• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Hasil Tiga Klon Ubi Jalar Pada Jarak Tanam Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan dan Hasil Tiga Klon Ubi Jalar Pada Jarak Tanam Yang Berbeda"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA KLON UBI JALAR PADA JARAK TANAM

YANG BERBEDA

SKRIPSI

OLEH:

WIKKA SASVITA 080301009 AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

WIKKA SASVITA: Pertumbuhan dan Hasil Tiga Klon Ubi Jalar pada Jarak Tanam yang Berbeda, dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan EDISON PURBA.

Potensi ubi jalar di Kota Binjai cukup tinggi dapat dilihat dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Pemilihan klon ubi merupakan alternatif peningkatan produksi dan mutu ubi jalar di Kota Binjai. Produksi yang tinggi dari ubi jalar tergantung pada bagaimana meningkatan potensi ubi jalar dan metode kultur teknik. Jarak tanam dan variasi klon adalah salah satu alternatif untuk meningkatakan produksi yang tinggi. Penelitian dilakukan untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda di Kelurahan Cengkeh Turi, Binjai dengan ketinggian + 25 m diatas permukaan laut dari bulan Mei - Agustus 2012 menggunakan rancangan acak faktorial 2 faktor. Faktor pertama yaitu klon yang terdiri dari Daya, A82 dan Jago, faktor kedua adalah jarak tanam terdiri dari: 5x100; 15x100; 25x100; 35x100 dan 45x100 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon Daya menghasilkan bobot umbi terbesar pada jarak tanam 45 x 100 cm, klon A82 pada jarak tanam 35 x 100 cm, sedangkan klon Jago pada jarak tanam 25 x 100 cm. Jumlah umbi terbesar terdapat pada klon Daya dengan perlakuan jarak tanam 25 x 100 cm. Bobot rata-rata satu umbi per tanaman, bobot rata-rata satu umbi per plot, panjang umbi

per sampel dan lilit umbi per sampel tertinggi terdapat pada jarak tanam 45 x 100 cm.

(3)

ABSTRACT

WIKKA SASVITA. The Growth and Yield of Three Sweet Potatoes Clones at Different Plant Spacing, guided by CHAIRANI HANUM and EDISON PURBA.

The potential of sweet potato in Binjai high enough to be seen in terms of economic, social and cultural. Selection of sweet potato clone is an alternative to improvement production and quality sweet potato in Binjai. High production of sweet potato depend on how to improve they potency and cultur technique method. The plan spacing and vary of clones were one alternative to increase high production. The objective of this reseach was to study growth and yield of three sweet potatoes clones at different plant spacing at Cengkeh Turi, Binjai with a height of + 25 m above sea level from May - August 2012 using randomized block design of two factors. The first factor was clones were Daya, A82 and Jago, the second factor was spacing such as: 5x100; 15x100; 25x100; 35x100 and 45x100 cm. The results showed that clone Daya produced the greatest weight of tuber spacing of 45 x 100 cm, clone A82 at spacing of 35 x 100 cm, while the clone Jago at spacing of 25 x 100 cm. Greatest number of tuber found in clone Daya by treatment spacing of 25 x 100 cm. The average weight of one tuber per plant, average weight of one tuber per plot, tuber length per sample and tuber girth per sample are highest in the spacing 45 x 100 cm.

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi ubi jalar di Kota Binjai cukup tinggi dapat dilihat dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Ubi jalar digunakan sebagai bahan pangan tambahan, industri dan daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak. Berdasarkan hal tersebut, ubi jalar merupakan salah satu tanaman pangan yang cukup penting karena memiliki banyak manfaat. Pada Tabel 1 dapat dilihat terjadi fluktuasi peningkatan produksi dari ubi jalar yang dibudidayakan di daerah Kota Binjai. Hasil ini memperlihatkan bahwa peningkatan produksi ubi jalar disebabkan oleh peningkatan luas tanam. Berarti pada budidaya ubi jalar yang selama ini diterapkan belum menggunakan teknologi yang benar.

Tabel 1. Luas panen dan produksi ubi jalar di Kota Binjai 2001-2011. Tahun Year Luas Panen Harvest Area (Ha) Produksi Production (Ton) Rata-Rata Produksi Yield Rate (Kw/Ha)

(1) (2) (3) (4)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 55 40 28 40 28 36 89 93 73 61 82 562 414 301 440 311 397 846 944 820 678 915 102.81 103.50 107.50 110 119.61 110.27 95.00 100.00 112.40 111.21 111.58 (Dinas Pertanian Kota Binjai, 2012).

(5)

peningkatan produksi dan mutu ubi jalar di Kota Binjai. Sampai saat ini pada umumnya ubi jalar digunakan sebagai bahan pangan, oleh karenanya mutu tanak, daya hasil dan adaptasi lebih diperhatikan.

Beberapa klon unggul telah dilepas seperti Sari, Beta 1, Antin-1, Daya, A82, Jago dan lain-lain. Untuk peningkatan produktivitas ubi jalar maka diperlukan jenis ubi adaptif yang sesuai dengan biofisik Kota Binjai. Jenis ubi yang digunakan pada penelitian ini adalah klon Daya, A82 dan Jago. Ketiga jenis ini memiliki potensi produksi yang tinggi dan dari beberapa penelitian (Hasibuan, 2011) juga terbukti ketiga klon tersebut memiliki adaptasi yang luas pada dataran rendah. Secara morfologi klon Daya memiliki daging umbi yang berwarna orange, sedangkan A82 memiliki daging umbi yang berwarna ungu yang tersebar secara acak. Klon Jago memiliki daging umbi yang berwarna putih kekuningan. Klon ini adalah salah satu klon ubi yang memiliki kadar beta karoten yang tinggi dibandingkan dengan dua klon lainnya.

Klon Daya merupakan jenis ubi yang memiliki kadar protein 0.8 % dengan warna daging umbi orange dan dapat menghasilkan ubi dengan bobot rata-rata 23 t/ha, rasa yang manis dan biasanya dikonsumsi dengan cara merebus atau membakarnya. Klon A82 merupakan calon klon yang belum diregistrasi, pada saat survey pasar diketahui jenis ini merupakan yang paling banyak diperjual belikan walaupun jenis ini belum diregistrasi. Klon ubi A82 diketahui memiliki bobot yang lebih besar, rasanya yang lebih manis sehingga sangat disukai konsumen. Klon Jago memiliki daging yang berwarna putih kekuningan, rasa ubi

(6)

serta daya hasil 25-30 t/ha. Akan tetapi jenis ini jarang dijumpai (http://balitkabi.litbang.deptan.go.id, 2012).

Produksi ubi jalar sangat tergantung kepada jumlah dan laju asimilat kebagian bawah. Pertumbuhan tajuk memberikan kontribusi bagi pertumbuhan bagian bawah. Akan tetapi jika pertumbuhan tajuk lebih besar akan mengakibatkan ubi menjadi kecil. Oleh karena itu dibutuhkan altenatif jarak tanam yang paling sesuai untuk ketiga jenis klon agar ruang untuk pembentukan umbi cukup. Jarak tanam menentukan kepadatan populasi tanaman. Jarak tanam sempit menciptakan populasi tanaman yang rapat dan sebaliknya. Pada populasi tanaman yang rapat menyebabkan saling menaungi dan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Perbedaan pertumbuhan dan kemampuan

berproduksi menyebabkan perbedaan derajat kompetisi sesama individu tanaman (Sembiring, 2009). Penetapan jumlah populasi tanaman per satuan luas atau

pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan penyerapan sinar matahari secara efektif oleh tajuk tanaman untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis. Jarak tanam yang sempit dapat menurunkan produksi karena adanya persaingan unsur hara antar tanaman sehingga diperlukan jarak tanam yang optimum untuk menghasilkan produksi yang maksimum (Singarimbun, 2012). Sehingga diperoleh alternatif yaitu melakukan penelitian dengan perlakuan jarak tanam yang berbeda agar diketahui jarak tanam yang dapat menghasilkan produksi yang optimum. Tujuan Penelitian

(7)

Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan dan hasil tiga klon ubi jalar akibat jarak tanam yang berbeda.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini juga

(8)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi. Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif (Sonhaji, 2007).

Kultivar ubi jalar dikelompokkan menjadi dua jenis yang umum yang berwarna kuning-jingga warna yang lembut, lembab dan manis. Ketika dimasak menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis ini sering disebut ‘ubi’. Ubi adalah tanaman yang hanya tumbuh di iklim tropis

(Decoteau, 2000).

Tanaman ubi jalar adalah tanaman dikotil termasuk keluarga convolvulaceae yang memiliki dua tipe akar, yaitu akar penyerap hara disebut akar sejati dan akar penyimpan energi hasil fotosintesis yang disebut umbi. Akar serabut dapat tumbuh di kedua sisi tiap ruas pada bagian batang yang bersinggungan dengan tanah (Sarwono, 2005).

(9)

dan 1-2 meter untuk varietas ubi jalar tidak merambat (Juanda dan Cahyono, 2000).

Daun ubi jalar berbentuk bulat, menyerupai jantung (hati) atau seperti jari tangan, tertopang tangkai yang tegak. Tipe daun bervariasi antara rata, berlekuk dangkal dan menjari, ujung daun runcing atau tumpul. Warna daun bervariasi dari hijau tua sampai hijau kekuningan, warna tangkai daun dan tulang daun antara hijau sampai ungu, sesuai warna batangnya (Sarwono, 2005).

Daunnya yang panjang, sederhana, berbentuk hati dan tergantung varietas. Pembuluh yang menonjol di permukaan bunga dan biasanya menunjukkan derajat pigmentasi sebagai batang yang sama (Edmond, dkk, 1975).

Mahkota bunga menyatu berbentuk terompet, berdiameter 3-4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’. Biji terbentuk dalam kapsul,

sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, keras dan biasanya membutuhkan pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Sarwono, 2005).

Buah pada tanaman ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah terjadi penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan, buah ubi jalar sudah masak. Di dalam buah banyak berisi biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras. Biji-biji tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman

secara generatif untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (Juanda danCahyono, 2000).

(10)

dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit umbi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan tergantung jenisnya. Struktur kulit umbi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal, dan biasanya bergetah, daging umbi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 2007).

Struktur umbi: kompleks, berbentuk bulat, halus atau bergerigi, 8-30 cm, permukaan umbi putih, kuning, jingga, merah, ungu, atau cokelat; daging putih, kuning, jingga, merah atau ungu (Tindall, 1983).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.

Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27oC. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah

yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering. Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun (http://migroplus.com, 2011).

(11)

Suhu yang dibutuhkan sekitar 240C sampai 270C dengan lama penyinaran matahari 10 sampai 12 jam sehari. Meskipun demikian tanaman ubi jalar dapat tumbuh sepanjang tahun, asalkan berada di tempat lahan yang terbuka dan tidak tergenang air (Suparman, 2007).

Pemberian air pada tanaman harus mencukupi untuk menjamin hasil yang bermutu tinggi. Bila selama masa pertumbuhan curah hujan tidak mencukupi, pengairan perlu dilakukan. Hal ini merupakan keadaan yang kritis, terutama untuk budidaya sayuran yang kekurangan lembab dalam tanah selama beberapa hari saja dapat berakibat buruk bagi tanaman sayuran. Sebaliknya, curah hujan berlebihan pun menimbulkan kerugian-kerugian. Kehilangan hasil yang sangat besar akan terjadi, bila ubi jalar dipanen setelah mengalami masa dingin dan basah yang panjang, meskipun langsung diawetkan (Pantastico, 1986).

Tanah

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7.

Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono, 2005).

Sifat fisik tanah yang baik mempengaruh peningkatan peredaran oksigen, oksigen yang tersedia di dalam tanah mendukung aktivitas mikroorganisme didalam tanah. Sifat fisik tanah yang gembur memudahkan perakaran tanaman berkembang dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman pun menjadi baik pula.

(12)

yang banyak, bentuknya bagus dan permukaan umbi yang rata (Juanda danCahyono, 2000).

Tanah yang baik bagi ubi jalar ialah tanah pasir campur lempung yang gembur dan tak mengandung banyak air. Pada tanah yang terlalu subur, ubi jalar mempunyai banyak daun dan batang, sedang ubinya sedikit atau tidak ada sama sekali. Juga pada tanah yang terlalu banyak air, akan menyebabkan ubi menjadi busuk (Soemartono, 1983).

Daerah harus berdrainase baik, sebaiknya pasir atau lempung berpasir, untuk perkembangan akar yang baik. Jika drainase buruk, tanaman harus dibumbun. Tanah harus dibajak untuk menghilangkan gumpalan dan batu yang dapat menghambat pembentukan akar (Acquaah, 1999).

Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Semakin lebar jarak tanam, semakin besar intensitas cahaya dan semakin banyak ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman, karena jumlah tanaman lebih sedikit. Sebaliknya semakin rapat jarak tanam semakin banyak jumlah tanaman dan persaingan semakin ketat. Jarak tanam yang lebar jumlah tanaman lebih sedikit, sehingga persaingan unsur hara lebih kecil. Di samping itu jarak tanam yang lebar keterbukaan tajuk lebih besar, sehingga jumlah cahaya matahari yang diserap untuk proses fotosintesis bagi tanaman lebih banyak (Mawazin dan Suhaendi, 2008).

(13)

jarak tanam maka makin rendah hasil umbi segar per tanaman dan jumlah umbi per tanaman (Sumarni, dkk, 2012).

Jarak tanam akan mempengaruhi pertumbuhan kanopi tanaman, sehingga akan mempengaruhi besarnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman. Daun-daun dari setiap tanaman saling tumpang tindih, sehingga menutup ruang antar setiap tanaman. Daun tanaman yang saling tumpang tindih akan mengakibatkan tanaman tidak menerima cahaya matahari secara maksimal. Keadaan ini mengakibatkan fotosintesis berlangsung kurang optimal, karena fotosintesis sangat memerlukan cahaya dan proses tersebut hanya berlangsung di siang hari. Dengan fotosintesis yang kurang optimal, maka pertumbuhan tanaman juga akan terhambat, karena pertumbuhan tanaman berlangsung didasarkan pada jumlah fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman (Noverita, 2005).

Hasil umbi tertinggi diperoleh pada jarak tanam terkecil dan hasil umbi terendah diperoleh pada jarak tanam terbesar. Hasil umbi per hektar menurun dengan jarak tanam yang meningkat. Jarak tanam terbesar memberikan jumlah umbi tertinggi per tanaman, yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan jumlah umbi per tanaman yang diperoleh dari jarak tanam yang biasa digunakan (Zamil, dkk, 2010).

(14)

Jarak tanam akan mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil (Sutiyono, 2007).

Pada jarak tanam yang lebih rapat terjadi persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari, unsur hara dan air, sementara pada jarak tanam yang lebih renggang persaingan itu tidak terjadi sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman dapat maksimal (Zulkarnain, 2005).

Jarak tanam yang rapat akan menimbulkan persaingan yang tinggi dalam pengambilan unsur hara, air dan juga persaingan sinar matahari sehingga perlu diperhatikan penggunaan jarak tanam yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. (Afrida, 2005).

Semakin lebar jarak tanam yang digunakan menyebabkan kecilnya persaingan antar tanaman dalam memperoleh hara mineral dan cahaya matahari karena pada masa perkembangan, akar tanaman dalam menyerap hara tidak terjadi persaingan, begitu juga dengan tajuk antar tanaman. Selain itu juga dipengaruhi oleh populasi tanaman yang tidak rapat sehingga pertumbuhan vegetatifnya lebih baik (Yetti dan Ardian, 2010).

(15)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Cengkeh Turi, Binjai dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah Entisol yang mengandung bahan organik, pasir, debu, liat dan pH masing-masing sebanyak 0.85%, 46.56%, 18.00%, 35.44% dan 5.34. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek pucuk ubi jalar klon Daya, A82, dan Jago yang diperoleh dari perkampungan warga Kota Binjai dengan panjang stek ± 25 cm, pupuk kandang, dolomit, pupuk Urea, TSP, KCl, insektisida Matador 25 EC dan fungisida Score 250 EC.

Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, knapsack dan timbangan. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, yaitu:

Faktor 1: Klon (K) terdiri dari tiga jenis, yaitu: K1 = Daya

K2 = A82 K3 = Jago

Faktor II: Jarak Tanam (J) terdiri dari lima jenis, yaitu: J1 = 5 x 100 cm

(16)

J4 = 35 x 100 cm J5 = 45 x 100 cm

Sehingga diperoleh 15 kombinasi sebagai berikut: K1J1 K1J2 K1J3 K1J4 K1J5 K2J1 K2J2 K2J3 K2J4 K2J5 K3J1 K3J2 K3J3 K3J4 K3J5

Jumlah ulangan : 3

Jumlah bedengan (plot) : 15

Jumlah bedengan seluruhnya : 45

Panjang bedengan : 300 cm

Lebar bedengan : 50 cm

Jarak antar bedengan : 100 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jumlah tanaman per bedengan : J1= 60 setek J2= 20 setek J3= 12 setek J4= 8 setek J5= 6 setek Jumlah sampel per bedengan : 3

Jumlah sampel seluruhnya : 135 Jumlah tanaman seluruhnya : 954 Model Analisis

Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

(17)

Dimana:

i : 1, 2, 3 (ulangan) j : 1, 2, 3 (klon)

k : 1, 2, 3, 4, 5 (jarak tanam)

Yijk : Hasil pengamatan untuk blok ke-i dengan klon ke-j dan jarak tanam ke-k µ : Nilai tengah perlakuan

ρi : Pengaruh blok pada taraf ke-i αj : Pengaruh klon pada taraf ke-j

βk : Pengaruh perlakuan jarak tanam pada taraf ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi antara klon pada taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k

εijk : Galat perlakuan pada blok ke-i yang mendapat perlakuan klon pada taraf ke-j , perlakuan jarak tanam pada taraf ke-k.

(18)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal

Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar (gulma) dengan menggunakan cangkul, kemudian tanah diolah dengan cangkul sedalam ± 30 cm hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar. Tanah dibiarkan selama satu minggu. Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan areal. Dibuat bedengan dengan panjang 300 cm, lebar 50 cm, tinggi ± 30 cm, jarak antar bedengan 100 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Persiapan Bahan Tanaman

Setek diperoleh dari perkampungan warga Kota Binjai. Panjang setek pucuk adalah ± 25 cm. Jumlah bibit satu setek per lubang tanam. Setek diambil satu hari sebelum penanaman.

Penanaman

Bedengan yang sudah disiapkan untuk penanaman dibuat lubang sedalam ± 10 cm dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Penanaman setek dilakukan secara miring (100) dengan dua ruas dibenamkan ke dalam tanah. Kemudian tanah dipadatkan dekat dengan pangkal setek. Penanaman dilakukan pada pagi hari untuk menghindari penguapan yang berlebihan.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah dilakukan penanaman dan saat 45 HST. Dosis pupuk mengacu kepada rekomendasi Badan Litbang Pertanian, Deptan

(19)

(50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha) (http://pangan.litbang.deptan.go.id, 2011) (Lampiran.4). Pupuk dimasukkan dalam larikan sedalam ± 10 cm, pupuk urea dan KCl dicampur sedangkan pupuk TSP tidak, kemudian tanah ditutup kembali.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman dengan cara mencabut gulma dan dilakukan berdasarkan pengamatan adanya gulma.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan berdasarkan pengamatan adanya umbi yang muncul dipermukaan tanah dengan cara menimbun umbi tersebut dengan tanah hingga umbi tidak terlihat lagi.

Pembalikan batang

Pembalikan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang sampai 15 MST. Pembalikan batang ini bertujuan untuk menghindari pembentukan umbi ukuran kecil dan banyak pada ruas batang yang menjalar.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk pengendalian hama digunakan insektisida lamda sihalotrin 25 g/l (Matador 25 EC) dengan dosis 15 cc/l air dan pengendalian penyakit digunakan fungisida difenokonazol 250 g/l (Score 250 EC) dengan dosis 15 cc/l air.

Panen

(20)

cara menggali guludan dengan cangkul, lalu ubi jalar dibersihkan dari tanah yang menempel dengan cara menyiram.

Pengamatan Parameter

Pertambahan Panjang Tanaman

Pertambahan panjang tanaman yaitu selisih antara data pengamatan 10 MST dikurangi dengan data pengamatan 1 MST. Tanaman diukur dari pangkal

batang hingga ujung yang diluruskan. Bobot Umbi Per Tanaman

Bobot umbi ditentukan berdasarkan bobot segar umbi tiap tanaman dan dilakukan setelah panen.

Jumlah Umbi Per Tanaman

Umbi yang dihitung adalah umbi yang terbentuk pada akar batang utama (setiap akar yang sudah membentuk umbi) sedangkan umbi yang terbentuk pada batang yang menjalar tidak termasuk karena umbi yang dihasilkan berukuran kecil.

Panjang Umbi Per Sampel

Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi menggunakan penggaris dan dilakukan setelah panen. Panjang umbi yang diukur adalah panjang masing-masing umbi dari seluruh umbi yang dihasilkan tanaman sampel.

Lilit Umbi Per Sampel

(21)

Bobot Umbi Per Plot

Bobot umbi dihitung berdasarkan bobot segar umbi tiap plot dan dilakukan satu hari setelah panen.

Jumlah Umbi Per Plot

Jumlah umbi yang dihitung adalah seluruh umbi per plot yang terbentuk pada akar batang utama dan dilakukan satu hari setelah panen.

Rataan Bobot Satu Umbi Per Tanaman dan Rataan Bobot Satu Umbi Per Plot Rataan bobot satu umbi per tanaman dan rataan bobot satu umbi per plot dihitung dengan rumus sebagai berikut:

bobot umbi per tanaman

Rataan bobot satu umbi per tanaman = ———————————

jumlah umbi per tanaman bobot umbi per plot

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan Panjang Tanaman

Hasil analisis sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada umur 10 MST dapat dilihat pada Lampiran 6. Masing-masing klon memiliki respon

yang berbeda terhadap pertambahan panjang tanaman. Perlakuan jarak tanam dan interaksi antara klon dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman umur 10 MST dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pertambahan panjang tanaman tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda umur 10 MST.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...cm...

J1 (5 x 100) 062.80f 084.22d-f 63.23f 070.09

J2 (15 x 100) 131.12a-c 062.96f 64.78f 086.29

J3 (25 x 100) 117.23b-d 097.47c-f 81.23d-f 098.64

J4 (35 x 100) 163.11a 124.81bc 80.44ef 122.79

J5 (45 x 100) 142.18ab 113.22b-e 74.04f 109.81

Rataan 123.29 096.54 72.75 097.52

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Klon Daya memiliki pertambahan panjang tanaman tertinggi pada jarak tanam 35 x 100 cm. Klon A82 memiliki pertambahan panjang tanaman tertinggi pada jarak tanam 35 x 100 cm. Klon Jago memiliki pertambahan panjang tanaman tertinggi pada jarak tanam 25 x 100 cm.

Bobot Umbi Per Tanaman

(23)

Tabel 3. Bobot umbi per tanaman dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...g...

J1 (5 x 100) 181.11ef 143.33f 155.56f 160.00

J2 (15 x 100) 220.00ef 224.23d-f 245.00c-f 229.74

J3 (25 x 100) 610.00b 286.67c-f 442.22bc 446.30

J4 (35 x 100) 440.00b-d 592.22b 384.44c-e 472.22

J5 (45 x 100) 893.89a 448.89bc 306.11c-f 549.63

Rataan 469.00 339.07 306.67 371.58

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Bobot umbi per tanaman tertinggi dengan perlakuan jarak tanam diperoleh pada klon Daya dengan jarak tanam 45 x 100 cm sebesar 893.89 g (Tabel 3). Jumlah Umbi Per Tanaman

Interaksi perlakuan jarak tanam pada klon ubi jalar menunjukkan pengaruh yang nyata (Lampiran 8).

Tabel 4. Jumlah umbi per tanaman dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...jumlah umbi...

J1 (5 x 100) 2.22cd 2.33cd 2.33cd 2.30

J2 (15 x 100) 1.78d 3.57a-c 2.22cd 2.52

J3 (25 x 100) 4.56a 2.44cd 2.78b-d 3.26

J4 (35 x 100) 3.00a-d 2.78b-d 2.67b-d 2.81

J5 (45 x 100) 4.11ab 2.22cd 2.00cd 2.78

Rataan 3.13 2.67 2.40 2.73

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Jumlah umbi per tanaman tertinggi diperoleh klon Daya pada jarak tanam 25 x 100 cm (4.56 jumlah umbi) (Tabel 4).

Rataan Bobot Satu Umbi Per Tanaman

(24)

terhadap bobot satu umbi per tanaman, sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata. Interaksi antara klon dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap rataan bobot satu umbi per tanaman (Tabel 5).

Tabel 5. Bobot satu umbi per tanaman dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...g…......

J1 (5 x 100) 092.50 064.00 062.31 072.94c

J2 (15 x 100) 131.30 114.88 103.70 116.63bc

J3 (25 x 100) 137.92 133.13 172.96 148.00ab

J4 (35 x 100) 154.54 229.19 153.93 179.22a

J5 (45 x 100) 243.67 204.07 130.56 192.77a

Rataan 151.98 149.05 124.69 141.91

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Perlakuan jarak tanam 45 x 100 cm menghasilkan bobot satu umbi per tanaman tertinggi yaitu 192.77 g (Tabel 5).

Panjang Umbi Per Sampel

(25)

Tabel 6. Panjang umbi per sampel dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...cm...

J1 (5 x 100) 10.27 12.57 09.35 10.73bc

J2 (15 x 100) 10.43 10.17 11.16 10.59c

J3 (25 x 100) 11.09 13.52 13.49 12.70ab

J4 (35 x 100) 11.34 15.57 13.25 13.39a

J5 (45 x 100) 12.96 15.08 12.21 13.42a

Rataan 11.22b 13.38a 11.89b 12.16

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang umbi per sampel tertinggi

diperoleh pada klon A82 sebesar 13.38 cm dan perlakuan jarak tanam 45 x 100 cm sebesar 13.42 cm.

Lilit Umbi Per Sampel

Hasil analisis sidik ragam dari lilit umbi per sampel dapat dilihat pada Lampiran 11 yang menunjukkan masing-masing klon memiliki respon yang berbeda terhadap lilit umbi per sampel, jarak tanam berpengaruh nyata terhadap lilit umbi per sampel, tetapi interaksi diantara keduanya berpengaruh tidak nyata. Hasil uji beda rataan lilit umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Lilit umbi per sampel dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...cm…...

J1 (5 x 100) 16.15 11.22 12.47 13.28c

J2 (15 x 100) 18.08 13.44 14.89 15.47bc

J3 (25 x 100) 17.47 15.25 16.09 16.27ab

J4 (35 x 100) 18.79 17.88 15.79 17.49ab

J5 (45 x 100) 20.85 17.64 15.47 17.99a

Rataan 18.27a 15.09b 14.94b 16.10

(26)

Lilit umbi per sampel tertinggi diperoleh pada klon Daya sebesar 18.27 cm dan perlakuan jarak tanam 45 x 100 cm sebesar 17.99 cm (Tabel 7).

Bobot Umbi Per Plot

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dari bobot umbi per plot dapat dilihat pada Lampiran 12. Interaksi antara klon dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot (300 cm x 50 cm) dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Bobot umbi per plot (300 cm x 50 cm) dari tiga klon ubi jalar pada jarak

tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...kg...

J1 (5 x 100) 7.22ab 3.32de 5.29b-d 5.28

J2 (15 x 100) 2.67e 5.33b-d 4.11c-e 4.04

J3 (25 x 100) 8.20a 2.74e 4.93b-e 5.29

J4 (35 x 100) 3.22de 4.29c-e 3.64c-e 3.72

J5 (45 x 100) 5.80bc 3.20de 2.59e 3.86

Rataan 5.42 3.78 4.11 4.44

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Hasil pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada bobot umbi per plot (300 cm x 50 cm), klon Daya dengan jarak tanam 25 x 100 cm menghasilkan bobot umbi tertinggi sebesar 8.20 kg.

Tabel 9. Bobot umbi per hektar (ton/Ha) dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...ton...

J1 (5 x 100) 20.23 9.30 14.81 14.78

J2 (15 x 100) 7.48 14.91 11.51 11.30

J3 (25 x 100) 22.95 7.67 13.81 14.81

J4 (35 x 100) 9.02 12.02 10.18 10.41

J5 (45 x 100) 16.23 8.95 7.25 10.81

Rataan 15.18 10.57 11.51 12.42

(27)

Jumlah Umbi Per Plot

Interaksi antara klon dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per plot dapat dilihat dari tabel hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 13. Hasil uji beda rataan jumlah umbi per plot dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah umbi per plot dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...jumlah umbi...

J1 (5 x 100) 90.67a 59.33bc 64.33b 71.44

J2 (15 x 100) 26.67e-g 40.00de 32.67d-f 33.11

J3 (25 x 100) 46.67cd 22.67e-g 29.00e-g 32.78

J4 (35 x 100) 21.33fg 20.00fg 21.33fg 20.89

J5 (45 x 100) 31.00d-f 15.67fg 11.67g 19.44

Rataan 43.27 31.53 31.80 35.53

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Tabel 10 menunjukkan jumlah umbi per plot tertinggi diperoleh pada interaksi K1J1 (90.67 jumlah umbi).

Rataan Bobot Satu Umbi Per Plot

(28)

Tabel 11. Bobot satu umbi per plot dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda.

Jarak Tanam Klon Rataan

K1 (Daya) K2 (A82) K3 (Jago)

...g…...

J1 (5 x 100) 82.56 55.99 79.65 72.73c

J2 (15 x 100) 94.28 133.05 127.21 118.18bc

J3 (25 x 100) 177.64 124.46 171.01 157.71ab

J4 (35 x 100) 151.78 225.66 169.11 182.18a

J5 (45 x 100) 224.03 208.85 177.43 203.44a

Rataan 146.06 149.60 144.88 146.85

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf uji 5 %.

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa bobot satu umbi per plot tertinggi diperoleh pada jarak tanam 45 x 100 cm sebesar 203.44 g dan terendah pada perlakuan jarak tanam 5 x 100 cm sebesar 72,73 g.

Pembahasan

(29)

Parameter bobot umbi per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam 45 x 100 cm. Jarak tanam tersebut memiliki jumlah tanaman yang lebih sedikit, tetapi dapat menghasilkan bobot umbi yang besar dibandingkan jarak tanam yang rapat, jarak tanam mempengaruhi tingkat persaingan antar tanaman dalam proses pengambilan unsur hara, air, oksigen dan cahaya matahari. Menurut Mawazin dan Suhaendi (2008) yang melakukan penelitian pada meranti, pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Semakin lebar jarak tanam, semakin besar intensitas cahaya dan semakin banyak ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman, karena jumlah tanaman lebih sedikit.

Dari hasil penelitian diperoleh data jumlah umbi per tanaman tertinggi pada klon Daya dengan jarak tanam 25 x 100 cm dan ini sesuai dengan jarak tanam yang umum digunakan di daerah Kota Binjai yaitu 20 - 25 cm x 100 cm. Jarak tanam tersebut merupakan jarak tanam yang optimum dalam budidaya ubi jalar sehingga pada satu tanaman dapat menghasilkan jumlah umbi yang banyak dan produktivitas yang tinggi, dengan pemanfaatan lahan yang cukup optimal sehingga tidak terjadi kompetisi antar tanaman dan di dalam tanah. Menurut Afrida (2005) yang melakukan penelitian pada bawang merah, jarak tanam yang rapat akan menimbulkan persaingan yang tinggi dalam pengambilan unsur hara, air dan juga persaingan sinar matahari sehingga perlu diperhatikan penggunaan jarak tanam yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

(30)

berpengaruh pada proses fotosintesis. Fotosintat yang disalurkan kebagian bawah tanaman menyebabkan umbi yang dihasilkan memiliki bobot per tanaman tertinggi. Hal ini sesuai dengan Noverita (2005) yang melakukan penelitian pada baby kaylan, jarak tanam akan mempengaruhi pertumbuhan kanopi tanaman, sehingga akan mempengaruhi besarnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman. Daun tanaman yang saling tumpang tindih akan mengakibatkan tanaman tidak menerima cahaya matahari secara maksimal. Keadaan ini mengakibatkan fotosintesis berlangsung kurang optimal, karena fotosintesis sangat memerlukan cahaya sehingga pertumbuhan tanaman juga akan terhambat karena pertumbuhan tanaman berlangsung didasarkan pada jumlah fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman.

(31)

Data tertinggi lilit umbi per sampel terdapat pada klon Daya sedangkan perlakuan jarak tanam terdapat pada 45 x 100 cm. Pada jarak tanam tersebut umbi yang dihasilkan memiliki ukuran yang besar sehingga diduga berpengaruh terhadap parameter lilit umbi per sampel. Pada jarak tanam yang rapat kanopi memiliki bentuk yang tidak sempurna dan ini mempengaruhi hasil fotosintesis yang disalurkan kebagian bawah sehingga umbi yang dihasilkan berukuran kecil dan ini mempengaruhi lilit umbi. Makin rapat jarak tanam maka dalam pengambilan unsur hara dan sinar matahari terjadi persaingan. Bila umbi yang dihasilkan terlalu banyak maka tanaman tidak dapat menghasilkan umbi yang besar, atau hanya menghasilkan umbi yang kecil-kecil (Sutapradja, 2008 yang melakukan penelitian pada kentang) dan ini mempengaruhi dalam perhitungan parameter lilit umbi per sampel.

Klon Daya dengan jarak tanam 25 x 100 cm menghasilkan bobot umbi per plot (300 cm x 50 cm) tertinggi. Kriteria umbi yang diinginkan konsumen yaitu berukuran sedang, muda dan memiliki potensi hasil yang besar. Jika

dikonversi ke hektar, daya hasil klon Daya dengan metode jarak tanam 25 x 100 cm mengalami penurunan sebesar 0.05 ton/Ha atau sekitar 0.2 %.

(32)

Jumlah umbi per plot tertinggi yaitu pada klon Daya dengan perlakuan jarak tanam 5 x 100 cm. Jarak tanam terkecil menghasilkan jumlah populasi yang besar per plot karena bibit ubi ditanam rapat sehingga diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi per plot, tetapi tidak untuk per tanaman. Menurut Zamil, dkk (2010) yang melakukan penelitian pada kentang, hasil umbi tertinggi diperoleh pada jarak tanam terkecil dan hasil umbi terendah diperoleh pada jarak tanam terbesar. Hasil umbi per hektar menurun dengan jarak tanam yang meningkat. Jarak tanam terbesar memberikan jumlah umbi tertinggi per tanaman, yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan jumlah umbi per tanaman yang diperoleh dari jarak tanam yang biasa digunakan.

Bobot satu umbi per plot tertinggi diperoleh pada jarak tanam 45 x 100 cm sedangkan yang terendah pada jarak tanam 5 x 100 cm. Jarak tanam yang renggang (45 x 100 cm) diduga tidak terjadi kompetisi antar tanaman dalam hal

memperoleh unsur hara, air, oksigen, cahaya matahari. Menurut Zulkarnain (2005) yang melakukan penelitian pada jagung, pada jarak tanam yang

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Klon Daya memiliki pertambahan panjang tanaman tertinggi sebesar 163.11 cm pada jarak tanam 35 x 100 cm, klon A82 unggul pada jarak tanam 35 x 100 cm (124.81 cm). Berbeda dengan klon Jago yang unggul pada jarak

tanam 25 x 100 cm (81.23 cm).

2. Klon Daya menghasilkan bobot umbi per tanaman tertinggi pada jarak tanam 45 x 100 cm sebesar 893.89 g, sedangkan klon A82 pada jarak tanam 35 x 100 cm sebesar 592.22 g. Klon Jago unggul pada jarak tanam 25 x 100 cm sebesar 442.22 g.

3. Perlakuan jarak tanam 25 x 100 cm menghasilkan jumlah umbi per tanaman tertinggi pada klon Daya (4.56 jumlah umbi), jarak tanam 15 x 100 cm unggul pada klon A82 (3.57 jumlah umbi), sedangkan jarak tanam 25 x 100 cm pada klon Jago (2.78 jumlah umbi).

4. Rata-rata bobot satu umbi per tanaman, rata-rata bobot satu umbi per plot, panjang umbi per sampel dan lilit umbi per sampel tertinggi terdapat pada jarak tanam 45 x 100 cm.

Saran

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 1999. Horticulture Principles And Practices. Prentice Hall, New Jersey.

Afrida, E. 2005. Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik A32 Dan Jarak Tanam

Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Brebes. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu

Pertanian, Vol.3(1).

Decoteau, D.R. 2000. Vegetable Crops. Prentice-Hall, Inc, New Jersey.

Dinas Pertanian Kota Binjai, 2012. Luas Panen dan Produksi Ubi Jalar Di Kota Binjai 2001-2011.

Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrews, R.G. Halfacre. 1975. Fundamentals of Horticulture, Fourth Edition. McGraw-Hill Book Company, United States of America.

Hasibuan, E.R. 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) Pada Pemberian Beberapa Bahan Organik.

Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

http://balitkabi.litbang.deptan.go.id, 2012. Budidaya Ubi Jalar. Diakses dari http://balitkabi.litbang.deptan.go.id pada 20 Januari 2012.

http://migroplus.com, 2011. Budidaya Ubi Jalar. Diakses dari http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20ubijalar.pdf pada

20 Januari 2012.

http://pangan.litbang.deptan.go.id,2011. Ubi Jalar. Diakses dari http://pangan.litbang.deptan.go.idpada 20 Januari 2012.

Juanda, D. dan B. Cahyono, 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Mawazin dan H. Suhaendi, 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter Shorea parvifolia Dyer. (Effect of Plant Spacing on the Diameter Growth of Shorea parvifolia Dyer.). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Vol.5(4):381-388.

(35)

Pantastico, ER.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan Dan Sayur-Sayuran Tropika Dan Sub Tropika. Diterjemahkan Oleh: Kamariyani dan G.Tjitrosoepomo. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rukmana, R. 2007. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca panen. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sembiring, S. 2009. Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda. Tesis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Singarimbun, E.O.M. 2012. Pengaruh Jarak Tanam Dan Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Terhadap Penyakit Hawar Daun (Helminthosporium turcicum (Pass.) Leonard et Sugss) Pada Tanaman

Jagung (Zea mays L.) Di Lapangan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soemartono. 1983. Ubi Jalar. C.V. Yasaguna, Jakarta.

Sonhaji, A. 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing, Bandung. Sumarni, N., Rosliani R. dan Suwandi. 2012. Optimasi Jarak Tanam Dan Dosis

Pupuk NPK Untuk Produksi Bawang Merah Dari Benih Umbi Mini Di Dataran Tinggi. Jurnal Hortikultura, Vol.22(2):148-155.

Sumpena, U. dan Irni M., 2005. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Kascing Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Wortel (Daucus carota L.). Jurnal Agrivigor, Vol.5(1):26-33.

Suparman, 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Press, Jakarta.

Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit. Jurnal Hortikultura, Vol.18(2):155-159.

Sutiyono. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Bambu Tutul (Bambusa maculata Widjaja) Umur 3 Tahun. Info Hutan, Vol.4(5):477-486. Tindall, H.D. 1983. Vegetables In The Tropics. Macmillan Press, London.

(36)

Zamil, M.F., M.M. Rahman, M.G. Rabbani dan T. Khatun. 2010. Combined Effect Of Nitrogen And Plant Spacing On The Growth And Yield Of Potato With Economic Performance. Bangladesh Research Publications Journal, Vol.3(3):1062-1070.

(37)

Lampiran 1. Deskripsi Klon

Daya

Dilepas Tahun : 1977

Nomor seleksi klon : 380

Asal : Putri Selatan/Jonga, Bogor 1958

Hasil rata-rata : 23 t/ha

Umur tanaman : 4 bulan

Tinggi batang : -

Bentuk daun : Bentuk hati berlekuk dangkal

Warna pucuk daun : Hijau ungu

Warna tangkai daun : -

Warna tulang daun : -

Warna batang muda : -

Warna batang tua : -

Warna kulit umbi : Kuning jingga (bagian luar) Warna daging umbi : Kuning jingga

Kualitas rebus : Kurang baik Rasa : -

Kadar tepung : - Kadar protein : 0,8% Kadar HCN : -

Ketahanan thd penyakit:Cukup tahan lanas (Cylas formicarius), Tahan penyakit keriting daun (Sweet potato curl).

(http://balitkabi.litbang.deptan.go.id). Jago

Dilepas Tahun : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 530/Kpts/TP.240/10/2001

No.induk : B 0053-9

Asal : Dari family klon B 0053-9

Daya hasil : 25,0-30,0 t/ha

Umur panen : 4,0-4,5 bulan

Tipe tanaman : Semi kompak

Diameter buku ruas : Sedang

Panjang buku ruas : Sangat pendek

Warna dominan sulur : Hijau

Warna sekunder sulur : Ungu pada buku-buku Bentuk kerangka daun : Berbentuk cuping

Kedalam cuping daun : Tepi daun berlekuk dalam

Jumlah cuping daun : Bercuping lima

Bentuk cuping pusat : Elips

Ukuran daun dewasa : Sedang

Warna daun dewasa : Hijau

Warna daun muda : Hijau (atas), ungu (bawah)

Panjang tangkai daun : Pendek

Bentuk umbi : Membulat

Pertumbuhan umbi : Agak terbuka

Panjang tangkai umbi : Pendek

Warna kulit umbi : Putih

Warna daging umbi : Kuning muda

Rasa umbi : Enak

(38)

-Serat : 1,09 %

-Protein : 1,50 %

-Gula : 4,26 %

-Pati : 30,73 %

-Beta karotin : 84,99 mg/100 g

-Vitamin C : 20,65 mg/100 g

Ketahanan thd hama : Agak tahan hama boleng (Cylas formicarius) dan tahan

hama penggulung daun

Ketahanan thd penyakit: Agak tahan kudis (S.batatas) dan bercak daun (Cercospora sp.)

Pemulia : M. Jusuf, I Gin Mok, Minantyorini, Lisna Ningsih,

(39)

Lampiran 2. Bagan Penelitian

Ket :

a = 50 cm

b = 50 cm

c = 50 cm

d = 100 cm

e = 22,5 m

K1J1 K2J1 K3J1

D

K2J1 K3J1 K1J1

K3J1 K1J1 K2J1

K1J2 K2J2 K3J2

K2J2 K3J2 K1J2

K3J2 K1J2 K2J2

K1J3 K2J3 K3J3

K2J3 K3J3 K1J3 e

K3J3 K1J3 K2J3

K1J4 K2J4 K3J4

K2J4 K3J4 K1J4

K3J4 K1J4 K2J4

K1J5 K2J5 K3J5

K2J5 K3J5 K1J5

K3J5 K1J5 K2J5

a b c

(40)

Lampiran 3. Plot Penelitian

X X X X X

Ket :

a = ½ jarak tanam

b = jarak tanam (5cm, 15cm, 25cm, 35cm, 45cm)

c = 50 cm

d = 300 cm

Lampiran 4. Perhitungan Pupuk Dasar

Lebar plot = 50 cm = 0,5 m

Dosis anjuran = Urea = 200 kg/Ha TSP = 50 kg/Ha KCl = 100 kg/Ha

Luas plot = 3 m x 0,5 m = 1,5 m2

Kebutuhan Pupuk

luas plot 1,5 m2

Urea = ———— x 200 kg = ———— x 200 kg = 0,03 kg/plot = 30 gr/plot

10.000 m2 10.000 m2

luas plot 1,5 m2

TSP = ———— x 50 kg = ———— x 50 kg = 0,0075 kg/plot = 7,5 gr/plot

10.000 m2 10.000 m2

luas plot 1,5 m2

KCl = ———— x 100 kg = ———— x 100 kg = 0,015 kg/plot = 15 gr/plot

10.000 m2 10.000 m2

a b

c

(41)

Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Persiapan

Areal X

2 Pembuatan

Bedengan X

3

Persiapan Bahan Tanaman

X

4 Penanaman X

5 Pemeliharaan

Tanaman

Pemupukan X X

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Pembumbunan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Pembalikan

Batang Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Pengendalian Hama dan

Penyakit

X

6 Panen

7 Peubah

Amatan Pertambahan

Panjang Tanaman

X X X X X X X X X X

Bobot Umbi

Per Tanaman X

Rataan Bobot Satu Umbi Per

Tanaman

X

Jumlah Umbi

Per Tanaman X

Panjang Umbi

Per Sampel X

Lilit Umbi Per

Sampel X

Bobot Umbi

Per Plot X

Jumlah Umbi

Per Plot X

Rataan Bobot Satu Umbi Per

Plot

(42)

Lampiran 6. Pertambahan panjang tanaman 10 MST (cm)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 60.53 65.97 61.90 188.40 62.80

K1J2 139.13 116.77 137.47 393.37 131.12

K1J3 138.33 114.93 98.43 351.70 117.23

K1J4 188.10 153.87 147.37 489.33 163.11

KIJ5 131.13 166.43 128.97 426.53 142.18

K2J1 75.43 101.40 75.83 252.67 84.22

K2J2 6.03 79.90 102.93 188.87 62.96

K2J3 107.33 95.37 89.70 292.40 97.47

K2J4 92.97 144.90 136.57 374.43 124.81

K2J5 112.13 111.20 116.33 339.67 113.22

K3J1 59.83 65.97 63.90 189.70 63.23

K3J2 57.33 61.93 75.07 194.33 64.78

K3J3 85.47 82.60 75.63 243.70 81.23

K3J4 82.27 83.87 75.20 241.33 80.44

K3J5 84.80 67.70 69.63 222.13 74.04

TOTAL 1420.83 1512.80 1454.93 4388.57

RATAAN 94.72 100.85 97.00 97.52

Daftar sidik ragam pertambahan panjang tanaman 10 MST

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 288.21 144.10 0.39 tn 3.34

Perlakuan 14 44214.52 3158.18 8.47 * 2.08

Klon 2 19180.84 9590.42 25.71 * 3.05

Jarak Tanam 4 15028.50 3757.13 10.07 * 2.71

Interaksi 8 10005.18 1250.65 3.35 * 2.29

Galat 28 10443.82 372.99

Total 44 54946.54 1248.79

(43)

Lampiran 7. Bobot umbi per tanaman (g)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 166.67 203.33 173.33 543.33 181.11

K1J2 183.33 190.00 286.67 660.00 220.00

K1J3 593.33 600.00 636.67 1830.00 610.00

K1J4 436.67 426.67 456.67 1320.00 440.00

KIJ5 760.00 1010.00 911.67 2681.67 893.89

K2J1 90.00 166.67 173.33 430.00 143.33

K2J2 6.03 283.33 383.33 672.70 224.23

K2J3 280.00 356.67 223.33 860.00 286.67

K2J4 566.67 680.00 530.00 1776.67 592.22

K2J5 406.67 386.67 553.33 1346.67 448.89

K3J1 86.67 163.33 216.67 466.67 155.56

K3J2 165.00 136.67 433.33 735.00 245.00

K3J3 356.67 513.33 456.67 1326.67 442.22

K3J4 386.67 423.33 343.33 1153.33 384.44

K3J5 618.33 66.67 233.33 918.33 306.11

TOTAL 5102.70 5606.67 6011.67 16721.03

RATAAN 340.18 373.78 400.78 371.58

Daftar sidik ragam bobot umbi per tanaman

Sumber db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Ulangan 2 27649.51 13824.75 1.05 tn 3.34

Perlakuan 14 1804186.27 128870.45 9.76 * 2.08

Klon 2 221420.54 110710.27 8.39 * 3.05

Jarak Tanam 4 1010668.26 252667.07 19.14 * 2.71

Interaksi 8 572097.46 71512.18 5.42 * 2.29

Galat 28 369587.72 13199.56

Total 44 2201423.50 50032.35

(44)

Lampiran 8. Jumlah umbi per tanaman (jumlah umbi)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 1.67 3.33 1.67 6.67 2.22

K1J2 1.67 1.33 2.33 5.33 1.78

K1J3 4.67 4.33 4.67 13.67 4.56

K1J4 3.33 2.33 3.33 9.00 3.00

KIJ5 4.00 3.00 5.33 12.33 4.11

K2J1 1.67 3.00 2.33 7.00 2.33

K2J2 6.03 1.67 3.00 10.70 3.57

K2J3 2.00 3.67 1.67 7.33 2.44

K2J4 2.33 2.33 3.67 8.33 2.78

K2J5 2.33 2.00 2.33 6.67 2.22

K3J1 1.67 2.33 3.00 7.00 2.33

K3J2 1.67 1.67 3.33 6.67 2.22

K3J3 2.33 3.00 3.00 8.33 2.78

K3J4 2.67 3.00 2.33 8.00 2.67

K3J5 3.00 1.00 2.00 6.00 2.00

TOTAL 41.03 38.00 44.00 123.03

RATAAN 2.74 2.53 2.93 2.73

Daftar sidik ragam jumlah umbi per tanaman

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 1.20 0.60 0.69 tn 3.34

Perlakuan 14 25.89 1.85 2.12 * 2.08

Klon 2 4.13 2.06 2.37 tn 3.05

Jarak Tanam 4 4.69 1.17 1.35 tn 2.71

Interaksi 8 17.08 2.13 2.45 * 2.29

Galat 28 24.37 0.87

Total 44 51.46 1.17

(45)

Lampiran 9. Rataan bobot satu umbi per tanaman (g)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 105.00 60.83 111.67 277.50 92.50

K1J2 125.00 143.33 125.56 393.89 131.30

K1J3 128.06 138.67 147.02 413.75 137.92

K1J4 126.11 186.67 150.83 463.61 154.54

KIJ5 190.00 341.39 199.61 731.00 243.67

K2J1 55.00 60.33 76.67 192.00 64.00

K2J2 6.03 191.67 146.94 344.64 114.88

K2J3 167.22 95.50 136.67 399.39 133.13

K2J4 231.67 302.22 153.67 687.56 229.19

K2J5 176.67 210.00 225.56 612.22 204.07

K3J1 51.67 67.78 67.50 186.94 62.31

K3J2 109.44 78.33 123.33 311.11 103.70

K3J3 202.50 171.11 145.28 518.89 172.96

K3J4 151.11 155.67 155.00 461.78 153.93

K3J5 206.11 66.67 118.89 391.67 130.56

TOTAL 2031.59 2270.17 2084.19 6385.95

RATAAN 135.44 151.34 138.95 141.91

Daftar sidik ragam rataan bobot satu umbi per tanaman

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 2094.97 1047.48 0.47 tn 3.34

Perlakuan 14 121426.37 8673.31 3.87 * 2.08

Klon 2 6734.15 3367.08 1.50 tn 3.05

Jarak Tanam 4 84703.12 21175.78 9.44 * 2.71

Interaksi 8 29989.10 3748.64 1.67 tn 2.29

Galat 28 62776.35 2242.01

Total 44 186297.69 4234.04

(46)

Lampiran 10. Panjang umbi per sampel (cm)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 12.28 8.37 10.17 30.82 10.27

K1J2 9.83 10.08 11.36 31.28 10.43

K1J3 10.72 11.26 11.28 33.26 11.09

K1J4 11.14 12.22 10.67 34.03 11.34

KIJ5 10.88 15.18 12.83 38.88 12.96

K2J1 11.83 12.63 13.25 37.72 12.57

K2J2 6.03 13.20 11.28 30.51 10.17

K2J3 13.69 12.61 14.25 40.55 13.52

K2J4 13.83 19.32 13.57 46.72 15.57

K2J5 11.94 17.86 15.44 45.24 15.08

K3J1 8.88 10.50 8.66 28.04 9.35

K3J2 10.94 10.90 11.64 33.48 11.16

K3J3 14.63 12.83 13.01 40.48 13.49

K3J4 13.34 13.32 13.08 39.74 13.25

K3J5 15.48 9.43 11.72 36.63 12.21

TOTAL 175.46 189.72 182.21 547.39

RATAAN 11.70 12.65 12.15 12.16

Daftar sidik ragam panjang umbi per sampel

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 6.78 3.39 0.91 tn 3.34

Perlakuan 14 141.14 10.08 2.70 * 2.08

Klon 2 36.82 18.41 4.92 * 3.05

Jarak Tanam 4 71.08 17.77 4.75 * 2.71

Interaksi 8 33.24 4.15 1.11 tn 2.29

Galat 28 104.73 3.74

Total 44 252.65 5.74

(47)

Lampiran 11. Lilit umbi per sampel (cm)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 16.95 14.02 17.47 48.44 16.15

K1J2 17.98 19.27 17.00 54.25 18.08

K1J3 17.80 18.24 16.36 52.40 17.47

K1J4 17.79 19.93 18.64 56.36 18.79

KIJ5 19.39 23.50 19.65 62.55 20.85

K2J1 10.18 11.62 11.85 33.66 11.22

K2J2 6.03 17.90 16.39 40.32 13.44

K2J3 16.89 13.18 15.67 45.74 15.25

K2J4 19.07 19.13 15.45 53.65 17.88

K2J5 18.56 16.71 17.64 52.92 17.64

K3J1 12.18 11.69 13.52 37.40 12.47

K3J2 14.76 14.32 15.58 44.66 14.89

K3J3 17.45 16.12 14.71 48.28 16.09

K3J4 15.37 15.25 16.74 47.36 15.79

K3J5 16.94 13.80 15.68 46.42 15.47

TOTAL 237.35 244.70 242.35 724.40

RATAAN 15.82 16.31 16.16 16.10

Daftar sidik ragam lilit umbi per sampel

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 1.88 0.94 0.19 tn 3.34

Perlakuan 14 263.82 18.84 3.82 * 2.08

Klon 2 106.01 53.00 10.75 * 3.05

Jarak Tanam 4 124.91 31.23 6.33 * 2.71

Interaksi 8 32.90 4.11 0.83 tn 2.29

Galat 28 138.03 4.93

Total 44 403.73 9.18

(48)

Lampiran 12. Bobot umbi per plot (g)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 6200.00 6610.00 8860.00 21670.00 7223.33

K1J2 1150.00 2570.00 4290.00 8010.00 2670.00

K1J3 6680.00 7000.00 10910.00 24590.00 8196.67

K1J4 2860.00 3480.00 3320.00 9660.00 3220.00

KIJ5 6350.00 5030.00 6005.00 17385.00 5795.00

K2J1 3470.00 2970.00 3520.00 9960.00 3320.00

K2J2 4980.00 5850.00 5150.00 15980.00 5326.67

K2J3 2940.00 3070.00 2210.00 8220.00 2740.00

K2J4 3700.00 4040.00 5140.00 12880.00 4293.33

K2J5 3220.00 3160.00 3210.00 9590.00 3196.67

K3J1 2730.00 6490.00 6650.00 15870.00 5290.00

K3J2 3235.00 4435.00 4665.00 12335.00 4111.67

K3J3 4460.00 5540.00 4800.00 14800.00 4933.33

K3J4 3160.00 4720.00 3030.00 10910.00 3636.67

K3J5 5855.00 410.00 1500.00 7765.00 2588.33

TOTAL 60990.00 65375.00 73260.00 199625.00

RATAAN 4066.00 4358.33 4884.00 4436.11

Daftar sidik ragam bobot umbi per plot

Sumber db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 5154541.11 2577270.56 1.49 tn 3.34

Perlakuan 14 119886744.44 8563338.89 4.96 * 2.08

Klon 2 22675221.11 11337610.56 6.57 * 3.05

Jarak Tanam 4 22023300.00 5505825.00 3.19 * 2.71

Interaksi 8 75188223.33 9398527.92 5.45 * 2.29

Galat 28 48308458.89 1725302.10

Total 44 173349744.44 3939766.92

(49)

Lampiran 13. Jumlah umbi per plot (jumlah umbi)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 65.00 112.00 95.00 272.00 90.67

K1J2 16.00 28.00 36.00 80.00 26.67

K1J3 46.00 34.00 60.00 140.00 46.67

K1J4 20.00 20.00 24.00 64.00 21.33

KIJ5 30.00 15.00 48.00 93.00 31.00

K2J1 57.00 57.00 64.00 178.00 59.33

K2J2 38.00 43.00 39.00 120.00 40.00

K2J3 19.00 30.00 19.00 68.00 22.67

K2J4 13.00 20.00 27.00 60.00 20.00

K2J5 19.00 13.00 15.00 47.00 15.67

K3J1 49.00 67.00 77.00 193.00 64.33

K3J2 35.00 30.00 33.00 98.00 32.67

K3J3 27.00 28.00 32.00 87.00 29.00

K3J4 19.00 26.00 19.00 64.00 21.33

K3J5 18.00 5.00 12.00 35.00 11.67

TOTAL 471.00 528.00 600.00 1599.00

RATAAN 31.40 35.20 40.00 35.53

Daftar sidik ragam jumlah umbi per plot

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 557.20 278.60 3.17 tn 3.34

Perlakuan 14 19511.87 1393.70 15.84 * 2.08

Klon 2 1346.13 673.07 7.65 * 3.05

Jarak Tanam 4 15987.42 3996.86 45.42 * 2.71

Interaksi 8 2178.31 272.29 3.09 * 2.29

Galat 28 2464.13 88.00

Total 44 22533.20 512.12

(50)

Lampiran 14. Rataan bobot satu umbi per plot (g)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

K1J1 95.38 59.02 93.26 247.67 82.56

K1J2 71.88 91.79 119.17 282.83 94.28

K1J3 145.22 205.88 181.83 532.93 177.64

K1J4 143.00 174.00 138.33 455.33 151.78

KIJ5 211.67 335.33 125.10 672.10 224.03

K2J1 60.88 52.11 55.00 167.98 55.99

K2J2 131.05 136.05 132.05 399.15 133.05

K2J3 154.74 102.33 116.32 373.39 124.46

K2J4 284.62 202.00 190.37 676.99 225.66

K2J5 169.47 243.08 214.00 626.55 208.85

K3J1 55.71 96.87 86.36 238.94 79.65

K3J2 92.43 147.83 141.36 381.63 127.21

K3J3 165.19 197.86 150.00 513.04 171.01

K3J4 166.32 181.54 159.47 507.33 169.11

K3J5 325.28 82.00 125.00 532.28 177.43

TOTAL 2272.82 2307.68 2027.64 6608.14

RATAAN 151.52 153.85 135.18 146.85

Daftar sidik ragam rataan bobot satu umbi per plot

Sumber Db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Ulangan 2 3105.55 1552.77 0.61 tn 3.34

Perlakuan 14 119237.69 8516.98 3.35 * 2.08

Klon 2 181.31 90.65 0.04 tn 3.05

Jarak Tanam 4 97954.80 24488.70 9.62 * 2.71

Interaksi 8 21101.58 2637.70 1.04 tn 2.29

Galat 28 71272.63 2545.45

Total 44 193615.86 4400.36

Gambar

Tabel 1. Luas panen dan produksi ubi jalar di Kota Binjai 2001-2011.
Tabel 2. Pertambahan panjang tanaman tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda umur 10 MST
Tabel 3. Bobot umbi per tanaman dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang  berbeda
Tabel 5. Bobot satu umbi per tanaman dari tiga klon ubi jalar pada jarak tanam yang berbeda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut ditunjukkan dari bagaimana warga mengatasi atau mencari pengobatan bila anak terjadi diare, tetap memberikan ASI pada bayi yang masih menyusu, memasak air

Dismutase (SOD), TNF-alfa, dan IL-1 beta pada Sputum dan Serum Iin Noor Chozin, dr, SpP DPP 18 Hubungan Antara Kadar Vitamin D Dengan Ekspresi Cytokin Sel Th 17 Pada.. Pasien

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas butir soal Ujian Semester Genap Pelajaran Kimia Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Peranap Tahun Pelajaran 2013/2014 jika ditinjau dari:

Dalam hal ini, beberapa kompetensi tambahan yang diperlukan oleh SKM adalah kemampuan dalam memahami elemen penting pencegahan penyakit dan kejadian spesifik

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pemberian mikoriza Glomus fasciculatum dengan dosis 25 gram meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman euphorbia serta

Kebijakan pendanaan pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat Penyediaan akses permodalan untuk pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat oleh pemerintah telah

Untuk menganalisis pengaruh pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus terhadap kadar HDL, LDL, dan rasio LDL/HDL serum darah tikus yang diberi diet tinggi

Alim Setiawan Slamet, S.TP, M.Si, mengatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti program dari perusahaan dapat menambah pengalaman dan soft skill sehingga setelah lulus nanti tidak