• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh strategi brand extension terhadap intensi membeli konsumen: studi kasus pemakaian brand extension Lifebuoy untuk sampul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh strategi brand extension terhadap intensi membeli konsumen: studi kasus pemakaian brand extension Lifebuoy untuk sampul"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI BRAND EXTENSION TERHADAP INTENSI MEMBELI KONSUMEN

(Studi Kasus Pemakaian Brand Extension Lifebuoy untuk Sampo)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Rina Apriliana NIM : 105081002539

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rina Apriliana

2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 9 April 1987

3. Alamat : Jl. Legok Cicayur, RT 02/02,

Des. Situgadung, Kec. Pagedangan, Kab. Tangerang Selatan.

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 1 Situgadung 1994 – 2000

2. Mts Daar El-Qolam 2000 – 2003

3. MAN 1 Serpong 2003 – 2005

4. Strata 1 Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen 2005 – 2010 III. PENDIDIKAN Non-FORMAL

1. Lembaga Pendidikan Informatika PERINTIS 2003

2. Kursus Bahasa Inggris ILP 2004

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota OSIS MAN 2002

2. Anggota PASKIBRA Kec.Serpong 2003

3. Aktif dalam BEM jurusan Manajemen 2006

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Muhammad

2. Ibu : Mawar

(6)

v

ABSTRACT

The title of this research is “The Analysis of Brand Extension Strategy Effect to Purchase Intention (Case Study Brand Extension lifebuoy to shampoo product)”. Using method path analysis. Sample is taking using non probability sampling method with 60 respondents.

The purpose of this research is to find out and to analysis the effect of Brand Extension Strategy toward Purchase Intention. The object of this research is “lifebuoy shampoo”

The research shows that the brand knowledge, perceived quality, and innovativeness have significant influence toward purchase intention. This showed up with R square 62.7%. as for the rest are influenced by other variables which unknown is 37.3%.

These variables obtained throught literature studies, study of theory, and some research’s result that has been done before. Data used in this research is primary data, provided by customer of Lifebuoy. Research methodology used was Path Analysis.

Result of this researh show that brand extension strategy (brand knowledge, perceived quality and innovativeness) influences significantly towards purchase intention.

(7)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Strategi Brand Extension terhadap Intensi Membeli Konsumen (Studi Kasus Pemakaian Brand Extension Lifebuoy Untuk Sampo)” . Menggunkan metode penelitian analisis jalur. Pengambilan sampel digunakan teknik Nonprobability Sampling dengan penyebaran kuesioner pada 60 responden.

Tujuan penellitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh strategi brand extension terhadap intensi membeli konsumen. Obyek dalam penelitian ini adalah sampo lifebuoy.

Dari penelitian ini diketahui bahwa variabel brand knowledge, persepsi kualitas dan innovativeness berpengaruh terhadap intensi membeli kosumen. Hal ini ditunjukan dengan R square 62.7%. sedangkan sisanya 37.3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui.

Variabel – variabel tersebut diperoleh melalui study literatur, penelaahan terhadap teori, dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data yang digunakan bersumber dari konsumen lifebuoy. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah analisis jalur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi brand extension (brand knowledge, persepsi kualitas dan innovativeness) memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi membeli.

Kata Kunci: Strategi Brand Extension (Brand Knowledge, Persepsi Kualitas,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

PENGARUH STRATEGI BRAND EXTENSION TERHADAP INTENSI MEMBELI KONSUMEN (Studi Kasus Pemakaian Brand Extension lifebuoy untuk Sampo).

Penyusuanan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat – syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta berterima kasih kepada:

1. Mpa dan Mimih tersayang atas semua pengorbanan baik moril maupun materil, motivasi dan do’anya. Atas semua kasih sayangmu yang tak terukur oleh apapun nilainya. Hatur nuhun Mpa…Mimih.

2. Bpk Prof. Dr. Yahya Hamja, MMselaku Pembimbing I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan.

3. Bpk Heryanto,SE, M.si selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan bersedia meluangkan waktunya.

4. Bpk Indo Yama Nasarudin, SE., M.AB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

5. Ibu Lies Suzanawaty, SE., M.SI selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.

(9)

viii

7. Semua keluargaku yang telah memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. My Beloved Friend “Restu Puspita Rini” (kesannya spesial padahal udah mesen namanya harus ada) yang telah menemani, thks ya…

9. K-wan2 Clz-D’05, “Male”: Marcoz (Thks Laptopnya), Uyet, Jodi, Ucup, Ozi, Andri, Idel, Ipin, Here, Reza, Polo, Rully, Dahlan, Wirawan, Sugeng, dll, Smangat semuanya smoga kita semua sukes. “Female”: Ina, Oie, Yeni, Mita, Miaw, Ninol, Ana, Tita.dll. K-wan2 FEB: El-Vira (Thks ya tumpangannya), Penjol, Liea, Nova, dll

10.Kozan: Buzzet, Tika, iyut dkk.(Miss u So..).

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu,,,smoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik lagi…Amiin…

Penulis menyadari bahwa sekripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh Karena itu, mohon maaf atas kesalahan atau kekeliruan yang ada dalam sekripsi ini.

Jakarata, Mei 2010

(10)

ix

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ...i

Lembar Pengesahaan Uji Komprehensif ...ii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ...iii

Daftar Riwayat Hidup ...iv

Abstract ...v

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Perumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian. ...6

Bab II: Tinjauan Pustaka ...8

A. Manajemen Pemasaran ...8

1. Pengertian Pemasaran ...8

B. Definisi Brand Extension ...10

1. Pengertian Brand (Merek) ...10

2. Pengertian Brand Extension ...18

3. Keuntungan dan kerugian Perluasan Merek ...27

4. Cara Melakukan Perluasan Merek dan Keberhasilan Brand Extension ...28

C. Pengetahuan Merek (Brand Knowledge) ...30

1. Brand Awareness ...30

(11)

x

D. Definisi Perceived Quality ...31

1. Persepsi ...31

2. Perceived Quality ...32

E. Innovativeness ...35

F. Intensi Membeli ...35

G. Penelitian Terdahulu ...37

H. Kerangka Pemikiran.. ...39

I. Hipotesis. ...40

Bab III: Metodologi Penelitian ...42

A. Ruang Lingkup Penelitian ...42

B. Metode Penentuan sampel ...42

C. Metode Pengumpulan Data ...43

1. Data Primer ...43

2. Data Sekunder ...44

D. Metode Analisis Data ...44

1. Analisis Kualitatif ...44

2. Analisis Kuantitatif ...47

E. Operasional Variabel Penelitian ...49

Bab IV: Penemuan dan Pembahasan ...54

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...54

1. Sejarah Singkat PT. Unilever Indonesia Tbk ...54

2. Company Profile ...55

3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. ...55

4. Gambaran umum Kampanya CSR “Lifebuoy Berbagi Sehat”. ...56

5. Misi CSR “Lifebuoy Berbagi sehat”. ...57

B. Metode Analisis Data ...57

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel ...57

a. Brand Knowledge ...59

b. Persepsi Kualitas ...60

c. Innovativeness ...61

(12)

xi

C. Hasil Penemuan dan Pembahasan ...62

1. Analisis Kualitatif ...62

a. Karakteristik Responden ...62

b. Pembahasan Butir Pernyataan ...65

2. Analisis Kuantitatif ...97

a. Uji Analisis Jalur ...97

b. Hasil Uji Hipotesis ...102

Bab V: Kesimpulan dan Implikasi ...112

A. Kesimpulan ...112

B. Implikasi ...113

C. Saran ...114

Daftar Pustaka ...115

(13)

xii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Peringkat Kinerja Merek Kategori Sabun ... 3

1.2 Peringkat Kinerja Merek Kategori Sampo. ... 4

2.1 Fungsi Merek Bagi Konsumen ...14

2.2 Manfaat-Manfaat Merek. ...16

3.1 Pedoman Penilaian Tingkat Reliabilitas ...47

3.2 Operasional Variabel Penelitian ...50

4.1 Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan reliabilitas variabel Brand Knowledge (X1) ...59

4.2 Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Persepsi Kualitas (X2) ...60

4.3 Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Innovativeness (X3) ...61

4.4 Hasil Try Out untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel intensi membeli (Y) ...62

4.5 Karakteristik Jenis Kelamin Responden ...63

4.6 Usia Responden ...63

4.7 Karakteristik Pekerjaan Responden ...64

4.8 Saya merasa tidak asing dengan merek lifebuoy ...65

4.9 Merek lifebuoy mudah dikenali diantara merek merek sampo lalinnya ...66

4.10 Saya mengetahui produk sampo merek lifebuoy ...67

4.11 Saya sering mendengar produk sampo lifebuoy ...68

4.12 Lifebuoy merupakan sampo kesehatan keluarga ...69

4.13 Lifebuoy yaitu sampo dengan harga terjangkau/murah ...69

4.14 Lifebuoy merupakan sampo kesehatan yang ada dimana-mana dan mudah diperoleh dipasaran ...70

4.15 Sampo lifebuoy sama kulitasnya seperti sabun lifebuoy ...71

(14)

xiii

4.17 Saya merasa puas setelah menggunakan sabun merek lifebuoy ...73

4.18 Lifebuoy dirasa berkualitas tinggi ...74

4.19 Produk yang ditawarkan sesuai dengan yang diharapkan ...75

4.20 Produk sampo lifebuoy banyak variant pilihan ...76

4.21 Tersedia berbagai macam kemasan dan ukuran ...77

4.22 Harga sampo lifebuoy itu terjangkau ...78

4.23 Sampo lifebuoy dirasa mampu membersihkan dan merawat kesehatan kulit kepala dan rambut anda ...79

4.24 Kemasan sampo lifebuoy dirasa menarik ...80

4.25 Salah satu sampo kesehatan keluarga masa kini ...81

4.26 Inovasi baru dalam kategori sampo ...82

4.27 Kombinasi warna kemasan sampo lifebuoy dirasa sesuai dan menarik ...83

4.28 Merek sampo lifebuoy tampil berbeda dan lebih menarik ...84

4.29 Ada kesamaan persepsi dengan sabun lifebuoy ...85

4.30 Sampo lifebuoy mempunyai aroma yang khas ...86

4.31 Sampo berkualitas dengan harga terjangkau ...87

4.32 Merek sampo lifebuoy cukup menimbulkan kesan kesegaran ...88

4.33 Sebelum membeli sampo lifebuoy anda telah mendapatkan segala informasi mengenai produknya ...89

4.34 Sebelum membeli, anda membandingkan sampo lifebuoy dengan merek sampo lain ...90

4.35 Sebelum membeli sampo lifebuoy, anda mempunyai pertimbangan tertentu, misalnya intensif promosi dan harga ...91

4.36 Anda ingin membeli lifebuoy karena harumnya sesuai dengan selera anda ...92

4.37 Anda ingin membeli lifebuoy karena harganya murah ...93

4.38 Anda ingin membeli lifebuoy karena mereknya sudah terkenal ...94

4.39 Anda ingin membeli lifebuoy karena melihat iklan di tv ...95

(15)

xiv

4.41 Koefisien Korelasi ...98

4.42 Pengujian Hubungan Antar Variabel Independen ...99

4.43 Koefisien Analisis Jalur ... 100

4.44 Koefisien Determinasi ... 102

4.45 Analisis varian (Annova) ... 103

4.46 Uji Parsial (t-test) ... 105

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Strategi Merek ...22

2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ...39

3.1 Model Korelasi Analisis Jalur ...49

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN – LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Kuisioner ...115

2 Uji Validitas dan Reliabilitas Brand Knowledge ...120

3 Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Kualitas ...122

4 Uji Validitas dan Reliabilitas Innovativeness ...124

5 Uji Validitas dan Reliabilitas Intensi Membeli. ...126

6 Hasil Uji Korelasi dan Regresi ...130

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kondisi persaingan global yang super ketat saat ini setiap perusahaan

harus dapat menggunakan strategi yang tepat untuk terus berupaya mempertahankan

produknya untuk tetap di konsumsi konsumen atau pelanggannya, untuk itu dalam

bidang pemasaran pengembangan suatu produk sangatlah penting untuk kemajuan

perusahaan baik mempertahankan pangsa pasar juga memperluas pangsa pasarnya.

Strategi pengembangan produk ini dinamakan stategi Brand Extension (Perluasan

Merek). Keller dalam Dion (2007: 5)

Fenomena tentang Brand Extension telah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi

bagi kita para konsumen saat ini. Baik merek nasional atau multinasional mereka

menerapkan strategi Brand Extension (Perluasan Merek). Merek sony juga pada

awalnya digunakan pada produk tape recorder, VCD, DVD, bahkan laptop dan Hand

phone yang berbeda dari parent brand. Dan juga merek nasional pun juga melakukan

strategi perluasan pada mereknya yaitu ABC yang semula kita kenal sebagai merek

kecap telah memperluas penggunaan mereknya untuk produk lain seperti sirup, mie

instan, dan saus tomat serta sambal.(WWW.MajalahSWA.Com).

Maka strategi bisnis saat ini telah membuat persaingan antar perusahaan

meningkat. Konsumen yang semakin menuntut juga memaksa perusahaan untuk

memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan daya saing.

(19)

2 digunakan untuk mendapat keuntungan dari penggunaan merek yang telah dikenal

sebelumnya untuk produk baru.

Strategi brand extension ini, menurut Kepferer dalam Dion (2007:5),

bermanfaat menekan biaya untuk memperkenalkan produk pada konsumen sekaligus

meningkatkan kemungkinan keberhasilan produk di pasar. Pendapat tersebut dapat

dipahami karena konsumen akan lebih mudah mempercayai produk dengan merek

yang telah dikenal sebelumnya. Mortimer dalam Dion (2007:6) menyatakan bahwa

suatu produk dengan merek yang telah dikenal sebelunnya tidak lagi hanya dilihat

fungsi produknya semata namun juga dilihat dari nilai emonial keseluruhan.

Walaupun strategi ini telah banyak diadopsi, namun tidak selamanya strategi

brand extension ini berhasil. Perbedaan karakteristik konsumen dari tiap-tiap target

pasar yang berbeda satu sama lain menjadi kendala terbesar dalam penerapan strategi

ini. Perusahaan belum tentu memiliki cukup sumber daya untuk mendukung

kebutuhan pasar dari strategi brand extension ini. Bahkan menurut Mortimer (2003),

81% produk baru adalah produk brand extension. Dari sisi konsumen, keuntungan

yang diperoleh dari strategi brand extension terbukanya akses informasi yang lebih

banyak tentang produk baru sehingga dapat membantunya menentukan pilihan dan

mengambil keputusan pembelian. Konsumen dapat mengurangi resikonya karena

lebih memiliki gambaran tentang produk baru berdasarkan pengalaman dan

pengetahuannya dari original brand-nya. Walaupun strategi brand extestion ini dapat

diterapkan dihampir segala bidang, namun menurut Aaker (1996), strategi ini lebih

(20)

3

Brand extension adalah strategi yang paling populer saat ini untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori produk yang berbeda. Alasan penggunaan konsep ini dalam peluncuran produk baru jelas mengharapkan merek

yang sudah terkenal dapat mendorong penjualan, sehingga konsumen tidak merasa

asing lagi dengan produk yang baru ditawarkan tersebut. Contoh kasus yang paling

menarik dapat diamati dari strategi brand extension yang dilakukan PT. Unilever

terhadap produk sabun mandi Lifebouy dengan meluncurkan produk baru dengan

merek yang sama untuk kategori sampo dipenghujung tahun 2001.

Pemakaian brand extension “Lifebuoy” untuk sampo, merupakan jalan pintas

untuk menembus pasar sampo yang lebih dulu dimasuki Rejoice, Pantene dan Head

& Shoulders (produksi Procter and Gamble, kompetitor Unilever) serta bersaing

dengan produk Unilever sendiri seperti Sunslik dan Clear (lihat Tabel 1.1)

Tabel.1.1

Peringkat Kinerja Merek Kategori Sabun Mandi

(21)

4 Berdasarkan tabel 1.1 tersebut, dapat diketahui dengan jelas bahwa pada tahun

2001 top of mind (TOM) terhadap iklan yang ditayangkan memiliki korelasi positif

terhadap top of mind brand produk yang bersangkutan.

Masuknya Lifebuoy kedalam ketegori produk baru (sampo) akan berhadapan

secara langsung dengan pemain lama yang sudah mapan yaitu untuk sesama produk

Unilever seperti Sunslik dan Clear dengan market share sebesar 37,22% dan 27,18

%, maupun produk sampo yang dihasilkan competitor yaitu Procter and Gamble (P &

G) dengan produknya Pantene (18,84 %), Rejoice (6,26 %) serta Head and Shoulder

(2,07 %).

Tabel.1.2: Peringkat Kinerja Merek Kategori Sampo

Kalau memang tujuannya untuk menahan serangan dari produk P & G seperti

(22)

5 dan Emeron, apakah strategi brand extension yang dilakukan untuk masuk kekategori

baru yaitu sampo, akan mempengaruhi intensi membeli konsumen. Untuk itu penulis

melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Strategi Brand Extension

Terhadap Intensi Membeli Konsumen” (Studi kasus Pemakaian Brand Extension

"Lifebuoy" untuk sampo).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa

masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Brand Knowledge, Persepsi Kualitas, dan Innovativeness

secara simultan terhadap Intensi Membeli Konsumen pada produk sampo

lifebuoy?

2. Bagaimana pengaruh Brand Knowledge terhadap Intensi Membeli Konsumen

pada produk sampo lifebuoy?

3. Bagaimana pengaruh Persepsi Kualitas terhadap Intensi Membeli Konsumen

pada produk sampo lifebuoy?

4. Bagaimana pengaruh Innovativeness terhadap Intensi Membeli Konsumen

(23)

6 C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh brand knowledge, Persepsi kualitasdan

innovativeness secara simultan terhadap intensi membeli.

2. Untuk mengetahui pengaruh brand knowledge terhadap intensi membeli

konsumen pada produk sampo lifebuoy.

3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kualitas terhadap intensi membeli

konsumen pada produk sampo lifebuoy.

4.Untuk mengetahui pengaruh innovativeness terhadap intensi membeli

konsumen pada produk sampo lifebuoy

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti/ Akademi

a. Memperluas wawasan penulis terhadap fenomena yang terjadi dalam bidang strategi merek khususnya strategi Brand Extension.

b. Penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori-teori strategi merek yaitu brand extension yang didapat selama masa perkuliahan dapat diterapkan dalam dunia nyata.

(24)

7 2. Bagi perusahaan

a. Sebagai sumbangan informasi untuk menyusun strategi perusahaan.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengantisipasi perkembangan permasalahan perusahaan di bidang pemasaran khususnya strategi branding

yaitu brand extension.

3. Bagi pihak lain

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi pihak-pihak yang tertarik dengan bidang ini.

(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan

manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi terpendek pemasaran

adalah”Memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. Pemasaran merupakan suatu

hal kegiatan yang penting untuk dilakukan oleh setiap perusahaan, karena pemasaran

adalah ujung tombak kesuksesan dari suatu perusahaan. Dalam kegitan pemasaran

dapat membantu proses konsentrasi dalam mengembangkan segala sumber daya guna

suatu peningkatan penjualan produk.

Dengan itu maka, beberapa ahli ekonomi telah merumuskan suatu pengertian

yang menjabarkan apa yang dimaksud dengan pemasaran, dengan kata cara atau

pendapat yang berbeda namun memiliki sebuah ruang lingkup yanng sama.

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan

mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan

para pemillik sahamnya (Philip Kotler, 2007:6).

Sedangkan menurut Joseph dkk, Pemasaran adalah suatu aktivitas yang

(26)

9 kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang serta jasa yang

memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. (Joseph P. Cannon,

William D. Parreault, Jr, Jerome McCarthy 2008:8).

Menurut Basu Swasta menyatakan bahwa Pemasaran adalah sistem

keseluruhan dari kegiatan usaha yang diajukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan

kebutukan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu Swasta DH,

1999:179).

Setelah melihat berbagai persefsi dari definisi pemasaran diatas, maka kita

dapat melihat bahwa tidak terdapat suatu perbedaan persepsi mengenai apa yang

dimaksud dengan istilah pemasaran.

Seiring dengan perkembangan dalam perekonomian masyarakat telah terjadi

perubahan dalam sikap atau paham tentang bagaimana kegiatan pemasaran

seharusnya dilaksanakan. Kegiatan pemasaran telah berkembang dari kegiatan

distribusi dan penjualan yang berorientasi pada produk menjadi suatu falsafah yang

lebih berorientasi kepada konsumen dimana falsafah tersebut dilandasi dengan suatu

sikap atau paham yang menyatakan pemuasan kebutuhan konsumen. (pembeli)

adalah syarat mencapai tujuan perusahaan falsafah tersebut kini telah menjadi

pedoman bagi kegiatan pemasaran yang berlandaskan pada suatu konsep yang jelas

berkenaan dengan pemasaran yang tanggap dan bertanggung jawab yang disebut

(27)

10 Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:53), konsep tersebut didefinisikan

sebagai berikut: konsep pemasaran adalah sutu konsep yang berorientasi pada

konsumen yakni bahwa seluruh kebutuhan dan keninginan konsumen merupakan

prioritas utama bagi perusahaan. Konsep ini menunjukan bahwa tugas utama

perusahaan adalah pemenuhan keinginan konsumen yang menjadi sasaran penjualan

karena itu segala perencanaan, kebijaksanaan dan kegiatan perusahaan harus

berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan pembeli. Berhasil tidaknya pada

pencapaian sasaran tergantung pada keahlian dari seluruh bagian tersebut dan juga

kemampuan untuk mengkombinasikan pungsi-pungsi tersebut agar perusahaan dapat

berjalan lancar.

Konsep pemasaran adalah suatu falasafah bisnis yang menyatakan bahwa

kepuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

keberlangsungan hidup perusahaan. (Basu Swasta DH. 1999:181).

Sedangkan manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar

sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan

menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

B. Definisi Brand Extension

1. Definisi Brand (Merek)

American Marketing Association (dalam Kotler, 2005 : 82) mendefinisikan

merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinsasi semuanya,

yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau sekelompok

(28)

11 Menurut David aaker (dalam Rangkuti, 2002: 36) "Merek adalah nama dan

atau symbol yang bersifat membedakan (Seperti sebuah logo, cap, atau kemasan)

dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah

kelompok penjual tertentu".

Menurut William J. Stanton " Merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain

khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk

mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual (Rangkuti, 2002: 36)

Merek adalah nama, sebutan, tanda, lambang, atau kombinasinya, yang

dipakai penjual mengenali dari barang dan jasa pesaing (kamus istilah manjemen

1994) atau dapat diartikan sebagai metode untuk mengidentifikasi dan membedakan

berbagai produk dari produk pesaing (Jeff Madura, 2001:101)

Merek adalah suatu simbol yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat

pengertian (Kotler, 2005: 82):

a) Atribut: Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu. Mercedes menyiratkan

mobil yang mahal, kokoh, direkayasa dengan baik, tahan lama, bergengsi tinggi.

b) Manfaat: Atribut-atribut yang harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional.

c) Nilai: Merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya.

d) Budaya: Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu.

e) Kepribadian: Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu.

f) Pemakai: Merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau

(29)

12 Sedangkan menurut UU Merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek

adalah "tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan barang atau jasa". Definisi ini memiliki kesamaan dengan versi

American Marketing Association yanng menekankan peranan merek sebagai

identifier dan differentiator. (Fandy Tjiptono, 2005: 2).

Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti

(Durianto dkk: 2004: 2):

a) Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi

menjadi konsisten dan stabil.

b) Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa

suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya. Contoh yang

paling fenomenal adalah Coca-Cola yang berhasil menjadi "Global Brand",

diterima dimana saja dan kapan saja di seluruh dunia.

c) Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin

kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin

banyak brand association (asosiasi merek) yang terbentuk dalam merek tersebut.

Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat,

potensi ini akan meningkatkan brand image (citra merek).

Pada umumnya konsumen akan membeli barang-barang dengan merek yang

sudah dikenal, karena para konsumen tersebut merasa aman dengan sesuatu yang

(30)

13 kemampuan dalam bisnis serta memiliki kualitas yang bisa dipertanggung jawabkan.

Tetapi merek itu juga harus dilengkapi dengan citra yang baik di benak konsumen

sehingga dapat dipercaya, diingat, dan dikenal oleh konsumen. Merek sebenarnya

merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan

jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas.

Menurut Keller (dalam Fandy Tjiptono, 2005: 20) merek bermanfaat bagi

produsen dan konsumen. Bagi produsen merek berperan sebagai:

a) Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk

bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian, persediaan, dan pencatatan

akuntansi.

b) Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

c) Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa

dengan mudah memilih dan membelinya lagi dilain waktu.

d) Sarana penciptaan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para

pesaing.

e) Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas

pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

f) Sumber financial return, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

Bagi konsumen merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui

sejumlah fungsi dan manfat potensial. Vacquez, et al (dalam Fandy Tjiptono, 2005:

(31)

14 a) Utilitas fungsional produk

b) Pilihan (choice)

c) Inovasi

d) Trustworthiness

e) Emosional

f) Estetis

g) Novelty

h) Identifikasi sosial

i) identifikasi personal.

Suatu citra merek yang kuat memberikan beberapa keunggulan utama bagi

perusahaan. Nama merek membedakan suatu produk dari produk-produk pesaing.

Sebuah identitas merek yang kuat menciptakan suatu keunggulan bersaing utama.

Merek yang dikenal oleh pembeli mendorong pembelian secara berulang-ulang.

(Bilson dikutip dari David W. Cravens 1996: 19).

Tabel 2.1: Fungsi merek bagi konsumen

No Fungsi Manfaat Bagi Pelanggan

1. Identifikasi Bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi

produk, gampang mengidentifikasi produk yang

dibutukan atau dicari

2. Praktikalitas Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui

(32)

15 3. Jaminan Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka

bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun

pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat berbeda.

4. Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli

alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan

pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.

5. Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen

atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain.

6. Kontinuitas Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi

dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi

pelanggan selama bertahun-tahun.

7. Hedonistik Kepuasan terkait dengan daya tarik konsumen, logo, dan

komunikasinya.

8. Etis Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab

merek bersangkutan dalam hubungannya dengan

masyarakat.

(33)

16 Tabel 2.2: Manfaat-manfaat Merek

No Manfaat Merek Deskripsi

1. Manfaat ekonomik  Merek merupakan sarana bagi perusahaan

untuk saling bersaing memperebutkan

pasar.

 Konsumen memilih merek berdasarkan

value for money yang ditawarkan berbagai

macam merek.

 Relasi antara merek dan konsumen dimulai

dengan penjualan. Premium harga bisa

berfungsi layaknya asuransi resiko bagi

perusahaan. Sebagian besar konsumen

lebih suka memilih penyedia jasa yang

lebih mahal namun diyakininya bakal

memuaskannya ketimbang memilih

penyedia jasa lebih murah yang tidak jelas

kinerjanya.

2. Manfaat fungsional  Merek memberikan peluang bagi

diferensiasi. Selain memperbaiki kualitas

(diferensiasi vertikal),

(34)

17 dengan tipe-tipe produk baru (diferensiasi

horizontal).

 Merek memberikan jaminan kualitas.

Apabila konsumen membeli merek yang

sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja

merek tersebut akan konsisten dengan

sebelumnya.

 Pemasar merek berempati dengan para

pemakai akhir dan masalah yang akan

diatasi merek yang ditawarkan.

 Merek memfasilitasi ketersediaan produk

secara luas.

 Merek memudahkan iklan dan

sponsorship.

3. Manfaat psikologis  Merek merupakan penyederhanaan atau

simflikasi dari semua informasi produk

yang perlu diketahui konsumen.

 Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada

pertimbangan rasional. Dalam banyak

kasus, faktor emosional (seperti gengsi dan

(35)

18 dalam keputusan pembelian.

 Merek bisa memperkuat citra diri dan

persepsi orang lain terhadap

pemakai/pemiliknya.

Brand symbolism tidak hanya berpengaruh

pada persepsi orang lain, namun juga pada

identifikasi diri sendiri dengan obyek

tertentu.

(Sumber: diadaptasi dari Ambler, 2000)

2.Pengertian Brand Extension

Brand extension, menurut Keller dalam Dion (2003), didefinisikan sebagai

situasi di mana perusahan menggunakan merek yang sudah mapan (estabilish)

sebelumnya untuk memperkenalkan produk baru.(Fandy Tjiptono, 2005: 15) Definisi

ini mendukung pendapat Aaker dalam Dion (2007:64) yang menyatakan bahwa

brand extention digunakan sebagai strategi untuk memperluas jangkauan merek

karena awareness dari merek telah terbentuk sebelumnya. Tentang pengetahuan

merek yang telah dikenal sebelumnya, konsumen berpeluang untuk mengurangi

resiko mengalami kinerja buruk dari produk baru tersebut.

Teori kategorisasi dapat dirujuk untuk melihat evaluasi konsumen. Dalam

konteks evaluasi terhadap brand extension, maka konsumen akan memperhatikan

(36)

19 dengan merek induknya, ketika dihadapkan pada produk baru dengan brand

extention, konsumen cenderung untuk mengkategorikan produk baru tersebut dengan

melihat merek induknya, yang sudah diketahui sebelunnya (Park et al, 1991: 21).

Riset yang dilakukan oleh Aaker dan Keller (1990), mengindikasikan bahwa

penilaian kategorisasi dipengaruhi oleh persepsi kecocokan. Jika asosiasi utama dari

merek induk dapat ditransfer pada brand extention nya, maka konsumen akan

mempersepsi brand extension tersebut cocok dengan merek induknya (Fandy

Tjiptono, 2005:16)

Menurut Keller dalam Dion (2007:65) strategi brand extension terbagi

menjadi empat. Yaitu :

1. Pengetahuan merek induk (Brand Knowledge)

2. Persepsi kualitas (Perceived Quality)

3. Innovativeness

4. Konsistensi konsep merek

Brand Extension

Brand knowledge Persepsi

kualitas Innovativeness Konsistensi konsep merek a. Brand awareness a. Performance a. Modern a.konsistensi usaha

(37)

20 a. Strategi Branding Meliputi 6 Aspek Utama (Fandy Tjiptono, 2005:11)

1). Keputusan Branding :

Yakni keputusan menyangkut apakah akan menggunakan merek apa tidak

untuk produk yang dihasilkan. Pada hakikatnya, Branding berlaku untuk

segala jenis produk (barang, jasa, pengecer, bisnis online, orang, organisasi,

tempat, dan gagasan), yaitu dengan cara memberikan nama pada produk dan

menyertakan makna atau arti khusus menyangkut apa yang ditawarkan produk

bersangkutan dan apa yang membedakannya dari produk pesaing.

2). Keputusan Brand Sponsor :

Yakni keputusan yang berkenaan dengan siapa yang mensponsori merek.

Setiap organisasi pemasaran memiliki 3 pilihan utama: (1). Produk

menggunakan merek pemanufaktur (Manufacturer’s Brand atau dikenal pula

dengan istilah National Brand); (2). Pemanufaktur menjual produk ke

distributor atau parantara yang kemudian akan menggunakan House Brand

atau Private Label; (3). Menerapkan Mixed Brand Strategy (yakni, menjual

sebagian produk dengan menngunakan nama maerek manufaktur dan

sebagian lagi dengan Private Label).

3). Keputusan Brand Hierarchy, meliputi 6 elemen:

(a). Product Brand, yaitu memberikan nama eksklusif untuk produk tunggal

(38)

21 (b). Line Brand, yakni menawarkan satu produk koheren dengan satu nama

tunggal dan memperluas konsep spesifiknya kesejumlah produk berbeda

namun masih sangat lekat dengan produk semula.

(c). Range Brand, yakni memberikan nama merek tunggal dan janji tunggal

pada sekelompok produk yang memiliki bidang kompetensi sama.

(d). Umbrella Brand, yaitu nama merek yang sama mendukung berbagai

produk di pasar berbeda, dimana masing-masing produk memiliki

komunikasi dan janji individual sendiri-sendiri.

(e). Source Brand, yaitu praktik serupa denngan Umbrella Brand, hanya saja

setiap produk diberi nama sendiri.

(f). Endorsing Brand, yakni memberikan approval pada sejumlah produk

yang dikelompokan pada product Brand, Line Brand, atau Range Brand.

4). Keputusan Brand Extension

Yakni keputusan menyangkut apakah nama merek spesifik perlu

diperluas pada produk-produk lain. Brand Extension merupakan salah satu

dari 4 strategi merek:

(a) Line Extension: memperluas nama merek saat ini ke variasi bentuk, bahan,

ukuran dan rasa baru pada kategori produk saat ini.

(b) Brand Extension: nama merek saat ini diperluas kekategori produk baru.

(c) Multi Brand: nama merek baru diperkenalkan pada kategori produk sama.

(39)

22 Dalam Brand Extension, nama merek yang terbukti sukses dipakai

untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi dalam kategori

produk baru. Honda misalnya, menggunakan nama perusahaannya untuk

berbagai macam produk, seperti mobil, motor, mesin pemotong rumput, dan

Snowmobiles. Brand Extension memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya

pangsa pasar lebih besar, efisiensi periklanan lebih besar, perusahaan lebih

mudah memasuki kategori produk baru, produk baru lebih mudah dikenal dan

diterima konsumen. Akan tetapi, Brand Extension juga mengandung

kelemahan, seperti resiko sikap negatif konsumen terhadap produk-produk

lain bermerek sama jika produk baru gagal di pasaran. Nama merek tertentu

bisa jadi tidak cocok untuk produk baru spesifik (contohnya, berminatkah

anda membeli susu atau pasta gigi Mesran?) dan resiko Brand Dilution (Nama

merek kehilangan Positioning unik dalam benak konsumen dikarenakan

Overuse atau pemakaian nama merek secara berlebihan). (Fandy Tjiptono,

(40)

23

Yakni membangun dua atu lebih merek dalam kategori produk yang sama.

Multibranding memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan self space

lebih besar di rak-rak pajangan pengecer. Dalam kasus tertentu,

perusahaan bermaksud melindungi merek-merek utamanya dengan jalan

mengembangkan flanker atau fighting brands. Sebagai contoh, Seiko

menggunakan nama merek Seiko Lasalle untuk arloji mewah dan Pulsar

untuk arloji murahnya dalam rangka melindungi merek utama Seiko dari

serangan merek-merek pesaing berharga murah.

6). Keputusan Brand Repositioning:

Yaitu keputusan untuk mengubah produk dan citranya agar dapat lebih

memenuhi ekspektasi pelanggan. Sebagai contoh, Kentucky Fried

Chicken mengubah namanya menjadi KFC dan mengubah menunya

(dengan jalan menambah lower-fat skinless chicken dan item-item non

fried seperti burger ayam) untuk merespon mereknya dikalangan

(41)

24 b. Menurut Kotler (1997: 71) perusahaan memiliki lima pilihan strategi merek

yaitu:

1). Perluasan lini (Line Extension)

Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan

dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan

tampilan baru seperti rasa, bentuk, warna baru, tambahan, ukuran kemasan, dan

lainnya.

2). Perluasan Merek (Brand Extending)

Perluasan merek terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan

merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Brand Extension

memberikan keuntungan karena merek baru tersebut umumnya lebih cepat

diterima. (karena sudah dikenal sebelumnya). Hal ini memudahkan perusahaan

memasuki pasar dengan kategori produk baru. Perluasan merek dapat menghemat

banyak biaya iklan yang biasanya diperluakan untuk membiasakan konsumen

dengan suatu merek baru.

3). Multi merek (Multi Brand)

Multi brand dapat terjadi apabila perusahaan memperkenalkan berbagai merek

tambahan dalam kategori produk yang sama. Tujuannya adalah untuk membuat

kesan, feature serta daya tarik yang lain kepada konsumen sehingga lebih banyak

plihan. Sebagai contoh adalah P&G memproduksi sebelas merek deterjen,

(42)

25 4). Merek Baru (New Brand)

Merek baru dapat dilakukan apabila perusahan tidak memiliki satupun merek

yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau citra dari merek tersebut

tidak membantu untuk produk tersebut. Contoh: Coca cola memproduksi

minuman soda tetatpi memiliki rasa buah-buahan diberi merek fanta.

5). Merek bersama (Co -brand)

Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah meningkatkan strategi co-branding

(kerjasama branding). Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih

digabung dalam satu penawaran dengan tujuan agar merek yang satu dapat

memperkuat merek yang lain sehingga dapat menarik minat konsumen. Sebagai

contoh merek Aqua-Danone.

c. Menurut Aaker (1997: 255), perluasan merek adalah penggunaan sebuah merek

yang telah mapan pada suatu kelas produk untuk memasuki kelas produk lain,

perluasan merek merupakan strategi alamiah bagi perusahaan yang sedang

tumbuh dan mengeksploitasi asetnya. Perluasan merek dapat dilakuakan dengan

cara menggunakan asset tersebut. Untuk penetrasi pada asset pada kategori

produk baru atau memberi lisensinya kepada produk lain atau mengakuisisi

sebuah perusahan yang mempunyai merek yang bisa dijadikan landasan bagi

perusahaan. Perluasan merek secara umum dapat dibedakan menjadi dua kategori

(43)

26 1). Perluasan lini (Line Extension)

Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama

yang terdapat pada merek induk. Meskipun target pasar produk yang baru

tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk.

Dan juga dapat diartikan perluasan lini dapat dilakukan jika perusahaaan

memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama

dengan merek yang sama. Contoh: Pantene mengeluarkan sampo untuk

rambut rontok, rambut berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan

lain sebagainya.

2). Perluasan Kategori (Category Extension)

Artinya perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk

memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang sedang

dilayani oleh merek induk. Contoh: Pepsodent mengeluarkan produk

mouthwash, permen dan sikat gigi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Perluasan Merek

Aaker (http: // WWW. Empgens. Om / pubs/jems / JEMS4 1. pdf)

Menyatakan bahwa keberhasilan strategi perluasan merek dipengaruhi oleh:

1). Sikap pada merek asal

2). Kesesuain antara merek asal dengan produk perluasan penerimaan terhadap

(44)

27 3. Keuntungan dan Kerugian Perluasan Merek

Keuntungan dari perluasan merek menurut Keller (1998:455), adalah:

a. Memfasilitasi Penerimaan Produk

1) Mengureangi resiko yang dirasakan konsumen

2) Meningkatkan kemungkinan memperoleh distribusi dan trial

3) Meningkatkan efisiensi pengeluaran promosi

4) Mengurangi biaya perkenalan dan program pemasaran lanjutan

5) Mengurangi biaya pengembangan merek baru untuk melakukan riset

konsumen yang diperlukan dan mempekerjakan personal yang

berketerampilan untuk mendesain nama merek yang berkualitas, logo, simbol,

pengemasan, ciri, dan slogan yang bisa sangat mahal dan tidak ada jaminan

sukses.

6) Efisiensi pengemasan dan pelabelan

7) Mengijinkan konsumen untuk mencari variasi

b. Menyediakan manfaat timbal balik pada merek asal

1). Memperjelas arti merek

2). Meningkatkan citra merek

3). Membawa pelanggan baru kedalam brand franchise

4). Mengaktifkan kembali merek

(45)

28 c. Kerugian dari perluasan merek adalah:

1). Dapat membingungkan atau menyebabkan konsumen frustasi

2). Dapat mengancam ketahanan retailer

3). Dapat merusak citra merek

4). Dapat sukses tapi mengkanibalisasi penjualan merek asal

5). Dapat sukses tetapi mengurangi identifikasi dengan satu kategori lain

6). Dapat sukses tetapi merusak citra merek asal

7). Dapat merusak arti merek

8). Dapat membatalkan kesempatan mengembangkan merek baru.

4. Cara Melakukan Perluasan Merek dan Keberhasilan Brand Extension

a. Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi yang terdapat dalam merek tersebut.

b. Mengidentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan asosiasi-asosiasi merek

tersebut.

c. Memilih calon terbaik dari daftar produk tersebut untuk menguji konsep dan

pengembangan produk baru.

Sedangkan menurut Leif E.Ham et al (2001: 22) faktor-faktor yang

mempengaruhi kesuksesan strategi perluasan merek adalah:

1. Similiarity (kesamaan)

Adalah tingkatan dimana konsumen menganggap bahwa produk hasil

perluasan memiliki persamaan dengan merek asalnya. Beberapa studi

menunjukan bahwa semakin besar persamaan antara produk perluasan merek

(46)

29 oleh konsumen baik positif maupun negatif dari produk hasil perluasan.

Bahkan ada pula penelitian yang menyebutkan bahwa konsumen akan

membangun sikap yang positif terhadap produk hasil perluasan bila konsumen

tersebut menganggap bahwa produk tersebut memiliki kesamaan dengan

merek asalnya.

2. Reputation (reputasi)

Asumsi yang dapat dikemukakan dari penggunaan reputasi adalah bahwa

merek yang memiliki posisi yang kuat akan memberikan pengaruh yang

beasar pada produk hasil perluasannya (Aaker dan Keller 1992; Smith dan

Park 1992). Bahkan telah dilaporkan bahwa merek yang dipersepsi memiliki

kualitas yang rendah. Reputasi disini adalah sejumlah hasil yang diperoleh

dari kualitas suatu produk.

a). Perceived Risk adalah konstruk multi dimensional yang mengimplikasikan

pengetahuan konsumen secara tidak pasti tentang suatu produk

sebelumnya dilakukan pembelian didasarkan pada tipe dan tingkatan

kerugian dari produk itu setelah dilakukan pembelian. Perceived risk

biasanya di konseptualisasi dengan konstruk dua dimensi yaitu

ketidakpastian tentang konsekuensi melakukan kesalahan dan ketidak

pastian tentang hasil uang yang diperoleh.

b). Innovativeness adalah aspek kepribadian yang berhubungan dengan

penerimaan konsumen untuk mencoba produk baru atau merek baru. Dan

(47)

30 banyak evaluasi pada perluasa merek terutama dalam hal jasa. Oleh

karena itu mengembangkan strategi perluasan merek ini agar lebih efisien

maka pihak perusahaan harus menarik lebih banyak konsumen yang

memiliki sifat innovativeness.

C. Pengetahun Merek (Brand Knowledge)

Pengetahuan merek didefinisikan sebagai adanya informasi tentang merek

dalam ingatan (memory) konsumen, beserta dengan asosiasi-asosiasi yang berkaitan

dengan merek tersebut. (Keller dalam Fandy Tjiptono 2005: 40). Informasi yang

direkam dalam ingatan konsumen itu dapat berbentuk informasi verbal, visual,

abstrak atau contextual. Secara umum, Keller dalam Fandy Tjiptono (2005: 41) juga

menyatakan bahwa pengetahuan merek dapat terbagi menjadi dua komponen yaitu

brand awareness dan brand image. Dengan demikian pengetahuan konsumen tentang

merek dibutuhkan untuk mengevaluasi merek tersebut. Dalam kaitannya dengan

brand extension dengan memiliki pengetahuan tentang merek induknya.

1. Brand Awareness (Kesadaran merek)

Menurut Aaker (1997:90) kesadaran merek menunjukan kesanggupan seorang

calon pembeli untuk mengenali/ mengingat kembali, suatu kategori produk tertentu.

Bagian dari suatu kategori produk ini perlu ditekankan karena terdapat suatu

hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.

Kesadaran merek memerlukan jangkauan kontinum dari perasaan yang tidak pasti

bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya. Dengan demikian, konsumen yakin

(48)

31 2. Brand Image (Citra Merek)

Brand Image atau brand description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan

keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Sejumlah teknik kuantitatif dan

kualitatif telah dikembangkan untuk membantu mengungkap persepsi dan asosiasi

konsumen terhadap sebuah merek tertentu, diantaranya multi-dimensional scaling,

projection techniques, dan sebagainya. (Fandy Tjiptono, 2005: 49)

D. Definisi Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

1. Persepsi

Persepsi dapat digambarkan sebagaimana kita meihat lingkungan disekitar

kita. Persepsi setiap orang berbeda dalam situasi yang sama, hal ini desebabkan

karena kita semua menerima sebuah objek rangsangan melalui penginderan yaitu

penglihatan, pendengaran, pembauan, peradapan, perasaan. Namun demikian

tiap-tiap orang menanggapi, mengorganisasi dan menafsirkan informasi sensorik ini

menurut masing-masing sebagai individu. Dan orang yang mengalami dorongan yang

sama dalam situasi yang sama mugkin dalam menaggapi, menyeleksi, dan

mengorganisir rangsangan tersebut kan berbeda, karena tiap orang tidak sama dalam

hal kebutuhan, nilai harapan dan kesukaan orang dapat muncul dengan persepsi yang

berbeda terhadap objek rangsangan.

Persepsi seringkali berbicara lebih kuat daripada fakta, sehingga menimbulkan

kesan bahwa persepsi konsumen terlihat lebih bermanfaat daripada menunjukan fakta

yang belum tentu dapat diterima oleh konsumen. Persepsi juga dapat diartikan

(49)

32 dan menginterprestasikan informasi-informasi tertentu dalam rangka membentuk

makna tertentu mengenai produk atau merek tertentu. Makna tersebut lebih sering

dinamakan citra/ kesan/ image. Adapun beberapa pendapat tentang persepsi yaitu:

menurut Kotler (1997: 240) persepsi adalah "proses seorang individu memilih,

mengorganisasi, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan

sebuah gambar yang bermakna tentang dunia.

Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga

pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari

setiap perbuatannya dimasa lampau atau dapat pula dipelajari. Sebab dengan belajar

seseorang akan belajar memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang

berbeda-beda akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan

pengamatan pada proses prilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit

pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas juga luasan interpretasinya.

Dan persepsi ini juga ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang

mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang.

2. Perceived Quality

Zeithaml (1998: 52) mendefinisikan perceived quality sebagaia gambaran

umum dari penilaian konsumen tentang keunggulan atau kesempurnaan dari suatu

produk dalam level tertentu dapat dibandingkan dengan atribut tertentu dari produk.

Konsumen menilai kualitas dari suatu produk berdasarkan berbagai informasi yang

(50)

33 didapatkannya dari kampanye iklan maupun dari pertukaran informasi dari orang

lain (Word of mouth).

Pada produk baru yang dikenalkan dengan menggunakan brand extension

dari merek induk yang sebelumnya telah dikenal, perusahaan ingin mendapatkan

perceived quality yang baik dari konsumen. Hal ini dapat dicapai karena konsumen

diasumsikan telah mengetahui dengan baik dan memiliki informasi yang cukup

tentang kualitas merek induk. Dan dengan persepsi kecocokan yang tepat natara

merek induk dengan merek extension nya, diharapkan konsumen juga mengevaluasi

dan membentuk penilaian yang positif, yang berkaitan dengan kualitas produk, dari

brand extension tersebut.

Keller dan Aaker (1997: 46) menyatakan bahwa nilai dari suatu merek

terletak pada tingkat konsistensitas kenerja dan fungsi merek tersebut dalam

memenuhi harapan yang telah terbentuk sebelumnya ketika konsumen memilih merek

tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, konsumen telah memiliki harapan untuk

mendapatka fungsi dan kinerja yang sebanding dengan merek extension, berdasarkan

informasi yang telah dimilikinya tentang merek induk.

Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan berkaitan dengan

apa yang diharapkan oleh pelanggan (Aaker, 1997: 124)

Karena persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan maka persepsi

kkualitas tidak dapat ditentukan secara objektif. Kesan kualitas diberi batasan yang

(51)

34 dengan kepuasan, seorang pelanggan merasa puas karena harapannya seseuai dengan

kinerja yang dirasakan. Kesan kualitas merupakan suatu perasaan yang tidak tampak

dan menyeluruh mengenai suatu merek tertentu. Dan kesan kualitas didasarkan pada

dimensi-dimensi yang termasuk didalam karakteristik suatu produk dimana merek

dikaitkan dengan hal-hal seperti keandalan dan kinerja.

Menurut Aaker (1997:133), dimensi kualitas dibagi menjadi delapan, yaitu:

1) Kinerja (Performance): penampilan atau kinerja dari fungsi yang

melibatkan berbagai karakteristik operasional utama produk.

2) Penampilan fisik (Features): sejumlah atribut tambahan yang

menunjang dan melengkapi fungsi operasional utama produk.

3) Kehandalan (reliability): konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu

produk dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.

4) Ketahanan (durability): mencerminkan umur ekonomis atau daya

tahan produk.

5) Kualitas standar (conformance to spesification): tingkat kesesuaian

produk dengan spesifikasi yang telah dijanjikan.

6) Tingkat pelayanan (service ability): berkaitan dengan kemudahan dan

kecepatan dalam memperoleh pelayanan produk untuk diprebaiki.

7) Estetika (aesthetics): cerminan dari nialai-nilai estetika yang bersifat

subjectif, sehingga produk dapat terlihat, dirasakan dan terdengar.

8) Kesan yang dapat diterima (perceived Quality): gabungan dari semua

(52)

35 faktor-faktor tak berwujud lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi

konsumen mengenai kualitas.

E. Innovativeness

Menurut Keller (2003: 31), produk atau merek baru yang berhasil serta

inovatif dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau merek yang modern atau

up to date merupakan hasil dari investasi riset dan pengembanagan produk,

diproduksi dengan tekhnololgi terbaik dan memiliki features produk terbaru. Dalam

kaitannya dengan brand extension, konsumen cenderung untuk mengevaluasi produk

baru tersebut dengan mencari kecocokan antara merek induk denga merek extension

nya, apakah inovasi yang ditawarkan oleh brand extension tersebut sesuai dengan

persepsinya tentang merek induk.

Phang (2004: 45) menyatakan bahwa kampanye pemasaran yang berfokus

pada inovasi dalah tipe marketing yang dapat memperkuat persepsi kecocokan

konsumen tentang brand extension dengan merek induknya, sekaligus meningkatkan

hasil evaluasi konsumen tentang atribut produk baru tersebut. Kemudian Phang

(2004: 46) juga menyatakan babhwa kampanye pemasaran yang berfokus pada

inovasi ini juga dapat meningkatkan perceived quality dan keinginan membeli

konsumen untuk brandextension itu.

F. Intensi Membeli (Purchase Intention)

1. Beberapa pengertian dari Intention (Setyawan dan Ilham, 2004: 23) adalah

(53)

36 a). Intention dianggap sebuah "Perangkap" atau perantara antara faktor-faktor

motivasional yang mempengaruhi perialaku.

b) Intention juga meingindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai

kemauan untuk mencoba.

c) Intention menunjukan pengukuran kehendak seseorang.

d) Intention berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.

Schiffman et al. (2000: 63) menyatakan bahwa pada teori Tricomponent

Attitude Model (cognitive, affective, conative), keinginan (intention) menggambarkan

sifat conative, adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk

melakukan suatu tindakan atau berperilaku berkenaan dengan sikap tertentu. Dalam

bidang pemasaran berkaitan dengan konsumen, komponen conative biasanya

diungkapkan dengan keinginan untuk membeli oleh konsumen.

Dalam mengambil keputusan pembelian individu, terdapat beberapa tahap

dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilewati. Intensi membeli, menurut

Assael (1998: 48), adalah tahap terakhir dari rangkaian proses-proses keputusan

pembelian konsumen tersebut. Proses ini dimulai dari munculnya kebutuhan akan

suatu produk atau merek (need arousal), dilanjutkan dengan pemrosesan informasi

oleh konsumen (consumer inforemation processing). Selanjutnya konsumen akan

mengevaluasi produk atau merek tersebut. Hasil evaluasi ini yang akhirnya

memunculkan niat atau intensi untuk membeli, sebelum akhirnya konsumen

(54)

37 Pembelian sendiri merupakan fungsi dari dua determinan yaitu: 1) niat atau

intensi dan 2)pengaruh lingkungan dan perbedaan individu. Intensi membeli

konsumen dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu produk atau merek dan kelas

produknya saja (Engel, Blackwel, dan Miniard, 2003: 48). Intensi membeli

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli

produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode

tertentu, sehingga dapat dikatakan pula bahwa intensi membeli adalah pernyataan

mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan

merek tertentu.

Pengetahuan akan intensi membeli dibutuhkan perusahaan untuk mengetahui

intensi konsumen terhadap suatu produk maupun dalam memprediksi perilaku

konsumen di masa mendatang. Menurut Assael (1998: 35), intensi membeli lebih

dekat ke perilaku dibandingkan dengan sikap. Intensi membeli terbentuk dari sikap

konsumen terhadap produk dan keyakinan konsumen terhadap kualitas produk.

G. PENELITIAN TERDAHULU

Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai pembanding dan pemberi

informasi tambahan terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu berupa skripsi/jurnal yang

berisi penelitian terkait dengan variabel penelitian penulis.

a. Penelitian ini dilakukan oleh Dion Dewa Barata pada tahun 2007 melakukan

penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Strategi Brand Extension Pada Intensi

(55)

38 93%, menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik pengolahan

dan analisis data yang digunakan adalah structural equation modeling (SEM)

dengan metode confirmatory factor analysis (CFA) dengan pendekatan estimasi

maximum likelihood.

Penelitian ini megguakan two step approach dimana analilsis dan pengujian

pertama dilakukan terhadap model pengukuran, dan analisis dan pengujian kedua

dilakukan terhadap model structural. Menurut Joreskog dan Sorbom (1996),

model pengukuran haruslah dianalisis dan diuji trlebih dahulu sebelum

melakukan analisis dan pengujian model struktural.

b. Ujianto dan Abdurrahman (2004): “Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan

Minat Beli Konsumen Sarung”. Hasil penelitian yaitu faktor yang paling dominan

yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung adalah faktor

kualitas dan faktor acuan.

c. Sodikin (2009): “Pengaruh Respon dan Minat Konsumen terhadap Perluasan

Merek Joy Tea (PT. Sosro)”. Hasil penelitian besarnya pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen

menyimpulkan hanya variabel minat konsumen yang secara parsial berpengaruh

terhadap perluasan merek.

d. Jeffri Handoko dan Feby Catur PW (2006): “Penngaruh Brand Image & Store

Image dari SOGO Departement Store Sebagai Anchor Tenant terhadap Minat

(56)

39 variabel yang paling dominan berpenagruh terhadap minat pengunjung datang ke

Tunjungan Plaza adalah variabel Brand Image yaitu sebesar 0.24.

e. Nina M. Iversen (2001): “factors Influencing succesful brand extension” dari

Norwegian School of economics and Business Administration. Hasil penelitian

besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen adalah faktor Similiarity dan Innovativeness.

H. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh strategi Brand

Extension yaitu (Brand Knowledge, Persepsi Kualitas dan Innovativness) terhadap

intensi membeli konsumen. (Studi kasus pemakaian Brand Extension “Lifebuoy”

untuk Sampo).

Variabel yanng mempengaruhi minat konsumen terhadap perluasan merek Lifebuoy

antara lain: Brand Knowledge (Pengetahuan merek), Persepsi kualitas dan

Innovativeness.

Berdasarkan pada alasan yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya,

maka dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran mengenai kerangka

pemikiran dengan teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah

(57)

40 Gambar. 2.2

Kerangaka pemikiran

A. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Y = ρx1yX1 + ρx2yX2 + ρx3yX3 + ρyεY

1. Dengan Uji Parsial (t)

a. Ha : ρx1y = 0

Artinya : Ada pengaruh Brand Knowledge Terhadap Intensi Membeli.

Ho : ρx1y ≠ 0

Artinya : Tidak ada pengaruh Brand Knowledge Terhadap Intensi

(58)

41 b. Ha : ρx2y = 0

Artinya : Ada pengaruh Persepsi KualitasTerhadap Intensi Membeli.

Ho : ρx2y ≠ 0

Artinya : Tidak ada pengaruh Persepsi KualitasTerhadap Intensi

Membeli.

c. Ha : ρx3y = 0

Artinya : Ada pengaruh Innovativeness Terhadap Intensi Membeli.

Ho : ρx3y ≠ 0

Artinya : Tidak ada pengaruh Innovativeness Terhadap Intensi Membeli.

2. Dengan Uji Simultan (F)

a. Ha : ρx1y = ρx2y = ρx3y ≠ 0

Artinya : Ada pengaruh antara Brand Knowledge, Persepsi Kualitas, dan

Innovativeness Terhadap Intensi Membeli.

Ho : ρx1y = ρx2y = ρx3y = 0

Artinya : Tidak ada pengaruh antara Brand Knowledge, Persepsi Kualitas,

Gambar

Tabel 2.1: Fungsi merek bagi konsumen
Tabel 2.2: Manfaat-manfaat Merek
Gambar. 2.2
tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu variabel penelitian dapat disebut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ikhlas adalah suasana kewajiban yang mencerminkan motivasi bathin kearah beribadah kepada Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan untuk melakukan

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ faktor apakah yang berpengaruh terhadap stres kerja pada karyawan pertokoan variasi motor di. kawasan Kapas Krampung

jauh ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan. 3) Valuing artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak

Dapat memberikan referensi serta masukan yang dapat diterima dengan baik oleh perusahaan dalam mengetahui Gaya Kepemimpinan yang seperti apa yang lebih diinginkan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik ialah perlakuan P 7 dengan komposisi media tanam tanah (20%), abu vulkanik gunung Kelud

tawar, sehingga dalam proses pengolahan peranan dari masing-masing daging ikan dapat mempengaruhi nilai kadar protein, akan tetapi pada penelitian pengolahan bakso

Galeri Sepakbola Indonesia pada awal kemunculannya sekitar tahun 2005 yang bersamaan dengan Copa Dji Sam Soe adalah sebuah segmen khusus tentang sepak bola