• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vaksin CARNA-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Vaksin CARNA-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

VAKSIN CARNA-5 DAN PEMANGKASAN PADA BERBAGAI

FREKUENSI PEMUPUKAN FOSFOR BERPENGARUH KEPADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT

(Lycopersicum esculentum Mill.)

TESIS

Oleh

FARIDA HARIANI

992101004/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N

(2)

VAKSIN CARNA-5 DAN PEMANGKASAN PADA BERBAGAI

FREKUENSI PEMUPUKAN FOSFOR BERPENGARUH KEPADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT

(Lycopersicum esculentum Mill.)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agronomi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FARIDA HARIANI

992101004/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : VAKSIN CARNA-5 DAN PEMANGKASAN PADA BERBAGAI FREKUENSI PEMUPUKAN FOSFOR BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) Nama Mahasiswa : Farida Hariani

Nomor Pokok : 992101004 Program Studi : Agronomi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc Ketua

)

(Ir. H. Dartius, MS Anggota

) (Ir. Mukhlis, M.Si

Anggota )

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 8 Mei 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc

Anggota : 1. Ir. H. Dartius, MS

2. Ir. Mukhlis, M.Si

3. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc

(5)

ABSTRAK

Farida Hariani, “Vaksin Carna-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)”. Di bawah bimbingan J. A. Napitupulu sebagai Ketua, H. Dartius dan Mukhlis, sebagai Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh perlakuan vaksin Carna-5 terhadap infeksi virus CMV, pemangkasan dan pemupukan fosfor cara tabur dan frekuensi cara kocor terhadap pertumbuhan dan produksi tomat. Penelitian dilaksanakan disatu lahan yang berlokasi di desa Pertapaan, Kecamatan Sigalingging, Kabupaten Dairi dan terletak pada ketinggian 1400 m dari permukaan laut.

Menggunakan rancangan petak terbagi, di mana faktor pertama perlakuan vaksin sebagai petak utama terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa diberi vaksin Carna-5 (V0)

dan diberi vaksin Carna-5 (V1), faktor kedua pemangkasan sebagai anak petak terdiri

dari 3 taraf yaitu pemangkasan dengan meninggalkan 2 cabang primer (A1),

pemangkasan dengan meninggalkan 3 Cabang primer (A2) dan tanpa pemangkasan

(A3). Faktor ketiga pemupukan fosfor cara tabur dan kocor terdiri dari 4 taraf yaitu

diberikan pada saat tanam cara tabur sebagai kontrol (Pk), cara kocor 1 x pada umur

15 hst (P1),3 x pada umur 15,30,45 hst cara kocor (P2), 5 x pada umur 15,30,45,60

dan 75 hst (P3

Peubah yang diamati meliputi panjang batang utama (cm), umur berbunga (hari), jumlah bunga pertandan (buah), Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan), jumlah buah jadi pertandan (buah), umur panen (hst), bobot buah pertanaman (gram), jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah pertanaman (buah), ukuran buah (cm), kandungan vitamin C (mg/100g), intensitas serangan penyakit CMV (%), analisis kadar P tanaman.

) dengan dosis yang sama yaitu 54 g TSP/tanaman.

(6)

ABSTRACT

Farida Hariani, “Carna-5 Vaccin and Trimming on Various Phosphate

Fertilizer Application Frequency to the Growth and Production of Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.)”. Supervised by : J.A. Napitupulu as a chairman, H. Dartius and Mukhlis as members.

The objective of this research is to study the effect of Carna-5 vaccin treatment to the CMV infection, trimming and phosphate fertilizer application frequency to the growth and production of tomato. This research was conducted at the Pertapaan village, subdistrict of Sigalingging, regency of Dairi on the elevation 1400 m on above sea level.

Spilit plot plot design was used in which the main factor consist of 2 level, they were without Carna-5 (V0) and with Carna-5 (V1), the second factor were

triming consists of 3 level, i.e.trimming to 2 primary branches (A1), trimming to 3

primary branches (A2) and without trimming (A3). The third factor is phosphate

fertilizer application frequency that consist of 4 levels, ie spreading at 15 day after plants (d.a.p) as control (Pk), drenching ance at 15 d.a.p (P1), 3 times 15.30, 45 d.a.p

(P2), 5 times 15, 30, 45, 60 and 75 d.a.p by (P3

The observed variables were the length of main stem (cm), age of flower (days), number of flower per banch (unit), number of fruit banches that produce the harvestable fruits (bunches), number of fruit per bunch (unit), age on harvesting (days after plants) d.a.p, weight of fruit per plant (gram), number of fruits based on the fruit weight group (unit), size of fruit (cm), content of vitamin C (mg/100g), intensity of diseases attack CMV (%), leaf P- content

). With the same doses.

Application of Carna-5 gave positive linear responsive for per plant fruit weight, and lowering CMC infection. Trimming 2 primary mean stemis had positive effect on per plant second harvest fruits weight, and trimming to 3 primary main stem on < 40 g fruit number. Drenching phosphate fertilizer had positive effect on fruit brances number, the second an third the harvest fruits weight and fruit sizes. There were significant interaction between Carna-5 and trimming on per banch fruits number and < 40 g fruit number. There were significant interaction between Carna-5 and phosphate fertilizer application, that showed bigger positiv linear efect, to the plant which received without Carna-5, except negative to 40-60 g fruits weight and CMV infection. Vitamine C and P- Content of the plant increased with timely drenching phosphate fertilizer.

(7)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tulisan

tesis ini yang berjudul “Vaksin CARNA-5 dan Pemangkasan pada Berbagai

Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat

(Lycopersicum esculentum Mill)” pada Program Studi Agronomi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan suatu kajian untuk perbaikan teknis agronomi dan

peningkatan produksi tanaman tomat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

Upaya yang dilakukan adalah menggunakan teknologi baru vaksin CARNA-5

sebagai immunisasinya sejak dini di pembibitan dan kultur tehnis pemangkasan

dengan meninggalkan 2 dan 3 cabang primer serta pemupukan fosfor cara tabur

dan kocor di lingkungan petani maupun pelaku agribisnis tanaman tomat,

sehingga diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini

yang belum dapat dijelaskan secara mendetail oleh sebab itu diharapkan

saran-saran agar tulisan ini lebih sempurna.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu, M.Sc, sebagai Ketua Komisi

Pembimbing, Bapak Ir. H. Dartius, MS dan Bapak Ir. Mukhlis, M.Si sebagai

Anggota Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan,

petunjuk serta saran-saran dalam penulisan usulan penelitian ini. Semoga hasil

penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Medan, Februari 2009

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, maka penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

melalui USU yang telah memberikan bantuan beasiswa selama penulis

mengikuti pendidikan dan menyelesaikan penelitian di Sekolah Pascasarjana

USU.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh

Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc dan seluruh stafnya, maupun mantan

Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Sumono, MS atas bantuan dan

perhatiannya selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi

Agronomi.

3. Bapak Ketua dan Ibu Sekretaris Program Studi Agronomi serta seluruh dosen

Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan

bantuan dan ilmunya selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu, M.Sc, yang

sangat banyak memberikan bantuan arahan, saran serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, penelitian sampai kepada penyelesaian

penulisan tesis ini.

5. Bapak Anggota Komisi Pembimbing Ir. H. Dartius, MS dan Bapak Ir.

Mukhlis, M.Si atas segala bimbingan, saran dan arahan yang diberikan

kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penyelesaian penulisan

(9)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Rosmayati, MS

selaku Dosen Pembanding, atas segala bimbingan, saran dan arahan yang

diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penyelesaian

penulisan tesis ini.

7. Bapak Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara dan Universitas Al-Azhar Medan, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Studi Agronomi

Sekolah Pascasarjana USU.

8. Ayahanda tercinta Hasan Syarif (Alm) dan Ibunda tercinta Hj. Siti Chosiah

serta mertua H. Sidi Muslim (Alm) dan Hj. Sariman (Almh) yang telah

banyak memberikan doa, dorongan moril dan semangat kepada penulis.

9. Suami tercinta H. Muliyadi, SP dan ananda-ananda tersayang Aliffiya Tasya

Aqilah, Namira Tri Adilah dan Khalisha Nailah Shafwa yang selalu setia

mendampingi penulis, memberikan doa dan semangat moril maupun materil

selama mengikuti perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

10. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 1999 dan teman lainnya yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuannya selama perkuliahan sampai

(10)

RIWAYAT HIDUP

Farida Hariani, dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Agustus 1973 dari

Ayahanda Hasan Syarif (Alm) dan Ibunda Hj. Siti Chosiah, sebagai anak kedua dari

tiga bersaudara. Pada tanggal 3 April 1999 menikah dengan H. Muliyadi, SP dan

sudah dikaruniai tiga orang putri.

Pendidikan

Tahun 1986 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri No. 060855 Medan.

Tahun 1989 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Medan.

Tahun 1992 : Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.

Tahun 1997 : Lulus dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas

Pertanian, jurusan Budidaya Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.

Tahun 1999 : Mulai mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana, Program

Studi Agronomi Universitas Sumatera Utara di Medan.

Pengalaman Kerja

Tahun 1999 - sekarang : Menjadi Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.

Tahun 2005 : Menjadi PNS Kopertis Wilayah I NAD – SUMUT dpk

(11)

DAFTAR ISI

Pemanfaatan Vaksin CARNA-5 ... 13

Pemangkasan ... 15

Frekuensi Pemupukan Fospor ... 17

METODE PENELITIAN ... 21

Tempat dan Waktu ... 21

Bahan dan Alat ... 21

Metode Penelitian ... 22

Metode Analisis Data ... 23

Pelaksanaan Penelitian ... 25

Persiapan Media Persemaian... 25

Persiapan Lokasi Penelitian ... 25

Analis Tanah ... 26

Penanaman dan Pemeliharaan ... 26

Perlakuan Vaksin CARNA-5 ... 27

(12)

Peubah yang Diamati ... 29

Panjang Batang Utama (cm) ... 29

Umur Berbunga (Hari) ... 29

Jumlah Bunga Pertandan (Bunga) ... 29

Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan)... 30

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) ... 30

Umur Panen (hst) ... 30

Berat Buah Pertanaman (Gram) ... 30

Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah ... 30

Ukuran Buah (cm) ... 30

Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan)... 40

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) ... 43

Umur Panen (Hari) ... 45

Bobot Buah Pertanaman (g) ... 49

Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah Besar (>60 g), Sedang (40-60 g) dan Kecil (<40 g) ... 56

Ukuran Diameter Buah dan Panjang Buah (cm) ... 60

Kandungan Vitamin C (mg/100g) ... 63

Intensitas Serangan Penyakit Cucumber Mosaik Virus (%) ... 65

Analisis Kadar P dalam Jaringan Tanaman (%) ... 67

Pembahasan Umum ... 69

Pengaruh Perlakuan Vaksin Carna -5 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 70

Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 72

Pengaruh Frekuensi Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 74

Pengaruh Interaksi Vaksin Carna-5 dan Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 76

(13)

Pengaruh Interaksi Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan

Faktor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat .. 79

KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

Kesimpulan ... 83

Saran ... 84

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Rangkuman Uji Beda Rataan Panjang Batang Utama (cm)

Umur Berbunga (hst) Jumlah Bunga Pertandan (Buah), Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan), Jumlah Buah Jadi Per tandan (Buah), Umur Panen (hst), Bobot Buah Pertanaman (g), Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Buah (Buah), Diameter Buah (cm), Panjang Buah (cm), Intensitas Serangan Penyakit

(CMV) (%) ... 33

2 Uji Beda Rataan Panjang Batang Utama (cm) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Umur 15, 30, 45

dan 60 hst ... 34

3 Uji Beda Rataan Umur Berbunga (Hari) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 36

4 Uji Beda Rataan Jumlah Bunga Pertandan (Buah) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 38

5 Uji Beda Rataan Jumlah Tanda Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan) Tanaman Tomat pada Perlakukan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 40

6 Uji Beda Rataan Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan

Pemangkasan ... 43

7 Uji Beda Rataan Umur Panen (Hari) Periode Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ...

46

(15)

Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Setiap Periode Panen Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat ... 50

9 Uji Beda Rataan Bobot Buah Pertanaman (g) Periode Panen Kedua, Ketiga, dan Keempat Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara

Tabur dan Kocor ... 53

10 Uji Beda Rataan Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Buah Besar (>60g), Sedang (40-60 g) dan Kecil (< 40 g) Tanaman Tomat pada Perlakuan, Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi

Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 57

11 Uji Beda Rataan Jumlah Buah Berdasarkan Bobot Buah Kecil (<40g) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan

Vaksin dan Pemangkasan ... 59

12 Uji Beda Rataan Diameter dan Panjang Buah (cm) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi

Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 61

13 Rata-Rata Kandungan Vitamin C (mg/100 g) Tanaman

Tomat Secara Komposit ... 64

14 Uji Beda Rataan Intensitas Serangan Penyakit CMV (%) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Umur

60 dan 75 hst ... 65

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Hubungan antara Panjang Batang Utama (cm) Umur 30 hst

(a) dan 45 hst (b) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor

Tanaman Tomat ... 35

2 Hubungan antara Umur Berbunga (Hari) dengan Frekuensi

Pemupukan Fosfor Cara Kocor Tanaman Tomat ... 37

3 Hubungan antara Jumlah Bunga Pertandan (buah) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Tanaman Tomat yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0= Tanpa Carna-5

V1 = Diberi Carna-5) ... 39

4 Bar Diagram Jumlah Tanda Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Buah) Tanaman Tomat pada Perlakuan Pemangkasan (A1= Meninggalkan 2 Cabang Primer, A2 =

Meninggalkan 2 Cabang Primer, A3, = Tanpa Pemangkasan)

...

41

5 Hubungan Antara Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang dapat Dipanen dengan Frekuensi Pemupukan

Fosfor Tanaman Tomat ... 42

6 Bar Diagram Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0= Tanpa Carna-5,

V1= Diberi Carna-5) dan (A1 = Meninggalkan 2 Cabang

Primer, A2 = Meninggalkan 3 Cabang Primer dan A3 Tanpa

Pemangkasan) .. ... 44

7 Hubungan Umur Panen (Hari) Tanaman Tomat Periode Pertama (a), Kedua (b) Ketiga (c) dan Keempat (d) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor yang Mendapat Perlakuan

Vaksin Carana-5 (V0 = Tanpa Carna-5, V1= Diberi Carna -5) .. 48

(17)

9 Bar Diagram Bobot Buah Pertanaman (g) Periode Panen Kedua (a) dan Ketiga (b) Tanaman Tomat pada Perlakuan Pemangkasan (A1 = Meninggalkan 2 Cabang Primer, A2 =

Meninggalkan 3 Cabang Primer dan A3 = Tanpa

Pemangkasan) ... 52

10 Hubungan antara Bobot Buah Pertanaman (g) Tanaman Tomat pada Periode Panen Kedua (a), Ketiga (b) dan Keempat (c) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = Tanpa Carna-5,

V1= Diberi Carna -5) ... 55

11 Hubungan antara Bobot Buah Sedang (40-60 g) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor Tanaman

Tomat……. ... 58

12 Bar Diagram Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah Kecil (<40g) dengan Berbagai Perlakuan Pemangkasan Tanaman Tomat yang Mendapat Perlakuan

Vaksin Carna -5 (V0 = Tanpa Carna-5, V1 = Diberi Carna-5) .. 60

13 Hubungan Antara Diameter Buah (cm) dengan Perlakuan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = Tanpa Carna-5, V1 Diberi

Carna-5) ... 62

14 Hubungan Antara Panjang Buah (cm) dengan Perlakuan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = Tanpa Crana-5, V1 = Diberi

Carna-5) ... 63

15 Hubungan antara Intensitas Serangan Penyakit CMV Umur 60 (a) dan 75 hst (b) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Rangkuman Data Rataan Panjang Batang Utama (cm) pada

Umur 15, 30, 45 Dan 60 hst Tanaman Tomat ... 90

2 Rangkuman Sidik Ragam Panjang Batang Utama (cm) pada

Umur 15, 30, 45 dan 60 hst Tanaman Tomat ... 91

3 Rangkuman Data Rataan Umur Berbunga (hst), Jumlah Bunga Pertandan (buah), Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (tandan) dan

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) Tanaman Tomat ... 92

4 Rangkuman Sidik Ragam Umur Berbunga (hst), Jumlah Bunga Pertandan (Buah), Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang dapat Dipanen (tandan) dan

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Tandan) Tanaman Tomat ... 93

5 Rangkuman Data Rataan Umur Panen (hst) Periode Panen

Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat Tanaman Tomat ... 94

6 Rangkuman Sidik Ragam Umur Panen (hst) Periode Panen

Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat Tanaman Tomat ... 95

7 Rangkumann Data Rataan Bobot Buah Pertanaman (g) Periode Panen Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat

Tanaman Tomat ... 96

8 Rangkuman Sidik Ragam Bobot Buah Pertanaman (g) pada Periode Panen Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat

Tanaman Tomat ... 97

9 Rangkuman Data Rataan Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah Besar (>60 g), Sedang (40-60 g)

dan Kecil (<40g) Tanaman Tomat ... 98

10 Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah Besar (>60 g), Sedang (40-60 g)

(19)

11 Rangkuman Data Rataan Diameter dan Panjang Buah (cm) Tanaman Tomat ...

100

12 Rangkuman Sidik Ragam Diameter dan Panjang Buah (cm) Tanaman Tomat ...

101

13 Data Rataan Kandungan Vitamin C Secara Destruktif

(mg/100g) dalam Jaringan Tanaman Tomat ... 102

14 Rangkumann Data Rataan Intensitas Serangan Cucumber

Mosaik Virus (CMV) % Umur 15,30, 45, 60 dan 75 hst ... 103

15 Rangkuman Sidik Ragam Intensitas Serangan Cucumber Mozaik Virus (CMV) % Umur 15,30, 45, 60 dan 75 hst ...

104

16 Data Rataan Analisis Kandungan P Secara Destruktif (%) dalam Jaringan Tanaman Tomat ...

105

17 Deskripsi Tanaman Tomat Varietas Marta ... 106

(20)

ABSTRAK

Farida Hariani, “Vaksin Carna-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)”. Di bawah bimbingan J. A. Napitupulu sebagai Ketua, H. Dartius dan Mukhlis, sebagai Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh perlakuan vaksin Carna-5 terhadap infeksi virus CMV, pemangkasan dan pemupukan fosfor cara tabur dan frekuensi cara kocor terhadap pertumbuhan dan produksi tomat. Penelitian dilaksanakan disatu lahan yang berlokasi di desa Pertapaan, Kecamatan Sigalingging, Kabupaten Dairi dan terletak pada ketinggian 1400 m dari permukaan laut.

Menggunakan rancangan petak terbagi, di mana faktor pertama perlakuan vaksin sebagai petak utama terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa diberi vaksin Carna-5 (V0)

dan diberi vaksin Carna-5 (V1), faktor kedua pemangkasan sebagai anak petak terdiri

dari 3 taraf yaitu pemangkasan dengan meninggalkan 2 cabang primer (A1),

pemangkasan dengan meninggalkan 3 Cabang primer (A2) dan tanpa pemangkasan

(A3). Faktor ketiga pemupukan fosfor cara tabur dan kocor terdiri dari 4 taraf yaitu

diberikan pada saat tanam cara tabur sebagai kontrol (Pk), cara kocor 1 x pada umur

15 hst (P1),3 x pada umur 15,30,45 hst cara kocor (P2), 5 x pada umur 15,30,45,60

dan 75 hst (P3

Peubah yang diamati meliputi panjang batang utama (cm), umur berbunga (hari), jumlah bunga pertandan (buah), Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan), jumlah buah jadi pertandan (buah), umur panen (hst), bobot buah pertanaman (gram), jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah pertanaman (buah), ukuran buah (cm), kandungan vitamin C (mg/100g), intensitas serangan penyakit CMV (%), analisis kadar P tanaman.

) dengan dosis yang sama yaitu 54 g TSP/tanaman.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aplikasi Carna-5 berpengaruh positif pada bobot buah pertanaman dan turunnya serangan CMV. Pemangksan dengan meninggalkan 2 cabang primer berpengaruh positif terhadap bobot buah pertanaman panen kedua sedangkan meninggalkan 3 cabang primer berpengaruh positif terhadap jumlah buah kelompok buah <40 g. Pemberian pupuk secara kocor berkali-kali berpengaruh positif pada jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen, bobot buah pertanaman periode panen kedua dan ketiga dan ukuran buah. Terdapat interaksi antara Carna-5 dan pemangkasan pada jumlah buah pertandan dan jumlah buah kelompok buah 40-60 g. Terdapat interaksi antara Carna-5 dengan pupuk P di mana cara kocor menunjukkan kurva respon yang linier positif lebih besar pada tanaman yang tanpa Carna-5 kecuali untuk bobot buah 40-60 g dan infeksi CMV linier negatif. Dan kandungan vitamin C dan P meningkat dengan pemberian P cara kocor berkali-kali.

(21)

ABSTRACT

Farida Hariani, “Carna-5 Vaccin and Trimming on Various Phosphate

Fertilizer Application Frequency to the Growth and Production of Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.)”. Supervised by : J.A. Napitupulu as a chairman, H. Dartius and Mukhlis as members.

The objective of this research is to study the effect of Carna-5 vaccin treatment to the CMV infection, trimming and phosphate fertilizer application frequency to the growth and production of tomato. This research was conducted at the Pertapaan village, subdistrict of Sigalingging, regency of Dairi on the elevation 1400 m on above sea level.

Spilit plot plot design was used in which the main factor consist of 2 level, they were without Carna-5 (V0) and with Carna-5 (V1), the second factor were

triming consists of 3 level, i.e.trimming to 2 primary branches (A1), trimming to 3

primary branches (A2) and without trimming (A3). The third factor is phosphate

fertilizer application frequency that consist of 4 levels, ie spreading at 15 day after plants (d.a.p) as control (Pk), drenching ance at 15 d.a.p (P1), 3 times 15.30, 45 d.a.p

(P2), 5 times 15, 30, 45, 60 and 75 d.a.p by (P3

The observed variables were the length of main stem (cm), age of flower (days), number of flower per banch (unit), number of fruit banches that produce the harvestable fruits (bunches), number of fruit per bunch (unit), age on harvesting (days after plants) d.a.p, weight of fruit per plant (gram), number of fruits based on the fruit weight group (unit), size of fruit (cm), content of vitamin C (mg/100g), intensity of diseases attack CMV (%), leaf P- content

). With the same doses.

Application of Carna-5 gave positive linear responsive for per plant fruit weight, and lowering CMC infection. Trimming 2 primary mean stemis had positive effect on per plant second harvest fruits weight, and trimming to 3 primary main stem on < 40 g fruit number. Drenching phosphate fertilizer had positive effect on fruit brances number, the second an third the harvest fruits weight and fruit sizes. There were significant interaction between Carna-5 and trimming on per banch fruits number and < 40 g fruit number. There were significant interaction between Carna-5 and phosphate fertilizer application, that showed bigger positiv linear efect, to the plant which received without Carna-5, except negative to 40-60 g fruits weight and CMV infection. Vitamine C and P- Content of the plant increased with timely drenching phosphate fertilizer.

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu

tanaman sayuran buah yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi gizi

masyarakat karena mengandung vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan

(Tugiono, 2001).

Tomat termasuk sayuran buah yang paling digemari oleh setiap orang. Hal

ini disebabkan oleh rasanya yang enak, segar dan sedikit asam. Lagi pula tomat

merupakan sumber vitamin A, vitamin C, dan sedikit vitamin B, (Calvin dan

Knutson, 1983). Dalam 100 gram bahan mengandung protein sebanyak 1 gram,

karbohidrat 4,10 gram vitamin A 735 mg dan bahan penting lainnya yang

dibutuhkan tubuh manusia (Tim BPPP, 2000).

Kebutuhan pasar akan buah tomat dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal

ini tercermin dari angka produksi yang terus meningkat. Berdasarkan hasil sensus

perdagangan 1989, produksi tomat berturut-turut adalah 138.108 ton pada tahun

1984, kemudian meningkat lagi pada tahun 1986 menjadi 189.400 ton, dan pada

tahun 1988 mencapai 192.200 ton. Kendala yang sering dihadapi dalam memenuhi

peluang pasar swalayan dan ekspor terutama terletak pada ketidaksesuaian antara

kualitas yang dibutuhkan pasar dengan kualitas produk yang dihasilkan (Tim

(23)

Rendahnya produktivitas tomat di tingkat petani disebabkan petani kurang

mendapatkan informasi mengenai kultur teknis tomat dan adanya hama penyakit

virus. Penggunaan pestisida tidak sesuai dengan hama dan penyakit virus sasaran

menyebabkan produksi rendah dan biaya pemakaian pestisida yang tinggi.

Peluang untuk meningkatkan produktivitas tomat dapat dilakukan dengan

perbaikan kultur teknis sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat (Tim

BPPP, 2000).

Akibat adanya serangan penyakit Cucumber Mozaic Virus pada tanaman

tomat dapat menyebabkan petani mengalami gagal total di sentra-sentra produksi

(Litbang, 2004).

Adanya serangan penyakit CMV (Cucumber Mozaic Virus) ini tidak

mengenal umur tanaman. Apabila terjadi penyakit virus pada jaringan floem dan

xilem tidak dapat disembuhkan (Marwoto dan Sri, 2000) walaupun menggunakan

insektisida sintetik seperti pyrethroid dan karbamat, karena mekanisme kerja virus

memperbanyak diri dalam jaringan tanaman sangat cepat dan merusak struktur

RNA tanaman, sehingga menyebabkan terganggunya seluruh aktivitas

metabolisme yang mula-mula ditandai dengan daun berwarna kekuning-kuningan

dan berubah menjadi keriput kemudian menggulung yang membuat pertumbuhan

tanaman kerdil disertai seluruh percabangan yang tertekan dan akibatnya

pembentukan bunga dan buah terhambat (Deptan, 1996, 1999).

(24)

kultur teknis, yaitu memangkas pada bagian organ vegetatif yang terinfeksi oleh

virus atau mencabut tanaman kemudian membakarnya. Penggunaan berbagai

macam jenis insektisida hanya mencegah dan mengendalikan vektornya saja.

Kemungkinan dengan penggunaan teknologi baru hal ini dapat diatasi

sebelum terjadi infeksi virus, tanaman diberi vaksin CARNA-5 dengan

mengaplikasikannya mulai dari sejak dini di pembibitan, sehingga terjadi sistem

kekebalan tubuh tanaman dan sekaligus melindungi sel-sel jaringan tanaman,

khususnya struktur RNA, dari serangan virus.

Pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh sifat fisiologis

dan morfologi tanaman. Penampilan sesuatu tanaman dapat dicerminkan oleh

bentuk tajuk dan sangat berhubungan dengan laju proses fotosintesa (Sutoro dkk,

1997).

Kemampuan tanaman untuk meneruskan pertumbuhan berpusat pada titik

tumbuh dan berada di daerah meristematik pada tunas puncak (apikal), meristem

tunas cabang dan ujung perakaran (Harjadi dan Yahya, 1988) dan meristem pada

ujung merupakan daerah tempat sel membelah diri secara aktif (Loveless, 1991).

Pemangkasan tunas cabang samping pada batang utama, merupakan salah

satu kegiatan pemeliharaan pada tanaman tomat untuk mengurangi jumlah tunas

sehingga perkembangan buahnya maksimal, selain itu pemangkasan juga berguna

untuk mengurangi gangguan hama dan penyakit (Tim Penulis PS, 2004).

Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting dalam

(25)

tanaman tidak sebanyak unsur nitrogen dan kalium hanya kira-kira sepersepuluh

dari unsur tersebut, namun peranannya sangat menentukan (Manurung, 1989).

Unsur fosfor dapat mendorong pertumbuhan akar, pembentukan bunga,

pengisian buah dan biji (Manurung, 1989) dan Gunarto dkk, (1998) menyatakan

secara tehnis hara fosfor merupakan kunci kehidupan tanaman, karena terlibat

pada seluruh proses metabolisme tanaman dan ikut membentuk senyawa-senyawa

struktural seperti asam nukleat untuk keperluan reproduksi dan konversi transfer

energi yang tinggi.

Indonesia merupakan negara yang paling tinggi laju pemakaian pupuk

fosfor. Selama periode 1979 – 1986 pemakaian pupuk fosfor meningkat secara

luar biasa mencapai 28,70% per tahun dan tahun 1983 – 1987 laju kenaikan

permintaan pupuk fosfor cukup besar yaitu sekitar 9% per tahun (Gunarto

dkk, 1998).

Sementara cadangan fosfor di Indonesia sangat sedikit jumlahnya, untuk

kebutuhan nasional satu tahun tidak mencukupi. Oleh karena itu perlu memahami

sebaik mungkin masalah-masalah pemakaian fosfor di dalam tanah dan tanaman

untuk menekan penggunaan pupuk fosfor, agar devisa negara dapat dihemat

(Manurung, 1987).

Keberhasilan pemupukan fosfor sangat ditentukan oleh berbagai faktor,

salah satu adalah cara aplikasi dan ketersediaannya dalam tanah. Dengan

(26)

Pupuk fosfor pada tanaman tomat umumnya diberikan dalam dua tahap

yaitu 2 – 3 minggu setelah tanam dan 4 – 5 minggu setelah tanam (DBPH, 1997).

Kecenderungan saat ini ialah, melakukan pemupukan fosfor pada tanaman

tomat pada saat sebelum tanam dan sesudah tanam bahkan sampai saat panen

yaitu frekuensi pemberiannya ditingkatkan dengan cara pupuk fosfor terlebih

dahulu dilarutkan dengan air dan kemudian diaplikasikan dengan cara kocor atau

disiramkan di sekitar pangkal batang maupun ke permukaan tanah.

Melalui frekuensi pemupukan tersebut kemungkinan pupuk fosfor akan

lebih efektif untuk tersedia dan dapat diserap oleh akar, sehingga energi yang

dibutuhkan oleh tanaman lebih tersedia untuk pembentukan ATP dan ADP dan

akan lebih memacu peningkatan komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif

tomat.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian yang

berhubungan dengan penggunaan vaksin CARNA-5 untuk melindungi sel dan

struktur RNA dari kerusakan yang diakibatkan oleh virus dan pemangkasan serta

perlu pemupukan fosfor untuk ketersediaan dan keseimbangan sumber energi,

sehingga proses metabolisme berjalan dengan baik dan akibatnya dapat

meningkatkan perbaikan komponen pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Rumusan Masalah

Faktor penyebab kegagalan pertanaman tomat dan rendahnya tingkat

(27)

vektor penyebab penyakit Cucumber Mozaic Virus (CMV), sehingga daun

menjadi kering dan akibatnya “source dan sink” akan terganggu. Demikian halnya

pada kultur tehnis sangat berhubungan dengan pemangkasan untuk mengurangi

persaingan sesama organ vegetatif maupun organ reproduktif tanaman. Dengan

melakukan frekuensi pemupukan fosfor dapat diaplikasikan secara kocor ke

sekitar media tumbuh pangkal batang, kemungkinan fosfor lebih tersedia untuk

diserap oleh akar untuk meningkatkan kebutuhan sumber energi dan mendukung

source dan sink tanaman, sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menemukan jawabannya.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aplikasi vaksin CARNA-5 sejak dini

di pembibitan terhadap kekebalan tubuh tanaman, sehingga lebih tahan apabila

ada gangguan organisme pengganggu tanaman sebagai vektor penyebab

penyakit Cucumber Mozaic Virus tomat di lapangan.

2. Untuk mengetahui apakah melalui pemangkasan dengan meninggalkan 2 dan 3

cabang utama dapat menghasilkan cabang lateral lebih produktif, bunga dan

buah lebih berkualitas.

3. Untuk mengetahui apakah frekuensi pemupukan fosfor secara kocor di sekitar

media tumbuh pangkal batang dapat mendukung dan meningkatkan komponen

(28)

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh interaksi ketiga hal tersebut terhadap

komponen pertumbuhan dan produksi tomat.

Hipotesis Penelitian

1. Melalui vaksin CARNA-5 sejak dini di pembibitan dapat menghambat dan

menekan penyakit CMV di lapangan pertanaman.

2. Pemangkasan dengan meninggalkan 2 atau 3 cabang utama mempengaruhi

pertumbuhan vegetatif serta cabang dan produksi tomat.

3. Frekuensi pemupukan fosfor secara kocor di sekitar media tumbuh pangkal

batang, hara P lebih tersedia untuk diserap akar untuk meningkatkan kondisi

pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat.

4. Perlakuan vaksin CARNA-5, pemangkasan dan frekuensi pemupukan fosfor

dapat saling mendukung bagi pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Kegunaan Penelitian

1. Diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas khususnya

petani dan pengelola agrobisnis tanaman tomat.

2. Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat

Tanaman tomat adalah tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan

termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae), Devisio:

Spermatophyta, Klas: Dicotyledoneae, Ordo: Tubiflorae, Famili: Solanaceae,

Genus: Lycopersicum (Tugiono, 2001). Akar tomat merupakan jenis akar

tunggang. Akar tunggang menghasilkan akar sekunder samping yang menjalar

dilapisan permukaan tanah (Agroindonesia, 2005). Batang muda lemah dan

berbulu, bila sudah tua bersegi, keras dan berkayu. Bunga tersusun dalam tandan

yang berjumlah 4-20 buah tergantung pada varietas, yang terletak pada buku

batang (Thompson dan Kelly, 1979). Bunga tomat kecil berwarna kuning cerah,

dengan diameter sekitar 2 cm. Dibagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga

yang berwarna hijau dengan mahkota berwarna kuning cerah dan berjumlah 6

buah dengan ukuran sekitar 1 cm dan mempunyai 6 buah benang sari, umumnya

menyerbuk sendiri (Tim Penulis PS, 2004).

Berdasarkan sifat pertumbuhannya tomat terdiri dari type determinate yang

dicirikan oleh terhentinya pertumbuhan pencabangan setelah terbentuknya bunga

dan buah. Type indeterminate pertumbuhan percabangan berlangsung terus

walaupun bunga dan buah telah terbentuk (Tim BPPP, 2000).

(30)

batang dan primordia daun disertai banyaknya rangsangan hormon untuk

menentukan perkembangan tanaman berikutnya. Antara ujung dan primordia daun

terbentuk tunas samping, dalam kondisi yang sesuai akan berkembang menjadi

cabang (Goldsworthy dan Fisher, 1984).

Buah secara botanis termasuk buah berry mempunyai 2 atau lebih rongga

yang berisi biji-biji yang dilapisi senyawa gelatin yang melunak jika buah masak

dan biji telah berkembang sempurna (Edmond, et al, 1975; Calvin dan Knutson,

1983).

Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai jenis

tanah, tetapi paling baik pada tanah liat berpasir. Keadaan tanah yang baik untuk

pertumbuhan tanaman tomat adalah tanah yang kaya humus, gembur, sirkulasi

udara dan tata air baik, pH tanah berkisar 5 – 6 dan curah hujan optimal

100-200 mm/bulan (Tim BPPP, 2000).

Tanaman tomat tidak peka terhadap fotoperiodisme, dan untuk

pertumbuhan dan hasil yang baik tanaman tomat memerlukan penyinaran matahari

sepanjang hari, cahaya matahari diketahui berkorelasi dengan kandungan asam

askorbat di dalam buah (Thompson dan Kelly, 1979).

Untuk pertumbuhan tomat yang memuaskan dalam bentuk vegetatif

(31)

a. Curah hujan yang cukup, tidak deras, dalam masa pertumbuhan bunga dan

buahnya.

b. Suhu udara rata-rata 20 – 300C pada siang hari dan 10 – 200

c. Angin yang tidak kering dan kecepatan yang sedang (Rismunandar, 1995). C pada malam hari

untuk dapat menjamin persarian yang baik.

Penyakit Cucumber Mozaic Virus (CMV)

Sampai tahun 1994 sudah dikenal sebanyak 713 virus tumbuhan. Hasil

pengujian secara ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) hanya sekitar 10

jenis virus yang menyerang tanaman cabai dan sebanyak 45.73% contoh tanaman

yang sakit terinfeksi oleh patogen virus (Deptan, 1999, Semangun, 2001).

Patogen virus tersebut terletak di antara patogen yang hidup (animate

pathogent) dan patogen yang mati (manimate pathogen). Di luar jaringan tanaman

virus merupakan benda protein yang mati, tetapi ketika virus masuk dalam

jaringan tanaman menjadi aktif dan memperbanyak diri serta dapat menular.

Perpindahan patogen virus ke tanaman lain harus ada agen pembawa

(Duriat, 2003).

Secara kimiawi virus ini merupakan nukleo protein yang terdiri dari asam

nukleat dan protein dan RNA-nya merupakan komponen terpenting dari virus.

(Semangun, 2001). Agrios, (1998) mengatakan setiap virus tumbuhan paling

(32)

Patogen Cucumber Mozaik Virus dapat terbawa oleh biji dan dapat

terinfeksi di persemaian dan di lapangan pada fase pertumbuhan vegetatif dan

generatif tanaman (Duriat, 2003). CMV ini sering disebut virus mosaik mentimun

dan diklasifikasikan kedalam kelompok cucumo virus. Partikel virus ini bentuknya

isometrik dengan ukuran 28 – 30 mm (Deptan, 1996). Strukturnya memanjang

tampak seperti benang lentur disertai kisaran inangnya yang sangat luas (Agrios,

1988) dapat menginfeksi 775 jenis tanaman mulai dari gulma dan tanaman yang

dibudidayakan (Deptan, 2000) serta aktif pada pH 2 – 10 (Semangun, 2001).

Kebanyakan virus penyebab penyakit tumbuhan CMV mengandung RNA

tanpa membran dan sedikit DNA. Asam nukleat virus CMV terdiri atas RNA

sebanyak 6.400 nukleotida dan protein virus dari 158 asam amino dalam urutan

yang konstan dan bentuk susunannya heliks. Virus ini dapat memperbanyak diri

dan menyebabkan infeksi penyakit tumbuhan melalui RNA-nya (Agrios, 1988,

Semangun, 2001).

Semangun, (2001) mengatakan virus yang berada dalam jaringan daun

tidak dapat membelah dan membentuk alat reproduksi sendiri, tetapi dapat

bertambah banyak dengan mempengaruhi sel inang untuk membentuk zarah-zarah

virus baru sebagai perbanyakan diri di dalam sel-sel hidup dengan cara asam

nukleat virus masuk ke dalam sel inang tumbuhan untuk mengalihkan

metabolisme sel tumbuhan dan sekaligus membuat bahan pembentuk virus, yang

(33)

terurai dan melepaskan asam nukleat dari sel inang dan bergabung dengan protein

struktural untuk membentuk partikel virus baru.

Serangan virus dapat menyebabkan gangguan proses metabolisme pada sel

pareankim daun dan dapat berpindah dari sel yang satu ke sel lainnya kira-kira 1

mm sebanyak 8 – 10 sel per hari secara terus menerus melalui plasmodesma

sebagai penghubung sel yang berdekatan (sitoplasma antar sel), kemudian

memperbanyak diri dengan cara transkripsi dan replikasi melalui RNA.

Penyebaran virus sangat cepat berpindah menuju ke titik tumbuh (meristem ujung)

melalui pembuluh tapis (Agrios, 1988), sehingga menyebabkan pucuk cekung

mengkerut berwarna mosaik hijau pucat, daun-daun muda mosaik kuning disertai

pertumbuhan tanaman terhambat.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh virus umumnya menyebabkan

menurunnya jumlah klorofil daun, luas daun, pembentukan daun baru dan

substansi hormon pertumbuhan, tetapi meningkatkan substansi hormon

penghambat pertumbuhan, berkurangnya nitrogen terlarut dalam jaringan tanaman

pada saat infeksi dan sintesis virus. Akibat kerusakan maka laju fotosintesa akan

menurun dan laju respirasi meningkat, sehingga terjadi penurunan karbohidrat

disertai kronis dalam jaringan tanaman (Agrios, 1988, Semangun, 2001).

Menurut Lukman (1992), serangan virus tidak selalu mematikan tanaman,

bahkan kadang tidak terlihat gejala-gejalanya, namun serangan virus ini dipastikan

(34)

Faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas hama daun yaitu suhu

kelembaban dan intensitas cahaya matahari. Pengaruh intensitas cahaya matahari

lebih berperan, sehingga secara tidak langsung penggunaan mulsa plastik perak

dapat mengurangi intensitas serangan hama kutu daun sebagai vaktor virus

penyebab penyakit CMV (Saleh, 2003).

Pemanfaatan Vaksin CARNA-5

Sampai saat ini belum ditemukan suatu bahan kimia (pestisida) dan secara

fisik untuk dapat mematikan bahkan menginaktifkan virus yang ada di dalam

jaringan sel tanaman, tanpa mengganggu kehidupan tanaman itu sendiri

(Saleh, 2003).

Perkembangan penyakit CMV sangat cepat pada tanaman cabai merah. Salah

satu alternatif pengendaliannya melalui vaksin CARNA-5. RNA-5 ditemukan sebagai

vaksin, karena lebih mudah disintesis dalam jaringan sel tanaman dari pada RNA

virus mosaik ketimun, serta dapat berasosiasi dan merupakan satelit komponen virus

yang tidak berdiri sendiri dan bertindak sebagai parasitnya (Deptan, 1996, Semangun,

2001).

Penggunaan satelit virus CARNA-5 sebagai vaksin, dapat berfungsi sebagai

pengontrol, membatasi dan melemahkan perbanyakan CMV yang berada di dalam

jaringan sel tanaman sampai ke tingkat yang tidak merugikan, bahkan apabila terjadi

serangan virus gejalanya tidak tampak atau dalam keadaan ringan (Deptan, 2000b).

(35)

tambahan dan tidak akan diperlukan oleh virus untuk memperbanyak diri serta tidak

menimbulkan penyakit. Pada keadaan tertentu perkembangan RNA-5 di dalam tubuh

tanaman akan lebih banyak dari pada perkembangan CMV. Hal ini disebabkan karena

mekanisme kerja vaksin Carna-5 secara sistemik dan menyebar keseluruh jaringan sel

tanaman (Deptan, 2000b

Balai penelitian Sayuran Lembang, telah merakit bahan aktif vaksin yang

terbuat dari campuran RNA virus yaitu 1, 2 dan 3 dengan

RNA-5, sehingga disebut sebagai CARNA-5 atau sebagai satelit virus. RNA-5

merupakan satelit RNA virus mosaik ketimun, karena multiplikasinya tergantung

pada virus penolong, yaitu virus mosaik ketimun (Murant dan Mayo, 1982 dalam

Siregar, 2004). Adanya Asosiasi antara satelit dan virus penolongnya ternyata

dapat menekan gejala penyakit, bahkan dapat menekannya secara sempurna.

Dengan demikian satelit dapat digunakan untuk pengendalian virus tanaman

(Siregar, 2004). Penggunaan vaksin CARNA-5 harus lebih dahulu diencerkan

apabila menggunakan inokulum murni dan inokulum daun (Deptan, 2000).

Agrios, (1988) mengatakan setelah pengenceran harus ditambahkan larutan fosfor

sebagai penyangga (buffer) dan pemberian carborundum 600 mesh untuk

membantu melukai sel secara kimia pada daun tanaman. , BPTH, 2005).

Penelitian lapangan menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang

divaksin dengan isolat virus mengandung satelit CARNA-5 dapat menghasilkan

(36)

di dataran tinggi Lembang dapat meningkatkan hasil rata-rata 30% dan tanaman

tomat di negara China dapat menaikkan produksi antara 10 – 15% (Deptan, 1999).

Pemangkasan

Selama fase pertumbuhan vegetatif terjadi, maka daun, batang, dan akar

saling berkompetisi untuk mendapatkan assimilat, hara dan air. Jumlah assimilat

yang ditrasportasikan dari ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan produktivitas dan batang berperan sebagai penyimpan fotosintat.

Sel-sel meristem seperti pucuk, daun-daun muda dan cabang muda serta organ

reproduktif memiliki posisi yang lebih menguntungkan untuk mendapatkan

assimilat (Widodo, 1990).

Pada daun muda hampir seluruhnya fotosintat dipergunakan untuk

menghasilkan energi. Karena pada awal pertumbuhannya daun-daun muda berperan

sebagai wadah dan kebutuhan assimilatnya dipasok dari daun-daun dewasa

melalui floem, kemudian akan berubah menjadi sumber fotosintat. Widodo,

(1990) juga sependapat bahwa daun-daun muda masih memerlukan assimilat dari

organ daun-daun dewasa hingga saatnya daun muda tersebut mampu mencukupi

kebutuhannya sendiri. Tujuan utama pemangkasan adalah bagaimana cara

mengalokasikan assimilat agar lebih efisien ke biji maupun buah yaitu melalui

pengurangan daun bagian non produktif

Pemangkasan merupakan bagian dari pemeliharaan dengan cara

(37)

1980) dan juga untuk mengatur bentuk kanopi tanaman, merangsang pertumbuhan

bidang percabangan yang luas, membuang tanaman yang sakit dan rusak serta

meremajakan kanopi tanaman (Purbiati, 1996).

Pamangkasan dapat dilakukan pada tunas air, tunas muda, cabang yang

bersilang, cabang yang tumbuh melintang dan besarnya sama, cabang bersudut

sempit dan cabang di bawah cabang utama, sehingga tanaman lebih seimbang dari

segi ukuran, bentuk dan kokoh serta susunan cabang yang teratur dan lebih mudah

dirawat (Poincelot, 1980).

Mawarni, (1998) mengatakan melalui pemangkasan distribusi cahaya

matahari dapat lebih merata pada kanopi daun di bawahnya sehingga sumber

(source) dapat memenuhi kebutuhan sink (wadah) yakni bunga dan buah.

Jika pemangkasan tunas apikal dilakukan maka akan terjadi pematahan

dominasi pucuk dan akan merubah keseimbangan antara akar dan batang. Hal ini

akan mengganggu produksi auksin dari meristem apikal dan pengaruhnya

mempercepat pembatasan auksin pada tunas-tunas lateral, sehingga tunas-tunas ini

akan ke luar dari dormansi, di mana air dan zat hara yang tersedia akan

merangsang pertumbuhan dan munculnya percabangan baru (Poincelot, 1980).

Pemangkasan tunas apikal dan cabang meristem ortotrop adalah cara utama

untuk menjaga bentuk dan ukuran tanaman. Sehingga teknik pemangkasan yang

digunakan dapat mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif

(38)

Pemangkasan tomat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemangkasan

tunas dan pemangkasan batang (Deptan, 2005). Pemangkasan dimaksudkan agar

dapat diperoleh buah yang besar dan cepat masak (Indonext, 2005).

Frekuensi Pemupukan Fospor

Konsep pemupukan didasarkan kepada prinsip hara, sehingga usaha untuk

penetapan dosis, cara dan waktu serta jenis pupuk yang diberikan merupakan

usaha dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi (Tarigan, 1999).

Salah satu usaha meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah yaitu

dengan pemupukan. Pemupukan akan efektif dan efisien apabila diberikan pada

saat yang tepat dengan cara yang benar yaitu dosis optimal dan jenis pupuk yang

sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman (Kaderi, 1998).

Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan dengan unsur

lainnya (Haryantini dan Santoso, 2001). Muljadi, (1997) mengatakan sebelum

aplikasi pupuk fosfor diberikan kedalam tanah, sebaiknya terlebih dahulu

diketahui sifat-sifat mineral dan kimia dari pupuk fosfor yang digunakan.

Trisawa dkk, (1996) berpesan, penggunaan pupuk yang berlebihan selain

mahal dan tidak efisien akan mengakibatkan terjadinya polusi hara dalam tanah,

sehingga jika semakin banyak penggunaan pupuk fosfor ke dalam tanah untuk

kebutuhan tanaman, maka unsur tersebut akan semakin banyak tertimbun didalam

tanah (Haryantini dan Santoso, 2001) dan tertimbun dalam bentuk tidak tersedia

(39)

Manurung (1987), mengatakan masalah utama fosfor dalam tanah

jumlahnya yang sangat sedikit, kelarutan dan ketersediaannya yang rendah bagi

tanaman, serta fiksasinya yang menyolok besar.

Ketersediaan fosfor tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pH tanah,

jumlah ion-ion Al, Fe, Ca dan Mn dalam jenis liat ikut juga berperan menentukan

tingkat ketersediaan P, karena ion-ion fosfor dapat diserap oleh liat yang

bermuatan negatif dan relatif tidak tersedia bagi tanaman (Tisdale dan Nelson,

1975).

Fosfor diserap oleh akar tanaman melalui mekanisme intersepsi akar, aliran

masa dan proses difusi. Tanaman mengambil fosfor dari laurtan tanah dalam

bentuk ion-ion HPO4-2, PO4-3 dan H2P04

-Umumnya bentuk H

. Bentuk mana yang diambil oleh

tanaman pada saat kondisi tertentu sangat tergantung pada kemasaman tanah

(Manurung, 1987).

2PO4- lebih banyak diambil tanaman dan lebih tersedia

dalam larutan tanah. Hal ini didukung Loveless, (1991) fosfor yang diserap oleh

tanaman sebagai ortofosfat adalah H2PO4-. Sedangkan ion-ion HPO4-2

Rendahnya serapan P oleh tanaman juga disebabkan oleh kadar air tanah

yang tidak mencukupi, sehingga proses difusi P kurang memadai. Kemampuan diambil

oleh tanaman bergerak sangat lambat dan tergantung dengan adanya ATP. Kadar

fofor dibutuhkan oleh jaringan tanaman 0,15 – 1,00% berat kering tanaman

(40)

tanaman untuk mengantisipasi rendahnya ketersediaan P merupakan salah satu

mekanisme toleransi (Gunarto dkk, 1998).

Kelarutan fosfor dalam berbagai bahan pelarut cukup bervariasi yaitu

fosfor larut dalam air, fosfor larut dalam asim sitrat, fosfor tersedia dan fosfor

total. Oleh karena itu kelarutan fosfor dalam air masih tetap dipakai sebagai salah

satu ukuran apakah pupuk fosfor dianggap baik atau tidak (Manurung, 1987).

Menurut Sumarni dan Rini (2001), untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan larutan hara fosfor dapat dilakukan dengan mengatur waktu aplikasi

sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Sel tumbuhan memerlukan persediaan hara anorganik dan organik untuk

pertumbuhannya, maka harus ada gerakan sinambung hara terlarut dari sumber

ketempat hara terpakai (Loveless, 1991).

Bila terjadi defisiensi atau kahat unsur fosfor, maka akan terjadi penurunan

pertumbuhan secara drastis (Soepardi, 1983 dalam Haryantini dan Santoso, 2001).

Unsur fosfor sifatnya sangat mobil di dalam tanaman, sehingga apabila

terjadi gejala kekurangan akan nampak pada bagian daun tua yang ditandai

dengan daun warna hijau dan berubah menjadi gelap atau keunguan bahkan

klorosis (Gunarto dkk, 1998), disertai pertumbuhan pucuk akan terhambat dan

kerdil, pertumbuhan batang tidak normal dan pertumbuhan akar berkurang

(Kaderi, 1998).

Demikian sebaliknya apabila terjadi peningkatan penyerapan hara P, maka

(41)

sangat berguna untuk membantu proses penyerapan hara mineral lainnya

(Sastrahidayat, 1999 dalam Haryantini dan Santoso, 2001).

Fosfor merupakan komponen dan sintesis ATP dari ADP, karenanya sangat

penting dalam menyimpanan dan peredaran energi di dalam sel-sel hidup dan

merupakan fosfolipid bagian dari membran, nukleotida, kofaktor berbagai

koenzim serta membentuk kompleks dengan gula dan ikut berpartisipasi dalam

fosforilasi berbagai senyawa perantara fotosintesa dan respirasi (Loveless, 1991)

dan juga merupakan komponen RNA dan DNA sebagai informasi genetik (Jones,

et al, 1991).

Sebagian besar P terdapat dalam bagian-bagian muda tanaman, pada bunga

dan biji. Unsur P ini juga berpengaruh pada pembentukan bunga, pembagian sel,

pematangan buah, perkembangan akar halus dan rambut dan meningkatkan

(42)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan disuatu lahan berlokasi di Desa Pertapaan,

Sigalingging Dairi dengan ketinggian tempat 1400 m dpl dan telah berlangsung mulai

Maret – Agustus 2006.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas benih hibrida tomat varietas Marta, vaksin

CARNA-5 biakan inokulum dari daun zukini, Carborundum 600 mesh, Aquades

steril, Air, 0,01 M Fosfat buffer pH 7.0, 0.03 M Na2PO4, Alkohol 70 dan 96%, pupuk

kandang 20 ton/ha-1, urea 400 kg/ha-1, TSP 600 kg ha-1, KCL 120 kg ha-1

Alat yang digunakan antara lain cotton bud, mortar dan pastelnya, beker gelas,

gelas ukur, batang pengaduk, hand counter, hand sprayer, knapsack sprayer, ember

plastik, drum plastik biru, gayung, gembor, gunting, pisau, meteran, tali nilon dan

plastik, cangkul, garu, angkong, sekop besar dan kecil, batu bata, goni plastik, kayu

pacak dan pengaduk pupuk, mulsa plastik hitam perak, beserta mesin pompa air, baby , Pestisida

Perfektan 425 EC 2,0 ml/l, Curacron 500 EC 2.0 ml/l, Agrimec 18 EC 0,50 ml/l, Pegasus

500 EC 2,0 ml/l, Proclaim 2,0 g/l Air, Manteb 80 WP 2,0 g/l, Zirol 80 WP 3,0 g/l,

Matador 25 EC 0,5 ml/l, Petrogenol 800 l 1,0 ml, Noxone 297 AS 3 l/ha, Agrimicyn

(43)

polibeg ukuran 10 x 15 cm, pH meter, kamera, timbangan analitik ketelitian 0,1 g,

timbangan kasar 20 kg, oven, dan alat-alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) sebagai rancangan

lingkungannya dengan 3 faktor, yaitu:

Faktor pertama perlakukan immunisasi vaksin CARNA-5 sebagai petak utama

terdiri atas 2 jenis:

V0

V

= Tanpa immunisasi vaksin CARNA-5

1

Faktor kedua perlakukan pemangkasan sebagai anak petak terdiri atas 3 taraf: = Immunisasi vaksin CARNA-5

A1

A

= Meninggalkan 2 cabang primer

2

A

= Meninggalkan 3 cabang primer

3

Faktor ketiga perlakuan frekuensi pemupukan fosfor (600 kg ha = Tanpa pemangkasan

-1

P

) sebagai

anak-anak petak terdiri dari 4 taraf:

k

P

= sebagai kontrol diberikan pada saat tanam dengan cara tabur

1

P

= 1 x aplikasi, diberikan pada umur 15 hari setelah tanam (hst) dengan cara kocor

2

P

= 3 x aplikasi, diberikan pada umur 15, 30, 45 hst dengan cara kocor

3

(44)

24 x 3 = 72 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 21 tanaman, maka jumlah

populasi 72 x 21 = 1.512 tanaman utama. Untuk melengkapi keperluan data

digunakan sampel tetap sebanyak 5 tanaman dari sejumlah populasi tanaman tiap

petak.

Metode Analisis Data

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) dengan

model matematis adalah sebagai berikut:

Yijkl = µ + ρi + αij + εij + βk + (αβ)jk + εijk + ιl + (βι)kl + (αι)jl + (αβι)jkl +

εijkl

Di mana, ,

Yijkl

µ = Rata-rata umum nilai pengamatan.

= Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan immunisasi vaksin

CARNA-5 taraf ke-j, pemangkasan taraf ke-k, dan frekuensi pemupukan

fosfor taraf ke-1.

ρi

α

= Pengaruh ulangan taraf ke-i.

j

ε

= Pengaruh perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j.

ij

β

= Pengaruh galat pada taraf i dan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf

ke-j.

(45)

(αβ)jk

ε

= Pengaruh interaksi perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j dan

pemangkasan taraf ke-k.

ijk

ι

= Pengaruh galat pada taraf ke-i, immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j

dan perlakuan pemangkasan taraf ke-k.

l

(βι)

= Pengaruh perlakuan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.

kl

(αι)

= Pengaruh interaksi perlakuan pemangkasan taraf ke-k dan frekuensi

pemupukan fosfor taraf ke-1.

jl

(αβι)

= Pengaruh interaksi perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 traf ke-j dan

frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.

jkl

ε

= Pengaruh interaksi perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j

pemangkasan taraf ke-k, dan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-l.

ijkl

Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamatai menunjukkan

pengaruh yang nyata dilihat dari sidik ragam dilanjutkan dengan uji jarak Duncan dan

analisis regresi (Gomez dan Gomez, 1995). Pengujian ini bertujuan untuk melihat

perbedaan pengaruh setiap perlakuan maupun kombinasi perlakuan terhadap perubah

yang diamati.

, = Pengaruh galat pada taraf ke-i, immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j,

(46)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Media Persemaian

Media persemaian berupa tanah topsoil yang terlebih dahulu dikering

anginkan selama ± 4 hari sekaligus dilakukan sterilisasi dengan formalin 5 %

sebanyak 5 cc untuk 5 kg media dan ditutup rapat dengan plastik hitam.

Kemudian media persemaian diisi ke dalam baby polibag ukuran 10 x 15 cm

menggunakan sekop kecil sebanyak 3024 baby polibag. Sekitar areal persemaian

terlebih dahulu disemprot dengan insektisida Curacron 500 EC 2 cc/l air. Kemudian

baby polibeg dibagi dua menjadi 1512 untuk masing-masing persemaian dan ditata

rapi.

Sehari sebelum semai tanah baby polibag disiram sampai jenuh dan lobang

tanam benih ditentukan sedalam 0,5 – 1,0 cm. Benih hibrida Tomat varietas Marta

terlebih dahulu direndam dalam larutan 10 % Natrium Fosfat (Na2PO4

Baby polibag disusun di atas bedengan dalam ruangan kasa. Benih dapat

disiram 2 kali sehari pagi dan sore.

) 0,03 M

selama 1 – 2 jam untuk menghilangkan dan membersihkan virus yang menempel

pada permukaan benih (Duriat dan Gunaeni, 2004).

Persiapan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang tersedia seluas 43,2 x 42 m disemprot dengan Noxone

297 AS 3 l/ha. Sisa gulma yang masih ada, sampah dan batu-batuan dibersihkan

(47)

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 25-30 cm.

Bersamaan dengan itu diberikan pupuk kandang dengan dosis 0,5 kg/tanaman

(Warintek, 2005). Kemudian dibuat bedengan. Bedengan yang telah dipupuk dan

dirapikan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Kemudian dibuat lubang tanam

dengan jarak 50 cm x 180 cm.

Analis Tanah

Untuk mendukung data penelitian dan memperoleh gambaran penyebaran

residu status hara yang berhubungan dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor,

dilakukan analisis tanah bersamaan dengan pengukuran pH-nya. Contoh tanah

komposit diambil dari tumpukan tanah top soil sebanyak 250 – 500 g dan dikirim ke

laboratorium untuk dianalisis (Kaderi, 1996).

Jika analisa tanah menunjukkan pH (H2

Status hara tanah yang dianalisa mencakup, C (%), N (%), C/N, P-tersedia

(ppm, Bray 2), P

O) berada di bawah 5,5 dilakukan

pengapuran dengan cara sebar dan merata pada tumpukan tanah, berdasarkan

hubungan nilai pH tanah dengan jumlah dolomit yang dibutuhkan (BPTP, 2002).

2O5

Penanaman dan Pemeliharaan

total (ppm), K-dd (me/100 g), Ca-dd (me/100 g), Mg-dd

(me/100 g), Al-dd (me/100 g), Fe (ppm), KTK (me/100 g) dan kejenuhan basa (%).

Penanaman dilakukan ketika semaian/bibit telah berumur 3 minggu. Bibit

dikeluarkan dari kantong plastik dengan hati-hati, agar bibit tidak rusak. Bibit

(48)

Pupuk diberikan yaitu Urea 400 kg ha-1, KCL 120 kg ha-1

Setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam perlu diberi ajir (lanjaran)

dari bambu, untuk mencegah tanaman roboh.

diberikan dalam 2

tahap yaitu umur 2-3 mst dan 4-5 mst. Pemberian pupuk perawatan dilakukan dengan

cara diletakkan dalam garutan sedalam 5-10 cm (DBPH, 1997). Pupuk TSP diberikan

sesuai dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor.

Perlakuan Vaksin CARNA-5

Bahan aktif vaksin CARNA-5 dari biakan inokulum daun Zukini yang sudah

dirajang berasal dari Balitsa Lembang dilakukan dengan prosedur kerja sebagai

berikut, mortar dan pastelnya beserta perangkatnya yang sudah bersih terlebih

disemprot dengan alkohol 70 % agar benar-benar steril.

Vaksin CARNA-5 biakan inokulum daun Zukini digerus ke dalam mortar

sampai halus dan ditambahkan 0.01 M fosfor buffer inokulasi pH 7.0 dengan

perbandingan 1 : 40 (berat (g)/volume (ml) dan diaduk sampai merata di dalam beker

gelas. Sebelum vaksin CARNA-5 diinokulasikan, bibit tomat yang berdaun 2 – 3

terlebih dahulu ditaburi Carborundum 600 mesh (abrasive) menggunakan cotton bud

secara merata pada permukaan daun kotiledon dan daun yang sudah terbentuk.

Hasil pengenceran cairan vaksin CARNA-5 diaplikasikan secara mekanis ke

daun tanaman yang mendapat Carborundum dengan cara mengoleskan cairan ekstrak

tersebut menggunakan cotton bud secara merata. Bibit tomat yang telah divaksin akan

(49)

untuk membersihkan Carborundum yang menempel dan memulihkan kesegaran bibit

(Deptan, 2000b).

Perlakuan Pemangkasan

Pemangkasan tomat dilakukan pada umur 4-6 mst dengan meninggalkan 2

dan 3 cabang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat gunting kecil

atau dengan cara dirempel dengan jari tangan. Sebelum dan sesudah pemangkasan

dari satu tanaman ke tanaman berikutnya terlebih dahulu alat gunting dan/atau jari

tangan direndam dengan alkohol 96 % untuk menghindari kontaminasi dan masuknya

penyakit virus dan penyakit cendawan ke dalam tanaman yang terluka.

Perlakuan Frekuensi Pemupukan Fosfor

Pupuk TSP 46 % dosis 600 kg ha-1 (DBPH, 1997) yang digunakan untuk

perlakuan. Luas lahan perplot dalam penelitian 3,5 x 5,4 m = 18,9 m2

P

dan setelah

dikonversi dari populasi per ha = 11.111 tanaman, maka diperoleh dosis 54 g TSP

pertanaman x 1.512 tanaman = 81.648 g (81,648 kg) dengan perincian perlakuan

sebagai berikut:

k

P

= 54 g TSP pertanaman x 21 tanaman = 1.134 g perpetak x 18 petak = 20.412 g

diberikan ke lobang tanam cara tabur 1 hari sebelum tanam.

1 = 54 g TSP pertanaman x 21 tanaman = 1.134 g perpetak/1.050 ml air x 18

(50)

P2

P

= 1/3 x 1.134 g perpetak/1.050 ml air, larutan fosfor dibuat 20 liter yaitu 7,2

kg/20 l diberikan pada umur 15, 30, 45 hst.

3

Untuk mempermudah pelaksanaan dan pendekatan keakuratan frekuensi pemupukan

fosfat, maka TSP terlebih dahulu direndam dengan air selama 2 x 24 jam disertai

pengadukan untuk mempermudah pelarutan TSP. Perlakuan P

= 1/5 x 1.134 g perpetak/1.050 ml air, larutan fosfor dibuat 20 liter yaitu 4,32

kg/20 l diberikan pada umur 15, 30, 45, 60, 75 hst.

1, P2, P3, diberikan

dalam bentuk larutan fosfat sebanyak 50 ml pertanaman setiap kali frekuensi

pemupukan dengan cara kocor di sekeliling pangkal batang media tumbuh.

Peubah yang Diamati

Pengamatan dan pengumpulan data yang diperoleh dari tanaman sampel tetap

yang telah ditentukan secara acak untuk masing-masing sampel 5 tanaman, kemudian

dirata-ratakan.

Panjang batang utama (cm)

Panjang batang utama diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh dari

masing-masing sampel tetap dan diukur 15 hari sekali.

Umur berbunga (hari)

Umur berbunga dihitung pada saat 75 % tanaman telah mengeluarkan bunga dari

masing-masing tanaman sampel tetap.

Jumlah bunga pertandan (buah)

(51)

Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan)

Jumlah buah jadi pertandan (buah)

Umur panen (hst)

Umur panen dihitung pada saat buah menunjukkan kriteria panen yaitu pada

tingkatan hijau masak (warna kemerah-merahan).

Berat buah pertanaman (gram)

Berat buah pertanaman ditimbang setiap periode panen dari masing-masing

sampel tetap.

Jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah

(Besar, > 60 g; sedang, 40 g - 60 g; dan kecil < 40 g) pertanaman yang diperoleh

setiap kali panen.

Ukuran buah (cm)

Ukuran buah yang diamati adalah diameter dan panjang buah. Buah yang diambil

adalah 3 buah pertanaman sampel berdasarkan kelompok bobot buah yang

diperoleh setiap kali panen.

Kandungan vitamin C

Kandungan vitamin C dihitung dengan titrasi yodium. Sampel diambil dari tandan

kedua setiap tanaman.

Pengamatan kandungan vitamin C dilakukan dengan bantuan laboratorium

Central Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(52)

Intensitas serangan penyakit diamati selang 15 hari, mulai umur 15 hst sampai

umur 75 hst sebanyak 5 kali dari masing-masing sampel tetap (Duriat dan

Gunaeni, 2004) dengan persamaan sebagai berikut:

I =

NxZ NxV) ( Σ

x 100 % di mana,

I = Jenis gejala serangan

n = Jumlah tanaman yang termasuk kedalam skala gejala tertentu

V = Nilai skala gejala tertentu

N = Jumlah tanaman yang diamati

Z = nilai skala keparahan gejala tertinggi

Skala gejala keparahan diklasifikasikan sebagai berikut:

0 = Tanaman sehat tidak menunjukkan gejala virus

1 = Tanaman menunjukkan gejala mosaik ringan atau seperti jala ( 1 – 25 %)

2 = Tanaman menunjukkan gejala mosaik kuning (25 – 50 %)

3 = Tanaman menunjukkan mosaik kuning berat, daun cekung dan

berkerut (50 – 75 %)

4 = Tanaman menunjukkan seluruh daun kuning bert, cekung berkerut,

tanaman kerdil dan buah sangat berkurang (> 75 %)

Analisis kadar P dalam Tanaman

Untuk mengetahui kadar pupuk fosfor dalam tanah yang diserap oleh tanaman

tomat, dilakukan analisis jaringan tanaman secara keseluruhan mencakup akar,

Gambar

Tabel 2. Uji Beda Rataan Panjang Batang Utama (cm) Tanaman Tomat pada    Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Umur 15, 30, 45 dan 60 hst
Tabel 3. Uji Beda Rataan Umur Berbunga (Hari) Tanaman Tomat pada Perlakuan, Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor
Gambar 2. Hubungan Antara Umur Berbunga (Hari) dengan Frekuensi                    Pemupukan Fosfor Cara Kocor Tanaman Tomat
Tabel 4. Uji Beda Rataan Jumlah Bunga Pertandan (Buah) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna mi yang paling disukai (suka dan sangat suka) adalah mi garut dengan perlakuan A yaitu

11 Penelitian lain menyebutkan bahwa secara signifikan (p=0,001) terjadi penurunan kadar glukosa darah setiap minggu pada tikus diabetes yang diberi pakan

Tugas Akhir yang berjudul “Kebudayaan Masyarakat Yogyakarta Dalam Penciptaan Seni Lukis” ini adalah ungkapan ketertarikan kehidupan tradisional yang berkesan ditemui dalam

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kandungan klorofil paling tinggi terdapat pada sayuran bayam yang ditanam di lokasi periurban Kelurahan Bangkingan

kecanduan obat-obatan atau narkoba, tidak “ngawadon ” artinya tidak main perempuan. Jika warga masyarakat melanggar adat Naga, mereka terkena sanksi adat yaitu tidak diakui

Bukti identitas diri, berupa Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Surat Ijin Mengemudi, paspor atau keterangan lain yang diterbitkan oleh pihak yang berwenang

Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Pemodelan aliran dasar dari keenam metode RDF yang

•  temperatur udara harian menunjukkan pola musiman (komponen determinis5k) dan perubahan atau fluktuasi dari pola musiman, yang bersifat random (acak). 13-S ep -16 h2 p: // is 5ar