN HASIL

BELAJAR SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Seputih Mataram Kabupaten Lampung

Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Peran Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan)

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD SAMSUL HUDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran ModelPromlem Based Instruction... 11

B. Self-efficay ... 20

C. Hasil Belajar... 27

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian... 30

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61

(6)

xiv LAMPIRAN

1. Silabus ... 65

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 73

3. Soal Pretes dan Posttes ... 86

4. Lembar Kerja Kelompok... 91

5. AngketSelf-efficacy ... 110

6. Angket Tanggapan Siswa... 116

7. Data Hasil Penelitian ... 117

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9

2. Desain Penelitian pretest postest non ekuivalen ... 30

3. Tanggapan siswa terhadapSelf-efficacykelas eksperimen ... 49

4. Tanggapan siswa terhadapSelf-efficacykelas kontrol... 51

5. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBI... 53

6. Jawaban siswa kelas eksperimen dalam mengisi LKK... 58

7. Grafik hasil penelitian hasil belajar danSelf-efficacy... 59

8. Mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh guru... 133

9. Memberikan apersepsi sebelum memulai pembelajaran... 133

10. Membimbing siswa dalam berdiskusi ... 134

11. Siswa kelas eksperimen dalam berdiskusi ... 134

12. Siswa kelas kontrol dalam berdiskusi ... 135

13. Mempresentasikan hasil diskusi ... 135

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. SintaksProblem Based Instruction ... 18

2. Aspek Penilaian Self-efficacy... 26

3. Kisi-kisi Angket... 37

4. Skor per Jawaban Angket ... 43

5. Data Angket Tanggapan siswa terhadapSelf-efficacy... 43

6. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadapSelf-efficacy... 44

7. Skor per Jawaban Angket ... 45

8. Data Angket Tanggapan siswa terhadapProblem Based Instruction . 46 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadapProblem Based Instruction... 46

10. Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap hasil belajar ... 47

11. Hasil UjiAnova ... 48

12. nilai pretes, posttes,danN-gainkelas eksperimen ... 117

13. nilai pretes, posttes,danN-gainkelas kontrol ... 118

14. Lembar Penilaian angketSelf-efficacyper siswa kelas eksperimen .... 119

15. Lembar Penilaian angketSelf-efficacykelas eksperimen ... 121

16. Lembar Penilaian angketSelf-efficacyper siswa kelas kontrol. ... 125

17. Lembar Penilaian angketSelf-efficacykelas kontrol ... 127

(9)
(10)
(11)
(12)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini

untuk orang-orang tercinta :

Yang tersayang ibuku Rohana dan ayahku Ali Muddin , yang telah mendidik

dan membesarkanku dengan segala doa dan pengorbanan terbaik mereka selama

ini, kesabaran dan limpahan kasih sayang yang selalu menjaga dan

menguatkanku, mendukung dalam setiap langkahku

menuju kesuksesan dan kebahagian.

Kakakku tersayang Handa Rawan, S.Sos. dan Hendra Roli, S.E. serta adikku

Intan Kurniati Roli yang senantiasa menyayangiku, selalu memberikan

kekuatan, motivasi, dan menjadi penyemangat ketika lelah.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi, KKN-KT s team

atas kekeluargaan dan kebersamaan bersama kalian

(13)

MOTTO

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku, hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam

(Qs. Al-an aam: 162)

Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit..Jika

engkau Jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang

(Ir. Soekarno)

Jangan pernah takut untuk bermimpi besar! Bermimpilah setinggi-tingginya dan

berusahalah semaksimal mungkin untuk menjadikan mimpimu menjadi kenyataan!

.

(Mark

Zuckerberg

)

"Langkahmu yang mengawali perubahanmu"

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dayamurni, Tumijajar pada 02 Januari 1994, yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Ali dan Ibu Rohana. beralamat di Jalan Jendral Sudirman, Dayamurni, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

HP/email: 085758975220/huda.samsul73@yahoo.co.id

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Aisyah (1998-1999), SD Negeri 1 Dayamurni (1999-2005), SMP Negeri 1 Tumijajar (2005-2008), SMA Negeri 1 Tumijajar (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur SNMPTN.

(15)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INSTRUCTIONTERHADAP SELF-EFFICACYDAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERANAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini; 6. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

(16)

xii

7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan;

8. Sulaiman, S. Pd., M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 2 Seputih Mataram dan ibu Fitrah Sugesti, S.Pd., yang telah memberikan izin dan bantuan selama

penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII C dan VII D SMP Negeri 2 Seputih Mataram atas kerjasamanya selama penelitian berlangsung;

10. Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta Kakak dan adik atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan;

11. Sahabat-sahabat Pendidikan Biologi 2011 atas motivasi, doa dan bantuannya, semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini.

12. Semua kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Biologi, terimakasih atas dukungan yang diberikan.

13. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin

Bandarlampung, 04 September 2015 Penulis

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di indonesia saat ini prestasi belajar siswa tergolong rendah, hal ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.Menurut Suryabrata, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu seperti faktor sosial, sedangkan faktor internal salah satunya adalahSelf-efficacy(Atok, 2011). Di dunia pendidikanSelf-efficacymempunyai peranan penting dalam mencapai prestasi belajar, karena tanpaSelf-efficacyyang tinggi siswa tidak dapat berprestasi secara optimal. Siswa yang memiliki Self-efficacytinggi akan memperlihatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memilikiself-efficacyrendah (Santrock, 2011).

Menurut UU No 20 Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

(18)

2

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2012 : 1).

Kenyataan di sekolah pada kegiatan pembelajaran siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi, bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Walaupun demikian, kita menyadari bahwa ada siswa yang mampu memliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang

diterimanya, namun kenyataan mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut (Depdiknas, 2002: 1). Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru (Trianto, 2009: 89-90).

(19)

3

pengelolaan lingkungan yang memiliki nilai rata-rata kurang dari 65, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SMP Negeri 2 Seputih mataram yaitu >68. Hal ini dimungkinkan karena model pembelajaran yang digunakan masih terpaku pada proses pembelajaran langsung yaitu guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan. Selama proses pembelajaran guru kurang tepat dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga kurang mampu meningkatkanself-efficacysiswa.

Percaya bahwaSelf-efficacyadalah sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Self-efficacymempunyai banyak kemiripan dengan motivasi kemampuan menguasai sesuatu dan

motivasi instrinsik. Siswa dengan Self-efficacyrendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar, khususnya menantang. Sedangkan siswa denganSelf-efficacytinggi menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan besar (Santrock, 2011). Karena rendahnyaself-afficacyyang dimiliki oleh siswa sehingga siswa tidak akan melakukan upaya apapun untuk mengatasi hambatan yang ada, karena mereka percaya bahwa tindakan yang mereka lakukan tidak akan membawa pengaruh apapun. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Hal tersebut juga dikarenakan ketidaksesuaian antara materi dengan model pembelajaran yang digunakan. Banyak kritik yang ditunjukan pada cara guru mengajar yang terlalu

(20)

4

itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat memengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara

memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air ke dalam gelas pada subjek didik (Trianto, 2009: 89).

Maka diperlukan suatu inovasi penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Model pembelajaran yang mampu menumbuhkanself-efficacydalam pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkanself-efficacysiswa adalah model

pembelajaranProblem Based Instuction(PBI). Sebelumnya model

pembelajaran ini belum pernah diterapkan oleh guru mata pelajaran biologi di SMP Negeri 2 Seputih Mataram.

PBI (Problem Based Instruction) menuntut siswa untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam sebuah karya seperti poster, puisi, laporan, gambar dan sebagainya. Produk ini dihasilkan dari proses pemecahan masalah yang berhasil dipecahkan oleh siswa. Setelah menghasilkan suatu produk, siswa juga harus memamerkan hasil karyanya. Hal ini menimbulkan suatu kepuasan terhadap diri siswa, sehingga semangat kompetisi untuk menghasilkan karya terbaik dapat terus menerus dibangun.

(21)

5

menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri (Trianto, 2009 : 92).

Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan. Didukung oleh hasil penelitian Wiratmaja, dkk (2014) dan Kurniawan (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan self-efficacy siswa secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti termotivasi untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Problem Based Instruction(PBI)TerhadapSelf EfficacySiswa (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 2 Seputih Mataram T.P 2014/2015 Pada Materi Pokok pengelolaan lingkungan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah model pembelajaranProblem Based Instructionberpengaruh terhadapself-efficacysiswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan? 2. Apakah model pembelajaranProblem Based Instructionberpengaruh

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui pengaruh penggunakan model pembelajaran Problem

Based Instruction terhadap Self-efficacy siswa pada materi pengelolaan lingkungan

2. Untuk mengetahui Pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Hasil Belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menggunakan model Problem Based Instruction serta menjadi bekal sebagai calon guru yang profesional.

2. Bagi Guru

a. Sebagai acuan yang mendasar untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang lebih baik dan membantu siswa dalam memudahkan mencapai hasil belajar yang diharapkan secara maksimal.

(23)

7

3. Bagi Siswa

Mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam pembelajaran pada materi pokok pengelolaan lingkungan.

4. Bagi sekolah

Memberi masukan untuk mengoptimalkan penggunaan model Problem Based Instruction dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Langkah-langkah Problem Based Instruction yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi, guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya, dan guru membantu siswa untuk melakukan refleksi.

2. Aspek Self-efficacy yang mencakup (a) Pencapaian Kinerja, (b) Pengalaman Orang Lain, (c) Persuasi Verbal, dan (d) Indeks Psikologi. 3. Materi pokok dalam penelitian ini adalah KD 7.4 mengaplikasikan peran

manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

(24)

8

F. Kerangka Pikir

Self-efficacy penting sekali dimiliki oleh siswa. Namun dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka, hal ini kurang mampu dalam

meningkatkanself-efficacydan hasil belajar siswa. Sehingga guru dituntut untuk dapat meningkatkanself-efficacydan hasil belajar siswa, dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkanself-efficacy

dan hasil belajar siswa, salah satunya dengan menerapkan model

pembelajaranProblem Based Instruction(PBI). Pada proses pembelajaran

Problem Based Instruction, keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sangat diperhatikan. Dalam kelasProblem Based Instruction

peran guru tidak lagi sebagai orang yang mendominasi kegiatan

pembelajaran, melainkan siswalah yang aktif bekerja. Dengan menggunakan model ini, siswa dilatih merumuskan masalah, menelaah masalah,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pembuktian hipotesis dan menentukan pilihan penyelesaian. Siswa dihadapkan dengan permasalahan dan benda-benda yang nyata sebagai pembelajaran. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan negosiator. Melalui tahap tersebut maka siswa akan terlatih untuk dapat memecahkan masalah dan meningkatkan self-efficacysiswa. Keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan

(25)

9

aktivitas dalam belajar biologi karena pembelajarannya menggunakan media yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pembelajaranProblem Based Instructionini, materi yang disampaikan tidak lagi sebagai suatu yang dihafal oleh siswa semata, namun sesuatu yang harus dipahami. Mengetahui penerapan materi yang diajarkan dengan

kehidupan sehari-hari maka kemampuan siswa dalam memahami materi akan lebih mudah, sehingga siswa akan lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sistem pembelajaran ini maka siswa dikelas akan dibentuk menjadi beberapa kelompok belajar, sehingga berpeluang untuk bekerjasama dalam sebuah tim serta siswa memiliki kesempatan untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas ditunjukkan dengan denga penggunaan pembelajaranProblem Based Instruction, sedangak variabel terikat ditunjukkan denganself-efficacy

dan hasil belajar siswa.

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan : X : variabel bebas (pembelajaran melaluiProblem Based Instruction), Y: variabel terikat (self-efficacydan Hasil Belajar).

(26)

10

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0= tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaranProblem Based

Instructionterhadapself-efficacydan hasil belajar siswa pada materi pokok Pengelolaan Lingkungan

H1= ada pengaruh penggunaan model pembelajaranProblem Based

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran ModelProblem Based Instruction

Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapai dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (Trianto, 2009: 91).

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

(28)

12

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.

3. Penyelidikan autentik.

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah,

(29)

13

metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya.

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersbut dapat berupa transkrip debat seperti pada

pelajaran “roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, model

fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan perasaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, dirfencanakan oleh siswa untuk

mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

5. Kolaborasi.

(30)

14

Adapun Tujuan Pembelajaran berdasarkan masalah yaitu:

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah

PbI memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Hakikat kekomplekan dan konteks dari keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak dapat diajarkan menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan ketrampilan yang lebih konkret, tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Problem Sloving) oleh peserta didik sendiri.

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik

Model pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk

menjembatani gap antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berdasarkan pendapat Resnick tersebut, maka PBI memiliki implikasi:

a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas

b. Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong

pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapa memahami peran orang yang diamati atas yang diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya)

(31)

15

fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersbut secara mandiri.

3. Menjadi pembelajaran yang mandiri

PBI berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari

penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak (Trianto, 2009: 94-96).

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran

berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000:7).

Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu anak memecahkan masalah, yaitu:

(32)

16

2. Cara yang lebih baik ialah memberikan instruksi kepada anak secara verbal untuk membantu anak memecahkan masalah itu.

3. Cara yang terbaik adalah memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tanpa merumuskan aturan itu secara verbal. Dengan menggunakan contoh, gambar-gambar, dan sebagainya. Anak dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan masalah itu (Nasution, 2008: 171).

Model pembelajaran PBI memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan PBI sebagai suatu model pembelajaran adalah realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiry siswa, retensi konsep jadi kuat, dan memupuk kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan kekurangan PBI sebagai suatu model pembelajaran adalah persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, sulitnya mencari problem yang relevan, sering terjadi miss-konsepsi, dan konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) memberikan kelebihan-kelebihan diantaranya adalah : (1) siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan; (2) mendidik siswa berpikir sistematis; (3) mendidik siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan; (4) mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi; (5) siswa terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan siswa berkesempatan menunjukkan

(33)

17

Kelemahan-kelemahan dari model pembelajaran berdasarkan Masalah (PBI) adalah : (1) model pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan waktu yang lama; (2) perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama dalam hal membuat soal (Akhyar, 2008: 10-14).

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran

berdasarkan masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran PBI (pembelajaran Berdasarkan Masalah):

a. Guru menjelaskan tujuan Pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dan lain-lain).

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

(34)

18

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan (Aqib, 2013: 21-22)

Menurut ibrahim (2003; 15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:

1. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.

2. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan

3. Memfasilitasi dialog siswa 4. Mendukung belajar siswa

Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan

(35)

19

Tahap-2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

tersebut. Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya. Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(36)

20

B. Self-efficacy

Self-efficacyadalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Evaluasi ini dapat bervariasi, tergantung pada situasi. Percaya bahwa efikasi diri adalah sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Efikasi diri mempunyai banyak kemiripan dengan motivasi kemampuan menguasai sesuatu dan motivasi instrinsik. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “saya dapat’;

keputusasaan adalah keyakinan bahwa “ saya tidak dapat’. Siswa dengan

efikasi diri tinggi setuju dengan pernyataan seperti “saya tahu bahwa saya akan

mampu mempelajari materi dalam kelas ini’ dan ‘saya rasa saya mampu

melakukan aktivitas ini dengan baik”(Santrock, 2011: 216). Menurut Setiawan (2014: 14) Sejauh mana anda punya keyakinan atas kapasitas yang anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani personalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana anda meyakini kapasitas di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specificself-efficacy.

(37)

21

sendiri adalah sumber informasi terpenting. Selanjutnya, secara berurutan, ialahvicarious experience, persuasi verbal dan reakasi emosional. Kita

menggunakan empat sumber informasi tersebut untuk menentukan apakah kita kompeten melakukan perilaku tertentu. Hal ini adalah karakteristik kepribadian terpenting karena merupakan determinan utama perilaku kita (Friedman, 2006).

Efikasi diri didapatkan, diperoleh, atau berkurang melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber:

1. Pengalaman menguasi sesuatu

Sumber yang paling berpengaruh dari efikasi diri adalahpengalaman mengenai sesuatu,yaitu performa masa lalu. Secara umum, performa yang berhasil akan meningkatkan ekspektasi mengenai kemampuan; kegagalan cenderung akan menurunkan hal tersebut.

2. Modeling sosial

Efikasi diri meningkat saat kita mengobservasi pencapaian orang lain yang mempunyai kompetensi yang setara, namun akan berkurang saat kita melihat rekan sebaya kita gagal. Saat orang lain tersebut berbeda dari kita, modeling sosial akan mempunyai efek yang sedikit dalam efikasi diri kita. Seorang pengecut tua yang tidak aktif yang melihat seorang pemain sirkus muda yang aktif dan pemberani berhasil berjalan di atas tambang tinggi, akan diragukan untuk mempunyai peningkatan ekspektasi dalam

(38)

22

3. Persuasi sosial

Efikasi diri dapat juga diperoleh dari persuasi sosial. Dampak dari sumber ini cukup terbatas, tetapi di bawah kondisi yang tepat, persuasi dari orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan efikasi diri. Kondisi pertama adalah bahwa orang tersebut harus mempercayai pihak yang melakukan persuasi. Kata-kata dari sumber yang terpercaya mempunyai daya yang lebih efektif dibandingkan dengan hal yang sama dari sumber yang tidak terpercaya. Meningkatkan efikasi diri melalui persuasi sosial, dapat menjadi efektif hanya bila kegiatan yang ingin didukung untuk dicoba berada dalam jangkauan perilaku seseorang. Sebanyak apa pun persuasi verbal dari orang lain tidak dapat mengubah penilaian seseoarang mengenai kemampuan dirinya untuk berlari 100 meter dalam waktu di bawah 8 detik.

4. Kondisi fisik dan emosional

Sumber terakhir dari efikasi diri adalah kondisi fisiologis dan emosioanal dari seseorang. Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa; saat seseorang mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan yang akut, atau tingkat stres yang tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspektasi efikasi yang rendah (Feist, 2010: 213).

Keyakinanself-efficacybukan merupakan penilaian tentang kemampuan seseorang secara objektif, tetapi penilaian sesseorang mengenai apa yang dapat dicapainya dengan keterampilan yang dimilikinya, sehingga self-efficacy

(39)

23

Selain itu, tindakan yang diambil oleh seorang individu merupakan pengaruh dari pikirannya. Pikiran seseorang akan memprediksi apa yang akan terjadi, kemudian mengembangkannya untuk mengontrol serta mengantisipasi hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan individu tersebut. Sehingga diperlukan keyakinan dalam proses pengambilan keputusan tersebut.

Dalam proses kognitif,self-efficacyberperan sebagai pembuat patokan atau pembatas tujuan. Seseorang denganself-efficacyyang tinggi, akan menetapkan target yang tinggi, menerima tantangan yang lebih sulit, dan berupaya untuk mencapai target tersebut. Sementara dalam proses afektif,self-efficacy

mempengaruhi emosi individu. Seseorang dengan keyakinan tinggi terhadap kemampuannya mengatur sesuatu,akan lebih mudah stress, tertekan ketika menemui hambatan (Zulkosky, 2001: 96).

Schunk telah menerapkan konsep efikasi diri pada banyak aspek dari prestasi siswa. Dalam pandangannya, efikasi diri memengaruhi pilihan aktivitas siswa. Siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar, khususnya menantang. Sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan besar. Siswa

dengan efikasi diri tinggi lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan siswa dengan efikasi diri rendah.

(40)

keragu-24

raguan pada diri sendiri. Guru dengan efikasi diri rendah sering terperosok dalam permasalahan kelas dan cenderung mengatakan bahwa kemampuan siswa yang rendah merupakan alasan mengapa siswa mereka tidak menguasai pelajaran. Guru yang mempunyai efikasi diri rendah tidak mempunyai

kepercayaan dalam kemampuan mereka untuk mengelola kelas mereka, menjadi tertekan dan marah pada perilaku buruk siswa, bersikap pesimistis terhadap kemampuan siswa untuk maju, mengambil pandangan melindungi atas pekerjaan mereka, sering memilih model pendisiplinan yang restriktif dan menggunakan sistem hukuman, serta mengatakan bahwa jika mereka dapat mengulang semuanya mereka tidak akan memilih mengajar sebagai profesi.

Kemampuan untuk mentrasnfer materi pelajaran adalah salah satu aspek dari efikasi diri pengajaran, tetapi efikasi diri pengajaran juga meliputi keyakinan bahwa seseoarang dapat memelihara kelas yang merupakan tempat yang menyenangkan untuk belajar dan keyakinan terhadap kemungkinan untuk mendapatkan sumber-sumber serta membuat orangtua terlibat secara positif dalam pembelajaran anak-anak (Santrock, 2011: 216).

Berikut ini adalah beberapa strategi yang bagus untuk meningkatkan efikasi diri siswa (Santrock, 2011: 217).

1. Ajarkan strategi-strategi spesifik.

(41)

25

2. Bimbinglah siswa dalam menetapkan tujuan.

Bantulah mereka menciptakan tujuan jangka pendek setelah mereka membuat tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek terutama membantu siswa untuk menilai kemajuan mereka.

3. Pertimbangkan kemampuan menguasai.

Berikan penghargaan yang berkaitan dengan kinerja kepada siswa, yang cenderung untuk menandakan kemampuan menguasai dari pada

penghargaan hanya untuk terlibat dalam tugas. 4. Kombinasikan pelatihan strategi dengan tujuan.

bahwa kombinasi dari pelatihan strategi dan penetapan tujuan dapat meningkatkan efikasi diri serta perkembangan keterampilan siswa. Berikan umpan balik kepada siswa mengenai strategi pembelajaran mereka yang berhubungan dengan kinerja mereka.

5. Berikan dukungan kepada siswa.

Dukungan positif dapat datang dari guru, orangtua, dan teman sebaya. Kadang-kadang seorang guru hanya perlu mengatakan kepada siswa,

”kamu dapat melakukannya”.

6. Pastikan bahwa siswa tidak terlalu emosional dan gelisah.

ketika siswa terlalu khawatir dan merasa menderita mengenai prestasi mereka, efikasi diri mereka hilang.

7. Berikan siswa model dewasa dan teman sebaya yang positif.

Karakteristik-karakteristik tertentu dari model ini dapat membantu siswa mengembangkan efikasi diri mereka. Sebagai contoh, siswa yang

(42)

26

menguasai tantangan sering kali mengadopsi perilaku model tersebut. Pemodelan terhitung efektif terutama dalam meningkatkan efikasi diri ketika siswa mengamati keberhasilan teman sebaya yang berkemampuan serupa dengan mereka.

Tabel 2. Aspek PenilaianSelf Efficacy

No ASPEK DESKRIPSI INDIKATOR

1 Pencapaian Kinerja Indikator kemampuan yang didasarkan kinerja

2 Pengalaman Orang Lain Bukti yang didasarkan pada kompetensi dan

3 Persuasi Verbal Mengacu pada umpan

balik langsung atau kata-kata guru atau orang yang lebih dewasa

4 Indeks Psikologis Penilaian terhadap kemampuan, kelebihan,

(43)

27

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam pembelajaran, karena dengan hasil belajar guru akan mengetahui sejauh mana siswa mengasai pembelajaran.

Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: penguasaan pelajaran serta keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan hal-hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu atau mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya (pada kelas berikutnya), walaupun hasil-hasil tersebut dapat berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, kematangan, dan penyesuaian sosial (Hamalik, 2001:103).

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat

mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Sedangkan, tugas seorang desainer dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrumen juga perlu merancang cara

(44)

28

Hasil belajar dapat di bedakan menjari tiga jenis ranah penting diantaranya adalah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

Secara umum, jenis hasil belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu 1) ranah kognitif, 2) ranah

psikomotor, dan 3) ranah afektif. Secara rinci, uraian masing-masing ranah tersebut ialah:

1) Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.

2) Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, yaitu pada bulan April 2015 di SMP Negeri 2 Seputih Mataram, kabupaten Lampung Tengah.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMPN 2 Seputih MataramTahun Pelajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIICdengan jumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIDdengan jumlah 34 siswa sebagai kelompok kelas yang dipilih dengan menggunakan teknikPurposive sampling(Margono, 2007: 128).

C. Desain Penelitian

(46)

30

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:I = kelas eksperimen, II = kelas kontrol; O1 =Pretest; O2 =Postest; X = Perlakuan model pembelajaranProblem Based Instruction, C = perlakuanmetode diskusi.

Gambar 2. Desain penelitian pretes postest non ekuivalen (Sukardi, 2007: 186)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu:

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, dan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA biologi untuk mendapatkan informasi tentangself-efficacyyang diteliti serta metode atau model apa yang diterapkan oleh guru dalam penyampaian

materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

(47)

31

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap pertemuan.

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa, beserta kisi-kisi soal.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modelProblem Based Instructionuntuk kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol.

A. Kelas Eksperimen

Langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

a) Guru memberikan siswa untuk mengerjakan soal tes awal (pretes) b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara:

Apersepsi:“Apakah dengan cara membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu upaya pelestarian lingkungan”?(Pertemuan pertama).

Apersepsi: “Hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, namun apa yang akan terjadi jika pohon di hutan terus menerus ditebang”

(48)

32

c) Siswa diberi motivasi dengan cara:

Motivasi:“Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya apa saja yang dapat kita lakukan untuk melestarikan lingkungan”

(pertemuan pertama).

Motivasi: “Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya apa saja yang dapat kita lakukan untuk melestarikan lingkungan”

(pertemuan kedua).

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

2. Kegiatan Inti

a) Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa

b) Mengorientasikan siswa pada masalah dengan membagikan LKK berbasis masalah kepada setiap kelompok.

c) Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, misalnya membaca literatur, yang sesuai dengan permasalahan pada LKK berbasis masalah.

d) Siswa mendiskusikan LKK untuk menemukan kegiatan manusia yang berkaitan dengan masalah perusakan atau pencemaran lingkungan. e) Setiap kelompok mengumpulkan LKK yang sudah dikerjakan

f) beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing. g) Memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat

(49)

33

3. Kegiatan Penutup

a) Guru mengadakan refleksi (flash back) pembelajaran hari ini. b) Bersama siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari c) guru membagikan soal tes akhir (postes) (diberikan pada pertemuan

kedua)

e) siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya

B. Kelas Kontrol

Langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

a) Guru memberikan siswa untuk mengerjakan soal tes awal (pretes) b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara:

Apersepsi:“Apakah dengan cara membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu upaya pelestarian lingkungan?”(pertemuan pertama).

Apersepsi: “Siapa yang dapat menyebutkan beberapa contoh aktivitas manusia yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan” (pertemuan kedua).

c) Siswa diberi motivasi dengan cara:

Motivasi:“Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya apa saja yang dapat kita lakukan untuk melestarikan lingkungan”

(50)

34

Motivasi: “Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui pentingnya lingkungan alam sekitar kita, sehingga tidak ada lagi alasan untuk mencemari lingkungan” (pertemuan kedua).

2. Kegiatan Inti

a) Seluruh siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing yang telah ditentukan

b) Guru membagikan LKK pada setiap kelompok c) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari

d) Guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam mengerjakan LKK e) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi

f) Meminta siswa untuk mengumpulkan LKK yang sudah dijelaskan g) Menginstruksi setiap kelompok yang ditunjuk untuk mempresentasikan

hasil diskusinya masing-masing

h) Memperhatikan presentasi siswa kemudian memberikan evaluasi hasil diskusi setiap kelompok

i) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

3. Kegiatan Penutup

a) bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini b) guru mengadakan postes (pertemuan kedua)

(51)

35

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi

Keterkaitan antara Kegiatan Manusia dengan Perusakan/Pencemaran Lingkungan yang diperoleh dari nilaipre testdanpost tes.Kemudian dihitung nilai N-gain, lalu dianalisis secara statistik dengan

menggunakan rumus Hake (dalam Loranz, 2008: 3).

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data angket tanggapan siswa terhadap Self-efficacysiswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknikpengumpulan data pada penelitianiniadalahsebagaiberikut: a. Pretes dan Postes

Hasil belajar berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes diambil sebelum

(52)

36

b. AngketTanggapan Siswa

Self-efficacypada penelitian ini berdasarkan pada empat aspek pengukuranself-efficacyyaitu pencapaian kinerja, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan indeks psikologis. Angket dibuat dalam bentuk pernyataan tertutup menggunakan skalaLikert. Metode ini merupakan penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.

1. Penyusunan Angket

AngketSelf-efficaccysiswa pada penelitian ini menggunakan skala

Likertyang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat sependapat (SS), sependapat (S), kurang sependapat (KS), tidak sependapat (TS), dan sangat tidak sependapat (STS). Angket berisi 16

pernyataan dan siswa memilih pendapat yang sesuai dengan kondisi

yang ia rasakan saat itu dengan memberikan tanda “X” padajawaban pada angket.Untuk menskor skala kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 5, 4, 3, 2, 1, untuk pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan yang bersifat negatif.

(53)

37

Tabel 3. Kisi-kisi Angket N

2. Uji Coba Angket

Sebelum angket digunakan, diuji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk memeriksa kesahihan (Validitas), baik isi maupun validitas konstruk serta kehandalan (reliabilitas), sehingga angket tersebut memenuhi syarat untuk digunakan. Pengujian ini dilakukan pada SMP sebanyak 30 orang. Setelah melakukan uji coba,

(54)

38

a). Validitas Angket

suatu angket dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid dan reliabel. Oleh karena itu sebelum angket digunakan, perlu dilakukan validasi angket agar angket yang digunakan valid atau tepat mengukur apa yang harus diukur. Pengukuran kevalidan item meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan analisis rasional, yaitu dengan cara

mengkonsultasikan dengan penimbang ahli. Untuk menguji validitas konsturk setiap item dalam indikatornya dilakukan analsis dengan rumus korelasiproduct momentdengan

menggunakan alat bantu SPSS versi 17.00 (Sugiyono, 2014: 352). Angket uji coba terdiri dari 16 item setelah dilakukan uji

validitas, rhitungdikonsultasikan terhadap harga rtabelpada taraf signifikan 5% dimana rtabeladalah 0,361 didapatkan16buah item yang valid sehingga dapat digunakan untuk uji sesungguhnya

b). Reliabilitas Angket

pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen. Pengujian realibilitas dengan teknikAlfa Cronbachdilakukan untuk jenis data interval/essay.

Rumus koefesien reliabilitasAlfa Cronbach:

ri=( 1) 1

S2 S2

(55)

39

ri = Nilai Reliabilitas

K = mean kuadrat antara subyek

S 2 = mean kuadrat kesalahan

S = varians total

Rumus untuk varians total dan varians item:

S =

JKi= jumlah kuadrat seluruh skor item JKs= jumlah kuadrat subyek

Data dikatakan reliabel apabila harga rhitunglebih besar dari harga rtabelsecara teoritis atau bisa ditulis (ri> rtabel) pada taraf signifikansi 0,005).

Jika ri >rtabelberarti reliabel Jika ri< rtabelberarti tidak reliabel

Angket uji coba terdiri dari 16 item setelah dilakukan uji realibilitas maka semua item dinyatakan reliabel.

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Hasil Belajar oleh Siswa

Data hasil belajar penelitian ini berupa nilai pretes, postes, dan N-gain. Untuk mendapatkan N-gainmenggunakan rumus Hake (dalam Rolanz, 2008: 3) yaitu:

N–Gain = X 100

Keterangan :

(56)

40

Nilai pretes, postest, dan N-gainpada kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya dianalisis menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang sama (homogen). Jika homogen selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan ujiANOVAsatu jalur. Namun apabila data tidak berdistribusi normal dan data tidak homogen maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji U atau ujiMann-Whitney

dengan program SPSS versi 17.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiKolmogrov-Smirnov Z

dengan program SPSS versi 17, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Z = Keterangan :

Xi= angka pada data. x = rata-rata data, S = standar deviasi, FT= Probabilitas komulatif normal, Fs= Probabilitas komulatif empiris

Dengan signifikasi uji,│ FT - Fs│ terbesar dibandingkan dengan nilai tabelKolmogorov Smirnov Z.

a. Hipotesis

(57)

41

b. Kriteria Pengujian

Terima H0jika Lhitung< Ltabelataup-value> 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Siregar, 2014: 153).

2. Uji Homogenitas

Uji atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah ujiFisher. Dengan rumus yang digunakan, yaitu homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan:

F = = / ( )

/ ( )= 2

Keterangan : F = Homogenitas

= Varian antar kelompok = Varian dalam kelompok

Adapun kriteria pengujiannya adalah : 1. Terima H0jika harga Fhitung< Ftabel

2. Tolak H0jika harga Fhitung> Ftabel= 0,05 dan derajat kebebasan (Susetyo, 2012: 258).

3. Pengujian Hipotesis

Setelah prasyarat terpenuhi maka dilakukan uji lanjutan, yakni

(58)

42

Apabila data yang didapatkan berdistribusi normal, maka dilakukan ujiAnovaSatu Jalur

1) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 :Kedua sampel mempunyai varians berbeda

2) Kriteria Uji

Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

b)Uji Mann-Whitney U

Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U

1) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

2) Kriteria Uji

- Jikap-value> 0,05 maka terima Ho

- Jikap-value< 0,05 maka tolak Ho(Pratisto. 2004:36).

2. Data Kualitatif

1. Angket Tanggapan SiswaSelf-efficacy

(59)

43

(S), kurang sependapat (KS), tidak sependapat (TS), dan sangat tidak sependapat (STS). Angket berisi 16 pernyataan, yang terdiri dari 8

pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif. Siswa memilih pendapat yang sesuai dengan kondisi yang dirasakan saat itu dengan memberikan tanda

“X” padajawaban pada angket. Angket diberikan kepada siswa yang mengikuti Pembelajaran PBI dan pembelajaran konvensional sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

a. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.

Tabel 4. Skor per jawaban angket

Sifat

Keterangan: SS= sangat sependapat; S = sependapat; KS = kurangsependapat; TS = tidak sependapat; STS= sangat tidak sependapat

b. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 5. Data angket tanggapan siswa terhadapself-efficacy

(60)

44

c. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah

skor jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

d. Menafsirkan persentase angket tanggapan siswa terhadap self-efficacy

Tabel 6. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap Self-efficacysiswa

(61)

45

2. Angket Tanggapan Siswa PBI

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai penggunaan modelproblem based instructionsiswadi kelas. Pada penelitian ini menggunakan skalaLikert yang terdiri dari dua pilihan jawaban, yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS). Angket berisi 10 pernyataan, yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Siswa memilih pendapat yang sesuai dengan kondisi yang dirasakan saat itu dengan memberikan

tanda “X” pada jawaban pada angket. Angket diberikan kepada siswa yang mengikuti Pembelajaran PBI dan pembelajaran konvensional sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

a. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor per jawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 2

Positif TS S

Negatif S TS

Keterangan: S = setuju;TS = tidak setuju

(62)

46

Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap PBI

No. Pertanyaan

c. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah

skor jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

d. Menafsirkan persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaanproblem based instruction

Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaanproblem based instruction

(63)

61

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaranProblem based Instructionberpengaruh dalam meningkatkan hasilbelajar siswa pada materi pokok peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaranProblem based Instruction

berpengaruhdalam meningkatkanSelf-efficacysiswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Siswa sebaiknya membiasakan diri untuk percaya dengan kemampuannya

sendiri, berperan aktif dalam setiap pembelajaran di kelas, sehingga dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar, serta meningkatkan hasil belajar siswa melaluiSelf-efficacy.

(64)

62

3. Sekolah disarankan mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran

problem based instruction, sehingga dapat mengoptimalkanSelf-efficacy

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar. 2008.Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya

Aqib, Zainal. 2013.Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).Yrama Widya. Bandung

Atok, H. 2011.Faktor yang mempengaruhi hasil belajar. (online).

http://hilmiatok.blogspot.com/2011/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.Diakses pada tanggal 18 Januari 2015. Pukul 19.00 WIB.

Baron, Robert A. 2003.Psikologi Sosial. Erlangga. Jakarta Bandura, A. 2008.Self Efficacy: New York (1-14). (Online).

http://www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.html, diakses pada Senin 17 November 2014; 19: 30 WIB.

Dirman. 2014.Penilaian Dan Evaluasi. Rineka Cipta. Jakarta

Feist, Jess and Gregory j. Feist. 2010.Teori kepribadian. Salemba humanika. Jakarta

Friedman, Howard. S dan Mariam W. Schustack. 2006. Kepribadian teori klasik dan modern jilid 1. Erlangga. Jakarta

Hamalik, O. 2001.Kurikulum Dan Pembelajaran. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, M., dan Nur, M., 2000.Pengajaran Berdasarkan Masalah. University

Press. Surabaya

Loranz, D. 2008.Gain Skor. (online). http://www.tmcc.edu./vp/acstu/ assesment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/ SLOAPHYSDisipline Rep0708.pdf. Diakses pada tanggal 13 Desember 2014. Pukul 20.00 WIB.

Nasution, S. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

(66)

64

http://eprints.uny.ac.id/10098/1/P%20-%2086.pdf, diakses pada Senin 17 Desember 2014 pada pukul19: 00WIB.

Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman. Dr.M.Pd. 2012.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Sanjaya, Wirna. 2009.Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Kencana. Jakarta

Santrock, John W. 2011.Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika. Jakarta Setiawan, pongky. 2014.Siapa takut tampil percaya diriparasmu. Yogyakarta Sudjana. 2002.MetodeStatistika. Tarsito. Bandung

Sugiyono. 2014.Stastika Untuk Penelitian.Alfabeta. Bandung

Sukardi. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetisi dan Praktiknya.

Bumi Aksara. Jakarta

Susanti, Ari. 2013.Pengertian Pendidikan. (online) Diakses

darihttp://jurnalarie.blogspot.com/2013/06/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html.29 Desember 2014 21.10 WIB

Suwandi, T. 2012.Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung

Trianto. 2009.Mendesain model pembelharan inovatif-progresif. Kencana prenada media group. Jakarta

Wiratmaja, C.G.A. I W. Sadia, dan I W. Suastra. 2014.Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Self-Efficacy dan Emotional Intelligence Siswa SMA. (Online).

Gambar

tabel dibawah ini
Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tabel 2. Aspek Penilaian Self Efficacy
Gambar 2. Desain penelitian pretes postest non ekuivalen (Sukardi, 2007: 186)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republic Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Oraganisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan

Dari data jumlah kendaran yang telah di jual Toko Motor Barokah di atas, total penjualan dari tahun 2012 hingga tangun 2015 adalah ..... Jumlah kenaikan penjualan tertinggi dari

Angka kematian ibu di puskesmas mengalami peningkatan sebesar 5 kasus pada tahun 2013, meskipun demikian program ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

Praise to be Allah, who gives the writer His blessing and guidance, so the writer can finish his research paper entitled “The Effectiveness of Error Correction Feedback in

The problem faced by teacher of SMP N 2 Simo Boyolali in teaching reading to the second year students are that the student feels bored in learning English, because they have

Adapun hasil akhir yang diharapkan ( ultimate objectives ) dengan terumuskannya kebijakan pengembangan wilayah pesisir ini adalah sumber daya alam pesisir yang berkelanjutan,

Secara umum indikasi klinis terapi oksigen diberikan pada pasien yang menderita ketidakadekuatan oksigenasi jaringan yang terjadi akibat sumbatan jalan nafas,

• Aplikasi dapat mempermudah pengguna dalam melihat informasi dengan pengkategorian. • Aplikasi dapat mempermudah pengguna dalam melihat informasi dengan pencarian