• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM

KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA

TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

HERTATI SIMANJUNTAK 060902017

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hertati Simanjuntak

NIM : 060902017

ABSTRAK

RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 79 halaman, 17 tabel, 5 lampiran)

Lanjut usia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya secara wajar atau dengan baik. Tanpa harus membebani, melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya. Banyak lansia yang dimasukkan ke berbagai panti jompo karena keadaan keluarga yang tidak mampu mengurus orangtua lagi dengan baik. Faktor ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian keluarga terhadap orangtua mereka, mereka merasa orangtua sebagai beban dalam keluarga mereka. Namun ada juga karena faktor ekonomi. Tetapi ada juga orangtua yang memilih untuk bisa bergabung dengan jompo-jompo yang lain karena mereka tidak ingin menyusahkan keluarga mereka. Seperti UPTD Dharma asih Binjai yang menampung para lansia dan mensejahterahkan lansia pada hari tuanya menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di Dharma Asih Binjai, sebagai warga binaan UPTD dengan mengangkat judul Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskritip dengan analisa data kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai. Respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 lansia. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Penerikan sample Non Random secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 40 lansia. Adalah Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon warga binaan di Dharma Asih Binjai terhadap program kesejahteraan di hari tua adalah positif. Hal ini dapat di lihat dari pengetahuan para lansia tentang keberadaan dan tujuan program baik tentang infornasi yang diberikan staff yang bersangkutan, perencanaan program dan kelanjutan program. Kemudian dalam hal partisipasi, lansia sebagai penerima program mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD Dharma asih, 75,00 % atau 30 lansia mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD. Meskipun demikian, lansia perlu diberi bimbingan dan pelatihan yang intensif tentang program-program kesejahteraan di hari tua agar para lansia betul-betul memahami tujuan daripada program dan nantinya para lansia bisa menikmati hari tuanya dan di akhir hidupnya.

(3)

UNIVERSITI OF NORT SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCES DAPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCES

NAME :HERTATI SIMANJUNTAK

REGISTER NUMBER :060902017

ABSTRACT

THE RESPOND TO WELFARE PROGRAM IN OLD AGE BY THE TECHNICAL SERVICE UNIT IMPLEMENTING DHARMA ASIH Binjai

(This Thesis consists of 6 chapter, 69 pages, 15 tables, 5 appendices)

Advanced age is a situation where one's inability to sustain life, or fairly well. Without having to burden, involving the family or the people around him. Many elderly people who entered into various nursing home because of family circumstances that are not able to properly take care of another parent. This factor caused by the lack of family attention to their parents, they feel their parents as a burden in their family. But there are also due to economic factors. But there are also parents who choose to join with other nursing homes, because they do not want to bother their families. Like Binjai UPTD Dharma compassion that accommodate the elderly and elderly in old age backdrop the author to conduct research in the Dharma Asih Binjai, as inmates UPTD by lifting the title of Citizen Response Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation the Dharma Asih.

This research in including in descrietif research by analizing qualitative data .analysis aims to determine how the response of Citizens Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation. The response can be seen from the perception, attitude and participation of inmates in the program. The population in this study is 160 elderly. To obtain the necessary data in this study, the researchers used a technique Non random sample is purposive sampling with total sample of 40 elderly.to get the data that is needed so in this recearcher using technic study of literature and study of fiidd by using observation, questionare, and interviewing.

(4)

participation, the elderly as recipients follow the guidance and training programs provided by the UPTD Dharma compassion, 75.00% or 30 elderly follow the guidance and training provided by the UPTD. Nevertheless, the elderly need to be given intensive guidance and training on welfare programs in the old days for the elderly really understand the purpose of the program and later the elderly can enjoy a day old and at the end of his life.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan kasi karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “RESPON WARGA BINAAN

TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UPTD

DHARMA ASIH BINJAI” skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar sarjana social pada departemen ilmu kesejahteraan

sosial ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Sebelum penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah

kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik

yang dapat membangun guna memperbaiki di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara

khusus penulis menghanturkan bayak Terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. selaku ketua jurusan departemen ilmu

kesejahteraan social fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas

Sumatera Utara Medan

3. Ibu Mastauli Siregar, S.sos. M.Si. Selaku dosen pembimbing penulis yang

telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian

(6)

4. Ibu Asmah selaku pimpinan UPTD Dharma Asih Binjai yang telah

memberi ijin kepada saya untuk melakukan penelitian di Dharma Asih

Binjai. Dan kepada staf yang telah membantu penulis dalam proses

penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini ibu reselina, ibu renti. Bg

simson, bg edy, pak retno, kk honey yang tidak dapat disebutkan satu

persatu namanya.

5. Kepada seluruh warga binaan yang ada di UPTD Dharma Asih Binjai

khusus buat kakek - nenek yang membantu penulis dalam hal

pengumpulan data.

6. Buat kedua orangtua yang penulis cintai dan kasihi Bapak M. Simanjuntak

dan mama E. br Pasaribu yang dengan tulus memberikan cintanya dan

sayangnya buat penulis. Terimakasih buat semua kasih sayang,

pengorbanan baik materi maupun moril yang diberikan kepada penulis

sehingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikannya.

7. Buat saudara - saudara yang penulis sangat cintai Dedek adikku yang

selalu membantu dan memberikan dukungan dan semangat, semoga

adekku sukses dalam perkuliahannya dan juga menjadi adik yang baik buat

keluarga. Dan juga adekku Evo Nardi, Rianti, Meyer dan juga Rika Wanti

yang yang selalu memberi dukungan.

8. Buat seluruh keluarga besarku juga yang telah membrikan dukungan pada

penulis : Tulangku Tenson pasaribu dan K.Aritonang dan juga adeku

Gabriel niteson pasaribu yang paling sayang dan mengerti penulis.

Terimakasi buat semua dukungan yang selalu memberikan semangat

(7)

9. Buat ENOYOAMINO, Mey, nora nova, mita yanti semoga persahabatan

kita tetap untuk selamanya dan semoga sukses selalu.

10.Buat Buat kuriake terimakasi buat Aroz, kk duma, yanti, mey dan nova

yang selalu memberi Support dan dukungan serta doanya selama ini

kepada penulis.

11.Buat teman-teman KESSOS 06, Lista, Dewi Molina, Jupriady. Immanuel,

Ari, Ananta, Halim, Irene, Anwar, Edo, kk Desima, kk Priska, Ade,

Rahmat, feni clara, Erwin, Nyepi, Diah, Ropiqo, Bg Yerubel, Ando,

Nobel, Maykel, Monika Aulia, Mita ,nora, terimakasih atas kebersamaan

dan dukungannya dan juga buat teman –teman yang tidak disebutkan

namanya trimakasi jga buat kebersamaannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna

menyempurnakan agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.

Medan, Desember 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...6

1. Tujuan Penelitian...6

2. Manfaat Penelitian...7

1.4. Sistematika Penulisan...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Respon...9

2.1.1 Respon Warga Binaan...11

2.2 Pengertian Lanjut Usia...11

2.2.1 Lanjut Usia... 11

2.2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Untuk Lansia... 12

2.3 Kesehteraan Sosial... 12

2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 12

2.3.2 Prinsip Pelayanan Kesejahteraan Sosial... 14

(9)

2.4 Kerangka Pemikiran... 25

2.6 Definisi Konsep Dan Definisi Operasional... 27

2.6.1 Definisi Konsep... 27

2.6.2 Definisi Operasional... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...29

3.2 Lokasi Penelitian... 29

3.3 Populasi Dan Sample... 29

3.3.1 Populasi... 29

3.3.2 Sample... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 30

3.5 Teknik Analisa Data... 31

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Berdiri UPTD Dharma Asih... 33

4.1.1 Visi Dan Misi... 34

4.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi... 34

4.2 Tujuan UPTD Dharma Asih... 35

4.2.1 Program UPTD Dharma Asih... 35

4.2.2 Upaya Yang Telah Dilaksanakan atau dicapai UPTD Dharma Asih... 36

4.2.3 Kegiatan Yang Dilakukan di UPTD Dharma Asih. 37

(10)

BAB V ABALISA DATA

5.1 Identitas Responden... 42

5.2 Respon Warga Binaan Terhadap Prgogram Kesejahteraan Di Hari Tua... 47

5.2.1 Persepsi... 48

5.2.2 Sikap... 50

5.2.3 Partisipasi... 54

5.3 Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 55

5.3.1 Persepsi Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 56

5.3.2 Sikap Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 58

5.3.3 Partisipasi Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai ... 60

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 64

6.2 Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana UPTD Dharma Asih Binjai ...39

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...42

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...43

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa...44

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...45

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak...46

Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan lamanya menerima program kesejahteraan di hari tua ...47

Tabel 5.7 Distribusi Responden mendapatkan informasi tentang program kesejahteraan di hari tua ...48

Tabel 5.8 Pemahaman Responden Tentang arti Program Kesejahteraan Di Hari Tua...49

Tabel 5.9 Distribusi Responden Terhadap program yang di berikan UPTD Dharma Asih apakah dapat membuat hidup lansia lebih baik ... 51

Tabel 5.10 Tanggapan Responden tentang pelayanan yang di berikan UPTD sebagai pelaksana program... 53

Tabel 5.11 persesi warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 57

(12)

Tabel 5.13 Partisipasi warga binaan trhadap program kesejahteraan di hari tua

oleh UPTD Dharma Asih Binjai...61

Tabel 6 Penskoran Respon Warga Binaan tehadap Program Kesejahteraan Di Hari

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hertati Simanjuntak

NIM : 060902017

ABSTRAK

RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 79 halaman, 17 tabel, 5 lampiran)

Lanjut usia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya secara wajar atau dengan baik. Tanpa harus membebani, melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya. Banyak lansia yang dimasukkan ke berbagai panti jompo karena keadaan keluarga yang tidak mampu mengurus orangtua lagi dengan baik. Faktor ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian keluarga terhadap orangtua mereka, mereka merasa orangtua sebagai beban dalam keluarga mereka. Namun ada juga karena faktor ekonomi. Tetapi ada juga orangtua yang memilih untuk bisa bergabung dengan jompo-jompo yang lain karena mereka tidak ingin menyusahkan keluarga mereka. Seperti UPTD Dharma asih Binjai yang menampung para lansia dan mensejahterahkan lansia pada hari tuanya menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di Dharma Asih Binjai, sebagai warga binaan UPTD dengan mengangkat judul Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskritip dengan analisa data kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai. Respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 lansia. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Penerikan sample Non Random secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 40 lansia. Adalah Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon warga binaan di Dharma Asih Binjai terhadap program kesejahteraan di hari tua adalah positif. Hal ini dapat di lihat dari pengetahuan para lansia tentang keberadaan dan tujuan program baik tentang infornasi yang diberikan staff yang bersangkutan, perencanaan program dan kelanjutan program. Kemudian dalam hal partisipasi, lansia sebagai penerima program mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD Dharma asih, 75,00 % atau 30 lansia mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD. Meskipun demikian, lansia perlu diberi bimbingan dan pelatihan yang intensif tentang program-program kesejahteraan di hari tua agar para lansia betul-betul memahami tujuan daripada program dan nantinya para lansia bisa menikmati hari tuanya dan di akhir hidupnya.

(14)

UNIVERSITI OF NORT SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCES DAPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCES

NAME :HERTATI SIMANJUNTAK

REGISTER NUMBER :060902017

ABSTRACT

THE RESPOND TO WELFARE PROGRAM IN OLD AGE BY THE TECHNICAL SERVICE UNIT IMPLEMENTING DHARMA ASIH Binjai

(This Thesis consists of 6 chapter, 69 pages, 15 tables, 5 appendices)

Advanced age is a situation where one's inability to sustain life, or fairly well. Without having to burden, involving the family or the people around him. Many elderly people who entered into various nursing home because of family circumstances that are not able to properly take care of another parent. This factor caused by the lack of family attention to their parents, they feel their parents as a burden in their family. But there are also due to economic factors. But there are also parents who choose to join with other nursing homes, because they do not want to bother their families. Like Binjai UPTD Dharma compassion that accommodate the elderly and elderly in old age backdrop the author to conduct research in the Dharma Asih Binjai, as inmates UPTD by lifting the title of Citizen Response Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation the Dharma Asih.

This research in including in descrietif research by analizing qualitative data .analysis aims to determine how the response of Citizens Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation. The response can be seen from the perception, attitude and participation of inmates in the program. The population in this study is 160 elderly. To obtain the necessary data in this study, the researchers used a technique Non random sample is purposive sampling with total sample of 40 elderly.to get the data that is needed so in this recearcher using technic study of literature and study of fiidd by using observation, questionare, and interviewing.

(15)

participation, the elderly as recipients follow the guidance and training programs provided by the UPTD Dharma compassion, 75.00% or 30 elderly follow the guidance and training provided by the UPTD. Nevertheless, the elderly need to be given intensive guidance and training on welfare programs in the old days for the elderly really understand the purpose of the program and later the elderly can enjoy a day old and at the end of his life.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem

sosial kecil yang terdiri dari individu-individu yang berhubungan satu sama

lainnya dengan alasan kasih sayang dan ikatan yang kuat, loyalitas,

mengkompromikan keadaan rumah yang permanen yang terjadi dalam jangka

tahunan dan decade-dekade. (http/www.yakita.or.id/konseling

keluarga.html.diakses tanggal 20 April 2010 pukul 18.00 wib).

Kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantara pada masyarakat

besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu

masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak

di penuhi, seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan

terhadap yang muda dan yang tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan

hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial.

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, di samping agama,yang

secara resmi telah berkembang di semua masyarakat. keikutsertaan dalam

aktivitas keluarga mempunyai segi menarik lainnya, ialah bahwa meskipun tidak

di dukung oleh hukuman resmi yang biasanya mendukung bayak kewajiban

lainnya tetapi semua orang tetap mengambil bagian. umpamanya kita wajib ikut

(17)

pilihan kelaparan. Di samping itu, seperti yang sudah di katakannya sebelumnya,

keluarga itu merupakan dasar pembantu utama struktural sosial yang lebih luas,

dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada

eksistensinya. Peran tingkah laku yang di pelajari dalam keluarga merupakan

contoh atau prototif peran tingkah laku yang di perlukan pada segi-segi lainnya

dalam masyarakat. Isi proses permasyarakatan ialah tradisi kebudayaan

masyarakat itu sendiri, dengan meneruskannya pada generasi berikut dimana

keluarga berfungsi sebagai saluran penerusan yang tetap menghidupkan

kebudayaan itu (William, 1997:2 – 8)

Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ditetapkan pada tanggal 29 Mei 1996

dan terus diperingati setiap tahunnya. Melalui peringatan ini diharapkan dapat

memotivasi dan menggerakkan para lansia, keluarga, organisasi sosial,

masyarakat dan dunia usaha dalam meningkatkan kesejahteraan lansia dengan

mengembangkan jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial.

Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau

5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk

lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini

meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2

persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29

juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia

meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk

(18)

tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun

1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun.

Keadaan lansia di indonesia meningkat, indonesia adalah termasuk

negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured

population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%.

Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak

7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini

antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat

yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat

pengetahuan masyarakat yang kurang.

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa

konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era

of population ageing), karena pertumbuhan lansia di Indonesia akan lebih cepat

dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia diperkirakan mengalami aged

population boom pada dua dekade permulaan abad 21 ini. Hal tersebut perlu terus

diantisipasi karena akan membawa implikasi luas dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, dan negara. Karena itu, lansia perlu mendapatkan perhatian dalam

pembangunan nasional. Di sisi lain, lansia menjadi sumber daya manusia yang

mempunyai pengalaman luas. Yakni pengalaman dan kearifan yang dapat

(19)

Sistem nilai sosial budaya di Indonesia menempatkan lanjut usia sebagai

warga terhormat, baik di lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan

masyarakat. Hingga saat ini masih cukup banyak keluarga yang di dalamnya

terdapat tiga generasi (three generation in one roof). Namun pola tanggung jawab

sosial yang berakar pada budaya masyarakat Minangkabau, dalam pelaksanaan

yang seharusnya dilakukan di tengah keluarga sendiri, sekarang banyak dari

orangtua tersebut dimasukkan ke panti jompo. Kebanyakan anggota masyarakat

kelihatannya tidak lagi begitu memikirkan untuk bisa membantu dan menyantuni

orangtua dan mamak mereka yang yang sebagian besar sudah tidak mempunyai

sumber penghidupan lagi. Gejala ini dapat dipakai sebagai indikator untuk

menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial terhadap orangtua telah mengalami

pergeseran dikarenakan adanya faktor – faktor yang mempengaruhi, salah satunya

faktor ekonomi yang sangat mendasar. keuangan membuat sebagian orang lupa

untuk mengurus orangtua mereka yang hanya menambahi beban mereka.

Konsekuensi dari meningkatnya para manusia lanjut usia (manula) setiap

tahunnya maka pelayanan terhadap para lanjut usia yang dilakukan oleh keluarga

dan masyarakat harus terus dilakukan sesuai dengan usaha-usaha kesejahteraan

sosial yang merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Demikian pula

tuntutan agama dan nilai luhur budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan

berkeluarga dan bermasyarakat, orangtua yang tergolong lanjut usia ditempatkan

pada posisi terhormat dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga. Generasi

muda dianjurkan untuk menghormati dan bertanggung jawab atas kesejahteraan

(20)

keluarga merupakan wahana yang tepat untuk pelayanan orang lanjut usia

terutama perempuan lanjut usia dalam keluarga karena keluarga mempunyai

kewajiban moril yang sangat luhur untuk tetap mengurus dan melayani orang

lanjut usia dalam lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun

psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan

adanya ketahanan fisik maupun psikis di lingkungan keluarga tersebut, baik yang

menyangkut kondisi fisik, ekonomi, sosial maupun kondisi psikisnya. Dengan

demikian lanjut usia yang ada dalam keluarga merasa aman dan nyaman. Lanjut

usia adalah orang/warganegara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang

berumur 60 tahun ke atas. Lanjut usia yang layak dilayani dalam keluarga, yakni

lanjut usia yang wajar menurut tahap perkembangan usianya dan minimal mampu

mengurus diri serta tidak memerlukan layanan khusus profesional.

Seperti halnya bila kita melihat suku bangsa Minangkabau merupakan

salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang menganut sistem keluarga

yang disebut matrilineal, artinya sistem keluarga yang berada di garis keturunan

ibu, dimana kekuasaan harta menjadi milik ibu. Peran dan tanggung jawab

keluarga matrilineal terhadap orangtua yang telah lanjut usia berada di tangan

keluarga ibu, yaitu mamak (adik ibu laki-laki) dan keluarga luas ibu. Bagi

keluarga dan masyarakat Minangkabau dan hidup dalam sistem kekerabatan

keluarga luas, secara ideal budaya jaminan sosial bagi orang lanjut usia terutama

(21)

Berbeda dengan suku batak toba yang menganut sistem keluarga

partilineal, yang artinya sistem keluarga yang berada digaris keturunan ayah,

dimana kekuasaan harta menjadi milik ayah yang akan diwariskan kepada anak

laki-laki. Peran dan tanggung jawab keluarga patrilineal terhadap orang tua yang

telah lanjut usia berada dibawah tanggung jaawab anak-anaknya terutama anak

laki-laki. Bagi suku batak Toba memandang bahwa orang tua adalah kehormatan

bagi keluarga sehingga sangat dipantangkan apabila orang tua berada dipanti

jompo.(http//batavia.co.id berita kesejahteraan para lanjut usia. Diakses tanggal

3 Juni 2010 pukul 16.00wib)

Di zaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin

renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh

waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan

orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang

tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua.

Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan

banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya

yang dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat

individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk

merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melihat lebih dalam tentang kondisi lansia yang ada dipanti jompo yaitu salah

(22)

salah satu panti sosial yang merupakan lembaga di bawah naungan Dinas Sosial

Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam

pembinaan sosialisasi dan pengasuhan lansia.

Dengan melihat respon dapat diketahui bagaimana sebenarnya tanggapan

dan sikap para lansia tersebut terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh

UPTD Dharma Asih Binjai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan ”Bagaimana Respon Warga Binaan terhadap program

kesejahteraan di hari tua oleh unit pelaksana teknis dinas Dharma asih

binjai”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana respon warga binaan terhadap program

kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan melihat

persepsi (pemahaman), tanggapan, sikap dan partisipasi warga binaan

terhadap program tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak – pihak pelaksana

(23)

mengetahui bagaimana respon warga binaan terhadap program yang telah

dilaksanakan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat

program yang sesuai dan benar – benar dibutuhkan oleh warga binaaan.

2. Sebagai refrensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

Penelitian, serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi

konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe Penelitian, lokasi Penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya UPTD Darma

asih binjai dan , struktur organisasi, dan gambaran umum lokasi

(24)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

Penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2 .1 Respon Warga Binaan

Warga Binaan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

mendapat pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan

kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya. Untuk mengetahui

bagaimana warga binaan merespon program yang ada maka terlebih dahulu apa

itu respon.

Respon pada hekekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap

yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian

rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian

rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan

proksimal. Selain itu, menurut Daryl Beum respon juga dapat diartikan bahwa

merupakan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku kuat.

Respon diartikan bahwa suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud pada

pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak

serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Respon pada prosesnya

didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu.

Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon, tidak terlepas dari pembahasan

dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap

(26)

Respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kegurigaan dan

prasangka, pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan

keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui

bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

1. Pengaruh atau penolakan

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositipan atau kenegatifan suatu objek psikologi

5. Pengaruh atau penolakan

6. Penilaian

7. Suka atau tidak suka

Menurut Scheereer, respon adalah proses pengorganisasian rangsang

dimana rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal Perubahan sikap dapat

menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap

objek-objek tertentu,seperi perubahan lingkungan atau situasi lain.sikap yang

muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan

suatu objek,seseorang disebut mempunyai respon negative apabila informasi yang

didengar atau prubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya

malah menghindari dan membenci objek tertentu.

Terdapat dua jenis variabel yan gmempengaruhi respon yaitu:

1. Variabel struktural yakni fakor-faktor yang terkandung dalm rangsangan

(27)

2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si

pengamat,misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu

(Curthefield dalam wirawan,1995:47).

Orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi –

informasi. Unit –unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal

dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat di

gunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses

yang berlangsung secara rutin inilah yang di sebut hunt sebagai suatu respon.

Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga di sebut

sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah

laku sosial dan sikap. Yang artinya disini adalah kecenderungan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami rangsangan tertentu.

Sikap ini biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai –nilai dan semua hal

yang terdapat di sekitar manusia.

2.2. LANJUT USIA

2.2.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh )

tahun ke atas. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan

sosial, bimbingan, konseling, bantuan, santunan dan perawatan yang dilakukan

secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim

(28)

suatu lembaga tertentu (panti) sedangkan luar panti (non panti) merupakan bentuk

pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu (panti)

misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.

Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan,

yang dilaksanakan oleh lembaga baik formal maupun informal. Perlindungan

sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan

pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati

taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan

menggunakan pelayanan dan sumber-sumber yang seharusnya diperoleh

seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok

yang dilaksakan antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti

2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti

3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia

4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

Undang –undang lanjut usia (http:www.depsos.go.id. pelayanan kesejahteraan

sosial.diakses pada tanggal 20 juni 2010 pukul 19.00 wib)

2.2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Untuk Lanjut Usia

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan

kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang

(29)

masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai

kebajikan, kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh

generasi penerus dalam pembangunan nasional. Seiring dengan kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan

dalam masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan hidup.

2.3 KESEJAHTERAAN SOSIAL

2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang no 11tahun 2009,kesejahteraan sosial dalah

terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual dan sosial warga negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya.

Sedangkan menurut Walter A.Friedlander, ”kesejahteraan sosial adalah

suatu sistem yang terorganisasi dari pada pelayanan sosial dan lembaga, yang

bermaksud untuk membantu individu dan kelompok agar mencapai standar

kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan

dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan

dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan keluarga

maupun masyarakat.

Usaha –usaha kesejahteraan sosial merupakan kewajiban bagi pemerintah

dan masyarakat, tugas pemerintah lebih menitikberatkan pada penetapan

kebijaksaanan dan stabilisator dalam pelaksanaannya sesuai dengan pasal 4 UU

(30)

a. Bantuan sosial kepada warga negara baik secara perorangan maupun

dalam kelompok yang mengalami kehilangan peranan sosia maupun

alamiah atau peristiwa- peristiwa lainnya.

b. Pemeliharaan kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan jaminan

sosial

c. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial termasuk di dalamnya

penyaluran di dalam masyarakat, kepada warga negara baik

perorangan maupun kelompok yang terganggu kemampuannya untuk

mempertahankan hidup yang terlantar.

d. Pengembangan dan penyuluhan sosial untuk meningkatkan

peradapan, perikemanusiaan dan kegotongroyongan,

(www.depsos.go.id/UU.kessosNo112009.diakses7 juli2010/18wib.

Berdasarkan definisi diatas maka kesejahteraan sosial adalah suatu tata

kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh

rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, sistem yang

terorganisir dari pada pelayanan sosial yang bermaksud individu dan kelompok

agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan. Tujuan ini

dicapai secara seksama melalui teknik dan metode untuk memungkinkan

individu, kelompok maupun komunitas memenuhi kebutuhan dan memecahkan

masalah penyesuaian diri mereka terhadap pola-pola masyrakat, serta melalui

tindakan kerjasama untuk memperbaikai kondisi ekonomi dan sosial

Macam-macam pelayanan kesejahteraan sosial adalah:

(31)

2 Pelayanan keluarga dan anak.

3 Pelayanan kepada orang-orang miskin yang mendapatkan hambatan

sosial dan yang dilanda bencana .

4 Pelayanan yang berhubungan dengan pelayanan-pelayanan sosial yang

telah ada.

2.3.2 Prisip Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi

PBB NO. 46/1991 tentang principles for Older Person (Prinsip-prinsip bagi lanjut

usia) yang pada dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia

yang meliputi kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat,

yaitu :

1. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut

usia.

2. Melaksanakan dan mewujutkan hak azasi lanjut usia.

3. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri.

4. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.

5. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga

dan masyarakat.

6. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan

dengan perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta

(32)

7. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar

dapat memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana

serta perlindungan sosial dan hukum.

8. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan

sarana dan prasarana dalam kehidupan keluarga, serta perlindungan sosial

dan hukum.

9. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana

pendidikan, budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat.

10. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat

dan kemampuan.

11. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk

berpartisipasi aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya. Kusus

untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan.

2.3.3 Peran Pekerja Sosial Dalam Pelayanan Lanjut Usia

Menurut Walter A Friedlander dalam Muhidin (1992: 7), Pekerjaan Sosial

adalah suatu pelayanan professional yang dilaksanakan pada ilmu pengetahuan

dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik

secara perseorangan maupun di dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan

etidaktergantungan secara pribadi dan sosial.

Pekerjaan sosial berusaha untuk membantu individu, kelompok dan

masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang

setinggi-tingginya. Permasalahan dalam bidang pekerjaan sosial erat kaitannya

(33)

peranannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu, usaha-usaha

untuk memberikan pelayanan sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung,

juga diarahkan untuk membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam

menjalankan fungsi sosialnya.

Seorang pekerja sosial, mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah

laku manusia serta lingkungan sosialnya atau kondisi dimana manusia itu hidup.

Menurut pandangan Zastrow, setidaknya ada beberapa peran yang biasa dilakukan

oleh pekerja sosial, yaitu:

1. Enabler

Sebagai enabler seorang pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat

mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka dan

mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka

hadapi secara lebih efektif.

2. Broker

Peranan sebagai broker yaitu berperan dalam menghubungkan individu

ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun

layanan masyarakat (community services) tetapi tidak tahu dimana dan bagaimana

mendapatkan bantuan tersebut. Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran

sebagai mediator yang menghubungkan pihak yang satu dengan pemilik sumber

daya.

(34)

Sebagai expert (tenaga ahli), ia lebih banyak memberikan saran dan

dukungan informasi dalam berbagai area. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat

memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa

dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja

yang harus terwakili. Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang dia

berikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, tetapi usulan dan saran

tersebut lebih merupakan masukan gagasan untuk bahan pertimbangan

masyarakat ataupun organisasi dalam masyarakat tersebut.

4. Social Planner

Seorang social planner mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang

terdapat dalam masyarakat tersebut, menganalisanya dan menyajikan alternatif

tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana

sosial mengembangkan programnya, mencoba mencari alternatif sumber

pendanaan dan mengembangkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai

berbagai minat ataupun kepentingan.

Peran expert dan social planner saling tumpang tindih. Seorang expert lebih

memfokuskan pada pemberian usulan dan saran, sedangkan social planner lebih

memfokuskan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan

pengimplementasian peranan.

5. Advocate

Peran sebagai advocate dalam pengorganisasian masyarakat dicangkok dari

profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah, dimana

(35)

masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi

yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak

memperdulikan.

6. Activist

Sebagai activist, seorang community worker melakukan perubahan

institusional yang lebih mendasar dan seringkali tujuannya adalah pengalihan

sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang kurang mendapatkan

keuntungan. Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti

ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku, ketidakadilan dan perampasan hak.

Seorang activist biasanya mencoba menstimulasikan kelompok-kelompok yang

kurang diuntungkan tersebut untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan

melawan struktur kekuasaan yang ada.

7. Educator

Dalam menjalankan peran sebagai edukator (pendidik), pekerja sosial

diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja

sosial harus mampu berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi

mengenai beberapa hal tertentu, sesuai dengan bidang yang ditanganinya.

Dalam pelayanan sosial anak, umumnya peran pekerja sosial adalah sebagai

enabler dimana mereka membantu anak agar dapat mengidentifikasikan masalah

mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah

secara efektif, disamping itu juga sebagai educator (pendidik) yang diharapkan

(36)

Tugas seorang pekerja sosial pada seting pelayanan sosial bagi lansia tidak

semudah yang kita bayangkan. Oleh karena itu tidak semua orang bisa

melakukannya. Pekerja sosial yang diharapkan adalah seorang pekerja sosial yang

profesional, yakni pekerja sosial yang menguasai kerangka pengetahuan (body of

knowledge) baik dalam bidang pekerjaan sosial secara umum maupun

pengetahuan tentang lanjut usia secara khusus.

pengetahuan-pegetahuan yang harus dimiliki oleh Pekerja Sosial, meliputi:

1. Human Development and Behaviour, pengetahun ini menekankan pada cara

individu secara keseluruhan dan melihat pengaruh orang lain dan lingkungan

terhadap manusia, kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan.

2. Psikologi, dimana individu dapat memperoleh pertolongan dari orang lain dan

sumber-sumber diluar dirinya.

3. Cara-cara bagaimana orang berkomunikasi dengan orang lain dan bagaimana

mengekspresikan semua perasaan, baik melalui perkataan maupun melalui

perbuatan.

4. Proses kelompok dan pengaruh kelompok terhadap individu maupun individu

lain didalam kelompok.

5. Pemahaman dan pengaruh interaksi antara individu, kelompok dan masyarakat

dengan kebudayaan-kebudayaan, yang meliputi keagamaan, kepercauyaan,

nila-nilai spiritual, hukum dan lembaga-lembaga sosial yang lain.

6. Relationship, yaitu proses interaksi antar individu, antara individu dengan

(37)

7. Komuniti, yang meliputi proses internal (proses di dalam komuniti),

model-model pengembangan dan perubahan komuniti, pelayanan sosial dan

sumber-sumber yang ada dalam komuniti.

8. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-metode pekerjaan sosial.

9. Diri pekera sosial sendiri (self), dimana pekerja sosial dapat mempunyai

kesadaran dan tangggung jawab terhadap emosi dan sikap sebagai seorang

profesional. Memaham tentang tugas perkembangan serta karakterisitik lansia,

masalah-masalah yang sering dihadapi oleh lansia serta kebutuhannya.

Dari aspek pengetahuan (body of knowledge) bisa dilihat bahwa banyak hal

yang harus dipahami dan diketahui oleh seorang pekerja sosial yang profesional,

sebab menghadapi individu (lansia) dengan karaktek yang unik dengan sistem

panti harus mampu menjalankan fungsi-fungsi pekerjaan sosial baik dalam fungsi

pencegahan (preventif), fungsi rehabilitatif, maupun fungsi pendukung (support)

dan fungsi pengembangan (developmental). Dibekali dengan kerangka nilai (body

of value), seorang pekerja sosial profesional yang ada didalam PSTW harus

paham dan mengindahkan segala nilai-nilai pekerjaan sosial, kode etik pekerjaan

sosial, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai yang berlaku dan dipegang oleh klien.

Serta mengindahkan berbagai prinsip-prinsip pelayanan bagi lansia yang

tertuang dalam Standarisasi Pelayanan Lansia dalam PSTW seperti Prinsip:

Destigmatisasi (tidak mengstigma atau menghakimi), deisolasi (tidak

mengucilkan), desensitiasi (menjaga perasaan lansia yang kadang sensitif),

dedramatisasi (tidak membesar-besarkan masalah), pemenuhan kebutuhan secara

(38)

berlebihan), pelayanan yang cepat dan tepat, pelayanan yang efektif dan efisien,

pelayanan yang akuntabel.

Seorang pekerja sosial barulah bisa dikatakan profesional apabila menguasai

berbagai jenis keterampilan dalam bidang pekerjaan sosial. Keterampilan tersebut

dalam bentuk kemampuan teknis dalam mengoperasikan salah satu atau lebih

metode-motode pekerjaan sosial (Case work, group work, dan co/cd) serta paham

penerapannya sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.

Elemen keterampilan di dalam praktek pekerjaan sosial mempunyai dua

keistimewaan, yaitu:

1. Untuk menyeleksi metoda atau beberapa metoda guna menentukan apakah

metoda tersebut dapat dipergunakan atau tidak.

2. Bagaimana cara menggunakan metoda tersebut. Profesi pekerjaan sosial

bukanlah sebatas pekerjaan amal (charity a work) ataupun pekerjaan yang

sebatas dorongan kemanusiaan dan rasa iba (philantropy a work), tapi

betul-betul sebuah profesi yang membutuhkan pemahaman secara konseptual, nilai

serta keterampilan dalam kerja secara oprasional menolong klien.

Lansia dalam nomenklatur berdasarkan kebijakan operasional Departemen

Sosial adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas baik yang potensial maupun

yang tidak potensial. WHO membagi lansia kedalam beberapa kelompok

bedasarkan tingkatan usia, yakni: Usia pertengahan (middle age): antara 54-59

tahun, Lanjut Usia: antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90

tahun. secara psikologis mereka adalah fase usia yang memiliki kebutuhan dan

(39)

Secara umum adalah seperti itu, secara indvidual pun mereka memiliki

keunikan artinya sekalipun mereka sama-sama lansia tapi mereka pasti memiliki

karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu seorang pekerja sosial selain harus

paham mengenai karakterisitik serta tugas perkembangan dan kebutuhan lansia

secara umum juga perlu melakukan kajian secara individual dari kelayannya.

mengemukakan bahwa pekerja sosial di dalam memecahkan masalah klien, perlu

mengetahui sedetail atau sebanyak mungkin infromasi mengenai:

1. Apasajakah kekhususan pribadi dan permasalahan yang dialami oleh klien

(keunikan klien dan masalahnya.

2. Latar belakang klien, seperti umur, kehidupan masa kanak-kanak hingga

sekarang, relasinya dengan keluarga, pengaruh sekolah dan pekerjaan, kontak

dengan badan sosial, serta kesehatannya secara umum.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masalah klien, seperti finansial,

tekanan teman, hubungan dengan sekolah dan pekerjaan, tekanan keluarga,

faktor rasial dan etnik, relasinya dengan teman, tujuan hidup, minat dan

kegiatan yang dilakukan.

4. Persepsi dan pendefenisian klien terhadap masalah yang dialaminya.

5. Nilai dan moral yang mempengaruhi masalah.

6. Kekuatan-kekuatan klien yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan

masalah.

7. Motivasi klien untuk memperbaiki hidup dan memecahkan masalah.

8. Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan strategi penyembuhan yang

(40)

Perlu disadari oleh seorang pekerja sosial bahwa proses lansia dan

masalah-masalah yang menyertainya seperti kesepian, kurang pendengaran dan

penglihatan, lemah secara fisik, ialah sebuah proses alamiah yang suatu saat setiap

orang akan mengalami jika tidak meninggal diusia muda. Oleh karena itu seorang

pekerja sosial harus bisa memberikan pengertian kepada klien, agar bisa

menerima segala kemunduran yang terjadi pada dirinya. Secara psikologis lansia

kadangkala mengalami masalah psikis, apalagi mereka yang tinggal dipanti dan

hidup bersama dengan lansia lain yang memiliki latar belakang keluarga, suku,

yang berbeda.

Benturan-benturan dan resiko terjadinya kesalahpahaman diantara mereka

mudah sekali terjadi. Konflik diantara kelayan bisa saja terjadi karena dua faktor:

1. Faktor Intern (kondisi psikologik) klien yang tidak stabil. Klien mengalami

banyak masalah dan pikiran. Masalah tersebut bisa berasal dari masa lalu yang

kurang menyenangkan, atau berasal dari hubungan dengan anggota kelaurga

yang kurang harmonis. Selain konflik kondisi ini bisa pula memicu perilaku

klien yang maladaptif, cepat marah dan tersinggung, suka murung dan sedih,

tidak bergairah serta menarik diri dari pergaulan atau malas terlibat dalam

kegiatan-kegiatan yang ada dalam panti.

2. Faktor ekstern (kondisi sosial) yang tidak harmonis, terkondisikan budaya

saling mencurigai, tidak saling menghormati, tidak adanya budaya tolong

menolong, serta mementingkan diri sendiri, serta peran pekerja sosial yang

kurang dalam pembinaan, bahkan bisa jadi pekerja sosial yang tidak paham

serta tidak menghayati nilai-nilai, prinsip-prinsip pekerjaan sosial bisa jadi

(41)

Pekerja sosial harus bisa memainkan peran yang strategis dalam pemenuhan

kebutuhan secara psikologik, dalam berbagai bentuk kegiatan intervensi yang

bertujuan, terencana, dan terstruktur dengan baik. Tehnik-tehnik yang paling

memungkinkan adalah tehnik konseling, tehnik percakapan sosial (dalam group

work) serta kegiatan mengorganisir klien dalam berbagai bentuk

kegiatan-kegiatan sosial (Social activity) seperti, kelompok pengajian, kelompok olah-raga,

kelompok pemelihara bunga, kelompok bantu diri (self-help group).

Pekerja sosial dengan menggunakan metode bimbingan sosial kelompok

dapat menfasilitasi terciptanyaa kelompok percakapan sosial yang membahas

berbagai hal-hal positif dan berhubungan dengan kehidupan para lansia, metode

ini sangat efektif digunakan dalam rangka mengurangi kejenuhan klien dalam

panti, serta membantu mereka memahami berbagai hal yang berkaitan dengan

kehidupannya, mereka dapat berbagai pengalaman serta bisa mengekspresikan

perasaan serta ide-ide dalam forum kelompok secara bebas. Mereka akan merasa

berharga dan bermatabat jika ide-ide serta pengalaman yang mereka miliki mau

didengarkan oleh orang lain.

Konflik-konflik ataupun terjadinya perdebatan dalam kelompok dapat

dinetralisir oleh pekerja sosial, yang berperan sebagai fasilitator dalam

mengarahkan percakapan dalam kelompok. Lansia sebagai indvidu yang telah

banyak mengecap pengalaman hidup, cenderung untuk tidak mau didikte, tapi

mereka biasanya punya ide-ide yang butuh didengarkan, maka mereka bisa

diorganisir dalam suatu kelompok klien dengan latar belakang masalah/kebutuhan

(42)

masalahnya secara tepat berdasarkan pemikiran mereka sendiri, hanya saja peran

pekerja sosial harus tetap ada sebatas fasilitator.

Oleh karena itu peran pekerja sosial sebagai fasilitator yang netral, tidak

memihak dan mampu mengarahkan kelompok pada pencapaian kesepakatan harus

terus diasah. Baik kelompok percakapan sosial maupun kelompok pemecahan

masalah dapat menjadi media katarsis bagi klien, yakni tempat dimana klien dapat

melepaskan semua energi-energi negatif (rasa bersalah, rasa marah, perasaan

dikucilkan, perasaan tidak dihargai) dengan cara-cara yang postif. Pekerja sosial

dapat mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan (rasa marah, tidak

setuju, kejenuhan) secara tepat dan positif, pekerja sosial dapat mengajarkan

bagaimana mengungkapkan dan menyampaikan ide-ide dalam forum kelompok

yang mana individunya memiliki perasaan serta ide-ide yang tidak seragam.

Forum ini dapat dimanfaatkan oleh Pekerja sosial sebagai media pembelajaran

agar klien bisa memahami keunikan, keragaman, serta adanya perbedaaan paham,

ide, gagasan, sikap maupun perilaku diantara masing-masing individu.

Masyarakat lewat tangan pekerja sosial harus bisa dilibatkan berpartisipasi)

dalam membantu klien yang tinggal di panti. Adanya kunjungan secara berkala

dan kontinyu dari anggota masyarakat tertentu dan membina hubungan

kekeluargaan dengan klien didalam panti tentunya sangat baik dan positif

terhadap kebahagiaan klien. Selain kunjungan secara berkala mereka juga dapat

tetap berhubungan dan berkomunikasi secara tidak langsung lewat berbagai

sarana komunikasi seperti, surat-menyurat, telepon, sms dan sebagainya.

(43)

klien untuk terjaminnya rasa kasih sayang dan rasa berharga dalam menghadapi

masa-masa tuanya.

Mitos-mitos hanya akan membuat lansia semakin menderita dalam panti

tidak sebatas pelayanan fisik (pemakanan dan pengasramaan) bimbingan psikis,

sosial dan keterampilan adalah bagian integral dari sebuah pelayanan yang

komprehensif dalam panti. Mesti ada senergitas pemahaman baik antara pekerja

sosial, kepala panti maupun kepala kepala seksi yang ada dipanti mengenai

bentuk pelayanan yang komprehensif. Minimnya pemahaman (aspek kognitif)

pengambil kebijakan di dalam panti tentang kebutuhan para lansia menjadi

kendala utama dalam merealiasasikannya. Minimnya fasilitas serta dana yang

disediakan, sehingga untuk melaksanakan home visitpun susah dilaksanakan

apalagi untuk menggali sumber-sumber yang ada di

masyarakat.(suharto2007:112)

2.4 Kerangka Pemikiran

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga anggota

masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya. Sejalan dengan peningkatan usia

harapan hidup, terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di

perkotaan dan di perdesaan. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan

masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak

potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar, Salah

satu program tersebut adalah dengan penampungan di Unit Pelaksanaan Teknis

(44)

UPTD Dharma Asih binjai mempunyai tugas membantu Dinas Sosial dalam

pembinaan, sosialisasi dan pengasuhan lansia. Dalam hal ini UPTD Dharma Asih

dalam menjalankan program kesejahteraan di hari tua para lansia. Sosialisasi

program dan kegiatan Panti atau Organisasi sosial bagi lanjut usia penerima

pelayanan, keluarga dan masyarakat

Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran

UPTD Dharma Asih Binjai

Persepsi :

1. PemahamanWarga binaan terhadap program.

2. Pandangan warga binaan tentang tujuan dan manfaat program.

Sikap: 1. Penilaian warga binaan

terhadap program

2. Penolakan atau penerimaan warga binaan terhadap program.

Partisipasi:

1. Frekuensi, keterlibatan dalam merespon program

2. Pemanfaatan warga

binaan terhadap program

Respon Positif Respon Negatif

Program Kesejahteraan Lansia : 1. Bimbingan kesehatan 2. Bimbingan rohani 3. Bimbingan Sosial

4. Ketrampilan pertanian

(45)

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.5.1 Defenisi konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak kejadian, keadaan kelompok atau idividu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 33). Defenisi konsep bertujuan untuk

merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi

tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat

mengaburkan tujuan penelitian.

1. Respon adalah suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang

merupakan wujudnya dari persepsi ,sikap dan partisipasi masyarakat terhadap

suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman,penilaian suka atau

tidak suka serta kerlibatan terhadap objek.

2. Program kesejahteraan dihari tua adalah program yang dikhususkan kepada

lanjut usia,agar mereka mendapat pelayanan yang lebih baik di hari

tuanya.mendapatkan perlindungan dan fasilitas yang bisa dimanfaatkan tanpa

harus bergantung kepada keluarga dan juga kepada orang lain

3. Lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas baik yang potensial

maupun yang tidak potensial.

4. UPTD adalah unit pelaksana teknis dinas yang berada dibawah naungan

provinsi sumatera utara yang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam

(46)

2.5.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 33). Untuk mengukur

variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan

diteliti yang dilihat dari keberhasilan program dan tujuan dari Unit Pelaksana

Teknis Daerah Dharma Asih Binjai adalah sebgai berikut:

1. Persepsi atau pemahaman warga binaan mengenai program kesejahteraan di

hari tua melalui :

a. Pengetahuan/pengertian warga binaan tentang keberadaan program

kesejahteraan di hari tua.

b. Pemahaman warga binaan tentang apa tujuan dan sasaran UPTD Dharma

Asih Binjai

c. Pemahaman tentang proses pelaksanaan program

d. Pemahaman warga bianaan tentang manfaat program kesejahteraan di hari

tua

2. Sikap warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua diamati dari :

a. Penilaian warga binaan terhdap progarm kesejahteraan di hari tua

b. Suka atau tudak suka warga binaan terhadap program UPTD Dharma Asih

Binjai

3. Partisipasi masyarakat terhadap program UPTD Dharma Asih Binjai

a. Keterlibataan warga binaan dalam program kesejahterann di hari tua

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong penelitian

deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, dan

lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana

adanya (Nawawi, 1991:67).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Dharma Asih Binjai yang

berkedudukan di jalan Perintis Kemerdekaan No. 2 Cengkeh Turi Binjai,

sekaligus merupakan rumah asuh. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah

karena merupakan salah satu lembaga pemerintah (tresna wherda) yang

memberikan program bagi lanjut usia, serta berperan dalam peningkatan

kesejahteraan di hari tua warga binaan tersebut.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi, (Arikunto 2006:130). Dari pengertian tersebut

(48)

3.3.2. Sampel

Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti (Arikunto,2006:134). Dalam penelitian ini besar sampel yang ditentukan

sesuai pendapat Arikunto, menyatakan jika jumlah populasi lebih dari 100 maka

diambil sampel sejumlah 10-15% atau 20-25% dari populasi. Di mana sampel

dalam penelitian ini adalah warga binaan Dharma Asih Binjai berjumlah 160

orang dan yang di jadikan sampel sebayak 25%dari populasi yaitu 40 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka peneliti

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut

masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat

kabar, tulisan yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti. Studi

lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun

langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk

mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

(49)

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap

muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang

diperlukan.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan

menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Menggambarkan, menjelaskan, dan memberikan komentar dengan

menggunakan tabel.

Pemberian skor pada skala likert:

a. Pengkordingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban – jawaban menurut

macamnya;

b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah

dianalisis serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakakan

dalam penelitian;

c. Tabulasi, yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban

dan skor dari masalah yang diteliti.

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka

(50)

i = interval kelas

H = nilai tertinggi

L = nilai terendah

K = bayak kelas

Negatif Netral Positif

-1 0,66 -1,33 0 0,33 0,66

Maka dapat ditentukan kategori persepsi, sikap dan partisipasi adalah

positif dan negatif dengan daya batasan nilai yang telah diperoleh sebagai berikut :

Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 =negatif

Respon dengan nilai -0,33 samapi dengan 0,33 = netral

(51)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Berdirinya UPTD Dharma Asih

Jumlah lanjut usia di indonesia pada umumnya makin meningkat sejalan

dengan meningkatnya jumlah penduduk.demikian juga semakin baiknya derajat

kehidupan dan penghidupan yang diakibatkan berhasilnya pembangunan di segala

bidang sehingga secara tidak langsung mengakibatkan meningkatnya usia

harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian pada gilirannya jumlah para

lanjut usia akan meningkat pula. Sesuai dengan budaya masyarakat pada

umumnya para lanjut usia menikmati hari tuanya dilingkungan keluarga akan

tetapi karena sesuatu sebab maka mereka tidak mungkin tinggal dilingkungan

keluarganya. Untuk itu dalam hal ini dibutuhkan suatu lembaga kesejahteraan

sosial yang dapat menampung lanjut usia yang manyandang masalah tersebut.

Melalui dasar hukum juga yaitu:

1. Surat keputusan menteri sosial RI. Nomor 07/HUK/KEP/II/84 tentang pola

dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

2. Keputusan menteri sosial RI.Nomor 41/HUK/KEP XI/79 Tanggal 1

Nopember 1979 tentang kedudukan dab fungsi susunan organisasi , tugas

(52)

3. Keputusan menteri sosial RI. NO 32/HUK/KEP/V/82 tentang

(53)

4.1.2 VISI dan Misi

A. VISI UPTD Dharma Asih

Terwujudnya lansia sejahtera dan bahagia di hari tua.

B. MISI UPTD Dharma Asih.

1. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan

sandang.

2. Menumbuhkan sikap kemandirian, kesetaraan. kebersamaan dan

memberikan perlindungan kepada lanjut usia.

3. Meningkatkan hubungan yang harmonis antara sesama lansia, lansia

dengan pegawai dan lansia dengan masyarakat.

4.1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI

A. TUGAS POKOK

1. Melaksanakan observasi,identifikasi,seleksi,dan penerimaan calon klien

2. Melaksanakan konsultasi,pengungkapan dan pemahaman masalah serta

penyusunan rencana pelayanan rehabilitasi terhadap lanjut usia.

3. Melaksanakan penampungan, pengasramaan, perawatan dan penyediaan

bahan pangan bagi lanjut usia.

4. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu dan

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran
Tabel  5.1
Tabel 5.2 menggambarkan bahwa umur atau usia yang paling muda adalah
Tabel 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan efektivitas penanggulangan bencana serta kendala yang dialami oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(3) Kawasan perikanan tangkap di laut sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (2) huruf a diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan pesisir pantai utara, meliputi

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Peningkatan Fungsionalitas Perangkat Lunak

Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial. Penelitian Eker (2007) membuktikan bahwa komitmen

Temuan di atas didukung oleh penelitian Irmawati (2013) yang menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan penggunaan strategi inkuiri sosial dengan hasil

Melalui pembangunan Gedung Pemuda di Manado yang memiliki konsep kekinian dengan menerapkan tema Art And Destruction serta didukung oleh lokasi yang berada di dekat tempat

Tujuan utama daripada distribusi barang di UD Karya Baru adalah agar barang-barang yang dipesan oleh pelanggan dapat sampai secara cepat dan tepat sesuai dengan

Untuk membandingkan classification rate data kasus 1 dengan pendekatan dua algoritma FCM dan GGA-FCM dilakukan proses klasifikasi dari kluster yang diperoleh untuk beberapa