• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen konflik bagi wanita berperan ganda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen konflik bagi wanita berperan ganda"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KONFLIK BAGI WANITA

BERPERAN GANDA

01eh

SITI ROYHANI

NIP. 195 191 1759

mセlエゥB

PERPUSTtU(AlJ.,N FAlJ:. TARf:1f1AH

Lllc! N ,i,lUCM·rrt\

Jurusan Psikologi

Fakultas Tarbiyah lAIN SyarifHidayatullah

Jakarta

(2)

MANAJEMEN KONFLIK

BAGI WANITA BERPERAN GANDA

Skripsi

Oiajukan kepada Fakultas Tarbiyah untuk

Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Tarbiyah

'"

Oleh

SITI ROYHANI

NIM.1951911759

Oi Bawah Bimbingan Pembimbing I,

Prof. DR. . Arninuddin Rasyad

NIP. 150011333

..

'

Jurusan Psikologi

Fakultas Tarbiyah lAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(3)

DAFTAR lSI

KATA PENGANTAR " iii

DAFTAR lSI vii

DAFTAR TABEL x

BABI PENDAHULUAN 1

A Latar belakang masalah 1

B. Identifikasi masalah 6

C. Pembatasan dan perumusan masalah "." 6

D. Tujuan dan manfaat penelitihan 7

1. Tujuan " " 7

2. Manfaat 8

E. Metode Pembahasan 9

F. Sistematika penulisan " 9

BAB II LANDASAN TEORI " " 11

..

,

A Manajemen " "

<

".11

1. Pengertian manajemen " 10

2. Fungsi-fungsi manajemen " 14

3. Urgensi manajemen " " ".14

(4)

BAB III

viii

1. Pengertian konflik 16

2. Jenis Konflik 16

3. Seni mengolah konflik 17

4. Alat-alat majamen konflik 20

5. Manajemen konflik 21

C. Peran 22

1. Pengertian peran 22

2. Peran ganda 24

3. Konflik peran 29

4. Mencapai penyesuaian peran 34

D. Konsep-konsep peranan wanita 35

1. Konsep tradisional 36

2. Konsep moderat 37

3. Konsep modern 38

E. Hipotesis 40

.' 4

METODOLOGI PENELITIAN ;.:... 1

A. Populasi dan sampel 41

1. Populasi 41

2. Sampel 42

(5)

BAB V BAB IV

ix

C. Teknik pengumpulan data 43

D. Metode analisis data 49

HASIL PENELITIAN 52

A. Hasil Uji Coba Alat Ukur 52

B. Deskripsi Data 53

C. Analisa data 62

D. Interpretasi 65

PENUTUP 68

A. Kesimpulan 68

B. Saran 69

C. Diskusi 70

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN

(6)

-DAFTAR TABEL

Tabel 1 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Aspek

[image:6.521.16.463.194.660.2]

Pengasuhan (dengan %) 53

Tabel 2 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Komunikasi

dan Interaksi (dengan %) 54

Tabel3 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Penentuan

Prioritas (dengan %) 54

Tabel4 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Tekanan

Karir (dengan %) 55

Tabel5 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Waktu Untuk

Keluarga (dengan %) 55

Tabel6 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Komunikasi

dan Interaksi (dengan %) 56

Tabel 7 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dilihat Dari Usia

..

,

Anak (dengan %) ::. 57

Tabel 8 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dilihat Dari Usia

Anak Dalam Komunikasi dan Interaksi. 58

Tabel9 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dilihat Dari Usia

(7)

xi

Tabel 10 :Jenis Berdasarkan Status Jabatan Suami Dalam Tekanan Karir

-(dengan %) 59

Tabel 11 :Jenis Berdasarkan Status Jabatan Suami Dalam Waktu Untuk

Keluarga (dengan %) 59

Tabel12 :Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam komunikasi

dan interaksi (dengan %) 60

Tabel 13 :Manajemen Konflik Berdasarkan Status Jabatan Wanita Berperan

Ganda (dengan %) 61

(8)

Sesunggufinya tfaCam penciptaan Cangit tfan

6umiJ-tfan

siM

6ergantinya maCam tfan MIl{] terrfapat

tantfa-talufa 6agi orang-orang Yall{] 6era/(ar

(<{,S. jl.Ci Imran:

190)

1{upersem6afikJIn Vntuf(;

:MaJ]lJi tfan :Mimi

1{urasaJanafiJnu ta/(a/(an mampu untu/(mem6aCas

semua jerifi payafi serta pengor6ananmu yang penufi

ikjiras aan turus. (])an untu/(kJIkJI/(serta atfi/i.:;ad"i/(ltu

(9)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pesatnya perkembangan zaman telah membawa pengaruh pada

terjadinya perubahan-perubahan di berbagai aspek kehidupan

masyarakat. Salah satu perubahan terse but adalah aspek sosial dalam .

masyarakat. Perubahan pad a tatanan kehidupan dan norma sosial dalam

masyarakat telah bergeser dari tatanan kehidupan yang bersifat

tradisional menuju pada tatanan kehidupan yang modern dan lebih maju.

Adanya perubahan ini semakin memberikan peluang dan kesempatan

bagi kaum wan ita untuk dapat maju dan berkembang.

Oi berbagai penjuru dunia, partisipasi wan ita dalam berbagai bidang

semakin banyak terlihat. Oi Indonesia, saat ini kesempatan yang dimiliki

wanita dalam hal pendidikan, pekerjaan maupun pengembangan karir

dapat dikatakan telah sejajar dengan kaum pria. Dengarr semakin

terbukanya kesempatan bagi wanita untuk mengembangkan diri, maka

semakin terlihat pula peranan wanita dalam proses pembangunan di

negara kita. Wanita yang mempunyai pasisi atau jabatan penting dalam

suatu arganisasi, lembaga pendidikan, atau perusahaan semakin banyak

(10)

2

kita lihat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Hal ini bukan lagi

merupakan suatu yang baru dan terdengar aneh. Harus diakui bahwa

kenyataan ini dapat terjadi berkat adanya dukungan pemerintah yang

menjadikan ungkapan mengenai "Kemitrasejajaran antara pria dan wanita"

sebagai semboyan dalam pembangunan nasional di negara kita.

Pernyataan ten tang adanya kesempatan hak dan kewajiban yang.

sam a bagi pria dan wanita untuk berprestasi dalam segala kegiatan.

pembangunan telah tercantum dalam GBHN 1993 dalam Tap nomor II

IMPR/1993 disebutkan:

Wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai insan

pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang

sama dengan pria disegala bidang kehidupan bangsa dalam

segenap kegiatan pembangunan sehubungan dengan

kedudukannya dalam masyarakat dan peranan perlu terus

ditingkatkan serta diarahkan sehingga dapat meningkatkan

.-" ."

partisipasinya dan memberikan sumbangan sebesar-besarnya

bagi pembangunan bangsa sesuai dengan kodrat, harkat dan

martabatnya sebagai wanita.1

I UDD 1945. P4 dan GBHN (TAP NO: II/lVlPRlI993), Bahan Penalaran dan referensi

(11)

,.

J

Dokumen ini kemudian menjadi justifikasi peran ganda wan ita

sebagai pekerja non upah di sektor domestik (ibu dan istri) maupun

sebagai pekerja upah di sektor publik.

Dalam kehidupan keluarga, suami-istri umumnya memegang peranan

dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi maupun

spiritual serta meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat. Yang

terakhir ini oleh Hanna Papanek dinamakan Family status production.

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa wan ita yang

terjun sebagai tenaga kerja dan bekerja dengan imbalan telah mengalami

pi::ningkatan. Motivasi untuk bekerja bagi sebagian wanita tidak lagi hanya

untuk ikut memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, tetapi juga sebagai

kebutuhan untuk mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang

telah mereka peroleh guna mengembangkan dan mengaktualisasikan diri.

Dengan meningkatnya peran wanita sebagai pencari nafkah keluarga

dan kenyataan bahwa mereka juga berperan untuk meningkatkan

kedudukan keluarga, maka kedua peran tersebut sama-sama

membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian sehingga kalau peran yang

satu dilakukan dengan baik, yang lain terabaikan. Maka timbullah konflik

peran. Masalah ini timbul terutama bagi ibu yang berperan ganda.

Sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai

(12)

4

anak dan masih membutuhkan pengasuhan fisik dan rohani, ia harus

memenuhi tugas sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian la

diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai seorang istri dan

sekaligus sebagai peneari nafkah serla sebagai ibu dari anak-anak.

Perannya sebagai ibu rumah tangga mungkin dapat digantikan olsh

orang lain (pembantu rumah tangga misalnya). Namun perannya sebagai

istri dan ibu anak-anak di sini tidak dapat digantikan oleh orang lain,

karena perannya akan lebih berat apabila masih mempunyai anak-anak

keeil yang notabene masih memerlukan asuhan seorang ibu. Kebutuhan

anak terhadap materi dan fisik lainnya mungkin masih dapat diberikan

oleh orang lain, tetapi kebutuhan afeksional anak yang paling penting bagi

perkembangan jiwanya sulit untuk digantikan oleh orang lain.2 1-131 i ri dapat menimbulkan kurangnya kelekatan (attachment) emosional antara ibu dan anak, sehingga apabila kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti

kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas dan sebagainya,

maka anak menjadi terjerumus pada pergaulan bebas, pemakai NAZA

(Narkotik, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya) dan sebagainya.

Demikian pula halnya perannya sebagai seorang istri dalam

memenuhi kebutuhan suaminya akan perhatian, rasa kasih .sayang

2:Dadang Hawari, Al·Quran Hmu Kcdoktcran Jiwa dan KesehatanJiW3,(yogyakarla:PT.

(13)

(kebutuhan afeksional) dan biologis tidak dapat digantikan oleh wanita

lain.3 Kebutuhan ini jika tidak terpenuhi dapat menimbulkan adanya

penyelewengan atau adanya WIL (Wanita Idaman Lain) serta akan

menimbulkan disharmonis rumah tangga (Broken Home). Dan berbagai

dampak psikologis dapat terjadi sehingga dapat mengganggu

keharmonisan hubungan suami-istri antara lain:

(a) Suami sering mengeluh bahwa sejak istrinya turut bekerja

dan berpenghasilan, dirasakan wibawa dirinya terhadap istri

menurun karena istri sudah belajar mandiri dan mengurangi

ketergantungan pada suami.

(b) Seorang istri yang berkarir ataupun berpenghasilan jauh

lebih tinggi dari suami dapat menimbulkan perasaan rendah

diri dan rasa cemburu bagi suami.

(c) Peran sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah

keluarga dapat berbalik manakala suami tidak bekerja (PHK,

Nセ ."

pensiun, sakit dan lain sebagainya). Kondisi demikian dapat

menimbulkan rasa rendah diri, harga diri yang terinjak dan

wibawa yang turun bagi seorang suami terhadap istri dan

anak-anaknya.

(14)

6

Dengan berbagai konflik yang lerjadi di alas, penulis bermaksud

mendeskripsikan bagaimana seorang wanila yang berperan ganda mampu

mengelola konflik perannya sehingga tereipta wanita-wanita tangguh dan

sukses dalam kedua perannya; sebagai ibu rumah tangga dan wan ita

karir.

B. Identifikasi masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah yang hendak diteliti dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Konflik peran bagi wanita berperan ganda

2. Cara penanganan konflik wanita berperan ganda

C. Pembatasan dan perumusan masalah

Dari idenlifikasi pad a sub B di atas, maka masalah yang hendak

diteliti dibatasi pada konflik bagi wanita berperan ganda dan eara

bagaimana penanganan konfliknya. Adapun wanita yang diteliti adalah

wanita pengusaha, eksekutif, karyawan dan pendidik.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan

(15)

7

1. Konflik peran apakah yang dominan terjadi pada wan ita berperan

ganda?

2. Adakah perbedaan konflik peran pad a wanita berperan ganda

berdasarkan jenis pekerjaannya?

3. Manajemen konflik manakah yang lebih dominan digunakan untuk

mengatasi konflik pada wan ita berperan ganda?

4. Apakah ada perbedaan manajemen konflik bagi wanita berperan ganda

berdasarkan jenis pekerjaan mereka?

D. Tujuan dan manfaat penelitian

1. TUjuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat konflik peran yang terjadi pada

wan ita berperan ganda dan manajemen yang digunakan mereka dalam

mengelola konflik tersebut.

Selama ini penelitian mengenai manajemen konflik bagi wan ita

berperan ganda masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian

mengenai wan ita berperan ganda sendiri lebih banyak terfokus pada

tingkat konfliknya bukan manajemennya. Permasalahan ini menarik

untuk diteliti mengingat dari tahun ke tahun jumlah wanita yang

(16)

8

Jakarta, semakin meningkat sejalan dengan perkembangan dalam

pembangunan nasional di negara kita. Hal ini tentunya tidak terlepas

dar! kemajuan zaman dan pertumbuhan angkatan kerja wanita yang

terus bertambah, dimana tidak sedikit wanita berperan ganda yang

mengalami konflik sehubungan dengan keseimbangan perannya dalam

pekerjaan dan keluarga.

Sementara itu nilai-nilai dan norma dalam masyarakat sampai saat

ini masih menekankan pada peran utama wanita sebagai ibu rumah

tangga, selain itu akibat-akibat negatif yang ditimbulkan oleh konflik

perannya akan mengganggu performance wanita dan tugas-tugas

domestik rumah tangga maupun dalam performance dan produktifitas

kerjanya.

2. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ォッョセイゥN「オウゥ bagi

para wanita berperan ganda dalam mengatasi dan mengelola

konfliknya, sehingga mereka terus dapat berkiprah baik di dalam

(17)

BAB III

BAB IV

BAB V

10

konsep-konsep peranan wanita menurut konsep tradisional, moderat maupun modern dan hipotesis.

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membicarakan tentang populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan metode analisis data.

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini dikemukakan hasil uji coba alat ukur, deskripsi data dari pengolahan data, analisis data dan interpretasi data.

PENUTUP

Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan penulis tentang hasil penelilian dan saran yang berkenaan dengan kesimpulan serta diskusi.

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

"Siapa yang membutuhkan manajemen?" Pertanyaan ini sering,

dijawab: "Perusahaan (bisnis)!" Tentu saja jawaban ini benar sebagian,

tetapi tidak lengkap, karena manajemen juga dibutuhkan oleh semua

macam kegiatan yang berkaitan dengan organisasi. Dalam praktek,

manajemen dibutuhkan oleh orang-orang yang bekerjasama

(organisasi) untuk mencapai suatu tujuan bersama karena "manajemen"

dapat diartikan sebagai pengelolaan, pengaturan, dan penataan

bidang-bidang kegiatan secara baik dan tepat di segala sektor kehidupan,

Mengenai ilmu manajemen dapat diartikan sebagai:.... "Suatu

,,-i1mu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan

efektif serla efisien dengan menggunakan bantuan orang lain".1 Yang

dimaksudkan menggunakan bantuan orang lain mencakup kerjasama,

bantuan gagasan, tenaga dan bimbingan. Efektifitas maupun efisiensi

1 Djali Julitriarsa, [wan Suprihanto, Manajemen Umum, (yogyakarta: BPFE, 1998),

(19)

12

dalam mengelola pekerjaan pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu: "ilmu manajemen" dan "seni". Hal ini mempunyai arti

bahwa dalam pelaksanaannya pengaruh bakat kepemimpinan

seseorang sebagai misal, ikut pula mempengaruhi. Sedangkan masalah

" seni dalam manajemen, hanya dapat terlihat apabila ilmu tersebut mulai

dilaksanakan dalam kenyataan. Maka manusia modern dengan segal a

macam aktifitas kooperatif yang terencana itu sangat berkepentingan

dengan manajemen.

Dalam literatur mengenai manajemen, ditemukan

macam-macam definisi sebagai berikut:

G.R. Terry dalam bukunya, Principle of Management,2 menyatakan

beberapa definisi sebagai berikut:

y "The forg that runs an enterprise and is responsible for its succes or failure (kekuasaan yang mengatur suatu usaha dan bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan usahanya)."

y Management is the performace of conceiving and achieving desired results by means of group efforts consisting of utilizing human talents and resources (Manajemen adalah penyelenggaraan mengenai penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya kelompok dengan penggunaan bakat-bakat dan sumber-sumber daya manusia)

y Management is simply getting things dones through people (Secara sederhana, manajemen itu adalah melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain)

(20)

13

Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni

dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Definisi yang lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek

penting pengelolaan, dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut :

"Manajemen adalah proses perencanaan, pengeorganisasian,

pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan".

Dr. Kartini Kartono mendefinisikan, manajemen adalah teknik

yang dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan pemenuhan

kebutuhan insani dari kelompok-kelompok individu di tengah

masyarakat dengan cara-cara yang efisien dan efektif.3

Sedangkan disiplin ilmu psikologi sosial menitikberatkan perihal

interrelasi manusiawi dalam manajemen dengan memperhatikan:

perilaku individu di tengah kelompoknya, motivasi kerja dan motivasi

hidupnya, sikap mental, harapan dan ambisinya, juga segenap

kebutuhannya.

(21)

...

..

-14

2. Fungsi manajemen

Oi bawah ini dikemukakan macam-macam fungsi manajemen.

G.R. Terry berpendapat bahwa fungsi manajemen ini meliputi empat

kegiatan yaitu: Planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Actuating (penggerakan; aktualisasi), dan

Controlling (Pengawasan) atau disingkat dengan POAC.4

Henry Fayol menyatakan bahwa fungsi manajemen adalah

forecasting and planning, organizing, commanding, coordinating dan contro/ling.5

Herbert G. Hicks berpendapat bahwa fungsi manjemen terdiri

dari creating, planning, organizing, motivating, communicating, dan contro/ling.6

Berdasarkan ketiga kutipan di atas, dapat dipahami bahwa

fungsi manajemen adalah untuk mengarahkan berbagai kegiatan dalam

upaya mewujudkan tujuan.

3. Urgensi Manajemen

Manajemen sebenarnya tidak hanya diperlukan oleh

perusahaan saja, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintah

4G.R. Terry, op. cit., h. 81-87

5Djali Julitriarsa dan John Suprihanto, op. cit., h. 5

(22)

15

maupun swasta. Bahkan organisasi yang bergerak di bidang sosial

seperti panti asuhan, rumah sakit serta yang menyangkut hajat

kehidupan manusia, manajemen dibutuhkan demi kelancaran tugas

sehari-hari.

Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen:7

a. Untuk rnencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai

tujuan organisasi dan pribadi.

b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseirnbangan

antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang

saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam

organisasi maupun masyarakat.

c. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Sesuatu dapat diukur

dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum

adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk

-'" NセN

menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar (doing things right),

sedangkan efektifitas merupakan kernampuan untuk memilih tujuan

yang tepat atau dengan metode (cara) yang tepat untuk mencapai

tujuan.

(23)

16

B. Konflik

1. Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata con-fliger, conflictum: saling

berbenturan, yaitu semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian,

ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan

interaksi-interaksi yang antagonistis. Adapun konflik dalam ensiklopedi psikologi

dinyatakan sebagai keadaan psikologi tentang kebimbangan yang

terjadi bila seseorang secara serentak dipengaruhi oleh dua daya

kekuatan yang saling berlawanan dengan kekuatan yang kira-kira

samaa Dengan kata lain, adanya suatu pertentangan satu sama lain

dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama.

2. Jenis Konflik

Dalam kehidupan organisasi ada berbagai macam jenis

konflik.9

a. Konflik pribadi, yang sering terjadi bila seorang individu menghadapi

.,; ..

-ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk

melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling

8Basil Blackwell

(24)

17

ilorlonl'lIlnan, 81au bila individu diharapkan untuk melakukan lebih

dari kemampuannya.

b. Konflil< antar individu dalam organisasi yang sarna, di mana hal ini

sering diakibatkan oleh perbedaan kepribadian.

c. Konflik antara individu dan kelompok, yang berhubungan dengan

cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang

dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.

Sedangkan jenis konflik pada peran ganda wanita terbagi

atas:'O

a. Konflik antara karir dan sebagai ibu rumah tangga, hal ini terjadi

apabila tuntutan dalam pekerjaan dan tuntutan sebagai ibu rumah

tangga harus dilaksanakan pada saat bersamaan.

b. Konflik antara karir dan sebagai seorang isteri, terjadi apabila

tuntutan karir dan tuntutan sebagai isteri yang harus melayani suami

muncul pada waktu yang sama.

.-."

3. Seni mengolah konflik

Konflik dapat berlangsung pada setiap kehidupan baik dalam

keluarga maupun di tengah masyarakat. Konflik tidak dapat dihindari

dan tidak dapat dihilangkan selama manusia masih bersifat dinamis,

10Toeli Heraty Noerhadi, Mitra Sejajar dalam Pembangunan: Tantangan atau

(25)

.'

iセ

oleh karena itu dikembangkan seni mengolah konflik dengan

menemukan teknik-teknik guna menstimulir konflik-konflik interpersonal

dan konflik-konflik antar kelompok serta mengendalikannya

(memenejnya). Seni mengolah konflik dapat dikembangkan dengan

jalan sebagai berikut:11

a. Membuat standar-standar penilaian

b. Menemukan masalah-masalah kontroversil dan konflik-konflik.

c. Menganalisa situasi dan mengadakan evaluasi terhadap konflik.

d. Memilih tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan koreksi

terhadap penyimpangan dan kesalahan-kesalahan.

Pada dasarnya konflik adalah suatu perbedaan kepentingan

yang sedemikian rupa menimbulkan pertentangan di antaranya. Konflik

secara khas meliputi situasi pilihan atau membuat keputusan dalam hal

kebutuhan tujuan dan metode. Karena dalam pencapaian terdapat

ketidakpastian, maka timbul konflik. Secara lebih terperinci terdapat 3

..

,

...

pandangan mengenai konflik, yaitu:12

11 Kartini Kartono, op. cit., h. 220

(26)

I'J

a. Pandangan Tradisional

Menurut pandangan ini, konflik itu tidak perlu dan berbahaya, karena

konflik merupakan sesuatu yang jelek. Dengan demikian apabila

timbul konflik harus segera diatasi. Dari sisi lain dikatakan bahwa

apabila timbul konflik berarti gagal melaksanakan tug as dalam

menerapkan asas-asas manajemen. Menurut penganut teori.

tradisional (Fredrick Taylor), bila prinsip-prinsip scientific

managementditerapkan dengan baik, maka konflik tidak muncul.

b. Pandangan behavioral

Menurut pandangan behavioral, konflik itu tidak baik apabila

sungguh-sungguh timbul. Tetapi terjadi konflik bisa diterima agar

bisa diketahui masalah-masalahnya. Dengan mengetahui masalah

maka terdorong untuk mencari jalan pemecahannya. Konflik terjadi

disebabkan oleh ketidakcocokan antara kebutuhan dan kepentingan.

c. Pandangan interaksionis

...

-Menurut pandangan ini, konflik memang tidak mungkin dihindarkan

dan perlu terjadi. Oleh karena itu maka individu bertugas

menemukan, mengendalikan dan memecahkan konflik yang terjadi.

Dengan demikian dapat ditekankan bahwa seni mengelola

(27)

aspek-20

aspek yang mendorong/mendukung tercapainya tujuan dan meminimalkan

aspek-aspek yang menghambat kerja sama dalam organisasL

4. Alat-alat Manajemen Konflik

Alat-alat untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi adalah:13 a. Sikap kooperatif

Melalui sikap yang kooperatif orang melepaskan

perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil, dan lebih banyak menemukan litik

persamaannya. Tidak mencoba untuk mempertahankan kemenangan

pihak sendiri, dan tidak mengharuskan pihak lain mengalah. Dalam

kooperatif ini termasuk didalamnya metode kompromi, memperhalus

konflik, ekspansi dari sumber energi, mengubah struktur dan

mempersatukan tujuan.

b. Menghindari konflik

Untuk meniadakan konfrontasi langsung dan konflik-konflik ialah

menghindarinya. Penghindaran diri merupakan alternatif paling

pendek dan paling murah. Dengan jalan menghindari konflik dan

menarik diri, orang berusaha menghilangkan kesusahan dan

menjauhkan diri dari claxh terbuka.

13Ibid., h. 88

(28)

21

c. Menerapkan tindakan otoriter

Untuk menerapkan tindakan orotiter ini maka individu melakukan

tindakan-tindakan yang tegas dan drastis dalam situasi-situasi

tertentu. Akan tetapi, karena tindakan sedemikian itu sifatnya sangat

restriktif dan membatasi, maka mekanisme semacam ini bisa efisien hanya dalam jangka waktu yang pendek dan diterapkan dalam

situasi khusus saja; yaitu situasi gawat atau darurat yang tidak dapat

dihindari.

5. Manajemen Konflik

Tugas manajemen konflik adalah perencanaan, analisa dan

evaluasi mengenai konflik-konflik, lalu memecahkan dengan baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik adalah bentuk

pengendalian atas interaksi antagonistik antara dua atau lebih pihak

dari masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi atau struktur

...

.-organisasi dan sebagainya.14

Masalah-masalah di atas dapat menjadi penyebab timbulnya

konflik yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

" T. Hani Handoko, op. cit., h. 345

MiLlI(

'--1

PERPUSTAKAAN FAf,{. TAR!:}flfAH

I

/tUN JAK/.\RTA

(29)

22

a. Komunikasi; salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat,

bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak

lengkap, serta gaya individu yang tidak konsisten.

b. Struktur, pertarungan kepentingan antar individu dengan sistem

penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan

sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau

lebih kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.

c. Pribadi; ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi dengan

perilaku yang diperankan pada status mereka dan perbedaan dalam

nilai-nilai dan persepsi.

C. Peran

1. Pengertian peran

Berbagai ahli telah mendefinisikan peran, diantaranya Myers

yang mendefinisikan peran sebagai "... a set of norms that defines how ...

people in a given social position ought to behave.,,1s

Sedangkan definisi peran menurut Shaw dan Costanzo adalah:

"... the function a person performs when occupying a particular

characteristic (positions) within a particular social context,,16

(30)

23

Dalam setiap peran terdapat sejumlah harapan dari masyarakat

yang berlaku untuk peran tersebut dan disebut sebagai role

expectation atau harapan peran. Shaw dan Costanzo menjelaskan

bahwa suatu harapan peran merupakan: "... expectations held by

particularized or generalized others for the appropriate behaviour, that

ought to be exhibited by the person or persons holding a given role.,,17

Sarbin dan Allen mendefiniskan harapan peran sebagai

berikut: "Role expectations are comprised of the rights and priviledges,

the duties and delegations of any occupant of a social position in

relation to persons occupying other positions in the social structure.,,18

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa suatu harapan peran

merupakan harapan masyarakat terhadap seorang pemegang peran

untuk menampilkan tingkah laku tertentu sesuai dengan peran yang

dimilikinya. Sebagai contoh, seorang wanita yang memiliki peran

sebagai ibu rumah tangga diharapkan mampu menampilkan tingkah

....

,-laku seperti mengasuh anak, sebagai pendamping suami, dan lain-lain.

-IGMarvin E. Shaw dan Philip R. Costanzo, Theories of Social Psychology,

(Singapore: McGraw Hill, 1932), 2nd ed, p. 296

17Ibid, p.298

18 Theodore r. Sarbin dan Vernun L Alien, Role Theory, dalam Lindley, Gardner,

(31)

24

Seorang pelajar diharapkan dapat menampilkan tingkah laku rajin

belajar, mematuhi peraturan sekolah, dan sebagainya.

Sarbin dan Allen mengatakan bahwa harapan peran akan

mempengaruhi tingkah laku individu dengan cara menimbulkan suatu

kebutuhan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan. yang

ada pada masyarakat.19 Harapan peran yang ada akan dilihat sebagai '. suatu norma bagi setiap individu mengenai bagaimana ia harus

bertingkah laku sesuai dengan peran yang ia miliki. Dengan kata lain,

harapan peran akan mendorong seseorang untuk patuh terhadap

lingkungan masyarakatnya.

2. Peran Ganda

Berbagai posisi yang dimiliki individu dalam struktur sosialnya

menyebabkan ia memiliki beberapa peran. Sarbin dan Allen

mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu

...,

memiliki lebih dari satu peran atau disebut multiple roles.20 Untuk selanjutnya akan dipakai istilah 'peran ganda' untuk menjelaskan

multiple roles ini.

19Ibid., p. 535

(32)

25

Sarbin dan Allen menjelaskan bahwa ada dua tipe peran ganda

pada seseorang yaitu:21

a. Peran ganda yang dijalankan seeara berurutan

Pengertian dari peran ganda ini adalah individu memiliki beberapa

peran yang seeara berurutan dijalankan selama peri ode waktu

tertentu seperti hari, minggu, tahun atau bahkan sepanjang

hidupnya. Peran ini merupakan peran yang tidak dapat diulang

kembali, yang artinya suatu peran yang telah selesai dijalankan tidak

dapat dimiliki lagi oleh individu yang bersangkutan. Sebagai eontoh

adalah peran sebagai anak yang berlanjut ke masa remaja dan

seterusnya. Individu yang telah beranjak dewasa tidak dapat lagi

mengulangi perannya sebagai anak keeil.

b. Peran ganda yang dijalankan wanita seeara bersamaan

Yang dimaksud di sini adalah individu memiliki beberapa peran

sekaligus pad a saat yang bersamaan. Misalnya seorang wanita yang

bekerja setidaknya memiliki dua peran sekaligus pada suatu saat

yang sama, yaitu dalam pekerjaan sebagai seorang pekerja atau

karyawan dan peran dalam keluarga yaitu sebagai seorang ibu

rumah tangga.

(33)

.,

Lewis menjelaskan mengenai beberapa peran utama yang

dimiliki oleh wan ita yang berperan ganda. Peran-peran ini dimiliki oleh

wanita sehubungan aktivitasnya dalam dua lingkungan kehidupan yaitu

lingkungan keluarga dan lingkungan pekerjaan.22

a. Wanita sebagai isteri

Peran sebagai isteri diperoleh ketika seorang wanita secara sah.

mengikatkan diri dengan seorang pria melalui pernikahan. Bagi

kebanyakan pasangan, pernikahan ditandai dengan adanya saling

berbagi pengetahuan, perhatian secara fisik dan emosional,

kepemilikan hal-hal yang bersifat material, tempat tinggal bersama

dan tanggung jawab terhadap anak-anak yang mereka miliki. Peran

ini dianggap mengawali peran individu sebagai wanita dewasa yang

berkaitan dengan peran-peran lainnya sebagai pengurus rumah

tangga dan ibu dari anak-anaknya.

.-b. Wanita ibu rumah tangga

Wan ita yang telah menikah diharapkan untuk melakukan tugas-tugas

rumah tangga atas dasar rasa cinta serta atas dasar suatu tugas

atau kewajiban yang harus dikerjakannya. Bernard (1974)

(34)

.,

27

mengatakan bahwa keterikatan yang sah dalam suatu pernikahan

menyebabkan wanita memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas

domestik seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan

sebagainya.

Peran wanita sebagai ibu rumah tangga menyebabkan hubungan

dengan orang dewasa lain menjadi terbatas, apalagi jika tidak ada

orang lain di rumah yang membantu mengerjakan tugas-tugas rumah

tangga. Dalam hal ini wanita cenderung merasa terisolasi dan

kemudian akan memperkuat perasaan tidak berdaya serta

membuatnya menjadi lebih rentan terhadap masalah-masalah

psikologis. Hal yang positif dari tugas-tugas domestik dalam rumah

tangga adalah kebebasan dalam mengatur waktu dan aktifitas mana

yang akan dilakukan terlebih dahulu.

c. Wanita sebagai ibu

Nセ ..

-Peran sebagai seorang ibu merupakan hal yang unik bagi wanita

karena merupakan suatu peristiwa biologis yang hanya bisa dialami

oleh wanita yaitu melahirkan anak. Seorang ibu bertanggung jawab

untuk memberikan perhatian secara fisik maupun emosional kepada

(35)

2H

d. Wanita pekerja

Pekerja wanita dapat dijumpai dalam berbagai jenis pekerjaan.

Umumnya wan ita memiliki posisi dalam pekerjaan yang lebih rendah

dari pada pria. Selain itu kemajuan yang wanita peroleh di tempat

kerjanya tidak secepat kemajuan pria. Berbagai perlakuan

diskriminatif juga sering diterima wanita di tempat kerjanya yang

tentunya akan merugikan wan ita tersebut.

Menurut Perun dan Bielby, secara tradisional, peran seorang

wanita adalah sebagai isteri dan ibu yang mencakup tugas-tugas rumah

tangga sehari-hari. Sedangkan perannya sebagai pekerja meruapkan

extra role atau peran tambahan bagi wanita.23 Seorang wanita yang berperan ganda, selain memiliki empat peran utama seperti disebutkan

di atas, biasanya juga memiliki peran tambahan lain, misalnya peran

sebagai anggota organisasi sosial, peran sebaga! ketua perkumpulan

olah raga, dan lain-lain.

."

..-Untuk dapat menjalankan peran gandanya, diperlukan

koordinasi untuk efektif dari wanita agar tidak terjadi kebingungan dan

konflik dalam dirinya bila tidak panda! menentukan prioritas serta

kurang mampu mengkoordinasikan peran-peran yang dimilikinya akan

,.1 Margaret W. Matlin, The Psychology of Women, (Florida: Hold, Rinehart &

Winston Inc... 1%7),p. 150

(36)

menimbulkan masalah atau konflik bagi diri wanita tersebut. Merton

mengatakan bahwa bertambahnya peran bagi wanita akan

memperbesar potensi munculnya konflik.24

"3. Konflik peran

Peran wanita dalam rumah tangga seringkali bertentangan.

dengan perannya sebagai pekerja sehingga menimbulkan masalah atau

konflik pad a diri wanita berperan ganda. Moore dan Gobi mengatakan

bahwa wanita yang bekerja seringkali mengalami konflik dan stres

sehubungan dengan usahanya untuk menggabungkan perannya dalam

keluarga dan perannya dalam pekerja. Konflik yang seperti ini disebut

sebagai konflik peran.25 Unger dan Crawford mendefinisikan konflik

peran sebagai: "... the psychological effects of being faced with two or

more sets of incompatible expectation or demans.,,26

Definisi lain menurut Frieze, dkk adalah: "... Role conflict is Nセ

..

,

defined as any situation in which incompatible expectations are placed

on a person because of position membership.,,27

" Irene H. Frieze. et. aI., op. cit., p. 159

" Dahlia Moore dan Abraham Gobi, Role Conflict and Perceptions of Gender Roles, The Case of Israel, Journalof Sex Roles, vol.32, p. 251

16Rhoda Unger dan Mary Crawrod, Women &Gender a Feminist Psychology, (New

(37)

30

Dari kedua definisi di atas dapat dikatakan konflik peran

merupakan keadaan dimana individu menghadapi tuntutan atau

Ilarapan yang saling bertentangan dari dua peran atau lebih yang

dinukilkannya.

Definisi konflik peran yang diberikan oleh Shaw lebih

menekankan pada adanya dua tipe dari konflik peran yaitu konflik yang

terjadi karena adanya harapan yang saling bertentangan dari dua peran

atau lebih yang dimiliki individu dalam dua kelompok masyarakat yang

berbeda, atau konflik yang terjadi karena adanya berbagai harapan

yang berbeda terhadap satu peran tertentu yang dimiliki individu:

"... conflict which result when the expectations associated with two or more positions in different groups that an individual occupies are incompatible, or when the various expetations associated with a single position that a person occupies are incompatible.28

Sarbin dan Allen menjelaskan kedua tipe konflik peran yang

disebutkan Shaw dalam definisinya di atas sebagai;29

.".'"

a. Intrarale conflict (konflik dalam peran)

f<onflik ini terjadi saat seseorang memerankan satu peran tertentu.

Myers menjelaskan bahwa konflik ini menimbulkan ketegangan pada

" Irene H. Frieze, et. aI., lac. cit.

" Marvin E. Shaw dan PhiliipR.Costanzo, op. cil., p. 456

(38)

31

diri individu karena adanya harapan-harapan yang bertentangan dari

dua kelompok atau lebih mengenai bagaimana suatu peran harus

dimainkan.30 Sebagai contoh, seorang wanita yang menjabat sebagai manajer marketing diharapkan memiliki sikap yang tegas terhadap

bawahannya, tetapi di lain pihak pimpinan perusahaan menuntut dia

harus bersikap ramah terhadap klien. Selanjutnya Sarbin & Alen. mengatakan bahwa interrole conflict tidak hanya dihasilkan dari

harapan yang bertentangan dari dua kelompok yang berbeda untuk

satu peran yang sama, namun dapat juga terjadi pada satu kelompok

tertentu yang memiliki harapan peran yang berbeda untuk satu

peran31 Sebagai contoh, seorang wanita karier dituntut untuk

berkonsentrasi pad pekerjaannya secara penuh, di lain pihak

suaminya menuntut agar dia lebih memperhatikan anaknya. Wanita

terse but akan mengalami konflik karena tuntutan yang kedua

mungkin akan mengurangi keinginannya yang pertama.

..'

b. Interrole conflict (konflik antar peran)

Interrole conflict terjadi ketika seseorang memainkan dua peran

sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Menurut Myers dalam

30 David G. Myers, op. eil., p. 200

(39)

32

konflik ini ketegangan yang terjadi disebabkan karena dua peran

yang berbeda harus dilakukan pada suatu saat yang sama.32 Secara

lebih jelas, Thomas dan Ganster mengatakan bahwa interrole conflict

terjadi keUka pemenuhan suatu peran bertentangan dengan

" menahan peran yang lainnya.33 Seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara misalnya, pada suatu saat diharapkan untuk

hadir dalam persidangan suatu kasus penting. Namun pada saat

yang sam a ia juga diharapkan untuk memberikan prioritas utamanya

pad a keluarga di rumah karena suami atau anaknya sedang saki!.

a

Leary menjelaskan bahwa inti dari interrole conflict yang dialami

wanita adalah kelidaksesuaian harapan yang berlebih (role overload)

pada dirinya, yang kemudian menyebabkan wanita merasa sulit

untuk memenuhi harapan dari masing-masing peran tersebut karena

keterbatasan waktu yang dimilikinya.34 Moore dan Gobi menambahkan bahwa konflik peran yang dialami oleh wanita adalah

.-tidak cukupnya キ。ャセエオ untuk melakukan semua tugas-tugas dan

kewajiban yang diharapkan dari dirinya terutama setelah ia menikah

セR David G. ivlycrs, loco ciL

JJ Linda thede Thomas dan Daniel C. Ganster, Impact of Family-supportive Work

Vurl"I'lon on Worl<-Fomiliy oonfllol nn,1 atrnln: R Qortlrol pセイセjQ・ッャャyXゥ JOlirnRI of Armli"rl

(40)

·

dan memiliki anak keell serta ketika pekerjaan menuntut waktu kerja

yang panjang.35

Selanjutnya Duxbury dan Higgins (1991, hal 64) mengatakan

bahwa akibat dari berbagai peran yang dimiliki (multiple roles) individu

akan menghasilkan ketegangan fisik dan psikologis dalam dua cara

yaitu:

a. Beban peran yang berlebih (role overload), yang menimbulkan

kesulitan untuk menentukan prioritas peran mana yang akan

didahulukan. Seorang wanita bekerja yang memiliki peran sebagai

ibu rumah tangga, pekerja dan sebagai anggota Dharma Wanita

misalnya, akan mengalami kesulitan untuk menentukan prioritas

ketika ketiga perannya tersebut menuntut untuk dipenuhi pada suatu

saat yang sama.

b. Tuntutan terhadap kedua peran akan menimbulkan kesulitan untuk

memenuhi harapan dari masing-masing peran tersebut. Pada contoh

..."

di atas, wanita mengalami kesulitan untuk mernenuhi

harapan-harapan dari ketiga peran yang dimilikinya karena masing-masing

peran tersebut menuntut untuk dipenuhi.

J.' Nancy E. Betz dan Louise F. Fitzgerald, the Career Psychology of Women,

(Florida: Academic Press Inc., t 987), p. 203

(41)

34

4. Mencapai penyesuaian peran

Menurut Andi Mappiare seseorang dapat dikatakan telah

mencapai penyesuaian tentang perannya, adalah mereka yang telah

dapat memperoleh kecocokan antara harapan peranan dengan

peranan nyata yang dapat dilakukannya, sehingga ia memperoleh

kepuasan dalam peranan yang dilakukan itu. Kecocokan itu dapat

terjadi dengan tiga jalur utama, yaitu:36

a. lndividu yang bersangkutan dapat mengubah diri sehingga sesuai

antara apa yang harus diperankan.

b. Individu yang bersangkutan dapat mengubah lingkungan (misalnya

isteri yang dapat mengajak suami, yang sebelumnya cenderung

memegang teguh konsep tradisional, untuk mengasuh anak-anak)

sehingga lingkungan dapat sejalan dengan harapan peranan individu

tadi.

."."

c. Keduanya, individu dan lingkungan, mengalami perubahan sehingga

terjadi kecocokan antara keduanya.

Pentingnya penyesuaian diri dalam peranan sebagai wanita

atau pria tidak dapat dilepaskan dengan tugas-tugas perkembangan

36 Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), eet.

(42)

35

yang harus dijalani dalam masa dewasa awal. Oi antaranya yang terpenting adalah penyesuaian diri dalam hidup perkawinan, dalam

kedudukan sebagai orang tua (ibu atau ayah), memilih diri dalam ketiga

daerah itu merupakan dasar penting bagi setiap individu untuk

menyesuaian diri dalam banyak bidang lainnya. Oisepakati oleh banyak

ahli bahwa seseorang yang dapat menyesuaikan diri secara baik dalarn

peranan sebagai orang tua, mempunyai pengaruh besar terhadClP

beberapa aspek penting kehidupan lainnya. la dapat mengadakan

penyesuaian pribadi dan sosial secara baik, mengadakan hubungan

kekeluargaan secara baik, dan ia dapat merasakan kebahagiaan diri

yang dapat pula dipancarkan bagi kebahagiaan anggota keluarganya.

O. Konsep-konsep peranan

wan ita

Menurut Andi Mappiare bagi para wanita yang mulai berniat

melaksanakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa

..

mereka ,

.'

hususnya, bersangkutan dengan tugas perkembangan memilih calon

suami, belajar hidup bersama suami, mulai hidup berkeluarga, mengasuh

anak, mengelola rumah tangga, dan bekerja dalam suatu jabatan.37 Untuk memahami konflik-konflik yang sering timbul dan agar seseorang dapat

(43)

dengan mudah menyelesaikannya dan menyesuaikan diri di dalamnya,

maka pentinglah konsep peranan tersebut.

1. Konsep Tradisional

Konsep ini mengutamakan adanya pola perilaku yang memberi

perintah dan adanya penghargaan tinggi terhadap kemampuan atau

hak-hak istimewa individu tertentu. Bagi wanita dalam kehidupan

perkawinan, terdapat tiga pernan yang secara terpisah dapat dimainkan

oleh wanita;

a. Peranan sebagai isteri dan ibu secara tradisional

b. Sebagai pendamping setia suami atas izinnya, ikut berpartisipasi

untuk kesenangan dan kegembiraan bersama, seperti yang ingin

dicapai oleh individu pad a umumnya.

c. Sebagai partner dan berperanan dengan tidak tergantung secara

ekonomis pada suami dan punya kuasa sama dalam .mengelola

...

,

keluarga.

Menurut konsep tradisional, peranan lain wanita adalah

menjalankan pekerjaannya dengan sadar dan kuasa penuh. Sebagai

orang tua yang punya kuasa penuh, wanita berperan melayani

(44)

37

keluarga) merupakan hal yang sang at terpuji. Dimana terdapat

pekerjaan yang disebut feminin yang jika dikerjakan sepenuhnya oleh

ibu rumah tangga di rumah itu mendatangkan penilaian baik bagi

mereka.

Ibu rumah tangga adalah wan ita yang mempersembahkan

waktunya untuk memelihara dan melatih anak-anak,mengasuh anak

menurut pola-pola yang dibenarkan oleh masyarakat sekitarnya.

Bagi wanita yang belum menikah, jika secara bebas memilih

peranan dan pekerjaannya, akan menjadi saasran kritik masyarakat

sekitarnya. Apalagi jika nyata-nyata melakaukan pekerjaan yang

menyimpang dari konsep-konsep kefemininan. Peranan atau pekerjaan

yang feminin itu umumnya berorientasi kepada melayani orang lain,

semisal pekerjaan perawat, guru dan semacamnya.

2. Konsep Moderat

." ....

Peranan menurut konsep moderat dalam hal peranan wanita,

tidak' ekstrem tradisional dan tidak pula terlalu mengikuti konsep yang

ekstrem menurut modern. Konsep moderat mengakui juga individualitas

seseorang yang mempunyai hak untuk mengembangkannya sendiri,

(45)

38

hak untuk bekerja di luar rumah, akan tetapi peranan dan tugas

pokoknya tetaplah berpegang pada nilai luhur naluri kewanitaan.

Wan ita yang demikian itu akan merasa bersalah dan mungkin

merasa berdosa jika ia terpaksa mengabaikan pemeliharaan dan

pendidikan anak-anaknya, karena mereka merasa bertanggung jawab

penuh. Pria tetaplah sebagai penanggung jawab penuh bagi ketegakan .

kehidupan keluarga, meskipun untuk itu wanita (ibu rumah tangga)

punya andil sebagai pendamping. Meskipun pria turut serta memelihar

anak dan membimbingnya, akan tetapi kehidupan ekonomi keluarga

menjadi tanggung jawab besar baginya yang melebihl tanggungjawab

isteri.

3. Konsep modern

Menurut konsep ini, peranan menurut jenis kelamin pada

prinsipnya tidak mempunyai perbedaan jelas. Pada pokoknya

...,

mengutamakan individualitas seseorang, apakah itu Isteri atau suami.

Bahkan anak juga diakui individualitasnya. Konsep modern ini

meletakkan penekanan pad a adanya kesamaan status bagi orang tua;

dan status anak pun hampir-hampir mempunyai kesamaan dengan

(46)

39

Menurut konsep ini, mempunyai tugas kerja sendiri dalam

membangkitkan potensi-potensinya. Mereka lebih suka menggunakan

daya mampunya itu untuk mengernbangkan kemampuan-kemampuan

" orang lain, atau wanita lainnya. Oi rumah, mereka mempunyai peranan

yang seimbang dengan suami mereka. Oisepakati oleh banyak ahli

bahwa para wanita yang menganut konsep ini, tidaklah merasa

bersalah jika mereka meninggalkan rumah baik untuk kegiatan-kegiatan

dalam mengikuti latihan-Iatihan keterampilan yang dapat mendatangkan

kepuasan baginya. Tidak pula mereka merasa berdosa jika

pekerjaan-pekerjaan rumahnya (terrnasuk mengasuh anak) dilimpahkan pada

orang lain (misalnya pembantu) manakala mereka tidak di rumah.

Ibu rumah tangga, menurut konsep ini, mengutamakan

membimbing anak sesuai dengan kemampuan-kemampuan anak itu

sendiri. Jika ibu memiliki kebebasan sebagai individu, maka anak juga

mempunyai I,ebebasan itu. Ayah ikut serta bermain dengan

anak-." ..

-anaknya dan mengajarkan anak tentang cara-cara bermain. Bahkan

ayah punya pemnan mengasuh anak sepenuhnya bila ibunya sedang

(47)

40

E. Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat dua hipotesis, yaitu:

Ha =ada perbedaan yang signifikan konflik peran pada wanita berperan ganda dilihat dari status jabatan.

Ho =Tidak ada perbedaan yang signifikan konflik peran pada wanita berperan ganda dilihat dari status jabatan.

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini dibahas mengenai metodologi penelitian meliputi

populasi, sampel, teknik pengurnpulan data dan metode analisis data.

Seperti telah disebutkan pada bab I bahwa penelitian ini dilakukan dengan ,

rnenggunakan metode survey lapangan dan dilanjutkan dengan analisa

diskriptif.

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Untuk melakukan penelitian tentang rnanajernen konflik pada

-;,

wanita berperan ganda ini, yang rnenjadi populasinya adalah wanita

berperan ganda. Akan tetapi dengan rnempertirnbangkan adanya

perbedaan persoalan wan ita berperan ganda yang dipen9CJJuhi oleh

faktor geografis, dan kultur (budaya) rnasyarakat, maka penulis

membatasi populasi wanita berperan ganda ini khusus untuk yang

(49)

42

Jadi apabila dinyatakan seeara tegas, maka populasi dalam

penelitian ini adalah wanita yang berperan ganda, dan tinggal di

Jakarta.

2. Sampel

Oleh karena adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga, .

penelitian tidak dapat melakukan penelitian seeara sensus. Oleh

karena itu dilakukan pengambilan sample.

Kemudian dengan mempertimbangkan banyaknya jenis

pekerjaan yang ditekuni wanita, seperti : pengusaha, eksekutif, dan

karyawan baik negeri maupun swasta, juga adanya perbedaan faktor

strata ekonomi dan level pendidikan, maka idealnya sampel diambil

dengan metode sampel aeak berstrata (stratitied random sampling).

Dari populasi wanita berperan ganda yang tinggal di Jakarta,

maka penulis memilih 4 maeam kelompok pekerjaan yakni pengusaha,

.-eksekutif, karyawan serta pendidik.

Akan tetapi, untuk mengambil sampel dengan metode sampel

aeak berstrata diperlukan adanya kerangka sampling (sampling

frame). Kerangka sampling (sampling frame) ini merupakan daftar

(50)

bertujuan mendapatkan informasi mengenai sesuatu hal yang khusus

dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tertentu

dan mencatat jawaban atau respon di subjek penelitian menurut

langkah-langkah atau cara-cara tertentu. '

Skala psikologi (quistionare) penulis sebar kepada para

wanita yang telah ditentukan sebagaimana tadi telah dijelaskan. Kemudian ,

dari data yang diperoleh, dilakukan pentabulasian data, setelah

pentabulasian selesai kemudian dilanjutkan penganalisaan dengan

metode anal isis diskriptif.

Namun sebelum skala psikologilquistionare digunakan sebagai

alat untuk memperoleh reliabilitas dan validitas skala.

Pada kuesioner ini, subjek diminta untuk mengungkapkan

jenis-jenis Konflik serta pengendaliannya. Setiap pernyataan pada kuesioner ini

dilengkapi dengan 5 pilihan jawaban yaitu:

1. Bila selalu.

.-" ..

-2. Bila sering.

3. Kadang-kadang.

4. Sangat jarang.

5. Tidak pernah.

(51)

45

Adapun cara pengisian kuesioner ini adalah subjek diminta

untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi

subjek dengan mengisi angka pada kolom yang tersedia.

Angka yang akan dioleh adalah skor total dari keseluruhan

jawaban yang dipilih subjek. Skor total yang tinggi menunjukkan bahwa

subjek mengungkakan bahwa dirinya mempunyai jenis konflik yang

banyak. Sebaliknya skor total yang rendah menunjukkan bahwa subjek

mengungkapkan dirinya mempunyai jenis konflik yang rendah.

Sedangkan data kontrol yang terdapat dalam penelitian ini

meliputi usia, pendidikan terakhir, jabatan, subjek, jabtan suami, jumlah

anak, usia anal, paling besar dan keel!.

Kemudian dilakukan uji coba melalui tahapan berikut :

1. Melakukan uji coba kepada 30 orang subjek yang memiliki karakteristik

sam a dengan subjek penelitian.

2. Melihat reliabilitas dan validiitas dari kuesioner, dengan melakukan

Nセ ... anilisis item.

3. Jenis konflik terbagi menjadi dua macam yang terdiri dari jenis konflik

karir versus peran sebagai ibu pada aspek pengasuhan dengan butir

item: 1,2,3,8,12,14,16,19. Aspek komunikasi dan interaksi dengan butir

(52)

46

24,25,26,27,4, Sedangkan jenis konflik karir versus peran sebagai isteri

pada aspek pandangan suami terhadap peran ganda wanita dengan

butir item: 5,6,17,18, Aspek tekanan karir dan keluarga dengan butir

item: 7,29,31, Aspek waktu untuk keluarga dengan butir item: 9,28,30.

Sedangkan pada aspek komunikasi dan interaksi dengan butir item:

11,13,15, dan 21.

Sedangkan pernyataan untuk manajemen konflik terdapat pada butir

item nomor: 32,33,34,35,36,37,38,39, dan 40.

Analisa item dilakukan dengan cara menghitung validitas-reliabilitas.

Untuk validitas digunakan rumus menghitung koefisien korelasi product

moment.2 (Hasil perhitungan pada lampiran 4 hal.81 dengan menggunakan komputerisasi).

ョHセxyI

-

HセxIHセyI

Dimana: ...

,

r x y

=

Koefisien korelasi antara skala.

X dan Y =Skor masing-masing skala.

N =banyaknya sampel.

(53)

Untuk dapat menggunakan rumus ini, terlebih dahulu data ditabulasikan, kemudian dihitung jumlah skor itemnya, setelah ditransformasi ke skala interval dengan metode sueeesive internal. Untuk melakukan transformasi ke skala interval prosedurnya sebagai berikut :

1) Hitung F (Frekuensi) responden (banyaknya responden yang memberikan respon yang ada ).

2) Bagi setiap bilangan pada F (frekuensi) oleh n (

=

100), sehingga diperoleh proporsi.

3) Jumlahkan P (Proporsi) seeara berurutan untuk setiap respon sehingga keluar propors! kumulatif.

4) Propors! kumulatif (PK) diangagp mengikuti distribusinormal baku. 5) Tentukan nilai-nilai 2 untuk setiap kategori.

6) Hitung SU (Scale Value =nilai skala) dengan rumus : Dens!ty at lower limit - Density at upper

SV=

-Area under upper limit - -Area under lower

7) SV (Scale Value) yang nilainya terkeeil (harga negatif' + besar) diubah menjadi sama dengan satu (= 1).

Transformaed scale value

=

SV +[SV min]
(54)

48

Koefisien r xy akan berada pada nilai - 1 < r xy < 1. Jika skor r xy yang diperoleh sama dengan nol, berarti susunan skala tidak akurat. Apabila koefisien koretasinya negatif, maka ada kemungkinan bahwa skala yang dibuat susunannya terbalik dan apabila koefisien r xy cenderung positif dan besar, maka kita bisa mengatakan bahwa skata yang dibuat cukup ·valid.

Secara bahasa reliabilitas diterjemahkan sebagai keandalan. Dan secara istilah maka realibilitas ini diterjemahkan sebagai kekonsistenan alat ukur dalam mengukur suatu parameter.

Untuk mengukur reliabilitas ini, digunakan rumus .3

r xx1 = 1 - MK I xs I

Dimana r x x1

=

koefisien reliabilitas yang dihitung dengan teknik anava hoyt.

Mkixs =

Li -

(L;x2)Jk -

(Ll)

In + CI; 1)2 Ink (n-1)(k-1)

Dimana

Mkixs

x

/ ..,

= skor seorang responden pada suatu item,

=rata-rata kuadrat interaksi antar item

=jumlah skor seorang responden pada seluruh item, yaitu skor skala.

(55)

y =:jumlah skor seluruh subyek pad a satu item.

k =: banyaknya item.

n =: banyaknya subyek.

Sedangkan Mks dihitung dengan menggunakan rumus

IViks

2Z

-

I/

k

nk

n - 1

Dengan Mks =: rata-rata kuadrat antar subyek.

Pada umumnya reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisien r x x

minimal 0,900. koefisien reliabilitas ini mencerminkan hubungan skor

skala yang (x). dengan skor sesungguhnya yang tidak diketahui (skor

murni). Sehingga dengan koefisien 0,9, dapat disimpulkan 90 % variasi skor yang meruupakan variasi yang terjadi pada skor murni kelompok

subyek. Dan 0,1 atau 20 % variasi lainnya disebabkan oleh faktor salat. Reliabilitas alat ini menunjukkan nilai yang sangat tinggi =: 0,978 hal . ini menunjukkan bahwa skala yang digunakan adalah reliabel.

." ."

D. Metode analisis data.

Dari data yang telah ditabulasi dilakukan analisis ekseloratif. Untuk

variabel jenis konflik dilakukan analisis perbandingan dengan tujuan untuk

melihat ada tidaknya perbedaan-perbedaan jenis konflik yang dihadapi

(56)

:; 1

-Setelah data ditabulasikan seperti tabel diatas, kemudian uji dengan statistik dengan menggunakan rumus uji chi kuadrat :4

r k

x

2

=i

f

1=1

j=1

x

2

= nilai statistik yang mengikuti distribusi chi-kuadrat dengan derajat bebas ab ; (r-I)(k-1)

Eij = Banyaknya kasus yang diharapkan di bawah 1-10

untuk dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j

[

15

= jumlah semua se!.

I

I

i=1 j=1

r = Banyaknya baris k = Banyaknya kolom

Untuk melakukan pengujian, nilai x2 yang diperoleh dibandingkan dengan nilai

l

dar! tabel.

..."

(57)

BABIV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Uji Cob a Alat Ukur

Dari hasil perhitungan uji coba alat ukur, diperoleh hasil bahwa dari

40 butir item yang disebarkan, hanya 33 butir yang dapat dijadikan alat

bagi penelitian ini. Sedangkan item-item yang gugur adalah butir item

nomor 5, 17, 18 dari aspek pandangan suami terhadap peran ganda

wanita. Butir item nomor 27 dari aspek penentuan prioritas. Butir item 7

dari aspek tekanan karir dan keluarga. Butir item nomor 28 dari aspek

waktu untuk keluarga dan butir item nomor 15 dari aspek komunikasi dan

,. interaksi.

Namun karena butir item dari aspek pandangan suami terhadap

peran ganda wanita yang diterima hanya satu butir yaitu butir item nomor

.'

.'

6, maka aspek ini tidak dipergunakan. Sehingga butir item yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 32 item, 23 butir item untuk jenis konflik dan

9 butir item untuk manajemen konflik. Jadi jumlah item yang digunakan

(58)

54

konflik yang terjadi dalam pengasuhan terjadi secara kadang-kadang,

dalam arti persoalan yang timbul dalam pengasuhan pada suatu ketika

[image:58.524.37.466.202.666.2]

dapat menjadi konflik.

Tabel 2

Konflik Karir versus Peran sebagai Ibu dalam Komunikasi dan Interaksi Idenaan%)

Komunikasi dan Interaksi

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadano pemah

PenQusaha

a

3 50 31 16 100

Eksekuif

a

20 60 10 10 100

Karvawan 1 30 50 19 0 100

Pendidik 0 10 80 10 0 100

Komunikasi dan interaksi merupakan wahana perekat bagi keluarga

terutama ibu. Pada tabel 2 di atas dapat dilihat secara keseluruhan bahwa

tidak ada perbedaan konflik dilihat dari jabatan bagi wanita berperan

ganda, karena mereka cenderung mengatakan kadang-kadang. Namun

dapat dibedakan apabila dilihat dari seringnya konflik terjadi. Tingkat

konflik sering ter·jadi pada wanita eksekutif (0,2 %) dan pada wanita yang

bekerja sebagai karyawan (0,3 %). ." ."

Tabel 3

Konflik Karir versus Peran sebagai Ibu dalam Penentuan Prioritas Idenaan %)

Penentuan Prioritas

Jabatan Selalu sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadanQ pernah

Penousaha 0 0 0 90 10 100

Eksekuif 0 0 10 80 10 100

Karvawan 10 20 40 30 0 100

(59)

55

Konflik yang terjadi pada penentuan prioritas yang tampak pada tabel di atas, jarang terjadi pada wanita pengusaha dan wanita eksekutif. Namun pada wanita yang bekerja sebagai karyawan dan pendidik penentuan prioritas suatu ketika dapat menjadi suatu konflik.

Selain jenis konflik karir dan peran sebagai ibu, konflik dapat dilihat pula dari jenis konflik karir versus peran sebagai isteri seperti tabel berikut Ini:

Tabel4

Konflik Karir versus Peran Isteri dalam Tekanan Karir (denqan %) Tekanan Karir

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadanQ pernah

PenQusaha 0 9 20 60 11 100

Eksekuif 10 10 60 10 10 100

Karyawan 10 20 60 10 10 100

Pendidik 0 0 30 60 10 100

Jenis konflik versus peran isteri dalam tekanan karir jelas berbeda antara sebagian struktur jabatan wanita. Bagi wanita eksekutif dan karyawan, persoalan yang terjadi pada karir suatu ketika dapat menjadi suatu konflik (0,6%). Sedangkan pada wan ita pengusaha dan pendidik

.".."

[image:59.534.33.474.228.619.2]

konflik ini jarang terjadi (0,6%) seperti pada tabel 4 di atas. Tabel 5

Konflik Karir versus Peran Isteri dalam Waktu untuk Keluarqa (den an%) Waktu Untuk Keluarga

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadana oernah

PenQusaha 10 30 40 10 10 100

Eksekuif 20 30 30 10 10 100

Karvawan 0 10 60 20 10 100

[image:59.534.39.468.584.690.2]
(60)

Jenis konflik pada aspek waktu untuk keluarga, bagi pengusaha,

eksekutif dan karyawan menyatakan kadang-kadang. Sedangkan bagi

[image:60.524.29.461.183.522.2]

pendidik konflik pada aspek tersebut jarang sekali terjadi (Lihat tabel 5).

Tabel 6

Konflik Karir versus Peran Isleri dalam Komunikasi dan Interaksi (dengan %)

Komunikasi dan Interaksi

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadana Dernah

Penqusaha 0 10 20 60 10 100

Eksekuif 0 10 50 40 0 100

Karvawan 0 10 50 40 0 100

Pendidik 0 0 50 50 0 100

Konflik yang lerjadi pada aspek komunikasi dan inleraksi pada wanila

berperan ganda dengan posisi jabalan apapun dapal dilihal pada label 6

di alas, bahwa lingkal konflik yang terjadi lidak mempunyai perbedaan

yang berarti. Hal ini dapat dikalakan karena pada aspek ini mereka

menyalakan jarang sekali lerjadi konflik.

....

-Adapun jenis konflik karir versus peran sebagai ibu yang dihadapi

wanita berperan ganda dilihal dari usia anak yang masih dalam

per,gasuhan penulis mengelompokkan ibu ini ke dalam dua bagian, yaitu:

ibu yang memiliki anak usia balila dan ibu yang memiliki anak usia

(61)

57

Tabel7

Konflik Karir versus Peran sebagai Ibu dilihat dari Usia Anak dalam

p・ョァ。ウオィ。ョH、・ョァ。ョoセI

Pengasuhan

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadanu oernah

lbu dengan 10 40 20 30 0 100

Anak Balita

Ibu dengan 20 30 30 20 0 100

Anak usia .

Sekolah

Karvawan 10 20 40 30 0 100

Pendidik 10 10 60 20 0 100

Ternyata secara keseluruhan konflik yang terjadi pada aspek

pengasuhan bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita maupun anak usia

sekalah sangat sering terjadi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 di atas

yang memaparkan bahwa ibu dengan anak usia balita menyatakan sering

sebanyak 0,4% dan ibu dengan anak usia sekalah menyatakan sering

sebanyak 0,3%.

Sehingga dapat dikatakan bahwa usia anak sangat berpengaruh

sekali pad a pala pengasuhan dilihat dari data yang ada 「。ィセcェ .. usia anak

berkisar antara 1 tahun sampai 12 tahun. Namun usia anak balita lebih

.. banyak dibandingkan dengan usia anak sekalah. Maka seringnya konflik

terjadi bagi mereka merupakan persoalan yang sangat merisaukan

mereka karena anak-anak masih membutuhkan perlindungan dan

[image:61.528.37.470.163.516.2]
(62)

58

Tabel 8

Kantlik Karir versus Peran sebagai Ibu dilihat dari Usia Anak dalam

Kamunikasi dan Interaksi (dengan %)

Jabatan Komunikasi dan Interaksi

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadanq pernah

Ibu dengan 0 0 10 60 30 100

Anak Balita

Ibu dengan 10 10 40 40 0 100

Anak usia Sekolah

Sedangkan pada aspek kamunikasi dan interaksi, seeara keseluruhan

menyatakan jarang terjadi kantlik sebanyak 0,6 %, keeuali bagi ibu-ibu yang mempunyai anak usia sekalah ada pula yang menyatakan

[image:62.524.30.466.187.597.2]

kadang-kadang sebanyak 0,4 %. (Iihat tabel 8). Tabel 9

Kantlik Karir versus Peran sebagai Ibu dilihat dari Usia Anak dalam Penetuan Priaritas (dengan %)

Penentuan Prioritas

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadanQ pernah

Ibu dengan 10 10 40 40

a

.' 100

Anak Balita

Ibu dengan 10 20 50 20

a

100

Anak usia Sekolah

Dalam penentuan periaritas dapat dikatakan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara ibu-ibu dengan pasisi apapun, baik

(63)

59

ini dapat kita lihat pada tabel 9 diatas yang memaparkan data bahwa 0,4 % dan 0,5% menyatakan kadang-kadang.

Jenis konflik bagi wanita berperan ganda masih dapat dilihat pula dari status jabatan suami dengan berbagai aspek seperti pada tabel berikut:

Tabel 10

Konflik Berdasarkan Status Jabatan Suami dalam Tekanan Karir 'denaan %)

Jabatan Tekanan Karir

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadano oernah

Pengusaha 0 0 20 40 40 100

Eksekuif 5 16 43 21 15 100

Karvawan 10 20 20 30 0 100

Pendidik 0 0 0 100 0 100

Pad a tabel 10 dl atas, klta dapat mellhat bahwa Jenls konflik pada wan ita berperan ganda berdasarkan status suami sangat variatif. Bagi pengusaha, mereka cenderung menyatakan jarang dan bahkan tidak pernah mengalami konflik pada aspek tekanan karir. Bagi eksekutif dan bagi karyawan, mereka cenderung menyatakan kadang-kadang dan jarang. Sedangkan bagi pendidik 100 % menyatakan jarang terjadi konflik

[image:63.521.30.461.201.563.2]

pada aspek ini. .-"..,

Tabel 11

Konflik Berdasarkan Status Jabatan Suami dalam Waktu untuk Keluarga (dengan %)

Waktu Untuk Keluarga

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadano oernah

Pengusaha 10 20 40 30 0 100

Eksekuif 10 10 60 20 0 100

Karvawan 0 10 60 30 0 100

(64)

60

[image:64.529.26.471.202.537.2]

Status jabatan suami, ternyata kurang banyak berpengaruh pada konflik yang terjadi bagi wanita berperan ganda dalam aspek waktu untuk keluarga pada jabatan apapun. Hal ini dapat dilihat dari tabel 11 i atas yang cenderung menyatakan kadang-kadang, sedangkan bagi pendidik cenderung menyatakan jarang terjadi konflik pada aspek ini.

Tabel 12

Konflik Berdasarkan Status Jabatan Suami dalam Komunikasi dan Interaksi (dengan %)

Waktu Untuk Keluarga

Jabatan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak Jumlah

kadanq pernah

Denqusaha 10 20 40 30 0 100

Eksekuif 10 10 60 20 0 100

Karvawan 0 10 60 30 0 100

Pendidik 0 10 20 70 0 100

Pad a aspek komunikasi dan interaksi yang dilihat dari status jabatan suami, konflik terjadi kadang-kadang dalam arti persoalan yang terjadi pada aspek ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Hal ini dapat dilillat pada

..

,

.'

tabel 12 di atas dimana tidak ada perbedaan yang berarti pada setiap posisi jabatan bagi wanita berperan ganda.

(65)
[image:65.525.29.468.152.544.2]

61

Tabel 13

Manajemen Konflik berdasarkan Status Jabatan Wanita berperan Ganda (dengan %)

Jabatan Menghindari Kooperatif Otoriter Jumlah

konflik

Penqusaha 10 40 50 100

Eksekutif 20 50 30 100

Karyawan 20 60 20 100

Pendidik 10 70 20 100

Dari tabel 13 di atas tampak bahwa manajemen konflik bagi wanita

berperan ganda tidak mempunyai perbedaan yang berarti dilihat dari

status jabatannya. Secara keseluruhan mereka cenderung menggunakan

sikap kooperatif sebagai alat utamanya. Kemudian yang kedua sikap

otoriter dan yang ketiga dengan menghindari konflik. Namun berbeda

dengan pengusaha yang cenderung memilih sikap otoriter sebagai alat

utamanya kemudian sikap kooperatif dan menghindari konflik.

Manajemen Iwnflik merupakan pengendalian atas interaksi antagonistik antara dua atau lebih pihak dari masalah-masalah

Nセ ..

-kornunikasi, hubungan pribadi atau struktur organisesi dan sebagainya.

Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan cara

rnemanaj konflik bagi wanita berperan ganda pada posisi jabatan apapun.

Sikap koperatif merupakan suatu sikap dimana orang melepaskan

(66)

62

titik persamaannya. Tidak mencoba untuk mempertahankan kemenangan

pihak sendiri dan tidak mengharuskan pihak lain mengalah. Dalam sikap

kooperatif ini dapat digunakan metode kompromi (musyawarah dan

mufakat), memperhalus konflik, ekspansi dari sumber energi, mengubah

struktur dan mempersatukan tujuan.

Kedua, Sikap oioriter merupakan suatu sik

Gambar

Tabel 2:Jenis Konflik Karir Versus Peran Sebagai Ibu Dalam Komunikasi
Tabel 2Konflik Karir versus Peran sebagai Ibu dalam Komunikasi dan Interaksi
Tabel4Konflik Karir versus Peran Isteri dalam Tekanan Karir (denqan %)
Tabel 6Konflik Karir versus Peran Isleri dalam Komunikasi dan Interaksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui struktur isi buku pelajaran kewarganegaraan SMA kelas X terbitan Erlangga dan Yudhistira yang disusun berdasarkan kurikulum 2004 dari aspek materi dengan

Mutan M5 dan tipe liarnya memiliki kemampuan yang sama untuk tumbuh dengan baik pada media agar cawan sehingga dapat dinyatakan hilangnya kemampuan dalam menyebabkan reaksi

Laporan Tugas Akhir ini dilatarbelakangi permasalahan mengenai potensi yang dimiliki Ekowisata Taman Air Tlatar, sistem manajemen pengelolaan Ekowisata Taman Air

Dari penelitian disimpulkan bahwa warna cahaya lampu penerangan kandang yang diberikan selepas masa brooding , yaitu mulai dari minggu ketiga sampai minggu kelima pemeliharaan

Berdasar pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1) pasar saham di Indonesia belum efisien namun berdasar kecepatan respon informasi

Terdapat kubus ABCDEFGH dimana titik P adalah titik tengah garis FG, dan Jika terdapat Bola yang didalamnya kubus tersebut sehingga semua titik sudutnya

Berdasarkan analisa multiple regression diketahui bahwa idealized influence, intellectual stimulation, dan laissez-faire berpengaruh signifikian pada cognitive dan relational

Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat dari penyesuai parameter pada tahap kalibrasi dengan nilai GW_Delay selama 178 hari 4 jam 48 menit yang menunjukkan bahwa untuk