SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
YOLANDA SILVIA ANGRIANI
NIM : 107016102075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
Metode Diskusi pada Konsep Virus (Penelitian Deskriptif Kelas X Di MAN 4
Jakarta),
Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi verbal
menggunakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 di MAN 4 jakarta. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukan pemetaan interaksi kelas menurut Sistem Interaksi Kategori Verbal
(VICS) daerah T memiliki frekuensi paling tinggi sebesar 44,09% dengan
hubungan dimensional yang sering muncul 10-10 terjadi selama kegiatan diskusi
berlangsung. Peran guru tidak terlalu terlihat dengan persentase daerah A yang
merupakan daerah
informing
sebesar 11, 81%. Konten pedagogik yang dilakukan
guru berupa motif
informing.
Interaksi verbal yang terjadi membentuk pola
komunikasi banyak arah.
iii
Method on Virus Concept (Descriptive Research Class X in MAN 4 Jakarta).
BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Sciences Education,
Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
The aim of this research is to know how the verbal interaction using cooperative
approach with discussion method on virus concept. This research was conducted
at MAN 4 Jakarta. The research method was used descriptive research. The
research result indicated class interaction mapping according to Verbal
Interaction Category System (VICS) of T domain has highest frequency is 44,09 %
with dimensional relation often appears 10-10 happened during discussion
activity. Teacher role seen not dominant with persentage A domain is informing
region 11,81. Pedagogic
content that done by teacher has a lot using informing
motif. Verbal interaction that happened to form communication pattern multy
direction.
iv
Alhamdulillahi robbil “alamin, segala puji dan
syukur kehadirat Allah
Subhana Wa Ta’ala yang telah memberikan berbagai macam rahmat dan karunia
-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “
Deskripsi Interaksi Verbal dalam Peroses Belajar Mengajar
menggunakan Pendekatan Kooperatif dengan Metode Diskusi pada Konsep
Virus
” merupakan salah satu karya ilmiah bidang pendidikan yang harus
ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pendidikan oleh mahasiswa FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa bantuan, dukungan serta
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra.
Nurlela rifa’i
, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengeatahuan
Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3.
Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Dosen pembimbing satu yang telah memberikan
bimbingannya, kesabaran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.
4.
Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Dosen pembimbing dua yang telah memberikan
bimbingannya, kesabaran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.
5.
Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen penasehat akademik.
6.
Ibu Hj. Isnadiar Dekok, MA, Kepala MAN 4 Jakarta yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di MAN tersebut.
v
9.
Siti Mulya Agnah, dan Rima Mutiara, teman penulis yang telah membantu
selama penelitian berlangsung.
10.
Pak Tuo Mayusri dan Alm Prof. Hj. Ismah Salman, M. Hum yang
memberikan motivasi, semangat, dan nasehatnya.
11.
Serta teman-teman Pendidikan Biologi A angkatan 2007 yang memberikan
informasi dan motivasi selama pembuatan skripsi ini.
Semoga hasil karya ilmiah (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan dan memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.
Jakarta, Juni 2014
vi
KATA PENGANTAR
...
iv
DAFTAR ISI
...
vi
DAFTAR TABEL
...
viii
DAFTAR GAMBAR
...
ix
DAFTAR LAMPIRAN
...
x
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Identifikasi Masalah ...
4
C.
Pembatasan Masalah ...
5
D.
Perumusan Masalah ...
5
E.
Tujuan Penelitian ...
5
F.
Manfaat Penelitian ...
6
BAB II KAJIAN TEORIIK
A.
Kajian Teoritis ...
7
1.
Definisi Belajar dan Mengajar ...
7
2.
Pendekatan Kooperatif ...
12
3.
Metode Diskusi ...
15
4.
Interaksi Dalam Proses Belajar Mengajar ...
17
5.
Pedagogik Materi Subjek ...
21
6.
Sistem Kategori Interaksi Verbal ...
23
B. Hasil Penelitian Relevan ...
28
vii
D.
Instrumen Penelitian...
32
E.
Teknik Pengumpulan Data ...
32
F.
Unit Analisis ...
34
G.
Teknik Analisis Data ...
42
BAB IV TEMUAN PENELLITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Temuan Penelitian ...
45
B.
Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ...
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ...
62
B.
Saran ...
63
DAFTAR PUSTAKA
...
64
viii
2.
Tabel 2.2 Matriks Hubungan Antar Kategori VICS ...
26
3.
Tabel 3.1 Proses Pembentukan Teks Dasar ...
35
4.
Tabel 3.2 Proses Penurunan Proposisi ...
37
5.
Tabel 3.3 Penurunan Tindak Pedagogik ...
41
6.
Tabel 3.4 Matriks Hubungan Antar Kategori VICS ...
44
7.
Tabel 4.1 Urutan Antar Hubungan Kategori Pada Proses Belajar
Mengajar Materi Virus ...
45
[image:11.595.115.506.159.577.2]ix
2.
Gambar 2.2 Komunikasi Dua Arah ...
20
3.
Gambar 2.3 Komunikasi Banyak Arah ...
20
4.
Gambar 2.4 Hubungan Antar Komponen Pedagogik Materi Subjek...
22
5.
Gambar 4.1 Persentase Masing-Masing Daerah ...
46
6.
Gambar 4.2 Pola Komunikasi Yang Terjadi Dalam Proses Belajar
[image:12.595.114.507.159.591.2]x
3.
Lampiran 3. Catatan Lapangan ...
70
4.
Lampiran 4. Proses Pembentukan Teks Dasar ...
71
5.
Lampiran 5. Pengkodean Teks Dasar Berdasarkan VICS (
Verbal
Interaction Catagory Sistem
) ...
122
6.
Lampiran 6. Penghitungan Interaksi Kelas Berdasarkan VICS
(
Verbal Interaction Catagory Sistem) ...
135
7.
Lampiran 7. Penurunan Tindak Pedegogik ...
136
8.
Lampiran 8. Penurunan Proposisi Mikro- makro ...
165
9.
Lampiran 9. Dokumentasi Foto Penelitian ...
192
10.
Lampiran 10. Lembar Validasi Analisis Data ...
196
11.
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...
197
12.
Lampiran 12. Biodata Guru ...
201
13.
Lampiran 13. Uji Referensi ...
202
1
A.
Latar Belakang Masalah
KTSP merupakan kurikulum yang operasionalnya disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing sekolah namun standar isi tetap ditentukan oleh
pusat. Sekolah memiliki hak untuk merancang, mengembangkan dan
mengimplementasikan kurikulum sasuai dengan keunggulan yang dimiliki
sekolah tersebut.
Implementasi KTSP telah diterapkan diseluruh sekolah di Indonesia.
Namun penerapan belajar mengajar pada teknik pengajaran guru masih perlu
diperbaiki. Selama ini masih banyak guru yang mengajar dengan menganggap
dirinya sebagai sumber dari segala informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
Beberapa guru juga masih menggunakan metode mengajar konvensional seperti
ceramah dan banyak pula guru yang belum mampu mengembangkan kreatifitas
mereka dalam mengajar dan belajar siswa. Pembelajaran yang bersifat
teacher
centered
untuk masa sekarang dipandang kurang efektif dalam proses belajar
mengajar karena kurang melibatkan pengembangan kemapuan berpikir dan
bertindak secara kritis, kurang dapat mengembangkan kemampuan kolaborasi
dalam proses belajar, peserta didik kurang termotivasi dan kurang bertanggung
jawab.
1Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dihasilkan dari
pengalaman dengan lingkungan yang didalamnya terjadi hubungan
–
hubungan
antara sitimulus-stimulus dan juga respon.
2Pengalaman sebagai sebuah
pendidikan bersifat kontinu dan interaktif untuk menbantu membentuk pribadi
manusia. Pengalaman itu sendiri merupakan sumber pengetahuan dan
keterampilan yang bersifat pendidikan
1
Berita Sore, Banyak Guru Masih Menggunakan Metode Pembelajaran Ceramah, diakses pada tanggal 4 januari 2012 dari http://beritasore.com/2009/11/03/banyak-guru-masih-gunakan-metode-pembelajaran-ceramah/
2
Sedangkan mengajar adalah segala upaya yang sengaja dalam rangka
memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Menurut Arifin dalam Muhibbin
mengajar
merupakan
suatu
rangkaian
kegiatan
menyampaikan
bahan
pembelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan
mengembangakan bahan pelajaran. Sedangakan menurut Nasution dalam
Muhibbinsyah mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkannya sehingga terjadi proses
belajar. Lingkungan meliputi guru, fasilitas belajar dan suasana proses belajar
mengajar itu terjadi.
3Proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang
belajar dengan guru yang mengajar. Kedua proses ini harus disadari oleh siswa
yang sedang belajar dan guru yang mengajarkan sehingga antara kedua proses ini
terjalin interaksi yang saling menunjang.
4Dalam proses belajar mengajar guru
membantu mengembangkan potensi, cara berpikir dan sikap siswa kearah yang
lebih baik bagi dirinya dan lingkungan. Untuk mencapai interaksi belajar
mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara seorang guru dengan siswa.
Menurut Sudjana ada tiga bentuk pola komunikasi yang digunakan untuk
mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa. Pertama komunikasi
satu arah guru berperan sebagaai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi,
dalah hal ini guru aktif sedangkan siswa pasif. Kedua pola komunikasi dua arah
guru dan siswa berperan sama sebagai pemberi aksi, bebtuk komunikasi yang
tercipta rekatif sama. Ketiga pola komunikasi multi arah yang tidak hanya
melibatka komunikasi antara guru dengan siswa melainkan juga antar sesama
siswa.
5Pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi merupakan
salah satu metode yang digunakan untuk mengembangkan pola komunikasi.
Selain itu pendekatan dan metode ini dapat menciptakan pembelajaran yang
bersifat
student centered.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h.179 4
Nuryani , Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang: UM PRESS, 2005), h. 5 5
Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran teman
sebaya dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki latar belakang kemampuan berbeda. Belajar dalam kelompok kecil
mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan
komunikasi.
6Menurut Nuryani metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan
memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau
pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Metode diskusi memiliki
kelebihan antara lain merangsang keberanian dan kreatifitas siswa dalam
mengemukakan gagasan, membiasakan siswa bertukar pendapat dengan teman,
menghargai pendapat orang lain, serta siswa dapat lebih belajar bertanggung
jawab.
7Dimana kelebihan dari metode diskusi bermanfaat dalam penerapan
kehidupan siswa.
Salah satu materi biologi yang memiliki kaitan dengan aspek hidup
terdapat pada materi ajar virus. Virus merupakan satuan terkecil mikroskopis yang
menginfeksi sel organisme biologis. Pada materi ajar virus siswa diharapkan
untuk dapat mengidentifikasi ciri-ciri virus, membedakan struktur virus dengan
yang lainnya, menjelaskan cara replikasi virus, serta mampu mengetahui peran
virus dalam kehidupan. Selama ini banyak penelitian yang mengenai hasil belajar
virus, namun kurangnya penelitian mengenai bagaimana jalannya interaksi dikeas
selama pembelajaran virus.
Cara mengetahui bagaimana interaksi verbal yang terjadi didalam kelas
dapat menggunakan
Verbal Interaction Catagory System
(VICS) atau sistem
interaksi kategori verbal yang diperkenalkan oleh Flanders untuk mewadahi peran
materi subyek. Sistem ini menggunakan skala tunggal yang terdiri atas 10 kategori
untuk memetakan kejadian-kejadian interaktif dalam proses belajar mengajar.
Ke-10 kategori tersebut dapat dirinci lebih jauh kedalam tiga subkategori
masing-masing berhubungan dengan perilaku mengajar, perilaku pembelajaran, dan
6
. Pembelajarann Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal
Pendidikan Widyatama, Vol 4 No.4. Desember 2007, h. 40 7
keadaan kelas non interaktif.
8Menurut Siregar rasional yang mendasari VICS
adalah pandangan seberapa jauh pengajar memberikan kebebasan kepada
pembelajar diperkirakan dari seberapa jauh pembicaraan pengajar lebih
berpengaruh atau sebaliknya. Seberapa jauh suatu pengajaran bersifat menunjang
pembelajar ditunjang oleh seberapa jauh pengajar menerima perilaku, perasaan
dan ide pembelajar.
9Interaksi yang terjadi pada proses belajar mengajar tidak hanya
membentuk sebuah pola komunikasi, melainkan juga terdapat proses pedagogik
materi subjek. Pendidikan biologi erat keterkaitannya dengan materi-subjek dan
aspek kehidupan. Pedagogik materi subyek memandang proses belajar sebagai
upaya bersama dalam suatu bentuk antar ketergantungan materi subyek,
pembelajar dan pengajar sehubungan dengan isu totalitas dan logika internal dari
tugas sosial mengkonstruksi pengetahuan dari proses belajar mengajar.
Pedagogik materi subyak merupakan keterkaitan antara tindakan
pengajar, pembelajar, dan materi subyek. Pertama tindakan pengajar yang berupa
informing
(menginformasikan),
elicting
(menggali dan menjelaskan),
directing
(mengendalikan) dan
boundary marking
(membatasi). Kedua tindakan siswa
yang merupakan respon dari membangun pengetahuan terdiri dari
intelligible
(dipahami sebagai prosedur),
plausible
(dipahami sebab berhubungan dengan
pengalaman,
fruitful
(dipahami sebab digunakan). Ketiga, materi subyek terdiri
atas komponen konten, subtansi dan sintaktikal.
10Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan
judul “
Deskripsi Interaksi Verbal dalam Proses
Belajar Mengajar Menggunakan Pendekatan Koopratif Dengan Metode Diskusi
Pada
Konsep Virus”.
8
Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi & Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press), h. 70.
9
Nelson Siregar, Ibid, h. 140. 10
Rosnita, Standar Pendidikan Untuk Calon Guru Sains: Pedagogik Materi Subjek Sebagai Sarana Pengetahuan Pengembangan Konten Pedagogik Calon Guru, Jurnal Cakrawala
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka timbul
beberapa masalah diantaranya:
1.
Guru masih menggunakan metode belajar konvensional seperti ceramah
sebagai cara mengajar yang cenderung membuat siswa bosan.
2.
Guru belum mampu meningkatkan kreatifitas dalam mengajar.
3.
Selama ini penelitian lebih banyak mengenai hasil belajar. Kurangnya
penelitian mengenai interaksi verbal yang terjadi selama proses
pembelajaran.
C.
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka dibatasi pada masalah
“deskripsi
interaksi verbal yang terjadi dalam proses belajar mengajar menggunakan
pendekatan kooperatif dengan metode diskusi
pada konsep virus”
, sebagai
berikut:
1. Penelitian hanya terfokus pada konsep virus kelas X IPA.
2. Deskripsi interaksi verbal yang terjadi di dalam kelas menggunakan
Verbal Interaction Catagory Sistem
(VICS) menurut Flanders.
3. Peran guru dapat dideskripsikan dengan mengacu pada pedagogik materi
subjek menurut Siregar
4. Proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kooperatif dengan
metode diskusi pada konsep virus.
D.
Perumusan Masalah
E.
Tujuan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana interaksi verbal yang terjadi didalam kelas serta
menggunakan wawasan pedagogik materi subjek sebagai bagian dari pelaksanaan
proses belajar mengajar biologi pada konsep virus.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.
Guru dapat mengetahui interaksi verbal yang terjadi selama proses belajar
mengajar dikelas.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Kajian Teoritis
1.
Definisi Belajar dan Mengajar
a. Belajar
Belajar adalah
key term
(istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi
pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya
risert dan eksperimenpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan
mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
1Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan belajar terlebih
dahulu akan dikemukakan beberapa definisi, sebagai berikut:
1)
Menurut hilgard dan bower, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau
keadaan sesaat seseorang.
2)
Gagne menyatakan belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatanya berubah
dari sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
3)
Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
1
4)
Witherington berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari setiap reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, atau suatu pengertian.
25)
Menurut Ausubbel :
3“meaningful learning
occurs when new infomation is subsumed by exiting
relevant concepts, and these consepts under go furthert change and growth. ”
Kutipan diatas mengandung arti bahwa belajar bermakna terjadi saat informasi
baru diserap oleh konsep yang telah ada, dan konsep ini mengalami pertumbuhan
dan perkembangan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang berasal dari
pengalaman yang mereka dapatkan. Perubahan yang terjadi bersifat lebih baik dari
pada sebelum pengalaman itu datang. Perubahan-perubahan tersebut haruslah tetap
atau setidaknya bertambah menuju kearah yang baik dan bukan sebaliknya.
Untuk lebih memperjelas teori belajar, berikut ini akan dikemukakan beberapa
teori belajar, yang merupakan hasil penyelidikan para ahli, yaitu:
1)
Teori
conditioning
Dipelopori oleh Pavlo, menurut teori ini belajar adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Untuk itu yang menjadikan syarat seseorang itu
belajar haruslah kita belajar.
2)
Teori
connectionism
Dikemukakan oleh Guthrie bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan
dapat dipandang sebagi deretan-deratan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit.
Unit ini merupakan respon dari stimulus yang kemudian menimbulkan respon
bagi tingkah laku berikutnya.
42
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 84. 3
Mustafa Cakir, Constructivist Approaches to Learning in Science Pedagogy: A literature Review,
International Journal Of Environmental & Sciens Education, vol 3, no 4, october 2008
4
3)
Teori
kognitif
Menurut para ahli belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan
behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral sangat tampak lebih nyata
pada peristiwa belajar, dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia
yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental
seperti : motivasi, kesenjangan, keyakinan, dll.
5Karena belajar merupakan sebuah aktifitas berproses, sudah tentu didalamnya
terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui
fase-fase yang antara satu dengan yang lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Bruner dalam Muhibbin dalam proses belajar siswa mmenempuh tiga fase
yaitu
6:
1)
Fase informasi (
information
), seorang siswa sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang samasekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang
berfungsi
menambah,
memperhalus,
memperdalam
pengetahuan
yang
sebelumnya telah dimiliki.
2)
Fase transformasi (
transformation
), informasi yang telah diperoleh tu dianalisis,
diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk abstrak yang konseptual supaya
kelak pada gilirannya dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
3)
Fase evolusi (
evolution
), seseorang yang akan menilai sendiri sampai sejauh
mana pengetahuaandapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.atau
memecahkan masalah yang dihadapi.
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h.109 6
b. Mengajar
Mengajar dalam bahasa Arab disebut
taklim
dan dalam bahasa
Inggris
teaching
itu kurang lebih sama dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa Arab
dam
education
dalam bahasa Inggris. Implikasinya ialah setiap kegiatan kependidikan
yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidik profesional yang bertugas
melaksanakan pembelajaran. Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses
penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa proses penyampaian
ini sering juga dianggap sebagai proses transfer ilmu.
7Menurut Arifin dalam Muhibbin mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan
menyampaikan bahan pembelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi,
menguasai, dan mengembangakan bahan pelajaran. Sedangkan menurut Nasution
dalam Muhibbinsyah mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkannya dengan terjadi proses belajar.
Lingkungan meliputi guru, fasilitas belajar dan suasana proses belajar mengajar itu
terjadi.
8Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan
dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap proses transfer
ilmu.
9Mengajar ialah kegiatan transfer ilmu yang dilakukan oleh seorang pendidik
kepada siswa didiknya dengan mengggunakan empati dan strategi demi terciptanya
proses belajar mengajar. Dalam konteks pendidikan guru memiliki multi peran
selanga melaksanakan pengajaran.
Menurut Hamalik ada enam kriteria dalam mengajar, yaitu:
101)
Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau peserta didik
disekolah. Dalam hal ini mengajar dipandang sebagai bentuk persiapan
7
Muhibbin Syah, Op.cit, h. 177 8
Muhibbin Syah, Op.cit, h.179 9
Wina Snjaya, Strategi Belajar Mengajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 96
10
penyampaian pengetahuan dengan guru sebagai sumber informasi yang
berlangsung dikelas
2)
Mengajar adalah mewariskan budaya kepada generasi muda melalui lembaga
pendidikan sekolah. Implikasinya berupa pendidikan bertujuan membentuk
manusia berbudaya melalui proses perwarisan suatu sumber budaya dengan
siswa sebagai yang merupakan generasi muada sebagai ahli warisnya.
3)
Mengajar ialah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan
kondisi belajar bagi siswa. Implikasinya kepada pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa. Dengan perkembangan
tingkah laku siswa dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi seorang guru berkewajiban
menyediakan lingkungan yang serasi sadar aktifitas itu menuju kearah yang
diinginkan. Dengan kata lain, guru bertindak selaku organisator belajar kepada
siswa.
4)
Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa.
Dalam hal ini pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama.
Siswa sendiri yang melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah,
membeca buku, melihat demonstrasi, guru membantu siswa agar mampu
mengatasi kesulitan-kesulitannya sendiri. Peran guru sebagai
counsellor.
5)
Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara
yang baik sesuai tuntutan masyarakat. Implikasinya sesuai dengan tujuan
pendidikan yangtelah ditentukan. Dimana pendidikan berlangsung dalam suasana
kerja. Dengan siswa dipandang sebagai calon warga negara yang memiliki
potensi untuk bekerja. Guru sebagai pembimbing.
Keenam kriteria ini mengharapkan dalam suatu proses mengajar tiap-tiap siswa
mampu mempersiapkan diri, ilmu dan tingkah laku sebagai bekal dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam hal ini guru memiliki berbagai peran ssebagai seorang
pengajar.
2.
Pendekatan Pembelajaran kooperatif
Pembelajar koperatif menurut Davidson and Worsham adalah pendekatan
pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademis.
11Pembelajaran kooperatifmenurut Johnson & Johnson adalah cara belajar
yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama
lain. Untuk mencapai tujuan kelompok didalam belajar kooperatif siswa berdiskusi
dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahani isi materi
pelajaran.
12Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang
kemampuan berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu
kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi.
13Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk
memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban
temannya, serta kegiatan yang lain dengan tujuan mencapai prestasi tertinggi.
14Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga
tujuan penting yaitu prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap
11
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2006), h.130. 12
Isjoni, Cooperative Learning:Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok (Bandung: Alfabeta, 2009), h.17
13
Pembelajarann Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal
Pendidikan Widyatama, Vol 4 No.4. Desember 2007, h. 40. 14
keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
15Pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu kegiatan belajar mengajar yang bermanfaat dalam proses
belajar. Pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan jalan mengelompokan siswa
dengan kemampuan beragam ke dalam beberapa kelompok kecil. Pembelajaran
kooperatif ini dapat dipandang sebagai suatu pendekatan pembelajaran pada materi
biologi, dimana kegiatan pembelajaran biologi lebih menuntut siswa untuk
menemukan sendiri konsep belajar.
Roger dan David mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran gotong royaong harus diterapkan, yaitu:
16a.
Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri
dan saling bekerja sama dalam kelompok.
b.
Tanggung jawab perseorangan
Seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas sedemikian
rupa agar setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk belajar dan
mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai sumbang saran
dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama.
c.
Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi,
sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan
interaksi antar pribadi.
15
Richard I. Arends. Learning to teach belajar untuk mengajar (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h.5.
16
d.
Komunikasi antar angota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan keterampilan
berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan
dan berbicara.
e.
Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.
Setiap siswa yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk
dapat memenuhi lima unsur tersebut karena dengan memenuhi kelima unsur tersebut
siswa dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya perlu
diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif peserta didik. Menurut Lungdren
dalam Isjoni keterampilan-keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:
17a.
Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi menggunakan kesepakatan,
menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagi dalam tugas, berada
dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengajak orang
lain untuk berpartisipasi, menyelesaikan tugas tepat waktu, menghargai
perbedaan individu.
b.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukan penghargaan dan simpati,
mengungkapkan
ketidaksetujuan
dengan
cara
yang
dapat
diterima,
mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan,
mengorganisir, dan mengirangi ketegangan.
c.
Keterampilan kooperatif tingkat tinggi
17
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat,
menanyakan dengan benar, menetapkan tujuan, dam berkompromi.
Semua siswa yang terlibat dalam pambelajaran kooperatif diharapkan
memiliki keterampilan-keterampilan yang disebutkan di atas. Hal ini sangatlah
penting dikarenakan pendekatan pembelajaran kooperatif sangat bergantung pada
keterampilan tersebut.
3.
Metode Diskusi
Menurut Roestiyah metode diskusi adalah salah satu metode belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Didalam diskusi ini proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar informasi,
pengalaman, pemecahan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak tidak ada yang
pasif sebagai pendengar saja.
18Menurut Sudjana diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi,
pendapat dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat
pengertian yang lebih jelas dan lebih teliti tentang suatu atau persiapan dan
merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat, melainkan
tiap orang diharapkan memberi sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali
paham hasil pemikiran bersama.
19Menurut Suryosubroto metode diskusi adalah suatu metode diskusi adalah
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para
siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
20Menurut Cross diskusi dikelas sangat efektif dalam
18
Roestiyah N, K, Strategi Belajar Mengajar, (Rineka Cipta: Jakarta, 2008), cet.7, h.10 5. 19
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2010), cet. 11, h.79.
20
mengkionstruksi pengetahuan karena pelajar mengemukakan idenya, bertanya,
memberikan umpan balik, dan mengevaluasi idenya.
21Metode diskusi adalah proses pembelajaran berupa pembentukan
kelompok-kelompok belajar siswa, dimana terjadi pertukaran informasi antar sesama siswa
mengenai suatu materi pelajaran untuk mendapatkan keputusan bersama. Dalam
proses diskusi semakin banyak siswa yang terlibat dalam menyumbangkan pikiran
semakin banyak pula informasi yang mereka pelajari.
Langkah- langkah dalam melaksanakan diskusi:
22a.
Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberi
pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahan masalah.
b.
Dengan diarahkan oleh guru siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi.
c.
Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, sedangkan guru
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan
dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi dalam
berdiskusi.
d.
Kemudian tiap-tiap anggota kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil
diskusi tersebut ditanggapi oleh semua siswa dan guru memberikan penjelasan
tambahan jika diperlukan
e.
Semua siswa mencatat seluruh hasil diskusi.
Kelebihan metode diskusi antara lain
23:
a.
Siswa dilatih untuk melakkukan proses berpikir,
b.
Siswa dilatih mengungkapkan dan mempertahankan pendapat
c.
Siswa dilatih untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, bersikap terbuka, dan
belajar menghargai pendapat orang lain.
d.
Menunjang usaha pengembangan sikap sosial dan demokratis para siswa.
21
Y. Herlanti, Dkk, Kualitas Argumentasi Pada Diskusi Isu Sosiosiantifik Mikrobiologi Melalui Web Blog, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, h, 169 jurnal diakses pada tanggal 3 Januari 2013 dari http//journal.unnes/index.php/jppi
22
Suryosubroto, Op.cit, h. 169. 23
Dengan metode diskusi diharapakan siswa dapat berbagi pengalaman dalam
pemecahan masalah. Meningkatkan pemahaman siswa terhadat suatu masalah.
Mengembangkan kemapuan berpikir dan komunikasi. Membina kerjasama yang sehat
antar siswa.
Diskusi baik dilaksanakan apabila membahas:
24a.
Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa. Siswa akan memiliki motivasi
yang kuat dalam memecahkan soal kalau mereka berminat dan menaruh
perhatian terhadap masalah itu.
b.
Masalah itu harus mengandung banyak memungkinan jawaban, dan
masing-masing dapat dijamin kebenarannya.
c.
Harus merangsang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha
memperbandingkannya.
3.
Interaksi Dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Zahed:
25“
Interaction is the same as interpersonal comunication it is progress through
which information, meanings and emotions are expressed through verbal an non
verbal messages
”
Kutiapan diatas mengandung arti interaksi merupakan komunikasi antar sesama
melalui proses informasi, pikiran dan emosi secara tertulis dan non tertulis.
Menurut Vann den Oord and Rossem:
26“Interction between students and teachers have the potential to shape the
course of tudent learning”
Kutipan diatas mengandung arti interaksi antara guru dan siswa memiliki
potensi membentuk arah belajar guru dan siswa. Menurut Suryo Subroto proses
24
Roestiyah N, K, Strategi Belajar Mengajar, (Rineka Cipta: Jakarta, 2008), cet.7, h. 7. 25
Solmaaz et. all, A Sudy On The State Of Teacher –Student Verbal Interactins During Teaching Process And Its Relationship With Academic Achievment Of Midlle School Students In Ardabil, International Research Journal of Applied and Basic Sciens, Vol 4 (7) 2013
26
Julie B. Smart And Jeff C. Marshass, Interaction Between Classroom Discoure, Teahers, Questioning, And Student Cognitive Engagement In Middle School Science, Journal of Science
Teacher Education , Diakses pada tanggal 8 Juni 2013 dari
belajar mengajar ialah terjadinya interaksi guru dengan siswa dalam rangka
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
27Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan
dilakukan guru-mudir untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
28Menurut
De corte mengatakan bahwa proses belajar mengajar adalah intreraksi antara kegiatan
guru dan kegiatan siswa selama periode tertentu. dalam proses belajar mengajar
terdapat aspek proses belajar, prosedur didaktis, materi pelajaran, pengelompokan
siswa dan media pengajaran.
29Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan belajar. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan siswa
merupakan ciri dari syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Perlu
lebih dipahami bahwa interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekerdar
hubungan komunikasi antara siswa dengan guru tetapi merupakan interaksi edukatif
yang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap
dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
30Sesuai dengan penyebutannya proses belajar mengajar adalah kesatuan dua
proses antara siswa yang belajar dengan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini
harus disadari oleh siswa yang sedang belajar dan guru yang membelajarkan,
sehingga antara kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil
belajar.
3127
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: PT.Asdi Mahatsatya), h. 30 28
Pupuh Fatturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: strategi mewujudkan
pembelajaran bermakna melalui, penanaman konsep umum & konsep islami (Bandung : PT
Refika Aditama, 2010), h. 10 29
Eko Pujiastuti, dkk., Kompetensi Profesional, Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa Tentang Proses Pembelajaran, Dan Kontribusinya Terhadap Hasil Pembelajaran IPA Di SMP/MTS Kota Banjar Baru, Innovative Journal Of Curriculum And Educational Technology, h.23, jurnal diakses pada tanggal 22 juli 2013 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet
30
Nuryani , Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang: UM PRESS, 2005), h. 5 31
Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang terjalin antara
seorang pembelajar dengan pengajar yang dapat terjadi dimanapun. Pada proses
belajar mengajar hubungan antara guru dan murid diharapkan dapat saling
mempengaruhi dan memberi masukan, memiliki sarat nilai pendidikan dan senantiasa
memiliki tujan yang baik. Dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat terjadi
bentuk komunikasi yang baik antara guru dan murid.
Menurut Sudjana dalam Pupuh ada tiga pola komunikasi yang dapat
digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:
a.
Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
[image:32.612.152.527.281.597.2]Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa
sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada
dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.
Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa
belajar.
Gambar 2.1 : Komunikasi satu arah
b.
Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi
aksi dan penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi
terbatas antara guru dan pelajar secara individual. Antara pelajar dan
pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dangan
temannya atau bertanya dengan sesama temannya. Keduanya saling
memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik dari pada yang
pertama sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.
G
Gambar 2.2 : Komunikasi dua arah
c.
Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru
dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola
komunikasi
ini
mengarah
kepada
proses
pengajaran
yang
mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan
siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat
mengembangkan komunikasi ini.
32Gambar 2.3 : Komunikasi banyak arah
Selama ini pola komunikasi yang terjadi di dalam kelas lebih cenderung
hanya terbatas pada pola komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah. Hal ini
dirasakan oleh siswa cenderung membosankan dan terkesan kurang dihargainya
pendapat siswa mengingat dominasi guru pada kedua pola komunikasi tersebut.
32
Pupuh Fatturrohman dan Sobry Sutikno, Op.cit, h. 30-40
G
S
S
S
G
S
S
Bentuk komunikasi banyak arah biasanya dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran
diskusi dan bersimulasi. Dengan penerapan komunikasi banyak arah siswa dapat
memberikan atau merespon suatu argumen dari guru ataupun sesama siswa. Selain itu
bentuk komunikasi ini juga dapat membantu guru dalam menilai aktifitas siswa dan
kemampuan siswa tersebut dalam berinteraksi baik dengan guru maupun dengan
siswa lain.
4.
Pedagogik Materi Subjek Dalam Proses Belajar mengajar.
Menurut Siregar pengetahuan pedagogik secara umum merujuk kepada
prinsip-prinsip strategi pengolaan dan organisasi kelas yang menyangkut pengetahuan
umum. Prinsip dan strategi mengajar juga dikendalikan oleh keyakikan dan
pengetahuan praktis guru. Sedangkan pengetahuan materi subjek merujuk pada
banyaknya dan organisasi pengetahuan guru. Ini mencakup baik konten, aspek
substantif maupun aspek sintaktikal materi subjek.
33Fungsi utama pedagogik materi
subjek adalah mengupayakan agar guru-guru agar tidak salah mempresantasikan
disiplin ilmu yang diajarkannya.
34Proses belajar mengajar memperlihatkan bagaimana hubungan guru dengan
siswa. Sedangkan dalam pedagogik materi subjek hubungan yang terjadi dalam
proses belajar mengajar tidak hanya antara guru dengan siswa, melainkan adanya
peran dari materi ajar. Materi ajar merupakan alasan terjadinya proses belajar
mengajar dimana guru mengajarkan suatu materi kepada pembelajar dalam rangka
mewujudkan suatu tujuan dari pembelajaran.
Menurut Siregar dalam Deden terdapat hubungan antara komponen-
komponen pedagogik materi subjek dalam proses belajar mengajar. Berikut adalah
komponen-komponen hubungan pedegogik materi subjek dengan proses belajar
mengajar:
33
Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi & Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press), h.47.
34
Gambar 2.4 Hubungan Antar Komponen PBM
35Bagan diatas memperlihatkan bahwa guru, materi subjek dan siswa memiliki
peran yang sama besar dalam proses belajar mengajar yang terjadi. Pengajaran dalam
mewujudkan tugasnya terlebuh dahulu mengorganisasikan materi subjek dan
kemudiasn mentransformasikannya kepada siswa dengan motif yang dapat berbentuk
informing
(ingin menginformasikan),
elicting
(menggali atau memberi penjelasan),
directing
(ingin mengarahkan) dan
boundary marking
(membatasi). Siswa menerima
suatu materi yang ditransformasikan oleh guru guru dalam bentuk
intelegible
35
Deden Derajat, “Analiss Keterampilan Pedagogik Guru Dalam Mengajarkan Topik Reaksi Reduksi Oksidasi”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h. 25.
Intelegiblel
Plausible
Fruitful
Informing
Eliecting
Diricting
Boundary Marking
Pembelajar
Pengajar
(Guru)
Materi Subjek
Konten
Subtansi
(dipahami karena berhubungan dengan prosedur),
plausible
(dipahami karena
berhubungan dengan pengalaman),
fruitful
(dipahami karena digunakan).
36Materi subjek yang diberikan menggambarkan hubungan dengan aspek
konten yang meliputi yang meliputi kegiatan mendefinisikan teori, menghubungkan
proses penalaran yang digunakan dalam teori untuk merumuskan pertanyaaan
hubungan antar konstruk dan teori, menguji dimana suatu proses pengubungan
konsep teoritis dengan definisi oprasional, dan memproduksi merupakan proses untuk
memprediksi teori yang dapat diuji secara empirik. Aspek subtantif meliputi
pemahaman terhadap konsep teoritis, struktur logika, definisi teoritis dan model
teoritis. Sedangakn aspek sintatikal adalah keterampilan inelektual dalam
mewujudkan fungsi spesifik dalam menyusun struktur ilmu.
375.
Sistem Kategori Interaksi Verbal
Aspek sosial yang erat hubungannya dengan kehidupan kelas adalah
interaksi antara pengajar dan pembelajar atau diantara kelompok pembelajar sendiri.
Upaya yang dilakukan Flanders dalam Siregar yang cukup terkenal dalam mencoba
merumuskan interaksi ini diwujudkan dalam
Verbal Interaction Category System
(VICS) atau sistem interaksi kategori verbal. Sistem ini menggunakan skala tunggal
yang terdiri atas 10 kategori untuk memetakan kejadian-kejadian interaktif dalam
proses belajar mengajar. Ke-10 kategori tersebut dapat dirinci lebih jauh kedalam tiga
subkategori masing-masing berhubungan dengan perilaku mengajar, perilaku
pembelajaran, dan keadaan kelas non interaktif. Subkategori perilaku pengajar dibagi
lebih jauh kedalam pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung.
3836
Muhammad Halomoan, “Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Suhu Dan Kalor”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h. 20
37
Rosnita, Standar Prndidikan Untuk Calon Guru Sains: Pedagogik Materi Subjek Sebagai Sarana Pengembangan Pengetahuan Konten Pedagogi Calon Guru, Jurnal Cakrawala Kependidikan, Vol9 No 2 September 2011.
38
Menurut Siregar rasional yang mendasari VICS adalah pandangan seberapa
jauh pengajar memberikan kebebasan kepada pembelajar diperkirakan dari seberapa
jauh pembicaraan pengajar lebih berpengaruh atau sebaliknya. Seberapa jauh suatu
pengajaran bersifat menunjang pembelajar ditunjang oleh seberapa jauh pengajar
menerima perilaku, perasaan dan ide pembelajar. Jadi rasional ini melihat bahwa
situasi proses belajar mengajar yang bersifat menunjang pembelajaran dapat sejalan
dengan hasil belajar dan sikap positif terhadap pembelajaran
39Menurut Simon dan Boyer dalam Fenny VICS adalah skema yang dapat
digunakan untuk melihat dan memahami pola interaksi yang terjadi selama proses
belajar mengajar.
40VICS merupakan gambaran kegiatan interaksi yang terjadi
didalam kelas antara guru dengan siswa.
[image:37.612.110.524.237.706.2]Rincian VICS menurut Flanders dalam Siregar ditampilkan pada tabel berikut
41:
Tabel 2. 1 Sistem Interaksi Kategori Verbal
DIMENSI No KATEGORI DAN DESKRIPSI
PE
N
G
A
JA
R
A.Memulai 1 Menyajikan informasi atau pendapat, digunakan apabila pengajar menyajikan konten, fakta atau opini. Eksplanasi, diskusi, dan pertanyaan retrorika juga termasuk.
2 Memberikan arahan, digunakan apabila pengajar memberikan perintah, arahan atau petunjuk agar pembelajar melakukan mematuhinya.
3 Mengajukan pertanyaan sempit, digunakan apabila jawaban pertanyaan diperkirakan mudah dijawab oleh pembelajar. Ini mencakup dril tanya jawab yang menghendaki jawaban satu atau dua kata.
4 Mengajukan pertanyaan luas, digunakan bilamana suatu pertanyaan agak terbuka, menghendaki pemikiran atau yang mengesankan sebagai suatu pendapat atau perassaan. B. Menjawab 5 Menerima
a Menerima pendapat, digunakan apabila pengajar
39
Nelson Siregar, Op.cit, h. 141
40
Fenny Roshayati, “Model Observasi Dengan VICS (Verbal Interaction Catagory System) Sebagai Alternatif Instrumen Dalam Pelaksanaan Class Open Study”, Makalah disampaikan pada seminar nasional lesson study, 17 Juli 2010, h.80. Artikel diakses pada tanggal 15 September 2012 dari htth://prosiding.ikipppgrismg.ac.id/index.php/UMKPLA?SMLS/paper?viewfile/45_15Sep_2012_2 2.36
41
menerima, menantulkan, menjelaskan atau memuji pendapat pembelajar. Juga jika pengeajar mengulangi, menyimpulkan atau mengomentari pendapat
pembelajar.
b Menerima perilaku, digunakan apabila menerima dan menggiatkan perilaku.
c Menerima perasaan, digunakan apabila pengajar merefleksikan perasaan pembelajar, atau menjawab perasaan pembelajar dengan menyenangkan. 6 a Menolak ide, digunakan untuk apabila pengajar
menolak, mengkritik, mengabaikan atau kurang menggiatkan ide pembelajar.
b Menolak perilaku, digunakan apabila pengajar mengomentari atau mengkritik, menekankan perilaku pembelajaran yang kurang diterima.
c Menolak perasaan, digunakan untuk mengabaiakan pertanyaan atau perasaan pembelajar .
PE
MBE
L
A
JA
R
A.Menjawab 7 Jawaban kepada pengajar
a Dapat dirediksi, biasanya mengikuti kategori tiga dan bersifat pendek.
b Tidak dapat diprediksi, biasanya mengikuti kategori empat, atau juga tiga.
8 Jawaban kepada pembelajar lain, digunakan apabila seorang pembelajar menjawab pembelajar lainnya.
B. Berbicara 9 Bicara kepada pengajar, pembelajar membuka pembicaraan kepada pengajar.
10 Bicara kepada pembelajar lain, pembelajar membuka pembicaraan kepada pembicara lainnya.
[image:38.612.110.517.110.538.2]Lainnya 11 Senyap, karena adanya kegiatan membaca,diskusi atau latihan. Jika berlangsung lama dibuat catatan dipinggir tabel.
Tabel 2.2 Matrik hubungan Antar Kategori VICS
Keterangan:
Angka 1i sampai 12i dan 1j sampai 12j menunjukan kode-kode Kategori
Verbal
Interaction Category system
(VICS) yang maknanya dapat dirujuk dari tabel VICS
(lihat tabel 2.1 sebelumnya. Misal angka 1, merupakan kode untuk guru
menyajukan informasi atau pendapat, digunakan apabila pengajar menyajikan
konten, fakta, opini, eksplanasi, dan pertanyaaan retorik.
Huruf A sampai U merupakan label setiap daerah yang dibatasi garis-garis
tebal, sesuai dengan jumlah huruf dari A sampai U, maka daerah-daerah yang ada
pada matriks diatas terdiri dari 21 daerah.
Dalam setiap daerah terdapat sejumlah sel (daerah persegi panjang yang
dibatasi garis putus-putus). Misalnya dalam daerah A terdapat sel x yang merupakan
tempat diletakannya frekuensi pemunculan hubungan kategori 2i-1j
42Dengan berpedoman kepada kategori-kategori VICS yang terdapat pada tabel
2.1 diatas maka pengertian daerah-daerah (A-U) yang terdapat dalam matriks
hubungan antar kategori pada tabel 2.2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
431.
Daerah A = daerah inisiasi guru atau daerah
informing
, interaksi yang
digambarkannya adalah interaksi satu arah, guru menginformasikan dan
42
Muhammad Halomoan, “Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan guru dalam proses belajar
mengajar suhu dan kalor”, Tesis pada Passcasarjana UPI Bandung, Bandung , 2000, h. 45, Tidak
Diterbitkan. 43
Muhammad Halomoan, Ibid, h. 47-49, Tidak Diterbitkan.
1 2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 8 9 10 11 12 1
2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 8 9 10 11 12
K L M N O
I
Dime ns i Pe ngajar Dime ns i Pe mbe lajar
B
J
S T
D
im
en
si
Pe
ng
aja
r
D
im
en
si
Pe
m
be
la
ja
r
A
D
C
E F G
H
P Q R
siswa mendengarkan. Jika daerah ini menunjukan frekuensi tinggi
dibandingkan daerah lainnya maka hal itu mengindikasikan bahwa guru
mendominasi pembelajaran.
2.
Daerah B = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima atau
menolak pendapat, perilaku, perasaan siswa yang direspon guru dengan
pemberian informasi, perintah atau pertsnyssn kepada siswa.
3.
Daerah C = daerah yang menggambarkan bagaimana siswa siswa
memberikan aksi berupa jawaban atau pendapat yang direspon guru
dengan pemberian informasi, perintah, atau pertanyaan.
4.
Daerah D = daerah yang menggambarkan bagaimana guru memberikan
aksi berupa penyajian informasi, arahan, atau pertanyaan yang direspon
guru dengan menerima pendapat atau menolak pendapat siswa.
5.
Daerah E, G, L, Q = daerah yang menggambarkan bagaimana guru
menerima respon, ide atau perilaku siswa. Jika frekuensi daerah-daerah ini
tinggi maka hal itu mengindikasikan bahwa guru memberikan dorongan
yang memadai untuk meningkatkan inisiasi siswa.
6.
Daerah F = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menolak
pendapat atau perilaku siswa kemudian menerimanya.
7.
Daerah H = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima
pendapat atau perilaku siswa kemudian menolaknya.
8.
Daerah I, J, M, dan R = daerah yang menggambarkan sejauh mana guru
menolak pendapat dan perilaku siswa. Jika frekuensi daerah-daerah yang
tinggi. Hal itu menggambarkan bahwa guru kurang mendorong siswa
untuk berinisiasi.
9.
Daerah N, O, S, dan T = daerah inisiasi siswa, jika frekuensi
daerah-daerah ini tinggi maka hal itu menggambarkan terjadinya diskusi antar
sesama siswa.
11.
Daerah P = daerah yang menggambarkan siswa mengambil inisiatif untuk
mengajukan pendapat atau bertanya kepada guru.
12.
Daerah U = daerah yang menggambarkan keadaan kelas diam (senyap)
atau terjadi keributan atau kejadian-kejadian lain yang tidak direncanakan
sebelumnya.
B.
Hasil Penelitian Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh beberapa
peneliti yang memiliki keterkaitan tentang interaksi kelas dalam proses belajar
mengajar, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh dengan judul
“Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur,
Senyawa Dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar” hasil penelitiannya frekuensi interaksi terlihat lebih banyak pada daerah K
dan terjadi pola komunikasi dia arah antara murid dan guru.
44Penelitian relavan lainnya skripsi Tenny Adhytia
dengan judul “
Analisis
Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik
Kesetimbangan Kimia
” dengan hasil penelitiannya
berdasarkan profil distribusi
interaksi yang terjadi selama pengajaran, respon atau jawaban siswa terhadap
pertanyaan atau informasi cukup tinggi, sedangkan hubungan kategori yang tertinggi
berupa aksi dari guru dengan memberikan pertanyaan sempit yang direspon oleh
siswa dengan memberikan jawaban yang dapat diprediksi oleh guru yaitu hubungan
antar ketegori (3-7a). Namun upaya guru untuk membangun interaksi dengan
mengajukan pertanyaan yang cukup banyak tidak diimbangi oleh inisiatif siswa untuk
44
Siti Maesaroh, “Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur,
Senyawa dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar”,
bertanya atau mengajukan pendapat kurang memadai. Pada penelitian ini pola
komunikasi yang terjadi dua arah.
45Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad halomoan dengan judul
“
Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Suhu
Dan Kalor” didapat
kan hasil penelitian pola komunikasi dua arah dengan indikasi
kriteria
teachable
dan
accessible
guru menerapkan wawasan pedagogik materi
subjek.
46C.
Kerangka Pikir
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
individu berdasarkan pengalaman kearah yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri
melalui berbagai macam fase-fase dimana siswa dapat memperoleh, menyimpan dan
mengelola serta dapat mengungkapkan kembai informasi yang telah didapat. Dalam
proses mengajar guru berperan sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi ajar
yang dibutuhkan oleh siswa.
Pada proses belajar mengajar dikelas terjadi interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa. Interaksi yang terjadi ini membentuk suatu gambaran pola
komunikasi yang dapat berupa pola komunikasi satu arah dimana interaksi yang
terjadi dialam kelas hanya didominasi oleh guru. Komunikasi dua arah merupakan
bentuk komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa yang relatif sama banyak.
Ketiga merupakan bentuk komunikasi multi arah yang tidak hanya melibatkan
interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi antara
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pola komunikasi multi arah ini dapat
sijumpai salah satunya pada pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi.
45
Tenny Adhytia, “Analisis Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik Kesetimbangan Kimia” Skripsi pada Sarjana UPI Bandung, Bandung, 2005, Tidak Diterbitkan
46
Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran aktif yang melibatkan siswa
dalam kegiatan berkelompok dimana terjadi hubungan saling ketergantungan positif
antar siswa. dimana siswa didorong untuk bekerjasama dan memahami suatu
pembelajaranuntuk mencari ketuntasan materi yang telah ditentukan oleh guru.
Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi yang
dilakukan beberapa siswa untuk mencari suatu jawabab atau pemencahan masalah
yang dilakukan bersama-sama. Dalam metode ini siswa dilibatkan secara langsung
dalam proses belajar mengajar. Selain itu metode ini juga mampu menumbuhkan
dammengembangkan cara berfikr siswa.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah MAN 4 Jakarta, yang beralamat di Jl. Ciputat
Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
ganjil tahun ajaran 2012/2013, yakni pada tanggal 6 Agustus 2012.
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk
variabel penelitian melekat, dan yang dijadikan permasalahan.
1Subjek pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 1, yang berjumlah 33 orang.
C.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
2Penelitian deskriptif
pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan secara
sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam
penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah interaksi verbal yang berlangsung
selama proses belajar mengajar pada materi virus.
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. IX, h. 88. 2
D.
Instrumen Penelitian
Dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data yang diamati.
3Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi. Observasi dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.
Untuk merekam interaksi verbal yang terjadi antara guru dan siswa pada
saat proses belajar mengajar berlangsung digunakan perekam audio dan
kamera digital untuk merekam bagaimana interaksi verbal yang terjadi
dalam proses belajar mengajar dengan metode diskusi pada konsep virus.
Sumber data rekaman merupakan data dasar untuk mengkonstruksi
kembali proses pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena rekaman audio
dan transkripsinya dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap untuk
memperoleh data interaksi verbal.
2.
Selain dengan menggunakan alat perekam observasi juga dilakukan
dengan mengamati proses belajar mengajar menggunakan lembar
observasi dan catatan lapangan
4. Lembar Observasi digunakan untuk
mengetahui terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan
yang telah ditentukan. Lembar obeservasi terdiri atas lembar observasi
guru
5dan lembar observasi siswa
6. Sedangkan catatan lapangan berguna
dilakukan untuk mendukung informasi yang diperoleh dalam proses
pembelajaran yang terlewat oleh guru dan membantu dalam proses
menganalisis data.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan
Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai
berikut:
3
Suharsimi Arikunto, prosedurpenelitian suatu pendekatan praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.203.
4
Lampiran, 3, h. 70 5
Lampiran, 1, h. 67 6
a.
Mewawancarai Guru kelas.
b.
Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
digunakan dengan guru kelas.
c.
Mengobservasi ruangan yang akan dijadikan tempat penelitian untuk
mendata persiapan alat rekam yang dibutuhkan dan tata letak
kelompok siswa.
d.
Menguji validitas instrumen penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
kemudian diperbaiki sesuai dengan saran para ahli. Apabila instrumen
telah disetujui, maka instrumen akan digunakan untuk penelitian.
e.
Mempersiapkan instrumen untuk digunakan pada saat penelitian
berlangsung.
f.
Mempersiapkan alat rekam sesuai kebutuhan pada saat penelitian. Alat
rekam audio diperlukan sebanyak minimal 8 buah untuk merekam
proses