• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Asam Organik Dan Perbandingan Sari Markisa Dan Terung Belanda Terhadap Mutu Tablet Effervescent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Jenis Asam Organik Dan Perbandingan Sari Markisa Dan Terung Belanda Terhadap Mutu Tablet Effervescent"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan

gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat

pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek

sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992).

Tablet Effervescent dibuat dengan cara mengempa formulasi sari buah dan

bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet

effervescent dimasukkan ke dalam air, akan terjadi reaksi kimia antara sumber

asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari

asam kemudian menghasilkan larutan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO2).

Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya dalam waktu kurang dari satu menit.

Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga memberikan rasa yang

enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa (Arya, 2004).

Reaksinya adalah sebagai berikut :

H3C6H5O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbon dioksida

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2

Asam Tartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbon dioksida

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan,

oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu

(2)

akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari

bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet

effervescent jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan

tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992).

Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi menjadi dua

tahap yaitu :

1. Proses pencampuran

Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang

homogen. Tujuan ini dapat dicapai bila sifat partikel penyusun campuran dan

faktor lainnya yang mempengaruhi proses pencampuran adalah sama. Sifat fisis

dari partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk,

densitas dan kelembaban partikel, sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel.

Pada proses pencampuran ini bahan-bahan yang dicampurkan meliputi sumber

karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita

rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Arya, 2004).

2. Proses pencetakan tablet

Pada prinsipnya, tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau

granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metoda

pembuatannya apakah dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung

pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metoda granulasi, metoda

kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu,

peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk

metoda kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi,

(3)

Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak akan

menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif

dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik diperlukan

bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas

(Arya, 2004).

Pada pembuatan tablet effervescent suhu dan RH (relative humidity)

merupakan salah satu faktor yang sangat penting. RH yang rendah dan suhu yang

rendah (cool) sangat penting untuk mencegah proses granulasi dan pembentukan

tablet dari penyerapan uap air, yang menyebabkan ketidakstabilan tablet. Ruangan

ber-RH maksimal 25% dan bersuhu 25oC, merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervescent (Lieberman, et al., 1992).

Asam Organik

Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk

memberikan rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa

lain. Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik

seperti asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam

suksinat dan asam tartarat (Winarno, 2002).

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam

makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi,

mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,

anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk.

Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya

memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992).

(4)

Asam tartarat merupakan asam yang biasa digunakan sebagai sumber

asam effervescent. Asam tartarat kelarutannya lebih baik dan lebih higroskopis

dibandingkan asam sitrat (Lieberman, et al., 1992).

Asam malat merupakan asam yang digunakan dalam sistem effervescent.

Asam ini bersifat higroskopis dan kelarutannya relatif cukup baik. Kekuatan

asamnya lebih kecil dari asam sitrat dan asam tartarat tetapi dapat menghasilkan

reaksi karbonasi ketika direaksikan dengan sumber basa (Lieberman, et al., 1992).

Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat larut dalam

air. Vitamin C ditemukan hampir sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu

sayuran dan buah-buahan segar (Winarno, 2002).

Markisa

Markisa yang ada di Indonesia dikenal ada dua jenis, yaitu markisa yang berwarna

ungu (Passiflora edulis SIMS), yang dikenal dengan sebutan buah negeri atau

siuh, dan markisa yang buahnya kuning disebut (Passiflora laurifolia L.), yang

dikenal dengan sebutan buah susu atau konyal. P.edulis (buah negeri) memiliki

rasa yang asam dan cocok ditanam pada dataran tinggi, sedangkan P. laurifolia

(buah konyal) memiliki rasa yang agak manis dan cocok ditanam di dataran

rendah. Meskipun demikian keduanya memiliki bentuk tanaman yang sama dan

mahkota bunganya keduanya berwarna ungu keputih-putihan. Bunganya

berkelamin dua (hermaphrodite) dan memiliki aroma khas harum namun memilki

biji yang banyak. Markisa jenis P.edulis SIMS jarang dikonsumsi dalam bentuk

segar karena rasanya yang asam. Di Indonesia masih terdapat balewa atau markisa

(5)

umumnya hanya ditanam di dataran rendah dan buahnya hanya untuk sari buah

segar (Sunarjono, 1997).

Musim buah terjadi pada bulan Desember sampai Februari, sedangkan

pada bulan Juni, Juli dan Agustus hasilnya sangat rendah. Bagian-bagian buah

markisa terdiri dari bagian kulit sebesar 51% dan bagian isi sebesar 49%. Bagian

isi terdiri dari biji sebesar 20,2% dan sari buah sebesar 28,8%. Sari berwarna

kuning kemerah-merahan dan rasanya asam dengan pH 3,0-4,5

(Faatmah, et al., 1985).

Buah famili Passiflora mengandung banyak sari buah dan daging buahnya

selalu dimanfaatkan, namun pada markisa spesies Passiflora quadrangularis

daginga buah yang rasanya khas hanya dimanfaatkan untuk sari buah segar. Akan

tetapi daging buah yang matanglah yang merupakan produk utama. Sari buah

dapat dicampur dengan jeruk manis, papaya dan jambu biji

(Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Markisa

Sari markisa adalah cairan yang di ekstrak, diperas atau dikeluarkan dari

bagian buah dengan penekanan atau pengepresan atau dengan cara mekanis lain

dan umumnya digunakan untuk minuman segar. Sari buah markisa kaya dengan

zat nutrisi dan merupakan sumber vitamin C yang baik. Komposisi sari markisa

(6)

Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan

Komposisi Jumlah

Kalori (Kal) 51,00 Protein (g) 0,40 Lemak (g) 0,10 Karbohidrat (g) 13,60 Kapur (mg) 3,60 Fosfor (mg) 12,50 Besi (mg) 0,20 Vitamin A (IU) 717,00 Vitamin B (mg) 0,10 Vitamin C (mg) 30,00 Air (g) 85,60 Abu (g) 0,30

Sumber: Rismunandar, (1986).

Daging buah markisa banyak mengandung sari buah. Karena rasanya yang khas,

daging buah markisa dapat dicampur dengan buah-buahan yang lain. Daging buah

ini dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah menjadi konsentrat sari buah atau

sirup. Daging buah markisa kaya akan gizi dan setiap 100 g berisi 88 g air; 0,9 g

protein; 0,2 g lemak; 10,1 g karbohidrat; 0,9 g abu; 10 mg kalsium; 20 mg fosfor;

0,6 mg besi; 70 SI vitamin A; 2,7 mg niasin dan 20 mg vitamin C, nilai energinya

mencapai 170 kJ/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Terung Belanda

Terung belanda (Syphomandra betacea) diduga berasal dari pegunungan

Andes wilayah Peru. Kemudian disebarkan ke sebagian besar dataran tinggi tropis

(di tempat tersebut dijadikan tanaman peliharaan kembali) di daerah sub tropis,

dan juga di beberapa daerah yang memiliki iklim sedang. Tanaman ini sangat

cocok tumbuh di daerah Sumatera Utara seperti di daerah Tanah Karo yang telah

(7)

Buah terung belanda dimanfaatkan untuk berbagai bahan makanan seperti

konsentrat, sirup dan dodol. Setiap 100 g bagian buah terung belanda yang dapat

dimakan mengandung air 85%; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10

g; serat 1,4-4,2 g; abu 0,7 g;vitamin A 150-500 SI dan vitamin C 25 mg. sebagian

vitamin akan hilang dengan perebusan (Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Terung Belanda

Komposisi kimia terung belanda secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia terung belanda per 100 g bahan

Komposisi Jumlah

Sumber : Departemen Kesehatan R.I., (1996).

Bahan-bahan Tambahan Gula Sukrosa

Sukrosa adalah polisakarida yang mempunyai peran penting dalam

pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa

kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar.

Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi

(Almatsier, 2001).

(8)

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal

dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis

terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai

pengawet karena tekanan osmosanya yang tinggi sehingga menyebabkan

terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba

(Buckle, et al., 1987).

Acesulfame

Pemanis baru, yang diizinkan sejak tahun 1988, ialah K-asesulfam.

Pemanis ini adalah garam kalium 6-metil-1,2,3-oksatiozina-4

(3H)-on-2,2-dioksida dan merupakan glikosida fenolik. Senyawa ini berbentuk serbuk kristal

dengan kemanisan sekitar 200 kali kemanisan gula. Daya memaniskannya

bergantung sampai tingkat tertentu, pada keasaman makanan yang ditambahi

senyawa ini. K-asesulfam menurut laporan lebih stabil dari pada pemanis lain.

Pemanis hidrokarbon diperoleh dari glikosida fenolik yang terdapat dalam kulit

jeruk. Senyawa seperti ini dapat diperoleh dari jeruk, anggur atau dari flavanoid

neophesperidin (deMan, 1997).

Aroma

Aroma buah-buahan disebabkan oleh berbagai ester yang bersifat volatil.

Proses timbulnya aroma ini pada bahan yang berbeda tidak sama. Pada

buah-buahan, produksi senyawa aroma ini meningkat ketika mendekati masa

klimakterik (Winarno, 2002).

Aroma buatan sering sekali ditambahkan pada minuman yang tidak

(9)

jumlahnya relatif rendah. Apabila perbandingan air yang digunakan sangat besar

dibandingkan bubur buahnya,maka perlu ditambahkan aroma untuk menutupi

kekurangan tersebut (Satuhu, 1994).

Gelatin

Gelatin adalah protein ynag diperoleh dari kolagen tak larut. Meskipun

gelatin dapat dibuat dari bermacam-macam hasil tambahan hewan, kulit

merupakan sumber umum produksi gelatin. Proses perubahan kolagen menjadi

gelatin melibatkan tiga perubahan berikut :

1. Pemutusan sejumlah terbatas ikatan peptida untuk memperpendek rantai

2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai

3. Perubahan konfigurasi rantai

Perubahan terakhir merupakan satu-satunya perubahan penting untuk perubahan

kolagen menjadi gelatin. Proses pembentuk gel kemungkinan berkaitan erat

dengan adanya gugus guanidin arginin (deMan, 1997).

Gelatin diekstrak dari jaringan tubuh hewan khususnya dari kulit dan

tulang hewani, umumnya dari tulang sapi atau hewan memamah biak lainnya.

Jaringan-jaringan tersebut diletakkan dalam larutan alkali lemah selama seminggu

kemudian dididihkan untuk mendapatkan gelatin. Gelatin merupakan bentuk gel

yang stabil pada suhu panas yang berbentuk padat pada suhu 20oC dan Cair pada

suhu 30oC, oleh karena itu gel-gel gelatin mencair didalam mulut.(Hughes, 1991). Gelatin umum tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air pada

suhu diatas 45oC, kecuali bubuk gelatin yang diperoleh dengan spray drying. Gel gelatin melembut pada suhu 25o-28oC yang mana tergantung pada sel padatannya (Tranggono, et al., 1990).

(10)

Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

NaHCO3 akan menghasilkan gas CO2 yang dibutuhkan dalam proses

karbonasi. Proses yang paling penting dalam pembuatan minuman ini adalah

proses karbonasi karena rasa yang spesifik dan efek yang menyegarkan diberikan

oleh proses karbonasi ini. Karbonasi merupakan pelarutan CO2 di dalam air

dengan kondisi temperatur dan tekanan yang terkontrol. Penyerapan CO2 akan

semakin banyak dengan naiknya tekanan dan turunnya temperatur. Keuntungan

dari menggunakan NaHCO3 adalah relatif tidak mempengaruhi rasa, harganya

relatif murah dan tingkat kemurniannya tinggi (Dania dan Hidayat, 2005).

Natrium bikarbonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan

kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara

komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular (Atwawijaya, 2004).

Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :

NaHCO3 Na+ + HCO3

-HCO3- + H2O H2CO3 + OH

-HCO3- CO3- + H

(11)

ABSTRAK

IMRAN: Pengaruh Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Mutu Tablet Effervescent. Dibimbing oleh ZULKIFLI LUBIS dan HERLA RUSMARILIN.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap mutu tablet effervescent. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni jenis asam (A): (asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan asam askorbat) dan perbandingan sari markisa dan terung belanda (M): (90:10%, 80:20%, 70:30%, dan 60:40%). Parameter analisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik (warna, aroma, dan rasa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan berpengaruh nyata terhadap kadar air. Perbandingan sari markisa dan terung belanda berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air dan daya larut. Interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik (warna, aroma, dan rasa). Asam askorbat dan perbandingan sari markisa dan terung belanda 90:10% menghasilkan tablet effervescent yang terbaik.

Kata kunci : Tablet effervescent, asam organik, sari markisa, sari terung belanda.

ABSTRACT

IMRAN: The Effect of Different Organic Acids and Composition of Marquisa and Tamarillo Juice on the Quality of Effervescent Tablet. Under the supervision of ZULKIFLI LUBIS and HERLA RUSMARILIN.

The research was performed to find the effect of different organic acids and composition of marquisa and tamarillo juice on the quality of effervescent tablet. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors i.e: different organic acids (A): (citric acid, maleic acid, tartaric acid, and ascorbic acid) and composition of marquisa and tamarillo juice (M): (90:10%, 80:20%, 70:30% and 60:40%). Parameters analysed were moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste).

The result showed that the different organic acid had highly significant effect on vitamin C content, total acid, solubility, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste), and had significant effect on moisture content. The composition of marquisa and tamarillo juice had highly significant effect on vitamin C content, total acid, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste), but had no significant effect on moisture content and solubility. The interaction of the different organic acid and composition of marquisa and tamarillo juice had highly significant effect on vitamin C content, but had no significant effect on moisture content, total acid, solubility, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste). Ascorbic acid and composition of marquisa and tamarillo juice of 90:10% produced the best effervescent tablet.

(12)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk hortikultura.

Produk hortikultura terutama buah-buahan menempati posisi yang penting dalam

hal pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi manusia, khususnya vitamin A, B dan C,

mineral dan serat kasar. Pada kondisi pasca panen buah-buahan mudah sekali

mengalami kerusakan, hal ini dikarenakan terjadinya perubahan pada buah baik

perubahan fisiologis, kimiawi maupun mikrobiologis bila tidak diikuti dengan

penanganan dan pengawetan yang tepat. Dalam jangka 5-10 hari buah menjadi

tidak segar lagi, yang akhirnya mengakibatkan mutu dari buah-buahan akan turun

drastis.

Karena sifatnya yang mudah rusak maka pengolahan buah-buahan adalah

salah satu alternatif untuk mengantisipasi hasil panen yang berlebihan dan tidak

dapat dipasarkan karena mutunya yang rendah.

Markisa dan terung belanda dapat diperoleh dari pasar lokal di daerah

tropis, hampir sepanjang tahun. Buah markisa dan terung belanda tidak selamanya

habis terjual terutama pada saat musim panen besar. Hal ini akan memberikan

dampak merugikan bagi petani. Untuk itu diperlukan penanganan yang serius

sehingga buah ini dapat digunakan semaksimal mungkin.

Salah satu cara pengawetan buah-buahan tersebut adalah mengolahnya

menjadi minuman berkarbonasi dalam bentuk tablet yaitu effervescent. Minuman

effervescent atau tablet effervescent dapat dibuat dengan cara mengempa

(13)

dimasukkan ke dalam air, maka akan terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan

sumber karbonat tersebut sehingga menghasilkan gas dalam bentuk karbon

dioksida (CO2). Di samping menghasilkan larutan yang jernih, rasanya juga enak

karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki cita rasa. Pada pembuatan

tablet effervescent selain sumber asam dan karbonat, ada faktor lain yang

memiliki pengaruh seperti bahan pengikat, bahan cita rasa dan penambahan

warna.

Penambahan natrium bikarbonat (NaHCO3) dan asam organik sangat

mempengaruhi tablet effervescent yang dihasilkan. Sumber karbonat yang umum

digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah NaHCO3 yang memiliki

daya larut sangat baik di dalam air. Sedangkan jenis asam organik yang sering

digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah asam sitrat, asam malat,

asam tartarat dan asam askorbat. Asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi di

dalam air dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap aroma dan rasa.

Penambahan asam juga berperan dalam menurunkan pH. Oleh karena itu

diperlukan konsentrasi NaHCO3 dan konsentrasi asam yang tepat untuk

memperoleh tablet effervescent dengan kelarutan yang baik di dalam air.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda Terhadap Mutu Tablet Effervescent”

(14)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis asam

organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap mutu tablet

effervescent.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan, dan dapat berguna untuk pihak-pihak yang

berkepentingan dalam industri tablet effervescent.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh jenis asam organik, perbandingan sari markisa dan terung

belanda dan interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari markisa

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan

gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat

pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek

sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992).

Tablet Effervescent dibuat dengan cara mengempa formulasi sari buah dan

bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet

effervescent dimasukkan ke dalam air, akan terjadi reaksi kimia antara sumber

asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari

asam kemudian menghasilkan larutan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO2).

Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya dalam waktu kurang dari satu menit.

Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga memberikan rasa yang

enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa (Arya, 2004).

Reaksinya adalah sebagai berikut :

H3C6H5O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbon dioksida

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2

Asam Tartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbon dioksida

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan,

oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu

(16)

akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari

bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet

effervescent jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan

tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992).

Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi menjadi dua

tahap yaitu :

1. Proses pencampuran

Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang

homogen. Tujuan ini dapat dicapai bila sifat partikel penyusun campuran dan

faktor lainnya yang mempengaruhi proses pencampuran adalah sama. Sifat fisis

dari partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk,

densitas dan kelembaban partikel, sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel.

Pada proses pencampuran ini bahan-bahan yang dicampurkan meliputi sumber

karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita

rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Arya, 2004).

2. Proses pencetakan tablet

Pada prinsipnya, tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau

granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metoda

pembuatannya apakah dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung

pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metoda granulasi, metoda

kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu,

peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk

metoda kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi,

(17)

Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak akan

menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif

dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik diperlukan

bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas

(Arya, 2004).

Pada pembuatan tablet effervescent suhu dan RH (relative humidity)

merupakan salah satu faktor yang sangat penting. RH yang rendah dan suhu yang

rendah (cool) sangat penting untuk mencegah proses granulasi dan pembentukan

tablet dari penyerapan uap air, yang menyebabkan ketidakstabilan tablet. Ruangan

ber-RH maksimal 25% dan bersuhu 25oC, merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervescent (Lieberman, et al., 1992).

Asam Organik

Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk

memberikan rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa

lain. Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik

seperti asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam

suksinat dan asam tartarat (Winarno, 2002).

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam

makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi,

mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,

anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk.

Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya

memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992).

(18)

Asam tartarat merupakan asam yang biasa digunakan sebagai sumber

asam effervescent. Asam tartarat kelarutannya lebih baik dan lebih higroskopis

dibandingkan asam sitrat (Lieberman, et al., 1992).

Asam malat merupakan asam yang digunakan dalam sistem effervescent.

Asam ini bersifat higroskopis dan kelarutannya relatif cukup baik. Kekuatan

asamnya lebih kecil dari asam sitrat dan asam tartarat tetapi dapat menghasilkan

reaksi karbonasi ketika direaksikan dengan sumber basa (Lieberman, et al., 1992).

Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat larut dalam

air. Vitamin C ditemukan hampir sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu

sayuran dan buah-buahan segar (Winarno, 2002).

Markisa

Markisa yang ada di Indonesia dikenal ada dua jenis, yaitu markisa yang berwarna

ungu (Passiflora edulis SIMS), yang dikenal dengan sebutan buah negeri atau

siuh, dan markisa yang buahnya kuning disebut (Passiflora laurifolia L.), yang

dikenal dengan sebutan buah susu atau konyal. P.edulis (buah negeri) memiliki

rasa yang asam dan cocok ditanam pada dataran tinggi, sedangkan P. laurifolia

(buah konyal) memiliki rasa yang agak manis dan cocok ditanam di dataran

rendah. Meskipun demikian keduanya memiliki bentuk tanaman yang sama dan

mahkota bunganya keduanya berwarna ungu keputih-putihan. Bunganya

berkelamin dua (hermaphrodite) dan memiliki aroma khas harum namun memilki

biji yang banyak. Markisa jenis P.edulis SIMS jarang dikonsumsi dalam bentuk

segar karena rasanya yang asam. Di Indonesia masih terdapat balewa atau markisa

(19)

umumnya hanya ditanam di dataran rendah dan buahnya hanya untuk sari buah

segar (Sunarjono, 1997).

Musim buah terjadi pada bulan Desember sampai Februari, sedangkan

pada bulan Juni, Juli dan Agustus hasilnya sangat rendah. Bagian-bagian buah

markisa terdiri dari bagian kulit sebesar 51% dan bagian isi sebesar 49%. Bagian

isi terdiri dari biji sebesar 20,2% dan sari buah sebesar 28,8%. Sari berwarna

kuning kemerah-merahan dan rasanya asam dengan pH 3,0-4,5

(Faatmah, et al., 1985).

Buah famili Passiflora mengandung banyak sari buah dan daging buahnya

selalu dimanfaatkan, namun pada markisa spesies Passiflora quadrangularis

daginga buah yang rasanya khas hanya dimanfaatkan untuk sari buah segar. Akan

tetapi daging buah yang matanglah yang merupakan produk utama. Sari buah

dapat dicampur dengan jeruk manis, papaya dan jambu biji

(Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Markisa

Sari markisa adalah cairan yang di ekstrak, diperas atau dikeluarkan dari

bagian buah dengan penekanan atau pengepresan atau dengan cara mekanis lain

dan umumnya digunakan untuk minuman segar. Sari buah markisa kaya dengan

zat nutrisi dan merupakan sumber vitamin C yang baik. Komposisi sari markisa

(20)

Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan

Komposisi Jumlah

Kalori (Kal) 51,00 Protein (g) 0,40 Lemak (g) 0,10 Karbohidrat (g) 13,60 Kapur (mg) 3,60 Fosfor (mg) 12,50 Besi (mg) 0,20 Vitamin A (IU) 717,00 Vitamin B (mg) 0,10 Vitamin C (mg) 30,00 Air (g) 85,60 Abu (g) 0,30

Sumber: Rismunandar, (1986).

Daging buah markisa banyak mengandung sari buah. Karena rasanya yang khas,

daging buah markisa dapat dicampur dengan buah-buahan yang lain. Daging buah

ini dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah menjadi konsentrat sari buah atau

sirup. Daging buah markisa kaya akan gizi dan setiap 100 g berisi 88 g air; 0,9 g

protein; 0,2 g lemak; 10,1 g karbohidrat; 0,9 g abu; 10 mg kalsium; 20 mg fosfor;

0,6 mg besi; 70 SI vitamin A; 2,7 mg niasin dan 20 mg vitamin C, nilai energinya

mencapai 170 kJ/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Terung Belanda

Terung belanda (Syphomandra betacea) diduga berasal dari pegunungan

Andes wilayah Peru. Kemudian disebarkan ke sebagian besar dataran tinggi tropis

(di tempat tersebut dijadikan tanaman peliharaan kembali) di daerah sub tropis,

dan juga di beberapa daerah yang memiliki iklim sedang. Tanaman ini sangat

cocok tumbuh di daerah Sumatera Utara seperti di daerah Tanah Karo yang telah

(21)

Buah terung belanda dimanfaatkan untuk berbagai bahan makanan seperti

konsentrat, sirup dan dodol. Setiap 100 g bagian buah terung belanda yang dapat

dimakan mengandung air 85%; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10

g; serat 1,4-4,2 g; abu 0,7 g;vitamin A 150-500 SI dan vitamin C 25 mg. sebagian

vitamin akan hilang dengan perebusan (Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Terung Belanda

Komposisi kimia terung belanda secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia terung belanda per 100 g bahan

Komposisi Jumlah

Sumber : Departemen Kesehatan R.I., (1996).

Bahan-bahan Tambahan Gula Sukrosa

Sukrosa adalah polisakarida yang mempunyai peran penting dalam

pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa

kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar.

Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi

(Almatsier, 2001).

(22)

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal

dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis

terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai

pengawet karena tekanan osmosanya yang tinggi sehingga menyebabkan

terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba

(Buckle, et al., 1987).

Acesulfame

Pemanis baru, yang diizinkan sejak tahun 1988, ialah K-asesulfam.

Pemanis ini adalah garam kalium 6-metil-1,2,3-oksatiozina-4

(3H)-on-2,2-dioksida dan merupakan glikosida fenolik. Senyawa ini berbentuk serbuk kristal

dengan kemanisan sekitar 200 kali kemanisan gula. Daya memaniskannya

bergantung sampai tingkat tertentu, pada keasaman makanan yang ditambahi

senyawa ini. K-asesulfam menurut laporan lebih stabil dari pada pemanis lain.

Pemanis hidrokarbon diperoleh dari glikosida fenolik yang terdapat dalam kulit

jeruk. Senyawa seperti ini dapat diperoleh dari jeruk, anggur atau dari flavanoid

neophesperidin (deMan, 1997).

Aroma

Aroma buah-buahan disebabkan oleh berbagai ester yang bersifat volatil.

Proses timbulnya aroma ini pada bahan yang berbeda tidak sama. Pada

buah-buahan, produksi senyawa aroma ini meningkat ketika mendekati masa

klimakterik (Winarno, 2002).

Aroma buatan sering sekali ditambahkan pada minuman yang tidak

(23)

jumlahnya relatif rendah. Apabila perbandingan air yang digunakan sangat besar

dibandingkan bubur buahnya,maka perlu ditambahkan aroma untuk menutupi

kekurangan tersebut (Satuhu, 1994).

Gelatin

Gelatin adalah protein ynag diperoleh dari kolagen tak larut. Meskipun

gelatin dapat dibuat dari bermacam-macam hasil tambahan hewan, kulit

merupakan sumber umum produksi gelatin. Proses perubahan kolagen menjadi

gelatin melibatkan tiga perubahan berikut :

1. Pemutusan sejumlah terbatas ikatan peptida untuk memperpendek rantai

2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai

3. Perubahan konfigurasi rantai

Perubahan terakhir merupakan satu-satunya perubahan penting untuk perubahan

kolagen menjadi gelatin. Proses pembentuk gel kemungkinan berkaitan erat

dengan adanya gugus guanidin arginin (deMan, 1997).

Gelatin diekstrak dari jaringan tubuh hewan khususnya dari kulit dan

tulang hewani, umumnya dari tulang sapi atau hewan memamah biak lainnya.

Jaringan-jaringan tersebut diletakkan dalam larutan alkali lemah selama seminggu

kemudian dididihkan untuk mendapatkan gelatin. Gelatin merupakan bentuk gel

yang stabil pada suhu panas yang berbentuk padat pada suhu 20oC dan Cair pada

suhu 30oC, oleh karena itu gel-gel gelatin mencair didalam mulut.(Hughes, 1991). Gelatin umum tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air pada

suhu diatas 45oC, kecuali bubuk gelatin yang diperoleh dengan spray drying. Gel gelatin melembut pada suhu 25o-28oC yang mana tergantung pada sel padatannya (Tranggono, et al., 1990).

(24)

Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

NaHCO3 akan menghasilkan gas CO2 yang dibutuhkan dalam proses

karbonasi. Proses yang paling penting dalam pembuatan minuman ini adalah

proses karbonasi karena rasa yang spesifik dan efek yang menyegarkan diberikan

oleh proses karbonasi ini. Karbonasi merupakan pelarutan CO2 di dalam air

dengan kondisi temperatur dan tekanan yang terkontrol. Penyerapan CO2 akan

semakin banyak dengan naiknya tekanan dan turunnya temperatur. Keuntungan

dari menggunakan NaHCO3 adalah relatif tidak mempengaruhi rasa, harganya

relatif murah dan tingkat kemurniannya tinggi (Dania dan Hidayat, 2005).

Natrium bikarbonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan

kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara

komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular (Atwawijaya, 2004).

Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :

NaHCO3 Na+ + HCO3

-HCO3- + H2O H2CO3 + OH

-HCO3- CO3- + H

(25)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2010 di Laboratorium

Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah markisa dan terung

belanda yang dibeli dari Pasar Sore Padang Bulan, Medan. Bahan tambahan yang

digunakan adalah gula pasir yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan,

Medan.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iodin 0,01N, NaOH

0,1N, aquadest, asam sitrat, asam malat, asam tartarat, dan asam askorbat.

Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan,

erlenmeyer, blender, cawan aluminium, oven, pipet tetes, pH-meter, cawan petri,

(26)

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:

faktor I : jenis asam organik (A) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

A1 = Asam Sitrat

A2 = Asam Malat

A3 = Asam Tartarat

A4 = Asam Askorbat

faktor II : Perbandingan sari markisa dan terung belanda (M) yang terdiri dari 4

taraf, yaitu :

M1 = 90 : 10

M2 = 80 : 20

M3 = 70 : 30

M4 = 60 : 40

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah

4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16 n ≥ 30

n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2

(27)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua

faktorial dengan model sebagai berikut:

Ŷijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor A pada taraf ke-i

βj : Efek faktor M pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range

(LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Buah markisa dan terung belanda yang segar dipilih yang benar-benar

baik dan dibersihkan terlebih dahulu. Buah markisa dan terung belanda yang telah

dibersihkan kemudian diblansing selama 5 menit, kemudian ditiriskan lalu

dipotong, buah terung belanda yang telah dipotong dicampur dengan air masak

dengan perbandingan (1:1) lalu diambil sarinya dengan blender, sedangkan

(28)

disaring untuk mendapatkan sari buah dengan perbandingan sari markisa dan

terung belanda 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30 dan 60 : 40 sebanyak 200g.

Campuran sari buah sebanyak 200g ditambahkan aroma markisa sebanyak

3 tetes dimasak sampai volume menjadi 1/3 volume semula lalu pemasakan

dihentikan. Kemudian ditambahkan tepung gula 100g, masing-masing asam sitrat,

malat, tartarat dan askorbat sebanyak 1% sambil terus diaduk sampai terjadi

pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, dikeringkan dalam oven dengan suhu

60oC. Tepung yang terbentuk, dihaluskan dengan blender. Untuk menyeragamkan

ukuran kehalusannya, tepung tersebut diayak dengan menggunakan ayakan 80

mesh.

Tepung hasil ayakan ditambahkan Natrium bikarbonat (NaHCO3) 3%,

gelatin 3% dan acesulfame 1% lalu dicetak. Tablet effervescent yang dihasilkan

dikemas dengan menggunakan plastik dan ditutup dengan rapat dengan

menggunakan plastic clip sehingga udara tidak dapat masuk.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter sebagai berikut:

1. Kadar air (%)

2. Kadar vitamin C

3. Total asam

4. Daya larut

5. pH

(29)

1. Penentuan Kadar Air (Dengan Metode Oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam aluminium foil yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven

dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan

dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan

kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi

sampai diperoleh berat yang konstan.

Kadar air = x100%

awal berat

akhir berat awal

berat

2. Penentuan Kadar Vitamin C (Ranganna, 1977)

Ditimbang bahan sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga rata dan disaring

dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer lalu ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% dan dititrasi dengan Iodium

0,01N. Titrasi dianggap selesai bila telah terbentuk warna biru stabil.

Vitamin C = ml I2 0,01N x 0,88 x fp x 100

Berat Contoh

Fp = faktor pengencer (10) 1 ml I2 0,01N = 0,88 mg vitamin C

(30)

3. Penentuan Total Asam (Ranganna, 1977)

Bahan ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan

disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan phenolptalein 1% 2-3 tetes.

Kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1N. Titrasi dihentikan setelah

timbul warna merah jambu yang stabil.

Total asam = ml NaOH x N NaOH x BM asam dominan x fp x 100 %

Berat contoh (gr) x 1000 x valensi asam

fp = faktor pengencer

Asam dominan = Asam sitrat (C6H8O7), BM = 192, valensi = 3

4. Penentuan Daya Larut (%) (SNI 06-1451-1989)

Ditimbang bahan sebanyak 2 gr lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100

ml, ditambahkan air panas sampai tanda tera. Dikocok selama 1 menit dan

didiamkan selama 30 menit. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas

saring, kemudian diambil 10 ml dan dituang ke dalam cawan porselin yang sudah

ditimbang beratnya. Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pertama

80oC untuk 1 jam pertama, lalu langsung dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk 1 jam kedua dan dinaikkan lagi menjadi 100oC untuk 1 jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam

oven selama 30 menit, lalu diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai

(31)

Daya larut = 10 ( A – B ) x 100% C

Keterangan : A = Berat akhir

B = Berat cawan porselin C = Berat sampel

5. Penentuan pH

Bahan berupa tablet effervescent dilarutkan dalam air kemudian diukur

pH dengan menggunakan pH-meter.

6. Penentuan Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (numerik)

Uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa terhadap tablet

effervescent yang dihasilkan dari sari markisa dan terung belanda dilakukan

kepada 10 orang panelis pada hari ke-1 dengan ketentuan uji hedonik sebagai

berikut:

Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma dan rasa

Skala hedonik Skala numerik Sangat suka 4

Suka 3 Agak suka 2 Tidak suka 1

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan Sari Buah (Buah : air = 1:1) dengan Blender

Penyaringan

Sari Terung Belanda

Pencampuran Sari

Pemasakan 90oC Hingga 1/3 Bagian

Markisa : Terung Belanda

Pengeringan dengan Oven 60oC

Penepungan

Gambar 1. Skema pembuatan tablet effervescent dari sari markisa dan terung belanda Penambahan Aroma

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Asam Organik Terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis

asam organik memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total

asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) seperti pada

Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Pengaruh jenis asam organik terhadap parameter yang diamati

Jenis Asam

Tabel 4 memperlihatkan bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diamati. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan A4

(asam askorbat) yaitu sebesar 6,24% dan terendah pada perlakuan A1 (asam sitrat)

yaitu sebesar 5,78%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A4 (asam

askorbat) yaitu sebesar 203,28 mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan A2

(Asam Malat) yaitu sebesar 137,00 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat

pada perlakuan A4 (asam askorbat) yaitu sebesar 0,35% dan terendah pada

perlakuan A2 (asam malat) yaitu sebesar 0,30%. Daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan A3 (asam tartarat) yaitu sebesar 99,67% dan terendah terdapat pada

perlakuan A2 (asam malat) yaitu sebesar 88,25%. pH tertinggi terdapat pada

(34)

perlakuan A4 (asam askorbat) yaitu sebesar 4,38. Uji rganoleptik tertinggi terdapat

pada perlakuan A4 (asam askorbat) yaitu sebesar 3,05 dan terendah terdapat pada

perlakuan A1 (asam sitrat) yaitu sebesar 2,90.

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari

markisa dan terung belanda memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar

vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik (warna,aroma dan rasa)

seperti pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap

Tabel 5 memperlihatkan bahwa perbandingan sari markisa dan dan terung

belanda memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air

tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan terung

belanda 90:10%) yaitu sebesar 6,12% dan terendah terdapat pada perlakuan M4

(perbandingan sari markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 5,87%.

Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa

dan terung belanda 90:10%) yaitu sebesar 166,01 mg/100 g bahan dan terendah

terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari markisa dan terung belanda

(35)

perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan terung belanda 90:10%) yaitu

sebesar 0,34% dan terendah terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari

markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 0,29%. Daya larut tertinggi

terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan terung belanda

90:10%) yaitu sebesar 94,71% dan terendah terdapat pada perlakuan M4

(perbandingan sari markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 94,23%. pH

tertinggi terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari markisa dan terung

belanda 60:40%) yaitu sebesar 4,63 dan terendah terdapat pada perlakuan M1

(perbandingan sari markisa dan terung belanda 90:10%) yaitu sebesar 4,52. Uji

organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan

terung belanda 90:10%) yaitu sebesar 3,04 dan terendah terdapat pada perlakuan

M4 (perbandingan sari markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 2,90.

Kadar Air (%)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa jenis asam

askorbat memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air

tablet effervescent. Hasil uji LSR pengauh jenis asam organik terhadap kadar air

tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 6 berikit ini.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap kadar air (%)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 5,78 b A

2 0,32 0,44 A2 = Asam Malat 5,90 b A

3 0,33 0,46 A3 = Asam Tartarat 6,08 ab A

4 0,34 0,47 A4 = Asam Askorbat 6,24 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(36)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata

dengan A2 dan A3, berbeda nyata dengan A4. Perlakuan A2 berbeda tidak nyata

dengan A3 dan berbeda nyata dengan A4. Perlakuan A3 berbeda tidak nyata

dengan A4. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu sebesar 6,24%

dan terendah pada perlakuan A1 yaitu sebesar 5,78%.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap kadar air tablet effervescent

dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan asam

sitrat menyebabkan kadar air tablet effervescent relatif rendah hal ini karena asam

sitrat dan garam natrium sangat stabil dalam keadaan tanpa air, tetapi dalam

keadaan ada air dan oksigen atau bahan pengoksidasi lainnya maka asam sitrat

menjadi sangat labil (Winarno, 1995). Penambahan asam askorbat menghasilkan

kadar air yang relatif tinggi, karena asam askorbat dapat bersifat antioksidan,

sehingga tablet effervescent lebih stabil.

Gambar 2. Hubungan antara jenis asam organik terhadap kadar air (%)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa

perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

(37)

berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar air tablet effervescent yang

dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap kadar air (%).

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

interaksi jenis asam organik dan dan perbandingan sari markisa dan terung

belanda memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar air

tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa jenis asam

organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

vitamin C tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap

kadar vitamin C tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 155,00 b B

2 1,57 2,16 A2 = Asam Malat 137,00 c C

3 1,65 2,27 A3 = Asam Tartarat 154,18 b B

4 1,69 2,33 A4 = Asam Askorbat 203,28 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2 dan A4, dan berbeda tidak nyata dengan A3. Perlakuan A2 berbeda

sangat nyata dengan A3 dan A4. Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4.

(38)

Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu sebesar 203,28

mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan A2 yaitu sebesar 137,00 mg/100 g

bahan.

Hubungan antara jenis asam organik dengan kadar vitamin C tablet

effervescent dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa tablet

effervescent yang menggunakan asam askorbat dan asam sitrat memiliki kadar

vitamin C yang tinggi karena adanya kandungan asam dapat menghambat proses

oksidasi vitamin C dalam bahan. Oksidasi tidak akan terjadi bila vitamin C

dibiarkan dalam keadaan asam (Winarno, 2002).

Gambar 3. Hubungan antara jenis asam organik terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa

perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent. Hasil

(39)

uji LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda dengan kadar

vitamin C dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Jarak

LSR Perbandingan Sari

Rataan

Notasi

0,05 0,01 Markisa dan Terung

Belanda 0,05 0,01

- - - M1= 90% : 10% 166,01 a A

2 1,57 2,16 M2= 80% : 20% 164,05 b A

3 1,65 2,27 M3= 70% : 30% 160,30 c B

4 1,69 2,33 M4= 60% : 40% 159,09 c B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan

M2, dan berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat

nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan M4. Kadar

vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan M1 yaitu sebesar 166,01 mg/100 g

bahan dan terendah pada perlakuan M4 yaitu sebesar 159,09 mg/100 g bahan.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda dengan

kadar vitamin C tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4

menunjukkan bahwa semakin rendah perbandingan sari markisa maka kadar

vitamin C tablet effervescent semakin menurun. Markisa merupakan sumber

vitamin C yang tinggi yaitu sebesar 30 mg/100 g bahan (Rismunandar, 1986),

sehingga dengan menurunnya perbandingan sari markisa maka kadar vitamin C

semakin menurun.

(40)

Gambar 4. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin

C tablet effervescent yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Dari Tabel 9 di bawah dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara

jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda

memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C.

Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A4M1 yaitu sebesar 210,00

mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan A2M4 yaitu sebesar 133,35 mg/100

g bahan.

(41)

Tabel 9. Uji LSR efek utama interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Hubungan interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari

markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar

5. Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan sari markisa dan

dengan penambahan jenis asam seperti asam askorbat maka semakin tinggi kadar

vitamin C tablet effervescent. Hal ini disebabkan karena markisa mengandung

kadar vitamin C yang tinggi dan juga karena adanya kandungan asam yang dapat

menghambat proses oksidasi vitamin C pada sari markisa. Oksidasi tidak akan

terjadi bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam (Winarno, 2002).

(42)

Gambar 5. Hubungan interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari

markisa dan terung belanda dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Total Asam (%)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Total Asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa jenis asam

organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total

asam tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap

total asam tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap total asam (%) Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2 dan A4, dan berbeda tidak nyata dengan A3. Perlakuan A2 berbeda

nyata dengan A3, dan berbeda sangat nyata dengan A4. Perlakuan A3 berbeda

0,00

Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda (%)

A1=asam sitrat

A2=asam malat

A3=asam tartarat

(43)

sangat nyata dengan A4. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu

sebesar 0,349% dan terendah pada perlakuan A3 yaitu sebesar 0,308%.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap total asam tablet

effervescent dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa dengan

penambahan asam askorbat dan asam sitrat, total asam produk meningkat, hal ini

dikarenakan asam askorbat dan asam sitrat merupakan jenis asam kuat dan juga

karena kecenderungan penambahan asam akan menyebabkan total asam

meningkat.

Gambar 6. Hubungan antara jenis asam organik terhadap total asam (%)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa

perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam tablet effervescent. Hasil uji

LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam

tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

(44)

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam (%)

Jarak

LSR Perbandingan Sari

Rataan

Notasi

0,05 0,01 Markisa dan Terung

Belanda 0,05 0,01

- - - M1= 90% : 10% 0,340 a A

2 0,010 0,013 M2= 80% : 20% 0,326 b A

3 0,010 0,014 M3= 70% : 30% 0,309 c B

4 0,011 0,015 M4= 60% : 40% 0,292 d C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan

M2,M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M3

berbeda nyata dengan M4. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan M1 yaitu

sebesar 0,340% dan terendah pada perlakuan M4 yaitu sebesar 0,292%.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap

total asam tablet effervescent dapt dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan

semakin tinggi perbandingan sari markisa maka semakin meningkat total asam

tablet effervescent. Oksidasi tidak akan terjadi bila vitamin C dibiarkan dalam

keadaan asam (Winarno, 2002), sehingga dengan kata lain total asam markisa

sangat tinggi sehingga dengan meningkatnya perbandingan sari markisa, maka

meningkat pula total asam tablet effervescent.

(45)

Gambar 7. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam (%)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Total Asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa

interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap total asam tablet

effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Daya Larut (%)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Daya Larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa jenis asam

organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya

larut tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap daya

larut tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

0,26

Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda (%)

(46)

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap daya larut (%)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 90,31 b B

2 0,40 0,55 A2 = Asam Malat 88,25 c C

3 0,42 0,58 A3 = Asam Tartarat 99,67 a A

4 0,43 0,59 A4 = Asam Askorbat 99,32 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda tidak nyata dengan A4. Daya larut tertinggi diperoleh pada

perlakuan A3 yaitu sebesar 99,67% dan terendah pada perlakuan A2 yaitu sebesar

88,25%.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap daya larut dapat dilihat

pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan bahwa daya larut tablet effervescent

sangat tinggi dengan penambahan asam tartarat. Dengan menggunakan asam

tartarat saja akan menghasilkan tablet effervescent yang lebih mudah larut dalam

air, karena kelarutan asam tartarat lebih tinggi dari pada asam yang lain

(Candra, 2008).

Gambar 8. Hubungan antara jenis asam organik terhadap daya larut (%)

(47)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Daya Larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa

perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap daya larut tablet effervescent yang

dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Daya Larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung

belanda memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap daya

larut tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

pH

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa jenis asam

organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH

tablet effervescent. Hasil uji LSR jenis asam organik terhadap pH tablet

effervescent dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap pH

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 4,79 a A

2 0,03 0,05 A2 = Asam Malat 4,74 b B

3 0,04 0,05 A3 = Asam Tartarat 4,39 c C

4 0,04 0,05 A4 = Asam Askorbat 4,38 c C Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(48)

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2,A3, dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda tidak nyata dengan A4. pH tertinggi diperoleh pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 4,79 dan terendah pada perlakuan A4 yaitu sebesar

4,38.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap pH tablet effervescent dapat

dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa pH tablet effervescent

menurun dengan penambahan asam malat dan asam askorbat. Penambahan asam

malat dapat menyebabkan penurunan pH (Candra, 2008).

Gambar 9. Hubungan antara jenis asam organik terhadap pH

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa

perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH tablet effervescent. Hasil uji LSR

pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap pH dapat dilihat

(49)

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata

dengan M2,M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4.

Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan M4. pH tertinggi diperoleh pada

perlakuan M4 yaitu sebesar 4,63 dan terendah pada perlakuan M1 yaitu sebesar

4,52.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap

pH tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan

bahwa semakin tinggi perbandingan sari markisa maka semakin rendah pH hal ini

disebabkan markisa merupakan buah yang memiliki kadar vitamin C dan Asam

sitrat yang tinggi.

Gambar 10. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap pH

Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda (%)

(50)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa

interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda

memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap pH tablet

effervescent yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa jenis asam

organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji

organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh

jenis asam organik terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet

effervescent dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap uji organoleptik warna aroma dan rasa (numerik)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 2,90 b B

2 0,06 0,08 A2 = Asam Malat 2,92 b B

3 0,06 0,08 A3 = Asam Tartarat 2,94 b B

4 0,06 0,08 A4 = Asam Askorbat 3,05 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata

dengan A2 dan A3, dan berbeda sangat nyata dengan A4. Perlakuan A2 berbeda

tidak nyata dengan A3, dan berbeda sangat nyata dengan A4. Perlakuan A3

(51)

perlakuan A4 yaitu sebesar 3,05 dan terendah pada perlakuan A1 yaitu sebesar

2,90.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap uji organleptik warna,

aroma dan rasa tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11

menunjukkan bahwa penambahan asam askorbat membuat tablet effervescent

disukai oleh panelis karena asam askorbat yang ditambahkan menghasilkan rasa

yang enak, dimana rasa asam yang dihasilkan dapat meningkatkan cita rasa dari

tablet effervescent yang dihasilkan.

Gambar 11. Hubungan antara jenis asam organik terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa

perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap warna, aroma dan rasa tablet effervescent.

Hasil uji LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap

uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent dapat dilihat pada tabel

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan
Tabel 2. Komposisi kimia terung belanda per 100 g bahan
Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan
Tabel 2. Komposisi kimia terung belanda per 100 g bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

In this study, the application of Geographic Information System and Remote Sensing data were used to study potential solid waste disposal site.. The study used mainly

Waktu yang tepat membaca kalimat tayyibah Hauqalah yaitu pada saat ….. Keutamaan dalam kalimat tayyibah Hauqalah

• sebagian besar jurnal belum konsisten dalam gaya penyuntingan, seperti belum adanya judul sirahan dalam setiap artikel (Nama jurnal, volume, nomor dan tahun), kesalahan

Berikut  ini  adalah  beberapa  komponen  lingkungan  hidup  yang  minimal  harus tergambar  dalam  Rona  Lingkungan.  Pemrakarsa  dapat  menelaah 

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBTDANG ATAU PEER REVIEW KARYA TLMIAH : JURNAL ILMIAH*.. Judul Karl'a

[r]

Karena begitu kuatnya pengaruh atau apresiasi tradisi budaya lokal, sebagian ahli mengidentifikasi proses Islamisasi di Indonesia sebagai adhesi, yakni konversi ke dalam Islam tanpa

e. untuk trafe tepi dengan pertimbangan posisi lantai atas tidak berubah, karena perubahan akan mengakibatkan perubahan keseluruhan bangunan maka tinggi bersih trafe juga akan