SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON
ASSETS BANK UMUM DI INDONESIA
OLEH
HETTI K. BR TARIGAN 080501111
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON ASSETS BANK UMUM DI INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh CAR
(Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy
Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA
(Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini ialah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesi (BI) Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, KAP, NPL dan BOPO dapat menjelaskan variabel ROA sebesar 57,0714% sedangkan 42,9286% dijelaskan oleh variabel lainnya. CAR (Capital Adequacy Ratio) dan KAP (Kualitas Aktiva Produktif) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.
Berdasarkan uji asumsi klasik ditemukan multikolinieritas dan autokorelasi. Multikolinieritas diobati dengan mengeluarkan variabel KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dan autokorelasi diobati dengan menggunakan model AR(1) dan dibuktikan dengan menggunakan LM test.
Kata Kunci: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif,
ABSTRACK
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING RETURN ON ASSETS OF COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA
Formulation of the problem in this study is how to influence CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia. The purpose of this study was to determine the effect of CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia.
The hypothesis in this study is the CAR (Capital Adequacy Ratio) positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect the ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia.
Secondary data collection is done by taking data published by the Bank Indonesi (BI) of Medan. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS).
The results showed that the variable CAR, KAP, NPL and BOPO may explain the variable ROA of 57.0714% while 42.9286% is explained by other variables. CAR (Capital Adequacy Ratio) and KAP (Earning Assets) has a positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect on ROA (Return On Asset) Commercial Banks in Indonesia.
Under the assumptions of classical test found multicollinearity and autocorrelation. Multicollinearity is treated by removing the variable KAP (Quality of Earning Assets) and the autocorrelation is treated by using AR model (1) and proved by using the LM test.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia dan berkat-Nya dalam penyelesaian skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return On Assets Bank Umum Di Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan
3. Bapak Syahrir Hakim Nasution, SE, M.Si., selaku sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi., selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan
6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing 7. Bapak Drs. Sahat Silaen, M.Si., selaku Dosen Penguji
8. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si., selaku Dosen Penguji
10.Teman-teman EP ’08. Rolis, Natalia, Rut Leny, Nina Lusia, Rut Mawarni, Yosefi dan teman-teman semua yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap supaya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan,
Penulis 01 Maret 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...…....i
ABSTRACT………...…..…….……..ii
KATA PENGANTAR……….…….….…iii
DAFTAR ISI……….…………..v
DAFTAR TABEL……….……..……...ix
DAFTAR GAMBAR………...………...x
DAFTAR LAMPIRAN……….……xi
BAB I PENDAHULUAN……….…...1
1.1 Latar Belakang………..1
1.2 Perumusan Masalah………..5
1.3 Tujuan Penelitian………..5
1.4 Manfaat Penelitian………6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..7
2.1 Bank………...………..7
2.1.1 Pengertian bank………7
2.1.2 Fungsi Bank……….8
2.1.3 Jenis-Jenis Bank………...9
2.2 Bank Umum……….………..15
2.2.1 Pengertian Bank Umum……….15
2.2.2 Kegiatan Bank Umum………16
2.2.3 Sumber Dana Bank Umum………...…….18
2.2.4 Alokasi Dana Bank Umum………23
2.2.4.2 Alokasi dana menurut sifat aktiva…………..30
2.2.5 Risiko-Risiko Usaha Bank Umum……….31
2.2.6 Neraca Bank Umum………...33
2.2.7 Penilaian Kesehatan Bank Umum………..35
2.2.8 Return On Assets (ROA)………...39
2.2.9 Capital Adequacy Ratio (CAR)……….39
2.2.10 Kualitas Aktiva Produktif (KAP)……….…40
2.2.11 Non Performing Loan Ratio (NPL)………...……40
2.2.12 Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)………..41
2.3 Penelitian Terdahulu………...…...41
2.4 Kerangka Konseptual……….……44
2.5 Hipotesis Penelitian………...45
BAB III METODE PENELITIAN……….46
3.1 Ruang Lingkup Penelitian……….46
3.2 Jenis Dan Sumber Data………..46
3.3 Pengolahan Data………46
3.4 Model Analisis Data………..47
3.5 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit)………..48
3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)………48
3.5.2 Uji F-Statistik……….48
3.5.3 Uji t-Statistik………..50
3.6 Uji Asumsi Klasik………..52
3.6.1 Uji Normalitas………52
3.6.2 Multikolinieritas……….52
3.6.3 Autokorelasi………...53
3.7 Defenisi Operasional………..55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….57
4.1.1 Perkembangan Perbankan Dalam Perekonomian……..57
4.1.2 Perkembangan ROA Bank Umum……….62
4.1.3 Perkembangan CAR Bank Umum……….64
4.1.4 Perkembangan KAP Bank Umum………...66
4.1.5 Perkembangan NPL Bank Umum………..68
4.1.6 Perkembangan BOPO Bank Umum….………..70
4.2 Hasil Penelitian………..………72
4.2.1 Interprestasi Model………73
4.2.2 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit) ………74
4.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2)………...74
4.2.2.2 Uji F-Statistik………74
4.2.2.3 Uji t-statistik………..76
4.2.3 Uji Asumsi Klasik………..82
4.2.3.1 Uji Normalitas………..82
4.2.3.2 Multikolinieritas………83
4.2.3.3 Autokorelasi………..92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….97
5.1 Kesimpulan………97
5.2 Saran………..99
DAFTAR PUSTAKA……….100
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Neraca Bank Umum...34
2.2 Predikat Kesehatan Bank...38
4.1 Daftar 16 Bank Swasta Nasional yang Terkena Likuidasi...58
4.2 Perkembangan DPK dan Kredit yang disalurkan Bank Umum…59 4.3 Jumlah (Kantor) Bank Umum di Indonesia (Januari2004 – Agustus 2011)………..6
4.4 ROA Bank Umum...63
4.5 CAR Bank Umum...65
4.6 KAP Bank Umum...67
4.7 NPL Bank Umum...69
4.8 BOPO Bank Umum...71
4.9 Hasil Regresi………..72
4.10 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen………..83
4.11 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen………..83
4.12 Hasil Regresi………..84
4.13 Hasil Estimasi Regresi………...94
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Diagram Pool of Funds Approach... ...23
2.2 Diagram Pool of Funds Approach...25
2.3 Kerangka Konseptual...44
3.1 Kurva Uji F statistik...50
3.2 Kurva Uji t-statistik...52
3.3 Kurva Durbin Watson...54
4.1 Kurva Uji F statistik...75
4.2 Kurva Uji t-statistik variabel CAR...77
4.3 Kurva Uji t-statistik variabel KAP...78
4.4 Kurva Uji t-statistik variabel NPL...80
4.5 Kurva Uji t-statistik variabel BOPO...81
4.6 Hasil Uji Normalitas………..82
4.7 Hasil Uji Normalitas………..86
4.8 Kurva Uji F statistik...87
4.9 Kurva Uji t-statistik variabel CAR...89
4.10 Kurva Uji t-statistik variabel NPL...90
4.11 Kurva Uji t-statistik variabel BOPO...92
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON ASSETS BANK UMUM DI INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh CAR
(Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy
Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA
(Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini ialah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesi (BI) Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, KAP, NPL dan BOPO dapat menjelaskan variabel ROA sebesar 57,0714% sedangkan 42,9286% dijelaskan oleh variabel lainnya. CAR (Capital Adequacy Ratio) dan KAP (Kualitas Aktiva Produktif) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.
Berdasarkan uji asumsi klasik ditemukan multikolinieritas dan autokorelasi. Multikolinieritas diobati dengan mengeluarkan variabel KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dan autokorelasi diobati dengan menggunakan model AR(1) dan dibuktikan dengan menggunakan LM test.
Kata Kunci: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif,
ABSTRACK
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING RETURN ON ASSETS OF COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA
Formulation of the problem in this study is how to influence CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia. The purpose of this study was to determine the effect of CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia.
The hypothesis in this study is the CAR (Capital Adequacy Ratio) positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect the ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia.
Secondary data collection is done by taking data published by the Bank Indonesi (BI) of Medan. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS).
The results showed that the variable CAR, KAP, NPL and BOPO may explain the variable ROA of 57.0714% while 42.9286% is explained by other variables. CAR (Capital Adequacy Ratio) and KAP (Earning Assets) has a positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect on ROA (Return On Asset) Commercial Banks in Indonesia.
Under the assumptions of classical test found multicollinearity and autocorrelation. Multicollinearity is treated by removing the variable KAP (Quality of Earning Assets) and the autocorrelation is treated by using AR model (1) and proved by using the LM test.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2000. Analisis Regresi (Teori, Kasus dan Solusi), Edisi II, BPFE, Yogyakarta.
Dendawijaya, Lukman, 2004. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional
1998-2003, Ghalia Indonesi, Jakarta.
_______, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi II, Ghalia Indonesia, Jakarta. Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.
Hakim, Abdul, 2000. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonesia, Yogyakarta.
Kasmir, 2002. Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
_______, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisis Revisi VI, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kusumaningrum, Candra, 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Return On Assets Pada Bank Daerah Di Indonesia, SkripsiUniversitas Diponegoro, Semarang.
Lubis, Irsyad, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, USU Pres, Medan. Mangani, Ktut silvanita, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Erlangga,
Jakarta.
Nainggolan, Benget M, 2011. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing
Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia, Skripsi
Universitas Sumatera Utara.
Nainggolan, Luvani Amelia, 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Rentabilitas bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum di Sumatera Utara, Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews dalam Ekonometrika, USU press, Medan.
Rivai, H. Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes, 2007. Bank and
Financial Institution Management, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan
Perbankan, Edisi V, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, Edisi II,Salemba Empat, Jakarta.
Widarjono, Agus, 2007. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPersaingan sengit antar bank dalam penghimpunan dana masyarakat (giro,
tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank
komersil mengakibatkan banyak bank kurang berhati-hati dalam penentuan
kebijakannya. Akibatnya, saat krisis perekonomian pada pertengahan tahun 1997
melanda, puluhan bank harus menjalankan operasinya dengan terseok-seok
bahkan 16 bank swasta nasional harus terlikuidasi.
Kondisi ini diakibatkan terlalu besar dan bebasnya bank dalam menyalurkan
dana kreditnya sehingga pada saat krisis terjadi, tingkat kredit macet dan
bermasalah meningkat, sementara kemampuan bank untuk memobilisasi dana dari
masyarakat semakin berkurang. Keadaan ini mengakibatkan bank tersebut
bersusah payah mencari dana untuk menjamin operasionalnya.
Selain dari itu, para ahli perbankan menduga bahwa beberapa alasan yang
masuk akal sebagai alasan likuidasi bank-bank tersebut adalah (1) bank
bersangkutan memiliki CAR yang jauh berada dibawah 8%, sebagai batas
kewajaran rasio kecukupan modal berdasarkan BIS (Bank for International
Settlement) dan sudah ditetapkan secara internasional dan bahkan ada bank
yang kurang baik, khususnya aktiva produktif yang berupa kredit macet dan kredit
bermasalah lainnya, yang dikenal dengan “aktiva produktif yang
diklasifikasikan”. Buruknya kualitas aktiva produktif akan mengakibatkan nilai
BDR (Bad debt ratio) bank yang bersangkutan juga kurang baik. (3) Rasio LDR
(loan to deposit ratio) yang terlalu tinggi, jauh di atas 110%, dan ini berarti bahwa
jumlah kredit yang diberikan jauh melebihi jumlah dana yang dikumpulkan
(ditambah modal inti dan BLBI).
Dendawijaya (2005 : xiii) menyatakan bahwa “perkembangan ekonomi
yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakain
kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan ekonomi serta
perbaikan sistem keuangan, khususnya perbankan”. Sehat tidaknya perbankan
nasional akan sangat mempengaruhi iklim usaha nasional. Untuk itu, pemerintah
memandang perlu melakukan penyempurnaan dan mengadakan perubahan atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dengan mengesahkan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan
Dengan disahkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, di mana salah satu
unsur pokoknya adalah pembentukan badan khusus yang bertugas melakukan
program penyehatan perbankan nasional, maka dengan Keppres No. 27 dan No.
34 Tahun 1998 dibentuklah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN),
sebuah badan di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang
didirikan dalam rangka program penyehatan dan rehabilitasi sektor perbankan
Indonesia mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan
perbankan nasional, yakni : (1) 38 bank nasional ditutup / bank beku operasi
(BBO), (2) 7 bank nasional diambil alih /bank take over (BTO), (3) 9 bank
nasional dan lain-lain diikutsertakan dalam program rekapitalisasi, (4) 73 bank
nasional tidak ikut dalam program rekapitalisasi.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak sedangkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalulintas pembayaran.
Siamat (2005 : 276) menyatakan bahwa
defenisi bank diatas memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat sedangkan defenisi bank umum pada dasarnya merupakan penekanan pada fungsi tambahan bank umum dalam hal pemberian pelayanan atau jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Manajemen bank memiliki sasaran dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Sasaran tersebut pada prinsipnya dapat dibedakan berdasarkan
jangka waktu, yaitu sasaran yang bersifat jangka pendek dan sasaran jangka
panjang. Sasaran manajemen bank jangka pendek antara lain pemenuhan
likuiditas, menyediakan jasa-jasa lalu-lintas pembayaran dan penanaman dana
dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek atau instrument pasar uang.
Sedangkan sasaran jangka panjang manajemen bank adalah bagaimana
dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank. Untuk mencapai sasaran tersebut,
manajemen bank harus memperhatikan beberapa hal dalam pengelolaan aktiva
dan kewajibannya yaitu mengelola likuiditasnya, memperkecil risiko dengan
mengalokasikan dananya pada asset yang berisiko rendah atau melakukan
diversivikasi, memperoleh dana dengan biaya rendah dan menentukan jumlah
modal yang harus dipertahankan dan meningkatkan modal sesuai kebutuhan.
Kondisi keuangan bank dapat dihitung dengan analisis rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur efisiensi manajemen berdasarkan tingkat
profitabilitas dari pinjaman dan investasi. Indikator yang digunakan dalam bank
biasanya adalah ROA (Return On Asset) yang mengukur kemampuan manajemen
bank yang memperoleh laba secara keseluruhan. ROA dianggap penting bagi bank
karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan
rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset (aktiva). Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian
semakin besar.
Profitabilitas sebuah bank tentunya dipengaruhi banyak faktor, baik internal
maupun eksternal dari bank itu. Faktor eksternal dapat berupa peraturan-peraturan
pemerintah yang mungkin membuka atau menutup kesempatan bank dalam
meningkatkan profitabilitasnya, kebijakan moneter dan tingkat hasrat masyarakat
untuk menyimpan sebagian dari harta yang dimilikinya. Sedangkan faktor internal
berasal dari laporan keuangan bank itu sendiri, beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi adalah : rasio kecukupan modal atau sering kita sebut dengan CAR
Performing Loan) dan BOPO (Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Return On Assets Bank Umum di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaiamana pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap ROA
(Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?
2. Bagaiamana pengaruh KAP (Kualitas Aktiva Produktif) terhadap ROA
(Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?
3. Bagaiamana pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap ROA (Return
On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?
4. Bagaiamana pengaruh BOPO (Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan
Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap ROA
(Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh KAP (Kualitas Aktiva Produktif) terhadap
ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh BOPO (Biaya Operasioanal terhadap
Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset ) pada Bank
Umum di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROA (Return On Asset) pada
Bank Umum di Indonesia.
2. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa/mahasisiwi Fakultas Ekonomi terutama
Departemen Ekonomi Pembangunan.
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BANK
2.1.1 Pengertian bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.
Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam
bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak”.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara tentang
bank tidak terlepas dari masalah keuangan.
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Secaralebih spesifik fungsi bank dapat sebagai
agent or trust, agent of development dan agent of services.
a. Agent Of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakayt percaya
bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola
dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan
simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau
menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan
menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan
baik, debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh
tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta
kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak
dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak
bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana
sangat diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian sektor riil. Kegiatan
bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan
uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
c. Agent Of Services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa
yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa pengiriman uang,
penitipan barang berharga,pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehinnga
bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary institution).
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan
dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain :
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan menurut
fungsinya terdiri dari :
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di
sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan
b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari segi akte pendirian dan
penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah :
1. Bank Milik Pemerintah
Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
Contoh bank milik pemerintah antara lain :
- Bank Negara Indonesia
- Bank Rakyat Indonesia
- Bank Mandiri
Sedangkan Bank Milik Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat
I dan tingkat II masing-masing propinsi. Sebagai contoh :
- BPD DKI Jakarta
- Bank Sumut
Bank jenis ini merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta
pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain :
- Bank Danamon
- Bank Internasional Indonesia
3. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi. Sebagai contoh adalah :
- Bank Umum Koperasi Indonesia
4. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang bank yang ada di luar negeri, baik milik
swata asing atau pemerintah asing suatu negara. Jelas kepemilikannya pun
dimiliki oleh pihak luar negeri.
Contoh bank asing antara lain :
- City bank
- Standard Chartered Bank
5. Bank Milik Campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran
antara lain :
- Inter Pacific Bank
c. Dilihat dari Segi Status
Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau
status bank tersebut.Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan
bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun
kualitas pelayananya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut
diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis bank bila dilihat dari
segi status biasanya khusus untuk bank umum.
Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam
yaitu:
1. Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan perdagangan ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya
transfer keluar negeri, inkaso ke luar negeri, travelerscheque, pembukaan
dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
2. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi seperti halnya bank devisa. Bank nondevisa melakukan
perdagangan masih dalam batas-batas suatu negara.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu:
1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank
yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak
terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula Bank di Indonesia
dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam mencari keuntungan dan
menetukan harga kepada para nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode yaitu :
a. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk
produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
bunga tertentu. Penetuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
b. Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan konvensional
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau
persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran
dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan
2. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional.
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
d. Pembiayaan baranh modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
e. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah juga sesuai syariah islam. Kemudian sumber
penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan Bank Prinsip Syariah dasar
hukumnya adalah al-Quran dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prinsip
syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga
2.2 BANK UMUM
2.2.1 Pengertian Bank Umum
Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah
mencari keuntungan, yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya. Pendapatan
bank bersumber dari hasil kegiatan yang berupa pinjaman dan jasa keuangan
lainnya. Sedangkan biaya bersumber dari biaya bunga dana, biaya pencadangan
atas resiko kredit dan lain-lain.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, “bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalulintas
pembayaran”. Ketentuan undang-undang ini memungkinkan bank umum untuk
memilih corak kegiatannya apakah secara konvensional atau beraktivitas
berdasarkan prinsip syari’ah Islam atau kedua-duanya sekaligus. Ketentuan ini
juga memberi peluang usaha yang luas bagi bank umum disamping mereka juga
senantiasa dapat menyesuaikan corak kegiatannya sesuai dengan kondisi dan
tuntutan zaman.
2.2.2 Kegiatan Bank Umum
Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Menghimpun Dana (Funding):
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari
masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli
Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis-jenis
simpanan yang ada dewasa ini adalah:
- Simpanan Giro (Demand Deposit)
- Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
- Simpanan Deposito (Time Deposit)
b. Menyalurkan Dana (Lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending.
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman
yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan
oleh bank terdiri dari beragam jenis tergantung dari kemampuan bank yang
menyalurkannya. Demikian juga dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang
ditawarkan.
Sebelum kredit diluncurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit
yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian.
Penerimaan kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari
bank yang menjalankannya, besar kecilnya bunga kredit yang besarnya tergantung
dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat
mempengaruhi keuntungan bank mengingat keuntungan utama bank adalah dari
selisih bunga kredit dan bunga simpanan.
Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi :
- Kredit Investasi
- Kredit Perdagangan
c. Memberikan Jasa-Jasa Bank Lainnya (Service)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun berbagai
kegiatan penunjang, kegiatan ini sangant banyak memberikan keuntungan bagi
bank dan nasabah, bahkan dimasa ini kegiatan ini merupakan kontribusi
keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari
spread based semakin mengecil bahkan cenderung negative spread (bunga
simpanan lebih besar dari bunga kredit).
Dalam praktiknya, jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi :
1. Kiriman Uang (Transfer)
2. Kliring (Clearing)
3. Inkaso (Collection)
4. Safe Deposit Box
5. Kartu Kredit(Bank Card)
6. Letter of Credit (L/C)
7. Bank Notes (Valas)
8. Dan lain-lain
2.2.3 Sumber Dana Bank Umum
Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah
dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak
dapat berbuat apa-apa, artinya tidak dapat berfungsi sama sekali. Dana bank
adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank
Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu
sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada
bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara
berangsur-angsur.
Sumber dana-dana bank umum adalah sebagai berikut :
a. Dana Pihak Pertama (Dana dari Modal Bank Sendiri)
Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para
pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut
mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha
bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika
misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha
terbuka).
Dalam neraca bank, dana modal sendiri terterta dalam rekening modal dan
cadangan yang tercantum pada sisi pasiva (liabilities). Dan modal sendiri terdiri
atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai berikut :
1. Modal disetor
Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham
pada saat bank didirikan. Pada umumnya, sebagai dari setoran pertama
modal pemilik bank (pemegang saham) dipergunakan bank untuk
penyediaan sarana perkantoran seperti tanah atau gedung, peralatan kantor,
dan promosi untuk menarik minat masyarakat.
Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh
pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.
3. Cadangan-cadangan
Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam
bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk
menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.
4. Laba ditahan
Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh
mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan
sebagai dividen, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk
operasional bank.
b. Dana Pihak Kedua (Dana Pinjaman dari Pihak Luar)
Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar,
yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut :
1. Call Money
Call Money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian
antarbank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang
diperlukan bank, jangka waktu call money biasanya tidak lama, yaitu sekitar
satu minggu, satu bulan dan bahkan hanya beberapa hari saja. Jika jangka
waktu pinjaman hanya satu malam saja, pinjaman itu disebut overnight call
money.
2. Pinjaman Biasa Antarbank
Pinjamanbiasa antarbank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa
umumnya terjadi jika antarbank peminjam dan bank yang memberikan
pinjaman kerja sama dalam bantuan keuangan dengan
persyaratan-persyaratan tertentu yang disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya
bersifat menengah atau panjang dengan tingkat bunga relatif lebih lunak.
3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pinjaman ini lazimnya berupa surat berharga yang dapat diperjualbelikan
seperti sertifikat bank dan atau deposit on call dengan jangka waktu pendek
dan dapat diperpanjang kembali.
4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan Bank
Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang
tergolong berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program, misalnya kredit
investasi pada sektor-sektor ekonomi yang harus ditunjang sesuai dengan
petunjuk pemerintah.
c. Dana Pihak Ketiga (Dana dari Masyarakat)
Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti
masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi,
yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing.
Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan
dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai
penghimpun dana dari masyarakat.
1. Giro (Demand Deposit)
Giro adalah simpanan masyarakat dalam rupiah atau valuta asing pada bank
yang transaksinya (penarikan dan penyetoran) dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah bayar
lainnya dan atau dengan cara pemindahbukuan. Oleh karena itu, giro ini
dikatakan pula sebagai danayang sensitif atau peka terhadap perubahan
sehingga disebut pula dana yang labil yang sewaktu-waktu dapat ditarik
atau disetor oleh nasabah.
2. Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh
tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka watu tersebut. Berbeda
dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para
pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh
bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo (apabila dia tidak
ingin memperpanjang) dananya dapat ditarik kembali. Namun saat ini sudah
ada banyak bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat. Dalam praktiknya, jenis deposito terdiri dari
deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call.
3. Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah dan atau valuta asing
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
dari masing-masing bank penerbit, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Tabungan
sehingga disebut pula sebagai dana yang labil yang sewaktu-waktu dapat
ditarik atau disetor oleh nasabah, meskipun frekuensi pengambilannya
relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan giro. Akibatnya adalah dana
tabungan ini dapat mengendap di bank dalam waktu yang relatif lebih lama
dari dana giro.
2.2.4 Alokasi Dana Bank Umum
Cara penempatan (alokasi) dana oleh suatu bank umum dengan
mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas dua (2)
pendekatan yang masih banyak dipergunakan / dipilih oleh eksekutif bank, yaitu :
1. Pool of Funds Approach
Pool of Funds Approach adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan
tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat,
jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya.
Gambar 2.1
Diagram Pool of Funds Approach
Source of Funds Application of Funds
Kelebihan dan kelemahan Pool of Funds Approach antara lain adalah :
Kelebihan :
- Perhitungan biaya relatif sederhana mungkin
- Pengelolaannya tidak kompleks
Kelemahan :
- Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan standar likuiditas.
- Tidak terdapat pertimbangan terhadap perubahan giro, tabungan, deposito
dan sumber lainnya.
- Mengabaikan likuiditas yang berasal dari portofolio kredit melalui
pembayaran cicilan dan bunga secara terus-menerus.
- Memperkecil peranan cadangan sekunder sebagai sumber likuiditas.
- Mengabaikan kenyataan mengenai kemampuan bank untuk memperoleh
laba dari operasinya.
- Mengabaikan peran interaksi aktiva dan pasiva dalam penyediaan likuiditas
secara musiman. Capital Funds
(Modal)
Investment
2. Assets Allocation Approach
Assets Allocation Approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva
dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana
yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana
tersebut.
Gambar 2.2
Diagram Pool of Funds Approach
Source of Funds Application ofFunds
Kelebihan dan kelemahan Assets Allocation Approach antara lain adalah :
Kelebihan :
- Mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas
Primary Reserve Demand Deposit
(Giro)
Secondary Reserve Saving Deposit
(Tabungan)
Time Deposit (Deposito)
Investment
Capital Funds (Modal)
Fixed Asset Borrowing
- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi
dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman
modal dalam surat-surat berharga yang memiliki keuntungan lebih tinggi.
Kelemahan :
- Keputusan mengenai jumlah likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau
perputaran simpanan.
- Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang menyebabkan keuntungan menjadi
berkurang.
- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak
dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial.
- Keputusan mengenai manajemen aktiva-pasiva dibuat secara independen.
2.2.4.1 Jenis-jenis alokasi dana bank umum
Jenis-jenis alokasi dana bank umum antara lain adalah :
a. Primary Reserve (Cadangan Primer)
Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk
memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan
pengawas bank). Dana-dana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan
likuiditas wajib minimum atau disebut juga giro wajib minimum karena
penempatannya berupa giro bank umum pada Bank Indonesia.
Primary Reserve merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama
untuk menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik
berupa penarikan dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun
yang dibuat antara pihak bank dan debitur kredit dalam perjanjian kredit yang
dibuat di hadapan notaris publik.
Dengan demikian, pembentukan cadangan primer atau primary reserve
dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan
operasi bank, semua penarikan simpanan dan permintaan pencairan kredit dari
nasabah. Di samping itu, cadangan primer juga digunakan untuk penyelesaian
kliring antarbank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera
dibayar.
Dalam praktiknya, primary reserve adalah dana dalam kasdan saldo
rekening koran pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat
dalam proses penagihan. Komponen-komponen ini sering disebut pula disebut
sebagai alat-alat likuid.
b. Secondary Reserve (Cadangan Sekunder)
Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana
keadaan noncash liquid asset (asset likuid yang bukan kas) yang dapat
memberikan pendapatan kepada bank dan terdiri atas surat-surat berharga paling
likuid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian
pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain: SBPU, SBI dan surat
berharga jangka pendek lainnya.
Tujuan utama dari secondary reserve dalah untuk dijadikan sebagai
supplement (pelengkap) atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Karena
sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagai
cadangan, secondary reserve dapat memberikan dua manfaat bagi bank, yaitu
Cadangan sekunder atau secondary reserve digunakan untuk berbagai
kepentingan, antara lain sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek, seperti
penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan kredit dalam
jumlah besar yang telah diperkirakan.
2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan.
3. Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.
4. Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari
deposan dan penarikan (disbursement) dari debitur.
c. Loan Portofolio (Kredit)
Prioritas kietiga di dalam alokasi dana bank adalah penyaluran kredit (loan).
Dasar pemikirannya adalah setelah bank mencukupi primary reserve serta
kebutuhan secondary reserve (yang merupakan suplemen bagi primary reserve),
bank baru dapat menentukan besarnya volume kredit yang akaan diberikan.
Dalam praktik perbankan di Indonesia, denga memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh bank sentral (Bank Indonesia) sebagai Pembina
dan pengawas bank umum, penentuan besarnya volume kredit dipengaruhi oleh
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Reserve Requirement (RR)
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
3. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan
sejumlah dana tertentu pada investasi portofolio (portofolio investment). Alokasi
dana bank ke dalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund) setelah
penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau
target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga
jangka panjang atau surat-surat berharga yang berlikuiditas tinggi. Investasi pada
surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan dan
likuiditas bank.
Karena pengalokasian dana untuk jenis ini adalah mengharapkan
pendapatan yang memadai bagi bank, maka sifat aktiva ini biasanya lebih
permanen atau berjangka panjang. Instrument untuk portofolio investment yang
agak aman adalah dalam bentuk obligasi dengan berbagai jenisnya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana
dalam bentuk portofolio investment adalah :
1. Tingkat bunga (untuk jenis obligasi),
2. Capital gain yang mungkin bisa diraih (untuk jenis saham),
3. Kualitas atau keamanan (terutama untuk jenis saham),
4. Mudah diperjualbelikan,
5. Jangka waktu jatuh temponya (untuk obligasi, sertifikat deposito),
6. Pajak yang harus dibayar,
7. Diversifikasi (jangan ditanam pada satu jenis portofolio),
8. Ekspektasi (harapan akan keuntungan di masa datang).
Alokasi atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun tidak dikaitkan
dengan strategi menjaga likuiditas bank) adalah penanaman dalam bentuk aktiva
tetap (fixed assets), seperti pembelian tanah, pembangunan gedung kantor bank
(baik untuk kantor pusat, kantor cabang, cabang pembantu maupun kantor kas),
peralatan operasional bank, seperti komputer, facsimile, sistem komunikasi antar
cabang (on line system), kendaraan bermotor, dan aktiva tetaplainnya. Investasi
tersebut di atas termasuk aktiva tetap berbentuk hardware, software, konsultan,
bantuan teknis dan lain-lainnya yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan
operasional bank.
2.2.4.2 Alokasi dana menurut sifat aktiva
Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank
ke dalam bentuk-bentuk aktiva, baik aktiva yang dapat memberikan hasil (income)
maupun aktiva yang tidak memberikan hasil. Dengan katalain, terdapat perbedaan
antara aktiva yang memberikan hasil (aktiva produktif atau earning assets) dan
aktiva yang tidak memberikan hasil (aktiva tidak produktif atau nonearning
assets).
a. Penanaman Dana pada Aktiva Produktif (Earning Assets)
Aktiva produktif atau earning asset adalah semua aktiva dalam rupiah dan
valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan
sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya
operasional bank, termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional
lainnya.
1. Kredit yang diberikan
2. Penempatan dana pada bank lain
3. Surat –surat berharga
4. Penyertaan modal
b. Pananaman Dana dalam Aktiva Tidak Produktif
Alokasi dana dalam aktiva tidak produktif atau nonearning assets adalah
penanaman dana bank ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank.
komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif ini terdiri atas :
1. Alat-alat likuid
Alat likuid atau cash asset adalah aktiva yang dapat dipergunakan setiap
saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.
2. Aktiva tetap dan inventaris
Aktiva tetap yang dimiliki bank dapat berbentuk tanah, gedung kantor (baik
kantor pusat maupun cabang-cabang), peralatan kantor seperti computer,
faksimile, ATM, peralatan promosi dan lain-lain.
2.2.5 Risiko-Risiko Usaha Bank Umum
Risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat ketidakpastian
mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini
adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang
semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan. Risiko usaha yang
dapat dihadapi oleh bank adalah :
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak,
seperti penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman pokoknya,
atau tidak membayar pinjamannya sama sekali. Risiko kredit muncul karena
adanya pilihan yang merugikan dan bahaya moral dari peminjam. Peminjam
dengan risiko tinggilah yang paling mau meminjam karena mengharapkan
pengembalian yang tinggi dan untuk mendapatkannya mereka melakukan pilihan
yang merugikan. Setelah memperoleh pinjaman, masalah bahaya moral muncul
karena peminjam memiliki insentif untuk menginvestasikan dana pinjamannya ke
investasi yang menurutnya memberikan pengembalian yang tinggi. Dan risiko
yang tinggi membuat dana yang dipinjam mengalami risiko default. Untuk
menghindari risiko kredit, bank perlu menerapkan prinsip-prinsip pemberian
hutang.
b. Risiko Suku Bunga
Perubahan suku bunga dapat mengakibatkan perubahan keuntungan bank.
Hal itu disebabkan karena adanya ketidakcocokan anatara suku bunga asset dan
suku bunga kewajiban. Kewajiban bank yang berupa instrumen jangka pendek,
lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dibandingkan asset bank yang
merupakan instrument jangka panjang. Akibatnya, kenaikan suku bunga yang
meningkatkan pembayaran atas kewajiban lebih besar dibandingkan kenaikan
penerimaan asset sehingga menurunkan keuntungan bank (dan sebaliknya bila
tinggi, bank menghadapi peminjam dengan bahaya moral yang tinggi pula
sehingga membuat asset bank semakin berisiko.Untuk menghindarinya bank
menerapkan penjatahan kredit.
c. Risiko Likuiditas
Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya rush (penarikan dana
secara serentak) yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank. Hal itu dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen likuiditas. Misalnya karena
cadangan lebihnya terlalu rendah, atau disebabkan oleh kesalahan dalam
manajemen asset yaitu melakukan investasi yang beresiko tinggi untuk
mendapatkan pengembalian yang tinggi serta kesalahan dalam manajemen modal,
yaitu modal yang dimiliki bank terlalu rendah karena lebih mementingkan
keuntungan pemilik bank.
d. Risiko Manajemen
Bank menghadapi risiko bila manajer melakukan bahaya moral. Dengan
fasilitas yang diimiliki, manajer bank memiliki insentif untuk melakukan aktivitas
yang berisiko tinggi untuk memperoleh pengembalian tinggi, seperti trading
aktivitas derivatif dan trading valuta asing. Jika strateginya benar, maka bank dan
manajernya memperoleh keuntungan yang besar. Namun bila salah, maka bank
harus menanggungnya. Situasi tersebut akan membuat manajer memperbesar
taruhannya untuk meningkatkan keuntungannya (menutupi kerugian), yang
akhirnya akan lebih meningkatkan risiko yang dihadapi bank. Aktivitas itu dapat
membuat bank yang sehat menjadi bangkrut dalam waktu yang singkat.
Hal itu dapat diatasi dengan melakukan pengendalian internal (internal
melakukan administrasi (bookkeeping)- dan memberi batasan jumlah dana untuk
transaksi trading untuk membatasi risiko serta melakukan prosedur pengukuran
risiko dengan teliti.
2.2.6 Neraca Bank Umum
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
pasal 34, setiap bank umum diwajibkan menyampaikan laporan keuangan berupa
neraca dan perhitungan laba/rugi berdasarkan waktu dan bentuk yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, neraca bank umum
dapat berbentuk sebagai berikut.
Tabel 2.1 4 Surat berharga dan tagihan lainnya a. Bank Indonesia
5 Kredit yang diberikan b. Subordinasi dan lainnya
6 Penyertaan 8 Rupa-rupa pasiva
7 Cadangan aktiva yang diklasivikasikan 9 Modal
8 Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) a. Modal disetor
Neraca bank adalah suatu daftar yang menggambarkan kekayaan, kewajiban
dan modal bank pada suatu periode tertentu. Aktiva bank pada umumnya terdiri
atas alat-alat likuid, aktiva produktif dan aktiva tidak produktif.
Sisi aktiva dalam neraca bank menggambarkan pola pengalokasian dana
bank. Sisi pasiva dalam neraca bank menggambarkan kewajiban bank yang
berupa klaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas kekayaan bank yang dinyatakan
dalam bentuk rekening giro, deposito berjangka, tabungan dan instrument-
instrumen utang atau kewajiban bank lainnya. Selain itu, modal bank
menggambarkan nilai buku pemilik saham bank.
2.2.7 Penilaian Kesehatan Bank Umum
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi
sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai
pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk
bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan
operasinya.
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh
Bank Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang
bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu
periode tertentu.
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan
masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus
kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank terus-menerus tidak sehat, mungkin harus
mendapat pengarahan atau sangsi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan
pembina bank-bank.
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan
analisis CAMELS yaitu :
a. Aspek Permodalan
Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR
(Capital Adequaci Ratio) yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio tersebut
adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR
yang ditetapkan oleh pemerintah utuk tahun 2001 minimal 12 %.
b. Aspek Kualitas Aset
Yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset
harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan
antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian
rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara
berkala kepada Bank Indonesia.
Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas
manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam
bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman
dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam
aspek ini dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva,
manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Penilaian
kesehatan di bidang manajemen tidak lagi didasarkan pada 250 aspek yang
berkaitan dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset dan rentabilitas, tetapi kini
penilaiannya hanya didasarkan pada 100 aspek saja.
d. Aspek Earning
Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah,
setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara
rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan :
1. Rasio laba terhadap Total Aset (ROA)
2. Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO)
e. Aspek Likuiditas
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat
membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito
pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar
dibagi dengan utang lancar.
Yang dianalisis dalam rasio ini adalah :
2. Rasio kredit terhadap dana yang diterima olehbank seperti KLBI, giro,
tabungan, deposito dan lain-lain.
Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL
(Capital, Aset, Management, Earning dan Liquidity). Disamping dengan penilaian
analisis CAMEL yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan
bank adalah penilaian terhadap :
1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) &
Pelaksanaan Kredit Ekspor.
2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau
sering disebut Legal Lending Limit.
3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto.
f. Aspek Sensitivitas
Aspek ini mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei 2004.
Dalam melepaskan kreditnya, perbankan harus memerhatikan dua unsur, yaitu :
tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi.
Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas
perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba
dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang
dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyertaan dan
risiko keuangan.
Selanjutnya masing-masing aspek di atas diberikan nilai, kemudian
dijumlahkan secara keseluruhan dari komponen yang diinilai, hasil dari penilaiaan
ini ditetapkan kedalam empat golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut :
Predikat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat
81 – 100 Sehat
66 - < 81 Cukup Sehat
51 - < 66 Kurang Sehat
0 - < 51 Tidak Sehat
Sumber : Lubis, Irsyad (2010 : 48)
2.2.8 Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin
besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan aset.
Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus
untuk menentukan ROA adalah :
Return On Assets = x 100 %
2.2.9 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang mengukur perbandingan
modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko.
Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus