• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Jumlah Paritas dengan Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Jumlah Paritas dengan Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN JUMLAH PARITAS

DENGAN MIOMA UTERI DI RSUP H. ADAM MALIK

PADA TAHUN 2011

Oleh :

SYARIFAH EMIRLIA BINTI SAWALUDIN

NIM: 080100279

(2)

HUBUNGAN JUMLAH PARITAS

DENGAN MIOMA UTERI DI RSUP H. ADAM MALIK

PADA TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SYARIFAH EMIRLIA BINTI SAWALUDIN

NIM: 080100279

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Jumlah Paritas dengan Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010.

Nama : Syarifah Emirlia Binti Sawaludin

NIM : 080100279

Pembimbing, Penguji I,

(dr. Johny Marpaung, Sp.OG) (dr. Siti Hajar, Sp. THT) NIP: 19710224 200801 1 007 NIP: 19790620 200212 2 003

Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering ditemukan sewaktu kehamilan. Mioma uteri adalah tumor yang berasal dari sel-sel muskular dan tisu-tisu lain yang berkembang di dalam dinding rahim atau uterus. Walaupun masih tiada penyebab pasti terjadinya mioma uteri, faktor resikonya sudah diketahui yaitu nullipara, usia, menarche, berat badan dan genetik. Oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010.

Penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana sampel diambil dari data rekam medis penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Sampel penelitian sebanyak 100 orang maka diambil sampel sebanyak 100 orang lagi dari data rekam medis ibu hamil atau non-mioma uteri untuk dijadikan kontrol.

Mioma uteri lebih sering dijumpai pada kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 43,0%. Kelompok usia menarche 13-15 tahun paling tinggi menderita mioma uteri dengan 57,0%. Penelitian ini menunjukkan kelompok paritas multipara paling tertinggi persentase sebanyak 58,0%. Dari hasil penelitian mendapatkan kelompok abortus 0 atau tidak mengalami abortus paling banyak dengan persentase sebanyak 58,0%. Menopause jarang terjadi pada penderita mioma uteri dengan persentase sebanyak 2,0% dari jumlah keseluruhan. Berdasarkan uji Kai-Kuadrat Independensi, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik.

Peneliti yang lain diharapkan agar dapat meneruskan penelitian ini pada tahun-tahun yang berbeda. Peneliti lain juga dapat menambah variable-variabel lain seperti usia, usia menarche, berat badan dan lain-lain.

(5)

ABSTRACT

Myoma uterine are benign tumor commonly found during pregnancy. Myoma uterine are tumor made of muscle cells and other tissue that grow within the wall of the womb or uterus. Although the initiators of uterine myoma are unknown, several risk factors have been identified, including nullipara, age, menarche, body weight, and genetic. Therefore, the aim of this study is to know how the relationship between parity with uterine myoma at RSUP H. Adam Malik in 2010.

This study uses Total Sampling techniques where the samples are from the medical records of patients with myoma uterine at RSUP H. Adam Malik in 2010. Samples in this study are 100 people, which for the control, another samples had been taken which is 100 people from the medical records of pregnant woman or non-myoma uterine.

Myoma uterine commonly been found in group of age 36-45 years old which is 43,0%. Group of menarche 13-15 years old is the highest of having myoma uterine with 57,0%. This study also showed that group of parity multipara have the highest percentage which is 58,0%. Menopause uncommonly occurred among the patients with myoma uterine with the percentage is only 2,0% from the rest. Based on Independency Chi-Square test, the result of this study indicates that there is relationship between parity and myoma uterine at RSUP H. Adam Malik in 2010.

Other researchers are encouraged to continue this researche in different years. Other researchers can also add in any kind of variables such as age, menarche, body weight and others.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya, hasil penelitian yang berjudul ‘Hubungan Jumlah Paritas dengan Mioma Uteri’ ini dapat selesai tepat waktu. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi kriteria-kriteria untuk mendapatkan Sarjana Muda Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Ppenelitian ini adalah wajib ke atas semua mahasiswa-mahasiswi di bawah program Community and Research Program (CRP).

Ribuan terima kasih saya haturkan untuk dr. Johny Marpaung, Sp.OG sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan waktunya dalam membimbing dan membantu saya selama pelaksanaan penelitian ini. Tidak lupa pula, terima kasih saya sampaikan untuk para orangtua, dan keluarga, serta sahabat yang memberi dukungan moral, tenaga, dan materi sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih juga kepada RSUP H. Adam Malik karena memberikan ruang dan peluang untuk saya berdiskusi dengan dosen pembimbing saya dan memberi izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

Walaupun hasil penelitian ini sangat jauh dari kesempurnaan, tetapi saya mendapat banyak manfaat dan pengalaman selama menyiapkan penelitian ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun atas penelitian ini dengan senang hati saya terima. Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang sama seperti ini, diharapkan dapat membandingkan dengan hasil penelitian saya serta memberikan kritik dan saran supaya kita sama-sama menyempurnakan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih bermanfaat.

(7)

ilmu pengetahuan kesehatan. Saya mohon maaf atas segala kekurangan yang dibuat dan semoga saya dapat membuat karya lain yang lebih baik di kemudian hari.

Sekian, terima kasih.

Medan, 11 Desember 2011, Peneliti,

SYARIFAH EMIRLIA BINTI SAWALUDIN

(8)

DAFTAR ISI

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 24

4.1. Jenis Penelitian………. 24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data………. 25

4.5. Pengolahan dan Analisa Data……….. 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 27

5.1. Hasil Penelitian……… 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data………... 27

5.1.3. Hasil Analisa Data………... 35

5.2. Pembahasan………. 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 42

6.1. Kesimpulan……….. 42

6.2. Saran……… 43

DAFTAR PUSTAKA……… 44

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1. Evaluasi BMI pada Wanita 22

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Usia

29

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Usia Menarche

31

Tabel 5.3. Distribusi Data Berdasarkan Menopause 32 Tabel 5.4. Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Paritas 33 Tabel 5.5. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan

Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Abortus

34

Tabel 5.6. Hubungan Jumlah Paritas Berdasarkan Kelompok Paritas dengan Mioma Uteri

35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Berbagai Jenis Mioma Uteri 11

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup 47

Lampiran 2 Formulir Rekam Medis 48

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian 49

Lampiran 4 Ethical Clearance 50

Lampiran 5 Data Induk Penelitian 51

Lampiran 6 Statistika Data 57

Lampiran 7 Perbandingan Kelompok Usia dengan Mioma Uteri

62

Lampiran 8 Perbandingan Kelompok Usia Menarche dengan Mioma Uteri

64

Lampiran 9 Perbandingan Kelompok Abortus dengan Mioma Uteri

66

Lampiran 10 Perbandingan Kelompok Paritas dengan Mioma Uteri

(13)

ABSTRAK

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering ditemukan sewaktu kehamilan. Mioma uteri adalah tumor yang berasal dari sel-sel muskular dan tisu-tisu lain yang berkembang di dalam dinding rahim atau uterus. Walaupun masih tiada penyebab pasti terjadinya mioma uteri, faktor resikonya sudah diketahui yaitu nullipara, usia, menarche, berat badan dan genetik. Oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010.

Penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana sampel diambil dari data rekam medis penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Sampel penelitian sebanyak 100 orang maka diambil sampel sebanyak 100 orang lagi dari data rekam medis ibu hamil atau non-mioma uteri untuk dijadikan kontrol.

Mioma uteri lebih sering dijumpai pada kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 43,0%. Kelompok usia menarche 13-15 tahun paling tinggi menderita mioma uteri dengan 57,0%. Penelitian ini menunjukkan kelompok paritas multipara paling tertinggi persentase sebanyak 58,0%. Dari hasil penelitian mendapatkan kelompok abortus 0 atau tidak mengalami abortus paling banyak dengan persentase sebanyak 58,0%. Menopause jarang terjadi pada penderita mioma uteri dengan persentase sebanyak 2,0% dari jumlah keseluruhan. Berdasarkan uji Kai-Kuadrat Independensi, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik.

Peneliti yang lain diharapkan agar dapat meneruskan penelitian ini pada tahun-tahun yang berbeda. Peneliti lain juga dapat menambah variable-variabel lain seperti usia, usia menarche, berat badan dan lain-lain.

(14)

ABSTRACT

Myoma uterine are benign tumor commonly found during pregnancy. Myoma uterine are tumor made of muscle cells and other tissue that grow within the wall of the womb or uterus. Although the initiators of uterine myoma are unknown, several risk factors have been identified, including nullipara, age, menarche, body weight, and genetic. Therefore, the aim of this study is to know how the relationship between parity with uterine myoma at RSUP H. Adam Malik in 2010.

This study uses Total Sampling techniques where the samples are from the medical records of patients with myoma uterine at RSUP H. Adam Malik in 2010. Samples in this study are 100 people, which for the control, another samples had been taken which is 100 people from the medical records of pregnant woman or non-myoma uterine.

Myoma uterine commonly been found in group of age 36-45 years old which is 43,0%. Group of menarche 13-15 years old is the highest of having myoma uterine with 57,0%. This study also showed that group of parity multipara have the highest percentage which is 58,0%. Menopause uncommonly occurred among the patients with myoma uterine with the percentage is only 2,0% from the rest. Based on Independency Chi-Square test, the result of this study indicates that there is relationship between parity and myoma uterine at RSUP H. Adam Malik in 2010.

Other researchers are encouraged to continue this researche in different years. Other researchers can also add in any kind of variables such as age, menarche, body weight and others.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini mungkin satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan mikroskopik sehingga membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20% dari wanita pada usia reproduktif mengalami mioma uteri dan kebanyakannya asimptomatik (Drife et al, 2004).

Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Saifuddin et al, 2005).

Mioma uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa

jaringan ikat (Benson et al, 2009).

Meskipun penyebabnya tidak diketahui, dua hingga tiga kali prevalen terjadinya mioma uteri lebih cenderung pada wanita berkulit hitam berbanding wanita berkulit putih, Hispanik dan wanita asia serta diperkirakan sebanyak 75% histerektomi dilakukan di kalangan wanita berkulit hitam. Simptom mayor yang berasosiasi dengan mioma adalah menoragia dan efek fisik yang dihasilkan oleh mioma yang berukuran besar (Speroff et al, 2005).

(16)

Mioma uteri kelihatan pada kurang lebih 1 hingga 2% wanita hamil yang didiagnosis oleh ultrasonografi. Risiko mioma berkurang dengan meningkatnya paritas dan dengan meningkatnya usia pada kelahiran terakhir. Wanita dengan sekurang-kurangnya mengalami dua kehamilan cukup bulan mempunyai separuh dari resiko mioma. Pengurangan resiko mioma uteri berasosiasi dengan faktor kurangnya kadar estrogen, bentuk badan yang kurus, merokok dan sering berolahraga (Speroff et al, 2005).

Mioma uteri muncul sebagai kelainan tunggal pada 2 hingga 10% pasien infertilitas. Penyebabnya kurang jelas namun tindakan terapi miomektomi dapat diusulkan pada infertilitas jangka panjang tanpa penyebab lain yang jelas. Kemungkinan abortus lebih sering terjadi dua hingga tiga kali terhadap pasien-pasien dengan mioma uteri. Jika mioma uteri merupakan satu-satunya kelainan terjadinya keguguran berulang, maka miomektomi merupakan pilihan pertama. Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan sebesar 40 hingga 50% (Benson et al, 2009).

Mioma uteri paling sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma (Saifuddin et al, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, mioma uteri sering terjadi pada wanita usia reproduktif dengan jumlah paritas yang rendah atau nullipara. Masyarakat sekarang lebih edukasi berbanding masyarakat terdahulu, yang mementingkan keluarga berencana menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri.

1.2. Rumusan Masalah

(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prevalensi mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah paritas dengan mioma uteri.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Bagi wanita yang berkeluarga:

i. Penelitian ini akan memberikan informasi dalam meningkatkan pengetahuan wanita mengenai pengaruh jumlah paritas dengan mioma uteri.

2. Bagi Peneliti:

i. Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu metode penelitian dan menambah pengetahuan tentang hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri.

3. Bagi Masyarakat:

i. Memberikan informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengaruh jumlah paritas dengan mioma uteri dan berkongsi ilmu pengetahuan di kalangan keluarga.

4. Bagi Institusi

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Paritas

2.1.1. Definisi Paritas

Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable) (Prawirohardjo et al, 2006).

Paritas merupakan suatu istilah untuk menunjukkan jumlah kehamilan bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup pada setiap kehamilan (Oxford Concise Medical Dictionary, 2007).

2.1.2. Klasifikasi Istilah Paritas

Menurut Cunningham et al (2005) terdapat beberapa istilah yang merujuk kepada jumlah paritas, yaitu:

1. Nullipara: seorang wanita yang tidak pernah menjalani proses kehamilan melebihi minggu ke-20.

2. Primipara: seorang wanita yang pernah melahirkan hanya sekali atau beberapa kali melahirkan janin yang hidup atau mati dengan estimasi lama waktu gestasi antara 20 atau beberapa minggu.

(19)

2.1.3. Penentuan Paritas

Paritas ditentukan dari jumlah kehamilan yang mencapai 20 minggu dan bukan dari jumlah bayi yang dilahirkan. Oleh itu, paritas tidak lebih besar apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal, kembar, atau kuintuplet, atau lebih kecil apabila janin lahir mati (Cunningham et al, 2005).

Paritas adalah ringkasan dari riwayat kehamilan dan 2 angka digunakan untuk dokumentasi. Penambahan kedua angka ini memberi nilai untuk kehamilan sebelumnya. Sebagai contoh para 0+0 bererti tidak mempunyai riwayat kehamilan sebelumnya. Angka yang pertama merupakan jumlah angka janin yang masih hidup, ditambah dengan angka janin yang hidup selepas 24 minggu gestasi. Angka yang kedua merupakan angka kehamilan sebelum 24 minggu di mana janin tidak dilahirkan hidup (Drife et al, 2004).

2.2. Anatomi Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah pear yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7,0–7,5cm, lebarnya adalah 5,25cm dan tebalnya 2,5cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (dua pertiga bagian atas) dan serviks uterinya (sepertiga bagian bawah) (Saifuddin et al, 2005).

(20)

Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal dan merupakan tempat di mana kedua tuba Falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian yang terbesar dan rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. Serviks uteri terdiri dari pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio dan pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang berada di atas vagina. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis yang berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5cm. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum (Prawirohardjo et al, 2006).

Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang diantara kedua lapisan ini saling beranyaman. Miometrium secara keseluruhannya dapat berkontraksi dan relaksasi. Kavum uterus dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma yang kaya dengan pembuluh darah yang berkeluk-keluk (Saifuddin et al, 2005).

Arteri pada uterus masing-masing berasal dari arteri internal iliaka yang menperdarahi bagian yang meluas dari ligamen hingga ke uterus. Setiap arcuate artery akan membentuk suatu lingkaran yang menperdarahi uterus dan

(21)

2.3. Mioma Uteri

2.3.1. Definisi Mioma Uteri

Leiomioma (dikenali sebagai fibroid atau mioma) merupakan proliferasi secara lokal pada sel otot polos yang dikelilingi oleh kompresi otot fiber dari pseudokapsul. Prevalensi tertinggi adalah pada dekade yang kelima dari usia wanita, kemungkinan muncul 1 pada 4 wanita kulit putih dan 1 pada 2 wanita kulit hitam (Beckmann et al, 2010).

Dalam Cunningham, F.G. et al (2005), leiomioma merupakan tumor jinak otot polos yang sering ditemukan sewaktu kehamilan. Rice et al (1989) melaporkan sebanyak 1,4% dari lebih 6700 kehamilan merupakan komplikasi dari mioma uteri. Sheiner et al (1989) melaporkan 1 dari 500 wanita hamil mempunyai komplikasi yang berhubungan dengan leiomioma.

(22)

2.3.2. Faktor Risiko Mioma Uteri

Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan pertumbuhan dari fibroid, yaitu:

1. Umur:

Wanita pada umur 30-an dan 40-an sering mengalami pertumbuhan fibroid. Namun begitu, sebanyak 30% dari seluruh wanita mengalami pertumbuhan fibroid apabila umur mereka mencapai 35 tahun. Dari hasil estimasi yang dilakukan, seramai 20% dari wanita kulit putih dan 50% dari wanita kulit hitam dengan usia di atas 30 tahun mengalami fibroid (Rosenthal, 2003).

2. Riwayat keluarga:

Adanya ahli keluarga dengan fibroid meningkatkan faktor risiko. Jika ibu kepada wanita mempunyai fibroid, maka risiko yang dihadapinya sekitar 3 kali lebih tinggi berbanding dengan tiada riwayat keluarga (National Women’s Health Information Center).

3. Ras dan etnik:

Statistik menggambarkan wanita dari Afrika-Amerika mempunyai 3 hingga 5 kali lipat risiko mengalami fibroid berbanding wanita kulit putih (Shriver E.K., 2005).

4. Obesitas:

Obesitas akan menjurus kepada peningkatan BMI sekaligus meningkatkan risiko kejadian dan perkembangan fibroid. (Bieber et al, 2006)

5. Pemakanan:

(23)

2.3.3. Karakteristik dan Klasifikasi Mioma Uteri

Leiomioma dapat membesar hingga lebih dari 45kg. Setiap tumor dibatasi oleh pseudokapsul, bidang pembelahan potensial yang berguna untuk enukleasi dengan pembedahan. Leiomioma mungkin terjadi satu atau multinoduler dan biasanya berwarna lebih muda dibanding miometrium normal. Pada irisan tertentu, leiomioma menunjukkan pola trabekulasi atau pusaran (whorled) otot polos dan jaringan ikat fibrosa dengan perbandingan yang bervariasi. Secara mikroskopis, dijumpai miosit yang sudah matang dan berukuran seragam dengan penampakan jinak yang khas. Sel otot polos tersusun dalam berkas-berkas dengan jaringan fibrosa berselang seling yang berhubungan dengan perluasan atrofi dan degenerasi yang sudah terjadi (Benson et al, 2009).

Suplai darah biasanya melalui satu atau dua arteri besar dan tumor cenderung memperbesar suplai darahnya dengan degenerasi berikutnya. Pada leiomioma yang lebih besar, dua pertiga menunjukkan beberapa degenerasi. Degenerasi leiomioma akut relatif jarang tetapi dapat menjadi nekrotik, hemoragik atau septik (Benson et al, 2009).

Menurut Beckmann et al (2010), leiomioma dapat diklasifikasikan ke dalam subkelompok berdasarkan hubungan anatomi terhadap lapisan dari uterus. Tiga jenis yang biasa ditemui adalah:

1. Intramural yang terletak di bagian tengah dari dinding otot uterus; 2. Subserosal yang berada di bawah lapisan serosa uterus;

(24)

Mioma submukosal dapat tumbuh bertangkai menjadi polips, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks yang dikenali sebagai myomgeburt. Mioma subserosal dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Selain itu, mioma subserosal dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut sebagai wandering atau parasitic fibroid. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. (Saifuddin, 2005)

(25)

2.3.4. Gejala Klinis Mioma Uteri

Sekitar dua pertiga wanita dengan leiomioma tidak menunjukkan gejala. Munculnya gejala tergantung pada jumlah, ukuran, letak, keadaan dan kondisi. Gejala ginekologi yang paling umum adalah perdarahan uterus abnormal, efek penekanan, nyeri dan infertilitas. Perdarahan uterus abnormal dijumpai pada kira-kira 30% penderita leiomioma uteri. Menoragia merupakan pola perdarahan uterus abnormal yang paling umum. Meskipun pola apa saja mungkin terjadi, namun yang paling sering berupa perdarahan bercak premenstruasi dan sedikit perdarahan terus menerus setelah menstruasi. Anemia defisiensi besi sering terjadi akibat kehilangan darah menstruasi yang banyak (Benson et al, 2009).

Selain itu, gejala dari tekanan dan desakan leiomioma bervariasi. Paling umum adalah pertambahan lingkar perut, rasa penuh atau berat pada pelvis, gangguan frekuensi miksi akibat terdorongnya kandung kemih dan sumbatan ureter. Gejala lain yang lebih jarang dijumpai adalah tumor besar yang menyebabkan bendungan pelvis dengan edema ekstremitas bawah atau konstipasi. Tumor parasitik dapat menyebabkan sumbatan usus. Tumor pada serviks pula dapat menyebabkan leukorea, perdarahan pervaginam, dispareunia atau infertilitas. Abortus mungkin terjadi 2 hingga 3 kali lebih sering pada penderita leiomoma (Benson et al, 2009).

2.3.5. Patofisiologi Mioma Uteri

Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh torsi, degenerasi atau perdarahan di dalam tumor. Nyeri kram dapat disebabkan oleh kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan suatu polip fibroid melalui kanalis servikalis (Taber, 1994).

(26)

Lokasi mioma penting dalam menentukan tingkat keparahan perdarahan yang berhubungan dengan fibroid. Mioma submukosa dapat meningkatkan terjadinya menoragia baik secara efek lokal terhadap endometrium atau alterasi endometrium terhadap permukaan fibroid. Namun, tiada bukti dari histeroskopik atau mikroskopik yang menyokong hipotesa ini (Bieber et al, 2006).

Perubahan dari vaskular dapat menjadi mekanisme yang berpotensi terhadap fibroid dalam mempengaruhi menoragia. Miometrium yang berdekatan dengan mioma mengalami kompresi vena yang mengarah kepada formasi venous lake di dalam miometrium sekaligus mempengaruhi corak perdarahan (Bieber et al, 2006).

Berhubungan dengan lokasi mioma diantara miometrium, fibroid dapat bertumbuh besar sehingga menekan organ yang berdekatan dan mengganggu fungsi pelvik. Oleh itu, penderita akan mengalami sakit di bagian bawah abdominal, sakit belakang atau masalah berkemih (Rosenthal,2003).

Gangguan penekanan dari mioma tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul (Saifuddin et al, 2005).

Ukuran fibroid yang sangat besar dapat mengganggu kehamilan karena mioma mengambil terlalu banyak ruang. Tambahan pula, fibroid dapat bertambah besar sehingga penderita yang tidak hamil dapat menyerupai wanita hamil (Rosenthal,2003).

(27)

Wanita dengan mioma subserosa dan mioma intramural tidak mempunyai risiko infertilitas walaupun subanalisis dari 4000 pasien mengarah kepada penurunan kadar implantasi yang signifikan. Presentasi mioma submukosa menghasilkan 68% penurunan implantasi dan 73% penurunan kehamilan klinis. Ini adalah penting bagi menunjukkan dari meta-analisis bahwa tiada makna yang signifikan dalam peningkatan infertilitas pada wanita dengan jumlah fibroid yang banyak atau lokasi leiomioma. Kebanyakan peneliti menyokong kepada konsep fibroid dan fertilitas dengan penurunan signifikan dari lokasi anatomik submukosa kepada intramural kepada subserosa (Bieber et al, 2006).

2.3.6. Patogenesis Mioma Uteri

Mioma uteri berkembang sebagai klon sel yang abnormal hasil dari satu sel progenitor dimana tempat berlakunya mutasi. Penelitian menunjukkan bahawa mioma uteri adalah monoklonal. Perbedaan kadar pertumbuhan menggambarkan perbedaan abnormalitas sitogenetik pada suatu tumor. Kehadiran mioma multipel pada uterus yang sama tiada hubungan klonisasi dan setiap tumor tumbuh tidak bergantungan antara satu sama yang lain (Speroff et al, 2005).

(28)

Konsentrasi reseptor progesteron dijumpai meningkat pada leiomioma. Walaupun masih kontroversi, konsentrasi reseptor progesteron pada fibroid meningkat sepanjang siklus menstruasi. Penemuan ini patut diberi perhatian karena siklus menstruasi yang normal akan menstimulasi peningkatan daripada reseptor progesteron. Tiada sistem regulator di dalam fibroid sehingga konsentrasi reseptor progesteron akan tetap meningkat. Peningkatan progesteron akan meningkatkan indeks mitotik dalam fibroid di mana potensiasi pertumbuhan fibroid sewaktu perubahan siklus hormonal dari siklus menstruasi berlaku (Bieber et al, 2006).

Estrogen dan progesteron saling berinteraksi dengan growth factors yang bervariasi di dalam leiomioma untuk mempengaruhi dan menstimulasi pertumbuhan. Epidermal growth factor (EGF) dan reseptornya (EGF-R) dapat dijumpai pada miometrium dan sel leiomioma. Menurut Maruo et al dalam Bieber et al (2006), esterogen dapat meningkatkan produksi lokal dari EGF dalam sel leiomioma, manakala progesteron secara sinergis meningkatkan EGF-R. Faktor ini menyebabkan meningkatnya potensi mitogenik dari sel leiomioma.

2.3.7. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri

Tergantung dari lokasi dan ukuran, leiomioma kadang kala dapat dipalpasi dengan pemeriksaan pelvis bimanual atau pada pemeriksaan abdominal. Pemeriksaan bimanual menemukan pada pembesaran uterus yang irregular dan mengeras dengan lumpy-bumpy atau protrusi batu bulat (cobblestone) yang dapat teraba agak keras semasa palpasi (Heffner et al, 2004).

(29)

Semasa mengambil sampel endometrium kadang kala dapat ditemukan kavum uterus yang irregular. Selalunya diagnosis menunjukkan adanya penilaian patologis terhadap spesimen uterus dari indikasi yang berbeda. Pada pemeriksaan abdominal pelvis teraba suatu massa pelvis yang besar, midline, irregular-contoured mobile dengan karakteristik hard feel atau keras (Beckmann et al, 2010).

Pelvis ultrasonografi digunakan untuk memastikan (bila perlu) kehadiran mioma uteri, tetapi biasanya ditegakkan secara klinis. Komponen kista sering terlihat hipoekogenik dan penampakan yang konsisten dengan mioma yang melalui degenerasi. Struktur adneksal termasuk ovari dapat dibedakan dari tumor. CAT dan MRI berguna untuk evaluasi mioma yang berukuran besar karena ultrasonografi tidak dapat menggambarkannya (Beckmann et al, 2010).

Histeroskopi dapat digunakan untuk evaluasi pembesaran uterus secara langsung dari kavum endometrium dengan menggambarkan peningkatan ukuran kavum dan mioma submukosal dapat divisualisasi dan diangkat (Beckmann et al, 2010).

2.4 Hubungan Kehamilan Dengan Mioma Uteri

(30)

Pada trimester pertama, ukuran mioma tidak berubah atau makin membesar sehubungan dengan peningkatan estrogen. Pada trimester kedua, mioma yang berukuran 2 hingga 6cm selalunya tidak berubah atau membesar, namun bagi mioma yang berukuran besar akan mengecil, kemungkinan dari inisiasi penurunan regulasi reseptor esterogen. Pada trimester ketiga, tanpa mengirakan ukuran mioma, selalunya mioma tidak berubah atau mengecil akibat dari penurunan regulasi reseptor esterogen (Cunningham et al, 2005).

Volume leiomioma yang meningkat semasa kehamilan jarang membesar lebih dari 25%. Lebih 10% wanita dengan mioma mengalami komplikasi tipe antepartum, intrapartum atau postpartum. Komplikasi akibat leiomioma termasuk keguguran, antepartum dan postpartum hemoragik, gangguan plasenta, peningkatan risiko kelahiran preterm dan persalinan, peningkatan kadar seksio sesarea dan perubahan akut iskemia dan degenerasi kedua fibroid dapat mengurangkan perfusi atau torsi. Fibroid dapat meningkatkan risiko keguguran secara spontan semasa trimester pertama (Bieber et al, 2006).

Terdapat dua faktor yang penting dalam menentukan morbiditas yaitu ukuran mioma dan lokasi. Jarak mioma dengan daerah implantasi sangat penting. Terjadinya aborsi, abrupsio plasenta, kelahiran preterm dan postpartum hemoragik dapat meningkat jika plasenta berhampiran atau diimplantasi pada mioma. Tumor pada serviks atau bagian bawah segmen uterus dapat mengganggu persalinan. Mioma ukuran besar dapat menyebabkan distorsi pada anatomi dan menolak ureter ke lateral. (Cunningham et al, 2005)

(31)
(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

(33)

3.2 Definisi Operasional 3.2.1. Jumlah Paritas

Jumlah paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai usia viabilitas, bukanlah jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal, kembar atau triplet, atau lebih kecil apabila janin lahir mati. Dari jumlah paritas dapat dianalisis status paritasnya nullipara, primipara atau multipara.

3.2.2. Usia

Usia reproduktif sering kali menderita mioma uteri yaitu masa diantara pubertas dan menopause yang pembuahannya sering kali jadi. Usia reproduktif adalah diantara 15 hingga 50 tahun.

3.2.3. Usia Menarche

Usia menarche yang awal yaitu di bawah 12 tahun menjadi faktor resiko terjadinya mioma uteri. Rata-rata setiap wanita mengalami menarche yang bervariasi yaitu diantara 12 hingga 15 tahun.

3.2.4. Menopause

Menopause atau henti haid pada wanita akibat dari turunnya fungsi ovarium sehingga hormonal estrogen dan progesteron juga menurun. Jarang sekali pada wanita menopause mengalami mioma uteri.

3.2.5. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga merupakan faktor resiko terjadinya mioma uteri. Peneliti ingin mengetahui ada atau pun tidak ahli keluarga penderita yang menderitai mioma uteri.

3.2.6. Berat Badan

(34)

3.2.7. Abortus

Abortus sering kali terjadi pada penderita mioma uteri akibat daripada pertumbuhan mioma yang besar dan lokasi mioma di dalam kavum uteri sehingga mengganggu proses penempelan.

3.2.8. Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot polos yang sering ditemukan semasa kehamilan. Terdapat beberapa faktor yang akan diteliti dari mioma uteri, yaitu:

1. Jumlah Mioma Uteri: Variable ini disertakan untuk menunjukkan jumlah mioma uteri yang terdapat pada uterus.

2. Lokasi Mioma Uteri: Variable ini disertakan untuk menunjukkan letak mioma uteri merupakan letak tunggal atau bervariasi di uterus. Lokasi mioma bisa di miometrium, kavum uteri, kanalis servikalis dan di bagian-bagian yang lain.

3. Jenis Mioma Uteri: Variable ini ditujukan untuk menilai jenis mioma uteri merupakan mioma subserosa, mioma submukosa, mioma intramural, mioma polips submukosa atau parasitic fibroid.

4. Ukuran Mioma Uteri: Variable ini disertakan untuk menilai ukuran mioma uteri pada setiap mioma yang ada pada uterus. Setiap mioma uteri berbeda-beda ukurannya.

3.3. Cara Ukur dan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan rekam medis penderita mioma uteri bagi mendapatkan data-data yang diperlukan. Rekam medis di rumah sakit merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama di rawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat dan unit rawat inap. (Wildan et al, 2008)

(35)

Tabel 3.1. Evaluasi BMI pada Wanita

BMI Status

<18,5 Berat badan kurang

18,5-24,9 Normal untuk sebagian besar wanita 25-29,9 Berat badan berlebih

30-34,9 Obesitas I 35-39,9 Obesitas II

≥40 Obesitas berat Sumber: Buku Saku Kebidanan (Sinclair, 2010).

3.4. Skala Pengukuran 3.4.1. Skala Nominal

Pengukuran yang paling lemah tingkatannya dengan mengklasifikasi obyek pengamatan kepada beberapa kelompok dan obyek tersebut hanya masuk ke salah satu kelompok sahaja. Pada penelitian ini yang termasuk dalam skala nominal adalah riwayat keluarga, lokasi mioma uteri dan jenis mioma uteri.

3.4.2. Skala Ordinal

Pengukuran ini membagi obyek menjadi kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih dan antara kelompok itu ada hubungan atau ranking. Pada penelitian ini yang termasuk dalam skala ordinal adalah jumlah paritas dan berat badan.

3.2.3. Skala Interval

Pengukuran ini membagi obyek menjadi kelompok-kelompok tertentu dan dapat diurutkan juga dapat ditentukan jarak dari urutan kelompok tersebut. Pada penelitian ini yang termasuk dalam skala interval adalah usia, usia menarche, menopause dan abortus.

3.4.3. Skala Rasio

(36)

3.5. Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian adalah terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri.

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang telah dilakukan secara desain cross sectional, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis. Dalam penelitian ini, yang dinilai adalah hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik adalah karena penelitian ini akan menganalisa dan menentukan ada tidaknya hubungan yang bermakna diantara jumlah paritas dengan mioma uteri. Penelitian ini secara cross sectional dimana penelitian dilakukan secara sekali pengamatan pada populasi sampel.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dijalankan di bagian Obstetrics dan Gynecology di RSUP H. Adam Malik.

4.2.2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Augustus hingga November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(38)

4.3.2. Sampel

Penelitian ini mengambil sampel dengan menggunakan cara cara Total Sampling dimana seluruh rekam medis penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010 bermula dari tanggal 01 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.

4.3.2.1. Kriteria inklusi

1. Semua wanita dengan mioma uteri yang dirawat di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010.

4.3.2.2. Kriteria eksklusi

1. Wanita yang mempunyai penyakit penyerta lain selain mioma uteri. 2. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi atau makan obat-obatan

kontrasepsi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu dengan melihat rekam medis penderita mioma uteri pada 01 Januari hingga 31 Desember 2010. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti mengajukan ijin pelaksanaan penelitian dari bagian Medical Education Unit (MEU) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan bagian rekam medis Direktorat Jenderal Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik.

2. Setelah mendapatkan ijin, peneliti mengamati rekam medis pasien untuk mendapatkan data yang diperlukan.

3. Sampel yang dipilih lalu dilakukan pencatatan data yang sesuai dengan data yang diperlukan berdasarkan rekam medis.

Oleh karena data yang diambil untuk penelitian ini adalah hasil dari rekam medis pasien maka di sini disertakan etika yang harus diikuti :

1. Anonymity: Bagi menjaga kerahsiaan identitas responden, peneliti tidak menyertakan nama responden pada lembar pengamatan.

(39)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(40)

BAB 5 meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif terhadap data rekam medis penderita mioma uteri yang di rawat inap dan rawat jalan pada tahun 2010. Data rekam medis ini diambil di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik. Setiap data rekam medis disimpan secara sistematis sehingga memudahkan pengambilan data rekam medis spesifik berdasarkan jenis penyakit dan tahun yaitu penderita mioma uteri pada tahun 2010 yakni bermula dari tanggal 1 Januari 2010 sehingga 31 Desember 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Data

(41)

Pengambilan data rekam medis harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Jumlah data rekam medis penderita mioma uteri pada tahun 2010 adalah sebanyak 224. Namun sebanyak 124 rekam medis telah dieksklusikan kerna tidak memenuhi persyaratan penelitian. Selebihnya yaitu 100 rekam medis memenuhi persyaratan untuk diambil dan diteliti data-datanya untuk dijadikan sampel penelitian.

Penelitian ini juga menggunakan data rekam medis ibu hamil pada tahun 2010 utuk dijadikan kelompok kontrol yaitu penderita non-mioma uteri. Oleh kerna kelompok penderita mioma uteri sebanyak 100 orang, maka untuk menyamakan jumlah ini, kelompok kontrol juga diambil sebanyak 100 orang. Data rekam medis ibu hamil atau non-mioma uteri diambil 100 orang yang pertama dari senarai nomor rekam medis yang tercatat di dalam komputer. Senarai nomor rekam medis yang tercatat dianggap sudah diacak dan pengambilan nomor rekam medis bermula dari atas hingga ke-100. Pengambilan sampel sedemikian dinamakan pengambilan sampel acak sederhana atau simple random sampling.

(42)

Secara keseluruhan dari data rekam medis dapat diperoleh jumlah paritas daripada penderita mioma uteri dan non-mioma uteri sehingga dikelompokkan mengikut nullipara, primipara dan multipara. Selain itu, dari data rekam medis juga dapat diperoleh gambaran mengenai karakteristik faktor resiko mioma uteri meliputi: usia, usia menarche, menopause dan abortus. Berikut adalah tabel-tabel yang mendiskripsikan karakteristik ini.

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Usia

Mioma Uteri

Jumlah Mioma Uteri Non Mioma Uteri

(43)

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa kelompok usia 36-45 tahun didapatkan paling ramai berbanding kelompok usia yang lain dengan jumlah 86 orang (43,0%). Kelompok usia 36-45 tahun juga merupakan kelompok usia yang paling tinggi dengan jumlah yang sama pada penderita mioma uteri dan non-mioma uteri yaitu 43 orang (43,0%).

Kelompok usia 56-65 tahun merupakan kelompok usia yang paling sedikit yaitu 4 orang (2,0%). Hanya kelompok mioma uteri saja yang memiliki penderita dari kelompok usia 56-65 tahun yaitu 4 orang (4,0%).

Kelompok usia <25 dan 26-35 tahun masing-masing mendapatkan jumlah penderita non-mioma uteri lebih banyak berbanding penderita mioma uteri. Kelompok usia <25 tahun mendapatkan jumlah sebanyak 15 orang (15,0%) untuk non-mioma uteri berbanding 3 orang (3,0%) untuk mioma uteri manakala kelompok usia 26-35 tahun mendapatkan jumlah sebanyak 31 orang (31,0%) untuk non-mioma uteri berbanding 14 orang (14,0%) untuk mioma uteri.

(44)

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Usia Menarche

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Usia Menarche

Tabel 5.2. menunjukkan kelompok usia menarche 13-15 tahun adalah paling tinggi dengan jumlah 130 orang (65,0%). Kelompok usia menarche 13-15 tahun paling banyak didapatkan pada penderita non-mioma uteri yaitu 73 orang (73,0%), manakala bagi penderita mioma uteri sebanyak 57 orang (57,0%).

Kelompok usia menarche >16 tahun mendapatkan jumlah yang paling sedikit yaitu 20 orang (10,0%). Namun, kelompok usia menarche >16 tahun mendapatkan bilangan penderita mioma uteri lebih banyak yaitu 11 orang (11,0%) berbanding penderita non-mioma uteri yaitu 9 orang (9,0%).

Bagi kelompok usia menarche <12 tahun mendapatkan jumlah sebanyak 50 orang (25,0%) daripada 200 orang. Bilangan penderita mioma uteri bagi kelompok

Mioma Uteri

Jumlah Mioma Uteri Non Mioma Uteri

(45)

usia menarche <12 tahun lebih banyak yaitu 32 orang (32,0%) berbanding penderita non-mioma uteri yaitu 18 orang (18,0%).

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Data Berdasarkan Menopause

Tabel 5.3. Distribusi Data Berdasarkan Menopause

Tabel 5.3. menunjukkan distribusi data penderita mioma uteri dan non-mioma uteri berdasarkan menopause. Jumlah keseluruhan data adalah sebanyak 200 orang namun yang mengalami menopause hanya 2 orang (1,0 %). Oleh kerna penderita non-mioma uteri diambil datanya dari rekam medis ibu hamil maka kedua-dua orang yang mengalami menopause adalah penderita mioma uteri.

No. Menopause

Frekuensi Persentase (%)

1 Menopause 2 1,0

2 Non menopause 198 99,0

(46)

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Data Berdasarkan Kelompok Paritas

Tabel 5.4. Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Paritas

Tabel 5.4. menunjukkan distribusi frekuensi data penderita mioma uteri dan non-mioma uteri berdasarkan kelompok paritas. Kelompok paritas yang paling banyak didapatkan adalah kelompok multipara dengan jumlah 119 orang (59,5 %). Kelompok paling sedikit didapatkan adalah kelompok nullipara dengan jumlah 30 orang (15,0 %). Kelompok primipara pula didapatkan jumlah sebanyak 51 orang (25,5%).

No. Kelompok

Paritas Frekuensi Persentase (%)

1 Nullipara 30 15,0

2 Primipara 51 25,5

3 Multipara 119 59,5

(47)

5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Abortus

Tabel 5.5. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan Kelompok Abortus

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa sebanyak 137 orang (68,5%) daripada 200 orang tidak pernah mengalami abortus. Namun, bilangan penderita mioma uteri lebih banyak yaitu 72 orang (72,0%) berbanding penderita non-mioma uteri yaitu 65 orang (65,0%) yang tidak pernah mengalami abortus.

Kelompok abortus >3 kali didapatkan jumlah yang paling sedikit yaitu 6 orang (3,0%). Namun, tetap bilangan penderita mioma uteri lebih banyak yaitu 5 orang (5,0%) berbanding penderita non-mioma uteri yaitu 1 orang (1,0%).

Selebihnya merupakan kelompok abortus 1-2 kali dengan bilangan sebanyak 57 orang (28,5%). Pada kelompok abortus 1-2 kali ini, didapatkan bilangan penderita non-mioma uteri lebih banyak yaitu 34 orang (34,0%) berbanding penderita mioma uteri yaitu 23 orang (23,0%).

Mioma Uteri

Jumlah Mioma Uteri Non Mioma Uteri

(48)

5.1.3. Hasil Analisa Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Oleh itu, untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan uji Kai-Kuadrat. Hasil uji tabulasi silang antara jumlah paritas dan mioma uteri dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 5.6. Hubungan Jumlah Paritas Berdasarkan Kelompok Paritas dengan Mioma Uteri

Penelitian ini mendapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 200 orang dengan dikelompokkan manjadi dua kelompok yaitu kelompok penelitian sebanyak 100 orang penderita mioma uteri dan kelompok kontrol sebanyak 100 orang penderita non-mioma uteri. Jumlah paritas dibagi menjadi tiga kelompok yaitu nullipara, primipara dan multipara dengan masing-masing kelompok mempunyai hubungan terhadap mioma uteri.

Mioma Uteri

Jumlah Mioma Uteri Non Mioma Uteri

(49)

Tabel 5.6. menunjukkan bahwa kelompok paritas paling banyak didapatkan di dalam data penderita mioma uteri dan non-mioma uteri adalah kelompok paritas multipara yaitu 119 orang (59,5 %) manakala kelompok paritas yang didapatkan di dalam data paling sedikit adalah kelompok nullipara yaitu 30 orang (15,0 %). Kelompok primipara didapatkan jumlah 51 orang (25,5 %).

Pada kelompok nullipara dengan jumlah sebanyak 30 orang, ternyata seramai 28 orang (28,0 %) menderita mioma uteri berbanding hanya 2 orang (2,0 %) yang tidak menderita mioma uteri. Manakala pada kelompok multipara yang memiliki 119 orang, sebanyak 58 orang (58,0 %) yang menderita mioma uteri berbanding 61 orang (61,0 %) yang tidak menderita mioma uteri. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak wanita nullipara menderita mioma uteri berbanding multipara.

Di dalam penelitian ini, telah ditetapkan dua hipotesis, yaitu:

- Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah paritas dengan mioma uteri.

- Ha = Terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri.

Menguji hipotesis:

(50)

Berikut merupakan tabel bagi melihat hasil dari pengujian statistik Kai-Kuadrat:

Tabel 5.7. Hasil Pengujian Statistik Kai-Kuadrat

Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini, nilai p adalah < 0,001 dan hubungan nilai p dan nilai α adalah p kurang dari α (p < α), maka Ho ditolak.

Kesimpulan : Ada hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010.

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 32,982a 2 .000

Likelihood Ratio 37,725 2 .000

Linear-by-Linear Association 7,649 1 .006

(51)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan jumlah paritas dengan mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010. Penelitian dilakukan secara deskriptif analitik dan mendapatkan data secara langsung dari rekam medis.

1. Kelompok usia 36-45 tahun mendapatkan jumlah paling tinggi yaitu 86 orang (43,0%) dengan jumlah bagi penderita mioma uteri dan non-mioma uteri adalah sama yaitu masing-masing 43 orang (43,0%) berbanding kelompok usia yang lain. Dalam keseluruhan insidensi yang telah melaporkan bahwa sebanyak 29,1 dari 1000 orang pasien dalam beberapa tahun, dengan mengikut variasi usia yang ditetapkan, kebanyakan penelitian, mendapatkan bahwa wanita pada usia awal dan pertengahan 40-an paling banyak menderita mioma uteri (Scott C.G., 2009). Menurut pendapat peneliti, mioma uteri paling banyak ditemukan pada usia 36-45 tahun kemungkinan akibat terjadinya pertambahan ukuran mioma uteri atau keluhan semakin parah dari mioma uteri yang sedia ada.

2. Kelompok usia menarche 13-15 tahun paling banyak yaitu 130 orang (65,0%) berbanding kelompok usia menarche <12 tahun yaitu 50 orang (25,0%) dan >16 tahun yaitu 20 orang (10,0%). Kelompok usia menarche 13-15 tahun ini lebih banyak pada yang non-mioma uteri yaitu 73 orang (73,0%) berbanding penderita mioma uteri yaitu 57 orang (57,0%). Pada pendapat peneliti, kebanyakan wanita mengalami menarche pada usia 13-15 tahun namun setiap wanita mengalami regularitas siklus haid yang berbeda. Kebanyakan penderita mioma uteri ditemukan mempunyai regularitas siklus haid normal yang awal sehingga berpeluang terjadinya pertumbuhan mioma uteri (Gordon P.F. 2003).

(52)

non-mioma uteri sebanyak 18 orang (18,0%). Baru-baru ini, dilaporkan mengenai resiko terjadinya mioma uteri terhadap usia menarche; yaitu, berbanding wanita dengan usia menarche 12 tahun, wanita dengan usia menarche <10 tahun merupakan resiko yang paling besar (Relative Risk 1,24), namun bagi wanita dengan usia menarche ≥16 tahun merupakan resiko paling sedikit ( Relative Risk 0,68) (Scott C.G., 2009). Menurut pendapat peneliti, ini wajar kerna usia menarche yang awal meningkatkan peluang pertumbuhan mioma uteri akibat paparan yang lama dari hormonal dan proliferasi sel-sel sepanjang siklus haid berlangsung berpotensi terjadi mutasi. Onset awal dari siklus menstruasi terjadinya pembelahan sel-sel, yang dilalui oleh miometrium sepanjang usia reproduktif, sehingga lebih banyak peluang terjadinya mutasi gen yang mengawal proliferasi miometrium (Janet A., 2003).

4. Dari penelitian ini, didapatkan hanya 2 orang (1,0%) yang mengalami menopause daripada keseluruhan sampel penelitian yaitu 200 orang dan ternyata keduanya menderita mioma uteri kerna penderita non mioma uteri diambil datanya dari rekam medis ibu hamil. Menurut peneliti, setelah menopause banyak mioma uteri menjadi lisut akibat kekurangan produksi hormonal.

(53)

estrogen di mioma uteri disupresikan pada waktu kehamilan tetapi tidak pada waktu menstruasi (Kenneth J.L.,2005).

6. Selain itu, penelitian ini menunjukkan perbedaan yang ketara antara penderita mioma pada kelompok paritas nullipara yaitu 28 orang (28,0%) manakala non-mioma uteri hanya 2 orang (2,0%). Menurut peneliti, non-mioma uteri memberikan kesan perubahan terhadap kavum uteri. Jika mioma uteri membesar sehingga menekan kavum uteri atau mioma uteri submukosa yang mengganggu atau menghalang proses penempelan, maka kehamilan tidak akan terjadi. Oleh itu, mioma uteri sering kali dikaitkan dengan infertilitas.

7. Penelitian ini juga menunjukkan dari 200 orang didapatkan sebanyak 137 orang (68,5%) tidak mengalami abortus. Penderita mioma uteri yang tidak mengalami abortus lebih banyak yaitu 72 orang (72,0%) berbanding non-mioma uteri yaitu 65 orang (65,0%). Bagi kelompok abortus >3 kali lebih banyak pada penderita mioma uteri yaitu 5 orang (5,0%) berbanding non-mioma uteri hanya seorang (1,0%). Pada suatu penelitian, prevalensi wanita hamil dengan mioma uteri adalah di antara 0,1-3,9%, dimana wanita hamil ini dijaga dengan teliti akibat komplikasi yang mereka hadapi sehingga melahirkan. Menurut peneliti, mioma uteri memungkinkan proses kehamilan normal jika tiada faktor yang mengganggu pembesaran dan pertumbuhan janin. Faktor yang sering mengganggu kehamilan adalah lokasi pertumbuhan mioma uteri dan ukuran mioma uteri. Lokasi penempelan plasenta juga memainkan peran terjadinya komplikasi semasa kehamilan jika penempelan persis di mioma uteri atau pada mioma uteri (Kenneth J.L.,2005).

(54)
(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARANAN

6.1 KESIMPULAN

6.1.1. Dari hasil penelitian diperolehi kelompok usia paling banyak adalah kelompok usia 36-45 tahun yaitu 86 orang (43,0%) dengan jumlah yang sama antara penderita mioma uteri dan non-mioma uteri masing-masing adalah 43 orang (43,0%).

6.1.2. Kelompok usia menarche yang paling banyak adalah 13-15 tahun yaitu 130 orang (65,0%). Penderita mioma uteri lebih sedikit yaitu 57 orang (57,0%) berbanding penderita non-mioma uteri yaitu 73 orang (73,0%).

6.1.3. Penderita mioma uteri yang mengalami menopause sangat sedikit yaitu hanya 2 orang (1,0%) daripada 100 orang (100,0%). Ini bermakna sangat jarang bagi wanita yang mengalami menopause menderita mioma uteri.

6.1.4. Hasil penelitian ini memperoleh kelompok abortus yang paling banyak adalah 0 (tidak pernah abortus) yaitu 137 orang (68,5%) dengan penderita mioma uteri lebih banyak yaitu 72 orang (72,0%) berbanding penderita non-mioma uteri yaitu 65 orang (65,0%).

(56)

6.2. SARANAN

6.1.1. Semua wanita haruslah sentiasa menjaga kesehatan diri dengan melakukan senaman yang teratur dan pengambilan diet rendah lemak serta seimbang supaya dapat mengurangi faktor resiko terjadinya mioma uteri. Wanita juga haruslah peka tentang perubahan yang berlaku ke atas dirinya supaya bisa mendapatkan pemeriksaan dari dokter untuk deteksi dini.

6.1.2. Bagi semua instansi kesehatan dan institusi pendidikan agar lebih sering melakukan upaya promotif agar masyarakat terutamanya wanita dapat mengetahui kaidah menjaga kesehatan dan gaya hidup sehat supaya dapat mengurangi risiko terjadinya mioma uteri. Selain itu, informasi mengenai mioma uteri diedarkan dan dijelaskan pada masyarakat agar masyarakat lebih mengerti dan memahami mengenai mioma uteri.

6.1.3. Semua instansi kesehatan agar mengisi data maklumat pasien dengan lengkap di dalam rekam medis kerna rekam medis dapat digunakan sebagai suatu sumber untuk melakukan penelitian. Data rekam medis yang lengkap dan padat dapat membantu peneliti melakukan penelitian dengan lebih meluas lagi sehingga mendapatkan gambaran yang jelas mengenai mioma uteri.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Beckmann, C.R.B., Ling, F.W., Barzansky, B.M., Harbert, W.N.P., Laube, D.K., Smith, R.P. 2010. Uterine Leiomyoma and Neoplasia. In: Obstetrics and Gynecology. 6th ed. Lippincott Williams and Wilkins. 389-393

Benson, R.C., Pernoll, M.L. 2009. Penyakit-penyakit Uterus Neoplasma Jinak Uterus: Leiomioma. In, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi Ke-9. EGC; Mc Graw-Hill. 546-550

Bieber, E.J., Sanfilippo, J.S., Horowitz, I.R. 2006. Uterine Leimyomas. In: Clinical Gynecology. Churchill Livingstone Elsevier. 179-204

Calahan, T.L., Caughey, A.B., Heffner, L.J. 2004. Benign Disorder of the Upper Genital Tract: Uterine Leiomyoma. In: Blueprints Obstetrics and Gynecology. Edisi

Ke-3. Blackwel Publishing. 132-135

Chandra, B. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi pertama. Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Coronado G., Marshall L., Schwartz S., 2000. Complications in Pregnancy, Labor, and Delivery with Uterine Leiomyomas: A Population Based-Study. In: Obstetrics and Gynecology. Lippincott Williams& Wilkins. 764-769

(58)

Drife, J., Magowan, B. 2004. Clinical Obstetrics and Gynecology. Saunders.

Eisinger, S. 2008. Frequently Asked Questions Uterine Fibroids. U.S. Department of Health and Human Services. 1-8

Evans, P., Brunsell, S. 2007. Uterine Fibroid Tumors : Diagnosis and Treatment. American Family Physician. (10)75: 1503-1508.

Fritz, M.A., Speroff, L. 2005. The Uterus: Leiomyomas (Uterine Fibroids). In: Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility. Edisi ke-7. Lippincott Williams and Wilkins. 136-142

Flake G.P., Andersen J., Dixon D. 2003. Etiology and Pathogenesis of Uterine Leiomyomas. Environment Health and Prospectives. (8)111: 1031-1049

Hidayat, A.A.A., Wildan, M. 2008. Lampiran 2: Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit. In: Dokumentasi Kebidanan. Salemba Medika. 136-141

Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty, Zahara, D. 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Edisi pertama. USU Press.

Oxford University Press. 2007. Concise Medical Dictionary. Edisi ke-7. Oxford University Press. 533

(59)

Saladin, K.S. 2007. The Female Reproductive System: The Genitalia. In: Anatomy And Physiology. Internatinal Edition. Edisi ke-4. Mc Graw-Hill. 1068-1071

Shriver, E.K. 2005. Uterine Fibroids. National Institute Of Child Health And Human Development. 05-7103: 1-7

Sinclair, E. 2010. Lampiran B: Indeks Massa Tubuh. In: Buku Saku Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. 758-760

Taber, B. 1994. Leiomioma. In: Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. 268-272

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. 2005. Tumor Jinak pada Alat Genital: Miometrium. In: Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta. 338-345

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. 2006. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal: Beberapa Definisi. In: Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta. 180

(60)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Syarifah Emirlia Binti Sawaludin TEMPAT / TANGGAL LAHIR : Malaysia / 29 Juni 1988

AGAMA : Islam

ALAMAT : Jl. Perjuangan Kompleks Griya Setiabudi

No. D4 Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. Sek. Keb. Convent Sitiawan Perak

2. Sek Men. Keb. Convent Sitiawan Perak 3. Sek. Men. Keb. (P) Sultan Ibrahim Johor 4. Kolej Matrikulasi Pulau Pinang

RIWAYAT ORGANISASI : 1.Panitia Grand Annual Dinner PMUSU ke-9

(61)

Lampiran 2

FORMULIR REKAM MEDIS

No. Rekam Medis :

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Alamat & Tanggal Lahir :

Usia :

Pekerjaan : Jenis Kelamin : Status Perkawinan :

Agama :

Tanggal masuk ke RS :

(62)

Lampiran 3

(63)

Lampiran 4

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

AFY 32 17 Non m enopause 2 2 Non M iom a Ut eri

AFZ 40 13 Non m enopause 5 0 Non M iom a Ut eri

AGA 25 15 Non m enopause 2 0 Non M iom a Ut eri

AGB 38 16 Non m enopause 1 1 Non M iom a Ut eri

AGC 25 14 Non m enopause 2 0 Non M iom a Ut eri

AGD 22 15 Non m enopause 1 0 Non M iom a Ut eri

AGE 32 14 Non m enopause 3 1 Non M iom a Ut eri

AGF 38 15 Non m enopause 4 0 Non M iom a Ut eri

AGG 38 11 Non m enopause 3 2 Non M iom a Ut eri

AGH 36 12 Non m enopause 3 0 Non M iom a Ut eri

AGI 27 13 Non m enopause 1 0 Non M iom a Ut eri

AGJ 28 12 Non m enopause 2 0 Non M iom a Ut eri

AGK 36 15 Non m enopause 4 0 Non M iom a Ut eri

AGL 20 14 Non m enopause 1 0 Non M iom a Ut eri

AGM 39 13 Non m enopause 4 1 Non M iom a Ut eri

AGN 24 16 Non m enopause 1 0 Non M iom a Ut eri

AGO 25 12 Non m enopause 1 0 Non M iom a Ut eri

AGP 27 15 Non m enopause 2 0 Non M iom a Ut eri

AGQ 40 13 Non m enopause 5 2 Non M iom a Ut eri

AGR 23 12 Non m enopause 1 1 Non M iom a Ut eri

(70)

Lampiran 6 STATISTIKA DATA

Frekuensi Mioma Uteri

Frekuensi Kelompok Usia

Mioma Uteri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Mioma Uteri 100 50.0 50.0 50.0

Non Mioma Uteri 100 50.0 50.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <25 18 9.0 9.0 9.0

26-35 45 22.5 22.5 31.5

36-45 86 43.0 43.0 74.5

46-55 47 23.5 23.5 98.0

56-65 4 2.0 2.0 100.0

(71)

Bar Chart Kelompok Usia

Frekuensi Kelompok Usia Menarche

Kelompok Menarche

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <12 50 25.0 25.0 25.0

13-15 130 65.0 65.0 90.0

>16 20 10.0 10.0 100.0

(72)

Bar Chart Kelompok Usia Menarche

Frekuensi Menopause

Menopause

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Menopause 2 1.0 1.0 1.0

Non menopause 198 99.0 99.0 100.0

(73)

Frekuensi Kelompok Paritas

Kelompok Paritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Nullipara 30 15.0 15.0 15.0

Primipara 51 25.5 25.5 40.5

Multipara 119 59.5 59.5 100.0

Total 200 100.0 100.0

(74)

Kelompok Abortus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 137 68.5 68.5 68.5

1-2 57 28.5 28.5 97.0

>3 6 3.0 3.0 100.0

Total 200 100.0 100.0

Bar Chart Kelompok Abortus

(75)

PERBANDINGAN KELOMPOK USIA DENGAN MIOMA UTERI

Kelompok Usia * Mioma Uteri Crosstabulation

Mioma Uteri

Total Mioma Uteri Non Mioma Uteri

(76)

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 31.720a 4 .000

Likelihood Ratio 34.872 4 .000

Linear-by-Linear Association 30.849 1 .000

N of Valid Cases 200

a. 2 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2.00.

(77)

PERBANDINGAN KELOMPOK USIA MENARCHE DENGAN MIOMA UTERI

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok Menarche *

Mioma Uteri

200 100.0% 0 .0% 200 100.0%

Kelompok Menarche * Mioma Uteri Crosstabulation

Mioma Uteri

Total Mioma Uteri Non Mioma Uteri

Kelompok Menarche <12 Count 32 18 50

% within Mioma Uteri 32.0% 18.0% 25.0%

13-15 Count 57 73 130

% within Mioma Uteri 57.0% 73.0% 65.0%

>16 Count 11 9 20

% within Mioma Uteri 11.0% 9.0% 10.0%

Total Count 100 100 200

(78)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 6.089a 2 .048

Likelihood Ratio 6.147 2 .046

Linear-by-Linear Association 2.187 1 .139

N of Valid Cases 200

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

(79)

Lampiran 9

PERBANDINGAN KELOMPOK ABORTUS DENGAN MIOMA UTERI

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok Abortus * Mioma

Uteri

200 100.0% 0 .0% 200 100.0%

Kelompok Abortus * Mioma Uteri Crosstabulation

Mioma Uteri

Total Mioma Uteri Non Mioma Uteri

Kelompok Abortus 0 Count 72 65 137

% within Mioma Uteri 72.0% 65.0% 68.5%

1-2 Count 23 34 57

% within Mioma Uteri 23.0% 34.0% 28.5%

>3 Count 5 1 6

% within Mioma Uteri 5.0% 1.0% 3.0%

Total Count 100 100 200

Gambar

Gambar 2.1. Berbagai Jenis Mioma Uteri (Saifuddin, 2005)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Evaluasi BMI pada Wanita
Tabel 5.1. Distribusi Penderita Mioma Uteri dan Non-Mioma Uteri Berdasarkan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang ini banyak sekali lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri yang menggunakan teknologi komputer utnuk mempercepat dan memepermudah suatu kasus dalam ilmu

Teknik Listrik (lenianc D3) - Kelas xeriasama PLN. POLITEKNIK NE6tRI

was not used due to the assumption of Hapke model (particles are larger than wavelengths of light). The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing

POLITEKNIK NEGERI KUPANG.

Pengembangan Bidang Kajian Pusat Studi Olahraga untuk Penelitian dan Pengabdian M asa

Pokja ULP/Panitia Pengadaan Sarana Pendukung Pelayanan Kontrasepsi pada Satuan Kerja Perwakilan BkkbN Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan Pelelangan Sederhana (Lelang

Fortunately, the measurement issue for the second type of utility faces much less difficulties than with the first one, since it simply means that we are looking for the degree of

Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok