ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MENGGUNAKAN METODE SELF ASSESSMENT SISTEM PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING
ANALYSIS OF TAX ADMINISTRATION SYSTEM USING SELF ASSESSMENT SYSTEM IN TAX OFFICE SERVICES PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar ahli madya
Program Studi Akuntansi
Oleh:
RIZAL MAULANA 21309018
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
v
ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MENGGUNAKAN METODE SELF ASSESSMENT SYSTEM PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING
Rizal Maulana 21309018
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying dengan judul analisis pelaksanaan sistem administrasi perpajakan menggunakan metode self assessment system pada kantor pelayanan pajak pratama bandung cibeunying. Dengan berdasarkan Fenomena yang terjadi adalah kesadaran masyarakat mengisi SPT masih rendah karena masih banyak sebagian wajib pajak yang kurang kesadaran dalam pembayaran pajak nya, lalu ketidaktahuan para wajib pajak dalam menghitung dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar dan lengkap. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan administrasi perpajakan, unntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi self assessment system di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara studi lapangan yang meliputi observasi lapangan, metode wawancara, serta dokumentasi dengan cara studi kepustakaan. Pelaksanaaan sistem administrasi perpajakan dilakukan dengan metode self assessment system yakni mendaftar, menghitung, menyetor dan melapor. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan sistem administrasi perpajakan menggunakan metode self
assessment system sudah berjalan dengan cukup baik, namun masih terdapat
faktor-faktor yang menghambat dalam penerapan self assessment system tersebut.
iv
ANALYSIS OF TAX ADMINISTRATION SYSTEM USING SELF ASSESSMENT SYSTEM IN TAX OFFICE SERVICES PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING
Rizal Maulana 21309018
ABSTRACT
The research was conducted at the Tax Office with the title Cibeunying Pratama Bandung analysis of the implementation of the tax administration system using the method of assessment selg at the tax office system pratama cibeunying bandung. Based on the phenomenon that occurs with the filling of public awareness is still low SPT partly because many taxpayers are not paying taxes in his consciousness, and the ignorance of the taxpayer to calculate and fill in the Notice (SPT) with a correct and complete. The purpose of this study is to determine the implementation of tax administration, unntuk know the factors that influence the self assessment system in the Tax Office Cibeunying Pratama Bandung.
The method used in this research is descriptive analysis method. Data collection procedures used in this research is to study a field that includes field observations, interviews, and documentation by way of literary study. Pelaksanaaan tax administration system carried out by the method of self-assessment system that is registering, counting, depositing and reporting. The results showed that the implementation of the tax administration system using the self assessment system has been running pretty well, but there are still factors that
inhibit the implementation of the self assessment system.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan limpahan rahmat, ridho dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan mengambil judul “ANALISIS
PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SELF ASSESMENT SISTEM PADA KPP
PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING”.”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini
masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun bahasanya. Hal ini karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk
dijadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga
menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia
2. Prof. Dr. Hj Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas
vii
3. Sri Dewi Anggadini SE.,M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Jenjang Diploma III Universitas Komputer Indonesia.
4. Lilis Puspitawati,SE.,M.Si.Ak selaku dosen pembimbing. Dan selaku
Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia.
5. Ony Widilestariningtyas,SE.,M.Si., Selaku Wali kelas AK-5 Angkatan
2009 Program Studi Akuntansi Falkutas Ekonimi Universitas
Komputer Indonesia.
6. Untuk kedua orang tua saya yang sangat saya cintai “Bapak Didi
Saepudin dan Ibu Yayah Sabariah” terima kasih atas semua kasih dan
sayang, perhatian, dukungan dan do’a yang tiada henti untuk anakmu
ini hingga saat ini serta seluruh keluarga besar penulis.
7. Semua Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer
Indonesia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
8. Ibu Sri Hartati Gultom serta Bapak Togi Ronald L. Tobing ,SIP, MM.
Selaku Pembimbing Penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Cibeunying. Terima kasih banyak atas semua bantuan serta
bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
9. Teman-teman AK-5 angkatan 2009 serta teman – teman se-UNIKOM,
juga semua orang yang dikenal penulis terima kasih banyak atas
semua dukungannya.
10. Untuk anak – anak MABES ( Heru Iswanto, Moch Gilang Kumala,
Rahmat Surya, Aditia Pratama, M Imam Sutiono, M Sandry
viii
Lingga Layasresa, Mulki ,serta Semua pihak yang telah membantu dan
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih atas semua
bantuan selama laporan ini. Sebagai akhir kata semoga laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua
yang memerlukan.
Bandung, Juli 2012 Penulis
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... ..xii
DAFTAR TABEL ... ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiv
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
1.2.1 Identifikasi Masalah ...6
1.2.2 Rumusan Masalah ...6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...7
1.3.1 Maksud Penelitian ...7
1.3.2 Tujuan Penelitian ...7
1.4 Kegunaan Penelitian...7
1.4.1 Kegunaan Praktis ...7
1.4.2 Kegunaan Akademis ...8
x
BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Sistem Administrasi Perpajakan ...11
2.1.2 Self Assessment System ...19
2.1.3 Keterkaitan Variabel dengan Metode Pendekatan ...22
2.2 Kerangka Pemikiran ...22
BAB III : OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ...26
3.2 Metode Penelitian ...26
3.2.1 Desain Penelitan ...28
3.2.2 Operasional Variabel ...29
3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ...31
3.2.3.1 Sumber Data ...31
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ...32
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ...33
3.2.5 Rancangan Analisi ...34
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan KPP Pratama Bandung Cibeunying ...36
4.1.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Cibeunying ...38
xi
4.1.3 Job Description KPP Pratama Bandung
Cibeunying ...42
4.1.4 Aktivitas KPP Pratama Bandung Cibeunying ...44
4.2 Karakteristik Responden ...45
4.3 Analisis Deskriptif ...46
4.3.1 Pelaksanaan Sistem Administrasi Perpajakan Di KPP Pratama Bandung Cibeunying ...46
4.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Self Assessment System di KPP Pratama Bandung Cibeunying ...48
4.4 Hasil Implementasi Pembahasan ...50
4.4.1 Analisis Pelaksanaan Sistem Administrasi Perpajakan di KPP Pratama Bandung Cibeunying ...50
4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang mempemgaruhi Pelaksanaan Self Assessment System di KPP Pratama Bandung Cibeunying...55
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...60
5.2 Saran ...61
DAFTAR PUSTAKA ... …..63
WAWANCARA ... …..65
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sejak dilakukan Reformasi pajak yang pertama pada tahun 1984,
diharapkan pajak sebagai sumber utama pembiayaan APBN dapat dipertahankan
kesinambungannya. Selain sumber penerimaan, pajak juga memiliki fungsi lain
yaitu fungsi utama. Menteri Keuangan mengatakan selain ditujukan untuk
meningkatkan penerimaan negara, penerimaan pajak juga akan diarahkan untuk
memberikan stimulus secara terbatas guna mendukung pertumbuhan ekonomi
yang lebih berkualitas, dan akan tetap diarahkan untuk melanjutkan reformasi
administrasi dan penyempurnaan kebijakan dibidang pajak, kepabeanan dan
cukai.
Realisasi target penerimaan negara dari sektor perpajakan pada tahun 2012
menjadi fokus perhatian pemerintah. Dalam RAPBN 2012, pemerintah mematok
penerimaan perpajakan mencapai Rp.1.019,3 milyar. Dari total penerimaan pajak
tahun 2012, pajak penghasilan (PPh) ditarget mencapai Rp.512,8 milyar, pajak
pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) mencapai
Rp.350,3 milyar, pajak bumi dan bangunan (PBB) ditarget sebesar Rp.156,2
milyar. (Agus Martowardojo : 2011).
Administrasi perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan
2
lain tahap-tahap pendaftaran Wajib Pajak, penetapan pajak, pembayaran pajak,
pelaporan pajak, dan penagihan pajak. (Sophar Lombantoruan : 1997).
Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem sistem perpajakan
di suatu negara. Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang
diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena sistem
administrasi perpajakannya yang mampu dengan efektif melaksanakan sistem
perpajakan di suatu negara yang dipilih.
Menyadari pentingnya peran pajak dari segi penerimaan negara, maka
upaya kearah peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak ini terus digiatkan.
Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan pemerintah dalam
bidang perpajakan, diantaranya yaitu : 1) Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983.
2) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994 perubahan atas Undang-Undang Nomor
6 tahun 1983. Dan 3) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2000 Tentang perubahan
kedua Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan bahwa "Bahwa pemungutan pajakberdasarkan undang-undang pajaknasional merupakan perwujudan danpengabdian kewajiban dan peranserta
wajib pajak untuk secaralangsung melaksanakan kewajibanperpajakan yang
sangat diperlukanuntuk pembiayaan negara danpembangunan. Berdasarkan di
peraturan tersebut maka tanggung jawab pelaksanaan pajakberada pada anggota
wajib pajaksendiri. Fiskus hanya memberikanpembinaan,.penelitian dan
pengawasanatas pelaksanaan kewajibanperpajakan tersebut. Wajib pajakdiberikan
kepercayaan untuk dapatmelaksanakan kegotong-royongannasional melalui
3
assessment), sehingga melalui system ini administrasi perpajakan dapat
dilaksanakan dengan, terkendali, sederhana dan mudah dipahami olehmasyarakat
wajib pajak. (Jurnal Ilmiah Yulianto : 2009).
Self Assessment System terdiri dari dua kata bahasa inggris yakni self yang
artinya sendiri, dan to asses yang artinya menilai, menghitung, menaksir.Dengan
demikian maka pengertian Self Assesment System adalah menghitung atau menilai
sendiri.Jadi kewajiban Wajib Pajak sendirilah yang menghitung dan menilai
pemenuhan kewajiban perpajakannya.Jadi Self Assesment System adalah suatu
sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam
hal ini ialah : (a) Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak ,(b) Menghitung
sendiri jumlah pajak yang terutang,(c) Menyetorkan pajak tersebut, (d)
Melaporkan penyetoran tersebut ke Direktur Jendral Pajak dan, (e) menetapkan
sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT (Surat Pemberitahuan)
dengan baik dan benar. (Siti Kurnia Rahayu : 101 : 2010).
Keadaan ini kiranya cukup jelas mengingat bahwa upaya untuk
melaksanakan self assessment sistem sebagai aplikasi dari tata cara kebijakan
perpajakan tidak ada kebijakan secara khusus, tetapi kebijakan ini merupakan
bagian dari kebijakan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000,
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Jadi dengan demikian petunjuk
pelaksanaan nya pun pasti tidak ada. Karena itu tidak mustahil akan terjadi
ambiguitas diantara para pejabat K11PP dalam mengartikan Self Assesment dan
4
perpajakan. Hal ini perlu didasari bahwa keberhasilan dari Self Assesment Sistem
ini sangat bergantung kepada kepatuhan wajib pajak dan kepatuhan ini akan
tumbuh berkembang dikalangan masyarakat bila implemantator yaitu KPP
menyadari pula akan pentingnya kegiatan sosialisai mengenai self assesment
sistem, yang mana sudah jelas bahwa sistem tersebut segala sesuatunya
diserahkan kepada wajib pajak dalam hal melaporkan serta membayar pajaknya.
(Jurnal Ilmiah Yulianto : 2009).
Dalam realisasinya self assessment sistem tidak selalu berjalan sesuai
harapan, karena masih banyak sebagian wajib pajak yang masih kurangnya
kesadaran dalam pembayaran pajak nya, lalu ketidaktahuan para wajib pajak
dalam menghitung dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar dan
lengkap karena self assessment sistem menekankan segala pelaksanaan
perpajakan ditangguhkan kepada wajib pajak sendiri (Yudi Haryanto: 2011
Kepala Pengawasan Konsultasi I KPP Pratama).
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying sebagian besar
penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying berasal
dari pajak terutang yang dilunasi adalah pemotongan maupun pemungutan yang
dilakukan oleh pihak ketiga dibandingkan dengan pembayaran dari perhitungan
sendiri. Hal tersebut menggambarkan bahwa kesadaran para Wajib Pajak dalam
membayar dan menghitung pajak nya dapat dikatakan belum memiliki kesadaran
sepenuhnya dalam pelaksanaan kegiatan perpajakannya (KPP Pratama Bandung
5
Meskipun self assessment sytem ini telah direalisasikan cukup lama sejak
tahun 1983, namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa kesadaran para
wajib pajak masih rendah.Dari sisi organisasi Kantor Pelayanan Pajak pada
bagian unit kerja yang melaksanakan sosialisasi mengenai segala sesuatu yang
menyangkut perpajakan termasuk upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak
terhadap kewajiban perpajaknannya adalah Kantor Penyuluhan dan Pengamatan
Potensi Pajak. (Yulianto : 2009 Jurnal Ilmiah).
Namun dengan diterapkannya self assessment system dalam perpajakan
nasional, maka wajib pajak tidak lagi dipandang sebagai objek belaka, tetapi
merupakan objek yang harus dibina dan diarahkan agar sadar memenuhi
kewajiban negaranya.Penentuan besarnya pajak yang terutang diserahkan
sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak terutang ke kas
negara.Dengan self assessment system, maka penentuan besarnya utang pajak
tidak lagi ditentukan sepihak dengan melalui ketetapan pajak sementara,
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang perpajakan. Ketetapan sementara
ini pada umumya merugikan wajib pajak karena penetapan besarnya hutang pajak
didasarkan atas perkiraan para fiskus terhadap penghasilan yang diperoleh wajib
pajak dalam tahun yang bersangkutan sebelum dikeluarkannya ketetapan rampung
(Majalah Ilmiah H. Bohari :2003).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis penelitian
ini dengan mengambil judul “Analisis Pelaksanaan Sistem Administrasi
6
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar berlakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka
identifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Meskipun sistem administrasi perpajakan menggunakan self assessment
sytem ini telah direalisasikan cukup lama sejak tahun 1983, namun
kenyataan dilapangan menunjukan bahwa kesadaran para wajib pajak
masih rendah. Dari sisi organisasi Kantor Pelayanan Pajak pada bagian
unit kerja yang melaksanakan sosialisasi mengenai segala sesuatu yang
menyangkut perpajakan termasuk upaya meningkatkan kepatuhan wajib
pajak terhadap kewajiban perpajaknannya adalah Kantor Penyuluhan dan
Pengamatan Potensi Pajak
2. Terjadinya kekurangan pahaman para wajib pajak akan kesadaran
perpajakan, lalu kurang tahunya bagaimana tata cara dalam pengisian
SPT dengan benar dan jelas karena kurangnya sosialisasi terhadap self
assessment sistem kepada para wajib pajak.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan tersebut di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini:
1. Bagaimana pelaksanaan sistem administrasi perpajakan di Kantor
7
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan self assessment
sistem di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data
data dan informasi mengenai penerapan self assessment sistem dalam
pelaksanaan kegiatan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Cibeunying.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dengan mengadakan
penelitian ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem administrasi perpajakan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan self
assessment sistem di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cibeunying.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
8
Hasil Peneliian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pemecahan masalah.
1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan mengenai Pengaruh Pemeriksaan Pajak
Terhadap Penggelapan Pajak dan Implikasinya Terhadap Penerimaan
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying.
2. Bagi Universitas Komputer Indonesia
Terbukanya kesempatan untuk mendapatkan kepercayaan dan
menjalin kerja sama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cibeunying.
3. Bagi Pihak Lain
Pihak lain yang dimaksud adalah Pembaca. Laporan Penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam
meningkatkan wawasan dan pengetahuan, khususnya bagi Pembaca yang
nantinya akan melaksanakan penelitian.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
9
Waktu Penelitian tersebut dilaksanakan dari tanggal 23 Juni 2012
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa
yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci
tentang variabel yang akan kita teliti.
2.1.1 Sistem Administrasi Perpajakan
Sebelum membahas tentang sistem administrasi perpajakan, penulis akan
membahas tentang pengertian pajak terlebih dahulu .
Pengertian pajak ditulis oleh Prof. Dr. P. J. A. Andriani (2007:22)
dan dikutip oleh Soemarso adalah sebagai berikut :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyeleggarakan pemerintahan.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Iuran dari rakyat kepada Negara.
Artinya bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah Negara, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, iuran tersebut berupa uang
12
b. Berdasarkan undang-undang.
Artinya bahwa walaupun Negara mempunyai hak untuk memungut pajak,
namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari wakil-wakil rakyat,
yaitu dengan menyetujui undang-undang. Oleh karena pemungutan pajak
berdasarkan undang-undang berarti pelaksanaannya dapat dipaksa.
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung
dapat ditunjuk secara individual.
Artinya bahwa imbalan atau kontraprestasi oleh Negara atau pembayar pajak
tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat secara individual atau tidak dapat
dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.
d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pengeluaran
pembangunan.
e. Pajak dapat dipaksakan.
f. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan prestasi dari Negara, jika
masih surplus digunakan untuk public investment.
g. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.
13
“ Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tidak dapat mendapatkan kontraprestasi yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur yang melekat pada
pengertian pajak yaitu :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
2. Sifatnya dapat dipaksakan
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
secara langsung oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Sedangkan Pengertian pajak ditulis oleh Andriani dan dikutip oleh Mohammad Zain dalam bukunya Manajemen Perpajakan (2003:3) adalah sebagai berikut :
“Pajak adalah Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan para ahli diatas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Pajak merupakan iuran wajib dari
rakyat untuk Negara berdasarkan undang-undang yang sifatnya memaksa guna
14
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan beberapa unsur berkaitan
dengan pajak adalah :
1. a compulsory
merupakan suatu kewajiban yang dikenakan pada rakyat yang
dikenakan kewajiban perpajakan. Jika tidak melaksanakan
kewajibannya tersebut maka dapat dikenakan tindakan hokum
berdasarkan undang-undang. Dapat dikatakan bahwa kewajiban ini
dapat dipaksakan oleh pemerintah.
2. Contribution
diartikan sebagai iuran, yang diberikan oleh rakyat yang memenuhi
kewajiban perpajakan.
3. By individual or organizational
iuran yang dapat dipaksakan tersebut dibayar oleh perorangan atau
badan yang memenuhi kewajiban perpajakan.
4. Received by the government
Iuran yang diberikan tersebut dibayarkan kepada pemerintah selaku
penyelenggara pemerintahan suatu negara.
5. For public purpose
Iuran yang diberikan dari rakyat yang dapat dipaksakan yang
merupakan penerimaan bagi pemerintah dijadikan sebagai dana untuk
15
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010;25) Pajak memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah :
1. Fungsi Budgetir
2. Fungsi Regulerend
Fungsi Budgetir
Pajak berfungsi untuk menutupi biaya yang haruf dikeluarkan pemerintah
dalam menjalankan fungsi pemerintahannya. Oleh karena itu pengenaan pajak
dipandang dari sudut ekonomi harus diatur senetral-netralnya dan sekali-sekali
tidak boleh dibelokan untuk mencapai tujuan-tujuan lain yang menyimpang.
Fungsi budgetir ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal
(fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana
secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan
undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk
memasukan uang dari sector swasta (rakyat) ke dalam kas Negara atau anggaran
negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi inilah
pemerintahan sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai
kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak dari penduduknya.
Disebut segabai fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis
pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk menghimpun dana dari
masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara langsung dari zaman sebelum masehi
16
Fungsi Regulerend
Fungsi Regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan
alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan hasil lain
dari pajak sebagai fungsi budgetir. Disamping usaha untuk memasaukan uang
untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah
untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan
pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.
Fungsi Regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend
ini hanya tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetir.
Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem perpajakan disuatu
negara. Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan
dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena administrasi
perpajakannya mampu dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan disuatu
negara yang dipilih.
Menurut A. Dunshire dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:92) pengertian administrasi adalah :
“Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan,
implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan,
kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan
keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual
dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena
17
Menurut Sophar Lumbantoruan dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:93), pengertian administrasi perpajakan adalah”
“Administrasi pajak ialah cara cara atau prosedur pengenaan dan
pemungutan pajak”
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa administrasi pajak dalam arti
sebagai prosedur meliputi antara lain tahap-tahap pendaftaran wajib pajak,
penetapan wajib pajak, pembayaran pajak, pelaporan pajak, dan penagihan pajak.
Mengenai peran administrasi perpajakan menurut Liberty Pandiagan (2010;93) adalah :
“Administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan
perpajakan, dan penerimaan Negara sebagaimana amanat APBN.”
Sedangkan menurut De Janscher dalam Siti Kurnia Rahayu (2010;93) mengemukakan tentang peran administrasi perpajakan adalah :
“peran penting administrasi perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan pengalaman di berbagai Negara berkembang, kebijakan perpajakan yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi pepajakan tidak mampu melaksanakannya”.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukanan dapat dilihat bahwa
administrasi perpajakan berperan sangat penting dalam sistem perpajakan di
suatu negara. Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang
diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena
administrasi perpajakannya mampu dengan efektif melaksanakan sistem
18
Menurut Carlos A. Silviani dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:93) mengatakan bahwa administrasi perpajakan dikatakan efektif bila mampu
mengatasi masalah-masalah :
1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar
Dengan administrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan
menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah
memenuhi ketentuan menjadi Wajib Pajak tetapi belum terdaftar.
Penambahan jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan meningkatkan
jumlah penerimaan pajak.
2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab
Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak.
3. Penyelundupan pajak
Penyelundupan pajak yaitu Wajib Pajak melaporkan pajak lebih kecil
dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan
lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib
Pajak dan seluruh aktifitas usahanya sangat diperlukan.
4. Penunggakan Pajak
Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan
tindakan penagihan secara intensif dalam set administrasi pajak yang
19
2.1.2 Self Assesment System
Merupakan suatu sistem perpajakan yang memperbolehkan wajib pajak
untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya,
sehingga wajib pajak diberi kepercayaan yang penuh dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
Self assessment system merupakan metode yang memberikan
tanggungjawab yang besar kepada wajib pajak karena semua proses dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sendiri oleh wajib pajak.
Adapun pengertian self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) adalah sebagai berikut:
“Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri
kewajiban dan hak perpajakannya”.
Lain halnya pengertian dan ciri self assessment system menurut Mardiasmo
(2006 : 7) adalah sebagai berikut:
“ Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dengan ciri:
a. Wewenang untuk menetukan besarnya pajak ada pada wajib pajak sendiri. b. Wajib pajak aktif , mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi”.
Dari pengertian diatas jelas terlihat bahwa perhitungan pajak dengan self
assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang menekankan kepada
wajib pajak untuk bersikap aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
20
memenuhi kewajiban perpajakannya sendiri tanpa adanya campur tangan fiskus
atau pemungut pajak.
Tata cara pemungutan pajak dengan menggunakan self assessment system
berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak
yang tinggi, dimana ciri-ciri self assessment system adalah adanya kepastian
hukum, sederhana perhitungaanya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata,
dan perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.
Adapun ciri self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu
(2010:102) adalah sebagai berikut:
1. Wajib pajak melakukan peran aktif dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
2. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban perpajakannya sendiri.
3. Pemerintah dalam hal ini Instansi Perpajakan melakukan pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi pelanggaran dalam bidang pajak sesuai peraturan yang berlaku.
Self assessment system menyebabkan wajib pajak mendapat beban berat
karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh wajib
pajak sendiri. Wajib pajak harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam
SPT, menghitung dasar pengenaan pajak, menghitung jumlah pajak terutang,
menyetorkan jumlah pajak terutang. Karena menuntut kepatuhan secara sukarela
dari wajib pajak maka sistem ini juga akan menimbulkan peluang besar bagi wajib
pajak untuk melakukan tindakan kecurangan, pemanipulasian perhitungan jumlah
21
Self assessment system dapat ditentukan dengan cara:
1. Kepatuhan, wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya
adalah faktor paling dominan dalam metode ini karena kepatuhan wajib
pajak sangat diperlukan untuk menghindari kecurangan yang dilakukan
wajib pajak.
2. Kurang bayar dan lebih bayar pajak, kurang bayar pajak terjadi karena
jumlah pajak yang dibayar lebih kecil daripada jumlah pajak terutangnya
sedangkan lebih bayar pajak terjadi karena jumlah pajak yang dibayar
lebih besar dari jumlah pajak terutangnya.
3. Menyetor, menghitung, dan melaporkan pajak merupakan rangakaian
dalam kegiatan unutk melaksankan kewajiban perpakannya.
Adapun tata cara pembayaran pajak oleh wajib pajak menurut Siti Kurnia
Rahayu (2010:103), yaitu:
1. Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak, wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang, menghitung jumlah pajak terutang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan pajak dengan dasar pengenaan pajak. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal dengan kredit pajak.
3. Menyetor pajak tersebut ke Bank persepsi/kantor pos, melakukan penyetoran pajak yang sudah dihitung dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
4. Melakukan pelaporan tersebut ke Direktur Jendral Pajak, melakukan pelaporan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) masa dan tahunan.
22
2.1.3 Keterkaitan variable dengan Motode Pendekatan
Menurut Rimsky K.Juddiseno (2010:102) mengatakan bahwa :
”Self Assesment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan
sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan.”
Sedangkan menurut Atika Rambe (2009) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa :
“Dalam sistem self assessment, administrasi perpajakan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengawasan dan penerapan sanksi terhadap penundaan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perpajakan. Fungsi pengawasan memegang peranan sangat penting dalam sistem self assessment, karena tanpa pengawasan dalam kondisi tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih rendah, mengakibatkan sistem tersebut tidak akan berjalan dengan baik, sehingga Wajib Pajak pun akan melaksanakan kewajiban pajaknya dengan tidak benar dan pada akhirnya penerimaan dari sektor pajak tidak akan tercapai.
2.2 Kerangka Pemikiran
Suatu negara pada dasarnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya,
dan salah satu cara yang dilakukan adalah pembangunan diberbagai sektor
kehidupan. Sumber utama dalam pembiayaan pembangunan nasional adalah
pajak.
Pengertian pajak ditulis oleh Prof. S.I Djajadiningrat dalam Djoko Mulyono (2010:6) adalah sebagai berikut :
23
Sedangkan pengertia Administrasi Perpajakan menurut Slamet Soelarno (1993:34) mengatakan bahwa :
“Administrasi Perpajakan ialah rangkaian didalam mengenakan dan
memungut pajak yang meliputi kegiatan penatausahaan, pendataan (pemeriksaan
setempat), penetapan, penagihan, dan penyelesaian sengketa”
Sedangkan pengertian self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu
(2009:101) adalah
“Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang member
kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri
kewajiban dan hakperpajakannya”.
Upaya peningkatan penerimaan perpajakan terus selalu dilakukan yakni
dengan adanya sistem perpajakan dimana didalamnya terdiri dari unsur Tax Law,
Tax Policy, Tax Administration, yang saling berhubungan satu sama lain,
bersinergi, bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan negara dalam
target penerimaan pajak secara optimal.
Peningkatan akan penerimaan pajak terus dilakukan dan perlu adanya
kesadaran dari masyarakat atau wajib pajak di bidang perpajakan. Salah satu
langkah yang di ambil pemerintah adalah dengan melakukan reformasi
administrasi perpajakan. Tujuan utama reformasi administrasi perpajakan adalah
untuk mencapai efektivitas yang tinggi yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat
kepatuhan yang tinggi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak ialah dengan
24
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak nya secara sendiri. Hal ini
diberlakukan guna memberikan kepercayaan sebesar-besarnya bagi wajib pajak
guna meningkatkan kesadarannya sehingga meningkatkan penerimaan pajak.
Sistem pemungutan tersebut mempunyai arti bahwa pemberian
kepercayaan sepenuhnya pada Wajib Pajak (dapat dibantu konsultan pajak) untuk
menentukan penetapan besarnya pajak yang terutang sendiri, dan kemudian
melaporkan pembayaran pajak dan perhitungan pajak secara teratur jumlah pajak
terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan
undang-undangan perpajakan untuk jelasnya digambarkan pada Gambar Kerangka
25
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran SISTEM PERPAJAKAN
Siti Kurnia Rahayu 2010;75
Tax law
Tax Policy
SELF ASSESSMENT SYSTEM
Siti Kurnia Rahayu 2010;105
Tax Administration
Mendaftarkan Diri
Menghitung pajak oleh Wajib Pajak
Membayar pajak oleh Wajib Pajak
63
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Mulyono. (2010). Hukum Pajak, Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis,
Yogyakarta : Penerbit Andi Offset
H Bohari. (2003). Penerapan Self Assessment System dalam Sistem Perpajakan Nasional. Majalah ilmiah Hukum Amanna Gappa.
Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : PeberbitGraha Ilmu.
Jonathan Sarwono & Ely Suhayati. (2010). Riset Akuntansi menggunakan SPSS.
Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu
Mardiasmo. (2006). Perpajakan, Yogyakarta : Penerbit Andi Offset
Mohammad Zain. (2003). Manajemen Perpajakan. Jakarta : Penerbit Salamba Empat
Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian, Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia
Siti Kurnia Rahayu. (2010). Perpajakan Indonesia, Konsep dan Aspek Formal,
Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu
Slamet Soelarno. (2001). Administrasi Pendapatan Daerah Jakarta : Penerbit Erlangga
Sophar Lombantoruan. (1997). Ensiklopedia Perpajakan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini & Linna Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah, Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir
Fakultas Ekonomi UNIKOM, Jakarta : Penerbit Genesis Press
Tata Cara Pembuatan NPWP. Diakses pada 15 Juli, 2012 dari World Wide Web:
http:pajakonline.com/engine/artikel/art.php?artid=4542
Batas Waktu Penyetoran dan Penyampaian SPT. Diakses pada 16 Juli, 2012 dari
World Wide Web:
64
Djoned Gunadi (2005). Administrasi Pajak. Diakses pada 11 Juni, 2012 dari
World Wide Web: http:scribd.com/doc/21947106/Administrasi-Pajak