• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

DEFRI DUANTIKA NIM 1111046100078

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Syariah Mandiri). Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syaif Hidayatullah Jakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan kondisi kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri secara komprehensif meliputi kinerja keuangan dan syariah. Metode penelitian yang digunakan ialah analisis kuantitatif dan statistik. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan metode RGEC berdasarkan PBI No.13/1/PBI/20011 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014. Pengukuran kinerja syariah dilakukan dengan menggunakan metode Islamicity Performance Index berdasarkan penelitian Hameed dkk (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Alternative Disclosure & Performance Measures For Islamic Banks. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja keuangan yang ditinjau dari aspek REC pada periode 2010 -2014 yang meliputi NPF, FDR, ROA, NOM, dan CAR dapat diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan kedua bank dinilai baik. Pada anaslisis statistik yang digunakan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada NPF, FDR, ROA, dan CAR akan tetapi pada rasio NOM terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank Muamalat Indonesia dengan Bank Syariah Mandiri. Pada pengukuran kinerja syariah dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan pada analisis statistik yang digunakan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada ZPR, EDR,

Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada PSR. Kata kunci : Kinerja Keuangan, Kinerja Syariah, Metode RGEC, Islamicity Performance Index

(6)

vi

Puji Syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya meskipun terdapat banyak kekurangan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun yaa wall aakhirat.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan berbagai bentuk bantuan baik berupa sapaan moril, kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial, maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Unversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vii

3. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang sangat sabar dalam membimbing penulis dalam menulis skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, berbagai motivasi, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mendapatkan pelajaran berharga yang bermanfaat untuk masa depan. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak berupa limpahan rezeki dan keberkahan dunia dan akhirat.

4. Kepada Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

5. Bapak Dr. Hasanuddin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan waktu luangnya untuk berkonsultasi mengenai masalah akademik selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

7. Kepada kedua orang tuaku Bapak Yatimin dan Ibu Sukasmiyati, juga kakak dan adikku tercinta Febriana Felayati dan Rizky Nur Ikhsan, yang telah

(8)

viii dunia dan akhirat.

8. Kepada sahabat-sahabat semasa SMK Pipit, Putri, Puput, Dira, Eka, Riany, Anti, Erna, Khoirunnisa, Dian Firly, dan Chairunnisa yang telah meringankan beban penulis selama masa skripsi. Terimakasih untuk kalian.

9. Kepada Dina Fadhillah yang telah berjuang bersama penulis melewati masa sulit selama sidang semi proposal, ujian komprehensif, hingga masa bimbingan skripsi. Semoga kebaikan Dina dibalas sama Allah.

10.Kepada Akhawat-akhawat terhebat, Ni’matul Hidayah, Siti Yuhanah, Firda Istiani, Mutia Rahmah, Kartini, Siti Nurhotimah, Tia Fitriyani, Nidaul Hasanah, Kak Febriani Nancy, Kak Suci Aprilia Safitri, Ika Yulita, dan Elfi Handayani yang selama ini menjadi inspirasi penulis dan telah banyak membantu penulis.

11.Kepada Keluarga Besar Lingkar Studi Ekonomi Islam (LiSEnSi) yang telah menjadi keluarga kedua penulis di kampus dan telah memberikan banyak ilmu, pengalaman dan juga inspirasi. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh keberkahan Alah Swt.

(9)

ix

Ba’un yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

14.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaianskripsi ini. Semoga Allah Swt membalas yang terbaik dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat dan menyumbangkan aspirasi bagi perkembangan industri keuangan syariah.

Jakarta, 22 September 2015

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah ... 14

1. Pengertian Bank Syariah ... 14

(11)

xi

B. Kinerja Bank ... 19

1. Pengukuran Kinerja ... 19

2. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ... 20

3. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 21

C. Islamicity Performance Index (IPI) ... 25

D. Review Studi Terdahulu ... 30

E. Kerangka Pemikiran ... 37

F. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Objek Penelitian ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Teknik Analisis Data ... 42

E. Definisi Operasional Variabel ... 43

1. Pengukuran Berdasarkan RGEC ... 47

2. Pengukuran Berdasarkan IPI ... 48

(12)

xii

2. Earnings ... 58

a. Return On Assets ... 59

b. Net Operating Margin ... 61

3. Capital ... 64

B. Perbandingan Kinerja Keuangan BMI dengan BSM ... 68

C. Analisis Kinerja Syariah Dengan Menggunakan Metode IPI ... 75

1. Profit Sharing Ratio ... 75

2. Zakat Performance Ratio ... 77

3. Equitable Distribution Ratio ... 79

4. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio ... 83

5. Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio ... 84

D. Perbandingan Kinerja Syariah BMI dengan BSM ... 88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 98

(13)

xiii

Tabel 2.1 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC 21

Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ……….. 34

Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF ……… 47

Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA ………... 49

Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NOM ……….. 50

Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penilaian Rasio CAR ………... 50

Tabel 4.1 Perhitungan Rasio NPF Bank Muamalat Indonesia ……….. 53

Tabel 4.2 Perhitungan Rasio NPF Bank Syariah Mandiri ………. 54

Tabel 4.3 Perhitungan Rasio FDR Bank Muamalat Indonesia ……….. 56

Tabel 4.4 Perhitungan Rasio FDR Bank Syariah Mandiri ………. 57

Tabel 4.5 Perhitungan Rasio ROA Bank Muamalat Indonesia ……….. 59

Tabel 4.6 Perhitungan Rasio ROA Bank Syariah Mandiri ... 60

Tabel 4.7 Perhitungan Rasio NOM Bank Muamalat Indonesia ... 62

Tabel 4.8 Perhitungan Rasio NOM Bank Syariah Mandiri ... 63

Tabel 4.9 Perhitungan Rasio CAR Bank Muamalat Indonesia ... 64

Tabel 4.10 Perhitungan Rasio CAR Bank Syariah Mandiri ... 65

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BMI Berdasarkan RGEC ... 66

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja BMI Berdasarkan RGEC ... 67

Tabel 4.13 Perbandingan Kinerja Rasio NPF BMI dan BSM ... 68

(14)

xiv

Tabel 4.17 Perbandingan Kinerja Rasio CAR BMI dan BSM ... 74

Tabel 4.18 Perhitungan Rasio PSR Bank Muamalat Indonesia ... 77

Tabel 4.19 Perhitungan Rasio PSR Bank Syariah Mandiri ... 76

Tabel 4.20 Perhitungan Rasio ZPR Bank Muamalat Indonesia ... 77

Tabel 4.21 Perhitungan Rasio ZPR Bank Syariah Mandiri ... 78

Tabel 4.22 Perhitungan Rasio EDR Bank Muamalat Indonesia ... 79

Tabel 4.23 Perhitungan Rasio EDR Bank Syariah Mandiri ... 80

Tabel 4.24 Perhitungan Rasio Investasi Halal dan Non-Halal Bank Muamalat Indonesia ... 83

Tabel 4.25 Perhitungan Rasio Investasi Halal dan Non-Halal Bank Syariah Mandiri ... 84

Tabel 4.26 Perhitungan Rasio Pendapatan Halal dan Non-Halal Bank Muamalat Indonesia ... 85

Tabel 4.27 Perhitungan Rasio Pendapatan Halal dan Non-Halal Bank Syariah Mandiri... 85

Tabel 4.28 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja Syariah BMI Berdasarkan Islamicity Performance Index ... 87

Tabel 4.29 Ringkasan Hasil Penilaian Kinerja Syariah BSM Berdasarkan Islamicity Performance Index ... 87

(15)

xv

Tabel 4.33 Perbandingan Kinerja Rasio Pendapatan Halal dan Non-Halal BMI

dan BSM ……….. 94

Tabel 5.1 Rata-rata Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Periode 2010 – 2014 ……… 96 Tabel 5.2 Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank

Syariah Mandiri Periode 2010 – 2014 ………. 97 Tabel 5.3 Rata-rata Kinerja Syariah Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah

(16)

xvi

Gambar 4.1 Persentase Perbandingan Rasio NPF BMI dengan BSM ... 55

Gambar 4.2 Persentase Perbandingan Rasio FDR BMI dengan BSM ... 58

Gambar 4.3 Persentase Perbandingan Rasio ROA BMI dengan BSM ... 61

Gambar 4.4 Persentase Perbandingan Rasio NOM BMI dengan BSM ... 63

Gambar 4.5 Persentase Perbandingan Rasio CAR BMI dengan BSM ... 66

Gambar 4.6 Persentase Perbandingan Kinerja Rasio PSR BMI dengan BSM 77 Gambar 4.7 Persentase Perbandingan Kinerja Rasio ZPR BMI dengan BSM 79 Gambar 4.8 Persentase Perbandingan Kinerja Rasio EDR Qardh dan Donasi BMI dengan BSM ... 81

Gambar 4.9 Persentase Perbandingan Kinerja Rasio EDR Beban Gaji Pegawai BMI dengan BSM ... 82

Gambar 4.10 Persentase Perbandingan Kinerja Rasio EDR Laba Bersih BMI dengan BSM ... 83

(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah dewasa ini tumbuh sangat pesat. Perbankan syariah menunjukkan ketangguhannya sebagai salah satu pilar penyokong stabilitas sistem keuangan nasional. Bank syariah mampu berkembang di tengah krisis yang pernah melanda Indonesia pada tahun 2008. Menurut Islamic Development Bank (IDB) aset finansial syariah global saat itu telah mencapai US$900 miliar dengan pertumbuhan 20% per tahun. 1 Perkembangan bank syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Sampai bulan Maret 2015 jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemain-pemain baru baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Bank Umum Syariah yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 5 BUS dimana 3 BUS merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun 2010 terdapat 23 UUS, dan 11 BUS. Angka tersebut terus bertahan sampai pada bulan Juli 2014 jumlah BUS bertambah menjadi 12 BUS

1

(18)

akibat 1 UUS spin off sehingga jumlah UUS di tahun 2014 terdapat 22 UUS, dan 12 BUS.2

Perkembangan bank syariah yang cukup pesat sebenarnya bukan tanpa masalah, sehingga perjalanan bank syariah di Indonesia pasti terdapat tantangan-tantangan. Salah satu tantangan utama bank syariah adalah bagaimana mewujudkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan atau stakeholder.

Dalam hal ini stakeholder yang dimaksud adalah seluruh stakeholder, baik

stakeholder langsung yang merasakan dampak secara langsung (dewan komisaris, dewan direksi, karyawan) maupun stakeholder tidak langsung yang merasakan dampak secara tidak langsung (investor, pemerintah, dan masyarakat).

Kepercayaan ini akan berguna bagi bank-bank syariah dalam upayanya untuk terus tumbuh, dan berkembang. Bank akan mampu memobilisasi simpanan, menyalurkan pembiayaan, menanamkan investasi, memperluas kesempatan kerja, serta membantu pemerintah membiayai defisit anggaran untuk pembangunan, dan mengakselerasi pembangunan ekonomi dengan baik. Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon realitas bahwa penyedia dana serta stakeholder yang lain memiliki harapan, dan mereka tidak akan

2

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Maret 2015, artikel diakses pada 17 Juni

(19)

menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi mereka tidak terpenuhi.3

Kepentingan dan harapan dari seluruh stakeholder bank syariah tentu harus diupayakan untuk dipenuhi oleh pengelola bank syariah dalam kerangka keadilan dan kewajaran. Berdasarkan seluruh kepentingan dan harapan

stakeholder terhadap bank syariah tersebut dapat diakomodasi oleh sistem penilaian kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja sosial (social performance) yang dikembangkan secara komprehensif. Kinerja keuangan bagi bank syariah diantaranya bisa diwakili dalam beberapa variabel dalam pengukuran kesehatan finansial bank syariah. Sedangkan untuk melihat kinerja sosial perlu dikembangkan sebuah model penilaian yang dikembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah ada, yang diharapkan bisa mencover kepentingan dan harapan dari manajemen, pegawai, pemegang saham, pemegang rekening investasi mudharabah, pemegang rekening wadiah, pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.4

Bank Indonesia membuat Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum dengan pendekatan Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital (RGEC) yang

3

Azis Budi Setyawan. Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di

Indonesia. Tesis. Universitas Paramadina. Jakarta 4

Prasetyo Adi Sulistiyo, dkk, Pengukuran Kesehatan Bank Syariah berdasarkan Islmacity

(20)

merupakan metode baru pengukuran tingkat kesehatan bank. Pada tahun 2014 ada penyempurnaan terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut, ditandai dengan diedarkannya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang masih menggunakan pendekatan yang sama. Tujuan dibuatnya Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan tersebut adalah agar bank dapat mengidentifikasi permasalahan lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan prinsip

Good Corporate Governance dan manajemen risiko yang lebih baik,5 sehingga diharapkan nantinya dapat menentukan solusi terbaik untuk membuat kebijakan yang lebih baik untuk bank syariah ke depannya.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dan dapat menjalankan fungsi sosial.6

Namun kenyataannya di Indonesia dengan keberadaan berbagai pengukuran kinerja yang ada saat ini (seperti RGEC, balance scorecard, Return On Investment (ROI)) tidak mampu mengungkapkan fungsi sosial suatu bank.

5

Otoritas Jasa Keuangan, Surat Edaran OJK No, 10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah, 2014, h. 2 6

Mellia Kusumawati, Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan Metode

(21)

Pengukuran kinerja saat ini hanya menampilkan financial performance saja, sehingga diperlukan pengukuran kinerja yang tidak hanya mampu mengungkapkan nilai-nilai materialistiknya saja, namun juga mampu mengungkapkan nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung dalam bank syariah. Nilai-nilai spiritual dan sosial yang dimaksud adalah nilai-nilai tentang keadilan, kehalalan dan kesucian.7

Kesadaran akan sasaran ini, kemudian menghasilkan alat ukur bagi bank syariah yang khas dan lebih komprehensif. Ada dua penelitan yang mencoba merepresentasikan hal tersebut. Penelitian Samad dan Hasan yang menggunakan pengukuran rasio keuangan yang umum digunakan ditambah alat ukur baru yaitu

Long term loan ratio (LTA), Government Bond Investment Ratio (GBD), dan

Mudaraba-Musharakah ratio (MM/L) kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hameed yang berhasil menemukan alat ukur baru yang disebut Islamicity Performace Index. Terdapat tujuh rasio keuangan yang diukur dari Islamicity Performance Index, yaitu profit sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio, directors-employee welfare ratio, islamic investment vs non

islamic investment ratio, islamic income vs non islamic income, dan AAOIFI

index.8

7

Prasetyo Adi Sulistiyo, dkk, Pengukuran Kesehatan Bank Syariah berdasarkan Islmacity

Performance Index (Studi Pada BMI dan BSM), Forum Riset Keuangan Syariah I, 2012, h. 3 8

Shahul Hameed bin Mohamed Ibrahim, dkk, Alternative Disclosure Performance

Measurement in Islamic Bank, 2nd International Conference on Administrative Sciences, King Fahd

(22)

Untuk menilai kinerja perbankan syariah di Indonesia, dibutuhkan sampel yang kuat yang secara relatif mampu merepresentasikan kinerja perbankan syariah di Indonesia secara umum.9 Pada akhir tahun 2013, dua Bank Umum Syariah yang memiliki market share terbesar adalah Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 2013 dari empat Bank Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS), dan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) yang dianalisis asetnya mencapai Rp 150,77 Triliun atau 62,23% dari total aset Bank Syariah. BSM menguasai 26,41% pangsa pasar perbankan syariah, sedangkan BMI menguasai 22,57% pangsa pasar perbankan syariah.10

Adanya perkembangan perbankan syariah yang pesat dan tantangan bank syariah dalam meningkatkan kepercayaan dan loyalitas deposan, shareholder,

dan stakeholder lainnya, membuat peneliti merasa perlu untuk menilai kinerja bank umum syariah di Indonesia melalui indeks pengukuran kinerja dengan mengevaluasi kinerja bank syariah tidak hanya dari segi keuangan tetapi juga mampu mengevaluasi prinsip keadilan, kehalalan dan penyucian (tazkiyah). Oleh karena itu, penelitian ini akan menggabungkan dua metode pengukuran yakni metode pengukuran kinerja keuangan BUS berdasarkan Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014 dan Islamicity Performance Index (IPI).

9

Prasetyo Adi Sulistiyo, dkk, Pengukuran Kesehatan Bank Syariah berdasarkan Islmacity

Performance Index (Studi Pada BMI dan BSM), Forum Riset Keuangan Syariah I, 2012, h. 4

10

(23)

Pengukuran terhadap kinerja keuangan menggunakan indikator Risk Profile, Good Corporte Governance, Earning, Capital (RGEC) dan pada kinerja syariah digunakan indikator profit-sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distributionratio, slamic vs non-islamic investment ratio,dan islamic vs non islamicincome ratio. Dengan demikian, penelitian ini mengambil judul : “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan stakeholder masih menjadi tantangan utama bagi bank syariah di Indonesia.

2. Kurangnya sistem penilaian kinerja yang dapat mengakomodasi harapan dan kepentingan stakeholder terhadap bank syariah.

3. Pengukuran kinerja Bank Syariah sampai sekarang hanya mampu merepresentasikan financial performance saja.

(24)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan berbagai masalah yang telah disebutkan di atas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu penulis hanya akan fokus untuk meneliti masalah pengukuran kinerja yang sampai saat ini hanya mengukur kinerja keuangan, sehingga pada penelitian ini penulis akan mengukur kinerja bank syariah dengan dua pengukuran, yaitu RGEC untuk pengukuran kinerja keuangan, dan Islamicity Performance Index untuk pengukuran kinerja syariah.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri berdasarkan RGEC periode 2010 - 2014?

b. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dengan Bank Syariah Mandiri Periode 2010 – 2014? c. Bagaimana kinerja syariah Bank Muamalat Indonesia bila dibandingkan

dengan Bank Syariah Mandiri berdasarkan pengukuran Islamicity Performance Index periode 2010 - 2014?

(25)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk :

a. Membandingkan kondisi kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri berdasarkan RGEC periode 2010 -2014.

b. Membandingkan kondisi kinerja syariah Bank Muamalat Indonesia bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri berdasarkan pengukuran

Islamicity Performance Index periode 2010 - 2014. 2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah :

a. Dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti pribadi. b. Dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan

sebgai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.

c. Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang kinerja keuangan dan kinerja syariah Bank Umum Syariah.

(26)

sehingga dapat diambil kebijakan yang dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerjanya.

e. Menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dan juga investor untuk dapat menempatkan dananya pada Bank Muamalat Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berjenis kuantitatif. Data bersumber dari laporan keuangan audited dan Laporan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Muamalat Indonesia periode 2010 - 2014. Penelitian ini juga menggunakan laporan keuangan

audited Bank Syariah Mandiri periode 2010 - 2014 sebagai pembanding atas kinerja syariah Bank Muamalat Indonesia.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan

(27)

b. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data laporan keuangan audited dan laporan Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Objek Penelitian

Bank yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri.

4. Metode Analisis Data

Proses analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak-balik dan berinteraktif, yang terdiri dari:

a. Pengumpulan data (data collection) b. Reduksi data (data reduction) c. Penyajian data (data display)

d. Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification)

Pengukuran RGEC dalam penelitian ini hanya akan menghitung REC (Risk Profile, Earning, dan Capital) dikarenakan adanya kesulitan memperoleh data berupa governance structure dan governance process,

sehingga variabel GCG tidak dihitung. Pengukuran REC menggunakan rasio

(28)

Sedangkan pengukuran IPI, penulis menggunakan lima indikator, yaitu profit-sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio, islamic vs non islamic investment ratio, dan islamic vs non islamic

income ratio.

5. Teknik Penulisan

Teknis penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan buku panduan penelitian yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

(29)

setiap komponen yang ada di dalam Islamicity Performance Index

berdasarkan penelitian yang dilakukan Hameed, dkk pada tahun 2004. BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis dan sumber data, objek penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan metode analisis data yang akan digunakan.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil pengukuran kinerja keuangan dan kinerja syariah. Pengukuran kinerja keuangan Bank Umum Syariah dilakukan dengan metode REC (Risk Profile, Earnings, Capital) berdasarkan Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014. Pengukuran kinerja syariah dilakukan dengan metode Islamicity Performance Index.

BAB V : PENUTUP

(30)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah1

Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non-devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang sing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.

Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

1

(31)

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki WNI dan/atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.

2. Tujuan Bank Umum Syariah

Tujuan Bank Syariah dapat dijabarkan dalam 6 point tujuan utama, yaitu :2 1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam,

khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan.

2) Untuk menciptakan suatu keadilan, dibidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi.

3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat. 4) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan. 5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter

6) Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional.

2

Hari Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : EKONISIA, 2008) h.

(32)

3. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah3 a. Penghimpunan Dana

1) Prinsip Wadi’ah

Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam dalam wadi’ah

dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. 2) Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposit bertindak sebagai sahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai

mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan

murabahah atau ijarah. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

3

Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Rajagrafindo

(33)

b. Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :

1) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli  Pembiayaan Murabahah

Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin).

 Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai.

 Pembiayaan Istishna’

(34)

2) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

 Pembiayaan Musyarakah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah

atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.

 Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih di mana pemilik modal (sahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

4) Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap, diantaranya adalah :

(35)

 Rahn (Gadai)

 Qardh (Pinjaman)

 Wakalah (Perwakilan)

 Kafalah (Garansi Bank)

c. Jasa

 Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Pada prinsip jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

Ijarah (Sewa)

Jasa kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

B. Kinerja Bank

1. Pengukuran Kinerja

(36)

secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan standar, dan kriteria yang telah ditetapkan.4

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan pengukuran atas aktivitas/tugas yang telah dilakukan secara periodik berdasarkan standar pengukuran kinerja yang digunakan. Hasil dari pengukuran tersebut digunakan sebagai alat, penentu kebijakan dan strategi organisasi tersebut ke depannya.

2. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja Bank.Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating), dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut :

a. Profil Risiko (Risk Profile)

b. Good Corporate Governance (GCG) c. Rentabilitas (Earnings)

d. Permodalan (Capital)

Hasil akhir dari penilaian Tingkat Kesehatan Bank, bagi manajemen bank dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan

4

(37)

kebijakan yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia digunakan sebagai sarana pengawasan terhadap pengelolaan bank oleh manajemen.5 3. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

[image:37.612.124.544.110.685.2]

Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan SE.OJK No. 10/SEOJK.03/2014 yang menjadi faktor penilaian tingkat kesehatan bank dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC Risk Profile

Indikator Keterangan

Risiko Kredit

Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

Risiko kredit dihitung dengan menggunakan rasio

Non Performing Financing:

Risiko Pasar

Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. Risiko Pasar meliputi antara lain risiko

benchmark suku bunga (benchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.

Risiko pasar dapat dihitung dengan menghitung Volume Aset Portofolio (VAP). VAP dapat dirumuskan

5

Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta : Lembaga Penerbit

(38)

sebagai berikut :

Risiko Likuiditas

Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

Risiko likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut:

1. Financing to Deposit Ratio (FDR)

2. Cash Ratio

Risiko Operasional

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

Risiko Hukum Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.

Risiko Strategik

Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

(39)

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.

Risiko Reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).

Risiko Imbal Hasil

Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.

Risiko Investasi

Risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang menggunakan metode net revenue sharing

maupun yang menggunakan metode profit and loss sharing.

Good Corporate Governance

(40)

Earnings

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, manajemen rentabilitas, dan pelaksanaan fungsi sosial.

Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada empat rasio yaitu: 1. Return on Assets (ROA)

2. Net Operation Margin (NOM)

3. Net Imbalan (NI)

4. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Capital

Penilaian faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan Permodalan. Capital atau permodalan memiliki indikator

antara lain rasio kecukupan modal dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko,yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha

dan kompleksitas usaha bank. Rasio kecukupan modal :

(41)

C. Islamicity Performance Index (IPI)

Islamicity Performance Index (IPI) merupakan alat pengukuran kinerja yang mampu mengungkapkan nilai-nilai kesyariahan yang ada di dalam bank syariah. Dalam penerapannya, IPI hanya digunakan dalam tataran akademisi saja, yakni terbatas pada penelitian mengenai kinerja perbankan syariah. Penggunaan dalam ruang lingkup praktisi, IPI belum ditetapkan penggunaannya oleh regulator, baik di Malaysia, maupun di Indonesia. Dalam metode pengukuran kinerja bank syariah, rasio keuangan yang digunakan antara lain :6

a. Profit-sharing ratio

Bagi hasil merupakan inti dari Bank Syariah. Rasio ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pembiayaan yang menggunakan skema bagi hasil, yakni mudharabah dan musyarakah yang disalurkan atas total pembiayaan. Komponen yang ada dalam rasio ini adalah mudharabah, musyarakah, dan total pembiayaan yang telah disalurkan. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (sahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola.7 Dalam akad mudharabah, keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang ada di dalam kontrak antara sahibul maal dengan pengelola dana. Musyarakah adalah

6

Shahul Hameed bin Mohamed Ibrahim, dkk, Alternative Disclosure Performance

Measurement in Islamic Bank, 2nd International Conference on Administrative Sciences, King Fahd

University of Petroleum and Minerals, 2004, h. 7 7 Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema Insani,

(42)

akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.8 Dalam akad musyarakah, tidak hanya dana yang dapat dikontribusikan, kemampuan dan nama baik dapat juga dapat dikontribusikan sebagai objek akad. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam bentuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik (IMBT), transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna, dan transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, transaksi multijasa dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah.

b. Zakat Performance Ratio

Kinerja bank syariah harus didasarkan pada pembayaran zakat bank untuk menggantikan indikator kinerja konvensional, yakni Earning Per Share. Definisi zakat menurut syara’ : berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta.

Apabila dikaitkan dengan Zakat Performance Ratio, kinerja zakat dapat diukur dari seberapa besar bank syariah menyalurkan zakat dari kekayaan bersih (netassets). Artinya, semakin besar kekayaan bersih, idealnya semakin besar bank syariah dalam menyalurkan zakat. Kekayaan bersih ialah aset bank

8

(43)

yang terbebas dari liabilitas (utang). Disini terlihat bahwa komponen di dalam ZPR mengikuti syarat zakat, yakni bahwa harta yang dizakati bukan merupakan harta hasil utang.9

Menurut madzab Hanafi, utang yang berkaitan dengan hak para hamba mencegah kewajiban zakat. Menurut madzab Hanbali, utang mencegah kewajiban zakat untuk harta-harta yang tidak terlihat (maksudnya emas, perak, uang, dan barang dagangan). Madzab Maliki mengatakan bahwa utang menggugurkan kewajiban zakat emas dan perak yang tidak diperdagangkan.10

Menurut PSAK 101, aktivitas pengelolaan zakat disajikan dalam laporan dana zakat pada laporan keuangan syariah. Penyajian informasi pengelolaan dana zakat merupakan wujud kepedulian entitas syariah dalam memenuhi kewajiban sosialnya kepada masyarakat.11 Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah tidak hanya menjalankan aktivitas bisnisnya saja, tetapi juga menjalankan aktivitas syariah, yakni menyalurkan zakat kepada yang berhak menerimanya.

9

Shahul Hameed bin Mohamed Ibrahim, dkk, Alternative Disclosure Performance

Measurement in Islamic Bank, 2nd International Conference on Administrative Sciences, King Fahd

University of Petroleum and Minerals, 2004, h. 7 10

Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mahzab, (Bandung : Renaja Rosdakarya, 2005),

h. 111-112 11

(44)

c. Equitable Performance Ratio

Indikator ini pada dasarnya menjelaskan performa distribusi pendapatan yang diperoleh bank syariah kepada stakeholder-nya.Stakeholder

yang dimaksud adalah penerima qardh & donasi, pegawai bank, pemegang saham, dan laba bersih untuk bank. Rasio ini mengungkapkan seberapa besar pendapatan yang didistribusikan kepada stakeholder. Pendapatan yang dihitung tentunya sudah dikurangi dengan zakat dan pajak.12

Apabila merujuk kepada teori distribusi Islam, pada dasarnya Islam memiliki dua sistem distribusi utama, yakni distribusi secara komersial dan mengikuti mekanisme pasar serta sistem distribusi yang bertumpu pada aspek keadilan sosial masyarakat. Sistem distribusi pertama, bersifat komersial, berlangsung melalui proses ekonomi.13 Menurut Qardhawi, ada empat aspek terkait keadilan distribusi, yaitu : 1) gaji yang setara bagi para pekerja; 2) profit atau keuntungan untuk pihak yang menjalankan usaha atau yang melakukan perdagangan melalui mekanisme bagi hasil; 3) biaya sewa tanah serta alat produksi lainnya; 4) tanggung jawab pemerintah terkait dengan peraturan dan kebijakannya. Adapun sistem yang kedua, yakni sistem yang berdimensi sosial, yakni mendistribusikan pendapatan kepada orang-orang

12

Shahul Hameed bin Mohamed Ibrahim, dkk, Alternative Disclosure Performance

Measurement in Islamic Bank, 2nd International Conference on Administrative Sciences, King Fahd

University of Petroleum and Minerals, 2004, h. 5 13 Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : Gema Insani,

(45)

yang tidak mampu terlibat dalam proses ekonomi berupa zakat, infak, dan sedekah.14

d. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio

Indikator ini menjelaskan rasio yang membandingkan antara investasi halal dengan total investasi yang dilakukan bank syariah. Nilai yang dihasilkan merupakan ukuran aspek kehalalan dan keberhasilan pelaksanaan prinsip dasar bank syariah, yakni bebas dari unsur maysir, gharar, dan riba dalam berinvestasi. Di dalam industri perbankan, investasi dapat disebut juga aktiva produktif, yakni Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, dan penempatan pada bank lain. Oleh karena itu, rasio ini dikembangkan untuk mempresentasikan seberapa besar investasi halal yang telah dilakukan bank syariah atas seluruh investasi yang dilakukannya.15

e. Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio

Indikator ini menjelaskan rasio yang membandingkan antara pendapatan halal dengan seluruh pendapatan yang diperoleh bank syariah (pendapatan halal dan non-halal). Nilai yang dihasilkan merupakan ukuran kehalalan dan keberhasilan pelaksanaan prinsip dasar bank syariah yaitu terbebas dari unsur riba dari segi pendapatan. Pendapatan merupakan hasil

14

Yusuf Qardhawi, Daual-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishadi al-Islam, 1995

15

Shahul Hameed bin Mohamed Ibrahim, dkk, Alternative Disclosure Performance

Measurement in Islamic Bank, 2nd International Conference on Administrative Sciences, King Fahd

(46)

yang didapatkan oleh bank dari aktivitasnya dalam mengelola aktiva produktif. Namun, selain memperoleh pendapatan dari aktiva produktif, bank syariah juga mendapat pendapatan jasa atas giro pada bank konvensional. Giro pada bank konvensional inilah yang melahirkan pendapatan jasa non-halal berupa bunga yang tercatat dalam laporan dana kebajikan pada laporan keuangan bank syariah. Pendapatan non-halal terjadi karena bank syariah masih membutuhkan hubungan dengan bank konvensional karena secara sistem keuangan belum bisa diselenggarakan oleh bank syariah sehingga statusnya ialah darurat.16 Jika dikemudian hari bank syariah sudah dapat melayani transaksi tersebut, maka disarankan agar hubungan dengan bank konvensional segera diberhentikan untuk menghindari transaksi ribawi.17 D. Review Studi Terdahulu

Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu

No. Peneliti Isi Perbedaan

1. Penulis : Hameed, dkk (International Islamic University Malaysia)

Judul :

Tujuan :

Mengevaluasi kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan Bahrain Islamic Bank (BIB)

Penulis menggunakan dua metode

pengukuran kinerja BUS, yakni kinerja keuangan

berdasarkan Surat Edaran OJK No.

16

Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarta : P3EI Press, 2008), h. 137

17

(47)

Alternative Disclosure & Performance Measures For Islamic Banks (Penelitian ini telah diseminarkan pada 2nd International Conference on Administrative Sciences, King Fahd University of Petroleum and Minerals)

Tahun : 2004

Pendekatan teori : Hameed dkk mengembangkan

Islamicity Indices yang terdiri atas Islamcity Disclosure Index dan

Islamicity Performance Index (IPI). IPI

mengukur

kinerja syariah bank syariah dengan tujuh indikator, yakni profit sharingratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio, director employee welfare ratio, islamic vs non islamic investment,

dan islamic vs non islamic income, dan AAOIFI index.

Metode penelitian : Kuantitatif, IPI menggunakan analisis rasio pada tujuh indikator seperti yang telah disebutkan pada

10/SEOJK.03/2014, dan pengukuran kinerja syariah dengan menggunakan Islamicity Performance Index berdasarkan penelitian Hameed dkk

(48)

pendekatan teori diatas.

Hasil :

Bahrain Islamic Bank memiliki kinerja syariah yang lebih baik daripada Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB). 2. Penulis :

Samad dan Hasan Judul :

The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997 : An Exploratory Study

(International Journal of Islamic Financial Services Vol. 1 No.3)

Tahun : 2000

Tujuan :

Membandingkan kinerja Bank.

Pendekatan Teori : Menggunakan rasio profitabilitas yang terdiri atas ROA, ROE, dan PER. Lalu rasio likuiditas, yang terdiri atas CDR, LDR, CA, dan CAR. Rasio resiko dan solvabilitas, dan komitmen terhadap ekonomi dan komunitas muslim.

Metodologi Penelitian : Kuantitatif,

menggunakan uji t pada

Penulis menggunakan dua metode

pengukuran kinerja BUS, yakni kinerja keuangan

(49)

ROA dan ROE Bank Islam Malaysia Berhad.

Hasil :

ROA dan ROE BIMB pada akhir periode lebih baik (diuji dengan ttest). Tetapi tidak ada

perbedaan yang signifikan antara ROA dan ROE BIMB dan kelompok bank

konvensional. Selain itu likuiditas BIMB lebih baik dibanding kelompok bank

konvensional, dilihat dari DER, LDR dan CR. BIMB juga memiliki risiko lebih rendah dan solvensi yang

lebih baik bila dilihat dari

(50)

3. Penulis : Prasetyo Adi Sulistyono, Agustian Eko Hadianto, dan Fadli Iqomul Haq

Judul : Pengukuran Kesehatan Bank Syariah Berdasarkan Islamicity Performance Index

(Studi pada BMI dan BSM)

(Proceding Paper

28 Finalis Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah I, Tahun 2012)

Tahun : 2012

Tujuan :

Untuk mengetahui kinerja

Bank Syariah di Indonesia berdasarkan

Islamicity Performance Index

Pendekatan Teori :

Islamicity Performance Index berdasarkan penelitian Hameed (2004) yang berjudul

AlternativeDisclosure &Performance Measures For Islamic Banks.

Metode Penelitian : Deskriptif-kuantitatif. Menggunakan keenam indikator kinerja syariah yang terdiri atas Profit Sharing Ratio, Zakat Performance Ratio, Equitable Distribution Ratio, Employee welfare vs Director welfare, Islamic Investment vs

Penulis menggunakan dua metode

pengukuran kinerja BUS, yakni kinerja keuangan

(51)

non-Islamic Investment,

dan Islamic income vs non- Islamic income.

4. Penulis : Andi Dahlia

Judul : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Dengan PT. Bank Muamalat Indonesia (Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar)

Tahun : 2012

Tujuan :

Meneliti perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Muamalat Indonesia periode 2005 – 2010

Pendekatan Teori : Pendekatan CAMELS (Capital, Assets,

Management, Earnings, Liabilities, Sensitivity Market)

Metode Penelitian : Metode Independent Sample t-test

Hasil :

Terdapat perbedaan yang signifikan untuk rasio NPM, BOPO, dan LDR. Sedangkan pada rasio ROA dan CAR tidak

Penulis menggunakan dua metode

pengukuran kinerja BUS, yakni kinerja keuangan

(52)

terdapat perbedaan yang signifikan.

5. Penulis : Nurul Shiyam Aprilia Judul : Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat

Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia Dengan Metode RGEC (Skripsi, UIN Syahid Jakarta)

Tahun : 2014

Tujuan :

Mengetahui kinerja keuangan pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah Indonesia.

Pendekatan Teori : Pendekatan RGEC (Risk Profile, GCG, Earnings, Capital)

Metode Penelitian : Metode Independent Sample t-test

Hasil :

Pada rasio NPF1, NPF2, PDN, ROA, dan CAR1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Sedangkan pada rasio FDR dan CAR2 terdapat perbedaan yang

signifikan.

Penulis menggunakan dua metode

pengukuran kinerja BUS, yakni kinerja keuangan

(53)

E. Kerangka Pemikiran

Dalam mengukur kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia, penulis menganalisis faktor keuangan yang telah ditetapkan Bank Indonesia di dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014. Faktor keuangan yang digunakan antara lain: profil risiko, Good Corporate Governance, rentabilitas, dan permodalan. Lalu, pengukuran kinerja syariah dilakukan dengan menggunakan kelima indikator dari Islamicity PerformanceIndex yang dikembangkan oleh Hameed dkk (2004). Kelima indikator tersebut antara lain, Profit-sharing Ratio, Zakat Performance Ratio,Equitable Distribution Ratio, Islamic vs non-Islamic Investment Ratio, dan

(54)
[image:54.612.119.560.99.703.2]

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengukuran kinerja syariah dengan Islamicity Performance Index

Perlunya pengukuran kinerja yang dapat

menunjukkan financial performance

dan social performance

Pengukuran kinerja keuangan dengan RGEC

Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan Surat Edaran OJK No.

10/SEOJK.03/201 dengan metode

RGEC (Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings, Capital) yang diwakilkan dengan perhitungan rasio NPF, FDR, ROA, NOM, dan CAR

Berdasarkan penelitian Hameed (2004) dengan menggunakan indikator :

Profit-Sharing Ratio, Zakat Performance

Ratio, Equitable Distribution Ratio, Islamic Investment vs non-Islamic Investment Ratio, dan Islamic Income vs non- Islamic Income Ratio.

Analisis deskriptif, dan analisis statistik dengan menggunakan Independent

Sample t-test

Salah satu tantangan yang dihadapi bank syariah adalah kurangnya kepercayaan

Stakeholder kepada bank syariah

Hasil dan Pembahasan

(55)

F. Hipotesis

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan dan kinerja syariah BMI dengan BSM.

H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan dan kinerja syariah BMI dengan BSM.

Pengambilan Keputusan

(56)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Pengukuran yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah metode RGEC. Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel REC yang diwakilkan oleh Non Performing Financing (NPF), Financing to Debt Ratio (FDR), Return On Assets (ROA), Net Operating Margin (NOM), dan

Capital Adequacy Ratio (CAR). Sedangkan pengukuran kinerja syariah menggunakan metode IPI yang diwakilkan oleh profit-sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio, islamic vs non-islamic investment

ratio, dan islamic vs non-islamic income ratio.

(57)

B. Objek Penelitian

Bank yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.1 Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari:

1. Penelitian pustaka (library research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Penelitian lapangan (field research)

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan dari Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri periode tahun 2010-2014 yang bisa dilihat dari situs masing-masing bank.

1Nur Indriantoro dan Babang Suporno, “

Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

(58)

D. Teknik Analisis Data

Langkah analisis yang akan dilakukan adalah dengan menghitung dan menganalisis laporan keuangan Bank Musmalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri menggunakan alat rasio yang rumusnya telah ditentukan oleh Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014.

Selanjutnya melakukan analisis perbandingan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri atas hasil dari pengolahan data tersebut, menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata

(independent sampel t-test). Jika F hitung dengan Equal variance assumed

(diasumsi kedua varians sama) memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan bahwa kedua varian sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama) untuk t hitung. Jika t hitung sig. < 0.05, dikatakan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia terdapat perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika t hitung sig > 0.05 dinyatakan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

(59)

Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia tidak terdapat perbedaan yang signifikan, namun jika sig. < 0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia terdapat perbedaan yang signifikan.2

E. Definisi Operasional Variabel 1. Pengukuran Berdasarkan RGEC

Komponen faktor kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risk Profile, Earning dan Capital (REC). Faktor Good Corporate Goveranance dikarenakan sulitnya memperoleh data yang merupakan data intternal perusahaan yang bersifat rahasia. Sebagaimana telah disusun dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan SE.OJK No. 10/SEOJK.03/2014 yang mana faktor kinerja keuangan akan diwakilkan oleh variabel berikut ini : a. Risk Profile

1. Non Performing Financing

NPF merupakan rasio yang mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh Bank Syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan Bank Syariah yang semakin buruk. Bank Syariah dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi

2

(60)

terhadap kerugian Bank.3 Semakin tinggi NPF, maka semakin tinggi debitur yang tidak memberikan kewajibannya dalam bentuk margin ataupun bagi hasil kepada kreditur, sehingga berpotensi menurunkan pendapatan bank serta menurunkan CAR.

Rasio ini diukur dengan rumus :

[image:60.612.173.528.120.357.2]

Jumlah pembiayaan bermasalah yang dimasukkan adalah pembiayaan yang tergolong dalam kolektabilitas Kurang Lancar, Diagukan, dan Macet.4 Setelah dilakukan perhitungan, maka hasilnya dinilai berdasarkan kriteria penilaian peringkat :

Tabel 3.1. Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF Sangat Baik < 2%

Baik 2% - 5%

Cukup Baik 5% - 8% Kurang Baik 8% - 12% Sangat Kurang 12%

Sumber : Lampiran SE-BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007

2. Financing to Debt Ratio

Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank,

3Dwi Nur’aini Ihsan, “

Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, UIN Jakarta Press,

Jakarta, 2013, h. 96

4Otoritas Jasa Keuangan, “Lampiran I.1 SE OJK No. 10/SEOJK.03/2014”, data diakses pada

(61)

yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan menjadi semakin besar, dengan rumusan sebagai berikut :

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum, nilai maksimal FDR yang ditetapkan Bank Indonesia adalah sebesar 110%.

b. Earnings

1. Return On Assets

Return On Assets (ROA) adalah rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Ukuran atau rumus yang digunakan adalah rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset.5

5

Veitzal Rivai, Bank And Financial Institution Management Conventional & Sharia System,

(62)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan:

[image:62.612.142.526.124.414.2]

Setelah dilakukan perhitungan, maka hasilnya dinilai berdasarkan kriteria penilaian peringkat :

Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA Sangat Baik > 2%

Baik 2% - 1.25%

Cukup Baik 1,25% - 0,5% Kurang Baik 0,5% - 0% Sangat Kurang 0%

Sumber : SE BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007

2. Net Operating Margin (NOM)

Rasio utama yang digunakan untuk menilai profitabilitas bank syariah dengan menggunakan Net Operating Margin (NOM). NOM digunakan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. NOM dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(63)

Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penilaian Rasio NOM Sangat Baik > 3%

Baik 3% - 2%

Cukup Baik 2% - 1,5% Kurang Baik 1,5% - 1% Sangat Kurang < 1%

Sumber : SE BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007

c. Capital

Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan SE BI No 26/2/BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR diukur dari dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 8% dari ATMR. Rumus yang digunakan adalah :

[image:63.612.134.523.111.345.2]

Setelah dilakukan perhitungan, maka hasilnya dinilai berdasarkan kriteria penilaian peringkat :

Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penilaian Rasio CAR Sangat Baik < 125

Baik 12% - 9%

Cukup Baik 9% - 8% Kurang Baik 8% - 6% Sangat Kurang < 6%

(64)

2. Pengukuran Berdasarkan IPI

Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan lima indikator dari tujuh indikator IPI. Hal ini disebabkan keterbatasan memperoleh data gaji direktur-pegawai dan index AAOIFI. Meskipun tidak menggunakan seluruh indikator di dalam IPI, pengukuran kinerja syariah tidak akan terganggu karena tidak adanya sistem pembobotan pada IPI. Berikut rasio yang menjadi indikator pengukuran berdasarkan Islamicity Performance Index :6

a. Profit-sharing Ratio

Profit sharing merpakan tujuan utama didirikannya bank syariah. Rasio ini mengukur seberapa besar bank syariah mencapai tujuannya tersebut, yakni menyalurkan dana ke sektor produktif dengan skema

profit-sharing. Total pembiayaan mencakup transaksi bagi hasil, sewa-menyewa, jual beli, pinjam-meminjam, dan multijasa. Formula perhitungan profit sharing ratio (PSR) adalah sebagai berikut :

Formula tersebut diterapkan dalam mengukur kinerja profit-sharing Bank Muamalat Indonesia dan disertakan pula Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembanding agar kita dapat melihat jelas bagaimana penerapan aktivitas profit-sharing dari kedua bank kemudian

6

Hameed, dkk. “Alternative Disclosure & Performance Measure for Islamic Banks”, 2nd

International Conference on Administrative Sciences, King Fahd University of Petroleum and

(65)

membandingkannya. Setelah itu, kita dapat melihat kinerja profit-sharing Bank Muamalat Indonesia terhadap Bank Syariah Mandiri.

b. Zakat Performance Ratio

Zakat merupakan salah

Gambar

Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1. Matriks Kriteria Penilaian Rasio NPF
Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan yaitu dengan memanipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau

eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan

Selama ini pungutan Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Diperoleh hasil bahwa variabel yang paling mempengaruhi terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata adalah variabel jumlah obyek wisata sedangkan variabel pendapatan

Untuk memproleh daya yang besar maka dipilih generator DC magnet permanen, generator magnet permanen mempunyai efisiensi baik pada putaran rendah dan

Dalam UU PSDN, alokasi anggaran untuk kegiatan Komcad ini dapat bersumber dari APBN, APBD serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat yang diatur dengan peraturan

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan struktur representasi eksternal siswa tentang pengetahuan mereka dari transisi bangun datar ke

Adapun data sekunder yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data jumlah wajib pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak dengan surat paksa dan data penerimaan