• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN

MANDAILING NATAL TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

ESKALILA SURYATI NIM : 121021082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN

MANDAILING NATAL TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ESKALILA SURYATI NIM : 121021082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRACT

Tetanus is primary cause of maternal and neonatal mortality .The coverage of TT immunization in Health centers Maga sub district of Lembah Sorik Marapi is lower. In 2014,of the 210 pregnant women, TT1 immunization coverage was 34(16,2%) and TT2’s was 25 (11,9%)

This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude with Tetanus Toxoid Immunization in the sub district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi, Mandailing Natal. This type of this research is observational study with cross-sectional design. Samples based on total sampling are all pregnant women with gestational age more than 8 months in the working area health centers Maga as many as 42 people. Analysis of data using chi-square statistical test using 95% confident level (α=0,05)

The result showed that there was a correlation between knowledge (p=0,027) and attitude (p=0,008)of pregnant women with TT immunization for pregnant women in sub-district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi Mandailing Natal.

Public health center is expected to boost the function of promotion to increase public knowledge about TT immunization and improve health service so as to improve immunization coverage.

(5)

ABSTRAK

Tetanus merupakan penyebab utama kematian maternal dan neonatal. Cakupan imunisasi TT di Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi masih rendah.Pada Tahun 2014 jumlah ibu hamil sebanyak 210 orang yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 34 orang (16,2%),dan Imunisasi TT2 sebanyak 25 orang (11,9%).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan total sampling adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 8 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Maga berjumlah 42 orang. Analisis data menggunakan uji chi-squaredengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,027) dan sikap (p=0,008) ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan fungsi promotif untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi TT dan meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eskalila Suryati

Tempat, Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 02 Maret 1982

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Jumlah Angota Keluarga : 5 (lima) orang, anak ke- 3 dari 5 bersaudara

Nama Ayah : Ngatimun

Nama Ibu : Suyati

Alamat Rumah : Jln. Nusantara Gg. Sejahtera No. 04.

Keluran Pidoli Dolok Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1988-1994 : SD Negeri 147985 Padangsidimpuan

2. Tahun 1994-1997 : Madrasah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan 3. Tahun 1997-2000 : SPK Dep.Kes RI Padangsidimpuan

4. Tahun 2001-2004 : Politeknik Kesehatan Dep.Kes RI Jurusan Kebidanan Padangsidimpuan

5. Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2005-sekarang : Staf Puskesmas Panyabungan Jae

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid diWilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik berupa moril maupun material. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan nasehat dan informasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santoso MS, Ph.D, selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan dan informasi selama dalam perkuliahan.

(8)

4. Ibu Asfriyati, SKM. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang begitu banyak meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan bijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis untuk kebaikan skripsi ini. 5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen pengajar dan Staf Administrasi di Departen Kependudukan Dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak drg. Ismail Lubis, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

8. Ibu dr. Muannah sebagai Kepala Puskesmas Maga Kecamatan Lembah sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal dan para Staf Puskesmas Maga.

9. Ayahanda Ngatimun dan Ibunda Suyati tersayang, serta kakak, abang dan adekku tersayang yang banyak telah memberikan dukungan semangat, motivasi dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Suamiku tercinta H. Ilham Andika Hasibuan, S.Kep, Ns dan anakku tersayang, Bilqis Haya Aqila Hasibuan, Nazla Hanifa Aqila Hasibuan dan Malikha Zahira Aqila Hasibuan yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

Semoga semua pihak yang telah banyak membantu penulisan ini mendapat rahmat dan hidayah dari ALLAH SWT.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperkaya materi skripsi ini.

Dan akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan bagi kita semua dan semoga ALLAH SWT, senantiasa melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin ya robbal alamin.

Medan, Oktober 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan.……… ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Skema ... xi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid ... 7

2.1.1 Defenisi ... 7

2.1.2 Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 8

2.1.3 Sasaran Program Imunisasi TT ... 9

2.1.4 Manfaat Imunisasi TT ... 9

2.1.5 Dosis Pemberian Imunisasi TT ... 9

2.1.6 Jadwal Pemberian Imunisasi TT ... 10

2.1.7 Efek samping Imunisasi TT ... 10

2.1.8 Keberhasilan Imunisasi TT ... 11

2.1.9 Kontraindikasi Imunisasi TT ... 12

2.1.10 Tempat Pelayanan ... 12

2.2 Tetanus ... 13

2.2.1 Defenisi ... 13

2.2.2 Etiologi Tetanus ... 14

2.2.3 Faktor Resiko ... 14

2.2.4 Masa Inkubasi Tetanus ... 16

2.2.5 Patogenesis ... 16

2.2.6 Gejala Klinis ... 17

2.2.7 Pencegahan ... 18

2.3 Pengetahuan ... 19

2.3.1 Defenisi ... 19

2.3.2 Pentingnya Pengetahuan ... 20

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21

2.4 Sikap ... 22

2.4.1 Defenisi ... 22

(11)

2.4.4 Pengukuran Sikap ... 24

2.5 Praktek atau Tindakan ... 26

2.6 Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian…...…...……… ... 28

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Defenisi Opresional ... 31

3.6 Aspek Pengukuran ... 31

3.7 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Maga ... 35

4.2 Analisis Univariat... 35

4.2.1 Umur ... 36

4.2.2 Pendidikan Terakhir ... 36

4.2.3 Pekerjaan ... 37

4.2.4 Paritas ... 37

4.2.5 Pengetahuan ... 38

4.2.6 Sikap ... 40

4.2.7 Pemberian Imunisasi TT ... 41

4.3 Analisis Bivariat ... 42

4.3.1 Hub Pengetahuan Dgn Pemberian Imunisasi TT ... 42

4.3.2 Hubungan Sikap Dangan Pemberian Imunisasi TT ... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian Imunisasi TT ... 44

5.2 Hubungan Sikap Dengan Pemberian Imunisasi TT ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik

Lampiran 4. Surat Permohonan Survei Pendahuluan Lampiran 5. Surat Izin Survai Pendahuluan

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid ... 11 Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Inttrumen

Variabel Pengetahuan ... 30 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Inttrumen

Variabel Sikap ... 30 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendididkan

Terakhir ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Berdasarkan .

Pengetahuan ... 38 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 39 Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Berdasarkan

Sikap... 40 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan sikap ... 41 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi

Tetanus Toksoid ... 42 Tabel 4.10 Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan

Pemberian Imunisasi TT ... 42 Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Sikap Dengan Pemberian

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRACT

Tetanus is primary cause of maternal and neonatal mortality .The coverage of TT immunization in Health centers Maga sub district of Lembah Sorik Marapi is lower. In 2014,of the 210 pregnant women, TT1 immunization coverage was 34(16,2%) and TT2’s was 25 (11,9%)

This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude with Tetanus Toxoid Immunization in the sub district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi, Mandailing Natal. This type of this research is observational study with cross-sectional design. Samples based on total sampling are all pregnant women with gestational age more than 8 months in the working area health centers Maga as many as 42 people. Analysis of data using chi-square statistical test using 95% confident level (α=0,05)

The result showed that there was a correlation between knowledge (p=0,027) and attitude (p=0,008)of pregnant women with TT immunization for pregnant women in sub-district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi Mandailing Natal.

Public health center is expected to boost the function of promotion to increase public knowledge about TT immunization and improve health service so as to improve immunization coverage.

(15)

ABSTRAK

Tetanus merupakan penyebab utama kematian maternal dan neonatal. Cakupan imunisasi TT di Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi masih rendah.Pada Tahun 2014 jumlah ibu hamil sebanyak 210 orang yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 34 orang (16,2%),dan Imunisasi TT2 sebanyak 25 orang (11,9%).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan total sampling adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 8 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Maga berjumlah 42 orang. Analisis data menggunakan uji chi-squaredengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,027) dan sikap (p=0,008) ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan fungsi promotif untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi TT dan meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar meningkatnya darajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta bermanfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan disegala bidang kesehatan. Seperti yang tercantum dalam Pemikiran Dasar Sistem Kesehatan Nasional, bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh masyarakat untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. (Depkes RI, 2008).

(17)

kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).

Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak, hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan. (Prawirohardjo, 2009).

Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2005-2006 yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakam penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju.

(18)

mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara pemberian imunisasi TT1 dan TT2.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan tahun 2014, cakupan imunisasi TT di Indonesia masih tergolong cukup rendah, ini dapat dilihat dengan jumlah ibu hamil sebanyak 5.290.235 yang melakukan TT1 sebanyak 1.239.173 (23,4%) dan untuk TT2 sebanyak 1.155.907 (21,8%). (Kemenkes RI, 2014).

Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan 6.506.024 jiwa. Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 331.834, pencapaian imunisasi TT1 131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 338.258 untuk TT1 38.689 (11.4%) dan TT2 35.548 (10,5%). (Dinkes Propsu, 2015).

Kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil untuk melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dengan rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid. Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 12.500 orang dengan cakupan imunisasi TT1 538 (4,3%) dan TT2 1.522 (12,2%) dan pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebesar 16.407 dengan cakupan imunisasi TT1 318 (1,9%) dan TT2 274 (1,7%).

(19)

hamil sebanyak 210 yang melakukan imunisasi TT1 sebanyak 34 (16,2%),dan yang melakukan TT2 sebanyak 25 (11,9%).

Keberhasilan program imunisasi masih terdapat kendala yang berpotensi menurunkan pencapaian imunisasi yang dapat berakibat dalam peningkatan kasus/kejadian Luar Biasa (KLB) sampai wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).Terdapat kasus Tetanus Neonatorum (TN) dibeberapa wilayah Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 119 kasus tetanus neonatorum, sebanyak 83 kasus tetanus neonatorum dengan status imunisasinya tidak di imunisasi TT. Untuk tahun 2014 kasus Tetanus Neonatorum sebanyak 84 kasus, terdapat 54 kasus dengan status tidak di imunisasi. Untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 3 kasus Tetanus Neonatorum dan pada tahun 2014 Provinsi Sumatera Utara terdapat 1 kasus. (Kemenkes RI, 2014).

Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013 khususnya wilayah kerja Puskesmas Maga terdapat 1 kasus dengan status imunisasi tidak diiimunisasi, sedangkan pada tahun 2014 Kabupaten Mandailing Natal masih ditemukan 1 kasus terdapat diluar wilayah kerja Puskesmas Maga.

(20)

Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi TT diwilayah kerja Puskesmas Maga adalah kurangnya kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Maga serta rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap imunisasi TT walau imunisasi tersebut dapat diperoleh secara gratis ditempat pelayanan kesehatan pemerintah.

Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka ditemukan masalah rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid diwilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

1.4 Hipotesis Penelitian

(21)

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.

2. Ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat sebagai informasi / masukan kepada ibu-ibu hamil untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khusus diwilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi

2. Untuk tenaga kesehatan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 2.1.1 Defenisi

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Ibu hamil, bayi dan anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. (Depkes RI 2005). Imunisasi menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah suatu cara untuk meingkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan kuman penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat membuat antibody sendiri terhadap kuman penyakit yang sama (WHO, 2002 dan IDAI, 2008).

Imunisasi adalah untuk memicu imunitas dengan cara memasukan kuman yang sudah dilemahkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, imunisasi diberikan kepada balita atau ibu hamil untuk mencegah penyakit PD3I (Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sehingga jika terpapar dengan penyakir tersebut tidak akan sakit berat atau sakit ringan (Depkes RI 2005).

(23)

untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan cara mengimunisasi ibu yang sedang hamil, dan juga untuk mencegah tetanus.

Berdasarakan dari cara timbulnya, maka terdapat dua jenis kekebalan. (IDAI, 2002) yaitu :

a. Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh

b. Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpapar pada antigen seperti pada manusia (antara lain imunisasi TT), atau terpapar secara ilmiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lama karena adanya memori imunologik. Tetanus Toksoid (TT) adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apa bila ibu hamil mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

2.1.2 Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid

(24)

2.1.3 Sasaran Program Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk pelayanan program imunisasi tetanus toksoid (TT) dilakukan pada ibu hamil, diberikana 2 kali dengan jarak waktu paling sedikit 1 bulan antara dosis pertama dan dosis kedua. Sebaiknya dosis kedua diberikan paling lambat satu bulan sebelum melahirkan agar menimbulkan kekebalan yang mantap.

2.1.4 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil adalah :

a. Bagi Bayi : untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum.

b. Bagi Ibu Hamil : melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan terjadinya tetanus apabila terluka pada saat persalinan.

c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan penting dalam mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu, eliminasi tetanus maternal tetanus neonatorum (Depkes RI, 2004).

2.1.5 Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan. Sebaiknya imunisasi TT diberikan sebelum kehamilan 8 bulan. Suntikan TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000). Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin, 2001 dan Depkes RI, 2005).

(25)
[image:25.595.80.515.206.497.2]

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) dengan dosis 0,5 cc. Cara pemberian imunisasi TT yaitu :

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

(Sumber : Kalbe Farma, 2012)

2.1.7 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid

a. Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2002).

b. Imunisas Tetanus Toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

Imunisasi Interval Persentasi (%)

Perlindungan

Durasi Perlindungan

TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama

atau sedini mungkin kehamilan - -

TT 2 Minimal 4 minggu setelah TT I 80 3 tahun *

TT 3 Minimal 6 bulan setelah TT 2 atau

selama kehamilan berikutnya 95 5 tahun

TT 4 Minimal setahun setelah TT 3 atau

selama kehamilan berikutnya 99 10 tahun

TT 5 Minimal setahun setelah TT 4 atau

kehamilan berikutnya 99

(26)

2.1.8 Keberhasilan Imunisasi Tetanus Toksoid

Tidak semua ibu hamil dan bayi yang baru lahir terbebas dari serangan penyakit. Semua tergantung pada tingkatan keberhasilan imunisasi yang dilakukan. Bigitu pula, waktu perlindungan yang terjadi pun bervariasi. Keberhasilan imunisasi tetanus toksoid tergantung pada beberapa faktor :

a. Waktu Pemberian

Vaksin yang diberikan ketika ibu hamil masih memiliki kadar antibodi yang masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk waktu pemberian yang efektif pada minusisasi TT harus diberikan sessuai dengan jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.

b. Kematangan Imunologik

Pada ibu hamil belum memiliki fungsi imun yang matang sehingga akan memberikan hasil yang kurang efektif. Individu dengan status imun rendah, seperti pasien yang mendapat mengobatan imunosupresan atau sedang mengalami infeksi, makan akan mempengaruhi keberhasilan imunitas.

c. Keadaan Gizi

Gizi yang kurang akan menyebabkan kemampuan sistem imun lemah. Meskipun kadar imunoglobulin normal atau meningkat, namun tidak mampu meningkatkan antigen dengan baik karena kekurangan asam amino yang dibutuhkan dalam pembentukan antibodi

d. Cara Pemberian Vaksin

(27)

e. Dosis Vaksin

Dosis yang terlalu sedikit akan menimbulkan respon imun yang kurang pula. Dosis yang terlalu timggi juga akan menghambat sistem kekebalan yang diharapkan. f. Frekuensi Pemberian.

Jarak pemberian yang terlalu dekat, pada saat kadar antibodi masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sistem kekebalan. (National Health and Medical Research Council, 2008).

2.1.9 Kontraindikasi

a. Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mepunyai kontra indikasi. b. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada :

1. Ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya.

2. Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat. Namun demikian ibu tersebut dapat di imunisasi segera setelah sembuh (Kemeskas RI, 2011).

2.1.10 Tempat pelayanan

Menurut Depkes RI (2004), tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT antara lain :

a. Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu c. Rumah Sakit

d. Rumah Bersalin e. Polindes

f. Posyandu

(28)

h. Dokter Praktek

Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah yang memberikan pelayanan imunisasi diberikan dengan gratis.

2.2 Tetanus 2.2.1 Defenisi

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang menghasil neorotoksin (Depkes, 2006). Penyakit tetanus bisanya menyerang bayi baru lahir yang berusia dibawah 28 hari, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum. Penyakit ini menular dan menyebabkan resiko kematian sangat tinggi. Bisa dikatakan seratus persen bayi yang lahir terkena tetanus akan mengalami kematian (Depkes, 2006).

Penyakit tetanus adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri anaerob Clostridium Tetani ditempat luka dan menghasilkan Eksotoksin yang akan menyerang otot sehingga akan terjadi spamus (kejang) otot (Kalbe Farma, 2012).

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari. Tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan ditempat yang tidak steril, terutama jika tali pusat terinfeksi. Gejala awal penyakit adalah kaku otot rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (Sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

2.2.2 Etiologi Tetanus

(29)

Bakteri yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam kotoran hewan dan manusia, dan bisa terkena luka melalui debu atau tanah yang terkontaminasi. Clostridium tetani merupakan bakteri Gram positif dan dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) dapat menyebabkan kekejangan pada otot (Djaja S, 2003).

2.2.3 Faktor Resiko

Terdapat 5 faktor resiko utama terjadinya tetanus neonatorum, yaitu : a. Faktor resiko pencemaran lingkungan fisik dan biologik

Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan memyebabkan

Clostridium tetani lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan penderita dengan gejala tetanus sering mempunyai riwayat tinggal di lingkungan yang kotor. Penjagaan kebersihan diri dan lingkungan adalah amat penting bukan saja dapat mencegah tetanus, malah berbagai penyakit lain.

b. Faktor alat pemotong tali pusat

Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat meningkatkan risiko penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih menggunakan peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali pusat bayi baru lahir (WHO, 2008).

c. Faktor cara perawatan tali pusat

(30)

salah satu ritual untuk menyambut bayi yang baru lahir. Cara perawatan tali pusat yang tidak benar ini akan meningkatkan lagi risiko terjadinya kejadian tetanus neonatorum. d. Faktor kebersihan tempat pelayanan persalinan

Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting. Tempat pelayanan persalinan yang tidak bersih bukan saja berisiko untuk menimbulkan penyakit pada bayi yang akan dilahirkan, malah pada ibu yang melahirkan. Tempat pelayanan persalinan yang ideal sebaiknya dalam keadaan bersih dan steril.

e. Faktor kekebalan ibu hamil

Ibu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap tetanus dapat membantu mencegah kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. Antibodi terhadap tetanus dari ibu hamil dapat disalurkan pada bayi melalui darah, seterusnya menurunkan risiko infeksi Clostridium tetani. Sebagian besar bayi yang terkena tetanus neonatorum biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT (Idanati R, 2005).

2.2.4 Masa Inkubasi Tetanus Neonatorum

Adapaun masa inkubasi Clostridium tetani biasnya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman.

2.2.5 Patogenesis

(31)

Gangguan tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi, yaitu asam aminobutirat gama (GABA) dan glisin, sehingga terjadi epilepsi, yaitu lepasan muatan listrik yang berlebihan dan berterusan, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian tubuh terganggu. (Ningsih S, Witarti N, 2007).

Ketegangan otot dapat bermula dari tempat masuk kuman atau pada otot rahang dan leher. Pada saat toksin masuk ke sumsum tulang belakang, kekakuan otot yang lebih berat dapat terjadi. Dijumpai kekakuan ekstremitas, otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang. Sampai toksin mencapai korteks serebri, penderita akan mengalami kejang spontan.

Pada sistim saraf otonom yang diserang tetanospasmin akan menyebabkan gangguan proses pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, pencernaan, perkemihan, dan pergerakan otot. Kekakuan laring, hipertensi, gangguan irama jantung, berkeringat secara berlebihan (hiperhidrosis) merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom.

Kejadian gejala penyulit ini jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala tersebut timbul. (Ismoedijanto, 2006).

2.2.6 Gejala Klinis

Tetanus neonatorum disertai dengan spasma otot dan regitas badan bayi, tanda pertama infeksi biasanya kegagalan menghisap oleh bayi yang telah menghisap normal selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Gejala klinis adalah :

(32)

sedikit ternganga. Kadang-kadang dapat dijumpai mulut mecucu seperti mulut ikan dan kekakuan pada mulut sehingga bayi tak dapat menetek.

b. Terjadi kekakuan otot mimik muka dimana dahi bayi kelihatan mengerut, mata bayi agak tertutup, dan sudut mulut bayi tertarik ke samping dan ke bawah.

c. Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur, bertumpu pada tumit dan belakang kepala. Jika dibiarkan secara berterusan tanpa rawatan, bisa terjadi fraktur tulang vertebra.

d. Kekakuan pada otot dinding perut menyebabkan dinding perut teraba seperti papan. Selain otot dinding perut, otot penyangga rongga dada (toraks) juga menjadi kaku sehingga penderita merasakan kesulitan untuk bernafas atau batuk. Jika kekakuan otot toraks berlangsung lebih dari 5 hari, perlu dicurigai risiko timbulnya perdarahan paru. e. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kekakuan yang

terus-menerus dari otot laring yang bisa menimbulkan sesak nafas. Efek tetanospamin dapat menyebabkan gangguan denyut jantung seperti kadar denyut jantung menurun (bradikardia), atau kadar denyut jantung meningkat (takikardia). Tetanospasmin juga dapat menyebabkan demam dan hiperhidrosis. Kekakuan otot polos pula dapat menyebabkan anak tidak bisa buang air kecil (retensi urin).

f. Bila kekakuan otot semakin berat, akan timbul kejang-kejang umum yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya. Lambat laun, “masa istirahat” kejang

(33)

2.2.7 Pencegahan

Tindakan pencegahan serta eliminasi tetanus neonatorum adalah bersandarkan pada tindakan menurunkan atau menghilangkan faktor-faktor risiko. Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Pemotongan dan perawatan tali pusat wajib menggunakan alat yang steril (WHO, 2006). Pengendalian kebersihan pada tempat pertolongan persalinan perlu dilakukan dengan semaksimal mungkin agar tidak terjadi kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan dan perawatan tali pusat dilakukan.

Praktik 3 Bersih perlu diterapkan, yaitu bersih tangan, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu, di samping perawatan tali pusat yang benar.

Selain persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang tepat, pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum (WHO, 2008.).

2.3 Pengetahuan (knowledge) 2.3.1 Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

(34)

a. Faktor internal

Faktor dari dalam diri sendiri misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. b. Faktor eksternal

Faktor dari luar diri misalnya keluarga, masyarakat. c. Faktor pendekatan belajar

Faktor upaya belajar misalnya startegi dan metode dalam belajar.

2.3.2 Pentingnya Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Sedini mungkin sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

(35)

Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya, apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2010).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena di pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain :

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

b. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

(36)

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata sesuai dengan bidang kerjanya.

e. Media Informasi

Media infomasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan,yaitu berupa media cetak dan media elektronik.

2.4 Sikap (attitude) 2.4.1 Defenisi

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus, yang melibatkan pendapat dan emosi orang yang bersangkutan. Sikap juga dapat didefinisikan sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respons (Notoatmodjo, 2007).

Rahayuningsih (2008) Sikap sebagai suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung

(Unfavourable) pada suatu objek. Menurut Azwar (2009), Sikap adalah suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, tau secara sederhana, yang merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkoordinasi. Sikap dapat juga didefenisikan sebagai asfek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek.

2.4.2 Pengelompokan Sikap

(37)

a. Berorientasi pada respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut.

b. Berorientasi pada kesiapan respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu.

c. Berorientasi pada skema triadik

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu, Sikap didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya.

2.4.3 Fungsi Sikap

Pendekatan fungsional menurut Miramis WF, (2006) sikap berusaha menerangkan mengapa kita mempertahankan sikap-sikap tertentu. Hal ini dilakukan dengan meneliti dasar motivasi, yaitu kebutuhan apa yang terpenuhi bila sikap itu dipertahankan. Mengemukaan empat fungsi dasar sikap yaitu :

(38)

Yaitu sikap yang dikaitkan dengan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.

b. Fungsi pembela ego

Yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

c. Fungsi expresi nilai

Yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil individu bersangkutan. d. Fungsi pengetahuan.

Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.

e. Fungsi penyesuaian emosi.

Yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.

2.4.4 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap adalah Metode Self Report dan Pengukuran Involuntary Behavior :

a. Observasi Perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.

b. Penanyaan Langsung

(39)

c. Pengungkapan Langsung

Pengungkapan secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal yaitu memberi tanda setuju atau tidak setuju, maupun menggunakan aitem ganda yang dirancang untuk mengungkap perasaan yang berkaitan dengan suatu objek sikap.

d. Skala Sikap

Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

e. Pengukuran Terselubung

Metode pengukuran terselubung objek pengamatannya bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseoarang melainkan reaksireaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang bersangkutan. (Azwar, 2009).

2.5 Praktik atau Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain,

(40)

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas, yaitu :

a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup :

1. Pencegahan penyakit. Melakukan tindakan pencegahan penyakit misal mengimunisasi anaknya, menguras bak mandi dan sebagainya.

2. Penyembuhan penyakit. Melakukan tindakan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan penyakit misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter dan sebagainya.

3. Tindakan (prktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku mencakup antara lain :

a. Mengkonsumsi kananan dengan gizi seimbang b. Melakukan olah raga secara teratur

c. Tidak minum minuman keras dan narkoba 4. Tindakan (prktik) kesehatan lingkungan

(41)
[image:41.595.120.497.159.367.2]

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Dengan

Pemberiaan Imunisasi Tetanus Toksoid

Pelaksanaan Pemberiaan Imunisasi

Tetanus Toksoid

Sikap Ibu Dengan Pemberiaan Imunisasi

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal, terdiri dari 9 Desa.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu 5 bulan,dari bulan Februari sampai Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 8 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Maga pada Bulan Agustus yang berjumlah 42 orang.

3.3.2 Sampel

(43)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data diperoleh dengan data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu hamil.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapat dari petugas Puskesmas meliputi gambaran demografi, geografis, data cakupan imunisasi Tetanus Toksoid dan jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

3.4.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel (Nugroho, 2005). Uji coba validitas instrument penelitian dilakukan di Puskesmas Sibanggor Kec Puncak Sorik Marapi Kab Mandailing Natal. Dengan jumlah responden 30 orang ibu hamil dengan usia kehamilan ≥ 8 bulan.

Validitas butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai Corrected Item-Total Correlation. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel (0,300) pada signifikan 0,05 dan df = 30-2 =28

(44)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Pengetahuan

Sub Variabel

Nilai Corrected

Item-Total Keterangan

pengetahuan1 .456 Valid

pengetahuan2 .725 Valid

pengetahuan3 .716 Valid

pengetahuan4 .597 Valid

pengetahuan5 .513 Valid

pengetahuan6 .427 Valid

pengetahuan7 .621 Valid

pengetahuan8 .763 Valid

pengetahuan9 .803 Valid

pengetahuan10 .364 Valid

Cronbach's Alpha = 0,866 (Reliabel)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Sikap

Sub Variabel

Nilai Corrected

Item-Total Keterangan

sikap1 .431 Valid

sikap2 .492 Valid

sikap3 .527 Valid

sikap4 .732 Valid

sikap5 .436 Valid

sikap6 .471 Valid

sikap7 .336 Valid

sikap8 .629 Valid

sikap9 .308 Valid

sikap10 .407 Valid

Cronbach's Alpha = 0,799 (Reliabel)

[image:44.595.86.486.107.385.2] [image:44.595.143.448.425.647.2]
(45)

3.4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

3.5 Defenisi Operasional

Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan ibu hamil adalah segala sesuatu yang diketahui dan diyakini oleh responden terkait dengan pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit tetanus. 2. Sikap adalah nilai atau pendapat ibu hamil yang diyakini responden tentang

pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit Tetanus.

3. Pelaksanaan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid adalah Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid kepada ibu hamil sampai kehamilan 8 bulan untuk mencegah penyakit Tetanus yang diberikan sebanyak 2x penyuntikan dengan jarak pemberian TT 1 dan TT 2 minimal 4 minggu.

3.6 Aspek Pengukuran

a. Pengetahuan Ibu Hamil

Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, diberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar, dan nilai 0 untuk jawaban yang salah.

Selanjutnya pengetahuan dikategorikan atas baik, sedang dan buruk (Arikunto 2007) yaitu :

(46)

b. Sikap Ibu Hamil

Pengukuran sikap terdiri dari 10 pertanyaan, pertanyaan positif dengan 4 pilihan jawaban yaitu soal nomor 1,2,3,4,6,7,8,9, untuk jawaban sangat setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 1.

Pada pertanyaan nomor 5,10 adalah pertanyaan negatif dengan 4 pilihan jawaban, sangat tidak setuju diberi nilai 4, tidak setuju diber inilai 3, setuju diberinilai 2 dan sangat setuju diberi nilai 1.

Selanjutnya sikap dikategorikan atas baik,sedang,buruk yaitu : 1. Sikap baik, apabila jumlah nilai responden >75% dari total skor (31-40) 2. Sikap sedang, apabila jumlah nilai responden 45-75% dari total skor (18-30)

3. Sikap buruk, apabila jumlah nilai responden <45% dari total skor (10-17). (Arikunto 2007)

c. Tindakan Ibu Hamil

Pengukuran tindakan berupa pertanyaan yang diisi oleh responden, unsur penilaiannya terdiri dari :

1. Bila jawaban Ya dengan kriteria :

a. Responden melakukan imunisasi TT selama kehamilan b. Responden mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.

c. Responden mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2 pada saat ibu dinyatakan hamil oleh petugas kesehatan dan sampai usia kehamilan 8 bulan

(47)

a. Responden tidak melakukan imunisasi TT

b. Responden hanya mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali selama kehamilan

c. Responden mendapatkan imunisasi TT diatas usia kehamilan 8 bulan d. Jarak pemberian antara TT 1 dan TT 2 kurang dari 4 minggu

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1 Metode pengolahan Data

Menurut Hidayat (2010), langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengolahan data yaitu :

a. Editing

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik data yang terdiri atas beberapa kategori

c. Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer

d. Cleansing

Data yang telah di entry diperiksa kelengkapannya dan kebenarannya

3.7.2 Analisa Data

(48)

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel yang diteliti baik variabel bebas maupun variabel terkait.

b. Analisis Bivariat

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Maga

Puskesmas Maga merupakan salah satu dari 26 Puskesmas yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, dan salah satu Puskesmas Rawat Inap. Letak Puskesmas Maga di Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, Puskesmas Maga terletak di kaki Gunung Sorik Marapi, yang terdiri dari 8 Desa dan 1 Kelurahan. Luas wilayah kerja Puskesmas Maga 34,73 km2 secara lengkap batas administrasi wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tambangan b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kayu Laut

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Puncak Sorik Marapi d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan

Jumlah Penduduk di Kecamatan Lembah Sorik Marapi yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Maga dengan jumlah penduduk 19.018 Jiwa diantaranya laki-laki 9.490 jiwa dan perempuan 9.528 jiwa.

4.2 Analisis Univariat

(50)

4.2.1 Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dikategorikan menjadi umur 20-30 tahun dan 31-40 tahun yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. 20-30 tahun 22 52,4

2. 31-40 tahun 20 47,6

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden paling banyak berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang (52,4%).

4.2.2 Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dikategorikan menjadi pendidikan SD, SMP, SMA dan Akademi/Perguruan Tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Terakhir Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. SD 1 2,4

2. SMP 12 28,6

3. SMA 25 59,5

4. Akademi/Perguruan Tinggi 4 9,5

Jumlah 42 100,0

(51)

4.2.3 Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dikategorikan menjadi pegawai negeri/TNI/polri, pegawai swasta, wiraswasta, petani dan ibu rumah tangga yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Pegawai Negeri/TNI/Polri 4 9,5

2. Pegawai Swasta 3 7,1

3. Wiraswasta 3 7,1

4. Petani 3 7,1

5. Ibu Rumah Tangga 29 69,2

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 orang (69,2%) dan paling sedikit bekerja sebagai pegawai swasta, wiraswasta dan petani yang masing-masing sebanyak 3 orang (7,1%).

4.2.4 Paritas

Karakteristik responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas

No. Paritas Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Pertama 9 21,4

2. Kedua 17 40,5

3. Ketiga 13 31,0

4. Keempat 3 7,1

Jumlah 42 100,0

(52)

4.2.5 Pengetahuan

Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang segala sesuatu yang diketahui dan diyakini oleh responden terkait dengan pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit tetanus dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan

No. Item Jawaban Benar Salah Jumlah

n % n % n %

1. Penyakit tetanus adalah penyakit syaraf.

4 9,5 38 90,5 42 100,0

2. Imunisasi TT adalah adalah sejenis suntikan yang berisi kuman yang telah dilemahkan.

13 31,0 29 69,0 42 100,0

3. Manfaat dari imunisasi TT pada saat kehamilan adalah dapat mencegah penyakit tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.

30 71,4 12 28,6 42 100,0

4. Resiko yang terjadi jika tidak mendapat imuisasi TT pada saat kehamilan adalah terjadi penyakit tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.

30 71,4 12 28,6 42 100,0

5. Ibu hamil diimunisasi TT sebaiknya sebanyak 2x.

23 54,8 19 45,2 42 100,0

6. Jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 adalah minimal 4 minggu.

15 35,7 27 64,3 42 100,0

7. Imunisasi TT pada ibu hamil sebaiknya diberikan pada saat diketahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 bulan.

[image:52.595.97.503.250.602.2]
(53)

Tabel 4.5 Lanjutan

No. Item Jawaban Benar Salah Jumlah

n % n % n %

8. Imunisasi TT ke 2 diberikan paling lambat satu bulan sebelum melahirkan untuk mendapatkan kekebalan yang maksimal.

33 78,6 9 21,4 42 100,0

9. Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan untuk melindungi penyakit Tetanus.

26 61,9 16 38,1 42 100,0

10. Ibu hamil biasa mendapatkan imunisasi TT di puskesmas, RS Bersalin dan RS Umum dan Polindes.

30 71,4 12 28,6 42 100,0

Berdasarkan distribusi jawaban responden maka diketahui bahwa sebesar 90,5% responden tidak tahu bahwa penyakit tetanus adalah penyakit syaraf, sebesar 69,0% responden tidak tahu bahwa imunisasi TT adalah adalah sejenis suntikan yang berisi kuman yang telah dilemahkan dan sebesar 64,3% responden tidak tahu bahwa jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 adalah minimal 4 minggu.

Berdasarkan distribusi jawaban tersebut maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No. Pengetahuan Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Baik 3 7,1

2. Sedang 14 33,3

3. Buruk 25 59,6

Jumlah 42 100,0

(54)

4.2.6 Sikap

Distribusi jawaban responden terhadap sikap tentang nilai atau pendapat ibu hamil yang diyakini responden tentang pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit Tetanus dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap

No Item Pernyataan

Jawaban

Jumlah

SS S TS STS

n % n % n % n % N %

1. Imunisasi tetanus toksoid diberikan pada ibu yang sedang hamil.

22 52,4 20 47,6 - - - - 42 100

2. Untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang baru lahir dengan cara mengimunisasi ibu yang sedang hamil.

14 33,3 16 38,1 12 28,6 - - 42 100

3. Imunisasi TT 1 diberikan pada kunjungan pertama kehamilan atau sedini mungkin kehamilan.

13 31,0 24 57,1 5 11,9 - - 42 100

4. Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil setelah diketahui hamil sampai kehamilan 32 Minggu.

10 23,8 18 42,9 12 28,6 2 4,8 42 100

5. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan minum obat saja.

16 38,1 19 45,2 4 9,5 3 7,1 42 100

6. Ibu hamil harus mendapatkan. imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2x selama hamil.

13 31,0 10 23,8 19 45,2 - - 42 100

7. Imunisasi TT bisa didapatkan ditempat pelayanan kesehatan.

16 38,1 26 61,9 - - - - 42 100

8. Imunisasi tetanus toksoid yang diberikan untuk mecegah dari penyakit Tetanus.

[image:54.595.98.501.250.657.2]
(55)

Tabel 4.7 Lanjutan

No Item Pernyataan

Jawaban

Jumlah

SS S TS STS

n % n % n % n % n %

9. Dengan melakukan imunisasi TT ibu hamil, ibu sudah mensukseskan Program Pemerintah

15 35,7 26 61,9 1 2,4 - - 42 100

10. Imunisasi TT tidak perlu dilakukan sewaktu hamil

18 42,9 18 42,9 2 4,8 4 9,5 42 100

Berdasarkan distribusi tanggapan responden maka sebesar 83,3% responden sangat setuju/setuju bahwa penyakit tetanus dapat dicegah dengan minum obat saja dan sebesar 85,8% responden sangat setuju/setuju bahwa imunisasi TT tidak perlu dilakukan sewaktu hamil.

Berdasarkan distribusi jawaban tersebut maka sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

No. Sikap Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Baik 12 28,6

2. Sedang 30 71,4

3. Buruk 0 0,0

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki sikap sedang tentang imunisasi TT yaitu sebanyak 30 orang (71,4%) dan tidak ada responden yang memiliki sikap buruk.

4.2.7 Pemberian Imunisasi TT

(56)

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi TT

No. Pemberian

Imunisasi TT

Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Ya 15 35,7

2. Tidak 27 64,3

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak diberikan imunisasi TT yaitu sebanyak 27 orang (64,3%).

4.3 Analisis Bivariat

Untuk menguji hubungan variabel independen yang meliputi pengetahuan dan sikap dengan variabel dependen yaitu pemberian imunisasi TT dilakukan secara analisis bivariat menggunakan uji chi-squaredengan α=0,05 yang dijabarkan sebagai berikut. 4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi TT

Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi TT

No. Pengetahuan

Pemberian Imunisasi TT

Jumlah

p-value

Ya Tidak

n % n % N %

1. Baik 3 100,0 0 0,0 3 100,0

0,027

2. Sedang 6 42,9 8 57,1 14 100,0

3. Buruk 6 24,0 19 76,0 25 100,0

(57)

6 orang (24%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 19 orang (76%). Hasil uji statistik chi-square berarti bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT (p=0,027).

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi TT

Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi TT

No. Sikap

Pemberian Imunisasi TT

Jumlah

p-value

Ya Tidak

n % n % N %

1. Baik 8 66,7 4 33,3 12 100,0

0,008

2. Sedang 7 23,3 23 76,7 30 100,0

(58)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian TT

Hasil analisis univariat pada variabel pengetahuan diketahui bahwa mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan buruk tentang imunisasi TT yaitu sebanyak 25 orang (59,5%) dan paling sedikit ibu hamil memiliki pengetahuan baik yaitu 3 orang (7,1%). Hal ini dapat dilihat dari distribusi jawaban ibu hamil yang menyebutkan bahwa sebesar 90,5% ibu hamil tidak tahu bahwa penyakit tetanus adalah penyakit syaraf, sebesar 69,0% ibu hamil tidak tahu bahwa imunisasi TT adalah adalah sejenis suntikan yang berisi kuman yang telah dilemahkan dan sebesar 64,3% ibu hamil tidak tahu bahwa jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 adalah minimal 4 minggu.

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT yang dilakukan kepada 42 orang ibu hamil maka diperoleh bahwa dari 3 ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik, seluruhnya (100%) telah mendapatkan imunisasi TT. Kemudian dari 14 ibu hamil yang memiliki pengetahuan sedang, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 6 orang (42,9%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 8 orang (57,1%). Selanjutnya, dari 25 ibu hamil yang memiliki pengetahuan buruk, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 6 orang (24%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 19 orang (76%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α =

0,05 diperoleh nilai p=0,027 yang berarti bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT.

(59)

imunisasi TT. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2012) di Puskesmas Mandai Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan imunisasi TT.

Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia tau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, hidung dan sebagainya). Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT juga berkaitan erat dengan kepatuhan dalam melakukan imunisasi TT. Kurangnya pengetahuan bisa mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit tetanus yang mempunyai resiko penularan bagi bayi yang dikandungnya.

Lebih jauh dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang objek tertentu. Jadi, pengetahuan juga dapat diperoleh melalui informal yang disampaikan oleh orang tua, buku, surat kabar, serta media elektronik. Pengetahuan juga merupakan domain yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (overt behavior).

5.2 Hubungan Sikap dengan Pemberian TT

(60)

bahwa penyakit tetanus dapat dicegah dengan minum obat saja dan sebesar 85,8% ibu hamil sangat setuju/setuju bahwa imunisasi TT tidak perlu dilakukan sewaktu hamil.

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi TT yang dilakukan kepada 42 orang ibu hamil maka diperoleh bahwa dari 12 ibu hamil yang memiliki sikap baik, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 8 orang (66,7%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 4 orang (33,3%). Kemudian dari 30 ibu hamil yang memiliki sikap sedang, yang telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 7 orang (23,3%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 23 orang (76,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p=0,008 yang berarti bahwa ada hubungan sikap dengan pemberian imunisasi TT.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Sartno (2006) dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan perilaku terhadap imunisasi TT. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2012) di Puskesmas Mandai Kel

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester III dengan pemberian imunisasi tetanus toksoid di Wilayah Kerja

Penelitian ini termasuk kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan pada ibu hamil tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang imunisasi tetanus toksoid dengan

Tujuan penelitian ini adalah hubungan pengetahuan ibu tentang sistem imun bayi dengan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Selesai Saya akan memberikan

Faktor yang tidak berhubungan dengan ibu melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten

Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah memiliki antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid di Forum Kesehatan Desa Purwosuman Sidoharjo Sragen, yang paling banyak dalam katagori cukup,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi tetanus toksoid di BPS Anik Suroso Mojosongo Surakarta yaitu sebanyak