• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa Pada Masyarakat Pasisi Barus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa Pada Masyarakat Pasisi Barus"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

K;ifiaIJ LiIlgui5lik, FebJU;m'2()J3, 13.9-1S2 Tahml kc-1

f!.

iVo J CopJriJ,7bt rD2013 .. PmgnJm Sllidi liiセALイャャQウエゥォ@ .51>-,5 EST'; LS:5iV 16:93·4bur)

KEARIFAN LOKAL KESANTUNAN BERBAHASA PADA MASYARAKAT

PASISI

BARUS

Yenny Puspita Saragih yennyagih(ii{gmail.com

Robert Sibarani FIB Universitas Sumatera Utara

Abstract

This study is entitled The Local Wisdom in Language Politeness of Pastsi Baros Society. This is the study of anthropolinguislic as an interdisciplinary field which studies language as a cultural resource and speaking as a cultural practice by using pragmatic approach The objectives of this study are: 1) to explain language politeness strategies in the utterances of Pasisi Barus Society, 2) to describe the pattern of language politeness of Pasisi Barus society, and 3) to explain the local wisdom in language politeness of Pastsi Baros SOciety. The theory used in this study was language politeness based on Brown and Levinson and speech acts theory of Searle. The method of this study was qualitative method After the analysis of the results obtained of data showed that language politeness of Pasisi Baros Society in the family and neighborhood interaction is realized in jlVe forms of speech act, they are: 1) rejiLSing, 2) requesting, 3) commanding. 4) prohibiting, and 5) offering. The strategies of realizing language politeness used by Pastsi Baros Society are: 1) giving reason, 2) pessimistic, 3) being indirect, 4) apologizing. 5) thanking, 6) postponing, 7) using hedges, and 8) minimizing imposition. Based on these strategies, there are ten patterns used by Pasis; Barus Society in expressing language' politeness. 171e language politeness reflects two wisdomS, they are: 1) avoiding coriflict and 2) tolerable. The local wisdoms reflected in the language politeness of Pasisi BaniS Society are taught by the eldesJ to the youngest by implementing the language politeness in daily communication.

Key Word: Local Wisdom, Language Politeness, Speech Acts, Pasisi Baros Society, Anthropolinguistic, Pragmatic.

PENDAHULUAN

Bahasa yang pada dasarnya berfungsi sebagai alat komunikasi untuk saling bertukar informasi, juga menjadi perekat hubungan antara pembicara dan pendengar. Untuk dapat merekatkan hubungan antara pembicara dan pendengar dalam suatu peristiwa tutur, penutur dan petutur diharapkan meng."ounakan bahasa yang santun. Dengan menggunakan bahasa yang santun, kemungkinan teIjadinya konflik akan semakin kecil sehingga perselisihan yang saat ini semakin marak kita saksikan baik di televisi maupun di Iingkungan sekitar kita dapat dihindari dan suasana damai akan lebih mendominasi kehidupan ini. Fenomena berbahasa yang terlihat saat ini sangat membuat miris perasaan. Masalah kesantunan berbahasa kurang menjadi perhatian di masyarakat sehingga tak jarang ketidaksantunan dalam berbahasa terjadi daJam komunikasi sehari-hari. Ketidaksantunan daJam berbahasa yang teljadi di masyarakat cenderung dilakukan oleh remaja. Contoh tuturan yang menunjukkan ketidaksantunan berbahasa berikut ini adalah tutu ran seorang siswa yang merasa tidak terima dengan hukuman yang diberikan salah seorang guru kepadanya.

A: Elok-elok muncung Bapak lu mangeccek. (Bagus-bagus muncung Bapak kalau berbicara)

(2)

YemJy Pu.pita Sanlgih

hubungan erat yang tak dapat dipisahkan satu sarna lain. Untuk mempelajari suatu bahasa, mau tak mau kita juga harus mempelajari budaya penutur bahasa tersebut sebab bahasa hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya (Sibarani, 2004: 65). Seperti kata kepeng memiliki makna yang berbeda jika dibandingkan antara bahasa Pesisir yang penuturnya terdapat di Sibolga dan sebagian Tapanuli Tengah (Sumatera Utara) dengan bahasa Mjnangkabau (Sumatera Barat). Dalam bahasa .Pesisir kata kepeng bermakna '"uang' atau <dui!, sedangkan bagi masyarakat Minang kata tersebut merupakan kata yang tabu diucapkan sebab kata tersebut merujuk pada organ tubuh yang lazim ditutupi oleh pakaian sehingga tidak sopan diucapkan di depan orang lain. Kesantunan berbahasa dalam bahasa rakyat (folk speech) sebagai bagian dari kebudayaan daerah di nusantara ini merupakan salah satu wujud dari tradisi lisan yang selayaknya ditumbuhkembangkan untuk menemukan kembali pedoman-pedoman leluhur yang terdapat pada kebudayaan penutur bahasa tersebut. Mela1ui tradisi lisan bahasa rakyat, yang dalam hal ini berupa bahasa tutur, kita dapat menggali kearifan 10kal yang terdapat pada kebudayaan penutur bahasa tutur tersebut untuk dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif untuk menjawab permasalahan bangsa saat ini yang tak lepas dari ancaman disintegrasi akibat teIjadinya konflik-konflik sosial yang salah satu penyebabnya adaIah hiIangnya niIai-niiai kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi.

Penggalian kearifan lokal dalam suatu kebudayaan memiliki arti penting dalam upaya untuk keberlanjntan kebudayaan tersebut. Terlebih lagi di tengah modernisasi yang disebabkan oleh globalisasi menjadi penyebab bergesernya nilai-nilai budaya lokal yang berganti dengan budaya asing yang berkembang begitu pesat di dalarn kehidupan masyarakat Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Dalarnpenelitian ini penulis bermaksud untuk menemukan dan menggali kearifan lokal dalam kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus yang disimpuIkan dan ditafsirkan dari bahasa tutur masyarakat tersebut. Barns merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara, yang menurut para sejarawan kebudayaannya teJah dimulai sejak pertengahan abad 9 M. Bahasa tutur atau bahasa rakyat (folk speech) yang digunakan masyarakat Barns saat ini adalah bahasa Pesisir (Pasisi) yang merupakan kombinasi bahasa Melayu, Batak dan Minang. Penutur bahasa Pesisir ini tersebar di daerah-dae.rah pesisir pantai Bamt Sumatera dari Singkil (Nangroe Aceh Darussalam) hingga Natal (Madina, Sumatera Utara). Namun, Bahasa Pesisir yang digunakan masyarakat Barus memiliki perbedaan dan ciri khas dibandingkan dengan penutur bahasa Pesisir di Sibolga, Sorkam, dan daerah lainnya. Dalam usaha untuk menemukan kearifan lokal dalam bahasa tutur masyarakat Barns, penelitian ini difokuskan untuk menemukan strategi pembentukan kesantunan berbahasa, pola kesantunan berbahasa dan kearifan 10kal dalam kesantunan berbahasa daJam bahasa tutur pada masyarakat Pasisi Barns. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai kesantunan berbahasa yang berasal dari data bahasa daerah memperkaya khazanah penelitian tentang bahasa-bahasa daerah di Indonesia dan dapat menjadi salah satu usaha untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda khnsusnya kesantunan bahasa pada budaya masyarakat Barns yang telah mu)ai tergerus modernisasi yang berpotensi menggeser niJai-niJai budaya JokaJ dan menggantinya dengan budaya asing dari luar.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Kesantunan

(3)

-KaJiall lゥョァオゥセエゥォL@ TaIlllIl ke- 10. iVo 1 f'cbruaIi 20 I 3

yang berkeinginan agar ia dibargai dengan jaJan memberikannya kebebasan dari keharusan melakukan sesuatu (Sibarani, 2004: 180-181). Karena ada dua sisi muka yang terancam, maka kesantunan pun dibagi menjadi dua, yaitu kesantunan positif (untuk menjaga muka positif) dan kesantunan negatif(untuk menjaga muka negatif).

Brown dan Levinson merinci strategi kesantunan positif ke daIam 15 subkategori: 1) memberi perhatian (notice); 2) melebihkan dalam memberi komentar atau pujian (exaggerate);

3) menegaskan (mtensiJY); 4) menggunakan penanda sebagai anggota kelompok yang sama (use in-group identity markers); 5) mengupayakan kesepakatan (seek agreement); 6) mengbindari perbedaan pendapat (avoid disagreement); 7) mengisyaratkan kesamaan pandangan (presuppose common ground); 8) menggunakan lelucon (joke); 9) menampilkan pengetahuan penutur dan mempertimbangkan keinginall pellutur (assert S'knowledge and concern for H's wants); ]0)

mellawarkan, betjallji (offer, promise); 11) bersikap optimis (be optimistic); 12) menyertakan penutur dan petutur dalam kegiatan (include both Sand H in the activity); 13) memberi atau meminta alasan (give reasons); 14) mellerima atau mellampilkan sikap timbal baIik atau saling

(assume or assert repciprocity); 15) memberi hadiah pada petutur (give gifts to H). Sementara strategi kesantunan linguistik negatifterdiri dari 10 strategi, yakni: 1) menggunakan ujaran tidak Jangsung (be conventionally indirect); 2) pertanyaan, kaIimat berpagar (question, hedge); 3) bersikap pesimis (be pessimistic); 4) meminimalkan tekanan (minimize imposition); 5)

memberikan penghormatan (give deference); 6) meminta maaf (apologize); 7) menghindarkan penggunaan kata 'saya' dan 'kamu' (impersonalize Sand H: avoid the pronOlm I and You); 8) menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang bersifat umum (state the FTA as a general rule); 9) nominalisasi Hョッュゥョ。ャゥコ・Iセ@ 10) menyatakan terus terang penlltur berhutang budi kepada petutur (go on records).

Terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala tersebut ditentukan secara kontekstual, sosial dan kultura1.

1) Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur (social distance between speaker and hearer) banyak ditentukan oJeh parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokulturaI.

2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the speaker and hearer relative power) didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur.

3) Skala peringkat tindak tutur (rank rating) didasarkan atas kedudukan reJatif tindak tutnr yang satu dengan tindak tutur lainnya. Misainya menelpon seseorang lewat jam 10 malam akan dianggap tidak sopan dan bahkan melanggar norma kesantunan. Namun hal yang sarna dapat dianggap santun pada situasi genting seperti mengabarkan berita duka cita, musibah, saki!, dan sebagainya.

Teori Tindak Tutur

Searle (dalam Rahardi, 2005:36) menggolongkan tindak tutur iIokusi itu ke dalam lima macam bentuk tutllran yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Asertif (Assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual

(boasting), mengeluh (complaining), menoJak, (declining), dan mengklaim (claiming).

2. Direktif (Directives), yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar S1 mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (ordering),

memerintah (commanding), memohon/meminta (requeS(;l1g), melarang (prohibiting),

menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending).

3. Ekspresif (Expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atall menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih

(thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan

(blaming), memuji (praising), berbelasungkawa (condoling).

(4)

I'eImy Puspita SaJ-agih

4. Komisif (Commissives), yakni bentuk tutu ran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misaJnya beIjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu

(offering).

5. Deklarasi (Declarations), bentuk tutu ran yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misaluya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), menbaptis (chistening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommicating), dan menghukum

(sentencing).

Penelitian ini berpijak pada kajian antropolinguistik dan pragmatik karena mengkaji kesantunan beTbahasa masyarakat Pasisi Barns yang dikaitkan dengan budaya masyarakat penutur bahasa tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di empat desa di Kecamatan Baros, yaitu Desa Pasar Batu Gerigis, Desa Kampung Solok, Desa Pasar Tarandam dan Desa Kade Gadang. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung kesantunan berbahasa menurut teori Brown dan Levinson (1987). Yang diambil dan infonnan yang terdiri atas empat keluarga yang tinggal di empat desa yang menjadi lokasi penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah met ode simak dengan menggunakan teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik lanjutan dari teknik sadap yang dilakukan pada penelitian ini berupa teknik simak bebas Iibat cakap (Mahsun, 2005: 92-95). Metode analisis data yang dilakukan penulis mengikuti model analisis internl1:if yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman (dalam Denzin dan Lincoln, 2009:592). Mentranskripsikan data berupa tuturan para infonnan yang diperoleh melalui metode simak yang dilakukan dengan penyadapan atau perekaman. Untuk menemukan pola kesantunan berbahasa pada tuturan masyarakat Pasisi Baros, peneJiti melakukan anal isis data dengan metode padan intra lingual (Mahsun, 2005: 117-120). Metode ini diperlukan untuk menentukan letak pemarkah kesantunan yang berterima dalam bahasa yang digunakan masyarakat Pasis; Barns.

BASIL DAN PEMBAHASAN

1. Strategi Pembentukan Kesantunan Berbahasa Masyarakat Pasisi Barns

Strategi pembentukan kesantunan dalam berbahasa yang digunakan oleh masyarakat Pasisi Barns dalam interaksi sehari-hari di ranah keluarga dan tetangga dijelaskan sebagai berikut. a. Strategi pembentukan kesantunan pada tindak tutur menolak

1) Memberi alasan

Pemarkah kesantunan pada tindak tutur menoJak perrnintaan yang digunakan masyarakat Pasisi

Barns adalah dengan eufemisme yakni dengan memberikan alasan untuk menghaluskan penolakan untuk tidak menyinggung perasaan mitra tutur.

Tuturan penolakan dapat dilihat pada data (2B) berikllt: (1) A: Jadi kami bekko lea ruma Teti da.

Jadi kami nanti ke rumah Teti ya.

(Teli merupakan panggilan untuk kakak perempuan)

(2) B: Nandak pai pulo ambo bekko. Barisuk sajola munak datang yo. Hendak pergi pula saya nanti, Besok sajalah kalian datang ya.

Tuturan (2) merupakan tutu ran penolakan atas permintaan pada tuturan (I) yang meminta untuk datang berkunjung ke rumah B. Pada tuturan (2) terdapat indikasi kesantunan berbahasa yang ditunjukkan oJeh B untuk menolak pennintaan A dengan memberikan alasan bahwa B kemungkinan besar tidak akan berada di rumah pada saat A akan datang. Kemudian B melanjutkan dengan memberi usul untuk datang keesokan harinya. Untuk menyelamatkan muka positifnya B menggunakan strategi memberikan alasan yang merupakan strategi kesantunan positif.

2) Berterima kasih

(5)

K<!Jiall iNゥャセAjャャェウエェォ@ 7ahw} Ae-10, No J Fehmari 2013

daripada mitra tutur. Penutur yang lebih tua atau yang memiliki kekuasaan lebih tinggi lebih memilih strategi memheri alasan pada saat harus menolak suatu tawaran. Seperti pada tuturan (5b) berikut:

(5) A: Makkanla kito dulu ha.

Makanlah kita dulu ya.

(6) B: Mo kasi, Mami. Nandak pai pulo kami iUo.

Terima kasih, ll-fami. Hendak pergi pulakami (sekarang) ini.

Pertuturan di atas terjadi saat (B) beserta temannya datang ke rumah (A) kerabatnya yang dipanggil dengan tuturan Afami. Strategi yang digunakan oleh (B) pada tuturan (5) untuk rnenoJak tawaran (A) pada tuturan (6) agar makan siang di rumahnya adalah dengan mengucapkan terima kasih yang kemudian dilartiutkan dengan memberi alasan bahwa (B) akan segera pulang. Strategi bertutUf yang diglmakan oleh (B) merupakan strategi kesantunan positif karena tuturan peno[akan (8) dapat mengancam mllka positif(A).

3) Meminta maaf

Dari data yang diperoleh juga ditemukan adanya tuturan penolakan dengan dengan meminta maaf. Hal tersebllt dapat ditemllkan pada data berikut:

(7) A: Baokla lauk ko.

Bawalah ikan ini.

(8) B: Maap, Oneu. Di ruma dak ado na mamakkan lauk gadang.

Maaf, Oncu. Di rumah tidak ada yang (suka) memakan ikan besar.

(Oncu merupakan tutur panggilan llntuk saudara ayah/ibu yang paling bungsu)

Pada pertuturan di atas (A) menm,varkan pada (B) ikan tongkoJ besar, namun ditolak oleh (8) dengan strategi meminta maaf yang merupakan strategi kesantunan negatif karena penolakannya dapat mengancam muka negatif (8). Kemlldian (B) melanjutkan tuturannya dengan memberi alasan bahwa anggota keluarga di rumahnya tidak ada yang Sllka makan ikan besar. Alasan yang diberikan (B) dapat diterima oleh (A) sebab ikan tersebut akan sia-sia saja jika tetap diterima (B).

h. Strategi pembentukan kesantunan pada tindak tutur meminta l) Penggllnaan kalimat berpagar (hedges)

Salah satu strategi yang digunakan masyarakat Pasisi Barns untllk menllnjukkan adanya kesantunan berbahasa pada saat menuturkan permintaan adalah dengan menggunakan kalimat berpagar (hedges). Misalnya tuturan permintaan antara adik dan kakak yang ditunjukkan pada data (7) berikut:

(7) Kok j(ldi munak pai, Ri, lalukan ikko ka si Emi yo?

(Kalau kalianjadi pergi, Ri, antarkan ini ke (rumah) si Emi ya.)

(8) Kok indak litak ang, tolong daulu pindakan lamari ketek tu ka kamar Aya Endek.

(Kalau kamu tidak capek, tolong dlliu pindahkanlemari kecil ini ke kamar Aya Endek.)

Pada tuturan (7) dan (8), penutur menggunakan konstruksi berpagar (Kok jadi munak pai dan

Kok illdak Wak ang) sebelum meminta untuk melakukan yang dimaksudkan. Hal ini menyiratkan bahwa penlltur mempertirnbangkan kerugian yang akan dial ami mitra tutur yang diakibatkan oleh permintaannnya tersebut. Pada tuturan (7) dan (8) penutur ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ia tidak ingin memberatkan mitra tutur dengan permintaan yang diutarakan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa pemarkah kesantunan pada tindak tutur meminta dengan strategi menggunakan kalimat berpagar adalah konjungsi koordinatif kok yang berarti kala u/j ika/j i kaJau.

2) Bersikap pesimis (menunjukkan kesangsian)

Tuturan permintaan dengan menunjukkan kesangsian dapat dilihat pada data berikut:

(9) Bisa lIg(lknyo ambo pakke sabanta karela munak tll, Er.

(Bisakah saya pinjam sebentar sepeda motormu, Er.)

(10) Sampat anyo Teti mangantekkan urang ko?

(Apakah Teti セ・ュー。エ@ mengantarkan anak-anak ini?) (I 1) Ttllok Umak anyo mmyago urang ko?

(6)

(Apakah Ibu bisa menjaga anak-anak ini?)

Pada tuturan (9), (10) dan (II), di atas, strategi yang menunjukkan kesangsian atau bersikap pesimis ditandai dengan kelompok kala Bisa agaknyo, Sampat anyo, Talok anyo. Tuturan (9) merupakan permintaan untuk meminjam sepeda motor kepada tetangga, tuturan (l0) dituturkan oleh seorang adik yang meminta kakaknya untuk mengantarkan dua orang anaknya ke sekolah, dan tutu ran (11) dituturkan oJeh seorang anak yang meminta tolong ibunya Ulltuk menjaga anak-anaknya sementara dia tidak berada di rumah.

3) Penggunaan ujaran tidak langsung

Tuturan perrnintaan juga direalisasikan dalam bentuk ujaran tidak langsung seperti yang ditemukan pada data berikut:

(13) Ala nandak habis gulo. Oncu.

(Gula sudah harnpir habis, Oncu.) (14) Ado sare, Uning?

(Ada (daun) serai, Uning?)

(J 5) Indak di Uning lai blender ko?

(Apakah blender ini tidak Uning pakai Jagi?

(Uning

=

kakak)

Pemarkah kesantunan pada contoh data di atas adalah dengan menggunakan. modus interogatif untuk tutu ran meminta. Tuturan (13) dituturkan oleh seorang keponakan kepada bibinya yang akan pergi ke pasar. Tuturan permintaan untuk membeli gula direalisasikan dengan pernyataan bahwa persediaan gula di rum,ah sudah hampir habis. Tuturan (14) dituturkan seseorang yang membutuhkan daun serai untuk masakannya kepada tetangganya yang diyakininya rnemiliki barang yang dibutuhkannya tersebut. Tuturan (15) dituturkan oleh seseorang yang salah satu alat rumah tangganya dipinjam oJeh tetangganya. Untuk meminta kembali barang yang dipinjarn terse but, penutur menggunakan strategi tidak langsung dengan menanyakan apakah barang tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi.

c. Strategi pembentukan kesantunan dalam tindak tutur memerintah

Memberi perintah atau menyuruh merupakan salah satu tindakan yang dapat mengancam muka negatif mitra tutur. Interaksi dalarn ranah keJuarga tindak tutur memerintah merupakan salah satu tindak tutur yang paling banyak dituturkan oleh orang tua kepada anak. Seperti yang terlihat pada data berilmt:

(16) Buekkan ikko di ate meja tu.

(Letakkan ini di atas meja itu.)

(17) Naikla ka rumah, Dan. La patang ari.

(Masuklah ke rumah, Dan. Hari sudah petang.) (I 8) Baok ka sikko.

(Bawa ke sini.)

Tuturan (16), (I7), dan (18), merupakan contoh-contoh tuturan memberi perintah yang dituturkan oleh orang tua kepada anak. Tuturan (16) dituturkan oJeh seorang ibu yang memerintahkan kepada anakperempuatmya untuk meletakkan makanan yang akan dihidangkan ke atas meja, tutu ran (17) merupakan tutu ran seorang ibu yang menyuruh anak laki-Iakinya dan tidak lagi berada di luar karena hari sudah petang, dan tuturan (] 8) juga perintah yang dituturkan oleh sang ibu kepada anaknya untuk membawakan barang itu kepadanya.Penggunaan kalimat berpagar (hedges) Tindakan pengurangan keterancaman muka mitra tutur akibat tuturan memerintah juga dilakukan penutur dengan menggunakan kalimat berpagar (hedges).

Penggunakan kalimat berpagar daJam tuturan memberi perintah dapat menguntungkan penutur dan mitra tutur sebab konstruksi kalimat berpagar menunjukkan penutur memberikan pi lihan yang seluas-Iuasnya kepada mitra tutur dan dan mitra tutur juga merasa dihargai kebebasannya untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang djinginkan. Tuturan memerintah dengan menggunakan konstruksi kalimat berpagar ditemukan pada data berikut:

(20) Kok ado anyo, agi sajo/a.

(7)

Kgi31l Lill{{Ui<;ti.k. Tahlm .ke- 10. iVn 1 Fehm;ui 20 J セS@

(21) Kok dak ado karajo ang, }Jam, pahangke'i dulu galas-galas di meja tu. (Kalau kamu tidak ada pekerjaan, Marn, angkati gelas-gelas (yang) di (atas) meja itu.

Konstruksi berpagar (hedges) pada tuturan (20) dan (2.1) ditunjukkan oleh ke]ompok kata Kok ado anyo (kalau ada) dan Kok dak ado karqjo (kalau tidak ada pekeIjaan). Tuturan (20) dituturkan oleh seorang suami yang rnernerintahkan kepada istrinya untuk memberikan pinjaman uang kepada kerabat mereka. Kalimat berpagar yang digunakan sang suami memberikan keleluasaan piJihan kepada sang istri untuk memberikan pinjaman atau tidak. Dengan tuturan tersebut sang istri merasa bebas untuk menentukan tindakan yang akan dipilih. Tuturan (21) mernpakan perintab yang dituturkan oleh seorang kakak kepada adiknya untuk mengangkat gelas-gelas kotor yang ada di atas meja agar diletakkan ke tempat mencuci piring. Konstruksi berpagar yang digunakan penutur menunjukkan ia memberikan pilihan kepada mitra tutur untuk tidak melakukan tindakan yang dimaksudkan jika kenyataannya berkebalikan dengan yang diungkapkan. DaJam hal ini sang adik dapat memiIih untuk tidak rnengangkat geJas-ge]as tersebut jikaia memang ada pekeIjaan lain.

1) Bersikap pesimis (menunjukkan kesangsian)

Tuturan rnemerintab dengan menunjukkan kesangsian atau bersikap pesimis juga ditemukan pada data tuturan (22) dan (23) yang diperoleh pada peneJitian ini.

(22) Talok sorang ang mambaoknyokko, Mam.

(Apakah kamu sanggup mernbawa ini send irian, Mam?)

(23) Talok ang anyo mampature lampu kQ, Pan?

(ApakaJl kamu bisa memperbaiki lampu ini, Pan?)

Tuturan (22) dituturkan oleh seorang kakak yang memerintahkan adiknya untuk mengangkat barang yang agak berat dan tuturan (23) merupakan perintah yang ditutl1rkan seorang kakek kepada cucunya untuk memperbaiki lampu emergency.

2) Penggunaan ujaran tidak langsung

UsaJ}a pengurangan pengancaman muka mitra tutur yang diakibatkan tuturan memerintah yang dituturkan penutur juga dilakukan dengan menggunakan ujaran tidak langsung seperti yang ditemukan pada data berikut:

(24) Dakkek kompor Lauk tu. (lkannya di dekat kompor.) (25) Ala sanjo, Pia.

(Hari sudah senja, Pia.)

Tuturan (24) merupakan tuturan seorang ibu yang mengatakan bahwa ikan berada di dekat kompor. Mitra tutur yang daJam hal ini adalah anak perempuan memahami bahwa pemyataan sang ibu mempakan perintah baginya agar membersihkan ikan tersebut. Tuturan (25) dituturkan kepada seorang anak perempuan yang masih bercengkerama bersama teman-temannya di luar rumah. Penutur yang merupakan adik perempuan dariibu mitra tutur mengatakan .hari sudah senja yang merupakan ujaran tidak langsung yang dipahami sebagai mitra tutur sebagai perintah untuk mas uk rumah.

3) Meminimalkan paksaan

Dalam tindak tutur memerintah, masyarakat Bams lebih banyak menggunakan tuturan yang meminimalkan paksaan terhadap mitra tutur. Tuturan memerintah dengan meminimalkan paksaan ditunjukkan dalam beberapa bentuk berikut:

a. Penggunaan Akhiran -kan

Pada masyarakat Barus, tutu ran memerintah yang menambahkan akhiran -kan setelah verba lebih menyiratkan kesalltunan daripada hanya verbanya saja. Contoh data tuturan masyarakat Barns yang menggunakan akhiran -lam sete1ah verba dengan yang tidak menambahkan akhiran -kan dalam memerintah dapat dilihat sebagai berikut:

(27) Buekkan ikko di ate meja tu. (Tamhkan ini di atas meja itu.)

(28) BaJikan dulu karambi ka Hajja tu sakajak.

(8)

YCI1I1J-Puspila S;lJ-agib

(29) Ambikkan munak dulu tampek-tampeknyokko. (Ambilkan kalian dulu wadah tmtuk tempat (ikan) jni.) (30) Ambik dulu kepeng di lamari tu.

(Ambil dulu uang di lemari itu.)

Tuturan (27), (28) dan (29) yang menambahkan akhiran -kan setelah kata kerja lebih menunjukkan kesantunan dari pada tuturan (30) yang hanya menggunakan kata dasar verba tanpa menambahkan akhiran -karl.

h. Penggunakan Partikelfa

Dari data yang diperoleh, partikel fa ditambahkan setelah verba dalam tuturan memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu. Contoh data mengenai hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

(33) Naikla ka rumah, Dan. La patang ari.

Naiklah ke rumah, Dan. Sudah petang hari. Masuklah ke rumah, Dan. Hari sudah petang.

(34) Baokla ka sikko.

Bawalah ke sini.

Tuturan (33), dan (34) di atas lebih menunjukkan kesantunanjika dibandingkan dengan tuturan berikut:

(33a) Naik ka ruma, Dan.

Masuk ke rumah, Dan. (34a) Baok ka sikko.

Bawa ke sini.

Tuturan (33 a), dan (34a) merupakan tuturan perintah yang jelas kepada mitra tutur yang menunjukkan dominasi penutur terhadap mitra tutur. Keterancaman muka mitra tutur yang diakibatkan o]eh ketiga tuturan ini Jebih besar daripadajika penutur menambahkan partikel-lah

setelah kata kerja seperti pada tuturan (33), (34) dan (35) yang Jebih menunjukkan kesantunan karena menyiratkan meminimalkan paksaan kepada mitra tutur dalam melakukan ti1.1dakan yang diingi1.1kan penutur.

c. Penggunakan Partike] Yo

Penambahan partikel yo di tengah atau di akhir tuturan memerintah juga menunjukkan bahwa tuturan itu lebih santun, bahkan lebih santun dari pada hanya menambahkan akhiran

-kan dan partikel -la setelah verba. Contoh data yang menggunakan partikel -yo dapat dilihat sebagai berikut:

(33b) Pelokkan ka ate meja tuyo.

(Taruhkan ke atas meja itu ya.) (34b) Baokla ka sikko yo.

(Bawalah ke sini ya.)

Jika dibuat derajat kesantunan dari tuturan yang kurang santun ke tuturan yang lebih santun maka rentangnya dapat diilustrasikan sebagai berikut.

(1) Pelok ka ate meja tu

(2) Pelokkan ka ate meja tu.

(3) Pelokla ka ate meja tu.

(4) Pelokkan ka ate meja tuyo.

(5) Pe/okla ka ate meja tu yo.

d. Penggunaan partikel Jo

Kurang santun

1

Lebih santun

Penambahan partikel jo dalam tuturan juga lebih menyiratkan kesantunan seperti yang ditemukan pada data berikut:

(36) Pe/okkan jo ka kareta Uweng nil1.

Taruhkan ke sepeda motor lJweng itu:

(9)

R:?ii;m lゥjャァオェウLェセ@ Ta]IllIl kc-ID. No 1 Febman 2013

Lemparkan ke parit.

Seperti halnya partikel yo yang jika ditambahkan dalam tuturan memerintah yang telah ditambahkan akhiran -kan maupun yang teJah ditarnbahkan partikel1a dapat menjadikan

tuturnn

tersebut lebih santun, demikian juga haInya dengan penambahan partikel jo. Penambahan partikel ini juga bisa saja di tengah tuturan dan terkadang digunakan di akhir tuturan seperti pada tuturan berikut:

(36a) Pelokkanjo ka karela Uweng nino Taruhkan ke sepeda motor Uweng itu. (37b) Lantingkanjo ka banda.

Lemparkan ke parit.

e. Permintaan Berpagar (Hedges)

Dari data yang diperolehjuga ditemukan adanya tuturan permintaan berpagar sebagai salah satu strategi kesantunan yang dipilih oleh penutur untuk mengurangi keterancarnan rnuka mitra tutur. Data mengenai hal

ini

dapat dilihat sebagai berikut:

(38)Kok sampat belko lalukan ikko ka rumah yo.

Kalau sempat nanti antarkan ini ke rumah (saya) yo.. (39)Kok bisajapukkan sajo sakajak.

Kalau bisa jemputkan saja sebentar. (40)Kok jadi munak pai, manitip ambo da.

Kalau kalian jadi pergi, saya menitip ya.

Pemarkah kesantunan penggunaan permintaan berpagar menyiratkan penutur mernberikan piJihan untuk melakukan atau tidak melakukan hal yang dirninta. Semakin mitra tutur rnemiliki pilihan rnaka semakin santunlah tuturan penutur.

d. Strategi pembentukan kesantunan dalam tindak tutur melarang Strategi yang digunakan dalam tindak tutur melarang adalah sebagai berikut. 1) Meminimalkan tekanan

Dan

data yang ada diperoleh bahwa reaJisasi kesantunan berbahasa dalam me1arang dilakukan uengan strategi meminimalkan tekanan terhadap mitra tutur. Contoh data yang ditemukan adalah sebagai berikut:

(41)Jangan lai kalua, baapo? Indak ado lai kowan nan dilua..

(Tidak usah keluar lagi, bagaimana? Tidak ada lagi kawan(mu) yang (berada) di luar.)

Pemarkah kesantunan dalam tindak tutur melarang pada data di atas adalah kata boopo (bagaimana) yang menyiratkan seolah-olah penutur meminta persetujuan dan tidak memaksa. Pada data tuturan selanjutnya, pemarkah kesantunan rancaknyo dan elok lai yang berarti 'sebaiknya' juga menyiratkan penutur mengurangi paksaan terhadap rnitra tutur.

(42) Rancaknyo jangan lai pakke itu. Pendek bCUla.

(8agusnyajangan lagi kamu pakai (rok) yang itu. Terlalu pendek.)

(43) Elok Zaijangan baok in yo.

(Lebih baikjangan kamu bawa dia) 2) Penggunaan ujaran tidak langsung

Melarang dengan pemarkah menggunakan ujaran tidak langsungjuga lebih menunjukkan kesantunan berbahasa seperti yang diternukan pada data berikut:

(44) Nandak kamano lai? Ala kalam ari.

(Mau kemana lagi? Hari sudah gelap) (45) Indak litok na bamain tu sajo, Rizki?

(Apakah tidak capek bermain terus, Rizki?)

Ujaran tidak Jangsung pada tuturan (45) dan (46) ditandai dengan penggunaan kalimat interogatif untuk melarang, alih-alih menggunakan kalimat imperatif negatif. Tuturan (45) tersebut dituturkan oleh seorang ibu yang bermaksud melarang anaknya yang ingin keluar rumah pada saat menjelang magrib. Tuturan (46) dituturkan oJeh seorang ibu yang melarang anak laki-Iakinya bermain terlalu lama.

(10)

e. Strategi pembentnkan kesantnnan dalam tindak tutnr meuawarkan

Tuturan menawarkan sesuatu atau melakukan sesuatu untuk kemudahan mitra tutur merupakan salah satu tuturan yang mengindikasikan kesantunan dalam berbahasa. Pembentukan kesantunan dalam tindak tutur menawarkan adalah dengan menawarkan sesuatu seperti yang ditemukan pada data berikut:

(46)ii1akkan, Ued?

(Apakah Ueei mau makan?)

(Ued

=

nenek) (47)Ambo pelok kian la, ei?

(Saya buatkan sekarang, ei?)

2) Pola Kesantunan Berbahasa Masyarakat Pasisi Barns

Dari strategi-strategi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh masyarakat Pasisi Barns, didapat 10 pola kesantunan yang dije1askan sebagai berikut. Tindak tutur menolak yang menunjukkan kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus dapat dilihat sebagai bedlmt:

(1) Nandak pai pulo ambo bekko. Hendak pergi pula saya nantj

(2) [ndak bakareta pulo ambo, Ti.

Tidak (membawa sepeda motor) pula saya, Ti. (3) Nandak pal ambo, Ning.

Hendak pergi saya, Ning.

Dari data-data di atas maka didapat pola kesantunan berbahasa pada tindak tutur menolak dengan strategi memberi alasan sebagai berikut:

(Nandaklindak)

+

Verba

+

Subjek

+

(Kata Sapaan)

Seperti halnya pola bahasa tutur masyarakat Pasisi Barus pada umumnya, pola kesantunan dengan menggunakan strategi memberi alasan juga diawali dengan verba yang diikuti dengan subjek pronomina orang pertama ambo (saya).Pada data tuturan di atas kata pal (pergi), dan bakareta (membawa kereta)berfungsi sebagai verba. Sementara kata nandak (hendak), indak (tidak) dan kata sapaan merupakan opsional atau boleh ada dan boleh tidak ada. Pada databerikut ditemukan letak subjek yang berbeda dari pola yang ditunjukkan di atas.

(4) Dak ambo makkan sipuluk.

Tidak saya makan (penganan berbahan) beras pulut. Pola kalimat di atas adaJah sebagai berikut:

I

(Dak)

+

Subjek

+

Verba

Tindak tutur menolak dengan strategi meminta maaf ditunjukkan pada data berikut: (1) Maap, Oncu.

Maaf,Oncu.

(2) Ya maap bana, Mak. Aduh maaf sekali, Mak.

Dari data-data di alas maka didapat pola sebagai berikut:

I

(Ya)

+

Maap

+

(bana)

+

Kata Sapaan

(11)

(1) Mo kasi, ゥセヲ。ュゥN@

Tenma kasih, Mami

(2) Mo kosi, Ning.

Terima kasih, Ning.

K;iiaIJ lゥャャァオゥウエェセ@ TahllIl ォ・Mャセ@ No 1 Fcbmari 2013

Dari data-data tersebut didapatkan pola kesantunan berbahasa pada tindak tutur menolak dengan strategi berterima kasih sebagai berikut:

Mo kasi

+

Kata Sana an

Frase Mo kasi yang rnerupakan hentuk singkat dari kata tarimo (terirna) lebih lazirn digunakan dalarn bahasa tutur masyarakat Pasisi Barns daripada bentuk I.engkapnya !arimo kasi. Pada tindak tutur menolak dengan strategi berterima kasih, frase mo kosi biasanya diikuti oleh kata sapaan. Pada contoh tuturan pertama terdapat kata sapaan mami yang berarti tuturan sapa untuk adik perempuan dari ibu dan pada tuturan kedua terdapat kata sapaan Ning (Uning) yang rnerupakan bentuk sapaan untuk kakak perempuan.

Data tuturan kesantunan dengan strategi menunda ditunjukkan sebagai berikut:

(1j Sabanta, Mat.

Sebentar, rnak.

(2) Tunggu saban/a lat, Male

tオョァァオウ・「・ョエ。イLセ。ォ@

(3) Bekko lao

Nantilah.

(4) Bekkoambojapuk.

Nanti sayajernput.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa kata yang menjadi pemarkah kesantunan dalam tuturan menolak dengan strategi menunda adalah kata saban/a (sebentar) dan bekko (nanti). Sehingga dapat disimpulkan pola kesantunan pada tuturan menolak dengan strategi menunda sebagai berikllt:

1)

(Tunggu)

+

Sabanta

+

(Jal)

+

(Ja)

+ Kata Sapaan

2)

Bekko

+

(Ja)

+ S + V

Pola kesantunan pada tindak tutur menolak dengan strategi menunda pada pola pertama menggunakan kata sabanta (sebentar) sebagai pemarkah yang dapat didahului kata tunggu

(tunggu) dan diikuti partikel1ai (Jagi) dan la (Jah). Sementara pemarkah kesantunan pada pola kedua adalah kata bekko (nanti) yang dapat diikllti partikel la (lab), subjek dan verba. Pola kesantunan pada strategi kesantllnan dengan menggunakan kalimat berpagar pada tindak tutur menolak, meminta dan memerintah dapat disimpulkan dan data-data berikut:

(1) Kok bisajangan lai ambo, Oncu. Kalau bisajangan Jagi saya,. Oncu.

(2) Kok jadi munakpai, Ri, lalukan ikko ka sf emi yo,

Kalan jadi kalian pergi, Ri, singgahkan ini kepada Emi ya.

(3) Kok bisa japukkan sajo saleajak lea ruma.

Kalau bisa jemput saja sebentar ke rumah.

(4) Kok ado anyo agi sqjola

Kalau memang ada ber.ikan saja ..

(5) Kok sampat mamak, parancak ikko da.

Kalau Mamak sempat, perbaiki ini ya.

セ。ォ。@ poJa kesantunan pada strategi kalirnat berpagar yang terdapat pada tindak tutur menolak, meminta dan memerintah adalah:

(12)

Konjungsi Koordinatif

+

(an yo)

+

V

+

S

Kata kok (kalau/seandainya) yang merupakan pemarkah kesantunan dengan strategi kalimat berpagar biasanya disandingkan dengan kata bisa atanjadi atau sampat (sempat) atau ado (ada) mernpakan konjungsi koordinatif dan dapat diikuti kata anyo, kemudian verba dan subjek. Subjek yang digunakan biasanya berbentuk sapaan untuk orang kedua. Strategi kesantunan dengan menunjukkan kesangsian atau bersikap pesimis dapat dilihat pada contoh tuturan berikut:

(1) Talok sorang ang mambaoknyokko, Mam?

Apakah kamu mampu membawa ini send irian, Mam?

(2j Talok ang anyo mampature lampu ko, Pan?

Apakab kamu mampu memperbaiki lampu ini, Pan? (3) Talok umak anyo manjago urang ko?

Apakah Umak mampu manjaga anak-anak ini?

(4) Bisa agaknyo ambo pakke sabanta kareta munak tu, Er?

Mungkinkah saya bisa memakai sepeda motormu ito, Br.

Pola kesantunan yang dapat disimpulkan dari contoh tutu ran di atas adalah: 1)

Talok

+

S

+

(anyo)

+

V

atau

2)

Tillok

+

(an yo)

+

S

+

V

3)

Bisa

+

(al!aknyo)

+

S + V

Kata anyo dapat disandingkan langsung setelah kata talok yang merupakan pemarkah kesantunan pada strategi kesantunan bersikap pesimis dan dapat pula digunakan setelah subjek. Sementara strategi kesantunan denganpemarkah kata bisa sering kali disandingkan dengan kata

agaknyo. Tetapi kata agaknyo bersifat opsional yang berarti dapat digunakan dan dapatpula tidak disertakan.

3) Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa

Kearifan lokal kesantunan berbahasa merupakan bagian dari etika dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya dalam berinteraksi dalam masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini kennudian dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan, norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami dan diajarkan dalam masyarakat. Oleh karena itu etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dan juga etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku manusia yaituperintah yang harus dipatuhi dan Jarangan yang harus dihindari.

Sikap-sikap kearifan yang tersirat dalam kesantunan berbahasa pada masyarakat Pasisi

Barns adalah: I) Sikap menghindari perselisihan, dan 2) sikap tenggang rasa. I) Sikap Menghindari Perselisihan

Tindak tutur meminta dan memerintah juga sangat rentan menyebabkan perselisihan jika tidak menggunakan kesantunan dalam berbahasa. Sehingga perlu adanya kesantunan berbabasa untuk mengurangi keterancaman wajah mitra tutur.yang diakibatkan oleh perintah penutur tersebut. Sebagaimana yang ditunjukkan pada contoh tuturan berikut:

Kok indak litak, Ang, tolong dulupindakan lamari ketek tu ka kamar Aya.

< Kalau kamu tidak capek, tolong pindahkan lemari kecil itu ke kamar Ayah'.

(13)

Konstruksi berpagar tersebut juga menunjukkan perhatian penutur kepada mitra tutur dan memberi kesan bahwa penutur sangat menghargai mitra tutur. Selanjutnya kearifan lokal merupakan Upaya untuk menghindari perselisihan yang ditunjukkan pada tindak tutur meminta berikut:

Indak di Uning lai blender ko? 'Tidak Uning pakai lagi blender ini?'

Ungkapan meminta kembali barang yang sebelumnya dipinjam oleh tetangga penutur itu memberikan kesan santun sebab penutur berusaha mengurangi keterancaman muka mitra tutur yang seharusnya mengembalikan barang yang dipinjam sebelum diminta. Penutur menggunakan kalimat tuturan yang tidak secara langsung meminta barang terse but namun menanyakall apakah barang tersebut tidak dipakai lagi.

Tuturan-tuturan yang digunakan masyarakat Pasisi Barns dalam berinteraksi dengan keluarga dan tetangga mengandung kearifan untuk lebih mengutamakan kesepakatan. Masyarakat ini cenderung lebih memiJih menyetujui haJ yang semula ber]awanan dengan yang dia kehendaki dengan maksud untuk menyenangkan mitra tutur. Mereka cenderung mentolerir kerugian yang mereka alami demi keuntungan mitra tutur. Namun jika temyata ketidaksepakatan tidak dapat dihindari, mereka cenderung memilih strategi-strategi yang menunjukkan kesantunan untuk mengurangi keterancaman muka akibat ketidaksepakatan tersebut. Contoh tuturan yang menunjukkan sikap kearifan ini dapat dilihat pada tuturan menolak usul berikut:

A : Naik kareta sajo fa kilo, Ning. 'Kita naik sepeda motor saja, Nillg.' B : Baja/an sajo lao Dakkek anyo.

'(Kita)jalan kaki saja. Dekatkok.' A : Jadila kok baitu.

'Baiklah kalau begitu.'

Sikap yang ditun jukkan pada pertuturan di atas adalah upaya penutur A yang mengutamakan kesepakatan waJaupun hal tersebut, dalam konteks pertuturan di atas, cenderung merugikan dirinya akibat tuturan mitra tutur yang menolak keinginan penutur A untuk pergi bersama dengan sepeda motor. Penutur menunjukkan sikap menghindari perseJisihan yang sekaligus mengutamakan kesepakatan dengan menyetujui keinginan mitra tutur untuk pergi jalan kaki.

2) Silmp Tenggang Rasa

Masyarakat Pasisi Barus juga hidup berdampingan dengan pendatang yang berasal dari berbagai suku seperti Minang, Mandailing, Madura dan lain-lain. Masyarakat pasisi Barns memandang keharmonisan sosial sebagaiperwujudan dari kepekaan warganya untuk saling memahami dan mengerti perasaan masing-masing, yang dapat dirumuskan dalam wujud saling tenggang rasa. Sikap tenggang rasa ditunjukkan dalam interaksi sehari-hari dalam ranab keluarga dan lingkungan masyarakat.

Kearifan yang terkandung dalam sikap tenggang rasa ini ditunjukkan dengan strategi-strategi kesantunan dalam berbahasa yang mengutamakan untuk tidak menyinggung perasaan mitra tutur layaknya mempertimbangkan perasaan sendiri. Sikap tenggang rasa didasari dengan rasa tidak ingin melukai perasaan orang lain atau menghindarkan kata-kata yang dapat melukai perasaan mitra tutur atan orang yang mendengar tuturan tersebut.

Orang-orang tua pada masyarakat Pasisi Barns juga juga mengajarkan sikap tenggang rasa kepada generasi muda dengan tuturan penolakan dengan maksud tidak ingin memberatkan dan menyusahkan orang lain, dengan kata lain mengutamakan keuntungan orang lain. Hal iui ditunjukkan pada contoh pertuturan berikut:

A : Pulang. Angku? Antekkanla, Kuti. Mau pulang, Angku? Antarkanlah, Kuti-B : Angku sajo.

(Biar) Angku saja.

C :

Ta/ok anyo sorang Angku?
(14)

YClmy Puspit,1 SaragiiJ

Apa bisa Angku (pulang) send irian.

B : Dak mangapo.

Tidak apa-apa.

Sikap yang mengutamakan keuntungan orang lain dan mengutamakan kerugian pada diri sendiri menunjukkan sikap tenggang rasa kepada orang lain. Orang lain yang menjadi mitra tuturpada pertuturall di atas juga menunjukkan sikap tenggang rasanya dengan rasa peduli kepada mitra tutur yang dalam konteks pertuturan di atas akan pulallg dengall beljalan kaki. Rasa peduli dengan berusaha memberikan keuntungan mitra tutur dengan menawarkan untuk mengantarkanllya dengan naik sepeda motor menunjukkan sikap tenggang rasa yang menjadi salab satu kearifall dalam budaya masyarakat tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telab dilakukan, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1. Ulltuk menunjukkan kesantunan berbabasa dalam tindak tutur menolak, masyarakat Pasisi

Barns menggunakan lima strategi, yaitu: 1) memberi alasan, 2) berterima kasih, 3) merninta maaf, 4) menunda dan 5) menggunakan kalirnat berpagar.

2. Untuk menunjukkan kesalltullan berbahasa dalam tindak tutur meminta, masyarakat Pasisi

Barns menggunakan empat strategi, yaitu: 1) kalimat berpagar, 2) bersikap pesimis atau menunjukkankesangsian, dan 3) men&,ounakan ujaran tidak langsung serta 4) meminimalkan tekanan.

3. Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memerintab, masyarakat

Pasisi Baros menggunakan empat strategi, yaitu: 1) kalimat berpagar, 2) bersikap pesirnis atau menunjukkan kesangsian, 3) menggunakan ujamn tidak langsung dan 4) meminimalkan tekanan.

4. Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur melarang, masyarakat Pasisi

Baros menggunakan dua strategi, yaitu: 1) meminimalkall tekanan, dan 2) menggunakan ujaran tidak langsung.

5. Untuk menunjukkan kesantunan beroahasa da]am tilldak tutur menawaikan, masyarakat

Pasisi Baros menggunakan satu strategi, yaitu strategi menawarkan.

6. Penggunaan akhiran dan partikel dalam tuturan sehari-hari masyarakat Pasisi Barns juga mempunyai andit dalam menunjukkan kesantunan berbahasa pada masyarakat ini, khususnya pada tuturan memberi perintah. Partike] dan akhiran yang digunakan Ufltuk menunjukkan kesantunan berbabasa pada masyarakat Pasisi Baros yakni: 1) akhiran -kan,

2) partikel-yo, 3) partikel-jo, dan 5) partikel-lah.

7. Kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Baros dalam bertindak tutur saat berinteraksi di ranah keluarga dan lingkungan tetangga mencerminkan sikap-sikap yang mengandung kearifan lokal sebagai berikut: 1) sikap menghindari perselisihan, dan 2) sikap tenggang rasa.

REFERENSI

Brown, Penelope and S. C Levinson. 1987. Politeness Some Universals in Language Usage.

Cambridge: Cambridge University Press.

Denzin, Nonnan K. Yvona S. & Lincoln. 2009. Qualitative Research.Penerjemah Dariatno dkk. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.

Leech, Geoffrey N. 1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Teljemahan M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press.

Mabsun, M.S. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, metode dan Tekniknya.

Jakarta: RajaGrafindo Perkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yang mana perancangan sistem robot yang dipadukan dengan metode deep learning khususnya pada bagian sistem visi dan

Dari hasil analisis terlihat bahwa saat switching kapasitor bank terjadi lonjakan arus atau arus inrush dan frekuensi osilasi pada setiap step pemasukan kapasitor

Momen terpenting yang paling dinantikan adalah acara pemberian ulos dari orang tua pihak mempelai wanita kepada kedua mempelai, tetapi sebelum kedua mempelai menerima

Hasonlóképpen, mivel az aktívabb hitelezési tevékenység normál gazdasági körül- mények között magasabb jövedelmezőséget jelent, ezért azzal a hipotézissel élünk, hogy

Hal ini sejalan dengan visi dan misi Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Tengah yaitu dalam mewujudkan

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh iklan terhadap minat beli pada pengguna Youtube dengan menggunakan brand recognition sebagai variabel intervening.. Sampel

Membangun sistem pakar berbasis WEB dengan metode forward chaining dan certanty factor untuk mengidentifikasi penyakit pertusis pada anak, maka tidak akan pernah

Dengan memvariasi perbandingan air dan semen, konsentrasi limbah yang ditambahkan, konsentrasi agregat pasir silikat dan waktu pemeraman, akan diperoleh data karakteristik