• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBERSIHAN PERORANGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT

PADA PETUGAS PENGELOLA SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) NAMO BINTANG

KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

S K R I P S I

Oleh :

NIM. 061000120

DAHLIA KRISTINA SILALAHI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KEBERSIHAN PERORANGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT

PADA PETUGAS PENGELOLA SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) NAMO BINTANG

KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000120

DAHLIA KRISTINA SILALAHI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN KEBERSIHAN PERORANGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT

PADA PETUGAS PENGELOLA SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) NAMO BINTANG

KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 061000120

DAHLIA KRISTINA SILALAHI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Ir. Indra Chahaya S, M.Si) (dr. Surya Dharma, MPH) NIP. 196811011993032005 NIP. 195804041987021001

Penguji II Penguji III

(Ir. Evi Naria, M.Kes) (dr. Devi Nuraini Santi, M. Kes) NIP. 196803201993032001 NIP. 19700219199822001

Medan, 06 Agustus 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRAK

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar. Semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk. Petugas pengelola sampah memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap gangguan kulit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Jumlah sampel yang ditentukan adalah 52 orang dengan sistematic random sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Dari hasil penelitian sebagian besar kebersihan perorangan meliputi : kebersihan kulit 28 orang (53,4%), kebersihan kuku 34 orang (65,4%) pada kategori tidak baik. Sebagian besar responden yang mempunyai kebersihan kulit kepala dan rambut kategori baik adalah 33 orang (63,5%). Umumnya responden tidak menggunakan sarung tangan (98,1%) dan masker (98,1%). Sebagian besar responden memakai pakaian kerja dalam keadaan bersih (53,8%) dan tidak menggunakan sepatu ketika bekerja (55,8%). Sebagian besar responden 32 orang (61,2%) ada keluhan gangguan kulit.

Hasil uji Chi-Square variabel kebersihan kulit (p= 0,006), kebersihan kulit kepala dan rambut (p= 0,05), pemakaian pakaian kerja (p= 0,003) terdapat hubungan bermakna dengan keluhan gangguan kulit. Tidak adanya hubungan bermakna antara kebersihan kuku (p=0,580), pemakaian sarung tangan (p=0,202), pemakaian sepatu kerja (p=0,216) dan pemakaian masker (p=0,202) terhadap keluhan gangguan kulit. Petugas pengelola sampah menjaga kebersihan perorangan agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan sampah. Dinas Kebersihan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri sehingga petugas pengelola sampah terhindar dari penyakit.

(5)

ABSTRACT

Skins are the biggest organ on human body that conceal muscles and internal organs also of blood vessels network, nerves and glands. All of these having potential attacked by diseases and one of them is skin disease. Skin diseases associated with sanitation and hygiene. Waste management officers have a high enough risk to skin diseases.

The purpose of this study was to determine the relationship personal hygiene and use of personal protective equipment with complaints of skin disorders on the staff of garbage at the landfill Namo Bintang Pancur Batu subdistrict Deli Serdang regency. The research was analytical descriptive survey with cross sectional design. Total sample are 52 people chosen by systematic random sampling. Data analysis was done by using Chi-Square.

From the research, the majority of personal hygiene includes: skin hygiene 28 people (53.4%), nail hygiene 34 men (65.4%) in the category of no good. Most respondents who have scalp and hair hygiene either category are 33 people (63.5%). Generally respondents did not use gloves (98.1%) and masks (98.1%). Most respondents wearing work clothes were clean (53.8%) and did not use shoes when working (55.8%). Most respondents 32 persons (61.2%) there were complaints of skin disorders.

Chi-Square test of skin hygiene variables (p = 0.006), scalp and hair hygiene (p = 0.05), the use of work clothing (p = 0.003) there was a significant correlation with symptoms of skin disorders. The absence of a significant relationship between nail hygiene (p = 0.580), use gloves (p = 0.202), use of work shoes (p = 0.216) and the use of masks (p = 0.202) against the grievance of skin disorder. Waste management officers in order to maintain personal hygiene to avoid illness associated with solid waste. Cleaning Service in cooperation with the Ministry of Health in providing education about personal hygiene and use of personal protective gear so that the waste management officers to avoid a disease.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DAHLIA KRISTINA SILALAHI

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 31 Desember 1988 Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Pertahanan Gg. Saudara No.12A Medan

1. (Tahun 1994-2000) : SD. ST Antonius VI Medan RIWAYAT PENDIDIKAN

2. (Tahun 2000-2003) : SLTP Negeri 3 Medan 3. (Tahun 2003-2006) : SMU Negeri 14 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa atas kasih dan anugerahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN KEBERSIHAN PERORANGAN DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA PETUGAS PENGELOLA SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Kepala Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen pembimbing I penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam bimbingan, arahan dan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing II penulisan skripsi yang telah banyak membimbing serta memberikan saran dan masukan terhadap skripsi ini. 4. Ir. Evi Naria, M.Kes dan dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen penguji

yang telah meluangkan waktu memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S. selaku dosen pembimbing akademik.

(8)

7. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta Bapak H. Silalahi dan Mama R.Situmorang, S.Pd yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, bimbingan, dukungan moril dan maupun materil dan segala yang terbaik yang penulis butuhkan.

8. Saudara-saudariku Renta Eva Dina Silalahi, S.S, Chandra Fernando Silalahi, Lenni Sartika Silalahi dan Firman Anugerah Silalahi yang telah memberikan semangat.

9. Sahabat-sahabatku Wilma Panggabean, SKM; Iiz, Elvi, Monroe, Ipur, Ayu dan Meme yang saling memberikan semangat, dorongan, bantuan dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Sahabat doaku Poltak Sinaga, Amd yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi, dan selalu mendoakan saya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. 11.Rekan-rekan Naposo Bulung HKBP Martoba terkhusus buat Ruth Sihombing. 12.Buat teman-teman di peminatan Kesehatan Lingkungan dan seluruh teman-teman

Stb.2006 terkhusus buat Ely, Junita, SKM dan Yenni, SKM yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar masa depan kita ini. Terima kasih buat dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juli 2010

(9)

DAFTAR ISI

(10)

3.3.1. Populasi ... 33

4.3. Kebersihan Perorangan Responden ... 42

4.4. Alat Pelindung Diri Yang Digunakan Responden ... 42

4.5. Keluhan Gangguan Kulit ... 43

4.5.1. Keluhan Kesehatan Selama Bekerja ... 43

4.5.2. Keluhan Gangguan Kulit ... 44

4.6. Analisa Statistik ... 45

4.6.1. Hubungan Kebersihan Kulit Dengan Keluhan Gangguan Kulit 45 4.6.2. Hubungan Kebersihan Kuku Dengan Keluhan Gangguan Kulit 46 4.6.4. Hubungan Kebersihan Kulit Kepala dan Rambut Dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 47

4.6.5. Hubungan Pemakaian Pakaian Kerja Dengan Keluhan Gang- guan Kulit ... 48

4.6.6. Hubungan Pemakaian Sarung Tangan Dengan Keluhan Gang- guan Kulit ... 49

4.6.7. Hubungan Pemakaian Sepatu Kerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 49

4.6.8. Hubungan Penggunaan Masker Dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 50

BAB 5 PEMBAHASAN ... 52

5.1. Kebersihan Perorangan dan Keluhan Gangguan Kulit ... 52

5.1.1. Hubungan Kebersihan Kulit Dengan Keluhan Gangguan Kulit 52

5.1.2. Hubungan Kebersihan Kuku Dengan Keluhan Gangguan Kulit 53 5.1.3. Hubungan Kebersihan Kulit Kepala dan Rambut Dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 54

5.2. Alat Pelindung Diri dan Keluhan Gangguan Kulit ... 55

(11)

5.2.2. Hubungan Pemakaian Sarung Tangan Dengan Keluhan

Gangguan Kulit ... 56

5.2.3. Hubungan Pemakaian Sepatu Kerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit ... 57

5.2.4. Hubungan Pemakaian Masker Dengan Keluhan Gangguan Kulit 58 5.3. Keluhan Gangguan Kulit ... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 61

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 40

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 41 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di TPA

Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang .... 41

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Perorangan Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang .... 42

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung Diri Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 43 Tabel 4.6. Distribusi Responden Yang Mengalami Keluhan Kesehatan

Selama Bekerja di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 43 Tabel 4.7. Distribusi Responden Yang Mengalami Keluhan Gangguan Kulit

Selama Bekerja di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 44 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Kebersihan Kulit

Dengan Keluhan Gangguan Kulit di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 45

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Kebersihan Kuku Dengan Keluhan Gangguan Kulit di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 46

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Kebersihan Kulit Kepala dan Rambut Dengan Keluhan Gangguan Kulit di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang .... 47 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pemakaian Pakaian

(13)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pemakaian Sarung Tangan Ketika Bekerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang .... 49 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pemakaian Sepatu

Ketika Bekerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 50 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pemakaian Masker

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Lembaran Tabel Frekuensi Lampiran 4. Lembaran Crosstab

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Balitbang Pemerintah Kota Medan

(15)

ABSTRAK

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar. Semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk. Petugas pengelola sampah memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap gangguan kulit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Jumlah sampel yang ditentukan adalah 52 orang dengan sistematic random sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Dari hasil penelitian sebagian besar kebersihan perorangan meliputi : kebersihan kulit 28 orang (53,4%), kebersihan kuku 34 orang (65,4%) pada kategori tidak baik. Sebagian besar responden yang mempunyai kebersihan kulit kepala dan rambut kategori baik adalah 33 orang (63,5%). Umumnya responden tidak menggunakan sarung tangan (98,1%) dan masker (98,1%). Sebagian besar responden memakai pakaian kerja dalam keadaan bersih (53,8%) dan tidak menggunakan sepatu ketika bekerja (55,8%). Sebagian besar responden 32 orang (61,2%) ada keluhan gangguan kulit.

Hasil uji Chi-Square variabel kebersihan kulit (p= 0,006), kebersihan kulit kepala dan rambut (p= 0,05), pemakaian pakaian kerja (p= 0,003) terdapat hubungan bermakna dengan keluhan gangguan kulit. Tidak adanya hubungan bermakna antara kebersihan kuku (p=0,580), pemakaian sarung tangan (p=0,202), pemakaian sepatu kerja (p=0,216) dan pemakaian masker (p=0,202) terhadap keluhan gangguan kulit. Petugas pengelola sampah menjaga kebersihan perorangan agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan sampah. Dinas Kebersihan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri sehingga petugas pengelola sampah terhindar dari penyakit.

(16)

ABSTRACT

Skins are the biggest organ on human body that conceal muscles and internal organs also of blood vessels network, nerves and glands. All of these having potential attacked by diseases and one of them is skin disease. Skin diseases associated with sanitation and hygiene. Waste management officers have a high enough risk to skin diseases.

The purpose of this study was to determine the relationship personal hygiene and use of personal protective equipment with complaints of skin disorders on the staff of garbage at the landfill Namo Bintang Pancur Batu subdistrict Deli Serdang regency. The research was analytical descriptive survey with cross sectional design. Total sample are 52 people chosen by systematic random sampling. Data analysis was done by using Chi-Square.

From the research, the majority of personal hygiene includes: skin hygiene 28 people (53.4%), nail hygiene 34 men (65.4%) in the category of no good. Most respondents who have scalp and hair hygiene either category are 33 people (63.5%). Generally respondents did not use gloves (98.1%) and masks (98.1%). Most respondents wearing work clothes were clean (53.8%) and did not use shoes when working (55.8%). Most respondents 32 persons (61.2%) there were complaints of skin disorders.

Chi-Square test of skin hygiene variables (p = 0.006), scalp and hair hygiene (p = 0.05), the use of work clothing (p = 0.003) there was a significant correlation with symptoms of skin disorders. The absence of a significant relationship between nail hygiene (p = 0.580), use gloves (p = 0.202), use of work shoes (p = 0.216) and the use of masks (p = 0.202) against the grievance of skin disorder. Waste management officers in order to maintain personal hygiene to avoid illness associated with solid waste. Cleaning Service in cooperation with the Ministry of Health in providing education about personal hygiene and use of personal protective gear so that the waste management officers to avoid a disease.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi

kesehatannya sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut (Notoatmojdo, 1997).

Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana telah dikemukakan oleh Hendrik L. Blum. Faktor-faktor dimaksud antara lain : faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku

dan faktor lingkungan. Diantara faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar memegang peranan dalam status kesehatan masyarakat

(Kusnoputranto, 1986).

Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam.

Aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang disebut dengan sampah (Chandra, 2007).

Menurut WHO, sampah yaitu sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat

(18)

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitive terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan

membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 1990).

Insidensi penyakit kulit mengalami peningkatan karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang

kurang baik (Kusnoputranto, 1986). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik,

dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku.

Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satu orang

yang berisiko terkena gangguan kulit adalah petugas pengelola sampah. Semakin sering dan lamanya kontak dengan sampah dan jika tidak memperhatikan kebersihan perorangan yang baik dan penggunaan alat pelindung diri maka berisiko terkena

penyakit kulit. Petugas pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri seperti menggunakan pakaian khusus kerja, menggunakan sepatu kerja ketika

(19)

kulit. Menurut penelitian Tantawi Djauhari pada tahun 1990, penderita dermatofitosis

di Lembaga Pemasyarakatan di Palembang, 83,76% mempunyai tingkat kebersihan yang kurang.

Menurut hasil penelitian Khairrunnas pada tahun 2004, 67,1% personal hygiene dari pekerja pengangkut sampah tidak memenuhi syarat dan 60% pekerja

pengangkut sampah menderita dermatitis di kota Semarang.

TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis diketahui bahwa jumlah

petugas pengelola sampah sebanyak 108 orang dan ketika bekerja petugas pengelola sampah di TPA Namo Bintang kurang menjaga kebersihan dirinya antara lain tidak menggunakan sepatu kerja, tidak menggunakan sarung tangan. Selain itu juga kurang

tersedianya sarana sanitasi di TPA Namo Bintang.

Oleh karena itu petugas pengelola sampah sangat berisiko terkena penyakit

yang berkaitan dengan kebersihan diri. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di

tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Perumusan Masalah

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan salah satunya adalah gangguan kulit. Salah satu orang yang

(20)

pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola

sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat

pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden di tempat pembuangan akhir (TPA)

Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit

pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit

pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

(21)

5. Untuk mengetahui hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan

gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

6. Untuk mengetahui hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

7. Untuk mengetahui hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo

Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

8. Untuk mengetahui hubungan pemakaian masker dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Namo

Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi petugas pengelola sampah agar memperhatikan kebersihan perorangan agar tidak terkena penyakit yang berhubungan dengan sampah.

2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak Dinas Kebersihan agar menyediakan sarana sanitasi dan alat pelindung diri kepada petugas

pengelola sampah serta membuat program penyuluhan kepada petugas pengelola sampah tentang tindakan kebersihan diri.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang keluhan gangguan kulit pada

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin

digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu

kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang

harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk

didalamnya).

2.1.1. Jenis dan Karakteristik Sampah 2.1.1.1. Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi

beberapa jenis yaitu :

(23)

a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik

b. Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya 2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas 3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995)

2.1.1.2. Karakteristik Sampah

1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang

mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar

yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.

3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik

dirumah, dikantor, industri.

4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.

5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena

(24)

6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang

berasal dari perumahan.

7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk,

kereta api.

8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi.

9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan,

perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.

12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)

2.1.2. Sumber-Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :

1. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering

(rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun. (Dainur,

(25)

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang

dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan

umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan

sampah khusus dan sampah kering. 4. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau

memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah

berbahaya. 5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,

(26)

telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga

tanaman (Chandra, 2007).

2.1.3. Pengelolaan Sampah Padat

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya :

1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber

Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat

sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut

berikut ini :

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor

b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke

dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada

pihak pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya :

1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi

kendaraan pengangkut sampah.

(27)

3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan

binatang lain masuk ke dalam dipo. 4. Ada kran air untuk membersihkan

5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus. 6. Mudah dijangkau masyarakat

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :

a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah

b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.

2. Tahap pengangkutan

Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh

Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007) 3. Tahap pemusnahan

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain :

a. Sanitary Landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode

ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan

cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill

(28)

sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi

pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu:

1. Metode galian parit (trench method)

Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun

dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.

2. Metode area

Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang

diperoleh dari tempat tersebut. 3. Metode ramp

Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.

Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat

rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya (Kusnoputranto, 1986) b. Incenaration

Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah

(29)

1. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.

2. Tidak memerlukan ruang yang luas.

3. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.

4. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar,

lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain :

1. Charging apparatus

Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal

dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul

ditumpuk dan diaduk. 2. Furnace

Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan

jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian

tungku tidak terlalu penuh. 3. Combustion

Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih

(30)

4. Chimmey atau stalk

Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar

dan mengalirkan udara ke dalam

5. Miscellaneous features

Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu

yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).

c. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh

kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995). Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:

1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.

2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm)

3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen

yang paling baik (C:N=1:30)

4. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah

dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.

(31)

d. Hog Feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus)

untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis. e. Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air

limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.

f. Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau tempat sampah.

g. Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi

pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. (Mukono, 2006)

h. Individual Incenaration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan.

i. Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara

(32)

j. Reduction

Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk

menghasilkan lemak. k. Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas.

Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra, 2007).

2.1.4. Hubungan Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang

positif dan ada juga yang negatif.

2.1.4.1. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan

dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.

(33)

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan

sampah.

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat. 8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007)

2.1.4.2. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat, seperti berikut. 1. Pengaruh terhadap kesehatan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, jamur.

b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, pengelolaan

sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air) (Dinas Kebersihan, 2009)

c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang

(34)

d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya

lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah (Dinas Kebersihan, 2009)

e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun

melalui udara. f. Penyakit kecacingan

g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya

h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain (Mukono,

1995)

2. Pengaruh terhadap lingkungan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat

(Dinas Kebersihan, 2009).

b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan

aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal (Mukono, 2006).

c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas

(35)

d. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka

akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain (Dinas

Kebersihan, 2009).

e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas.

f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau

sumur dangkal.

g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air (Chandra, 2007).

3. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya

masyarakat setempat.

b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut

(Mukono, 2006)

c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan

pihak pengelola

d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun.

(36)

f. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan

yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.

g. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan

tidak memiliki nilai ekonomis.

h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra,

2007).

2.2. Petugas Pengelola Sampah

Petugas pengelola sampah adalah orang yang melakukan pekerjaan pengumpulan, pengangkutan, material sampah. Material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan

biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya

alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat (Wikipedia, 2010).

2.3. Pengertian Kulit 2.3.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2 Rata-rata tebal kulit 1-2mm. Paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm)

(37)

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :

1. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum

granulosum, lapisan tanduk atau stratum korneum.

2. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

3. Jaringan subkutan (Subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis (Harahap, 1990).

2.3.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :

a. Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya

benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melamin yang memberi warna pada kulit untuk melindungi kulit dari akibat sinar ultra violet (Harahap, 2000).

b. Pengatur suhu

Penguapan keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas

(Harahap, 2000). c. Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut

(38)

karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit

(Harahap, 2000). d. Indera perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok adalah merasakan nyeri, perabaan, panas, dan dingin (Harahap, 2000).

e. Sintesis vitamin D (Graham, 2005).

f. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial (Graham,

2005).

2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit

sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi

cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)

c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

(39)

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal

dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dll.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya

penyakit kulit.

Macam-macam gangguan kulit adalah kudis (gudig, scabies), tuma (kutu rambut atau kutu kepala), kutu dan tungau, luka kulit yang bernanah, cacar monyet

(impetigo), bisul dan abses, gelegata, bilur atau ruam yang gatal akibat alergi, herpes,

infeksi jamur, panu, belulang (kapalan), kanker kulit, dan borok pada kulit (Harahap,

1990).

Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang

berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

(40)

c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit

d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas

f. Kebersihan perorangan yang kurang baik g. Gangguan hormonal

Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau

manusia (antrophilic) (Harahap, 1990).

Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang merupakan

negara tropis beriklim panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, apalagi bila kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

Secara klinis, dampak sampah adalah penyakit kulit yang diakibatkan karena jamur. Gangguan kulit dibagi atas infeksi superficial yang paling sering ditemukan

adalah pitirias versikolor (panu), infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidiasis kutis, infeksi subkutan yang kadang-kadang ditemukan sporotrikosis, fikomikosis

subkutan, aktimomikosis, dan kromomikosis (Harahap, 2000).

Penyebab Pitariasis Versikolor (panu) adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding,

ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal

(41)

lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban

kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom chusing atau malnut risi.

Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup

pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi)

dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan (Soebono, 2001).

Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit kepala,

tinea korporis pada permukaan kulit, tinea kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada

sela jari kaki (athlete's foot), tinea manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku) (Wed, 2004).

Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata

permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa

gatal. Keluhan yang dialami penderita kandidiasis adalah rasa gatal yang hebat,

(42)

karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap,

2000).

2.4. Pengertian Hygiene

Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat

kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula melindungi, memelihara dan mempertinggi

derajat kesehatan manusia (perorangan ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga pelbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.

2.4.1. Kebersihan Perorangan

Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan peorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Kebersihan peorangan meliputi:

a. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi

kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

(43)

1. menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. mandi minimal 2x sehari 3. mandi memakai sabun

4. menjaga kebersihan pakaian

5. makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah 6. menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan subur dan

indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu

2. mencuci rambut memakai samphoo/bahan pencuci rambut lainnya 3. sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga

kesehatan gigi adalah :

1. menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan 2. memakai sikat gigi sendiri

3. menghindari makan-makanan yang merusak gigi

(44)

5. memeriksa gigi secara teratur.

d. Kebersihan Mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mata adalah :

1. membaca di tempat yang terang 2. makan makanan yang bergizi 3. istirahat yang cukup dan teratur

4. memakai peralatan sendiri dan bersih (seperti handuk dan sapu tangan) 5. memelihara kebersihan lingkungan.

e. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : 1. membersihkan telinga secara teratur

2. jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

f. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita

dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur

(45)

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :

a. Kebersihan kulit b. Kebersihan kuku

c. Kebersihan rambut dan kulit kepala 2.5. Alat pelindung diri

Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama

seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau (Ridley,

2004).

Dengan seluruh jenis alat pelindung diri yang tersedia, pemasok akan

menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung

diri yang efektif harus sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan

menggunakannya, tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang sangat kuat, tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan, dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya

(46)

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan

kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman bagi pekerja adalah :

a. Pakaian kerja

Pakaian kerja jenis celana ; hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi pergerakan dan

mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar.

b. Pemakaian sarung tangan

Sarung tangan sangat membantu pada pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

c. Pemakaian sepatu kerja

Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus diperhatikan terutama

pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok dengan kondisi kerja, sepatu bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium ataupun sepatu untuk kerja di lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama mengamankan kaki dari benda

jatuh atau tergelincir pada waktu kerja. d. Pemakaian masker

Pemakaian masker untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu (Daryanto, 2007)

Alat pelindung diri harus disediakan gratis, diberikan satu per satu jika tidak

(47)

dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan

di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan (Ridley, 2004).

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis Penelitian

Ha = Ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit pada

petugas pengelola sampah.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ha = Ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ha = Ada hubungan kebersihan kulit kepala dan rambut dengan keluhan

gangguan kulit pada petugas pengelola sampah. Kebersihan Perorangan :

- kebersihan kulit - kebersihan kuku

- kebersihan rambut dan

kulit kepala Keluhan gangguan kulit

pada petugas pengelola sampah Pemakaian Alat Pelindung

Diri :

(48)

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit kepala dan rambut dengan keluhan

gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ha = Ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit

pada petugas pengelola sampah.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ha = Ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

Ha = Ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit

pada petugas pengelola sampah

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan

kulit pada petugas pengelola sampah.

Ha = Ada hubungan pemakaian masker dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah.

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu, untuk mengetahui

hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di tempat pembuangan akhir.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan :

1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut.

2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang adalah tempat pembuangan akhir yang terluas di Kotamadya Medan dan jumlah pekerjanya sebanyak 108 orang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga (3) bulan sejak awal bulan Mei hingga bulan

Juli tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(50)

3.3.2. Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2005)

Rumus :

n = 51,92

n = 52 responden Keterangan : N = Besar Populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1)

Dari rumus di atas, maka sampel yang dibutuhkan yaitu 52 responden.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan sistematic random sampling. Cara pengambilan sampel adalah jumlah populasi 108 orang, sampel yang diinginkan

adalah 52 responden, maka intervalnya adalah 108:52=2,07 atau digenapkan menjadi 2. Maka anggota yang terkena populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen

(51)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan petugas

pengelola sampah yang terpilih yang menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang dan Dinas Kebersihan Kota Medan.

3.5. Defenisi Operasional

1. Petugas pengelola sampah adalah pegawai Dinas Kebersihan yang melakukan pekerjaan pengumpulan, pengangkutan,

pembuangan dari material sampah.

2. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

kesehatan pribadinya.

3. Kebersihan kulit adalah cerminan kesehatan yang pertama sekali memberi kesan dan perlu untuk dipelihara dengan cara mengganti pakaian minimal 1 kali sehari,

menggunakan pakaian/ barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur dan mandi menggunakan sabun.

(52)

5. Kebersihan kulit kepala dan rambut adalah cara perawatan diri manusia untuk

memelihara rambut dan kulit kepala dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu dan menggunakan shampoo

6. Keluhan gangguan kulit adalah keluhan yang dirasakan penderita berupa rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah

pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam berdasarkan observasi dan wawancara yang dengan petugas pengelola sampah.

7. Menggunakan pakaian khusus kerja adalah menggunakan alat yang dapat melindungi anggota tubuh dimana pakaian kerja jenis celana; hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar

akan mengurangi pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar. Pakaian kerja yang digunakan

harus dalam keadaan bersih.

8. Menggunakan sarung tangan adalah memakai alat yang dapat melindungi tangan pada saat pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan maupun penyakit akibat

kerja.

9. Menggunakan sepatu kerja adalah pengaman kaki harus diperhatikan pada saat

pengerjaan untuk mengamankan kaki dari benda yang tajam dan jatuh atau tergelincir pada waktu kerja.

10. Menggunakan masker adalah memakai alat pelindung pernafasan agar terhindar

(53)

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri.

1. Kebersihan perorangan 1. Kebersihan Kulit

a. Baik, jika mengganti pakaian minimal 1x sehari, tidak menggunakan

pakaian/ barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur minimal 2x sehari dan mandi menggunakan sabun

b. Tidak, jika tidak mengganti pakaian minimal 1x sehari, menggunakan pakaian/ barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi tidak teratur minimal 2x sehari dan mandi menggunakan sabun

2. Kebersihan Kuku

a. Baik, jika memotong kuku secara teratur dan kondisi kuku pendek dan

bersih

b. Tidak baik, jika memotong kuku secara teratur dan kondisi kuku pendek dan bersih

3. Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala

a. Baik, jika mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu dan

menggunakan shampoo.

b. Tidak baik, jika tidak mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu dan menggunakan shampoo.

(54)

a. Baik, jika menggunakan pakaian kerja yang bersih dan mengganti

pakaian minimal satu kali sehari

b. Tidak baik, jika tidak menggunakan pakaian kerja yang bersih dan

mengganti pakaian minimal satu kali sehari 2. Penggunaan Sarung Tangan

a. Baik, jika menggunakan sarung tangan ketika bekerja

b. Tidak baik, jika tidak menggunakan sarung tangan ketika bekerja 3. Penggunaan Sepatu kerja

a. Baik, jika menggunakan sepatu kerja ketika bekerja

b. Tidak baik, jika tidak menggunakan sepatu kerja ketika bekerja 4. Penggunaan Masker

a. Baik, jika menggunakan masker ketika bekerja

b. Tidak baik, jika tidak menggunakan masker ketika bekeja

3.7. Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan mendekripsikan masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian dianalisa untuk

mengetahui hubungan variable independent dengan variabel dependen menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa data dilakukan dengan

membandingkan nilai probabilitas dengan α (0,05). Ho diterima jika p>α berarti tidak

ada hubungan dan Ho ditolak jika p<α berarti ada hubungan. Apabila uji Chi-square

(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang terletak di Kelurahan Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. TPA Namo Bintang mulai dioperasikan pada tanggal 5 Juli 1987 dan TPA tersebut adalah

milik Pemerintahan Kota Medan. TPA Namo Bintang memiliki luas 176.392 m2. Jarak TPA Namo Bintang dengan pemukiman adalah 500 m, sungai 5 Km yaitu Sei

Tuntungan, pantai 25 Km yaitu Belawan, lapangan terbang 10 Km yaitu Polonia, pusat kota 15 Km.

Pengelolaan sampah pada tahap pemusnahan di TPA Namo Bintang

menggunakan metode open dumping dan pengolahan kompos skala kecil yang bahan bakunya diperoleh dari sampah yang telah tertumpuk lama di TPA dan saat tumpukan

sampah mencapai ketinggian 5 meter. TPA Namo Bintang menampung sampah dari Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Polonia,

Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Tuntungan. Total volume sampah setiap hari dari

(56)

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur

Umur pekerja dari petugas pengelola sampah yang menjadi responden sangat

beragam yaitu mulai umur 21-65 tahun. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di TPA Namo Bintang dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

No. Umur (tahun) Jumlah Persen

1 21-27 7 13.5

2 28-34 9 17.3

3 35-41 18 34.6

4 42-48 9 17.3

5 49-55 6 11.5

6 56-62 2 3.8

7 63-65 1 1.9

Total 52 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah berada pada usia 35-41 tahun, yaitu ada 18 orang (34,6%) dan 1

orang (1,9%) responden yang berada pada kelompok umur 63-65. 4.2.2. Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di TPA Namo Bintang dapat diketahui bahwa keseluruhan responden yang bekerja di TPA Namo Bintang berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 52 orang (100%).

4.2.3. Lama Bekerja

Distribusi responden berdasarkan lama bekerja di TPA Namo Bintang dapat

(57)

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

No. Lama Bekerja (tahun) Jumlah Persen

1 2-6 10 19.2

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

bekerja sebagai petugas pengelola sampah selama 7-11 tahun yaitu sebanyak 14 orang (26,9%) dan 2 orang (3,8%) telah bekerja selama 32-35 tahun.

4.2.4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dari petugas pengelola sampah yang menjadi responden beragam mulai dari yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD hingga yang tingkat

pendidikannya tamat SLTA. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di TPA Namo Bintang dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

No. Tingkat

Pendidikan Jumlah Persen

1 Tidak Tamat SD 5 9.6

2 Tamat SD 9 17.3

3 Tamat SLTP 15 28.8

4 Tamat SMA 23 44.2

Total 52 100.0

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa sebagaian besar 23 orang (44,2%) dari 52 responden tingkat pendidikannya adalah tamat SLTA dan 5 orang

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.2.  Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.4.  Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Perorangan Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.5.  Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung Diri Di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, dan huruf e, penanggungjawab usaha dan/atau

Menumbing Heritage Hotel harus memperhatikan diskon musiman karena. dinilai mampu mempengaruhi customer

perlindungan diri jang diwadjibkan pada tenaga kerdja jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan bagi setiap orang lain jang memasuki tempat kerdja tersebut,

Keluaran Tersedianya alat tulis kantor 1 Tahun Hasil Meningkatnya layanan pemenuhan ATK

KEY WORDS: Support Vector Machine, Change Detection, Dynamic Analysis, Mining Area,

Latihan 2 Kalimat iklan yang tepat untuk melengkapi gambar di samping adalah …B. Hemat air untuk kelangsungan hidup

The system requirements in both accuracy and stability can be resolved from the sensitive equations , as well as the calibration parameters that conclude the

dimensi fraktal box counting cocok digunakan untuk klasifikasi kelompok umur manusia dari citra wajah dengan deteksi tepi Canny sebagai parameter untuk