• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Kampanye Kenali Gejala Demam Berdarah Dengue Dan Penanganannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Kampanye Kenali Gejala Demam Berdarah Dengue Dan Penanganannya"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE KENALI GEJALA

DEMAM BERDARAH DENGUE DAN PENANGANANNYA

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2009 / 2010

Oleh:

Hanida Irna Puri 51906063

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

Lembar Pengesahan

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE KENALI GEJALA

DEMAM BERDARAH DENGUE DAN PENANGANANNYA

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2009 / 2010

Oleh:

Hanida Irna Puri 51906063

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing

Taufan Hidayatullah, M.Ds.

Koordinator Tugas Akhir /Skripsi

(3)

i KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan hanya bagi Allah SWT. Rasa syukur terpanjat atas terselesaikannya penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul Perancangan Media Kampanye Kenali Gejala Demam Berdarah Dengue

dan Penanganannya. Terselesaikannya laporan ini tentunya hanya akan terwujud atas izin Sang Kholik serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun materil yang turut membantu terselesaikannya laporan ini.

Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat, dan berguna serta dapat memberikan informasi tambahan agar selalu waspada terhadap penyakit DBD yang muncul setiap tahunnya sehingga dapat memberikan gambaran sederhana seputar gejala dan cara penanganannya, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko kematian yang ditimbulkan karena DBD. Dengan waktu dan sumber data yang terbatas, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu adanya, mohon semua pihak untuk memaklumi.

Bandung, 10 Juli 2010

(4)

ii UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan terselesaikannya laporan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan

Media Kampanye Kenali Gejala Demam Berdarah Dengue dan

Penanganannya” ini, tentunya tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, serta bantuan baik secara moral maupun materil dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, terutama rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya dipanjatkan kepada Allah SWT. Serta ucapan terima kasih dihaturkan kepada semua pihak yang berperan dalam terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini, diantaranya adalah:

1. Taufan Hidayatullah, M.Ds. selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan serta nasihat sejak awal proses penyusunan laporan hingga terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini. 2. Drs. Hary Lubis dan Didi Subandi, S. Sn. selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak masukan, kritik serta saran untuk perbaikan laporan kedepannya.

3. Yully Ambarsih Ekawardhani, M.Sn. selaku dosen yang telah memberikan kontribusi dalam melakukan perbaikan serta perevisian ulang laporan Tugas Akhir ini.

4. Responden yang telah memberikan banyak informasi sebagai salah satu sumber data yang mendukung laporan Tugas Akhir ini.

(5)

iii 1.2. Identifikasi Masalah ………... 1.3. Fokus Masalah ………... 2.2.2. Mekanisme Penularan Virus Dengue Kepada

Manusia ... 2.3. Ciri Umum Gejala Seseorang Terkena DBD ……….…..…...

2.3.1. Profil Seseorang yang Dapat Terkena DBD ……..….

2.3.2. Upaya Pencegahan DBD ………...…...

2.3.3. Penanganan Demam Berdarah Dengue ...……..…... 2.3.4. Kapan Penderita Dibawa ke Rumah Sakit ……..…... 2.4. Kasus Kematian yang Disebabkan oleh DBD ………..…... 2.5. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Penanganan

(6)

iv DBD... ...

2.5.1. Persepsi Masyarakat Dalam Penanganan DBD ...…. 2.5.2. Perilaku Masyarakat Pada Saat Terkena DBD …... 2.6. Khalayak Sasaran ………...…...………...

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL …..…….. 3.1. Strategi Perancangan………..…………...….…. 3.1.1. Strategi Komunikasi ………..……...……

3.1.1.1. Tujuan Komunikasi ……...………

3.1.1.2. Pesan Utama/Tema Dasar Komunikasi ....…

3.1.1.3. Materi Pesan ………..…...

(7)
(8)

vi DAFTAR DIAGRAM

Grafik 2.1. : Pengetahuan Responden Terhadap DBD ………..….. Grafik 2.2. : Responden yang Pernah/Tidak Pernah Terkena DBD ... Grafik 2.3. : Pengetahuan Responden yang Mengetahu /Tidak

Mengetahui Ciri dan Gejala DBD ………...……... Grafik 2.4. : Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pencegahan

Deman Berdarah Dengue ……….………..……… Grafik 2.5. : Pengetahuan Responden Mengenai Apa yang Harus

Dilakukan Apabila Terkena DBD ……….………...

Tabel 2.1. : Jumlah Penderita DBD Di Beberapa Kota dan Kabupaten di Jawa Barat Tahun 2009 ……..……...…….………...

Tabel 3.1. : Referensi Visual ………

Tabel 3.2. : Jalur Distribusi Media ………...……….……… 29 29

29

30

30

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan nyamuk sejak dulu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dari interaksi yang disebabkan antara nyamuk dan manusia terkadang memberikan permasalahan tersendiri bagi manusia. Manusia sering terusik dengan nyamuk dan wabah yang disebabkannya itu, tidak jarang nyamuk membawa virus penyakit yang berbahaya dan dapat mengancam keselamatan jiwa. Salah satu wabah yang bisa mengancam nyawa manusia yang disebarkan oleh nyamuk adalah penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang biasa kita kenal dengan DBD. Penyakit demam berdarah tersebut disebabkan oleh virus dengue yang dibawa dan disebarkan oleh salah satu jenis nyamuk betina bernama Aedes Aegypti.

(10)

Kebiasaan dan kesadaran manusia yang kurang hidup bersih dan sehat seringkali memperkeruh permasalahan yang ada. Pemahaman yang kurang dan ketidak jelian dalam mendeteksi suatu penyakit sering kali mengakibatkan keterlambatan penanganan yang berpotensi meningkatkan resiko kematian bagi penderita. Kesalahan dalam melakukan penanganan pun dapat menjadi masalah yang berakibat fatal apabila tidak didukung dengan pengetahuan yang benar dan tepat dalam menangani kasus DBD. Karena kesembuhan penyakit DBD tersebut tergantung pada kecepatan perawatan dan penanganan. Namun apabila seorang penderita sudah dideteksi terkena DBD sejak dini namun diberi penanganan yang tidak tepat dan salah, maka hal tersebut dapat memperparah keadaan yang seharusnya dapat dengan segera ditanggulangi tetapi malah memperburuk keadaan karena kesalahan dan ketidak tepatan dalam melakukan penanganan .

Namun tidak semua orang memiliki kesadaran untuk melakukan tindakan preventif yang lebih bijaksana. Masih saja ada warga yang terkesan menyepelekan hal tersebut. Masyarakat seringkali berinisiatif mengatasi setelah semuanya terlambat, karena kewaspadaan terhadap gejala DBD masih belum tinggi, sehingga kemungkinan untuk membawa keadaan yang semakin parah seperti kematian menjadi semakin besar. Sementara bahaya nyamuk demam berdarah tetap menjadi ancaman bagi masyarakat dan kesadaran masyarakat masih belum terbangun dengan baik.

(11)

menyampaikan informasi serta cara pengkomunikasian yang dapat tertanam dalam benak masyarakat memiliki andil yang besar dan berpengaruh dalam membangun persepsi dan perilaku masyarakat selama ini, dengan harapan dalam melakukan penanganan DBD tersebut dapat dilakukan dengan lebih bijak.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kesadaran masyarakat yang kurang akan hidup bersih dan sehat di

lingkungan tempat tinggalnya membuat kesempatan nyamuk untuk

menularkan penyakit DBD semakin besar.

Meskipun penyuluhan tentang bahaya akan nyamuk demam

berdarah selalu diadakan setiap tahunnya, namun ternyata korban

yang terkena penyakit DBD tersebut selalu muncul sepanjang

tahunnya.

Peranan media yang selama ini menginformasikan tentang bahaya DBD dan upaya pencegahanannya seperti pada iklan televisi sudah cukup baik, namun cenderung menitik beratkan kepada upaya pencegahan saja, dan tidak kepada cara penanganan yang tepat yang harus dilakukan ketika terlanjur terkena DBD.

(12)

Kasus DBD yang terus berulang setiap tahun tersebut diduga rata-rata disebabkan oleh luputnya perhatian warga terhadap genangan air di tempat luar rumah yang disebabkan oleh intensitas hujan.

Masyarakat cenderung baru berinisiatif melakukan pencegahan DBD

apabila sudah ada korban disekitar mereka yang terkena penyakit

DBD.

Gejala DBD hampir menyerupai gejala penyakit lain seperti tifus, campak, dan radang tenggorokan atau gejala penyakit yang biasa disebabkan oleh virus. Sehingga seseorang dapat menganggap gejala DBD sebagai gejala penyakit lain.

Keterlambatan dalam melakukan penanganan DBD menjadi faktor yang sering menyebabkan korban kematian.

Belum ada vaksin pencegah serta obat untuk penyakit DBD.

1.3. Fokus Masalah

Bagaimana agar masyarakat dapat dengan cepat mengenali gejala

penyakit DBD, dan memberikan penanganan secara cepat, tepat, dan

efektif agar tidak sampai memakan korban kematian.

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah yakni sebagai berikut:

Lokasi penelitian bertempat di kota Bandung, dengan mengambil

data hasil wawancara dan angket dalam jumlah tertentu, dengan

respondennya berasal dari penduduk yang bermukim di daerah

Tubagus Ismail Dalam, Bandung. Berdasarkan hubungannya antara

kepadatan penduduk dan mobilitasnya dengan jumlah kasus yang

berada di daerah padat penduduk dengan mobilitas tinggi lebih

banyak jumlahnya dibandingkan dengan dareah-daerah yang lebih

(13)

Data hasil wawancara, seperti angket sebagian besar mengambil

contoh responden yakni ibu rumah tangga, dan mahasiswa yang

bertempat tinggal di pemukiman padat atau yang jarak rumahnya

tidak jauh satu dengan yang lain.

Tingkat sosial responden dipilih dari kalangan menengah.

1. 5 Tujuan Perancangan

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

melakukan penanganan penyakit DBD, sehingga dapat mengubah

persepsi masyarakat agar tidak hanya mengetahui atau terfokus kepada

cara pencegahan saja yang setiap tahunnya telah sering disosialisasikan,

tapi juga mengetahui cara melakukan penangannya dengan cepat, dan

tepat apabila sudah terlanjur terkena penyakit DBD. Dengan tujuan agar

lebih efektif dan tertanam di benak masyarakat, sehingga diharapkan

dapat memperkecil kemungkinan untuk penyakit DBD tersebut agar tidak

sampai kepada kemungkinan keadaan terparah seperti kematian, karena

mengetahui dan melakukan pencegahan saja belum tentu dapat

menghindari seseorang sepenuhnya untuk tidak terkena DBD.

1.6 Definisi Kata Kunci

Kata kunci merupakan kata yang digunakan sebagai benang merah

secara keseluruhan, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fokus

permasalahan sebagai acuan yang akan dipecahkan atau diberikan jalan

keluarnya.

Virus dengue merupakan faktor utama penyebab DBD. Virus tersebut

disebarkan dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang

habitat hidupnya yakni di lingkungan padat seperti wilayah perkotaan

yang padat penduduknya. Demam berdarah menjadi penyakit yang

(14)

belum ada obatnya. Sehingga penyembuhannya tergantung pada

kecepatan penanganannya. Berikut pengertian dari kata-kata yang

dijadikan kata kunci:

a. Virus Dengue

Menurut Misnadiarly (2009), dalam bukunya yang berjudul Demam

Berdarah Dengue (DBD) mengartikan virus dengue sebagai

penyebab penyakit demam berdarah dengue merupakan

mikroorganisme sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan

mikroskop elektron.

b. Persepsi

Menurut Atkinson dan Hilgard (2008), mengemukakan bahwa

persepsi adalah proses dimana seseorang menafsirkan dan

mengorganisasikan pola stimulus pada lingkungan.

c. Masyarakat

Menurut Paul B. Horton & C. Hunt (2009), masyarakat merupakan

kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam

waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai

kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di

dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut.

d. Perkotaan

Berdasarkan UU No. 24/1992 dalam halaman web Dieny-Yusuf

(2007), perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

ekonomi utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan

(15)

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan

ekonomi.

e. Penanganan

Menurut Fabianto Yoke S. (2010), penanganan berarti sesuatu yang

berhubungan dengan tangan sebagai alat untuk melakukan

pekerjaan, sehingga mengandung arti penyelesaian satu atau

(16)

8

BAB II

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE

2.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Menurut Misnadiarly seorang ahli peneliti utama bidang penyakit menular langsung Tuberkulosis, Mycobacteria, menuliskan dalam bukunya tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) yakni, demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus dengue sebagai penyebab penyakit DBD merupakan mikroorganisme sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan jenis mikroskop tertentu (elektron). Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus). Virus dengue yang berukuran 45-50 nanometer tersebut berasal dari famili Flaviviridae, yang dibedakan atas empat macam, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang meski mirip tetapi berbeda satu sama lain.

Seseorang yang sudah terkena satu jenis DEN, bisa terkena demam berdarah lagi dari DEN yang lainnya dan bahkan bisa menjadi lebih fatal. Jika seseorang terkena DEN-1 misalnya, biasanya pasien akan membaik dan tubuh akan membentuk antibodi yang mengenali DEN-1 tersebut. Jika terkena DEN-2 misalnya, maka sistem kekebalan tubuh dapat salah mengenali virus tersebut adalah DEN-1. Akibatnya, meski antibodi tubuh berkumpul menghadang virus, mereka gagal menghentikan infeksi dari DEN-2 tersebut dan malah memicu terjadinya suatu reaksi tubuh yang

dikenal dengan nama „Antibody Dependent Enhancement‟ (ADE). Virus dengue yang tidak mati tersebut memanfaatkan antibodi tubuh untuk memperbanyak diri yang mengakibatkan infeksi kedua tersebut bisa menjadi lebih parah dari infeksi pertama, dan berakibat fatal.

(17)

9

saliva bervirus tersebut dikeluarkan nyamuk saat menggigit manusia. Sebagian besar virus tersebut berada pada kelenjar liur yang terdapat pada alat tusuk nyamuk. Sehingga pada saat nyamuk tersebut menggigit manusia, maka bersamaan dengan air liur nyamuk tersebut masuk kedalam darah manusia.

Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia yang ditempati terutama untuk kebutuhan protein. Apabila daya tahan tubuh seseorang yang terkena infeksi virus tersebut rendah sebagai akibatnya sel jaringan akan semakin rusak. Apabila virus tersebut berkembang banyak, fungsi organ tubuh tersebut baik, maka akan sembuh dan timbul kekebalan terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam tubuhnya. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue disebarkan oleh nyamuk betina Aedes Aegypti, sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) juga penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dimana suhu tubuh menjadi meningkat diatas normal yang cenderung dapat menimbulkan kematian.

(18)

10

2.2. Faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue

Menurut Dinas Kesehatan DKI dalam buku yang berjudul Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditulis oleh Misnadiarly, disebutkan mengenai faktor penyebab DBD tersebut, yakni virus dengue tersebut ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan faktor epidemi paling utama yang membawa dan menularkan virus dengue tersebut kepada manusia. Faktor penyebab lain yang dapat memungkinkan seseorang dapat terkena DBD dapat disebabkan antara lain:

- Dilihat dari habitat nyamuk tersebut, misalnya untuk nyamuk betina Aedes Aegypti hidup di tempat yang padat, sehingga tempat umum untuk orang-orang yang sedang melakukan aktifitas seperti di tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya yang memungkinkan nyamuk tersebut dapat berhubungan langsung dengan manusia. Atau juga di kompleks perumahan yang jarak satu rumah dengan rumah yang lain tersebut tidak terlalu jauh, seperti di wilayah rumah padat penduduk, kostan, dan lain-lain. Sehingga kondisi lingkungan dan tempat tinggal tersebut dapat memberikan kesempatan untuk nyamuk menularkan virus dengue kepada manusia menjadi semakin besar.

(19)

11

2.2.1. Jenis Nyamuk yang Dapat Menularkan Penyakit DBD

Penyebab utama dalam penularan penyakit DBD kepada manusia memang disebabkan oleh nyamuk. Namun tidak semua nyamuk dapat menularkan penyakit DBD tersebut kepada manusia. Karena berdasarkan informasi dari data-data yang ditemukan, terdapat beberapa jenis nyamuk yang berpotensi menularkan penyakit DBD tersebut kepada manusia selain jenis nyamuk betina Aedes Aegypti sebagai faktor utama dalam menularkan penyakit DBD kepada manusia. Beberapa spesies nyamuk tersebut ialah jenis nyamuk lain seperti nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis, anggota dari Aedes Scutellaris Complex, dan Aedes (Finlaya) Niveus. Jenis nyamuk tersebut memiliki ciri khas berwarna belang putih di kakinya.

Gambar 2.1. Nyamuk Aedes Aegypti

(20)

12

Gambar 2.2. Nyamuk Aedes Albopictus

Sumber : google.com/Nyamuk Aedes Albopictus

(21)

13

dilihat dari lingkungan tempat tinggalnya, nyamuk Aedes Aegypti tersebut lebih senang bersarang dan berkembang biak di tempat yang bersih, seperti di genangan air dalam bak mandi dan di sudut-sudut dalam rumah seperti tempat gantungan baju.

Wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis, sehingga sering terjadi musim penghujan. Menurut Sri Rezeki Hadi Negoro, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, demam berdarah dengue memang mencapai puncaknya pada musim hujan, tetapi bukan tidak mungkin penyakit tersebut dapat muncul di bulan lain seperti pada musim kemarau. Karena pada musim penghujan perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti menjadi meningkat, dimana pada saat itu terjadi banyak genangan air yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk. Akan tetapi apabila pada musim kemarau, sepanjang nyamuk Aedes Aegypti masih ada dan tersedianya air sebagai sarana siklus perkembang biakannya, maka kasus demam berdarah tetap rawan.

2.2.2. Mekanisme Penularan Virus Dengue Kepada Manusia

Menurut Fatkhur Rohman Masyhudi, menuliskan dalam sebuah situs online mengenai “Awas Demam Berdarah Dengue” yakni, saat seseorang tergigit nyamuk Aedes Aegypti yang sudah

„terinfeksi‟ virus dengue di dalam tubuh nyamuk tersebut, maka

(22)

14

antara antibodi dengan virus dengue yang terdeteksi sebagai benda asing oleh tubuh. Badan biasanya mengalami gejala demam dengan suhu antara 38° hingga 40° C, sebagai akibat reaksi antibodi dengan virus tersebut akan diikuti juga dengan penurunan trombosit. Penurunan trombosit ini mulai dapat terdeteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berlangsung sesudahnya, yakni mulai pada hari keempat dan kelima. Pada fase ini, suhu badan akan turun, diikuti dengan melemahnya tubuh hingga bisa terjadi penurunan kesadaran hingga hilang kesadaran yang disebut Dengue Shock Syndrome (DSS).

2.3. Ciri Umum Gejala Seseorang Terkena DBD

Menurut Fatkhur Rohman Masyhudi, gejala DBD tidak begitu jelas dan sering tertukar atau menyerupai gejala demam lain seperti demam tifoid, infeksi tenggorok, infeksi otak, campak, flu atau infeksi saluran nafas lainnya yang disebabkan oleh virus. Masyarakat awam, bahkan seorang dokter ahli pun kadang sulit mendeteksi lebih awal diagnosis DBD. Gejala awal DBD tidak khas, hampir semua infeksi akut pada awal penyakitnya menyerupai DBD. Gejala khas seperti pendarahan pada kulit atau tanda pendarahan lainnya kadang terjadi hanya di akhir periode penyakit. Tragisnya bila penyakit ini terlambat didiagnosis, maka kondisi penderita sulit diselamatkan. Perjalanan penyakitnya sangat cepat, dalam beberapa hari bahkan dalam hitungan jam penderita bisa masuk dalam keadaan kritis. Untuk menghindari keterlambatan diagnosis DBD, maka perlu diketahui deteksi dini dan tanda bahaya DBD.

(23)

15

Berikut ciri-ciri dan gejala seseorang terkena DBD :

Mendadak panas tinggi selama 2 -7 hari, tampak lemah lesu, suhu badan antara 38-40°C. Pada demam berdarah, dikenal pola demam pelana kuda (demam beberapa hari naik lalu turun, dan naik kembali

sehingga menyerupai bentuk pelana kuda). Selain itu apabila panas

tersebut tidak disertai batuk, pilek dan sakit tenggorokan, atau di

lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit flu, maka perlu

dicurigai kemungkinan terkena DBD.

Sakit kepala, badan dan sendi terasa pegal dan linu

Tampak bintik-bintik merah pada kulit, dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang.

Kadang-kadang pendarahan di hidung (mimisan).

Perut tidak enak, ada rasa mual dan muntah. Jika sudah berat, buang air besar dan muntah bercampur darah.

Kadang-kadang nyeri pada ulu hati karena terjadi pendarahan di lambung.

Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, dan berkeringat.

Pemeriksaan laboratorium yang menunjang dugaan demam berdarah seperti turunnya trombosit (sel darah yang berperan untuk pembekuan darah), naiknya hematokrit (penunjuk kekentalan darah). Ada juga pemeriksaan jenis virus yang menyerang.

(24)

16

tersebut juga dapat memicu mekanisme dalam tubuh yang dapat menyebabkan faktor pembekuan darah, dan juga penurunan trombosit yang kurang dari 150.000. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-5. Karena masa paling kritis yang dapat menyebabkan kematian adalah pada saat penderita mengalami syok. Bisa dari akibat pendarahan yang banyak atau akibat kebocoran cairan tubuh yang tidak terlihat dari luar. Waktu yang paling kritis adalah hari-hari pertama setelah panas turun, bukan pada saat panas sedang tinggi-tingginya. Oleh karenanya pasien DBD yang dirawat di Rumah Sakit biasanya tidak diperbolehkan pulang dahulu walaupun suhu panas badannya sudah turun.

2.3.1. Profil Seseorang yang Dapat Terkena DBD

(25)

17

rumah, juga banyak dijumpai di sekolah, apalagi apabila keadaan kelas gelap dan lembab.

Menurut Aman B. Pulungan, dari RSIA Hermina Jati Negara, awalnya demam berdarah memang lebih banyak menyerang anak-anak, tapi sekarang telah terjadi pergeseran, orang dewasa yang terkena pun cukup banyak. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor daya tahan tubuh, seperti jika orang dewasa tersebut kurang menjaga kondisi tubuhnya seperti berolah raga dan pola makan yang tidak baik dan sehat dapat menyebabkan ketahanan tubuh seseorang menjadi berkurang, jenis makanan yang dikonsumsi sangat mempengaruhi kesehatan.

Apalagi pada zaman sekarang ini orang-orang cenderung menyukai hal-hal yang instan, termasuk dalam mengkonsumsi makanan seperti makanan cepat saji yang tidak terlalu baik dikonsumsi tubuh, apalagi jika dalam jumlah yang banyak. Hal lain yang bisa mempengaruhi kondisi tubuh ialah karena orang dewasa cenderung mudah didera stress, sehingga perhatian terdahap kondisi tubuh bisa jadi berkurang, seperti berkurangnya nafsu makan, kestabilan kondisi tubuh menjadi berkurang, dan lain-lain. Pengaruh kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, seperti di daerah perkotaan yang kadar polusinya sangat tinggi, sehingga orang dapat menghirup udara kotor yang sudah tercemar.

(26)

18

jika melakukan aktivitas seperti bekerja atau berkebun. Faktor daya tahan anak yang masih belum sempurna seperti halnya orang dewasa, agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena penyakit DBD dibandingkan orang dewasa. Di perkotaan, nyamuk sangat mudah terbang dari satu rumah ke rumah lainnya dari rumah ke kantor, atau tempat umum seperti tempat ibadah, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang dewasa pun menjadi sasaran berikutnya setelah anak-anak, terutama dewasa muda (18-25 tahun) sesuai dengan kegiatan kelompok ini pada siang hari di luar rumah. Walaupun demikian, pada umumnya penyakit DBD dewasa lebih ringan dari pada anak-anak.

(27)

19

Mengubur / menyingkirkan barang bekas Menutup tempat penampungan air

Menguras / membersihkan tempat penyimpanan air

Selain itu, pengasapan / fogging atau yang biasa disebut dengan penyemprotan DBD pun sering dilakukan dan diandalkan sebagai upaya dalam pemberantasan nyamuk DBD. Namun sistem pengasapan tersebut ternyata hanya membunuh nyamuk dewasanya saja, sedangkan jentik dan telur nyamuk sebagai bakal nyamuk lainnya tidak tersentuh oleh pengasapan. Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan ialah dengan menggunakan bubuk abate, juga dengan memelihara jenis ikan tertentu di dalam tempat penampungan air, sehingga jentik dan telur bakal nyamuk DBD tersebut bisa habis dimakan oleh ikan yang ditempatkan dalam tempat penampungan air tersebut. Namun penyuluhan pencegahan saja belum tentu dapat mengatasi masalah tersebut, peran aktif, nyata serta kontinyu oleh masyarakat merupakan usaha yang paling penting dalam menanggulangi masalah DBD ini.

2.3.3. Penanganan Demam Berdarah Dengue

(28)

20

gula-garam. Jika pada hari ketiga, demam masih juga belum turun, diajurkan untuk segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan trombosit.

Setelah seseorang mengetahui gejala awal seseorang terkena penyakit DBD, maka diperlukan penanganan dan perawatan yang cepat dan tepat agar penyakit tersebut tidak semakin parah. Karena ternyata penyembuhan DBD sangat tergantung pada perawatan dan penanganan yang cepat. Berikut pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada penderita DBD:

Memberikan minum sebanyak-banyaknya kira-kira 2 liter (8 gelas) dalam satu hari atau 3 sendok makan setiap 15 menit. Dengan memberikan minum yang banyak diharapkan cairan dalam tubuh tetap stabil.

Demam yang tinggi demikian juga mengurangi cairan tubuh dan dapat menyebabkan kejang pada penderita yang mempunyai riwayat kejang bila demam tinggi. Untuk menurunkan demam, beri obat penurun panas yang berasal dari golongan parasetamol atau asetaminophen. Tidak disarankan untuk diberikan jenis asetosal atau aspirin karena dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat bila terdapat pendarahan lambung.

Apabila penderita demamnya terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, karena kompres dingin dapat menyebabkan penderita menggigil.

Sebagai tambahan, untuk penderita yang mempunyai riwayat kejang demam di samping obat penurun panas dapat diberikan obat anti kejang.

(29)

21

atau demam tifoid (tifus). Oleh sebab itu diperlukan kontrol ulang ke dokter apabila demam tetap tinggi 3 hari terus menerus apalagi jika penderita bertambah lemah dan lesu. Untuk membedakan dengan penyakit lainnya seperti tersebut di atas, pada saat ini diperlukan pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah darah cenderung menjadi kental atau lebih.

Apabila keadaan penderita masih baik, artinya tidak ada tanda kegawatan dan hasil laboratorium darah masih normal, maka penderita dapat berobat jalan. Kegawatan masih dapat terjadi selama penderita masih demam sehingga pemeriksaan darah sering kali perlu diulang kembali.

Menurut Widodo Judarwanto menuliskan dalam website nya

mengenai “Demam Berdarah Dengue atau Bukan?” yakni, secara

(30)

22

mengurangi kemungkinan untuk tidak sampai pada keadaan yang lebih parah yang tidak diinginkan seperti kematian.

2.3.4. Kapan Penderita Dibawa ke Rumah Sakit

Seorang yang diduga menderita demam berdarah akan mengalami bahaya apabila mendapat syok dan pendarahan hebat. Untuk mencegah hal-hal tersebut, penderita dianjurkan dirawat di rumah sakit. Seseorang harus dirawat di rumah sakit apabila dianjurkan dirawat di rumah sakit dan menderita gejala-gejala di bawah ini:

a. Demam terlalu tinggi (lebih dari 39° C atau lebih) b. Muntah terus-menerus

c. Tidak dapat atau tidak mau minum sesuai dengan anjuran d. Kejang

e. Pendarahan hebat, muntah atau berak darah. f. Nyeri perut hebat.

g. Timbul gejala syok, gelisah atau tidak sadarkan diri, napas cepat, seluruh badan teraba dan lembab, bibir dan kuku kebiruan, merasa haus, kencing berkurang atau tidak sama sekali.

h. Hasil laboratorium menunjukan peningkatan kekentalan darah dan atau penurunan jumlah trombosit.

(31)

23

memperbesar kemungkinan untuk sembuh kembali. Apabila salah satu anggota keluarga menderita sakit demam berdarah, karena mudah menular melalui gigitan nyamuk, sebaiknya segera berobat untuk memastikan apakah tertular demam berdarah atau tidak.

2.4. Kasus Kematian yang Disebabkan oleh DBD

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat dalam salah satu situs web, penyakit DBD selalu ada sepanjang tahunnya. Dan kematian merupakan akibat yang dapat ditimbulkan dari penyakit DBD tersebut apabila penderita yang menunjukan gejala DBD tersebut terlambat untuk ditangani. Tidak hanya itu saja, beberapa kasus penyebab kematian berdasarkan data yang diperoleh ternyata juga dapat disebabkan karena salah persepsi bagi penderita gejala DBD tersebut. Demam tinggi merupakan salah satu gejala yang umum dirasakan seseorang terserang penyakit DBD, namun yang menyebabkan pada akhirnya penderita terlambat untuk ditangani sehingga dapat menimbulkan kematian dalam hal ini penderita kurang tanggap akan apa sebenarnya penyakit yang dialaminya tersebut dan dapat pula disebabkan kurang cepat dalam melakukan penanganan. Biasanya penderita mengira bahwa demam yang dialami merupakan demam tinggi biasa atau pun gejala penyakit lain seperti misalnya tifus. Apabila penderita memiliki daya tahan yang kurang dan lambatnya dalam melakukan penanganan maka hal tersebut dapat menimbulkan kematian bagi penderita. Namun jika seseorang memiliki daya tahan tubuh yang kuat, maka dapat memperkecil kemungkinan untuk tertular penyakit DBD tersebut.

(32)

24

penderita pada keadaan yang lebih parah dan menimbulkan kematian apabila didukung dengan ketahanan tubuh yang rendah. Sehingga kemungkinan kematian apabila seseorang terlanjur terjangkiti penyakit DBD tersebut akan dapat dihindari dengan perawatan dan penanganan yang cepat dan tepat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs “Suara Pembaruan” oleh Ruht Semiono, yakni data DBD dari Dinas Kesehatan Jawa Barat mengenai jumlah penderita DBD, kota Bandung merupakan kota yang paling banyak penderita DBD pada tahun 2009 sebanyak 5.292 penderita DBD.

Tabel 2.1. Jumlah penderita DBD di beberapa kota dan kabupaten di Jawa

Barat tahun 2009

(33)

25

2.5. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Penanganan DBD

Persepsi masyarakat dalam mengenai masalah yang ditimbulkan oleh DBD tentunya tidak selalu sama, dan akan berbeda satu dengan yang lain. Dari stimulus dan informasi yang diketahui akan mempengaruhi perilaku dan tindakan yang mereka ambil ketika harus dihadapkan dengan masalah DBD tersebut, terutama dalam melakukan penanganan seperti apa yang dilakukan.

2.5.1. Persepsi Masyarakat Dalam Penanganan DBD

Menurut Sandy (26), seorang karyawan suatu perusahaan dan juga salah satu responden yang pernah mengalami penyakit DBD mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan pola hidup bersih di lingkungan rumahnya, namun Sandy tidak menyangka akan sampai tertular penyakit DBD tersebut, padahal dirinya merasa lingkungan tempat tinggalnya sudah cukup bersih. Namun Sandy tersebut mengaku lebih banyak melakukan aktivitas sehari-harinya di luar rumah, seperti di kantor dan tempat lain ketika kumpul bersama teman-temannya dan hanya berada di rumah ketika malam hari.

(34)

26

masih tetap sehat dan tidak sampai tertular penyakit tersebut meskipun berada dekat di tempatnya tinggal. Daya tahan tubuh dan metabolisme yang baik dan kuat, memungkinan resiko untuk terkena DBD tersebut akan rendah. Oleh karena itu, apabila suatu keadaan tidak lagi menjamin untuk seseorang akan terhindar atau sampai terkena bahaya penyakit DBD walau segala bentuk pencegahan telah dilakukan, maka untuk menghindari keadaan tersebut kepada keadaan yang semakin parah seperti kematian yang dapat disebabkannya, maka kewaspadaan akan gejala dengan perawatan dan penanganan yang tepat disini sangat diperlukan dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Karena berat ringannya dampak yang akan ditimbulkan oleh DBD tersebut dapat dipengaruhi oleh suatu keadaan lingkungan dan kekuatan daya tahan tubuh atau metabolisme tubuh seseorang yang apabila tertular penyakit DBD tersebut.

2.5.2. Perilaku Mayarakat Pada Saat Terkena DBD

(35)

27

1) Dua puluh sembilan dari tiga puluh orang responden menjawab mengetahui apa itu demam berdarah dengue, dan sebagian menjelaskan penyebab demam berdarah tersebut yakni adalah nyamuk Aedes Aegypti. Berdasarkan data yang diperoleh, faktor penyebab DBD ialah virus dengue, namun cara penularannya kepada manusia ialah melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti.

2) Dua puluh empat dari tiga puluh responden menjawab pernah mengalami dan terkena DBD.

3) Dua puluh sembilan dari tiga puluh orang responden menjawab mengetahui ciri dan gejala seseorang terkena DBD, dan sisanya mengaku tidak tahu. Dan gejala dan ciri yang mereka sebutkan merupakan gejala yang biasa diperlihatkan jika seseorang terkena DBD, seperti demam yang tinggi, bintik merah di kulit, pegal serta linu pada tubuh.

4) Dua puluh delapan dari tiga puluh orang menjawab mengetahui cara pencegahan DBD seperti 3M dan sudah melakukan pencegahan, sedangkan satu orang lainnya mengaku mengetahui tapi belum melakukan pencegahan, lalu sisanya menjawab tidak tahu.

5) Dua puluh enam dari tiga puluh orang menjawab mengetahui apa yang harus dilakukan ketika mereka atau salah seorang anggota keluarga mereka mengalami demam selama 1-3 hari, yakni 12 responden memilih langsung diperiksakan ke dokter, 4 responden memilih untuk merawat/menanganinya sendiri seperti diberi obat penurun panas, dan 2 orang responden memilih untuk dibawa langsung kerumah sakit.

(36)

28

mereka terkena DBD. Ada yang memilih untuk cepat diperiksakan kedokter, ditangani sendiri, dan ada yang memilih untuk langsung dibawa kerumah sakit.

7) Dua puluh empat dari tiga puluh orang responden menjawab obat yang mereka berikan untuk seseorang yang terkena DBD adalah parasetamol. Enam orang lainnya memilih untuk memberikan asupan lain seperti sari kurma, atau memberikan obat berdasarkan resep dokter, sedangkan sisanya mengaku tidak tahu obat apa yang harus diberikan/digunakan.

8) Dua puluh delapan dari tiga puluh responden mengetahui untuk memberikan air minum sebanyak-banyaknya jika terkena DBD atau kepada penderita DBD, dan dua orang sisanya tidak mengetahui jika terkena DBD harus diberikan air minum sebanyak-banyaknya kira-kira 2 liter (8 gelas) dalam satu hari atau 3 sendok makan setiap 15 menit. Dengan memberikan minum yang banyak diharapkan cairan dalam tubuh tetap stabil.

9) Dua puluh enam dari tiga puluh orang responden memilih untuk memberikan kompres hangat untuk mengatasi demam tinggi karena DBD. Tiga orang responden memilih untuk memberikan kompres dingin, sedangkan seorang responden tidak tahu harus memberikan kompres seperti apa. Menurut informasi dari data yang diperoleh, seseorang yang mengalami demam tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, karena kompres dingin dapat menyebabkan penderita menggigil.

(37)

29

hari. Sedangkan satu orang sisanya menjawab untuk tidak perlu memeriksakan apabila dirasa penanganan sendiri sudah cukup. Menurut data yang diperoleh mengenai penanganan DBD, kegawatan masih dapat terjadi selama penderita masih demam sehingga pemeriksaan darah sering kali perlu diulang kembali. Sehingga sangat diperlukan untuk berjaga-jaga.

Untuk selebihnya dapat dilihat dari grafik berikut:

Grafik 2.1 Pengetahuan responden terhadap DBD

Grafik 2.2 Responden yang pernah/tidak pernah terkena DBD

Grafik 2.3 Pengetahuan responden yang mengetahui/tidak mengetahui

ciri dan gejala DBD Tahu

Tidak tahu

Tidak pernah terkena DBD

Pernah terkena DBD

Tahu

(38)

30

Grafik 2.4 Pengetahuan responden mengenai cara pencegahan DBD

Grafik 2.5 Pengetahuan responden mengenai apa yang harus dilakukan

apabila terkena DBD

Pada grafik 2.5 rata-rata semua responden mengetahui apa yang harus dilakukan apabila mereka atau salah seorang anggota keluarga mereka terkena DBD, tetapi meskipun mereka mengetahui apa yang harus dilakukan tersebut, tidak semua merupakan jawaban yang tepat untuk dilakukan.

Sehingga kesimpulan yang didapat dari jawaban kesepuluh responden tersebut adalah, responden rata-rata sudah mengetahui tentang apa itu DBD, pencegahannya serta penanganannya, tetapi dari jawaban tersebut tidak sepenuhnya menjawab dengan tepat apabila disesuaikan dengan data mengenai DBD mengenai cara pencegahan dan penanganannya yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan. Responden cenderung untuk memberikan penanganan berdasarkan apa yang telah diketahui dan diyakini dapat membantu responden dalam penanganan DBD dengan cara mereka masing-masing diluar dari cara penanganan yang mereka ketahui itu sudah yang paling tepat

(39)

31

atau bukan. Maka untuk menghindari bentuk penanganan yang salah dan belum tentu efektif tersebut, maka dirasa perlu untuk lebih ditingkatkan lagi pengetahuan mereka mengenai informasi cara penanganan yang cepat, tepat, dan efektif ketika seseorang terkena DBD kepada masyarakat.

2.6. Khalayak Sasaran

Dilihat dari tempat-tempat dimana nyamuk penyebar DBD tersebut merupakan di daerah yang padat penduduknya, dan yang melakukan penanganan awal setidaknya ialah orang dewasa terdekat dengan penderita, maka dibuatlah target sasaran seperti berikut ini:

a. Demografis

Usia : 18 – 40 tahun.

Karena pada usia tersebut cenderung cara berpikir, merespon dan melakukan suatu hal secara lebih bijak.

Jenis Kelamin : Pria dan wanita

Karena DBD dapat menyerang pria, wanita anak-anak dan dewasa tanpa pandang bulu, dan penanganan pun dapat dilakukan baik oleh pria atau wanita.

Pekerjaan : Ibu rumah tangga, mahasiswa, dan karyawan. Karena biasanya orang dewasa yang paling dapat diandalkan apabila dihadapkan pada masalah yang memerlukan penanganan yang serius.

(40)

32

Berdasarkan kemampuan mereka dalam menyerap suatu bentuk informasi.

S.E.S : Kalangan menengah.

Berdasarkan bobot informasi yang akan disampaikan, tingkat pemahaman dan daya beli lebih sesuai untuk masyarakat minimal dari kalangan menengah.

b. Geografis

Wilayah : Bandung, lingkungan perkotaan.

Karena kota Bandung merupakan kota yang padat penduduk dan menjadi pusat berbagai aktivitas.

c. Psikografis

(41)

33

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

Strategi perancangan sebagai media informasi dalam menyampaikan pesan kampanye ini, yakni dengan melakukan suatu proses perancangan secara umum dengan menampilkan konsep desain visual yang menggambarkan secara formal mengenai informasi gejala dan penanganan DBD.

3.1.1. Strategi Komunikasi

(42)

34

3.1.1.1. Tujuan Komunikasi

Tujuan Komunikasi yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: Meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap DBD dengan lebih mengenali ciri serta gajala awal DBD yang seringkali menyerupai gejala penyakit lain.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat agar sigap dan tanggap dalam melakukan cara penanganan yang cepat dan tepat yang sebaiknya dilakukan apabila dihadapkan dengan penyakit DBD.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyembuhan DBD yang sangat tergantung pada kecepatan penanganannya, sehingga persepsi tentang melakukan pencegahan saja belum tentu dapat menghindarkan masyarakat sepenuhnya dari ancaman DBD. Namun juga perlu diimbangi dengan pengetahuan ciri dan gejala, serta penanganan yang sebaiknya dilakukan ketika harus dihadapkan dengan masalah DBD.

Mengurangi resiko terjadinya korban kematian karena DBD.

3.1.1.2 Pesan Utama / Tema Dasar Komunikasi

(43)

35

disebabkan oleh DBD dapat diantisipasi dengan baik tersebut diharapkan dapat memperkecil kemungkinan terparah yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DBD.

3.1.1.3 Materi Pesan

Materi pesan mengacu pada tujuan dari perancangan komunikasi ini, yakni memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal sebagai berikut:

Mengingatkan masyarakat agar selalu tanggap dan tidak menyepelekan gejala DBD yang menyerupai gejala penyakit umum lainnya yang memiliki gejala awal yang seringkali terlihat menyerupai gejala penyakit lainnya yang biasanya disebabkan oleh virus.

Pentingnya melakukan penanganan DBD secara cepat dan tepat, karena penyembuhannya sangat tergantung pada kecepatan perawatan. Karena kesembuhan DBD tergantung pada kecepatan penangannya.

Memberikan informasi mengenai cara teknis penanganan untuk orang yang terkena DBD tepat.

3.1.2. Strategi Kreatif

(44)

36

dan cepat oleh khalayak sasaran dengan mudah. Kaitannya dengan kampanye DBD disini ialah, menyampaikan pesan secara langsung melalui gambaran visual seputar ciri dan gejala awal DBD serta cara melakukan penanganannya menggunakan ilustrasi secara realis dengan menggunakan teknik digital painting guna menarik perhatian masyarakat.

Diharapkan dengan menggunakan visual ilustrasi secara realis dengan digital painting yang diterapkan ke dalam media yang telah ditentukan akan dapat memberikan kesan yang lebih mendalam melalui pewarnaan dan penggambaran yang sekiranya tidak akan cocok dan sesuai apabila menggunakan visual seperti fotografi, sehingga pesan melalui ilustrasi tersebut dapat lebih menarik dan menggambarkan apa yang ingin disampaikan kepada khalayak sasaran secara singkat, padat, dan jelas agar mudah diserap dan dimengerti.

3.1.3. Strategi Visual

Strategi visual yang diterapkan pada media kampanye ini adalah: Logo

Menggunakan logo sebagai identitas yang akan digunakan pada media-media promosi, sehingga media tersebut memiliki identitas yang jelas.

(45)

37

Visualisasi logo kampanye tersebut merupakan bentuk penyederhanaan dari gambar nyamuk Aedes Aegypti sebagai penyebar virus dengue yang menularkan penyakit DBD pada manusia yang digigitnya. Berikut adalah tahapan transformasi bentuk logo :

Gambar 3.2. Trasformasi logo kampanye

Lingkaran merah diambil dari lampu merah yang menggambarkan kewaspadaan dan hati-hati terhadap bahaya. Kaitannya disini ialah waspada terhadap resiko dari penyakit DBD yang apabila tidak di kenali gejalanya dengan segera dan dilakukan penanganan dengan cepat dan tepat dapat memunculkan resiko kematian. Logo tersebut disusun menyatu dengan tagline sebagai satu kesatuan yang berbunyi

“Tangani Dengan Cepat & Tepat” berasal dari pesan utama yakni “Pentingnya melakukan penanganan dengan cepat dan tepat”, kemudian menjadi sebuah keyword yakni “Cepat dan Tepat”, hingga disimpulkan menjadi sebuah tagline yakni

(46)

38

Tipografi

Tipografi yang digunakan pada tagline, headline, serta body copy secara keseluruhan pada media adalah menggunakan jenis huruf font “Century Gothic”. Pemilihan jenis huruf tersebut karena bentuk hurufnya yang terkesan tegas dengan diberi bold sebagai kesan formal, untuk menyeimbangkan bunyi pesan yang akan disampaikan, karena DBD merupakan masalah serius yang harus ditangani dengan serius.

Jenis huruf Century Gothic:

(47)

39

merah, sehingga kesan dari arti warna merah pada lingkaran serta tagline lebih terlihat lebih muncul dan dominan.

Ilustrasi

(48)

40

Tabel 3.1. Referensi Visual

Sumber referensi gambar : google.com

3.2. Konsep Visual

(49)

41

menangkap pesan yang akan disampaikan. Berikut konsep yang dibuat sebagai berikut :

3.2.1 Format Penyampaian

Gaya bahasa yang digunakan yakni singkat, sederhana dan tegas serta terkesan formal, karena informasi serta pesan yang disampaikan merupakan masalah yang serius karena kaitannya dengan kesehatan dan resiko kematian yang ditimbulkan karena DBD.

Untuk gaya visualnya yakni penggambaran secara realis dengan format digital painting. Ilustrasi secara realis pada dasarnya menggambarkan sesuatu yang menyerupai keadaan, kondisi, situasi, atau objek sebenarnya. Serta penggambaran secara realis tersebut dituangkan kedalam bentuk visual yang akan diterapkan kepada media kampanye dengan menggunakan teknik penggambaran digital painting.

Visualisasinya sendiri menggambarkan seseorang yang sedang memperlihatkan gejala awal yang biasa ditimbulkan oleh DBD. Demam berdarah dapat menyerang siapa saja, anak-anak, dewasa, pria dan wanita. Oleh karena itu visualisasinya menampilkan figur-figur tersebut yang sedang menggambarkan gestur dan kondisi yang mewakili seseorang pada saat awal terkena DBD.

Layout

(50)

42

Tipografi

Tipografi yang digunakan secara keseluruhan pada media, yakni headline serta body copy sebagai kalimat penjelasan dan paragrap yang berisi uraian penjelasan menggunakan satu jenis huruf atau font yang sama, yakni “Century Gothic” karena terkesan sederhana, serius dan formal. Untuk Ukurannya sendiri disesuaikan berdasarkan tingkat keterbacaan untuk setiap media yang digunakan.

Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan pada media digambarkan secara realis berdasarkan objek asli yang digambar kembali menggunakan teknik digital painting. Digambarkan secara realis dengan tujuan untuk menarik perhatian khalayak khususnya khalayak sasaran, untuk mengurangi kesan terlalu serius atau ketegangan pada saat melihat gambar. Ilustrasi pada setiap media hanya menggunakan satu objek (pria, wanita, anak-anak, dewasa) yang mewakili gambaran visual umum orang yang sedang terkena gejala awal DBD. Objek visual selalu ditempatkan ditengah dan areal bersih di belakangnya untuk menonjolkan ekspresi atau gestur visualnya, agar lebih mengena.

Warna

(51)

43

body copy, serta elemen visual menggunakan warna sebagai berikut:

Gambar 3.3. Warna yang digunakan pada media

3.3. Strategi Media

Pemilihan media yang akan digunakan untuk menyampaikan informasi adalah media yang mudah dijumpai dan berada di sekitar khalayak sasaran yang dituju. Media yang digunakan antara lain:

Poster

Poster merupakan media cetak visual dari kertas yang ditempelkan pada suatu bidang yang datar, dan dapat ditempatkan di berbagai tempat dan sudut kota, sehingga khalayak sasaran dapat melihatnya saat sedang melakukan aktivitas diluar rumah sebagai sarana iklan yang efektif serta praktis.

Iklan Surat Kabar / Koran

(52)

44

Leaflet

Dipilih sebagai media utama. Karena leaflet merupakan media yang praktis dan mudah dibawa karena bentuknya yang dapat dilipat dan ketebalannya yang tipis. Digunakan agar pesan kampanye dapat dijelaskan secara singkat namun mendetail kepada masyarakat. Leaflet biasanya dibagikan secara percuma pada khalayak sasaran. Biasanya seseorang akan melihat informasi tersebut secara sekilas dan pokok tertentunya saja, oleh karena itu dipilihlah media leaflet karena isinya yang disusun secara singkat, namun padat dan tertuju pada pokok pesan utama yang ingin disampaikan.

Spanduk

Ukuran spanduk yang besar dan dapat dipasang di luar, seperi di jalan raya ketika orang-orang melakukan aktifitas diluar rumah dan dengan menggunakan kendaraan, karena dipasang pada ketingggian yang mudah dilihat dari kejauhan.

Brosur

Media informasi yang didalamnya memuat uraian singkat mengenai isi pokok pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk selembar kertas yang bisa dibagikan kepada khalayak sasaran.

Baliho

(53)

45

Iklan Web

Mengingat internet merupakan sarana informasi online yang memuat segala macam informasi yang terdapat didalamnya dan dapat diakses kapan saja dan oleh siapa saja, maka media iklan web dirasa cukup efektif untuk menyampaikan pesan kampanye.

Stiker

Media yang berisi pesan berupa tulisan ataupun gambar visual yang dapat direkatkan atau ditempel di permukaan yang rata. Dapat ditempel dimana saja sehingga orang-orang dapat melihat isi pesan tersebut sewaktu-waktu.

Ambient

Ambient merupakan media tidak berstruktur yang mengambil objek yang telah ada untuk diterapkan pada objek tersebut yang biasanya ada disekeliling yang digunakan untuk meyampaikan pesan.

Pin

Digunakan sebagai hiasan atau gimmick, berukuran kecil dan mudah dibawa kemana-mana. Diberikan kepada khalayak sasaran dengan jumlah terbatas, berupa gambar berisikan pesan singkat berupa kata-kata atau gambar visual. Dipakai dengan cara dikaitkan pada permukaan pakaian ketika dipakai, di tas, dan lain-lain. Diberikan kepada khalayak sasaran secara percuma dalam jumlah terbatas dan pada waktu tertentu.

Kalendar

(54)

46

Gantungan Kunci

Benda kecil yang sering di kaitkan pada kunci atau sebagai hiasan pada tas, dan lain-lain. Merupakan gimmick yang mudah dibawa secara mobile kemanapun. Diberikan kepada khalayak sasaran secara percuma dalam jumlah terbatas dan pada waktu tertentu.

Adapun jadwal untuk melakukan penyebaran media kampanye yang menjadi pertimbangan waktu kampanye, yakni dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu:

Tahapan pertama

Pada bulan Agustus merupakan tahap awal penyebaran media. Yaitu penyebaran media seri pertama untuk iklan, poster, iklan surat kabar, iklan web, ambient, spanduk dan baliho. Tujuannya untuk mengingatkan dan memunculkan kesadaran untuk waspada DBD melalui gejalanya. Dimana menurut Faziah A. Siregar, pada bulan tersebut berdekatan dengan bulan September yang secara nasional penyakit DBD di Indonesia setiap tahun terjadi pada bulan September sampai dengan Februari dengan puncaknya pada bulan Desember atau Januari yang bertepatan pada waktu musim hujan. Akan tetapi untuk kota besar, seperti Bandung sebagai wilayah kampanye, musim penularan musim penularan terjadi pada bulan Maret sampai dengan Agustus dengan puncak terjadi pada bulan Juni atau Juli.

Tahapan Kedua

(55)

47

dihadapkan dengan DBD pada media seperti brosur, leaflet, baliho, dan spanduk.

Tahapan Ketiga

Penyebaran media pada bulan Maret hingga Juli dilakukan penyebaran media secara keseluruhan, seri pertama, dan kedua.

3.4. Strategi Distribusi

3.4.1. Pertimbangan Dasar Distribusi

Agar pendistribusian dapat benar-benar sampai kepada target yang dituju sehingga tepat sasaran, pendistribusian media membutuhkan kerjasama dengan departemen kesehatan Jawa Barat, khususnya untuk wilayah kota Bandung, dan juga bekerjasama dengan lembaga lainnya yang dapat mendukung distribusi tersebut, yakni PT. Kimia Farma yang mempunyai misi dalam menyehatkan masyarakat Indonesia yang berperan sebagai penyandang dana kampanye.

3.4.2. Jalur Distribusi

(56)

48

(57)

49

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIK PRODUKSI

4.1. Teknis Media dan Cetak

Teknis pembuatan media kampanye pada menggunakan teknik ilustrasi yang digambar secara realis yang memperlihatkan visual yang mendetail dan mendekati aslinya. Pewarnaan gambar menggunakan software komputer yakni photoshop CS2. Sedangkan untuk elemen tambahan, logo, headline serta body copy menggunakan software Corel Draw X3. Untuk media cetak menggunakan warna CMYK, sedangkan untuk iklan website menggunakan warna RGB.

4.1.1. Material Produksi Media

Adapun material yang digunakan pada produksi media kampanye tertera seperti rincian sebagai berikut:

a) Media Utama:

Leaflet

(58)

50

Gambar 4.2. Leaflet Tahap 2

Ukuran : 21 X 21,5 cm Material : Art Paper 100 gr Teknis Cetak : Separasi

(59)

51

b) Media Pendukung

Poster

Gambar 4.3. Poster

Gambar 4.4. Poster Ukuran : 42 X 59,4 cm

Material : Art Paper 100 gr Teknis Cetak : Separasi

(60)

52

Brosur

Gambar 4.5. Brosur

Ukuran : 16 X 21 cm Material : Art Paper 240 gr Teknis Cetak : Separasi

(61)

53

Iklan Koran

Gambar 4.6. Iklan Koran

Ukuran : 37,8 X 23 cm Material : HVS 70 gr Teknis Cetak : Separasi

Media Iklan Koran disebarkan pada tahap pertama sampai terakhir waktu pelaksanaan kampanye. Isinya tidak jauh berbeda dengan poster karena berisikan pesan untuk waspada dan tanggap gejala DBD.

Spanduk

(62)

54

Ukuran : 2 X 0,5 m

Material : Front Lite 340 gr Teknis Cetak : Separasi

Spanduk disebarkan pada tahapan pertama, kedua dan ketiga waktu pelaksanaan kampanye.

Baliho

Gambar 4.8. Baliho

Ukuran : 4,8 X 8 m

Material : Front Lite 340 gr Teknis Cetak : Separasi

(63)

55

Iklan Website

Gambar 4.9. Iklan Website

Ukuran : 3 X 11,5 cm

Media iklan website digunakan selama waktu pelaksanaan kampanye.

Stiker

Gambar 4.10. Stiker

Ukuran : 10,5 X 5 cm Material : Stiker Glossy Teknis Cetak : Separasi

(64)

56

Ambient 1

Gambar 4.11. Ambient 1

Ukuran : 28 X 40 cm Material : Stiker Glossy Teknis Cetak : Separasi

Media stiker bus sebagai ambient digunakan pada setiap tahapan selama waktu pelaksanaan kampanye berlangsung. Agar masyarakat yang melakukan aktifitas secara mobile baik sedang dalam perjalanan, maupun sedang berpariwisata out door sekalipun tetap waspada dan menumbuhkan kesadaran saat melihat ambient tersebut.

Ambient 2

(65)

57

Ukuran : Disesuaikan Material : Stiker Glossy Teknis Cetak : Separasi

Ambient kedua digunakan pada setiap tahapan waktu pelaksanaan kampanye berlangsung. Ambient di atas dipilih berdasarkan aktifitas, dan tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi khalayak sasaran. Seperti pada cermin di toilet umum. Ketika sedang bercermin maka pesan visual seakan memperagakan keadaan seseorang saat memperlihatkan gejala dan ketika melakukan penanganan DBD.

Pin

Gambar 4.13. Pin

Ukuran : 5 X 8 cm Material : Talent Plastic Teknis Cetak : Separasi

Pasca Cetak : Inject laminasi Doff

(66)

58

kesehatan, untuk diberikan kepada pengunjung/audiens. Jumlah terbatas.

Gantungan Kunci

Gambar 4.14. Gantungan Kunci

Ukuran : 4 X 7 cm Material : Talent Plastic Teknis Cetak : Separasi

Pasca Cetak : Inject laminasi Doff

(67)

59

Kalendar

Gambar 4.15. Kalendar

Ukuran : 29,7 x 42cm Material : Art Paper Terknis Cetak : Separasi

(68)

60

DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. (2009). Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Afriyadi F. 2009 (3 April). Musim Kemarau DBD Perlu Di Waspadai. Tersedia di: http://www.radarlamteng.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=3& artid=1323 [8 April 2010]

CDC. 2003 (). XAFB Public Health traps mosquitoes from April through October. Tersedia di:

http://www.phsource.us/PH/ME/PH_Entomology/X_AFB_Mosquitoes.htm [14 Januari 2010]

Fatmawaty. 2009 (24 Agustus). Demam Berdarah Dengue. Tersedia di: http://www.kulinet.com/baca/demam-berdarah-dengue/97/ [27 Oktober 2009]

Godam. 2008 (10 Juni). Pengertian Masyarakat Unsur dan Kriteria Masyarakat Dalam Kehidupan Sosial Antar Manusia. Tersedia di:

http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia [26 Maret 2010]

LSD. 2009 (9 Januari). Demam Berdarah Tetap Mengancam. Tersedia di: http://www.cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/09/10330368/demam.berdarah. tetap.mengancam [27 Oktober 2009]

(69)

61

Mother & Baby. 2004 (3 Februari). Waspada Penyakit Demam Berdarah. Tersedia di:

http://portal.cbn.net.id/cbprtl/common/ptofriend.aspx?x=MotherAndBaby&y=cyb erwoman|0|0|8|690 [8 April 2010]

Muhlisin Abi. 2006 (September). Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Singopuran Kartasura Suroharjo. Tersedia di:

http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.9_Gede Suarta_01_09.pdf [14 Oktober 2009]

Namia G. 2010 (8 April). Mari Cegah Demam Berdarah. Tersedia di: http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=i_opi&xid=74 [8 April 2010]

Saroso Sulianti. 2005 (21 Maret). Demam Berdarah. Tersedia di: http://www.infeksi.com [22 Desember 2009]

Semiono R. 2010 (19 Januari). Bekasi Peringkat Kedua Kasus DBD. Tersedia di: http://suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=13157 [30 Maret 2010]

Rohman Mayshudi Fatkhur. 2010 (19 April). Awas Demam Berdarah Dengue (DBD). Tersedia di:

(70)

62

(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)

Gambar

Grafik  2.1. : Pengetahuan Responden Terhadap DBD ………………..…..
Gambar 2.1. Nyamuk Aedes Aegypti
Gambar 2.2. Nyamuk Aedes Albopictus
Tabel 2.1. Jumlah penderita DBD di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat tahun 2009
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kepadatan populasi dan distribusi ukuran cangkang kerang lokan ( Rectidens sp.) di perairan Tanjung Mutiara

Jadi dapat disimpulkan siswa SMP Non Unggulan yang berkategori baik sekali (BS) yaitu (17%), dan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa yang mengikuti kegiatan

Pada kombinasi perlakuan konsentrasi Na-alginat paling besar yaitu 2% dan lama penyimpanan 20 hari, penurunan pH dan kenaikan total asam (%) paling kecil karena kekuatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan penyaluran dana zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Teknik analisis yang digunakan adalah

Pada penelitian ini menggunakan algoritma naïve bayes disertai information gain sebagai metode seleksi fitur dan metode adaboost sebagai teknik untuk memperbaiki tingkat

[r]

Pemberian TAKS pada responden dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap dan dilaksanakan dalam tujuh sesi yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa silase klobot jagung mempunyai kualiatas yang sama dengan rumput dan pemberian silase klobot jagung pada ransum domba