PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POSTER IKON TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Studi Kasus SMPN 142 Jakarta Barat Kelas VIII)
Oleh :
Faruk Iskandar
198017014423
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul : “ Pengaruh Penggunaan Media Poster Ikon
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus SMPN 142 Jakarta Barat Kelas VII) Telah diujikan dalam sidiang Munaqasah dan diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal … Januari 2009. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada
bidang Pendidikan Matematika.
Jakarta, 5 Januari 2009
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan ) Tanggal Tanda Tangan
Maifalinda Fatra, M.Pd
NIP : 150 277 129 ……….. ………
Sekretaris (Sekretaris Jurusan )
Otong Suhyanto, M.Si
NIP : 150 293 239 ……….. ………
Penguji I
Maifalinda Fatra, M. Pd
NIP : 150 277 129 ……….. ………
Penguji II
Mukhlisrarini, M.Pd
NIP : 150 293 220 ……….. ………
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya Yang bertanda tangan di bawah ini ;
Nama : Faruk Iskandar
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 21 Agustus 1979
NIM : 19981714423
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : "Pengaruh Penggunaan Media Poster Ikon
terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus SMPN 142 Jakarta
Barat Kelas VIII)
Dosen Pembimbing : 1. Drs. H. M. Ali Hamzah, M.PEP
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis.
Pernyataan ini di buat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.
Jakarta, Desember
2008
Faruk Iskandar
NIM :
ABSTRAKSI
Faruk Iskandar, "Pengaruh Penggunaan Media Poster Ikon Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus SMPN 142 Jakarta Barat
Kelas VIII), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin mengamati terhadap
keefektifitasan media poster ikon didapat adanya perbedaan prestasi belajar siswa
antara yang menggunakan media poster dengan yang tidak menggunakan media
poster ikon, kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan media poster ikon
mempunyai rata-rata 5,383 dan kelompok siswa yang diajar dengan tanpa
menggunakan media poster ikon hanya memperoleh rata-rata 4,633, dan dari
penghitungan ternyata dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan alat bantu
media poster ikon mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap
peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Dengan demikian pembelajaran dengan metode poster ikon berpengaruh terhadap hasil belajar.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada sayyid al-anbiya’ wa-al mursalin Rasulullah
SAW., beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh
alam.
Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesainya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca umumnya.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika, penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para
pembantu dekan.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen Pembimbing skripsi, Drs. Ali Hamzah, terima kasih atas waktu,
saran, petunjuk, tenaga dan ilmu pengetahuan serta kesabaran dalam
5. Bapak Ibu dosen yang tiada dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga
ilmu yang diberikan bermanfaat dan dapat menjadi penerang serta
petunjuk bagi penulis dalam menerangi dunia ini.
6. Yang terkasih dan tersayang H. Darsa dan Ibu Hj. Sofanah yang selalu
mengiringi langkah ananda dengan do’a. Pada awalnya penulis merasa
pesimis untuk dapat menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana di
tahun ini, namun dengan dorongannya lah yang membuka pikiran penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kelak ananda mencapai cita-cita
dan keinginan yang Abi dan Ibu harapkan.
7. Yang penulis paling cintai dan sayangi Maria Ulfa, sebagai seorang istri
selalu penuh kesabaran mengingatkan penulis untuk segera melakukan
revisi, sehingga penulis dapat mengikuti sidang munaqosah yang kedua
dan berhasil memperoleh ijazah. Terima kasih atas kasih sayang yang telah
diberikan.
8. Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Jainudin dan Adie wicaksono
dan kawan-kawan jurusan Pendidikan Matematika angkatan 1998, serta
adik - adik jurusan yang selalu menanyakan kapan selesai skripsi ini dan
memberikan perhatian dan do’a yang telah memberikan semangat kepada
penulis.
Kepada semuanya penulis ucapkan tak terhingga, semoga Allah SWT.
Membalas kebaikan yang mereka berikan. Apabila penulis ; kekurangan, serta
kekhilafan mohon dimaafkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran,
dan kritik, dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat
membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga
bermanfaat untuk kita semua. Amin….
Jakarta, Januari 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ……….. i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ………. ii
KATA PENGANTAR ………... iii
DAFTAR ISI ……….. iv
DAFTAR LAMPIRAN ………. vii
BAB I PENDAHULUAN A. Pemilihan Pokok Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1.Pembatasan masalah ... 9
2.Perumusan Masalah ... 10
C. Metode Pembahasan ... 10
1.Metode Deduktif ... 10
2.Metode Deskriptif Analisis ... 10
D. Tujuan Penulisan ... 11
BAB II PENYUSUNAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi teori ... 12
1. Hakikat Belajar ... 13
2. Hakikat Matematika ... 19
3. Hakikat Prestasi Belajar ... 26
4. Hakikat Media Poster Ikon ... 29
B. Kerangka Berpikir ... 36
C. Pengajuan Hipotesis ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian ... 39
C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43
D. Instrumen penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 49
G. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi DATA ... 50
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 55
1. Uji Normalitas ... 55
2. Uji Homogenitas ... 55
C. Analisa dan Pembahasan ... 55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 63
Lampiran 2 Hasil Uji Coba Validitas Matematika ... 67
Lampiran 3 Perhitungan Validitas Tes Matematika ... 68
Lampiran 4 Uji Validitas Tes ... 69
Lampiran 5 Hasil Uji Coba Reliabilitias Matematika ... 70
Lampiran 6 Perhitungan Reliabilitas Hasil Tes Matematika ... 71
Lampiran 7 Uji Daya Pembeda Hasil Belajar Matematika ... 72
Lampiran 8 Taraf Kesukaran Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 73
Lampiran 9 Hasil Belajar Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Siswa Kelas Eksperimen ... 74
Lampiran 10 Hasil Belajar Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Siswa Kelas Kontrol ... 75
Lampiran 11 Uji Normalitas Hasil Tes Matematika Kelas Eksperimen ... 76
Lampiran 12 Uji Normalitas Hasil Tes Matematika Kelas Kontrol ... 77
Lampiran 13 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah Diberi Perlakuan ... 78
Lampiran 14 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah Diberi Perlakuan ... 79
Lampiran 15 Tabel Penolong untuk Menghitung Ada Tidaknya Pengaruh Penggunaan Poster Ikon ... 80
Lampiran 16 Daftar F ... 81
Lampiran 17 Daftar G... 82
Lampiran 18 Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors ... 83
Lampiran 19 Tabel Nilai-Nilai Dalam Distribusi t ... 84
Lampiran 20 Tabel r ……….. 86
BAB I PENDAHULUAN
A. Pemilihan Pokok Masalah
Mencerdaskan bangsa merupakan salah satu tugas pemerintah
sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk merealisasikan amanat tersebut dalam Undang-Undang No. 20 tahun
2003 pasal 3 ditegaskan bahwa
"Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".1
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan.2
Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu
sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan
sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai
pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi
manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat
bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab
guru sebagai tenaga profesional.3 Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang
guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki
kompetensi profesional yang tinggi.
Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk
itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang
1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit BP. Panca Usaha, 2003.
2
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, h. 73
3
dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib guru
adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru
merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar4. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah5. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat
menentukan mutu pendidikan.
Kesulitan siswa dalam belajar merupakan beban yang berat dalam
dunia pendidikan. Menurut fadjar guru dalam kesulitan belajar siswa
membagi ke dalam beberapa faktor: 1) Faktor Fisiologis, dimana siswa kurang
berfungsinya otak, susunan syaraf maupun anggota tubuh lain. 2) Faktor
Sosial, berkaitan dengan kehidupan lingkungan, keluarga dan masayarakat
sekitarnya. 3) Faktor Kejiwaan, dimana kurang mendukungnya perasaan hati
(emosi) secara sungguh-sungguh. 4) Faktor Intelektual, dimana kurang
sempurna atau kurang normalnya kecerdasan siswa, dan 5) Faktor Pendidikan,
dimana berkaitan dengan belum mantapnya pendidikan lembaga pendidikan
secara umum6.
Berdasarkan faktor-faktor yang telah terurai jelas bahwa semestinya
guru selaku pendidik menyadari akan adanya sebagian siswa yang mengalami
kesulitan belajar atau kurang berhasil dalam proses pembelajaran. Faktor
pendidikan sangat lah berarti dimana guru dalam hal ini dapat mencari solusi
atau jalan keluar agar siswa dapat berhasil dengan baik. Strategi belajar
mengajar guru yang harusnya di bangun dengan baik.
4
Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia, h. 22.
5
Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru...,h. 32
6
Fadjar Shadiq, “Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa” dalam
Karena strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu. Strategi dapat diartikan sebagai aplan of operation achieving something “rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way in achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”. Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran
tertentu.7 Dalam pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah
satu unsur dalam strategi belajar mengajar. Unsur seperti sumber belajar,
kemampuan guru dan siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi
adalah: waktu tersedia, kondisi kelas dan lingkungan merupakan unsur-unsur
yang mendukung strategi belajar-mengajar. Jadi, strategi belajar sangatlah
penting dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Dan peneliti mencoba untuk
membahas dan mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pelajaran Matematika.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan pada
pembangunan jangka panjang tahap kedua adalah peningkatan kualitas
pendidikan, antara lain dengan diadakannya penataran bagi para guru,
penyediaan buku-buku pendidikan dan pengembangan kurikulum yang ada.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan tempat berlangsungnya
proses belajar, pembelajaran haruslah diselenggarakan secara sistematis dan
terarah menuju tahapan pendidikan seperti yang tertera dalam
Undang-Undang Pendidikan yang berbunyi :
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara bahkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
(UU SISDIKNAS no. 2 Tahun 1989 BAB II pasal 4)
7
Tujuan pendidikan dapat tercapai dengan menyelenggarakan
pendidikan bagi bangsa Indonesia. Pemerintah dituntut untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Dengan peningkatan
kualitas dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan.
Mendapatkan pendidikan yang layak merupakan hak setiap warga
negara. Selain itu belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang
beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan
derajat kehidupan mereka. Sesuai dengan firman Allah :
! "
#$
%&'()
*(+
,
…Niscaya Allah meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu" (Qs. Al-Mujadalah : 11)
Untuk mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan-tujuan
yang diharapkan, pendidikan matematika memerlukan adanya motivasi yang
dapat membangkitkan efektivitas dalam proses belajar mengajar. Motivasi
dalam bentuk sarana pengajaran yang penting adalah dengan digunakannya
media.
Media atau alat sebagai salah satu alat bantu yang dapat menunjang
dalam proses belajar mengajar di kelas, salah satunya adalah penggunaan
poster ikon terutama dalam bidang studi matematika. Poster ikon tersebut
dianggap menunjang oleh karena memudahkan siswa dalam usahanya untuk
mengetahui, mengerti, menghayati serta memahami berbagai pelajaran yang
diberikan.
Matematika sekolah merupakan pelajaran yang banyak sekali
sistematis, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hudojo bahwa Matematika
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang tersusun secara hirarkis
dan penalarannya deduktif.
Hal tersebut di atas menegaskan bahwasanya pemahaman akan suatu
konsep matematika akan sangat dipengaruhi oleh konsep sebelumnya. Adanya
kenyataan seperti yang dikemukakan Herman Hudojo tersebut, menuntut guru
untuk lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajar matematika, agar
siswa dapat memahami konsep-konsep atau ide-ide matematika.
Kenyataannya masih banyak hambatan-hambatan yang ditemui, salah satunya
adalah lemahnya daya ingat terhadap pelajaran yang sudah dikuasai.
Banyak orang yang menyatakan bahwa matematika adalah pelajaran
yang sangat sukar. Berkenaan dengan itu Ruseffendi menyatakan bahwa
“terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang
sederhana pun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami
secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan
banyak memperdayakan”8. Hal ini membuktikan bahwa banyak anak yang
mengalami kesulitan dalam belajar matematika, karena kebanyakan dari
mereka bukan memahami konsepnya melainkan hanya menghapalnya.
Penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika sangat rendah, terbukti
dengan hasil pada setiap ujian nasional yang menunjukkan bahwa nilai
matematika selalu di bawah rata-rata9. Rendahnya penguatan siswa dalam
matematika, mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam memahami dan
memperlajari pelajaran matematika sehingga siswa menjadi kurang berminat
dalam mempelajarinya.
Untuk menyelesaikan masalah dalam matematika tersebut, diperlukan
langkah-langkah yang sistematis agar proses penyelesaiannya mudah dan
8
Ruseffendi, E.T, Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Bandung:Tarsito, 2005. hlm. 157
9
terarah, sehingga tidak menjadi suatu kendala besar dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam matematika.
Menurut Lia, belajar matematika yang kita lakukan selama ini
umumnya bersifat prosedural, artinya kita hanya mengikuti atau mengajarkan
soal sesuai dengan rumus yang tertulis dibuku acuan berdasarkan rumus yang
diberikan oleh guru tanpa memahami betul dari mana asalnya rumus tersebut.
Dengan kata lain, pemahaman konseptualnya diabaikan. Padahal dalam
menyelesaikan soal kita perlu pemahaman prosedural dan konseptual secara
terpadu.10
Peterson, Fennema & Carpenter menyatakan bahwa “dalam
memecahkan masalah, siswa tidak hanya menggunakan pengetahuan
matematika yang telah mereka miliki, tetapi juga dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mereka yang lebih mendalam tentang
matematika.11 Problem solving dapat digunakan sebagai dasar pembelajaran
konsep-konsep matematika, sehingga siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri”.12
Dari uraian tersebut diatas telah jelas bahwa pembelajaran matematika
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) matematika siswa diperlukan proses pembelajaran yang lebih relevan dan
maksimal sehingga siswa dibiasakan dalam menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil dan mengarah pada tujuan semestinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memutuskan akan
menggunakan metode Penggunaan Media Poster Ikon dalam pembelajaran matematika untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dalam metode ini,
siswa tidak akan dinilai berdasarkan hasil saja, namun berdasarkan proses
10
Lia Kurniawati, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Sebuah Ontologi, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), Cet. 1, h. 46
11
Lia Kurniawati, Pendekatan Baru..., h. 47
12
pengerjaan. Selain itu siswa juga dituntut untuk mengetahui apa tujuan yang
hendak dicapai atau masalah apa yang hendak diselesaikan dan memecahkan
suatu masalah ke dalam dua atau lebih subtujuan dan kemudian dikerjakan
berturut-turut pada masing-masing subtujuan tersebut.13 Metode ini lebih
memusatkan pada perbedaan antara pernyataan sekarang (the current state of the problem) dengan tujuan yang hendak dicapai (the goal state).
Berdasarkan hal tersebut di atas, Penjelasan di atas telah menjadi
alasan bagi peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) atau PTK, karena sesuai dengan pengertian PTK itu sendiri yang dikemukakan oleh Suhardjono bahwa “PTK adalah penelitian tindakan yang
dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu
praktik pembelajaran”.14 Oleh karena itu diharapkan masalah mengenai
kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan
metode Penggunaan Media Poster dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika.
Peneliti berharap dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat
membantu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa khususnya dalam
pelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan
siswa untuk memahami suatu permasalahan matematis, karena dalam
pemecahan masalah matematis terdapat langkah-langkah yang terkadang
hanya dapat dilakukan dengan logika.15 Dalam menghadapi masalah ini,
peneliti tentu saja ingin melakukan perubahan dalam pelaksanaan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
Dalam proses belajar mengajar, khususnya pada jenjang sekolah
lanjutan pertama, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah
13
C. Jacob, Belajar Aljabar Bagi Pemula: Suatu Perspektif Struktural Jacob, C. The Means-Ends Analysis Heuristic: Suatu Strategi Pemecahan Masalah Matematis., (Bandung: UPI Bandung, 2005), hlm. 31.
14
Suharjono, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm: 58.
15
diberikan atau dikuasai akan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, hal
ini dinyatakan oleh Dimyati dan Mujiono bahwa kemampuan berprestasi siwa
dipengaruhi oleh proses penerimaan, pengaktifan, pra pengolahan,
penyimpanan dan pemanggilan informasi-informasi yang ada pada memori
siswa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang sudah dikuasai, khususnya pada jenjang
sekolah menengah pertama, salah satunya adalah dengan menggunakan media
pembelajaran matematika dalam proses mengajar, sehingga akan lebih mudah
menyampaikan pesan-pesan yang diinginkan siswa serta merangsang siswa
untuk belajar.
Poster ikon merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang
ditempel pada dinding kelas, poster ikon akan memberikan gambaran
keseluruhan, tinjauan global dari bahan pelajaran. Hal ini membantu
penciptaan, penyampaian dan pencarian informasi secara visual, sehingga
diharapkan akan memudahkan siswa dalam memanggil informasi tersebut
dengan stimulus yang sedang dihadapinya, sehingga diharapkan proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan optimal, yang berdampak kepada keberhasilan
belajar siswa.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang cenderung kurang
disukai oleh para peserta didik dan mutu hasil pembelajarannya pun masih
rendah. Menurut pakar pendidikan matematika Mardjono, pelajaran
Matematika dan IPA sampai saat ini masih menjadi momok bagi sebagian
besar pelajar dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA), dan merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan terlanjur
mendarah daging di kalangan siswa.
a. Matematika merupakan mata pelajaran yang masih menjadi momok
bagi sebagian besar pelajar, dan merupakan pelajaran yang sulit dan
membosankan.
b. Penggunaan media poster diharapkan dapat menarik minat siswa
terhadap materi yang diberikan dan memudahkan siswa untuk
mengingat kembali materi yang telah diberikan
Dari uraian di atas penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian
dengan judul "Pengaruh Penggunaan Media Poster Ikon terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa"
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pemilihan pokok
masalah, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut :
1. Apakah media pembelajaran dapat mengatasi hambatan belajar siswa ?
2. Apakah penggunaan media poster ikon mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa ?
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah
Dari masalah yang ada pada identifikasi masalah maka masalah
yang dipilih adalah masalah yang kedua untuk dilakukan penelitian. Jadi
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh media
poster ikon terhadap hasil belajar matematika siswa ?
Untuk tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka
diberikan batasan-batasan ruang lingkup penelitian, yaitu : Hasil belajar
tingkat pertama (SLTP) pada pokok bahasan: persamaan linear, persamaan
dengan dua peubah, dan himpunan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
telah diuraikan di atas, maka penulis menetapkan rumusan masalah pada
penelitian ini, yaitu : Apakah media poster ikon mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa?
C. Metode Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode-metode
penelitian ilmiah antara lain :
1. Metode Deduktif
Sutrisno Hadi, mengemukakan : "dengan deduktif kita berangkat
dari pengetahuan bersifat umum dan bertitik tolak pada yang umum itu
kita hendaknya memilih suatu kejadian yang khusus".
2. Metode Deskriptif Analisis
Yaitu metode yang memaparkan masalah-masalah yang disertai
analisis yakni metode yang berdasarkan pendapat yang rasional dan logis.
Adapun pendekatan yang penulis gunakan dalam pengumpulan data
skripsi adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research)
Yaitu pengumpulan data dengan mencari bahan-bahan masukan
dari perpustakaan yang diperlukan dalam penelitian baik berupa buku,
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke objek penelitian
untuk mengumpulkan data yang penulis perlukan.
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis menggunakan pedoman
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang disusun oleh Azyumardi Azra.
Diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, serta mengikuti saran-saran dan
petunjuk dosen-dosen pembimbing.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris apakah
hasil belajar matematika siswa yang diajarkan oleh guru yang menggunakan
media poster ikon dalam kegiatan belajar mengajar lebih baik dari pada hasil
belajar matematika siswa yang diajar oleh guru yang tidak menggunakan
BAB II
PENYUSUNAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi teori
1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan perkembangan hidup yang berlangsung pada
seseorang. Dengan belajar seseorang mengalami perubahan-perubahan
kualitatif individual yang mengarah pada perkembangan tingkah laku
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini dikarenakan apabila
interaksi seseorang mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilan maupun sikapnya, maka dikatakan bahwa
ia telah mengalami suatu proses belajar. Belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi pelajar
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi ini kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.16
Pengkajian tentang belajar sudah sangat meluas dan mendalam
sekali dilakukan di Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman Barat, Psikologi
Glenn E. Snelbecker telah mengumpulkan, menguraikan dan mengulas
aliran-aliran psikologi yang besar-besar dengan tokoh-tokoh tahun
1900-1950 dan teori-teori belajar tahun 1930-1900-1950 dan teori-teori belajar yang
sekarang seperti dari Thorndike, Pavlov, Clark, L. Hull, Skinner Bruner,
dan Gagne.
16
Sedangkan Ascherleben mengemukakan ada 3 ciri belajar :
1. Yang menjadi subyek belajar adalah manusia, bukan binatang.
Manusia dan binatang sama-sama dapat belajar
2. Belajar disekolah bersifat intensional, bukan insidental
3. Belajar disekolah dilembagakan, di-institusionalkan.
Berhubungan dengan ciri pertama dari belajar di sekolah
menurutnya, maka dikemukakan pula oleh Wilhelm Hehlmann dalam
artikel “lernen” dalam kamus paedagogiknya, bahwa bukan manusia saja
yang belajar, tetapi juga hewan. Bedanya terletak pada tingkat
pemahaman, kesadaran, dan perencanaan yang lebih tinggi pada manusia.
Biarpun tingkat belajar dari manusia lebih tinggi dari binatang2.
Secara garis besar, belajar memiliki pengertian yaitu :
1. Belajar adalah penambahan pengetahuan.
2. Belajar adalah perubahan-perubahan urat syaraf.
3. Belajar sebagai perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan3
Belajar adalah perubahan-perubahan urat syaraf, maksudnya
adalah suatu perubahan dan pembentukan yang menjadikan adanya
hubungan-hubungan tertentu yang terjadi dalam sistem urat syaraf.
Adanya perubahan dan pembantukan tersebut sebagai akibat dari
respon-respon terhadap stimulus.
Belajar adalah penambahan pengetahuan ini, dalam proses
belajar menjadikan terdidik sebagai tempat pengumpulan pengetahuan
yang memiliki ciri penghafalan terhadap pengetahuan yang diperoleh si
2
Muihibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosda Karya), h 160.
3
terdidik, dimana pendidik berperan memberikan ilmu sebanyak mungkin
kepada si terdidik.
”Sedangkan pendidikan modern menganut pendapat yang ketiga,
dimana modern memperhatikan perkembangan seluruh pribadi anak, akan
tetapi harus berfungsi dalam hisup anak. Selain segi intelektual juga
mempertimbangan segi sosial, emosional, ethis, dan lain sebagainya”.4
Seperti pendapat Robert M. Gagne yang dikutip Sutrisman
Murtadho bahwa: ”Belajar adalah perubahan yang dapat diamati dari
tingkah laku orang, dan hierarki belajar terdiri dari
kemampuan-kemampuan yang dapat diamati atau diukur”.5
Lanjut Gagne bahwa ”belajar terjadi apabila suatu stimulus
bersama dengan isi igatan mempengaruhi belajar sedemikian rupa,
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi
tadi”.6 Dan seperti yang dikemukakan oleh Lester D. Crowd & Alice Crow
bahwa ”belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan
dan sikap”.7
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.8
4
S. Naution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Bandung: Jemmars) h. 38-39.
5
Sutrisman Murtadho, Materi Pokok Pengajaran Matematika, modul 1-12, (Jakarta: UT, 1987). Modul 2, h.37
6
Erman Suherman dan Karso, Interaksi Belajar Mengajar Matematika, Modul 4-6. (Jakarta :UT, 1986) hal.23
7
Roestiyah N.K, Didaktik Metodik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) Cet. Ke-4, h. 8
8
Menurut Gagne bahwa “pembelajaran sebagai perangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa
proses belajar yang sifatnya internal.9
Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Correy
bahwa “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi
khusus menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.10
Menurut Zurinal dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha
dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan
(pembentukan kompetensi), yang dengan sistematika terarah pada
terwujudnya perubahan tingkah laku.11
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau
uapaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa.
Senada dengan Morgan menurut G.A Kimble ”belajar adalah
perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah yang terjadi sebagai
akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk
perubahan-perubahan kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan syaraf,
atau dengan kata lain bahwa pengetahuan dan memahami sesutau sehingga
terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar”. 12
9
Ismail, et. al., Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: UT, 2002), h.1.13
10
Ismail, et. al., Kapita Selekta…,h.1.13
11
Dr.Hj.Zurinal Z & Wahdi Sayuti, S.Ag, Ilmu Pendidikan (Pengantar & Dasar-dasar Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h.117
12
Dalam teori pendidikan progresif, terdapat belajar edukatif dan
belajar mis-edukatif. Belajar yang edukatif adalah belajar yang bertujuan untuk mencapai hasil yang bersifat konstruktif yang bilai dan syaratnya
telah ditentukan dalam rangka menuju kehidupan yang lebih baik sesuai
dengan kehendak masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan belajar yang
mis-edukatif adalah belajar yang ditentukan oleh nilai-nilai sukar diuji
yang bersifat statis.13
Dalam hal ini, belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat komplek ini. Dan seorang baru dikatakan
telah belajar jika orang tersebut dapat melakukan beberapa kegiatan yang
sebelumnya tidak dapat dilakukan ini. Dan seorang baru dikatakan telah
belajar jika orang tersebut dapat melakukan beberapa kegiatan yang
sebelumnya tidak dapat dilakukan, karena hampir semua kegiatan dalam
matematika menghendaki belajar yang dapat didefinisikan dan diamati,
maka topik-topik matematika dapat menjadi analisa hierarki.
Sangatlah jelas bagaimana sebuah pemikiran diutarakan dimana
belajar merupakan suatu hal yang harus merubah segala aspek dan
menetap dalam diri seorang yang belajar, dimana perubahan yang terjadi
adalah disengaja dengan melalui pengalaman dan atau latihan sehingga
dapat diterapkan dalam keseharian.
Tetapi kalau seluruh proses belajar didasarkan pada perangsang
yang dijawab oleh orang yang sedang belajar dengan respon. Seperti yang
dirumuskun oleh Skinner, tidak juga akan memahami manusia dengan
berbagai tingkah lakunya, Tolman dari Behaviorisme Operasional
misalnya menjabarkan perilaku manusia pada dua faktor, yaitu situasi dan
antedesen atau hal-hal yang mendahului situasi: B= f(S.A) perilaku adalah
13
fungsi dari situasi dan antedesen.14 Lebih lanjut faktor A dihilangkan oleh
Skinner, karena dipandangnya faktor yang bervariasi adalah sukar untuk
diterapkan. Oleh sebab itu rumus perilaku oleh Skinner menjadi : B= f (S)
perilaku adalah fungsi stimulus.
Dari sedemikian banyak definisi yang diberikan ahli pendidikan
tentang belajar salah satunya adalah yakni menurut Whittaker seperti yang
dikutip Ahmadi dan Supriyanto: “Belajar dapat diasumsikan sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan
pengalaman”.15
Perubahan yang terjadi pada diri individu banyak sekali sifat dan
jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu
merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan seperti kelelahan,
adaptasi indera, berkeringat dan sebagainya tidak dianggap sebagai hasil
belajar.
Seseorang dikatakan telah belajar bila perubahan tingkah lakunya
memenuhi beberapa cirri-ciri:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
2. Perubahan yang terjadi bersifat fungsional
3. Perubahan yang terjadi bersifat positif dan aktif
4. Perubahan yang terjadi bukan bersifat sementara
5. Perubahan yang terjadi bertujuan dan terarah
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), h. 160
15
6. Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek dan tingkah laku.16
Sedangkan definisi belajar menurut Winkel dalam buku psikologi
pengajarannya menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu aktifitas mental
yang berlangsung dalam interasi aktif dalam lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai
sikap. Perubahan bersifat relatif konstan dan berbekas”.17
Berdasarkan uraian di atas belajar merupakan interaktif dari
siswa dalam lingkungannya sehingga dalam kegiatan belajar guru harus
berupaya membangun suasana interaksi yang harmonis, interaksi tersebut
akan dapat membawa pengaruh kuat pada perubahan-perubahan, sehingga
perubahan yang terjadi relatif menetap dan berbekas pada diri siswa yang
akan menjadi sikap dan pola perilakunya. Hasil belajar tidak hanya
dimaksudkan untuk memperlihatkan kemampuan-kemampuan tetapi juga
memberikan umpan balik bagi siswa maupun bagi guru.
2. Hakikat Matematika
Banyak orang mempertukarkaan antara matematika dengan
aritmetika atau berhitung. Padahal, matematika mempunyai cakupan yang
lebih luas dari pada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari
matematika. Dari berbagai studi yang diajarkan di sekolah, matematika
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa.18
Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematica, yang mula-mula berasal dari kata yunani mathematica, dan asal kata mathema
16
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 121.
17
WS Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), h.53
18
yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematik berkaitan pula dengan kata mathanesa yang berarti berfikir atau belajar. Dalam pengertian lain yang berasal dari kata yunani “mathein” atau “mathenein”, yang artinya “mempelajari” mungkin erat juga hubungannya dengan bahasa sansekerta ”medha” atau “widya” , yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi” karena dengan belajar matematika orang akan belajar mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar
menambah kepandaiannya.19
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang didalamnya terdapat ilmu
tentang logika, bilangan serta terdapat konsep-konsep yang saling
berhubungan dan dipresentasikan dengan bahasa simbolik. Obyek
penelaahan matematika tidak sekadar kuantitas tetapi lebih menitik
beratkan pada hubungan, pola, bentuk dan struktur serta konsepnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika itu berkaitan dengan
gagasan yang terstruktur dan hubungannya diatur secara logis.
Dengan demikian, dari beberapa penjelasan di atas mengenai
pengertian pembelajaran dan matematika dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah suatu cara atau metode bagaimana
seseorang melakukan proses belajar secara optimal untuk berpikir dan
bernalar dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan
bilangan dan kalkulasi secara sistematika sehingga siswa menjadi aktif,
kreatif, dan mampu memecahkan permasalahan yang berhubungan tentang
bilangan tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan
sebagai “ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan
19
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian nasalah mengenai bilangan-bilangan “.20 Dari pengertian matematika tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa betapa pentingnya belajar matematika itu,
karena memang dapat dikatakan orang yang dapat menguasai matematika
akan dapat mengasah intelektualnya sehingga pola pikirnya akan semakin
cerdas dan pandai.
Sejak dulu kala asal mula matematika hanya dikenal sebagai cara
berhitung yang telah ada sejak 6000 SM (childe) yang dikutip Dali S.
Naga, “asal mula berhitung dapat dijajaki sampai kepada masyarakat
manusia yang paling mula .”21 Serta “berhitung adalah sekuno zaman batu
atau paleolitikum”, sebagaimana anggapan Struik.22
Berhitung atau aritmetika ini dirumuskan sebagai cabang
matematika yang berkenaan sifat dan hubungan bilangan-bilangan nyata
dan dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
perkalian, dan pembagian. Matematika seiring perkembangannya sejalan
dengan filsafat, “ matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang
tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang “.23
Adapun definisi yang digunakan saat ini menurut Mulyono
Abdurrahman ada tiga pendapat tokoh yaitu Jhonson dan Myklebust,
Lerner dan Kline. Menurut Jhonson dan Myklebust, matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir. Menurut Lerner bahwa matematika di
samping sebagai bahasa universal yang memungkinkan manusia
20
Oemar Hamalik, Metode Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h.14
21
Dali S. Naga, Berhitung : Sejarah dan Pengembangannya, (Jakarta : Gramedia,1980). H.13
22
Dali S. Naga, Berhitung : Sejarah ...,h.13
23
memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan
bahasa simbolis dan cirri utamanya adalah penggunaan cara bernalar
deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara berpikir induktif.24
Berikut beberapa pendapat tentang definisi matematika yang
dikutipoleh Maman Abdurrahman, seperti pendapat James dan James,
Jhonson and Rising, and Reys.25
1. James and James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah
banyak terbagi kedalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan
geometri.
2. Menurut Jhonson dan Rising bahwa matematika itu adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, atau
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
mendefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, merefleksikannya
dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada sunyi.
3. Pendapat Reys adalah bahwa matematika merupakan telaah tentang
pola hubungan, sesuatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu
bahasa, dan suatu alat.
Berdasarkan definisi matematika oleh para ahli tersebut, maka
karakteristik matematika, yaitu sebagai berikut :
24
Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta :Ichtiara Baru Van Hoeve, 1983), h. 2171
25
1. Objek pembicaraannya adalah abstrak; 2. Pembahasannya
mengandalkan nalar; 3. Pengertian atau pernyataan dalam matematika
diberikan berjenjang dan sangat konsisten; 4. Matematika melibatkan
perhitungan dan pengerjaan (operasi) yang aturannya disusun sesuai
dengan nalar; 5. Matematika dapat dialih gunakan dalam berbagai aspek
ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari sehingga disebut pelayan ilmu
dan teknologi.26
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
dalam Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan sebagian Perguruan Tinggi.
Berbeda dengan mata pelajaran lain, matematika merupakan ilmu struktur
yang terorganisir. Artinya dalam belajar matematika dituntut untuk belajar
teratur dari tingkat yang lebih sederhana kepada tingkat yang lebih
kompleks.
Mungkin banyak orang yang bertanya, sebenarnya untuk apa belajar
matematika? Cornelius mengemukakan lima alasan perlu belajar
matematika:
1. Sarana berfikir yang jelas dan logis.
2. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
3. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman.
4. Sarana untuk mengembangkan kreatifitas.
5. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
kebudayaan.27
26
Maman Abdurrahman, Matematika SMK Bisnis Manajemen Tingkat 1, (Bandung : Armico. Bandung. 2000), h. 12
27
Pembelajaran matematika umumnya diajarkan dengan terpusat
pada rumus, sehingga ketika siswa dihadapkan dengan masalah yang
berkaitan akan sulit menyelesaikannya. Dengan memilih pendekatan atau
sebuah metode yang tepat sehingga siswa akan menjadi siswa yang kreatif,
dan siap menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga,
bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.
Metode penggunaa media merupakan suatu metode atau strategi
belajar mengajar yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif, serta
menumbuhkan atau meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
(problem solving) siswa terutama dalam pembelajaran matematika, lebih mempunyai daya pikir yang logis dalam penyelesaian masalah dan selalu
melakukan pemecahan masalah dengan terurut atau sistematis.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan model dengan mendiagnosa serta mengidentifikasi dari masalah sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam melihat serta mengidentifikasi tujuan
yang dasar dari permasalahan yang ingin dicapai. Dengan begitu siswa
dapat melakukan tugasnya dengan sistematis dan terarah, karena suatu
permasalahan tidak akan meluas masalah yang dicapai apabila
melakukannya dengan terarah. Dan pemecahan masalah dapat
meningkatkan kreatifitas siswa karena dalam pemecahan masalahnya
melakukan banyak operasi yang berkaitan dengan hal yang dimaksud.
Dengan banyaknya cara yang digunakan pula siswa yang memiliki
pemecahan masalah yang tinggi akan meningkatkan kemampuan dalam
merekonstruksi secara inovatif masalah-masalah yang dihadapi. Sehingga
Jacob menambahkan, apabila kita mempergunakan metode
penggunaan media agar dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan mudah, kita dapat memulainya dengan cara:
1. Mendahulukan petunjuk/arahan, dari pernyataan awal sampai
pernyataan tujuan, atau,
2. Terbalik mulai dari pernyataan tujuan sampai kepada pernyataan
awal.28
Hasil perencanaan dalam proses pembelajaran matematika
menunjukkan bahwa metode penggunaan media terhadap pemecahan
masalah ini dapat menjadikan siswa yang berpikir kreatif dan inovatif serta
dapat melakukan sistematisasi dalam melakukan suatu permasalahan.
Sehingga dapat menyelesaikan tugas atau soal dengan mudah dan lebih
akurat serta selalu konsisten terhadap tujuan akhir yang dicapai. Dan hasil
perbandingan pre test dan post test menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode penggunaan media ini dapat meningkatkan pemecahan masalah
siswa dari hasil sebelumnya dalam pembelajaran matematika.
Adapun yang menjadi obyek langsung pelajaran matematika
menurut Russefendi adalah fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Yang
dimaksud dengan fakta adalah angka, lambang bilangan, notasi, dan
simbol-simbol. Contohnya: dinotasikan dengan 2, dinotasikan dengan 3,
dan lain sebagainya. Sedangkan konsep adalah ide-ide abstrak seperti titik,
garis, himpunan, dan pengertian-pengertian lainnya. Prinsip adalah aturan
dari dua atau lebih konsep teori dan dalil-dalil, dalil-dalil tersebut perlu
28
dibuktikan keterampilan berkaitan dengan operasi suatu pengerjaan
(contohnya: opersi penjumlahan, perkalian dan sebagainya).29
3. Hakikat Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan kriteria keberhasilan seseorang dalam
proses belajar yang meliputi perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prestasi belajar berasal dari dua kata yang mengandung satu pengertian,
yaitu prestasi dan belajar. Prestasi mengandung arti “hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).30
Metode pembelajaran matematika sering kita temui dengan
metode dimana yang mendominasikan pembelajaran adalah guru. Hal ini
mengakibatkan kebosanan dan kurang minat siswa karena siswa tidak
diajak untuk lebih aktif. Kebanyakan siswa menjadi diam atau pasif dan
akhirnya tidak dapat melibatkan diri secara bebas.
Belajar merupakan satu bentuk dari perubahan tingkah laku yang
dapat diamati. Dan pembelajaran merupakan suatu cara bagaimana
seorang guru mencari proses belajar mengajar yang tepat dan dapat
menghasilkan secara optimal bagi kegiatan belajar mengajar terutama pada
siswa sehingga tercapainya pendidikan yang diharapkan di Indonesia saat
ini. Maka sangat diperlukan suatu metode pembelajaran dimana siswa
dapat melibatkan dirinya secara bebas, dan teratur sehingga siswa menjadi
lebih kreatif dalam pembelajaran matematika dan sekaligus dapat
meningkatkan motivasi berprestasi matematika siswa. Dan tidak ada lagi
yang merasa takut menghadapi pelajaran matematika.
29
Jacob, C., Belajar Aljabar..., h.43
30
Maka salah satu metode pembelajaran yang dapat kita gunakan
adalah dengan media yang dapat mengabstraksikan materi pelajaran.
Disitulah kita dapat belajar dengan menganalisa suatu permasalahan secara
sistematis, memecahkan permasalahan umum ke dalam masalah yang
lebih sederhana, meningkatkan kreatifitas dalam penyelesaian masalah
dengan banyaknya cara yang digunakan, meningkatkan daya talar dan
berpikir kita sehingga dapat memahami materi pelajaran yang dimaksud.
Karena metode mengajar menggunakan media merupakan suatu metode atau strategi belajar mengajar yang membuat siswa menjadi aktif,
menumbuhkan atau meningkatkan pemecahan masalah siswa terutama
dalam pembelajaran matematika, lebih bertanggung jawab dalam segala
tugasnya, dapat menggunakan umpan balik atas hal-hal yang berkenaan
dengan kegiatannya, dapat mempertimbangkan resikonya, menjadi siswa
yang kreatif dan inovatif,dan dapat dengan cepat mengerjakan soal atau
tugas.
Hasil perencanaan dalam proses pembelajaran matematika
menunjukkan bahwa metode penggunaan media terhadap pemecahan
masalah ini dapat menjadikan siswa yang berpikir kreatif dan inovatif serta
dapat melakukan sistematisasi dalam melakukan suatu permasalahan.
Sehingga dapat menyelesaikan tugas atau soal dengan mudah dan lebih
akurat serta selalu konsisten terhadap tujuan akhir yang dicapai. Dan hasil
perbandingan pre test dan post test menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode penggunaan media ini dapat meningkatkan pemecahan masalah
siswa dari hasil sebelumnya dalam pembelajaran matematika.
Menurut Chaplin: “Prestasi adalah tingkah laku yang
lingkungan dengan cara-cara tertentu.31 Sedangkan definisi belajar
menurut Ngalim Purwanto adalah suatu proses yang menimbulkan
terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan
kecakapan. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam
suatu proses belajar yang menimbulkan perubahan dalam tingkah laku dan
kecakapan.32
Prestasi belajar siswa disekolah juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Slameto, faktor-faktor tersebut secara global dapat
diuraikan dalam dua bagian yaitu:33
1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
diantaranya jasmani yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh dan
psikologi yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Diantaranya keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, susunan rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang
tua dan latar belakang kebudayaan dan sekolah, meliputi metode
mengajar, kurikulum, dan keadaan gurunya, serta masyarakat, meliputi
kegiatan siswa dalam masyarakat dan teman bergaul.
Dengan demikian prestasi belajar matematika adalah hasil optimal
yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang menimbulkan perubahan
atau pembaharuan dalam mempelajari matematika.
31
C. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995), h. 360
32
C. P. Chaplin, Kamus …..., h.361
33
4. Hakikat Media Poster Ikon
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan.34
Menurut Wilkinson media pendidikan adalah segala alat dan
bahan yang digunakan sebagai penghubung dan penyampaian informasi
dalam proses belajar mengajar.35 Sedangkan menurut Sudjarwo media
pendidikan adalah segala wujud yang dapat dipakai sebagai sumber belajar
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan
siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar mengajar ke tingkat
yang lebih efektf dan efisien.36
Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti dalam
percepatan hasil belajar. Jika media pendidikan tersebut dipilih secara
cermat dengan memperhitungkan ciri-cirinya dan diintegrasikan secara
sistematik kedalam program instruksional.
Ciri-ciri umum media pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai daya tarik yang besar dan menimbulkan keinginan dan
minat yang baru
2. Dapat membatasi keterbatasan fisik kelas
3. Menggunakan berbagai media dengan kombinasi yang cocok dan
memadai yang akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
belajar mengajar, menimbulkan gairah belajar, dan memungkinkan
siswa untuk berinteraksi lebih langsung
34
Arif S Sadiman. Et al, Media Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1966), h.12
35
Genel Wilkinson, Media Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali, 1989), h.1
36
4. Media dapat menyeragamkan penafsiran yang berbeda
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan
realistis sehingga perbedaan persepsi antar siswa pada suatu informasi
dapat diperkecil
6. Media dapat memberikan pengalaman yang menyerluruh dari
pengalaman yang kongkrit sampai pada pengalaman yang abstrak.37
Media pendidikan mempunyai kegunaan untuk mengatasi
berbagai hambatan antara lain:
1. Keterbatasan ruang kelas
2. Sikap siswa yang pasif
3. Hambatan komunikasi
4. Pengamatan yang kurang seragam
5. Sifat obyek belajar yang husus sehingga tidak mungkin dipelajari
tanpa media
6. Tempat yang terpencil.38
Media mempunyai berbagai jenis dan ragamnya dan menurut
Galach & Elly seperti yang dikutip Arikunto media dibagi dalam lima
kategori yaitu:
1. Manusia dan benda nyata
2. Media visual
37
Sudjarwo, Media Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), h.170
38
3. Media audio
4. Media cetak;
5. Media display.39
Salah satu media visual diantaranya adalah poster dan lebih
khusus lagi poster ikon. Yang dimaksud poster ikon adalah poster yang
memberikan gambaran keseluruhan, tinjauan global dari bahan pelajaran,
poster tersebut di atas selembar kertas berukuran 25 x 20 cm atau lebih
besar yang ditempel pada dinding di depan kelas di atas pandangan mata
sampai unit pelajaran yang bersangkutan selesai lalu poster ikon tersebut
akan dipindahkan kebagian dinding yang lain agar tempatnya dapat
digunakan untuk poster berikut. Ikon-ikon sebelumnya yang tetap dipajang
akan menjadi pengikat sadar dan tidak sadar untuk informasi dari awal
pelajaran hingga saat itu.
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan untuk
mengatasi hambatan antara lain:
1. Keterbatasan ruang kelas
2. Sikap siswa yang pasif
3. Hambatan komunikasi
4. Pengamatan yang kurang seragam
5. Sifat objek belajar yang khusus sehingga tidak mungkin dipelajari
tanpa media
6. Tempat yang terpencil.40
39
Beberapa alasan dasar penggunaan gambar adalah:
1. Gambar bersifat kongkrit
Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang
sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas. Sesuatu persoalan
dapat dijelaskan dengan gambar selain penjelasan dengan kata-kata.
2. Gambar mengatasi batas ruang dan waktu
Gambar candi borobudur dapat dibawa dan dipelajari di Amerika, dan
gambar sphinx dapat dipelajari di Indonesia, dengan demikian akan
akan membuktikan bahwa gambar-gambar itu merupakan penjelasan
dari benda-benda yang sebenarnya, yang tidak mungkin dilihat karena
letaknya yang terlalu jauh atau terjadi pada masa lampau.
3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia
Benda-benda yang kecil yang tak dapat dilihat dengan mata, dibuat
fotografinya sehingga dapat dilihat dengan jelas.
4. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, karena itu
bernilai terhadap semua pelajaran disekolah.
5. Gambar-gambar mudah dan murah
Untuk sekolah-sekolah yang dananya terbatas atau kurang mampu,
gambar bernilai ekonomis, menguntungkan dan merigankan beban
sekolah.
6. Mudah digunakan, baik untuk perorangan maupun kelompok sisiwa
Satu gambar dapat dilihat oleh seluruh siswa, bahkan seluruh sekolah.
40
Metode penggunaan media poster pada Masalah Aljabar Sederhana Masalah: Selesaikan persamaan 2(x + 1) = 5(x - 2)
Rumusan Tujuan: Suku x berada di ruas kiri persamaan dan semua suku yang lain berada di ruas kiri persamaan.
Langkah-langkah:
1. Pernyataan sekarang: 2(x + 1) = 5(x – 2)
Perbedaan: 2(x + 1) di kiri, dan 5(x-2) di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Pada ruas kiri 2 dikalikan dengan x dan 2 dikalikan dengan 1, pada ruas kanan 5 dikalikan dengan x dan 5 dikalikan dengan -2.
2. Pernyataan sekarang: 2x + 2 = 5x – 10
Perbedaan: 2x dikiri, 2 di kiri, 5x di kanan dan -10 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Tambahkan 10 pada kedua ruas persamaan.
3. Pernyataan sekarang: 2x + 12 = 5x
Perbedaan: 2x dikiri, 12 di kiri, 5x di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Kurangkan 12 pada kedua ruas persamaan.
4. Pernyataan sekarang: 2x = 5x – 12
Perbedaan: 2x di kiri, 5x dan -12 di kanan persamaan.
Gunakan Operasi: Kurangkan 5x pada kedua ruas persamaan
5. Pernyataan sekarang: 2x – 5x = -12
Gunakan Operasi: Sederhanakan ruas kiri persamaan
6. Pernyataan sekarang: -3x = -12
Perbedaan: -3x di kiri dan -12 di kanan persamaan
Gunakan Operasi: 3 1
− dikalikan pada ruas persamaan.
7. Pernyataan sekarang: x = 4
Perbedaan: Tidak ada
Masalah telah diselesaikan
Adapun dalam kegiatan pembelajaran penggunaan media poster
membutuhkan waktu yang tidak begitu lama. Selain metode tersebut
efektif, kreatif, dan inovatif untuk siswa. Metode penggunaan media poster juga efesien, karena membutuhkan kurang lebih 1 menit dalam penyelesaian masalahnya.
Dari tahap dan alokasi waktu yang telah diberikan, bahwa dalam
tiap poin pemecahan masalah mempergunakan kurang lebih 20 detik, dan
masing-masing pembagian dalam tahap/langkah penyelesaiannya:
menentukan permasalahan awal 2 detik, mencari perbedaan dari tiap
masalah 3 detik, mempergunakan operasi 10 detik, dan mendapatkan
tujuan/pemecahan masalah awal 5 detik. Kemudian siswa mengulangi
langkah pereduksiannya secara berulang-ulang hingga mendapatkan tujuan
akhir dari masalah. Dalam pereduksian yang berulang-ulang siswa dapat
mengulangi kurang lebih 3 tahap/langkah dalam tiap tujuan masalah.
Namun hal tersebut tergantung pada kapasitas materi dan soal yang
diharapkan. Pada kegiatan pereduksian disini peneliti mengalokasikan
Maka dari itu, peneliti melakukan kegiatan pereduksian dengan
alokasi 20 detik dalam 3 tahap penyelesaiannya. Jika diakumulatifkan
antara waktu dan tahap penyelesaiannya menjadi 60 detik/1 menit. Dengan
demikian penggunaan metode penggunaan media poster dalam
pembelajaran matematika siswa membutuhkan waktu 1 menit dalam
penyelesaian masalah. Sehingga bisa dikatakan bahwa penggunaan metode
penggunaan media poster dalam pembelajarannya tidak membutuhkan banyak waktu.
Penggunaan media pembelajaran poster ikon dalam proses belajar
mengajar dapat digunakan untuk merangsang daya ingat siswa terhadap
pelajaran yang pernah dikuasainya. Hal ini mudah dipahami karena
dengan menggunakan media pembelajaran poster ikon siswa dapat dengan
mudah mengingat kembali akan pelajaran yang pernah dikuasainya,
Sehingga penguasaan terhadap materi yang pernah dipelajari akan
memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran selanjutnya.
Sehingga diharapkan siswa akan lebih termotivasi, terangsang, tertarik dan
akan bersifat terhadap pengajaran matermatika dan semuanya berdampak
kepada peningkatan hasil belajar.
B. Kerangka Berpikir
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan
dalam dunia pendidikan peranan penting, karena banyak disiplin ilmu lain
yang tidak akan terlepas dengan matematika, baik secara angka-angka
maupun secara pola pikir. Oleh sebab itu matematika sangat penting untuk
dapat dikuasai oleh siswa. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa
Padahal matematika memiliki peranan sangat penting dalam membantu
pengembangan logika dan proses berfikir.
Mendapatkan pendidikan yang layak merupakan hak setiap
warga Negara. Selain itu belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang
yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka
meningkatkan derajat kehidupan mereka.
Metode pembelajaran matematika sering kita temui dengan
metode dimana yang mendominasikan pembelajaran adalah guru. Hal ini
mengakibatkan kebosanan dan kurang minat siswa karena siswa tidak
diajak untuk lebih aktif. Kebanyakan siswa menjadi diam atau pasif dan
akhirnya tidak dapat melibatkan diri secara bebas.
Pembelajaran matematika umumnya diajarkan dengan terpusat
pada rumus, sehingga ketika siswa dihadapkan dengan masalah yang
berkaitan akan sulit menyelesaikannya. Dengan memilih pendekatan atau
sebuah metode yang tepat sehingga siswa akan menjadi siswa yang kreatif,
dan siap menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga,
bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.
Metode Penggunaan Media Poster merupakan suatu metode
atau strategi belajar mengajar yang membuat siswa menjadi aktif dan
kreatif, serta menumbuhkan atau meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah (problem solving) siswa terutama dalam pembelajaran
matematika, lebih mempunyai daya pikir yang logis dalam penyelesaian
masalah dan selalu melakukan pemecahan masalah dengan terurut atau