RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM
KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA
TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Disusun Oleh :
HERTATI SIMANJUNTAK 060902017
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hertati Simanjuntak
NIM : 060902017
ABSTRAK
RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI
(Skripsi terdiri dari 6 bab, 79 halaman, 17 tabel, 5 lampiran)
Lanjut usia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya secara wajar atau dengan baik. Tanpa harus membebani, melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya. Banyak lansia yang dimasukkan ke berbagai panti jompo karena keadaan keluarga yang tidak mampu mengurus orangtua lagi dengan baik. Faktor ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian keluarga terhadap orangtua mereka, mereka merasa orangtua sebagai beban dalam keluarga mereka. Namun ada juga karena faktor ekonomi. Tetapi ada juga orangtua yang memilih untuk bisa bergabung dengan jompo-jompo yang lain karena mereka tidak ingin menyusahkan keluarga mereka. Seperti UPTD Dharma asih Binjai yang menampung para lansia dan mensejahterahkan lansia pada hari tuanya menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di Dharma Asih Binjai, sebagai warga binaan UPTD dengan mengangkat judul Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskritip dengan analisa data kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai. Respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 lansia. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Penerikan sample Non Random secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 40 lansia. Adalah Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon warga binaan di Dharma Asih Binjai terhadap program kesejahteraan di hari tua adalah positif. Hal ini dapat di lihat dari pengetahuan para lansia tentang keberadaan dan tujuan program baik tentang infornasi yang diberikan staff yang bersangkutan, perencanaan program dan kelanjutan program. Kemudian dalam hal partisipasi, lansia sebagai penerima program mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD Dharma asih, 75,00 % atau 30 lansia mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD. Meskipun demikian, lansia perlu diberi bimbingan dan pelatihan yang intensif tentang program-program kesejahteraan di hari tua agar para lansia betul-betul memahami tujuan daripada program dan nantinya para lansia bisa menikmati hari tuanya dan di akhir hidupnya.
UNIVERSITI OF NORT SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCES DAPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCES
NAME :HERTATI SIMANJUNTAK
REGISTER NUMBER :060902017
ABSTRACT
THE RESPOND TO WELFARE PROGRAM IN OLD AGE BY THE TECHNICAL SERVICE UNIT IMPLEMENTING DHARMA ASIH Binjai
(This Thesis consists of 6 chapter, 69 pages, 15 tables, 5 appendices)
Advanced age is a situation where one's inability to sustain life, or fairly well. Without having to burden, involving the family or the people around him. Many elderly people who entered into various nursing home because of family circumstances that are not able to properly take care of another parent. This factor caused by the lack of family attention to their parents, they feel their parents as a burden in their family. But there are also due to economic factors. But there are also parents who choose to join with other nursing homes, because they do not want to bother their families. Like Binjai UPTD Dharma compassion that accommodate the elderly and elderly in old age backdrop the author to conduct research in the Dharma Asih Binjai, as inmates UPTD by lifting the title of Citizen Response Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation the Dharma Asih.
This research in including in descrietif research by analizing qualitative data .analysis aims to determine how the response of Citizens Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation. The response can be seen from the perception, attitude and participation of inmates in the program. The population in this study is 160 elderly. To obtain the necessary data in this study, the researchers used a technique Non random sample is purposive sampling with total sample of 40 elderly.to get the data that is needed so in this recearcher using technic study of literature and study of fiidd by using observation, questionare, and interviewing.
participation, the elderly as recipients follow the guidance and training programs provided by the UPTD Dharma compassion, 75.00% or 30 elderly follow the guidance and training provided by the UPTD. Nevertheless, the elderly need to be given intensive guidance and training on welfare programs in the old days for the elderly really understand the purpose of the program and later the elderly can enjoy a day old and at the end of his life.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan kasi karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “RESPON WARGA BINAAN
TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UPTD
DHARMA ASIH BINJAI” skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana social pada departemen ilmu kesejahteraan
sosial ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Sebelum penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik
yang dapat membangun guna memperbaiki di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara
khusus penulis menghanturkan bayak Terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara medan.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. selaku ketua jurusan departemen ilmu
kesejahteraan social fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas
Sumatera Utara Medan
3. Ibu Mastauli Siregar, S.sos. M.Si. Selaku dosen pembimbing penulis yang
telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian
4. Ibu Asmah selaku pimpinan UPTD Dharma Asih Binjai yang telah
memberi ijin kepada saya untuk melakukan penelitian di Dharma Asih
Binjai. Dan kepada staf yang telah membantu penulis dalam proses
penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini ibu reselina, ibu renti. Bg
simson, bg edy, pak retno, kk honey yang tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya.
5. Kepada seluruh warga binaan yang ada di UPTD Dharma Asih Binjai
khusus buat kakek - nenek yang membantu penulis dalam hal
pengumpulan data.
6. Buat kedua orangtua yang penulis cintai dan kasihi Bapak M. Simanjuntak
dan mama E. br Pasaribu yang dengan tulus memberikan cintanya dan
sayangnya buat penulis. Terimakasih buat semua kasih sayang,
pengorbanan baik materi maupun moril yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikannya.
7. Buat saudara - saudara yang penulis sangat cintai Dedek adikku yang
selalu membantu dan memberikan dukungan dan semangat, semoga
adekku sukses dalam perkuliahannya dan juga menjadi adik yang baik buat
keluarga. Dan juga adekku Evo Nardi, Rianti, Meyer dan juga Rika Wanti
yang yang selalu memberi dukungan.
8. Buat seluruh keluarga besarku juga yang telah membrikan dukungan pada
penulis : Tulangku Tenson pasaribu dan K.Aritonang dan juga adeku
Gabriel niteson pasaribu yang paling sayang dan mengerti penulis.
Terimakasi buat semua dukungan yang selalu memberikan semangat
9. Buat ENOYOAMINO, Mey, nora nova, mita yanti semoga persahabatan
kita tetap untuk selamanya dan semoga sukses selalu.
10.Buat Buat kuriake terimakasi buat Aroz, kk duma, yanti, mey dan nova
yang selalu memberi Support dan dukungan serta doanya selama ini
kepada penulis.
11.Buat teman-teman KESSOS 06, Lista, Dewi Molina, Jupriady. Immanuel,
Ari, Ananta, Halim, Irene, Anwar, Edo, kk Desima, kk Priska, Ade,
Rahmat, feni clara, Erwin, Nyepi, Diah, Ropiqo, Bg Yerubel, Ando,
Nobel, Maykel, Monika Aulia, Mita ,nora, terimakasih atas kebersamaan
dan dukungannya dan juga buat teman –teman yang tidak disebutkan
namanya trimakasi jga buat kebersamaannya.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakan agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.
Medan, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah... 6
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...6
1. Tujuan Penelitian...6
2. Manfaat Penelitian...7
1.4. Sistematika Penulisan...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Respon...9
2.1.1 Respon Warga Binaan...11
2.2 Pengertian Lanjut Usia...11
2.2.1 Lanjut Usia... 11
2.2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Untuk Lansia... 12
2.3 Kesehteraan Sosial... 12
2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 12
2.3.2 Prinsip Pelayanan Kesejahteraan Sosial... 14
2.4 Kerangka Pemikiran... 25
2.6 Definisi Konsep Dan Definisi Operasional... 27
2.6.1 Definisi Konsep... 27
2.6.2 Definisi Operasional... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...29
3.2 Lokasi Penelitian... 29
3.3 Populasi Dan Sample... 29
3.3.1 Populasi... 29
3.3.2 Sample... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 30
3.5 Teknik Analisa Data... 31
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Berdiri UPTD Dharma Asih... 33
4.1.1 Visi Dan Misi... 34
4.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi... 34
4.2 Tujuan UPTD Dharma Asih... 35
4.2.1 Program UPTD Dharma Asih... 35
4.2.2 Upaya Yang Telah Dilaksanakan atau dicapai UPTD Dharma Asih... 36
4.2.3 Kegiatan Yang Dilakukan di UPTD Dharma Asih. 37
BAB V ABALISA DATA
5.1 Identitas Responden... 42
5.2 Respon Warga Binaan Terhadap Prgogram Kesejahteraan Di Hari Tua... 47
5.2.1 Persepsi... 48
5.2.2 Sikap... 50
5.2.3 Partisipasi... 54
5.3 Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 55
5.3.1 Persepsi Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 56
5.3.2 Sikap Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 58
5.3.3 Partisipasi Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai ... 60
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 64
6.2 Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana UPTD Dharma Asih Binjai ...39
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...42
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...43
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa...44
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...45
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak...46
Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan lamanya menerima program kesejahteraan di hari tua ...47
Tabel 5.7 Distribusi Responden mendapatkan informasi tentang program kesejahteraan di hari tua ...48
Tabel 5.8 Pemahaman Responden Tentang arti Program Kesejahteraan Di Hari Tua...49
Tabel 5.9 Distribusi Responden Terhadap program yang di berikan UPTD Dharma Asih apakah dapat membuat hidup lansia lebih baik ... 51
Tabel 5.10 Tanggapan Responden tentang pelayanan yang di berikan UPTD sebagai pelaksana program... 53
Tabel 5.11 persesi warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 57
Tabel 5.13 Partisipasi warga binaan trhadap program kesejahteraan di hari tua
oleh UPTD Dharma Asih Binjai...61
Tabel 6 Penskoran Respon Warga Binaan tehadap Program Kesejahteraan Di Hari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hertati Simanjuntak
NIM : 060902017
ABSTRAK
RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI
(Skripsi terdiri dari 6 bab, 79 halaman, 17 tabel, 5 lampiran)
Lanjut usia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya secara wajar atau dengan baik. Tanpa harus membebani, melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya. Banyak lansia yang dimasukkan ke berbagai panti jompo karena keadaan keluarga yang tidak mampu mengurus orangtua lagi dengan baik. Faktor ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian keluarga terhadap orangtua mereka, mereka merasa orangtua sebagai beban dalam keluarga mereka. Namun ada juga karena faktor ekonomi. Tetapi ada juga orangtua yang memilih untuk bisa bergabung dengan jompo-jompo yang lain karena mereka tidak ingin menyusahkan keluarga mereka. Seperti UPTD Dharma asih Binjai yang menampung para lansia dan mensejahterahkan lansia pada hari tuanya menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di Dharma Asih Binjai, sebagai warga binaan UPTD dengan mengangkat judul Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskritip dengan analisa data kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai. Respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 lansia. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Penerikan sample Non Random secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 40 lansia. Adalah Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon warga binaan di Dharma Asih Binjai terhadap program kesejahteraan di hari tua adalah positif. Hal ini dapat di lihat dari pengetahuan para lansia tentang keberadaan dan tujuan program baik tentang infornasi yang diberikan staff yang bersangkutan, perencanaan program dan kelanjutan program. Kemudian dalam hal partisipasi, lansia sebagai penerima program mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD Dharma asih, 75,00 % atau 30 lansia mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD. Meskipun demikian, lansia perlu diberi bimbingan dan pelatihan yang intensif tentang program-program kesejahteraan di hari tua agar para lansia betul-betul memahami tujuan daripada program dan nantinya para lansia bisa menikmati hari tuanya dan di akhir hidupnya.
UNIVERSITI OF NORT SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCES DAPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCES
NAME :HERTATI SIMANJUNTAK
REGISTER NUMBER :060902017
ABSTRACT
THE RESPOND TO WELFARE PROGRAM IN OLD AGE BY THE TECHNICAL SERVICE UNIT IMPLEMENTING DHARMA ASIH Binjai
(This Thesis consists of 6 chapter, 69 pages, 15 tables, 5 appendices)
Advanced age is a situation where one's inability to sustain life, or fairly well. Without having to burden, involving the family or the people around him. Many elderly people who entered into various nursing home because of family circumstances that are not able to properly take care of another parent. This factor caused by the lack of family attention to their parents, they feel their parents as a burden in their family. But there are also due to economic factors. But there are also parents who choose to join with other nursing homes, because they do not want to bother their families. Like Binjai UPTD Dharma compassion that accommodate the elderly and elderly in old age backdrop the author to conduct research in the Dharma Asih Binjai, as inmates UPTD by lifting the title of Citizen Response Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation the Dharma Asih.
This research in including in descrietif research by analizing qualitative data .analysis aims to determine how the response of Citizens Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation. The response can be seen from the perception, attitude and participation of inmates in the program. The population in this study is 160 elderly. To obtain the necessary data in this study, the researchers used a technique Non random sample is purposive sampling with total sample of 40 elderly.to get the data that is needed so in this recearcher using technic study of literature and study of fiidd by using observation, questionare, and interviewing.
participation, the elderly as recipients follow the guidance and training programs provided by the UPTD Dharma compassion, 75.00% or 30 elderly follow the guidance and training provided by the UPTD. Nevertheless, the elderly need to be given intensive guidance and training on welfare programs in the old days for the elderly really understand the purpose of the program and later the elderly can enjoy a day old and at the end of his life.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh
ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem
sosial kecil yang terdiri dari individu-individu yang berhubungan satu sama
lainnya dengan alasan kasih sayang dan ikatan yang kuat, loyalitas,
mengkompromikan keadaan rumah yang permanen yang terjadi dalam jangka
tahunan dan decade-dekade. (http/www.yakita.or.id/konseling
keluarga.html.diakses tanggal 20 April 2010 pukul 18.00 wib).
Kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantara pada masyarakat
besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu
masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak
di penuhi, seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan
terhadap yang muda dan yang tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan
hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial.
Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, di samping agama,yang
secara resmi telah berkembang di semua masyarakat. keikutsertaan dalam
aktivitas keluarga mempunyai segi menarik lainnya, ialah bahwa meskipun tidak
di dukung oleh hukuman resmi yang biasanya mendukung bayak kewajiban
lainnya tetapi semua orang tetap mengambil bagian. umpamanya kita wajib ikut
pilihan kelaparan. Di samping itu, seperti yang sudah di katakannya sebelumnya,
keluarga itu merupakan dasar pembantu utama struktural sosial yang lebih luas,
dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada
eksistensinya. Peran tingkah laku yang di pelajari dalam keluarga merupakan
contoh atau prototif peran tingkah laku yang di perlukan pada segi-segi lainnya
dalam masyarakat. Isi proses permasyarakatan ialah tradisi kebudayaan
masyarakat itu sendiri, dengan meneruskannya pada generasi berikut dimana
keluarga berfungsi sebagai saluran penerusan yang tetap menghidupkan
kebudayaan itu (William, 1997:2 – 8)
Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ditetapkan pada tanggal 29 Mei 1996
dan terus diperingati setiap tahunnya. Melalui peringatan ini diharapkan dapat
memotivasi dan menggerakkan para lansia, keluarga, organisasi sosial,
masyarakat dan dunia usaha dalam meningkatkan kesejahteraan lansia dengan
mengembangkan jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial.
Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau
5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini
meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2
persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29
juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun
1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun.
Keadaan lansia di indonesia meningkat, indonesia adalah termasuk
negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured
population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%.
Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak
7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini
antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat
yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat
pengetahuan masyarakat yang kurang.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa
konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era
of population ageing), karena pertumbuhan lansia di Indonesia akan lebih cepat
dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia diperkirakan mengalami aged
population boom pada dua dekade permulaan abad 21 ini. Hal tersebut perlu terus
diantisipasi karena akan membawa implikasi luas dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, dan negara. Karena itu, lansia perlu mendapatkan perhatian dalam
pembangunan nasional. Di sisi lain, lansia menjadi sumber daya manusia yang
mempunyai pengalaman luas. Yakni pengalaman dan kearifan yang dapat
Sistem nilai sosial budaya di Indonesia menempatkan lanjut usia sebagai
warga terhormat, baik di lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan
masyarakat. Hingga saat ini masih cukup banyak keluarga yang di dalamnya
terdapat tiga generasi (three generation in one roof). Namun pola tanggung jawab
sosial yang berakar pada budaya masyarakat Minangkabau, dalam pelaksanaan
yang seharusnya dilakukan di tengah keluarga sendiri, sekarang banyak dari
orangtua tersebut dimasukkan ke panti jompo. Kebanyakan anggota masyarakat
kelihatannya tidak lagi begitu memikirkan untuk bisa membantu dan menyantuni
orangtua dan mamak mereka yang yang sebagian besar sudah tidak mempunyai
sumber penghidupan lagi. Gejala ini dapat dipakai sebagai indikator untuk
menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial terhadap orangtua telah mengalami
pergeseran dikarenakan adanya faktor – faktor yang mempengaruhi, salah satunya
faktor ekonomi yang sangat mendasar. keuangan membuat sebagian orang lupa
untuk mengurus orangtua mereka yang hanya menambahi beban mereka.
Konsekuensi dari meningkatnya para manusia lanjut usia (manula) setiap
tahunnya maka pelayanan terhadap para lanjut usia yang dilakukan oleh keluarga
dan masyarakat harus terus dilakukan sesuai dengan usaha-usaha kesejahteraan
sosial yang merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Demikian pula
tuntutan agama dan nilai luhur budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat, orangtua yang tergolong lanjut usia ditempatkan
pada posisi terhormat dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga. Generasi
muda dianjurkan untuk menghormati dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
keluarga merupakan wahana yang tepat untuk pelayanan orang lanjut usia
terutama perempuan lanjut usia dalam keluarga karena keluarga mempunyai
kewajiban moril yang sangat luhur untuk tetap mengurus dan melayani orang
lanjut usia dalam lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun
psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan
adanya ketahanan fisik maupun psikis di lingkungan keluarga tersebut, baik yang
menyangkut kondisi fisik, ekonomi, sosial maupun kondisi psikisnya. Dengan
demikian lanjut usia yang ada dalam keluarga merasa aman dan nyaman. Lanjut
usia adalah orang/warganegara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang
berumur 60 tahun ke atas. Lanjut usia yang layak dilayani dalam keluarga, yakni
lanjut usia yang wajar menurut tahap perkembangan usianya dan minimal mampu
mengurus diri serta tidak memerlukan layanan khusus profesional.
Seperti halnya bila kita melihat suku bangsa Minangkabau merupakan
salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang menganut sistem keluarga
yang disebut matrilineal, artinya sistem keluarga yang berada di garis keturunan
ibu, dimana kekuasaan harta menjadi milik ibu. Peran dan tanggung jawab
keluarga matrilineal terhadap orangtua yang telah lanjut usia berada di tangan
keluarga ibu, yaitu mamak (adik ibu laki-laki) dan keluarga luas ibu. Bagi
keluarga dan masyarakat Minangkabau dan hidup dalam sistem kekerabatan
keluarga luas, secara ideal budaya jaminan sosial bagi orang lanjut usia terutama
Berbeda dengan suku batak toba yang menganut sistem keluarga
partilineal, yang artinya sistem keluarga yang berada digaris keturunan ayah,
dimana kekuasaan harta menjadi milik ayah yang akan diwariskan kepada anak
laki-laki. Peran dan tanggung jawab keluarga patrilineal terhadap orang tua yang
telah lanjut usia berada dibawah tanggung jaawab anak-anaknya terutama anak
laki-laki. Bagi suku batak Toba memandang bahwa orang tua adalah kehormatan
bagi keluarga sehingga sangat dipantangkan apabila orang tua berada dipanti
jompo.(http//batavia.co.id berita kesejahteraan para lanjut usia. Diakses tanggal
3 Juni 2010 pukul 16.00wib)
Di zaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin
renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh
waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan
orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang
tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua.
Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan
banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya
yang dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat
individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk
merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melihat lebih dalam tentang kondisi lansia yang ada dipanti jompo yaitu salah
salah satu panti sosial yang merupakan lembaga di bawah naungan Dinas Sosial
Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam
pembinaan sosialisasi dan pengasuhan lansia.
Dengan melihat respon dapat diketahui bagaimana sebenarnya tanggapan
dan sikap para lansia tersebut terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh
UPTD Dharma Asih Binjai.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan ”Bagaimana Respon Warga Binaan terhadap program
kesejahteraan di hari tua oleh unit pelaksana teknis dinas Dharma asih
binjai”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana respon warga binaan terhadap program
kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan melihat
persepsi (pemahaman), tanggapan, sikap dan partisipasi warga binaan
terhadap program tersebut.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak – pihak pelaksana
mengetahui bagaimana respon warga binaan terhadap program yang telah
dilaksanakan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat
program yang sesuai dan benar – benar dibutuhkan oleh warga binaaan.
2. Sebagai refrensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
Penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi
konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe Penelitian, lokasi Penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya UPTD Darma
asih binjai dan , struktur organisasi, dan gambaran umum lokasi
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
Penelitian dan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Respon Warga Binaan
Warga Binaan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang
mendapat pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan
kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya. Untuk mengetahui
bagaimana warga binaan merespon program yang ada maka terlebih dahulu apa
itu respon.
Respon pada hekekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap
yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian
rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan
proksimal. Selain itu, menurut Daryl Beum respon juga dapat diartikan bahwa
merupakan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku kuat.
Respon diartikan bahwa suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud pada
pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak
serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Respon pada prosesnya
didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu.
Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon, tidak terlepas dari pembahasan
dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap
Respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kegurigaan dan
prasangka, pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan
keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:
1. Pengaruh atau penolakan
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
4. Kepositipan atau kenegatifan suatu objek psikologi
5. Pengaruh atau penolakan
6. Penilaian
7. Suka atau tidak suka
Menurut Scheereer, respon adalah proses pengorganisasian rangsang
dimana rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga
terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal Perubahan sikap dapat
menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap
objek-objek tertentu,seperi perubahan lingkungan atau situasi lain.sikap yang
muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan
suatu objek,seseorang disebut mempunyai respon negative apabila informasi yang
didengar atau prubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya
malah menghindari dan membenci objek tertentu.
Terdapat dua jenis variabel yan gmempengaruhi respon yaitu:
1. Variabel struktural yakni fakor-faktor yang terkandung dalm rangsangan
2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si
pengamat,misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu
(Curthefield dalam wirawan,1995:47).
Orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi –
informasi. Unit –unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal
dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat di
gunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses
yang berlangsung secara rutin inilah yang di sebut hunt sebagai suatu respon.
Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga di sebut
sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah
laku sosial dan sikap. Yang artinya disini adalah kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami rangsangan tertentu.
Sikap ini biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai –nilai dan semua hal
yang terdapat di sekitar manusia.
2.2. LANJUT USIA
2.2.1 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh )
tahun ke atas. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan
sosial, bimbingan, konseling, bantuan, santunan dan perawatan yang dilakukan
secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim
suatu lembaga tertentu (panti) sedangkan luar panti (non panti) merupakan bentuk
pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu (panti)
misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.
Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan,
yang dilaksanakan oleh lembaga baik formal maupun informal. Perlindungan
sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan
pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan
menggunakan pelayanan dan sumber-sumber yang seharusnya diperoleh
seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok
yang dilaksakan antara lain:
1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti
2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.
Undang –undang lanjut usia (http:www.depsos.go.id. pelayanan kesejahteraan
sosial.diakses pada tanggal 20 juni 2010 pukul 19.00 wib)
2.2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Untuk Lanjut Usia
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan
kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang
masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai
kebajikan, kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh
generasi penerus dalam pembangunan nasional. Seiring dengan kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan
dalam masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan hidup.
2.3 KESEJAHTERAAN SOSIAL
2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Menurut Undang Undang no 11tahun 2009,kesejahteraan sosial dalah
terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.
Sedangkan menurut Walter A.Friedlander, ”kesejahteraan sosial adalah
suatu sistem yang terorganisasi dari pada pelayanan sosial dan lembaga, yang
bermaksud untuk membantu individu dan kelompok agar mencapai standar
kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan
dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan
dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan keluarga
maupun masyarakat.
Usaha –usaha kesejahteraan sosial merupakan kewajiban bagi pemerintah
dan masyarakat, tugas pemerintah lebih menitikberatkan pada penetapan
kebijaksaanan dan stabilisator dalam pelaksanaannya sesuai dengan pasal 4 UU
a. Bantuan sosial kepada warga negara baik secara perorangan maupun
dalam kelompok yang mengalami kehilangan peranan sosia maupun
alamiah atau peristiwa- peristiwa lainnya.
b. Pemeliharaan kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan jaminan
sosial
c. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial termasuk di dalamnya
penyaluran di dalam masyarakat, kepada warga negara baik
perorangan maupun kelompok yang terganggu kemampuannya untuk
mempertahankan hidup yang terlantar.
d. Pengembangan dan penyuluhan sosial untuk meningkatkan
peradapan, perikemanusiaan dan kegotongroyongan,
(www.depsos.go.id/UU.kessosNo112009.diakses7 juli2010/18wib.
Berdasarkan definisi diatas maka kesejahteraan sosial adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh
rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, sistem yang
terorganisir dari pada pelayanan sosial yang bermaksud individu dan kelompok
agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan. Tujuan ini
dicapai secara seksama melalui teknik dan metode untuk memungkinkan
individu, kelompok maupun komunitas memenuhi kebutuhan dan memecahkan
masalah penyesuaian diri mereka terhadap pola-pola masyrakat, serta melalui
tindakan kerjasama untuk memperbaikai kondisi ekonomi dan sosial
Macam-macam pelayanan kesejahteraan sosial adalah:
2 Pelayanan keluarga dan anak.
3 Pelayanan kepada orang-orang miskin yang mendapatkan hambatan
sosial dan yang dilanda bencana .
4 Pelayanan yang berhubungan dengan pelayanan-pelayanan sosial yang
telah ada.
2.3.2 Prisip Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi
PBB NO. 46/1991 tentang principles for Older Person (Prinsip-prinsip bagi lanjut
usia) yang pada dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia
yang meliputi kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat,
yaitu :
1. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut
usia.
2. Melaksanakan dan mewujutkan hak azasi lanjut usia.
3. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.
4. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.
5. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga
dan masyarakat.
6. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan
dengan perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta
7. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar
dapat memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana
serta perlindungan sosial dan hukum.
8. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan
sarana dan prasarana dalam kehidupan keluarga, serta perlindungan sosial
dan hukum.
9. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana
pendidikan, budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.
10. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat
dan kemampuan.
11. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya. Kusus
untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.
2.3.3 Peran Pekerja Sosial Dalam Pelayanan Lanjut Usia
Menurut Walter A Friedlander dalam Muhidin (1992: 7), Pekerjaan Sosial
adalah suatu pelayanan professional yang dilaksanakan pada ilmu pengetahuan
dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik
secara perseorangan maupun di dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan
etidaktergantungan secara pribadi dan sosial.
Pekerjaan sosial berusaha untuk membantu individu, kelompok dan
masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang
setinggi-tingginya. Permasalahan dalam bidang pekerjaan sosial erat kaitannya
peranannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu, usaha-usaha
untuk memberikan pelayanan sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung,
juga diarahkan untuk membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam
menjalankan fungsi sosialnya.
Seorang pekerja sosial, mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah
laku manusia serta lingkungan sosialnya atau kondisi dimana manusia itu hidup.
Menurut pandangan Zastrow, setidaknya ada beberapa peran yang biasa dilakukan
oleh pekerja sosial, yaitu:
1. Enabler
Sebagai enabler seorang pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat
mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka dan
mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka
hadapi secara lebih efektif.
2. Broker
Peranan sebagai broker yaitu berperan dalam menghubungkan individu
ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun
layanan masyarakat (community services) tetapi tidak tahu dimana dan bagaimana
mendapatkan bantuan tersebut. Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran
sebagai mediator yang menghubungkan pihak yang satu dengan pemilik sumber
daya.
Sebagai expert (tenaga ahli), ia lebih banyak memberikan saran dan
dukungan informasi dalam berbagai area. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat
memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa
dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja
yang harus terwakili. Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang dia
berikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, tetapi usulan dan saran
tersebut lebih merupakan masukan gagasan untuk bahan pertimbangan
masyarakat ataupun organisasi dalam masyarakat tersebut.
4. Social Planner
Seorang social planner mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang
terdapat dalam masyarakat tersebut, menganalisanya dan menyajikan alternatif
tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana
sosial mengembangkan programnya, mencoba mencari alternatif sumber
pendanaan dan mengembangkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai
berbagai minat ataupun kepentingan.
Peran expert dan social planner saling tumpang tindih. Seorang expert lebih
memfokuskan pada pemberian usulan dan saran, sedangkan social planner lebih
memfokuskan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan
pengimplementasian peranan.
5. Advocate
Peran sebagai advocate dalam pengorganisasian masyarakat dicangkok dari
profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah, dimana
masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi
yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak
memperdulikan.
6. Activist
Sebagai activist, seorang community worker melakukan perubahan
institusional yang lebih mendasar dan seringkali tujuannya adalah pengalihan
sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang kurang mendapatkan
keuntungan. Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti
ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku, ketidakadilan dan perampasan hak.
Seorang activist biasanya mencoba menstimulasikan kelompok-kelompok yang
kurang diuntungkan tersebut untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan
melawan struktur kekuasaan yang ada.
7. Educator
Dalam menjalankan peran sebagai edukator (pendidik), pekerja sosial
diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja
sosial harus mampu berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi
mengenai beberapa hal tertentu, sesuai dengan bidang yang ditanganinya.
Dalam pelayanan sosial anak, umumnya peran pekerja sosial adalah sebagai
enabler dimana mereka membantu anak agar dapat mengidentifikasikan masalah
mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah
secara efektif, disamping itu juga sebagai educator (pendidik) yang diharapkan
Tugas seorang pekerja sosial pada seting pelayanan sosial bagi lansia tidak
semudah yang kita bayangkan. Oleh karena itu tidak semua orang bisa
melakukannya. Pekerja sosial yang diharapkan adalah seorang pekerja sosial yang
profesional, yakni pekerja sosial yang menguasai kerangka pengetahuan (body of
knowledge) baik dalam bidang pekerjaan sosial secara umum maupun
pengetahuan tentang lanjut usia secara khusus.
pengetahuan-pegetahuan yang harus dimiliki oleh Pekerja Sosial, meliputi:
1. Human Development and Behaviour, pengetahun ini menekankan pada cara
individu secara keseluruhan dan melihat pengaruh orang lain dan lingkungan
terhadap manusia, kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan.
2. Psikologi, dimana individu dapat memperoleh pertolongan dari orang lain dan
sumber-sumber diluar dirinya.
3. Cara-cara bagaimana orang berkomunikasi dengan orang lain dan bagaimana
mengekspresikan semua perasaan, baik melalui perkataan maupun melalui
perbuatan.
4. Proses kelompok dan pengaruh kelompok terhadap individu maupun individu
lain didalam kelompok.
5. Pemahaman dan pengaruh interaksi antara individu, kelompok dan masyarakat
dengan kebudayaan-kebudayaan, yang meliputi keagamaan, kepercauyaan,
nila-nilai spiritual, hukum dan lembaga-lembaga sosial yang lain.
6. Relationship, yaitu proses interaksi antar individu, antara individu dengan
7. Komuniti, yang meliputi proses internal (proses di dalam komuniti),
model-model pengembangan dan perubahan komuniti, pelayanan sosial dan
sumber-sumber yang ada dalam komuniti.
8. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-metode pekerjaan sosial.
9. Diri pekera sosial sendiri (self), dimana pekerja sosial dapat mempunyai
kesadaran dan tangggung jawab terhadap emosi dan sikap sebagai seorang
profesional. Memaham tentang tugas perkembangan serta karakterisitik lansia,
masalah-masalah yang sering dihadapi oleh lansia serta kebutuhannya.
Dari aspek pengetahuan (body of knowledge) bisa dilihat bahwa banyak hal
yang harus dipahami dan diketahui oleh seorang pekerja sosial yang profesional,
sebab menghadapi individu (lansia) dengan karaktek yang unik dengan sistem
panti harus mampu menjalankan fungsi-fungsi pekerjaan sosial baik dalam fungsi
pencegahan (preventif), fungsi rehabilitatif, maupun fungsi pendukung (support)
dan fungsi pengembangan (developmental). Dibekali dengan kerangka nilai (body
of value), seorang pekerja sosial profesional yang ada didalam PSTW harus
paham dan mengindahkan segala nilai-nilai pekerjaan sosial, kode etik pekerjaan
sosial, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai yang berlaku dan dipegang oleh klien.
Serta mengindahkan berbagai prinsip-prinsip pelayanan bagi lansia yang
tertuang dalam Standarisasi Pelayanan Lansia dalam PSTW seperti Prinsip:
Destigmatisasi (tidak mengstigma atau menghakimi), deisolasi (tidak
mengucilkan), desensitiasi (menjaga perasaan lansia yang kadang sensitif),
dedramatisasi (tidak membesar-besarkan masalah), pemenuhan kebutuhan secara
berlebihan), pelayanan yang cepat dan tepat, pelayanan yang efektif dan efisien,
pelayanan yang akuntabel.
Seorang pekerja sosial barulah bisa dikatakan profesional apabila menguasai
berbagai jenis keterampilan dalam bidang pekerjaan sosial. Keterampilan tersebut
dalam bentuk kemampuan teknis dalam mengoperasikan salah satu atau lebih
metode-motode pekerjaan sosial (Case work, group work, dan co/cd) serta paham
penerapannya sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.
Elemen keterampilan di dalam praktek pekerjaan sosial mempunyai dua
keistimewaan, yaitu:
1. Untuk menyeleksi metoda atau beberapa metoda guna menentukan apakah
metoda tersebut dapat dipergunakan atau tidak.
2. Bagaimana cara menggunakan metoda tersebut. Profesi pekerjaan sosial
bukanlah sebatas pekerjaan amal (charity a work) ataupun pekerjaan yang
sebatas dorongan kemanusiaan dan rasa iba (philantropy a work), tapi
betul-betul sebuah profesi yang membutuhkan pemahaman secara konseptual, nilai
serta keterampilan dalam kerja secara oprasional menolong klien.
Lansia dalam nomenklatur berdasarkan kebijakan operasional Departemen
Sosial adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas baik yang potensial maupun
yang tidak potensial. WHO membagi lansia kedalam beberapa kelompok
bedasarkan tingkatan usia, yakni: Usia pertengahan (middle age): antara 54-59
tahun, Lanjut Usia: antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90
tahun. secara psikologis mereka adalah fase usia yang memiliki kebutuhan dan
Secara umum adalah seperti itu, secara indvidual pun mereka memiliki
keunikan artinya sekalipun mereka sama-sama lansia tapi mereka pasti memiliki
karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu seorang pekerja sosial selain harus
paham mengenai karakterisitik serta tugas perkembangan dan kebutuhan lansia
secara umum juga perlu melakukan kajian secara individual dari kelayannya.
mengemukakan bahwa pekerja sosial di dalam memecahkan masalah klien, perlu
mengetahui sedetail atau sebanyak mungkin infromasi mengenai:
1. Apasajakah kekhususan pribadi dan permasalahan yang dialami oleh klien
(keunikan klien dan masalahnya.
2. Latar belakang klien, seperti umur, kehidupan masa kanak-kanak hingga
sekarang, relasinya dengan keluarga, pengaruh sekolah dan pekerjaan, kontak
dengan badan sosial, serta kesehatannya secara umum.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masalah klien, seperti finansial,
tekanan teman, hubungan dengan sekolah dan pekerjaan, tekanan keluarga,
faktor rasial dan etnik, relasinya dengan teman, tujuan hidup, minat dan
kegiatan yang dilakukan.
4. Persepsi dan pendefenisian klien terhadap masalah yang dialaminya.
5. Nilai dan moral yang mempengaruhi masalah.
6. Kekuatan-kekuatan klien yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah.
7. Motivasi klien untuk memperbaiki hidup dan memecahkan masalah.
8. Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan strategi penyembuhan yang
Perlu disadari oleh seorang pekerja sosial bahwa proses lansia dan
masalah-masalah yang menyertainya seperti kesepian, kurang pendengaran dan
penglihatan, lemah secara fisik, ialah sebuah proses alamiah yang suatu saat setiap
orang akan mengalami jika tidak meninggal diusia muda. Oleh karena itu seorang
pekerja sosial harus bisa memberikan pengertian kepada klien, agar bisa
menerima segala kemunduran yang terjadi pada dirinya. Secara psikologis lansia
kadangkala mengalami masalah psikis, apalagi mereka yang tinggal dipanti dan
hidup bersama dengan lansia lain yang memiliki latar belakang keluarga, suku,
yang berbeda.
Benturan-benturan dan resiko terjadinya kesalahpahaman diantara mereka
mudah sekali terjadi. Konflik diantara kelayan bisa saja terjadi karena dua faktor:
1. Faktor Intern (kondisi psikologik) klien yang tidak stabil. Klien mengalami
banyak masalah dan pikiran. Masalah tersebut bisa berasal dari masa lalu yang
kurang menyenangkan, atau berasal dari hubungan dengan anggota kelaurga
yang kurang harmonis. Selain konflik kondisi ini bisa pula memicu perilaku
klien yang maladaptif, cepat marah dan tersinggung, suka murung dan sedih,
tidak bergairah serta menarik diri dari pergaulan atau malas terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang ada dalam panti.
2. Faktor ekstern (kondisi sosial) yang tidak harmonis, terkondisikan budaya
saling mencurigai, tidak saling menghormati, tidak adanya budaya tolong
menolong, serta mementingkan diri sendiri, serta peran pekerja sosial yang
kurang dalam pembinaan, bahkan bisa jadi pekerja sosial yang tidak paham
serta tidak menghayati nilai-nilai, prinsip-prinsip pekerjaan sosial bisa jadi
Pekerja sosial harus bisa memainkan peran yang strategis dalam pemenuhan
kebutuhan secara psikologik, dalam berbagai bentuk kegiatan intervensi yang
bertujuan, terencana, dan terstruktur dengan baik. Tehnik-tehnik yang paling
memungkinkan adalah tehnik konseling, tehnik percakapan sosial (dalam group
work) serta kegiatan mengorganisir klien dalam berbagai bentuk
kegiatan-kegiatan sosial (Social activity) seperti, kelompok pengajian, kelompok olah-raga,
kelompok pemelihara bunga, kelompok bantu diri (self-help group).
Pekerja sosial dengan menggunakan metode bimbingan sosial kelompok
dapat menfasilitasi terciptanyaa kelompok percakapan sosial yang membahas
berbagai hal-hal positif dan berhubungan dengan kehidupan para lansia, metode
ini sangat efektif digunakan dalam rangka mengurangi kejenuhan klien dalam
panti, serta membantu mereka memahami berbagai hal yang berkaitan dengan
kehidupannya, mereka dapat berbagai pengalaman serta bisa mengekspresikan
perasaan serta ide-ide dalam forum kelompok secara bebas. Mereka akan merasa
berharga dan bermatabat jika ide-ide serta pengalaman yang mereka miliki mau
didengarkan oleh orang lain.
Konflik-konflik ataupun terjadinya perdebatan dalam kelompok dapat
dinetralisir oleh pekerja sosial, yang berperan sebagai fasilitator dalam
mengarahkan percakapan dalam kelompok. Lansia sebagai indvidu yang telah
banyak mengecap pengalaman hidup, cenderung untuk tidak mau didikte, tapi
mereka biasanya punya ide-ide yang butuh didengarkan, maka mereka bisa
diorganisir dalam suatu kelompok klien dengan latar belakang masalah/kebutuhan
masalahnya secara tepat berdasarkan pemikiran mereka sendiri, hanya saja peran
pekerja sosial harus tetap ada sebatas fasilitator.
Oleh karena itu peran pekerja sosial sebagai fasilitator yang netral, tidak
memihak dan mampu mengarahkan kelompok pada pencapaian kesepakatan harus
terus diasah. Baik kelompok percakapan sosial maupun kelompok pemecahan
masalah dapat menjadi media katarsis bagi klien, yakni tempat dimana klien dapat
melepaskan semua energi-energi negatif (rasa bersalah, rasa marah, perasaan
dikucilkan, perasaan tidak dihargai) dengan cara-cara yang postif. Pekerja sosial
dapat mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan (rasa marah, tidak
setuju, kejenuhan) secara tepat dan positif, pekerja sosial dapat mengajarkan
bagaimana mengungkapkan dan menyampaikan ide-ide dalam forum kelompok
yang mana individunya memiliki perasaan serta ide-ide yang tidak seragam.
Forum ini dapat dimanfaatkan oleh Pekerja sosial sebagai media pembelajaran
agar klien bisa memahami keunikan, keragaman, serta adanya perbedaaan paham,
ide, gagasan, sikap maupun perilaku diantara masing-masing individu.
Masyarakat lewat tangan pekerja sosial harus bisa dilibatkan berpartisipasi)
dalam membantu klien yang tinggal di panti. Adanya kunjungan secara berkala
dan kontinyu dari anggota masyarakat tertentu dan membina hubungan
kekeluargaan dengan klien didalam panti tentunya sangat baik dan positif
terhadap kebahagiaan klien. Selain kunjungan secara berkala mereka juga dapat
tetap berhubungan dan berkomunikasi secara tidak langsung lewat berbagai
sarana komunikasi seperti, surat-menyurat, telepon, sms dan sebagainya.
klien untuk terjaminnya rasa kasih sayang dan rasa berharga dalam menghadapi
masa-masa tuanya.
Mitos-mitos hanya akan membuat lansia semakin menderita dalam panti
tidak sebatas pelayanan fisik (pemakanan dan pengasramaan) bimbingan psikis,
sosial dan keterampilan adalah bagian integral dari sebuah pelayanan yang
komprehensif dalam panti. Mesti ada senergitas pemahaman baik antara pekerja
sosial, kepala panti maupun kepala kepala seksi yang ada dipanti mengenai
bentuk pelayanan yang komprehensif. Minimnya pemahaman (aspek kognitif)
pengambil kebijakan di dalam panti tentang kebutuhan para lansia menjadi
kendala utama dalam merealiasasikannya. Minimnya fasilitas serta dana yang
disediakan, sehingga untuk melaksanakan home visitpun susah dilaksanakan
apalagi untuk menggali sumber-sumber yang ada di
masyarakat.(suharto2007:112)
2.4 Kerangka Pemikiran
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya. Sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup, terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di
perkotaan dan di perdesaan. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan
masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak
potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar, Salah
satu program tersebut adalah dengan penampungan di Unit Pelaksanaan Teknis
UPTD Dharma Asih binjai mempunyai tugas membantu Dinas Sosial dalam
pembinaan, sosialisasi dan pengasuhan lansia. Dalam hal ini UPTD Dharma Asih
dalam menjalankan program kesejahteraan di hari tua para lansia. Sosialisasi
program dan kegiatan Panti atau Organisasi sosial bagi lanjut usia penerima
pelayanan, keluarga dan masyarakat
Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran
UPTD Dharma Asih Binjai
Persepsi :
1. PemahamanWarga binaan terhadap program.
2. Pandangan warga binaan tentang tujuan dan manfaat program.
Sikap: 1. Penilaian warga binaan
terhadap program
2. Penolakan atau penerimaan warga binaan terhadap program.
Partisipasi:
1. Frekuensi, keterlibatan dalam merespon program
2. Pemanfaatan warga
binaan terhadap program
Respon Positif Respon Negatif
Program Kesejahteraan Lansia : 1. Bimbingan kesehatan 2. Bimbingan rohani 3. Bimbingan Sosial
4. Ketrampilan pertanian
2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.5.1 Defenisi konsep
Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak kejadian, keadaan kelompok atau idividu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 33). Defenisi konsep bertujuan untuk
merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi
tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat
mengaburkan tujuan penelitian.
1. Respon adalah suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang
merupakan wujudnya dari persepsi ,sikap dan partisipasi masyarakat terhadap
suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman,penilaian suka atau
tidak suka serta kerlibatan terhadap objek.
2. Program kesejahteraan dihari tua adalah program yang dikhususkan kepada
lanjut usia,agar mereka mendapat pelayanan yang lebih baik di hari
tuanya.mendapatkan perlindungan dan fasilitas yang bisa dimanfaatkan tanpa
harus bergantung kepada keluarga dan juga kepada orang lain
3. Lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas baik yang potensial
maupun yang tidak potensial.
4. UPTD adalah unit pelaksana teknis dinas yang berada dibawah naungan
provinsi sumatera utara yang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam
2.5.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 33). Untuk mengukur
variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan
diteliti yang dilihat dari keberhasilan program dan tujuan dari Unit Pelaksana
Teknis Daerah Dharma Asih Binjai adalah sebgai berikut:
1. Persepsi atau pemahaman warga binaan mengenai program kesejahteraan di
hari tua melalui :
a. Pengetahuan/pengertian warga binaan tentang keberadaan program
kesejahteraan di hari tua.
b. Pemahaman warga binaan tentang apa tujuan dan sasaran UPTD Dharma
Asih Binjai
c. Pemahaman tentang proses pelaksanaan program
d. Pemahaman warga bianaan tentang manfaat program kesejahteraan di hari
tua
2. Sikap warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua diamati dari :
a. Penilaian warga binaan terhdap progarm kesejahteraan di hari tua
b. Suka atau tudak suka warga binaan terhadap program UPTD Dharma Asih
Binjai
3. Partisipasi masyarakat terhadap program UPTD Dharma Asih Binjai
a. Keterlibataan warga binaan dalam program kesejahterann di hari tua
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong penelitian
deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, dan
lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana
adanya (Nawawi, 1991:67).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Dharma Asih Binjai yang
berkedudukan di jalan Perintis Kemerdekaan No. 2 Cengkeh Turi Binjai,
sekaligus merupakan rumah asuh. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah
karena merupakan salah satu lembaga pemerintah (tresna wherda) yang
memberikan program bagi lanjut usia, serta berperan dalam peningkatan
kesejahteraan di hari tua warga binaan tersebut.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi, (Arikunto 2006:130). Dari pengertian tersebut
3.3.2. Sampel
Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Arikunto,2006:134). Dalam penelitian ini besar sampel yang ditentukan
sesuai pendapat Arikunto, menyatakan jika jumlah populasi lebih dari 100 maka
diambil sampel sejumlah 10-15% atau 20-25% dari populasi. Di mana sampel
dalam penelitian ini adalah warga binaan Dharma Asih Binjai berjumlah 160
orang dan yang di jadikan sampel sebayak 25%dari populasi yaitu 40 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka peneliti
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut
masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat
kabar, tulisan yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti. Studi
lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun
langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti yaitu:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap
muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang
diperlukan.
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan
menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Menggambarkan, menjelaskan, dan memberikan komentar dengan
menggunakan tabel.
Pemberian skor pada skala likert:
a. Pengkordingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban – jawaban menurut
macamnya;
b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah
dianalisis serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakakan
dalam penelitian;
c. Tabulasi, yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban
dan skor dari masalah yang diteliti.
Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka
i = interval kelas
H = nilai tertinggi
L = nilai terendah
K = bayak kelas
Negatif Netral Positif
-1 0,66 -1,33 0 0,33 0,66
Maka dapat ditentukan kategori persepsi, sikap dan partisipasi adalah
positif dan negatif dengan daya batasan nilai yang telah diperoleh sebagai berikut :
Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 =negatif
Respon dengan nilai -0,33 samapi dengan 0,33 = netral
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Latar Belakang Berdirinya UPTD Dharma Asih
Jumlah lanjut usia di indonesia pada umumnya makin meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk.demikian juga semakin baiknya derajat
kehidupan dan penghidupan yang diakibatkan berhasilnya pembangunan di segala
bidang sehingga secara tidak langsung mengakibatkan meningkatnya usia
harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian pada gilirannya jumlah para
lanjut usia akan meningkat pula. Sesuai dengan budaya masyarakat pada
umumnya para lanjut usia menikmati hari tuanya dilingkungan keluarga akan
tetapi karena sesuatu sebab maka mereka tidak mungkin tinggal dilingkungan
keluarganya. Untuk itu dalam hal ini dibutuhkan suatu lembaga kesejahteraan
sosial yang dapat menampung lanjut usia yang manyandang masalah tersebut.
Melalui dasar hukum juga yaitu:
1. Surat keputusan menteri sosial RI. Nomor 07/HUK/KEP/II/84 tentang pola
dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial.
2. Keputusan menteri sosial RI.Nomor 41/HUK/KEP XI/79 Tanggal 1
Nopember 1979 tentang kedudukan dab fungsi susunan organisasi , tugas
3. Keputusan menteri sosial RI. NO 32/HUK/KEP/V/82 tentang
4.1.2 VISI dan Misi
A. VISI UPTD Dharma Asih
Terwujudnya lansia sejahtera dan bahagia di hari tua.
B. MISI UPTD Dharma Asih.
1. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan
sandang.
2. Menumbuhkan sikap kemandirian, kesetaraan. kebersamaan dan
memberikan perlindungan kepada lanjut usia.
3. Meningkatkan hubungan yang harmonis antara sesama lansia, lansia
dengan pegawai dan lansia dengan masyarakat.
4.1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI
A. TUGAS POKOK
1. Melaksanakan observasi,identifikasi,seleksi,dan penerimaan calon klien
2. Melaksanakan konsultasi,pengungkapan dan pemahaman masalah serta
penyusunan rencana pelayanan rehabilitasi terhadap lanjut usia.
3. Melaksanakan penampungan, pengasramaan, perawatan dan penyediaan
bahan pangan bagi lanjut usia.
4. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu dan