THE INFLUENCE OF TAX PLANNING AND IMPLEMENTATION OF SELF ASSESSMENT SYSTEM LEVEL TO TAX CORPORATE
(Study at 60 Coorporate Tax Payer’s In Cimahi Tax Prayer Office )
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh : Fajar Setiawan
21109150
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
iii
DAFTAR GAMBAR………...……….…………....viii
DAFTAR TABEL………..……….ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian………..1
1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah……….……….7
1.2.1 Identifikasi Masalah………...…8
1.2.2 Rumusan Masalah………..8
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………...9
1.3.1 Maksud Penelitian…..……….9
1.3.2 Tujuan Penelitian…..………..……….…9
1.4Kegunaan Penelitian……….9
1.4.1 Kegunaan Akademis…...……...……….…….9
1.4.2 Kegunaan Praktis………...10
1.5Lokasi dan Waktu Penelitian………11
1.5.1 Lokasi Penelitian………11
iv
2.1.1.1 Langkah-Langkah Pokok Startegi Perencanaan
Pajak……….……...14
2.1.1.2 Tujuan Perencanaan Pajak………...….………...15
2.1.1.3 Dimensi dan Indikator Perencanaan Pajak………16
2.1.1.4 Dimensi dan Indikator Perencanaan Pajak………17
2.1.1.5 Jenis-Jenis Perencanaan Pajak (tax Planning)…………...19
2.1.2 Sistem Perpajakan………...20
2.1.2.1 Pengertian Pajak……….……...…20
2.1.2.2 Pengertian Sistem Perpajakan………...…21
2.1.2.3 Sistem Pemungutan Pajak……...………..……...22
2.1.3 Self Assessment System……..…..………..………..23
2.1.3.1 Pengertian Self Assessment System……..………....23
2.1.3.2 Pelaksanaan Self Assessment System...………...23
2.1.3.3 Dimensi dan Indakator Self Assessment System……...24
2.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak………...24
2.1.4.1 Pengertian kepatuhan Wajib Pajak…...……….24
2.1.4.2 Manfaat Kepatuhan Pajak………..26
2.1.4.3 Jenis Kepatuhan……….26
v
2.2.1.1 Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak……...32
2.2.1.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Pajak..32
2.3 Hipotesis……….………..………..37
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………...………...39
3.2 Metode Penelitian……….……...39
3.2.1 Desain Penelitian………...………..………..41
3.3 Operasional Variabel……….………...………..…45
3.4 Sumber Data…….…………..………...….48
3.5 Alat Ukur Penelitian………....……..….49
3.6 Populasi dan Penarikan Sample………...49
3.7 Metode Pengumpulan Data.……….…..…………..……..51
3.7.1 Rentang dan Pengklasifikasian………...…...……52
3.7.2 Uji Validitas………..………...…..…53
3.7.3 Uji Reabilitas………..……..………....…..…55
3.7.4 Uji MSI………….…...………..………...…..…56
3.8 Metode Pengujian Data………..………...57
vi
4.1.1 Gambaran Umum Instansi.……….…...67
4.1.1.1 Sejarah Singkat Instansi.……….…...68
4.1.1.2 Struktur Organisasi…….………..……….70
4.1.1.3 Job Description…….………..………..……….…...71
4.1.1.4 Aktivitas Instansi.……..……..…….…..……….…...82
4.1.2 Pengujian Alat Analisis (Data Primer).…………..………….…...83
4.1.2.1 Profil Responden…………. .………….….…………...….83
4.1.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas …………. ………...….85
4.1.2.3 Hasil Pengujian Validitas ……….……. ………...….86
4.1.2.4 Hasil Pengujian Reabilitas …………. ………...………….88
4.1.3 Analisis Deskriftif………..…………..………….…...89
4.1.3.1 Analisis Deskriptif Pengaruh Perencanaan Pajak(X1)…...….89
4.1.3.2 Analisis Deskriptif Pelaksanaan Self Assessment SYstem(X2).96 4.1.3.1 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak(Y)…...…100
4.1.4 Analisis Verifikatif. ……..………....………..108
4.1.4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik……….………..…………...108
4.1.4.3 Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak……….….…...……...…………...113
vii
4.2 Pembahasan………...………..………121
4.2.1 Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan………....………121
4.2.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan………....………122
4.2.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan………....………123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………126
5.2 Saran………..………..………127
DAFTAR PUSTAKA………...………....…………128
LAMPIRAN………..………...………....…………131
i
memberikan nikmat dan karunia-Nya, Shalawat serta salam kepada baginda
Rasulullah S.A.W, keluarga, sahabat, beserta seluruh umatnya yang setia sampai
akhir zaman. Penyusunan Skripsi, adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi yang harus diikuti oleh
setiap mahasiswa Ekonomi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia
Untuk lebih mengetahui, mendalami dan menerapkan ilmu yang diterima di
bangku kuliah terhadap aplikasi dunia kerja. Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
yang berjudul “Pengaruh Perencanaan Pajak dan Pelaksanaan Self Assessment System trehadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan”.
Tersusunnya Skripsi, ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah
banyak membantu praktikan dalam menyelesaikan Skripsi tersebut. Untuk itu pada
kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule,SE,.M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
3. Dr. Surtikanti. SE,M.Si.Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
ii
5. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., selaku dosen peguji, terimakasih atas
masukannya.
6. Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak., selaku dosen penguji, terimakasih atas
masukannya.
7. Siti Kurnia Rahayu, SE, M.Si,Ak, selaku Dosen Wali Kelas 4 Ak-4
8. Ayah dan Ibunda tercinta yang selama ini telah banyak memberikan dorongan
dan dukungannya baik berupa Do’a maupun dalam bentuk materi.
9. Teman-temanku Mahasiswa Akuntansi UNIKOM yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, atas kegembiraan dan kebersamaan yang pernah ada
dan akan selalu terjalin. Serta Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu. Akhir kata dengan segala keiklasan hati mengucapkan
terima kasih, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya dan menjadi amal sholeh bagi penyusunnya. Amin.
Bandung,Juli 2013
Penulis
Fajar Setiawan
129
DAFTAR PUSTAKA
Amin Purnawan, 2004. Pelaksanaan Tindakan Penagihan Pajak Kaitannya dengan Kepatuhan Wajib Pajak dan aspek Keadilannya. Jurnal Hukum Vol 14 Nomor 1 Januari 2004.
Aris Aviantara, 2008. Perencanaan Pajak: Upaya Meminimalkan Beban Pajak. Aris Aviantara&Associates.
Boatsman, James R.; Sanjay Gupta., and Connie D. Weaver. 2002. Tax Management, Sustainable Competitive Advantage, And The Effects Of Tax Reform.
Research Study. Arizona State University and University of Texas at Austin. Darussalam, Danny 2011. Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Komite
PengawasPerpajakan. Diakses pada 2 Juni, 2011 dari: www.ortax.org
Devano, Sony dan Rahayu, Siti Kurnia. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Jakarta: Kencana.
Engkos Achmad Kuncoro dan Riduwan. (2007). Cara Menggunakan Dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Penerbit : Alfabelta, Bandung.
Engkos Achmad Kuncoro dan Riduwan, 2008, Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis), Alfabelta, Bandung.
Erly Suandy, 2001. Perencanaan Pajak . Salemba Empat : Jakarta.
Erly Suandy, 2006. Perencanaan Pajak . Salemba Empat : Jakarta.
Erly Suandy, 2008. Perencanaan Pajak. Salemba Empat : Jakarta.
Erly Suandy, 2011 Edisi 5. Perencanaan Pajak.Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
130
Hair, J. F. et. al. (2006). Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey. United State of America.
Hutagaol, John. 2007. Perpajakan Isu-isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ikhsan Budi, 2007. Kajia Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) Vol . 3 No.3 –Juni 2007 : 288-310.
Jonathan, Sarwono, 2005, Panduan Cepat dan Mudah SPSS 12. Penerbit: CV. Andi: Yogyakarta.
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :Graha Ilmu.
Masyhuri dan M. Zainudin. 2008. Metode Penelitian : Pendekatan Praktis danAplikatif. PT. Refika Aditama : Bandung.
Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi.
Mohammad Zain. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.
Mohammad Zain. 2005. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Mohammad Zain. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Mohammad Zain. 2003. Penerapan Tax Planning Dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk Secara Tunai, Kredit Bank, dan leasing dengan Hak Opsi pada P.T. Rajawali Dwi Putra Indonesia. Jurnal Bisnis Persektif Vol. 1, No. 1, Januari 2009 .
Mohammad Nazir, 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia : Jakarta.
131
Nur, Hidayat 2010. Penyimpangan Pemeriksaan Pajak. Diakses, 8 Maret, 2011
Nurmantu, Safri 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta:Granit
Prabowo, Yusdianto. 2002. Akuntansi Perpajakan Terapan. Edisi Pertama. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010 Perpajakan : Teori dan teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siti Kurnia Rahayu, 2009. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sony Devano, dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Satu. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono, 2004. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alvabeta, Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.
Waluyo, 2008. Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat.
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.
Umi Narimawati, SE., M.Si. Metodologi Penelitian kualitatif dan Kuantitatif : Teori dan Aplikasi, Bandung, 2008
Umi,Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah:Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Penerbit Genesis.
Yenni Mangoting. 1999. Tax Palanning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif MeminimalkanPajak. Universitas Kristen Petra : Semarang.
132
http://finance.detik.com , 24 Oktober 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian
Pajak merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus
didasarkan pada peraturan peraturan perundangan undangan (Siti Kurnia dan Ely
Suhayati,2010). Seiring dengan perkembangan perekonomian di era globalisasi ini,
pemerintah dituntut untuk terus menjalankan pembangunan (Nurmantu, 2003).
Semakin meningkatnya kebutuhan dana untuk program pembangunan mendorong
pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya (Nurmantu, 2003).
Terdapat berbagai sumber penghasilan suatu negara (Public Revenues), antara lain kekayaan alam, laba perusahaan negara, royalty, retribusi, kontribusi, bea, cukai,
denda dan pajak (Nurmantu, 2003). Salah satu sumber pendapatan pemerintah yang
cukup potensial adalah melalui pajak (Nurmantu, 2003).
Menurut Darmin Nasution, penerimaan pajak pada tahun 2009 di bawah target
yang ditetapkan pada APBN 2009 (dokumen stimulus) yang sebesar Rp 587,827
triliun, sebagai akibat imbas krisis perekonomian global yang terjadi (Wahyu Daniel:
2009). Memang sampai semester I-2009 penerimaan pajak tumbuh negatif minus
2,83% (Wahyu Daniel: 2009). Namun Darmin masih optimis sampai akhir tahun
Sejalan dengan perekonomian yang ada, sektor pajak memiliki peranan yang
sangat besar dalam menghasilkan penerimaan bagi Negara dan sangat diperlukan
guna mewujudkan kelangsungan serta peningkatan pembangunan nasional (Erly
Suandy,2008:8). Peranan pajak juga mempunyai peranan yang sangat dominan dalam
pos penerimaan dalam negeri (Erly Suandy,2008:8). Penerimaan pajak berasal dari
jumlah iuran masyarakat (yang dipungut berdasarkan undang-undang) yang diterima
oleh Negara dalam suatu masa yang nantinya digunakan oleh Negara untuk
membayar pengeluaran umum (Erly Suandy,2008:8). Dalam hal ini masyarakat
mempunyai peranan penting untuk ikut serta dalam menjalankan fungsi pemerintah,
salah satu caranya yaitu dengan cara membayar pajak (Erly Suandy,2008:8). Oleh
karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus
ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban
membayar pajak (Erly Suandy,2008:8). Akan tetapi penerimaan pajak belum
dirasakan optimal, sehingga sejak tahun 1984 dilakukan reformasi perpajakan dengan
pembaharuan yang paling mendasar adalah perubahan sistem pemungutan pajak dari
yang semula official assessment system menjadi self assessment system (Erly Suandy,2008:8).
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2009) dalam self assesment system wajib pajak untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan yaitu mendaftarkan diri ke kantor
pajak, menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang, menyetor pajak ke bank
persepsi/kantor pos, melaporkan penyetoran kepada DJP, menetapkan sendiri jumlah
Sistem self assessment merupakan tulang punggung bagi kepatuhan demi memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance), di mana wajib pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan
kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut
(Machfud Sidik dalam Siti Kurnia Rahayu:2009: 137-138).
Masih banyaknya WP yang enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar
pajak, rendahnya kesadaran WP ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka
yang memiliki NPWP dan mereka yang melaporkan SPT Tahunannya
(Sadhani:2004).
Masih banyak WP yang belum mampu menghitung sendiri pajak terutangnya,
karena cenderung WP mngalami kesulitan dalam perhitungan pajak terutangnya
(Budi:2012)
Sejak diterapkannya sistem self assessment dalam undang-undang perpajakan Indonesia, peranan positif Wajib Pajak dalam memenuhi seluruh kewajiban
perpajakannya menjadi semakin mutlak diperlukan (Nur Hidayat, 2010). Dengan
sistem ini Wajib Pajak dipercaya penuh untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya (Nur Hidayat, 2010).
Sebagai konsekuensinya Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk melakukan
pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi perpajakan (Nur Hidayat,
Perencanaan pajak dilakukan dengan memanfaatkan
pengecualian-pengecualian dan celah-celah perpajakan (loopholes) yang diperbolehkan oleh UU
No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak sehingga perencanaan pajak tersebut tidak
dianggap sebagai pelanggaran yang akan merugikan Wajib Pajak dan tidak mengarah
pada penggelapan pajak (Mochamad Tjiptarjo,2010). Bangsa Indonesia saat ini
sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor
ekonomi atau biasa disebut dengan krisis ekonomi (Mochamad Tjiptarjo,2010). Di
dalam kondisi ekonomi saat ini, banyak perusahaan mengalami gulung tikar atau
memutuskan untuk menutup usahanya (Mochamad Tjiptarjo,2010). Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor (Mochamad Tjiptarjo,2010). Diantaranya
meningkatnya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dollar)
yang mengalami penurunan (Mochamad Tjiptarjo,2010). Sebagai akibatnya
perusahaan harus mengeluarkan biaya usaha yang besar untuk membiayai kegiatan
usahanya, tetapi dengan pengeluaran yang besar tersebut, perusahaan tidak
mendapatkan penghasilan yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkannya
(Mochamad Tjiptarjo,2010). Hal ini akan lebih terasa pada perusahaan yang
mempunyai pinjaman atau hutang berupa dollar dalam jumlah yang besar, perusahaan
yang tergantung pada barang impor atau perusahaan yang masih tergantung pada
pihak asing (Mochamad Tjiptarjo,2010).
Tax Planning atau perencanaan pajak bisa dilakukanya secara legal (tax avoidance) maupun ilegal ( tax evasion) (Yenni Mangoting: 1999: 45-53). Hampir
(Yenni Mangoting: 1999: 45-53), baik secara pribadi maupun kelompok (badan)
berusaha untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayar (Yenni Mangoting: 1999:
45-53). Jangankan wajib pajak, pihak fiskus pajakpun mengetahui dan menyadari ada
suatu kecenderungan dari wajib pajak pribadi, terutama badan untuk meminimalkan
jumlah pajak yang harus dibayar (Yenni Mangoting: 1999: 45-53).
Secara garis besar pengertian perencanaan pajak menurut Mohamad Zain
(2005: 43) adalah Proses pengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib
pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun
pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal itu
dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
maupun secara komersian.
Beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan penghematan
pajak dengan cara yang ilegal, antara lain;
a. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak. Semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar juga
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran (Erly
Suandy,2008:1-2).. Oleh karena itu wajib pajak melakukan perencanaan pajak
agar dapat meminimalisasikan beban pajak yang harus dibayarnya kepada
Negara, sehingga Wajib pajak dapat melaksanakan kepatuhan perpajakannya
tanpa melakukan pelanggaran;
b. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
c. Kemungkinan untuk ketahuan. Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggan
terdeteksi, semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
pelanggaran;
d. Besar sanksi. Semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,
semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran
(Erly Suandy,2008:1-2).
Kepatuhan itu sendiri menurut menurut Safri Nurmantu yang dikutip oleh Siti
Kurnia Rahayu (2010:138), menyatakan bahwa: “Kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
Tingkat kesadaran membayar pajak masyarakat Indonesia masih rendah
dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya ( Fuad Rahmany,2012). Di
Malaysia persentase kepatuhan masyarakat yang membayar pajak mencapai 80%
sementara Indonesia hanya 30% ( Fuad Rahmany,2012). Direktur Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Fuad Rahmany mengaku kesadaran membayar pajak di
Indonesia masih sangat rendah, bahkan dari 60 juta penduduk Indonesia yang mampu
membayar pajak, hanya 30% yang telah memenuhi kewajibannya ( Fuad
Rahmany,2012). kesadaran pajak di Indonesia, belum membuat Dirjen Pajak akan
melakukan pendekatan seperti di negara maju ( Fuad Rahmany,2012). Disana (negara
maju), Dirjen Pajak kalau ngedor pajak minggu pertama, minggu kedua polisi yang
Dirjen Pajak minta dan menghimbau bayar pajak, pajak masalah keadilan, (Fuad
Rahmany,2012).
Peningkatan kepatuhan wajib pajak tidak terlepas dari faktor Undang-Undang
dan peraturan perpajakan dan faktor individu yaitu sikap dari masyarakat wajib pajak,
Kedua faktor ini akan mempengaruhi kepatuhan masyarakat untuk memenuhi
kewajibannya dibidang perpajakan (Erly Suandy,2001). Kewajiban perpajakan sangat
tergantung pada keberadaan faktor penghubung antara yurisdiksi perpajakan pada
satu sisi dan wajib pajak atau peristiwa kena pajak (taxable event) dilain pihak (Erly
Suandy,2001).
Apabila dalam suatu negara tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak sangat tinggi dengan sendirinya tentu akan meningkatkan penerimaan pajak.
Dengan demikian (Danny Darussalam,2011), pertanyaan kuncinya adalah bagaimana
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tentunya dengan cara memaksimalkan alokasi
anggaran yang berasal dari pajak tersebut untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
wajib pajak (Danny Darussalam,2011). Selain itu, sebagai bentuk penghargaan
kepada wajib pajak yang telah membiayai pembangunan negara, sudah sepantasnya
wajib pajak harus diberikan pelayanan sebaik mungkin dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya (Danny Darussalam,2011).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Pelaksanaan Self Assessment System terhadap tingkat Kepatuhan wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena di latar belakang penelitian, maka penulis membuat
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Penerimaan pajak belum dirasakan optimal
2. Masih banyak masalah dari mulai pendaftaran NPWP sampai Pelaporan SPT
dalam Pelaksanaan Self Assessment System
3. Dalam perencanaan pajak masih kurang khususnya bagi wajib pajak badan
dimana karena ketidaktahu tentang perencanaan pajak tersebut.
4. Masih adanya pelanggaran dalam merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak
berada dalam jumlah yang minimal demi penghematan beban pajak
5. Masih rendahnya kesadaran dalam membayar pajak
1.2.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh perencanaan pajak terhadap tingkat Kepatuhan
2. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan Self Assessment System terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Cimahi.
3. Seberapa besar pengaruh perencanaan pajak dan self asessment system terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Cimahi.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Perencanaan Pajak
dan Pelaksanaan Self Assessment System terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Cimahi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh aspek perencanaan pajak terhadap tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Cimahi.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Self Assessment System terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Cimahi.
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pajak dan Self Assessment System
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Cimahi.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis
Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat mengembangkan ilmu
kepatuhan wajib pajak di pengaruhi oleh perencanaan pajak dan self assessment system
1. Bagi Perusahan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tentang
keterkaitan aspek perencanaan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
2. Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
pertimbangan, pemikiran dan referensi dalam penelitian lebih lanjut dalam
bidang yang sama, yaitu penerapan perencanaan pajak dan pelaksanaan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak badan pada KPP Cimahi. 3. Bagi Peneliti
Penelitian mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan penegtahuan, serta memperoleh gambaran langsung tentang
penerapan perencanaan pajak dan pelaksanaan Self Assessment System pada KPP Cimahi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat memeberikan banyak informasi yang
positif untuk sumbangan pemikiran mengenai kepatuhan wajib pajak yang
dipengarhi oleh perencanaan pajak yang dipengaruhi oleh self assessment
system dan perencanaan pajak dengan variabel tersebut membantu untuk
kepatuhan wajib pajak yang dapat di tingkatkan dengan perencanaan pajak
dan self assessment system pada wajib pajak badan atau semua kalangan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini penuis melaksanakan penelitian pada Kantor Palayanan
Pajak Pratama Kota Cimahi.
Tabel 1.1 Daftar Alamat KPP
No Unit Kantor Alamat Nomor Telepon
1 KPP Pratama Cimahi Jl. Amir Mahmud No.574 Kode Pos 112
Telepon: 6654646,6650642
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu yang ditempuh dalam melaksanakan dan menyelesaikan
penelitian yang dimulai pada bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Waktu
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
No. Kegiatan 2012-2013
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1
a. Persiapan Judul
b. Persiapan teori
c. Pengajuan Judul Skripsi
d. Mencari Perusahaan
2
Proses Usulan Penelitian:
a. Penulisan UP
b. Bimbingan UP
c. Seminar UP
d. Revisi UP
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
5
Proses Penyusunan Skripsi:
a. Bimbingan Skripsi
b. Sidang Skripsi
c. Revisi Skripsi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Erly Suandy (2008: 6) Perencanaan pajak adalah:
“Langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan”.
Sedangkan pengertian perencanaan pajak menurut Mohamad Zain (2005: 67)
adalah:
“Perencanaan pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait
dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengedalian setiap
transaksi yang ada konsekuensi pajaknya”.
Menurut Prabowo (2002: 284), menjelaskan bahwa perencanaan pajak
merupakan :
“Tindakan penyusunan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajak. Hal ini
ditekankan kepada pengendalian setiap transaksi yang memiliki konsekuensi pajak”.
Menurut Muhammad Zain (2007,21) Tax Planning merupakan :
“Tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi pajaknya, yang
Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak
adalah upaya untuk mengatur pembayaran pajak atau meminimalkan kewajiban pajak
dengan tidak melanggar perundang-undangan yang berlaku, agar pajak yang dibayar
tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.
2.1.1.1 Langkah-Langkah Pokok Strategi Perencanaan Pajak
Menurut Zain (2005 : 70-71) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
penyusunan perencanaan pajak yang merupakan komponen sistem manajemen pajak
adalah :
“a. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak.
b. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan.
c. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan”.
Dari hal-hal tersebut diatas dapat dijelaskan menurut Zain (2005 : 71-73) adalah :
"a. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak, meliputi :
1. Usaha-usaha mengefisiensikan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana, seperti bunga, kenaikan, denda dan hukuman kurunagn atau penjara.
2. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan, pembelian dan fungsi keuangan seperti pemotongan atau pemungutan pajak.
3. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan, pembelian dan fungsi keuangan seperti pemotongan atau pemungutan pajak.
1. Identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka pajak. Faktor umumnya memiliki sifat permanen yang terdapat dan melekat pada ketentuan perturan perundangundangan perpajakan.
2. Etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas mengenai fungsi dan tanggung jawab manajemen perpajakan serta memiliki manual tentang ketentuan dan tata cara manajemen perpajakan yang berlaku bagi seluruh personil perusahaan.
3. Strategi perencanaan pajak yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan, baik perencanaan perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan, dilakukan antara lain dengan cara mengadakan :
1. Sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan penyampaian perencanaan pajak kepada para petugas yang memonitori perpajakn dan kepastian keefektifan pengendalian pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya yang terkait, seperti pencantuman masalah-masalah perpajakn dalam setiap kontra bisnis, sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mekanisme monitor, pengendalian dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga setiap modifikasi rencana dan tindakan dapat dilakukan tepat waktu”.
2.1.1.2 Tujuan perencanaan pajak (tax planning)
Secara lebih khusus menurut Yenni Mangoting (1999: 43–53) ditujukan untuk
memenuhi hal-hal sebagai berikut :
“a. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali.
b. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan. c. Menunda pengakuan penghasilan.
d. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain.
e. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru.
f. Menghindari pengenaan pajak ganda.
g. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak”.
Menurut Darussalam (2011) pada umumnya dalam melakukan penghematan
pajak tersebut, Wajib Pajak dapat menjalankan dalam bentuk:
a. Memindahkan subjek pajak (transfer of tax subject) ke negara negara yang dikategorikan sebagai tax haven atau negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas suatu jenis penghasilan.
b. Memindahkan objek pajak (transfer of tax subject) ke Negara negara yang dikategorikan sebagai tax haven atau negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas suatu jenis penghasilan.
c. Memindahkan subjek pajak dan objek pajak (transfer of tax subject and of tax object) ke negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haven atau negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas suatu jenis
penghasilan.
2. Formal tax planning
Melakukan penghindaran pajak dengan cara tetap mempertahankan substansi
ekonomi dari suatu transaksi dengan cara memilih berbagai bentuk formal jenis
transaksi yang memberikan beban pajak yang paling rendah.
Sebelum perencanaan pajak dilakukan, tentunya ada beberapa hal yang memotivasi
wajib pajak dalam melaksanakan perencanaan pajak.
2.1.1.3 Dimensi dan Indikator Perencanaan Pajak
Menurut Erly Suandy (2008: 11) motivasi yang mendasari dilakukannya
suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu:
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:
a. Kebijakan perpajakan ( Tax Policy).
Kebijakan perpajakan merupakan alternative bagi berbagai sasaran yang hendak di tuju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek kebijakan pajak, terdapat faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, diantaranya: jenis pajak yang akan dipungut, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, prosedur pembayaran pajak.
b. Undang-undang perpajakan (Tax Low)Kenyataan menunjukan bahwa dimana pun tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya selalu di ikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktur Jenderal pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karenadisesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapai. Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi wajib pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik.
c. Administrasi perpajakan (Tax Administration).
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah untuk memaksimalkan data setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang.
2.1.1.4 Dimensi dan Indikator Perencanaan Pajak
Adapun tahap-tahap dalam membuat perencanaan pajak menurut Erly Suandy
(2008:13-24) adalah sebagai berikut:
“1. Menganalisis informasi yang ada (Analyzing The Existing Data Base).
2. Mambuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (Designing One or More Possible Tax Plans).
3. Mengevaluasi perencanaan pajak (Evaluating Tax Plans).
4. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans).
5. Memutakhirkan rencana pajak (Updating The Tax Plans)”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:
1. Menganalisis informasi yang ada (Analyzing The Existing Data Base).
harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang efisien. Penting juga untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain di luar pajak yang mungkin terjadi. 2. Mambuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (Designing One
or More Possible Tax Plans)
3. Mengevaluasi perencanaan pajak (Evaluating Tax Plans)
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternative perencanaan.
4. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans)
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian, keputusan terbaik atas perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai dengan bentuk perencanaan pajak yang diinginkan. Kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan atau perundang-undangan. Jadi akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai dengan gambaran atau perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba potensial jika berhasil maupun kerugian potensial jika terjadi kegagalan.
5. Memutakhirkan rencana pajak (Updating The Tax Plans)
Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini.
Implementasi aspek formal dari perencanaan pajak (tax planning) menurut Erly Suandy (2008:8) adalah:
1. Menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan.
2. Membayar Pajak.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:
“1. Menyelenggarakan Pembukuan atau pencatatan
Wajib pajak badan yang haruslah melakukan pembukuan atau pencatata atas semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaannya. Pembukuan haruslah dilaksanakan secara taat asas dengan memperhatikan syarat pencatatan, tata cara pembukuan catatan dan tata cara penggunaan norma perhitungan.
2. Membayar Pajak
Wajib Pajak badan harus membayar pajak sesuai dengan jumlah pajak terutang yang harus mereka bayarkan terhadap Negara. Tetapi karena wajib pajak badan melakukan perencanaan pajak, maka mereka dapat meminimalisasi beban pajak terutangnya tetapi dengan cara yang legal dan tidak melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku.
3. Menyampaikan Surat Pemberitahuan
Wajib pajak badan harus menyampaikan surat pemberitahuan pembayaran pajaknya, penyampaiannnya dapat langsung ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak, wajib pajak akan diberikan tanda terima SPT sebagai bukti atas pembayaran pajak terutang yang harus dibayarkan kepada Negara”.
Aspek Material dalam Perencanaan Pajak menurut Erly Suandy (2011:9)
adalah :
“Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan, perbuatan, maupun peristiwa. Basis perhitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih (karena dapat mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak membayar administrasi yang merupakan pemborosan dana). Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan objek pajak yang benar dan lengkap harus bebas dari berbagai rekayasa negative”.
2.1.1.5 Jenis-jenis Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Sebelum melaksanakan perencanaan pajak, seorang perencana pajak harus
mengetahui jenis-jenis perencanaan pajak terlebih dahulu.
Jenis-jenis perencanaan pajak menurut Erly Suandy (2006: 122) adalah
Perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perencanaan pajak nasional ( national tax planning)
2. Perencanaan pajak internasional (international tax planning)
Hal serupa mengenai jenis-jenis perencanaan pajak menurut Mohammad Zain ( 2005:
23) adalah sebagai berikut:
Perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perencanaan pajak nasional (teritorial),
2. Perencanaan pajak internasional (global).
Dari kedua penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu perencanaan pajak nasional dan
perencanaan pajak internasional. Dari kedua jenis perencanaan tersebut, maka dapat
diketahui perbedaan utama antara perencanaan pajak nasional dengan perencanaan
pajak internasional. Perbedaan tersebut terletak pada peraturan pajak yang akan
digunakan tersebut. Dalam perencanaan itu sendiri bahwa basional maupun
iternasional di atur oleh undang undang domestik maupun Negara yang akan terllibat.
2.1.2 Sistem Perpajakan 2.1.2.1 Pengertian Pajak
Menurut UU KUP Yustinus Prastowo (2009:8) pajak adalah:
Sedangkan menurut menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:21-22), beberapa
pengertian pajak berdasarkan pendapat para ahli antara lain sebagai berikut:
1. H.C Adams dalam buku The Science of Finance merumuskan pajak sebagai a contribution from the citizen to the public powers.
2. Prof. Dr. Rochmat Soemitro S. H., dalam Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan merumuskan; Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Berdasarkan teori diatas maka penulis berpendapat bahwa wajib pajak
merupakan suatu pengutan wajib pajak oleh pemerintah untuk kontibusi wajib pajak
setiap warga Negara yang dapat dipaksakan sesuai ketentuan undang-undang yang
berlaku.
2.1.2.2 Pengertian Sistem Perpajakan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:75), sistem perpajakan adalah
“Suatu kesatuan yang terdiri dari unsur Tax Policy, Tax Law, dan Tax Administration, yang saling berhubungan satu sama lain, bersinergi, bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan negara dalam target perolehan penerimaan pajak secara optimal”.
Dari definisi di atas bahwa sistem perpajakan adalah unsur perpajakan yang
saling berkaitan antara kebijakan perpajakn, hukum perpajakan dan administrasi
2.1.2.3 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101), berikut sistem pemungutan pajak
yang sempat berlaku di Indonesia:
“1. Official Assessment
Sistem pemungutan pajak yang keseluruhan proses pelaksanaanya, mulai dari penetapan NPWP hingga timbulnya pajak terutang melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak dilakukan oleh aparat pemungut pajak (fiskus). Official Assessment hanya berlaku sampai dengan tahun 1967.
2. With Holding Tax
Sistem pemungutan yang melibatkan pihak ketiga dalam memotong atau memungut pajak yang harus dikeluarkan setiap warga negara. Sistem ini dilaksanakan mulai tahun 1984.
3. Self Assessment
Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada wajib pajak. Wajib pajak aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak campur tangan dalam penentuan besarnya pajak terutang selama wajib pajak tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983”.
Sistem pemungutan pajak yang saat ini berlaku adalah Self Assessment System. namun beberapa jenis pajak diterapkan pula With Holding Tax untuk pemotongan/pemungutan pajak dari penghasilan tertentu dan Official Assessment
2.1.3 Self Assessment System
2.1.3.1 Pengertian Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2009:101) adalah : “Self assessment system
adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk
memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya”.
Sedangkan menurut Waluyo (2007:17) Self Assessment System System ini merupakan :
“Pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab
kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”.
Menurut John Hutagaol (2007:7) adalah : “Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk
menetukan sendir besarnya pajak yang terutang”.
Sedangkan menurut Zain (2003:12) mengatakan: “Self assessment system
merupakan tipe administrasi perpajakan yang mengungkapkan bahwa tipe administrasi perpajakan banyak ditentukan oleh bentuk kerjasama atau tingkat partisipasi Wajib Pajak atau pemotong/pemungut pajak dan respon Wajib Pajak terhadap pengenaan pajak tersebut”.
Dari pengertian di atas, pendapat penulis Self Assesment System adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, dan tanggung jawab bagi waji pajak
2.1.3.2 Pelaksanaan Self Assessment System
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2009:101-102) adalah :
“Self assessment system mewajibkan segala macamnya dalam rangka usaha pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sendiri oleh wajib pajak.
Kewajiban Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan”.
Seperti yang kita ketahui Self Assessment System sendiri merupakan system yang memberi wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besar
pajaknya.
2.1.3.3 Dimensi dan Indikator Self Assessment System
Adapaun tahapannya menurut Siti Kurnia (2010:101) adalah :
“a. Mendaftarkan diri di kantor pelayanan pajak.
d. Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang. e. Menyetor pajak tersebut ke bank persepsi/kantor pos.
f. Melaporkan penyetoran tersebut kepada direktur jenderal pajak.
g. Menetapkan sendiri jumlah pajak terutang melalui pengisian dengan baik & benar”.
Adapun ciri self assessment system menurut Siti Kurnia (2010:102) sebagai berikut: a) Wajib Pajak (dapat dibantu oleh konsultan pajak) melakukan peran aktif
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya,
b) Wajib Pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban perpajakannya sendiri,
c) Pemerintah dalam hal ini instansi perpajakan melakukan pembinaan, penelitian & pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi pelanggaran dalam bidang pajak sesuai peraturan yang berlaku.
Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa pelaksanaan self assessment
wajib pajak mengurus perpajakannya mulai dari daftar sampai pelaporan pajak
terutangnya, dan pemerintah hanya memberikan pengawasan dan pelayanan kepada
wajib pajak.
2.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Safri Nurmantu yang dikutip oleh
Siti Kurnia Rahayu (2010:138), menyatakan bahwa:
“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya”.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan perpajakan adalah:
“Tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan
perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara”.
Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Chaizi Nasucha yang dikutip oleh
Siti Kurnia Rahayu (2010:139), menyatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat
didefinisikan dari:
“1 Kewajiban Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak badan
merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan
pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk
sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
2.1.4.2 Manfaat Kepatuhan Pajak
Manfaat bagi wajib pajak diperoleh dari kepatuhan pajak seperti yang
dikemukakan Siti Kurnia Rahayu (2010:143) adalah:
a. Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat tiga bulan sejak permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan wajib pajak diterima untuk PPh dan satu bulan untuk PPN, tanpa melalui penelitian dan pemeriksaan oleh DJP.
b. Adanya kebijakan percepatan penerbitan SKPPKP menjadi paling lambat dua bulan untuk PPh dan tujuh hari untuk PPN.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya kepatuhan
pajak maka masyarakat patuh pajak akan memperoleh keuntungan yang diberikan
isntansi perpajakan dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.
2.1.4.3 Jenis Kepatuhan
Adapun jenis-jenis Kepatuhan Wajib Pajak menurut Sony Devano dan Siti
Kurnia Rahayu (2006:110) adalah:
1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang perpajakan.
Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak telah
melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan sebelum atau pada
tanggal 31 Maret maka wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi
isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana Wajib
Pajak secara subtantive memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan
formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang
mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan
dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.
2.1.4.3 Kriteria Wajib Pajak Patuh
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003
tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak yang ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh yang
dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila
memenuhi semua syarat sebagai berikut:
a. Tepat dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2 (dua) tahun
terakhir;
b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3
(tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu
d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk setiap jenis pajak:
1. Kecuali telah memiliki izin untuk mengangsur atau menunda untuk
pembayaran pajak
2. Tidak temasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan
untuk 2 (dua) masa pajak terakhir
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan
f. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian
tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
2.1.4.4Dimensi dan Indikator Kepatuhan Perpajakan
Kepatuhan wajib pajak yang dikemukakan oleh Norman D. Nowak dan Safri
Nurmantu yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2009:135) sebagai:
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin
dalam situasi dimana:
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya 5. Melaporkan pajak tepat waktu,
6. Tidak menunggak pajak, 7. Tidak dijatuhi hukuman, dan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2009: 140) faktor yang mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak anatara lain :
1. Kondisi sistem administrasi perpajakan suatu Negara, 2. Pelayanan pada wajib pajak,
3. Penegakan hukum pajak, 4. Pemeriksaan pajak, 5. Tarif pajak.
Kerangka Pemikiran
Suatu Negara umumnya bertujuan untuk mensejahterakan rakytanya, salah
satu cara yang dilakukan pemerintah Indoneisa untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan melakukan permbangunan di berbagai sector kehidupan dan sumber utama
dari pembangunan tersebut dari sector pajak, maka sector pajak sangat berperan
penting dalam kelangsungan perekonomian bangsa. Jadi butuh partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak dan juga harus patuh terhadap aturan aturan yang sudah
ditentukan oleh undang undang perpajakan.
Bahwa dalam melakukan pproses perpajakan butuh adanya suatu perencanaan
dalam meminimalkan beban pajak itu sendiri tanpa melanggar undang undang
perpajakan yang berlaku.
Adapun strategi umum dalam perencanaan pajak menurut Aris Aviantara
(2008) adalah sebagai berikut :
a. Tax Saving
Upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternative pengenaan pajak dengan tariff yang lebih rendah.
b. Tax Avoidance
c. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan.
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan.
d. Menunda pembayaran kewajiban pajak.
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
Bahwa dalam melakukan startegi perencanaan pajak maka akan
meminimalkan beban pajak sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dikarenakan beban pajak bisa diminimalkan tanpa melanggar ketentuan undang
undang perpajakan sehingga penerimaan bagi Negara akan semakin meningkat.
Agar kondisi perpajakan di Indonesia dapat berjalan dengan lancar
membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan
semua kewajiban perpajakanya sesuai ketentuan berlaku, karena dengan
menggunakan self assessment system sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan itu sendiri dilakukan oleh wajib pajak baik dilakukan sendiri
atau dibantu oleh tenaga ahli perpajakan.
Salah satu unsur sistem perpajakan yang menjadi acuan dalam pemungutan
pajak adalah administrasi perpajakan yang di dalamnya mengatur mengenai sistem
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) adalah : “Self assessment system
adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk
memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya”.
Ciri-ciri Self Assessment System menurut Mardiasmo (2008:7) adalah:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Dapat disimpulkan bahwa Perencanaan pajak dan Self Assessment System
merupakan sarana untuk menekankan dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak di
karenakan bisanya meminimalkan beban pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan demi memberikan kepastian hukum, keadlian dan pembinaan kepada
wajib pajak serta melaksanakan sesuai ketentuan perundang undangan perpajakan.
2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
2.2.1.1 Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Teori yang dikemukakan oleh Erly Suandy (2008: 8), yang menyatakan
bahwa:
pengelompokan hukum pajak aspek formal administratif maupun aspek material substantif perlu untuk dimengerti dan dipahami untuk dapat menghindari sanksi administrasi maupun pidana”.
Menurut Zain (2003:43) secara garis besar perencanaan pajak (tax planning)
adalah :
“Proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainya, berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial”.
Terdapat beberapa ukuran yang biasanya digunakan dalam mengukur
kepatuhan perpajakan wajib pajak, yakni :
1. Tax Saving 2. Tax Avoidance
3. Tax Evasion
2.2.1.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Teori Pendukung yang menghubungkan menurut Siti Kurnia ( 2010:142)
adalah sebagai berikut :
“Sistem pemungutan pajak dengan menggunakan self assessment memberikan peran aktif wajib pajak untuk melakukan sendiri perhitungan pajak terutang menyetorkanya sendiri, dan melaporkan SPT sendiri. Dalam sistem ini lebih ditekankan kepada wajib pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakanya”.
Selain itu juga menurut Ikhsan Budi R (2007,289) adalah sebagai berikut :
“Self assessment system yang berlaku sekarang ini maka proses pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi Wajib Pajak”.
bahwa uraian di atas bahwa disimpulkan apabila perencanaan yang akan
meningkat karena wajib pajak sudah baik akan meminimalkan kewajiban
perpajakanya dengan tidak melanggar ketentuan yang sudah di atur sehingga wajib
pajak dapat menghindari sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Dan juga dengan
adanya metode self assessment system bisa menghitung jumlah wajib pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan begitu pelaksanaan self assessment system dapat berjalan dengan baik.
Tabel 2.1
Judul Penelitian Variabel yg
digunakan Hasil Penelitian
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam meminimalkan
jumlah pajak yang harus
dibayar yaitu penggeseran, kapitalisasi, transformasi,
penghindaran dan
penyelundupan. Semua strategi di atas merupakan bagian dari tax planning. Tax planning
memberikan suatu formula
umum yang bisa digunakan
untuk mengatur secara
sistematis jumlah pajak yang
harus dibayar yang bisa
menyebabkan wajib pajak lebih
patuh dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Di dalam formula umum ini, ada item-item yeng nantinya harus menjadi pusat perhatian dari
wajib pajak atau apabila
2 (Ikhsan Budi
dilaksanakan secara konsisten
self asssessment system yang berlaku sekarang ini maka proses pajak yang dilaksanakan
secara konsisten dan
berkesinambungan merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi wajib pajak.
Perencanaan pajak yang
dilakukan dengan baik
mempunyai peranan yang
sangat besar dalam menunjang efektifitas pembayaran pajak penghasilan badan yaitu sebesar 73,44% dan sisanya sebesar 26,56% dipengaruhi oleh faktor
lain diantaranya adalah
pemahaman wajib pajak
4 (Eusi
Peranan pemeriksaan rutin
dalam menguji kepatuhan wajib
pajak badan pada kantor
pelayanan pajak pratama
bandung cibeunying sebesar
0,796. Artinya terdapat
hubungan yang erat/kuat antara
pemeriksaan rutin dengan
kepatuhan wajib pajak badan yang menunjukkan semakin baik pelaksanaan pemeriksaan
rutin akan menyebabkan
kepatuhan wajib pajak badan menjadi tinggi. Dan besarnya pengaruh Pemeriksaan Rutin
terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Badan adalah sebesar 63,3% dan sisanya 46,7% dipengaruhi oleh faktor lain.
Seperti kondisi sistem
administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib
pajak, penegakan hukum
perpajakan dan tarif pajak
Kepatuhan wajib pajak
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
1. Erly Suandy, 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat. 2. Yenni Mangoting. 1999. Tax Palanning : Sebuah Pengantar
Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Universitas Kristen Petra : Semarang.
3. Nur Hidayat.2005.Perpajakan.Jakarta:Salemba Empat
1. Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010 Perpajakan : Teori dan teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu
2. Ikhsan Budi, 2007. Kajia Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) Vol . 3 No.3 – Juni 2007 : 288-310
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:93) pengertian hipotesis adalah sebagai berikut :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh
karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan”.
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran tersebut, penulis
mencoba merumuskan hipotesis sementara yang masih perlu diuji kebenaranya
sebagai berikut:
1. Perencanaan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada
KPP Cimahi.
Perencanaan Pajak (X1)
Self Assessment System (X2)
2. Pelaksanaan self assessment system berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada KPP Cimahi.
3. Perencanaan pajak dan self assessment system berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada KPP Cimahi.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2010:41) menyatakan objek penelitian sebagai berikut:
“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan yang diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek penelitian”.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah variabel penelitian
perencanaan pajak dan pelaksanaan self assessment system pada tingkat kepatuhan wajib pajak badan
3.2 Metode Penelitian
Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2010:2) adalah sebagai
berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik
atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer
yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok pokok
permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang akan diinginkan.
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan merode deskriptif analisis
dan verifikatif. Dengan menggunakan merode penelitian akan diketahui hubungan
yang signifikan anatara variable yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan
yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:29) adalah sebagai
berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas”.
Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah masalah yang
ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan,
dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori teori yang telah dipelajari, jadi
dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.
Sedangkan menurut Mashuri (2008:45) pengertian metode verifikatif adalah
sebagai berikut:
“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
Pengertian kuantitatif menurut Sugiyono (2009:13) adalah:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik penegmbilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik denga tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Menurut pengertian di atas adalah untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan perhitungan statistic. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh
variabel X1 perencanaan pajak dan X2 Self Assessment System terhadap variabel Y
kepatuhan wajib pajak. Verifikatif menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis
apakah diterima atau di tolak.
Dengan menggunakan metode penelitian dan analisis statistic, maka akan
diketahui hubungan antar varibel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan
yang akan diperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Data yang dibutuhkan
adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah dan sesuai dengan tujuan
penelitian,sehingga data tersebut dikumpulkan, dianalisis, dan sesuai dengan teori
teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan di tarik kesimpulan.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan
perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan akan dapat berjalan dengan
baik dan sistematis.
Moch. Nazir (2005:84) memaparkan bahwa desain penelitian adalah “Semua