• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biografi Rakutta Sembiring Brahmana (1914-1964)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Biografi Rakutta Sembiring Brahmana (1914-1964)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BIOGRAFI RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

Eva Angelia Sembiring

060706040

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

BIOGRAFI RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

Eva Angelia Sembiring

060706040

Pembimbing

Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum

Nip 195707161985031003

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Lembaran Persetujuan Ujian Skripsi

BIOGRAFI RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA (1914-1964)

Yang diajukan oleh :

Nama : Eva Angelia Sembiring

Nim : 060706040

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing Tanggal

Dra. Wara Sinuhaji, M.Hum Nip 195707161985031003

Ketua Departemen Ilmu Sejarah Tanggal

Dra. Fitriaty Harahap, S.U Nip 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap, S.U

Nip 195406031983032001

(5)

Lembar Persembahan

Orang Tuaku Tercinta DaT sembIrInG

erIanI br sUrbaKTI

enGKaU berharGa DI maTaKU

Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah percikan kembang api,

Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan aku bisa menjadi terang dunia

Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah sutas senar

Tetapi Tuhan Yesus mengatakan hidupku memperindah petikan harpa

Dunia mengatakan bahwa aku hanyalah setetes embun yang tak berarti

Tetapi Tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa aku adalah aliran yang akan menyegarkan dahaga sesamaku

Dunia mengatakan aku hanyalah sehelai bulu

Tetapi Tuahn Yesus mengatakan bahwa aku seperti bulu pada sayap rajawali

Dunia mengatakan bawha aku hanyalah seorang pengemis

Tetapi Tuhan Yesus menjadikan aku seorang maharaja

Sebab Bagi Allah Tidak Ada Yang Mustahil.

(Lukas 1 : 37)

Untuk Kakak & Adik-adik ku Tersayang :

Ika Meyrini S (Nd Diva), Abdi Pranata S (Bp Bryan), Egi Elfionika S (Roku)

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur penulis ucapakan bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada kekuatan yang dapat penulis anadalkan selain kasih dan berkat dari Tuhan yang setia

menyertai dan menemani setiap kehidupan dalam penulis skripsi ini.

Adapun penulisan skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua

penulis yang terkasih, yaitu Dat Sembiring dan Eriani Br Surbakti, yang penuh dengan kasih mendukung baik dari segi moral maupun moril, membimbing dan mendoakan pembimbing selama ini. Begitu juga dengan penuh kasih penulis

persembahkan untuk saudara-saudari penulis yang terkasih yaitu, Ika Meyrini, Abdi Pranata dan Egi Elfionika . Terima kasih banyak buat kasih sayang kalian. Demikain

juga penuh rasa hormat penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara berserta staf dan pegawainya.

2. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah FS-USU dan Dra. Nurhabsyah M. Si selaku seketaris Departemen, yang telah

membantu penulis selama dalam masa perkulihan.

3. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini, yang telah memberikan semangat, dorongan, dan telah banyak

meluagkan waktu untuk membimbing penulis. Amarahnya bapak semangat bagi ku dalam menulis skripsi ini, dan semoga Tuhan akan memberikan

(7)

4. Pak Pertampilan Sembiring Brahmana, yang telah banyak memberikan

penulis inspirasi dalam menyelesiakan skripsi ini dan terkhusus buat keluarga besar Rakutta Sembiring Brahmana yang telah memberikan informasi kepada penulis.

5. Sahabat-sahabatku stambuk 06, seninia ku, Alda Risma, kar-kar, Derni, Idez , Er-er, Friyanti, Uci, Ica, Angie, Tur Wilson, Ones, B”Erik, B” Brat dan yang

terkhusus buat Sancai yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman Sepelayanan ku K”Rina, K”Les, K”Fida, Desy, B”Damen,

B”Dana B:Gendon, Lena, Nova, Wati, Wanda, K”Ros dan K” Ida. Terimakasih atas doa kalian semua.

7. Buat seseorang yang aku sayangi, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini. I Miss U.

Akhirnya unuk seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dari segi

materi dan moril dalam menyelesaikan pendidikan terkhusus selama penulisan skripsi ini, saya ucapkan banyak terimakasih. Semoga semua kebaikan yang penulis

dapatkan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2010

Penulis

(8)

ABSTRAK

Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting pada masa awal kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914. Awal kariernya dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya beliau menjabat sebagai Bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.

Tulisan ini membahas latar belakang sisi kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun kebijakan-kebijakan yang ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah.

Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, aktivitas politik selama menjabat sebagai pemimpin dan akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakini, metode kepustakaan (Library Research) dan metode lapangan (Field Research).

(9)

ABSTRAK

Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting pada masa awal kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914. Awal kariernya dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya beliau menjabat sebagai Bupati Tanah Karo pada tahun 1946. Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.

Tulisan ini membahas latar belakang sisi kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun kebijakan-kebijakan yang ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah.

Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, aktivitas politik selama menjabat sebagai pemimpin dan akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakini, metode kepustakaan (Library Research) dan metode lapangan (Field Research).

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang.

Kemajuan atau kemunduran suatu daerah atau wilayah tidak bisa terlepas dari figur seorang sosok pemimpinnya, karena melayani kepentingan rakyat yang

dipimpinnya adalah tujuan utama dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang berjuang untuk membawa rakyatnya keluar dari

keterpurukan. Usaha-usaha inilah yang kemudian dihargai masyarakat dan pemerintah. Salah satu cara untuk memberikan penghargaan tersebut adalah dengan mengabadikan nama pemimpin tersebut dalam nama gedung atau jalan.

Untuk memahami peranan para tokoh pemimpin di masa lalu saat ini sudah sangat sulit mengingat orang–orang yang hidup sezaman dengan mereka semakin

sedikit, karena sudah banyak yang meninggal dunia. Untuk itu perlu dicari cara lain untuk melihat seberapa besar peran dan perjuangan mereka di masa lalu melalui jejak–jejak yang mereka tinggalkan. Jejak–jejak ini dapat berupa tulisan maupun

keterangan-keterangan lisan dari orang yang mengenal tokoh tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung mengenai kehidupan para tokoh tersebut.

Dalam khasanah buku yang menceritakan kisah tentang seorang “tokoh”, paling tidak dikenal dalam tiga jenis. Pertama otoboigrafi, yang merupakan kisah perjalanan kehidupan seseorang yang ditulis sendiri oleh sang “tokoh”. Kedua

(11)

sekolah, kolega, atasan, bawahan, kerabat, maupun orang lain yang pernah

mengenalnya. Ketiga biografi, adalah kisah perjanalan kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain berdasarkan informasi dari si tokoh maupun nara sumber lain.1

Awal kariernya dimulai dengan mengikuti pelatihan sipil dan kemudian turut

serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah Indonesia merdeka beliau dipercayakan untuk menjadi salah satu pemimpin di wilayah Sumatera bagian Utara yaitu sebagai bupati di Tanah Karo. Pada awal beliau menjabat sebagai Bupati

Tanah Karo pada tahun 1946, beliau masih berusia 32 tahun. Usia yang sangat muda untuk dapat menjadi seorang bupati. Artinya Rakutta Sembiring Brahmana Penulis dalam tulisan ini menggunakan bentuk yang ketiga yaitu biografi, karena di

sini penulis bertugas sebagai penulis riwayat hidup seseorang.

Biografi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang bisa diberikan

kepada tokoh yang berperan penting di tengah-tengah masyarakat. Di samping itu, biografi mempermudahkan orang untuk mempelajari sejarah. Banyak orang sangat sulit bahkan tidak dapat mempelajari sejarah melalui tema-tema sejarah, akan tetapi

lebih mudah memasuki masa-masa yang silam melalui biografi.

Rakutta Sembiring merupakan salah satu tokoh penting pada masa awal

kemerdekaan Indonesia yang belum pernah dituliskan orang dalam bentuk biografi, memoar atau otobiografi. Hal ini dikarenakan oleh kekurangtahuan masyarakat luas akan tokoh-tokoh penting di masa lampau. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di

Tanah Karo tepatnya di Desa Limang pada tanggal 4 Agustus 1914.

1

(12)

mempunyai prestasi yang sangat cemerlang dalam kariernya, karena tidak semua

orang dapat memperoleh jabatan yang menjanjikan seperti itu dalam usia yang sangat muda.

Pada tahun 1954-1960 Rakutta Sembiring Brahmana dipindah tugaskan ke

daerah Asahan. Di Asahan beliau menjabat sebagai Bupati. Dan yang terakhir beliau menjabat sebagai Walikota Pematang Siantar 1960-1964. Walaupun Rakutta

Sembiring Brahmana bukan putra daerah tetapi dia bisa menjadi seorang pemimpin di daerah orang lain. Selama ia memimpin di tiga wilayah beliau telah memberikan sumbangsih yang sangat besar melalui kebijakan-kebijakan yang ia buat.

Penulisan biografi beliau dibuat untuk mencoba mengungkapkan sisi kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana, baik kehidupan pribadinya maupun

kebijakan-kebijakan yang ia lahirkan selama periode kepemimpinanya menjadi kepala daerah. Penelitian ini membahas mengenai biografi Rakutta Sembiring Brahmana pada periode 1914-1964. Periode 1914 sebagai periode awal dari

penelitian ini merupakan tahun kelahiran dari Rakutta Sembiring Brahmana, sedangkan tahun 1964 sebagai akhir dari penelitian ini karena tahun tersebut

merupakan tahun meninggalnya Rakutta Sembiring Brahmana. Atas dasar pemikiran di atas maka penelitian ini diberi judul “Biografi Rakutta Sembiring Brahmana

(1914-1964)”.

(13)

Masalah merupakan landasan awal dari sebuah penelitian. Dengan adanya

masalah maka sebuah penelitian memiliki orentasi, fokus dan sebuah kepastian dalam aktivitasnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai biografi Rakutta Sembiring Brahamana sejak tahun 1914 sampai dengan 1964.

Adapun pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana ?

2. Bagaimana kegiatan politik Rakutta Sembiring Brahmana pada masa ia menjabat sebagai Pemimpin ?

3. Bagaiamana masa akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. Menjelaskan latar belakang kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana dari

kecil hingga dewasa, pendidikannya dan pengalaman organisasi sosial politiknya.

2. Menjelaskan aktivitas politik Rakutta Sembiring Brahmana selama ia

menjabat sebagai pemimpin.

3. Menjelaskan bagaimana akhir hayat Rakutta Sembiring Brahmana.

(14)

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa

secara umum dan mahasiswa Ilmu Sejarah khususnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat Tanah Karo, Simalungun dan Asahan karena dengan

adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai salah satu tokoh pemimpin daerahnya di masa lalu.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam hal membuat kebijakan yang berhubungan dengan pemimpin-pemimpin yang berjasa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar pemerintah lebih

memahami mengenai peranan tokoh-tokoh yang pernah berjasa di republik ini, dengan demikian pemerintah lebih memperhatikan dan memberikan

penghargaan yang pantas terhadap tokoh tersebut.

1.4 Telaah Pustaka.

Dalam penulisan karya ilmiah memerlukan pembahasan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mendukung penelitian tersebut. Dalam hal ini

penulis memakai beberapa buku dari disiplin ilmu yang menurut penulis berkaitan langsung dengan permasalahan.

Definisi Biografi menurut Tridah Bangun dalam bukunya yang berjudul

Koran Karo-Karo Pejoang ’45 Multi Dimensi” adalah riwayat hidup seorang pejuang yang disebarluaskan kepada generasi penerus supaya kaum muda itu lebih

(15)

perang kemerdekaan 1945-1949.2

Dalam buku “Pemikiran Biografi dan Kesejarahan: suatu kumpulan prasaran pada berbagai lokakarya” biografi adalah salah satu cara atau usaha menghormati dan menghargai jasa-jasa seorang pahlawan dan tokoh perjuangan kemerdekaan dan

kejayaan Indonesia, ialah mengabdikan beliau itu dengan segala cita-cita dan gagasan-gagasan beliau, perjuangan dan jasa-jasa beliau dalam bentuk sebuah

penulisan riwayat hidup atau biografi.

Buku ini dapat dijadikan penulis sebagai sarana

perbandingan untuk menulis biografi Rakutta Sembiring Brahmana. Di samping itu juga, buku ini dapat dijadikan penulis sebagai sumber informasi karena buku ini juga mengisahkan mengenai kondisi Tanah Karo pada masa Jepang dan Kemerdekaan,

serta mengisahkan mengenai tokoh-tokoh pergerakan yang ada pada zaman itu salah satunya adalah Rakutta Sembiring Brahmana.

3

Menurut Charles J Keating dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya, mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk Penulisan dan buku-buku biografi pahlawan– pahlawan dan tokoh-tokoh nasional Indonesia juga dan terutama dimaksudkan untuk membina jiwa pahlawan dan memelihara kesegaran jiwa pahlawan di dada rakyat

Indonesia terutama generasi muda Indonesia dan mewujudkan cita–cita perjuangan para pahlawan dan tokoh nasional kita.

2

Tridah Bangun, Koran Karo-Karo Pejoang’45 Multi Dimensi, Medan: Tani Namura, 2002, hal. 1.

3

(16)

mencapai suatu tujuan bersama.4 Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut

tugas, gaya kepemimpinan dan faktor–faktor yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Tugas kepemimpinan ada dua yaitu Task Function dan Relation Function.5

Sedangkan menurut J Kaloh dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Daerah” arti kepemimpinan dibagi atas tiga. Pertama, kepemimpinan adalah

sesuatu yang melekat pada diri seseorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. Kedua, kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang terkait dengan kedudukan serta gaya atau

perilaku pemimpin itu sendiri. Dan yang ketiga, pemimpin itu sendiri adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan, dan s ituasi.6

Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah

1.6 Metode Penelitian.

7

4

Charles J Keating, Kepemimpinan Teori Dan Pengembangan (terj. A. M Mengunhardjana), Yogyakarta: Kansius, 1986, hal 9-10.

5Task Function yaitu pekerjaan yang harus diselesaikan dan Relation Function yaitu kekompakan orang-orang yang dipimpinnya.

6

Kaloh J, Kepemimpinan Kepala Daerah, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 5. 7 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994, hal. 94-97.

sangatlah penting. Sejumlah sistematika penelitian terangkum dalam metode sejarah setiap peneliti dalam merekontruksi objek masa lampau. Adapun prosedural dalam

(17)

kritik ekstern), tahap menginterpretasikan data dan tahap penulisan atau

historiografi.8

8

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta; UI Press, 1985, hal. 8-9.

Pada tahap pertama (Heuristik) merupakan tahap pencarian atau pengumpulan data menggunakan dua metode, yaitu pengumpulan data lewat penelitian kepusatakan

(library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan tujuan memperoleh data tertulis berupa buku, kitab-kitab, arsip atau

laporan sumber tertulis lainnya. Dengan telaah semacam ini penulis mendapat bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai perbandingan atau tolak ukur terhadap bahan-bahan yang diperoleh dilapangan. Pengumpulan data dengan penelitian lapangan dilakukan

melalui teknik wawancara terhadap beberapa informan khususnya informan yang berhubungan langsung dengan Rakutta Sembiring Brahmana ataupun masyarakat

yang terlibat langsung pada masa kepemimpinanya. Dalam hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran langsung ke daerah penelitian terutama Tanah Karo, Asahan, dan Pemantang Siantar.

Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua ialah tahap kritik sumber, untuk mendapatkan faktor kebenaran, keaslian data ataupun fakta yang diperoleh. Dalam

tahapan ini, penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah terkumpul untuk mencari dan mendapatkan keaslian sumber tersebut baik dari segi material maupun substansialnya. Crosscheck adalah satu hal yang dapat digunakan untuk

(18)

Setelah pengujian dan analisis data dilakukan, maka tahap ketiga adalah tahap

interpretasi.9

9

Interpretasi adalah tahap penafsiran atau menganalisa data-data yang diperoleh sehingga melahirkan suatu analisa baru yang sifatnya objektif dan ilmiah dari objek yang akan diteliti.

Dalam tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya dianalisa oleh penulis untuk menghasilkan sebuah sintesis dari objek yang penulis teliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang memuat tahap interpretasi menjadi

sangat vital.

Pada tahap terakhir (Historiografi) merupakan tahapan di mana sintesis yang

(19)

BAB II

KEHIDUPAN RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA

2.1 Masa Kecil Rakutta Sembiring Brahmana.

Rakutta Sembiring Brahmana lahir di sebuah desa yang berada di dataran tinggi Tanah Karo tepatnya Desa Limang. Pada masa pendudukan Belanda, Desa

Limang termasuk ke dalam wilayah Landschaap10 Sarinembah khususnya Urung Perbesi.11 Saat ini Desa Limang merupakan salah satu Desa yang berada pada wilayah Kecamatan Tiga Binanga. Mayoritas masyarakat Desa Limang berasal dari

klan Marga Sembiring12 khususnya Sembiring Brahmana.13 Hal ini terjadi karena menurut sejarah yang beredar di dalam masyarakat desa ini, pendiri Desa Limang

adalah Marga Sembiring Brahmana. Oleh karena itu tidak mengherankan bila hingga saat ini marga Sembiring Brahmana mendominasi wilayah Desa Limang. Desa Limang ini didirikan oleh Sembiring Brahmana sekitar tahun 1650-1700. Perhitungan

ini didasarkan kepada generasi keempat Singian Sampalen yaitu Mangasi Sembiring Brahmana (1841-1923) dan Mbeliting Sembiring Brahmana (1943-1924).14

10

Landschaap yaitu pemerintahan bumiputra. Pemerintahan (Landschapp) dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.

11

Tridah Bangun dan Hendri Chairuddin, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Salah Seorang Penggerak Revolusi Kemedekaan Di Sumatera Utara, Jakarta: Haji Masagung, 1994, hal. 16.

12

Sembiring merupakan salah satu marga dari lima marga inti pada masyarakat Karo yang dikenal dengan Merga Silima. Adapun marga-marga yang termasuk dalam Merga Silima ini antara lain, Tarigan, Ginting, Karo-Karo, Sembiring dan Perangin-angin.

13

Sembiring Brahmana merupakan cabang dari Marga Sembiring. Ada beberapa cabang dari Marga Sembiring ini antara lain, Brahmana, Pandia, Colia, Meliala, Muham, Maha, Pelawi, Pandebayang, Depari, Tekang, Gurukinaya, Buhuaji, Keling, Kembaren, Keloko, Sipayung, Sinulaki, dan Sinukapar.

14

(20)

Rakutta Sembiring Brahmana lahir dari buah cinta perkawinan pasangan

Malem Sembiring Brahmana dengan Bayang Tua br Sebayang. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yaitu, Rakutta Sembiring Brahmana sebagai putera sulung, Ngaloken Sembiring Brahmana sebagai putera kedua, dan yang terakhir pasangan ini

dikaruniai seorang puteri, namun nama dan jejaknya tidak diketahui karena pada saat usianya yang masih belia ia meninggal dunia, tepatnya pada masa penjajahan

Belanda. Nama Rakutta Sembiring Brahmana yang diberikan oleh kedua orangtuanya diambil dari Bahasa Karo yang artinya pengikat. Nama ini diberikan dengan harapan kelak Rakutta dapat menjadi pengikat atau pemersatu dalam keluarga.

Ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana memiliki lima orang isteri. Isteri pertama Bayang Tua br Sebayang yang merupakan ibu kandung dari Rakutta sendiri.

Seperti yang telah diuraikan pada paragraf terdahulu, pasangan ini memiliki tiga orang anak. Sesuai kebiasan dalam masyarakat Karo, nama anak pertama dijadikan sebagai nama panggilan bagi orangtuanya. Oleh karena Rakutta merupakan anak

pertama, maka ayahnya dipanggil dengan Pa Rakutta dan ibunya dipanggil dengan Nd Rakutta.

Isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana adalah Nd Malem Sembiring br Sebayang. Dari perkawinan kedua ini, Malem Sembiring Brahmana memperoleh lima orang anak, empat orang perempuan dan satu laki-laki. Adapun nama dari anak-anak

tersebut adalah Sendeng br Sembiring Brahmana, Nd Bahari br Sembiring Brahmana, Nd Sopan Sembiring Brahmana, Nd Rosmasari Sembiring Brahmana, dan Dr

(21)

pernikahan-pernikahan selanjutnya setelah pernikahan-pernikahanya. Setelah cerai isteri kedua dari Malem

Sembiring Brahmana ini tidak pulang ke rumah orangtuanya. Beliau tetap tinggal di Desa Limang karena tidak diijinkan oleh saudara laki-lakinya pulang ke rumah orangtuanya.

Isteri ketiga dari Malem Sembiring Brahmana adalah Terkelin br Sebayang. Dari perkawinan ketiga ini beliau dikaruniai tiga orang anak yang seluruhnya adalah

perempuan. Adapun nama ketiga anak ini adalah Ronang br Sembiring Brahmana, Ingan br Sembiring Brahmana dan Layas br Sembiring Brahmana.

Pernikahan untuk keempat kalinya, Malem Sembiring Brahmana menikahi

seorang gadis bernama Kapalen br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Adapun nama

anak-anak dari pasangan ini antara lain Banta Mulia br Sembiring Brahmana, Imat Sembiring Brahmana, Kitetena Sembiring Brahmana, dan Rajun sembiring Brahmana.

Pernikahan kelima sekaligus merupakan pernikahan terakhir dari Malem Sembiring Brahmana dilakukannya dengan seorang gadis yang mempunyai marga

yang sama dengan keempat isterinya. Gadis itu bernama Mulia br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai lima orang anak, empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Adapun nama kelima anak tersebut adalah Ukur br Sembiring Brahmana,

Jumpa Sembiring Brahmana, Baru br Sembiring Brahmana,Tuah br Sembiring Brahmana dan yang terakhir Riah br Sembiring Brahmana.

(22)

pada dasarnya mereka masih mempunyai ikatan kekerabatan yang sangat dekat.

Bahkan isteri keempat dan kelima tinggal bersama dalam satu atap. Setelah meninggal isteri-isteri dari Malem Sembiring Brahmana ini dikuburkan dalam satu semen kecuali isteri kedua karena beliau telah diceraikan oleh ayahanda Rakutta

Sembiring Brahmana ini.

Zaman dahulu, sebelum dan sesudah kedatangan Belanda ke Tanah Karo,

menikah lebih dari sekali dan mempunyai isteri yang banyak merupakan hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Alasannya sangatlah beragam seperti untuk membina hubungan kekeluargaan yang erat dengan famili di beberapa

desa. Demikian dengan pernikahan ayah Rakutta yang sampai lima kali juga merupakan hal yang biasa dan tentunya memiliki alasan. Pernikahan ini terjadi karena

adanya perjodohan. Orangtua dari kelima isterinya ini menjodohkan puterinya dengan Malem Sembiring Brahmana karena beliau merupakan salah satu tokoh penetua adat yang terpandang dan terkaya di daerahnya. Malem Sembiring Brahmana ini

mempunyai ternak kerbau yang cukup banyak. Di samping itu juga beliau memiliki tanah yang cukup luas, sehingga orangtua dari kelima isterinya ini yakin bahwa

kehidupan anaknya tidak akan sengsara bersama Malem Sembiring Brahmana.

Malem Sembiring Brahmana ini dikenal sebagai orang yang pemberani. Hal ini ditunjukkan dari cerita yang dilontarkan anak bungsunya Riah br Sembiring

Brahmana. Beliau menuturkan bahwa ayahnya mempunyai sekitar 400 ekor kerbau yang dipelihara dalam tanah yang sangat luas di dekat hutan. Akibat letaknya yang

(23)

Sembiring Brahmana harus menjaganya. Beliau tidak takut dalam menghadapi

binatang buas ini dan tidak segan-segan untuk menembaknya apabila kerbau miliknya sudah terancam bahaya. Dalam menjaga kerbau ini Malem Sembiring Brahmana tidak pernah melibatkan anak-anaknya termasuk Rakutta Sembiring Brahmana.

Rakutta sembiring Brahmana bersama saudara-saudaranya cukup tinggal di kampung bersama ibunya.15

Dari penjelasan pada paragraf terdahulu Rakutta Sembiring Brahmana

mempunyai dua orang saudara kandung dan 17 orang saudara tiri. Jumlah ini bukanlah jumlah yang sedikit dalam sebuah keluarga. Semua anak-anak dari Malem

Sembiring Brahmana ini hidup dengan rukun dan didik agar kelak menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat banyak. Meskipun Rakutta mempunyai adik-adik tiri, beliau tidak pernah membeda-bedakan antara adik kandung dan adik

tiri. Semua saudaranya diperlakukanya sama. Rakutta Sembiring Brahmana sering sekali berkumpul bersama adik-adik tirinya meski mereka tidak tinggal satu atap.

Kebiasaan-kebiasaan Rakutta Sembiring Brahmana yang seperti ini tetap berlangsung hingga ia menikah kelak. Bagi adik-adiknya dia dikenal sebagai seorang abang yang mengayomi dan melindungi adik-adiknya. Didikian seperti ini mengakibatkan

dikemudian hari Rakutta peka memperhatikan kondisi orang-orang disekelilingnya terutama setelah ia menjadi dewasa seperti mengikuti perjuangan kemerdekaan

Keberanian Malem Sembiring Brahmana ini turun pada putera

sulungnya Rakutta Sembiring Brahmana yang tampak pada pergulatannya dalam dunia politik ketika ia sudah dewasa.

15

(24)

Republik Indonesia dan ketika beliau kelak menjadi salah satu tokoh penting di

Sumatera Utara (Bupati dan walikota).

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih anak-anak, beliau sering mengikuti ayahnya dalam acara-acara adat seperti perkawinan, kemalangan,

memasuki rumah baru, begitu pun upacara ritual menurut kepercayaan leluhur. Hal ini tidak mengherankan, karena ayah dari Rakutta ini sendiri adalah seorang penetua

adat yang kerap kali dipanggil untuk menghadiri berbagai acara. Seringnya Rakutta mengikuti ayahnya dalam berbagai acara adat mengakibatkan lambat laun ia mengetahui mengenai adat-adat karo. Beliau juga sering berdiskusi dengan ayahnya

mengenai adat-adat karo yang belum ia mengerti. Dengan demikian maka pemahaman mengenai adat-adat ini akan semakin banyak. Pemahaman Rakutta

Sembiring Brahmana terhadap adat karo kelak dituliskannya dalam sebuah buku yang berjudul ‘’ Corat Coret Budaya Karo’’.

Sama halnya dengan anak-anak sebayanya Rakutta Sembiring Brahmana juga

menyenangi permainan-permainan yang sering dimainkan pada saat itu seperti sepak bola, catur, kelereng, gasing dan sebagainya. Dia juga dikenal sebagai anak yang

pintar. Namun seperti anak-anak pada umumnya, Rakutta juga tidak terlepas dari kenakalan-kenakalan kecil yang sering dilakukan oleh anak-anak. Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah mau mengalah apabila ia merasa apa yang dia lakukan itu

benar. Demikian juga ketika adik-adiknya diperlakukan tidak adil oleh orang lain ia akan melawan dan memarahi adiknya itu apabila tidak mau melawan orang tersebut.

(25)

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari salah satu adik tiri Rakutta

Sembiring Brahmana, abang sulungnya ini mempunyai beberapa teman sepermainan yang sangat dekat yakni Ngerimi Ketaren dan Tandel Brahmana.16

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih duduk di bangku Sekolah Rakyat yang dikenal dengan sebutan HIS (Holland Inlandsch School) ibu kandung dari

beliau yaitu Bayang Tua br Sebayang dipanggil oleh Tuhan Yang maha Esa untuk Ketika Rakutta Sembiring Brahmana menginjakan usia sekitar delapan tahun

tepatnya pada tahun 1924, beliau memasuki bangku sekolah untuk pertama kalinya. Kedua orangtua Rakutta sepakat untuk menyekolahkan anak sulungnya ini di Sekolah

Rakyat yang dikenal dengan HIS (Holland Inlandsch School). Pada masa itu belum ada sekolah di Desa Limang, oleh karena itu orangtuanya kemudian menyekolahkannya di Kabanjahe. Jarak antara Kabanjahe dan Limang cukup jauh

sehingga tidak memungkinkan apabila Rakutta Sembiring Brahmana untuk pergi bersekolah setiap harinya dengan pulang pergi, sehingga pada saat itu Rakutta

dititipkan orangtuanya di tempat neneknya di Kabanjahe. Sejak saat itu Rakutta Sembiring Brahmana tidak tinggal bersama orangtuanya lagi. Meskipun Rakutta Sembiring Brahmana telah tinggal bersama neneknya, namun kedua orangtuanya

kerap kali mengunjunginya dan demikian juga sebaliknya beliau juga sering mengunjungi orangtua dan sanak saudaranya di kampung halamanya Desa Limang

terutama pada saat libur sekolah berlangsung. Biaya kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana setelah tinggal bersama neneknya di Kabanjahe tetap ditanggung oleh kedua orangtuanya.

16

(26)

menghadap kepadaNYA. Peristiwa ini tentunya melukiskan luka yang mendalam

bagi Rakutta Sembiring Brahmana yang masih kecil. Kehilangan salah satu orang yang paling dicintainya membuatnya sedikit rapuh. Namun sebagai seorang anak laki-laki yang paling sulung dan berjiwa besar, Rakutta tidak larut dalam kesedihan.

Rakutta Sembiring Brahmana pun akhirnya bangkit dan kembali pada kegiatannya seperti biasa.

2.2 Masa Remaja Rakutta Sembiring Brahmana.

Setelah tamat dari HIS (Holland Inlandsch School) pada tahun 1927, Rakutta

Sembiring Brahmana melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi lagi. Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan sekolahnya di Taman Siswa yang berada

di Kota Medan. Selama Rakutta Sembiing Brahmana di Medan, ia tinggal bersama salah satu kerabatnya bernama Hj Harun yang dikenal dengan julukan Pak Haji. Rakutta Sembiring Brahmana tinggal di Kampung Lalang Medan bersama pasangan

suami istri yang sudah lama menikah dan tidak mempunyai anak, oleh karena itu mereka kemudian mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak angkat

mereka.17

17

Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 24 Juli 2010.

Sejak ia diangkat menjadi anak oleh keluarga Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai orangtua kedua selain ayah dan ibu kandungnya yang tinggal di Desa Limang. Selama ia tinggal di rumah Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana

(27)

bahkan memasak yang pada umumnya dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini

menunjukkan perubahan pada Rakutta Sembiring Brahmana kecil menjadi anak yang mulai beranjak remaja. Hal-hal yang tidak pernah ia lakukan di kampung halamanya seperti pekerjaan rumah kini harus ia lakoni. Kerajinan dan kemandirian Rakutta

Sembiring Brahmana inilah yang menyebabkan orangtua angkatnya ini sangat menyayanginya. Rakutta Sembring Brahmana menunjukkan bahwa ia bisa menjadi

anak yang tidak mengandalkan harta kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya.

Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke sekolah lanjutan yang dikenal dengan Taman Siswa pada tahun 1927. Selama sekolah di Taman Siswa ini, ia dikenal

dengan anak yang mudah bergaul dan banyak disenangi orang, oleh karena itu tidak mengherankan apabila Rakutta Sembiring Brahmana sangat dekat dengan gurunya

salah satunya ialah Pak Sugondo. Rakutta Sembiring Brahmana juga dikenal sebagai anak yang mempunyai prestasi yang membanggakan karena ia termasuk ke dalam ranking kelas.

Selama bersekolah di Taman Siswa Medan, Rakutta Sembiring Brahmana kerap kali pulang ke kampung halamanya di Desa Limang terutama pada saat sekolah

libur. Untuk sampai ke kampung halamanya Rakutta Sembiring Brahmana harus naik angkutan dari Medan yang pada saat itu sangat sulit ditemukan. Satu-satunya angkutan umum yang menghubungkan Medan-Berastagi adalah PMG (Persatuan

Motor Gunung). Dengan angkutan ini Rakutta Sembiring Brahmana bisa sampai ke Desa Perbesi dan dari desa ini kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Desa Limang

(28)

dengan berjalan kaki selama 3 jam. Perjalanan ini terpaksa dilakukan karena tidak ada

angkutan yang sampai ke desa ini.

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamanya di Desa Limang, beliau tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau

menggembalakan kerbau. Biasanya selama liburan Rakutta Sembiring Brahmana menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku atau menulis. Rakutta

Sembiring Brahmana ini sangat menyenangi buku-buku yang berbau politik. Meski Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau, kedua orangtuanya tidak pernah memarahinya karena

mereka menyadari hobbi dari anak sulungnya ini.

Selama Rakutta Sembiring Brahmana sekolah di Taman Siswa, beliau tetap

dibiayai oleh orangtuanya. Biaya kehidupannya terkadang diantar oleh ayahnya ke Medan, lain waktu dikirim lewat pos, dan terkadang juga dibawa oleh Rakutta Sembiring Brahmana ketika beliau ketepatan pulang ke kampung halamannya.

Rakutta Sembiring Brahmana mulai menunjukkan ketertarikanya di dunia politik sejak ia masuk ke sekolah Taman siswa. Di sekolah ini beliau ikut dalam

organisasi sekolah yang ditujukan untuk seluruh siswa Taman Siswa. Organisasi yang diikuti oleh Rakutta Sembiring Brahmana di Taman Siswa ini berupa organisasi bawah tanah. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi tersembunyi dan tak

boleh diketahui keberadaanya oleh pemerintah Belanda. Keikutsertaan Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi sekolah ini dikarenakan kewajiban yang

(29)

mereka mengajak siswanya untuk turut serta dalam pergerakan melawan penjajahan

Belanda.

Ikut sertanya Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi bentukan sekolahnya secara tidak langsung menambah pemahamannya akan dunia politik.

Didikan dari Taman Siswa ini juga membentuk kepribadian Rakutta Sembiring Brahmana yang berani mengambil resiko dalam menentang penjajah. Rakutta

sembiring Brahmana semakin peka akan nasib bangsanya sehingga ia mau meninggalkan kemewahan yang ia dapatkan dari orangtuanya dan bergabung bersama pejuang-pejuang di era 1930-an itu. Selama sekolah di Taman Siswa beliau telah

masuk menjadi salah satu simpatisan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Setelah tamat dari Sekolah Taman Siswa Medan pada tahun 1930, beliau

melanjutkan kenjenjang yang lebih tinggi lagi. Beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama yaitu Taman Siswa Medan. Pada pertengahan tahun 1930 Rakutta Sembiring Brahmana meninggalkan pendidikannya karena keinginanya untuk masuk

menjadi anggota Partindo. Masuknya Rakutta Sembiring Brahmana ke dalam organisasi Partindo tidak terlepas dari dibubarkannya Partai Nasional Indonesia

(PNI).

2.3 Kehidupan Berumahtangga.

Setelah berhenti dari Taman Siswa, Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamannya di Desa Limang. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian

(30)

meluluskan permintaan dari orangtua yang sangat dikasihinya itu. Seperti pada

umumnya masyarakat Karo, biasanya seorang laki-laki disarankan oleh orangtua untuk menikahi anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya yang lajim disebut

impal. Perkawinan dengan impal menurut pola kekerabatan masyarakat Karo

merupakan perkawinan yang ideal. Perkawinan ini diharapkan dapat menjaga agar tali kekerabatan tetap terjalin terus-menerus. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian

disuruh untuk memilih salah satu dari puteri pamannya (mama) untuk dijadikan pendamping hidupnya. Rakutta Sembiring Brahmana memantapkan pilihanya kepada salah seorang anak perempuan pamannya bernama Ngamini br Sebayang.

Rakutta Sembiring Brahmana akhirnya menikahi impalnya. Pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan impalnya Ngamini br Sebayang dilaksanakan

di Desa Perbesi. Pernikahan ini dilaksanakan di Desa Perbesi karena desa tersebut merupakan desa tempat isterinya berasal. Pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Ngamini br Sebayang dilakukan dengan acara adat Karo. Pada hari yang telah

ditentukan dilaksanakanlah pesta perkawinan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Ngamini br Sebayang. Hari itu semua sangkepnggeluh dari kedua belah pihak hadir

untuk memuliakan pesta perkawinan itu. Apabila pesta diadakan sintua (agung), yakini dengan memotong kerbau dan erkata gendang, dan kalimbubu membawa ose anak berunya (sukut). Pertama-tama kalimbubu si ngalo ulu emas akan memasangkan

(31)

-nya masing-masing. Selesai rose acara pun dimulai.18

Rakutta Sembiring Brahmana sering mengajak teman-teman seperjuangannya untuk berkumpul dan makan bersama di rumahnya. Rakutta Sembiring Brahmana

sangat senang menjamu teman-temannya, dan alangkah malunya dia apabila ada tamu yang datang ke rumahnya pulang belum makan. Ada beberapa nama teman sepergerakan Rakutta Sembiring Brahmana yang berhasil didapatkan oleh penulis

antara lain: Munaf Munir, Jakob Siregar, Keras Surbakti, Rim Perangin-angin dan Dalam pelaksanaan pesta

perkawinan ada ini dipotong beberapa kerbau milik orangtuanya, selain karena ayahnya mempunyai kerbau yang cukup banyak, juga karena yang menikah adalah putera sulung. Seharusnya dilakukan demikian sesuai dengan adat istiadat

perkawinan di tengah-tengah masyarakat Karo.

Setelah menikah Rakutta Sembiring Brahmana beserta isterinya menetap di

Desa Limang. Meski Rakutta Sembiring Brahmana telah menikah, beliau tidak pernah meninggalkan kesibukannya di dunia politik, beliau justru lebih gencar melakukan kegiatan politik setelah ia menikah. Rakutta kerap kali meninggalkan

isterinya sendirian dan pergi ke desa-desa yang ada di Tanah Karo untuk menyampaikan pidato-pidatonya. Rakutta Sembiring Brahmana sering tidak pulang

ke rumah hingga berhari-hari bahkan sampai satu minggu. Hal-hal seperti ini tidak membuat isterinya marah karena ia sangat mengerti dan mendukung kegiatan suaminya itu.

18

(32)

Selamet Ginting.19 Rakutta Sembiring Brahmana dan teman-teman sepergerakanya

tidak hanya berkumpul di Desa Limang. Mereka mempunyai beberapa tempat perkumpulan dan biasanya tempatnya berpindah-pindah setiap saat. Adapun tempat-tempat yang sering dijadikan mereka sebagai tempat-tempat pertemuan antara lain: Tiga

Nderket, Tiga Binanga dan Kota Cane. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan jejak mereka dari Belanda karena pada waktu itu bagi orang-orang yang dianggap

membangkang dan melawan terhadap Belanda pasti ditangkap. Meskipun nyawanya terancam apabila sewaktu-waktu Belanda mengetahui keterlibatan dirinya dalam pergerakan, Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah takut. Salah satu alasannya

adalah ayahanda Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan controller (pengawas)20

Dari pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan isterinya Ngamini br

Sebayang, beliau dikaruniai enam orang anak yang terdiri dari tiga orang putera dan Belanda dan para Sibayak.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai seseorang yang sangat senang dengan makanan. Beliau mempunyai makanan favorit yaitu jengkol. Makanan favoritnya ini selalu dibawa kemana saja dia pergi, bahkan ketika beliau sudah

menjadi seorang pemimpin pun jengkol ini tetap menjadi menu andalan beliau. Jengkol tersebut bahkan sampai diselipkannya dikantong jasnya. Di samping jengkol

beliau sangat menyenangi sayur-sayuran terutama yang direbus. Sayuran favorit beliau adalah daun pepaya.

19

Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 23 Juli 2010.

20

(33)

tiga orang puteri. Adapun nama anak-anak Rakutta Sembiring Brahmana dan

Ngamini br Sebayang adalah:

1. Brahmaputera Sembiring Brahmana 2. Netapken Sembiring Brahmana

3. Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana 4. Padjariah br Sembiring Brahmana

5. Asahanifah br Sembiring Brahmana 6. Patih Muka br Sembiring Brahmana

Nama anak-anak Rakutta Sembiring Brahmana pada umumnya dipengaruhi

oleh nama-nama yang berbau Islam. Hal ini tidak terlepas dari masa lalu Rakutta Sembiring Brahmana yang pernah tinggal bersama keluarga haji.

Selama di Desa Limang isteri Rakutta Sembiring Brahmana hidup dari bertani. Beliau harus mendidik anak-anak mereka sendirian karena suaminya sering sekali berpergian untuk kegiatan politik. Pernah suatu ketika pada masa pendudukan

Jepang di Tanaha Karo, Rakutta Sembiring Brahmana diminta oleh ayahnya untuk meninggalkan kegiatan politiknya. Hal ini dimaksudkan oleh ayahnya untuk menjaga

keselamatan putera sulungnya ini.

Pada masa pendudukan Jepang pergerakan tidak dapat dilakukan dengan terbuka karena Jepang tidak segan-segan untuk menangkap dan menyiksa orang yang

ketahuan mengikuti organisasi-organisasi yang menentang pemerintah Jepang. Menurut orang-orang yang pernah mengalami pendudukan Jepang di Tanah Karo,

(34)

masa itu Rakutta Sembiring Brahmana memutuskan untuk berdagang pakaian, maka

ayahnya kemudian menjual beberapa kerbau miliknya untuk modal putera tercintanya ini. Keputusan Rakutta Sembiring Brahmana untuk berjualan pakaian dipengaruhi oleh kondisi pada masa pendudukan Jepang, kain sangat minim sehingga orang

seringkali hanya mempunyai satu pasang baju yang dipakai hingga berhari-hari. Usaha dagang kain Rakutta Sembiring Brahmana tidak berjalan lancar. Hingga

berhari-hari tidak ada satu potong pakaian pun yang laku. Ada beberapa alasan mengapa usaha milik Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak dapat berjalan, pertama Rakutta Sembiring Brahmana sendiri tidak memiliki jiwa dagang sehingga ia tidak

mampu menarik minat pembeli untuk membeli barang dagangannya. Kedua, pada masa itu keuangan masyarakat yang sangat minim akibat pendudukan Jepang,

sehingga masyarakat tidak mampu untuk membeli pakaian. Usaha dagang ini kemudian akhirnya ditutup.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai sosok ayah yang tegas bagi

anak-anak dan isterinya. Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat cuek kepada anak-anaknya, artinya beliau tidak mau menunjukkan secara nyata perhatiannya

kepada anak-anaknya. Namun di balik sifatnya yang cuek tersebut beliau sebenarnya sangat menyayangi anak-anak dan isterinya.

Ketegasan Rakutta Sembiring Brahmana ini sangat dipengaruhi oleh

kepribadian dan kegiatan beliau yang banyak berkiprah di dalam dunia politik. Beliau menerapkan disiplin yang sangat ketat bagi anak-anaknya, dan jika dilanggar maka

(35)

anaknya. Setiap anak dibebebankan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci, atau

memasak.

Setelah anak-anaknya memasuki sekolah, Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah membangunkan anak-anaknya untuk segera berkemas ke sekolah. Rakutta

Sembiring Brahmana membiasakan agar masing-masing putera dan puterinya itu dapat hidup mandiri. Demikian juga untuk masalah jam tidur, anak-anaknya biasanya

sudah tidur sebelum pukul Sembilan pada saat hari sekolah. Tidak ada satu anak pun yang berani melanggar aturan ini. Biasanya sebelum dikomando mereka sudah masuk ke kamar tidur masing-masing. Terkecuali hari Sabtu, Rakutta Sembiring Brahmana

memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk tidur diatas jam sembilan. Biasanya anak-anaknya juga dibebaskan untuk ke luar rumah untuk pergi ke tempat

teman, bioskop ataupun pasar malam.

Bagi anak-anaknya Rakutta Sembiring Brahmana ini adalah sosok ayah yang demokratis. Beliau sangat jarang sekali berkumpul dengan anak dan isterinya di

rumah karena kesibukan beliau. Beliau juga sangat jarang makan bersama dengan anak-anaknya. Menurut penuturan salah satu putera Rakutta Sembiring Brahmana,

biasanya mereka dapat bertemu dengan ayahnya dan menyampaikan keluh kesahnya pada saat pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Rakutta Sembiring Brahmana ini biasanya sudah bangun pagi di bawah jam lima pagi. Setiap pagi Rakutta Sembiring

(36)

minum kopi atau minuman lainnya karena beliau mempunyai riwayat penyakit

diabetes sehingga beliau tidak diperbolehkan untuk minum minuman seperti itu.21 Rakutta sembiring Brahmana mempunyai hobbi main catur dan sepak bola. Beliau juga sangat gemar menonton di bioskop. Jika Rakutta Sembiring Brahmana

tidak dalam keadaan sibuk, biasanya beliau menyempatkan untuk menonton film terbaru di bioskop. Kebiasan-kebiasaannya ini tetap dilanjutkannya stelah ia menikah.

Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah sekali pun mengajak anak dan isterinya untuk menonton bersama di bioskop. Beliau juga tidak pernah mengajak puteranya untuk bermain olahraga kegemarannya sepak bola.

21

(37)

BAB III

AKTIVITAS POLITIK RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA

3.1 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana Pada Masa Pendudukan

Belanda di Indonesia.

Rakutta Sembiring Brahmana telah mulai berkecimpung dalam dunia poltik

sejak beliau duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Taman Siswa Medan. Seperti yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, pada saat itu beliau aktif mengikuti organisasi di sekolahnya. Beliau juga pernah menjadi simpatisan pada

Partai Nasional Indonesia tahun 1927-1930. Pada awalnya Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah Perserikatan Nasional Indonesia yang didirikan oleh Soekarno dan

kawan-kawan pada tanggal 4 Juli 1927. Perserikatan Nasional Indonesia berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia pada Mei 1928 tepatnya pada kongres yang diadakan di Surabaya.22

Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah merasa takut ditangkap Belanda

karena mengikuti organisasi-organisasi politik. Hal ini terjadi karena ayahanda beliau Partai Nasional Indonesia didirikan atas asas menolong diri

sendiri, nonkoperasi, marhaenisme dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka. Rakutta Sembiring Brahmana mau menjadi salah satu simpatisan Partai Nasional

Indonesia karena cita-cita beliau sejalan dengan cita-cita para pendiri Partai Nasional Indonesia, yakni membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Hal ini menunjukkan bahwa Rakutta Sembiring Brahmana termasuk orang yang peka

terhadap kondisi bangsanya.

22

(38)

sangat dekat dengan controller Belanda sehingga mereka akan segan untuk

menangkap Rakutta Sembiring Brahmana. Di samping itu juga pada masa pendudukan Belanda di Tanah Karo, rakyat yang mengikuti organisasi politik tidak akan ditangkap jika dianggap tidak akan mengancam kedudukan Belanda tersebut.

Rakutta Sembiring Brahman juga mempunyai keuntungan yaitu mempunyai hubungan kekeluargaan dengan para sibayak sehingga ia bisa bebas mengikuti

kegiatan-kegiatan politik.

Tahun 1930 Rakutta Sembiring Brahmana menjadi oprichter (pendiri)23 dan anggota pengurus Indonesia Muda cabang Medan. Rakutta Sembiring Brahmana

memasuki Partindo karena kemudian Partai Nasional Indonesia dibubarkan. Partai Nasional Indonesia dibubarkan dalam konperensi luar biasa di Jakarta tanggal 25

April 1931. Bubarnya Partai Nasional Indonesia ini tidak terlepas dari ditangkapnya pimpinan PNI di berbagai daerah. Sehari setelah pembubaran PNI, beberapa tokoh PNI seperti Mr Sartono, Sukemi dan Munadi kemudian membentuk partai baru. Pada

tanggal 29 April 1931 dibentuklah Partai Indonesia (Partindo).24

23

S. Wojowasito, op,cit., hal. 467. 24

Ibid, hal. 354 .

Partindo merupakan wajah baru dari PNI dan merupakan wadah baru bagi kaum nasionalis sebagai alat

perjuangan seperti Rakutta Sembiring Brahmana.

3.2 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana Pada Masa Pendudukan

(39)

Tanpa adanya perlawanan yang berarti dari militer Belanda, Jepang berhasil

menduduki Tanah Karo. Satu-satunya perlawanan yang ada hanya perlawanan di Buahsiuram-uram dekat Sarinembah. Setelah pertempuran di Buahsiuram-uram, pada tanggal 24 Maret Tiga Binanga jatuh ke tangan Jepang. Kedatangan Jepang ke Tanah

Karo disambut hangat oleh masyarakat. Jepang dianggap telah membantu rakyat Karo ke luar dari cengkraman penjajahan Belanda. Untuk menyampaikan rasa terimakasih

kepada Jepang yang telah mengusir Belanda dari Tanah Karo, sekitar 3000 orang rakyat mengadakan demonstrasi berjalan kaki sejauh 12 km dari Berastagi ke Kabanjahe.25

Pada akhirnya rakyat Tanah Karo merasa dibohongi oleh pemerintah Jepang. Sikap manis Jepang ternyata hanya berlangsung sangat singkat. Pada akhir 1942 Jepang memerintahkan untuk membubarkan partai-partai, dan memberlakukan

berbagai larangan termasuk larangan mengibarkan Sang Merah Putih. Jepang juga melakukan penyitaan terhadap toko-toko kelontong, kain-kain yang dijual, dan radio.

Bagi masyarakat yang kedapatan menyembunyikan radio akan disiksa dan ditahan. Sambutan hangat masyarakat Karo terhadap tentara Jepang disebabkan

beberapa hal seperti pertama, perasaan benci terhadap penjajahan Belanda yang telah banyak menyulitkan masyarakat termasuk dalam hal penyebab kemiskinan, kedua

yaitu telah ada kesadaran dari sebahagian masyarakat terutama masyarakat yang mengikuti organisasi-organisasi politik akan kebebasan dan kemerdekaan, dan ketiga adalah keberhasilan Jepang dalam melakukan propaganda melalui radio yang

menyatakan bahwa Jepang akan membantu rakyat Indonesia dalam mengusir bangsa Barat dari tanah airnya.

25

(40)

Tindakan brutal dari tentara Jepang semakin sering terlihat di mana-mana sehingga

menjadi pemandangan yang sudah biasa bagi masyarakat Tanah Karo.

Perjuangan Rakutta Sembiring Brahman untuk membebaskan negeri ini dari cengkeraman penjajah terwujud pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

khususnya di Tanah Karo. Rakutta Sembiring Brahmana melihat bahwa kondisi negeri ini jauh lebih memperihatinkan di tangan Jepang, dan beliau tidak ingin

kondisi ini berlangsung lama. Kondisi masyarakat Tanah Karo yang amat menyedihkan akibat ulah pemerintah Jepang ini menyebabkan darah muda Rakutta Sembiring Brahmana tergerak. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian mencari

orang-orang yang sepaham dengannya untuk bersama-sama berjuang. Ada beberapa tokoh yang akhirnya ditemukan Rakutta Sembiring Brahmana dan kemudian

bersama-sama menggalang kekuatan untuk mematahkan kekuasaan pemerintah Jepang yakni Selamat Ginting dan Keterangan Sebayang. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana awalnya pertemuan antara ketiga tokoh pergerakan Tanah Karo ini,

namun yang jelas ketiga tokoh ini mempunyai pandangan yang sama mengenai pendudukan Jepang di Tanah Karo. Ketiga tokoh ini berpikir bahwa masyarakat

Tanah Karo berada pada dua pilihan yaitu berpihak pada feodal (raja, sultan) atau berada di barisan rakyat yang berjuang untuk kebebasan. Menurut keterangan Selamat Ginting dalam biografinya yang berjudul Kilap Sumagan, pada saat

(41)

mereka saling merangkul dan bersalaman hangat.26

Setelah pertemuan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Selamat Ginting dan Keterangen Sebayang, kemudian mereka menjalin kontak dengan tokoh-tokoh

perjuangan lainnya seperti Nerus Ginting dan Nolong Ginting.

Ketiga tokoh ini mempunyai

kesamaan paham langkah-langkah yang ditempuh menghadapi penguasa baru Jepang.

27

Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting, Keterangen Sebayang, Nolong Ginting dan Nerus

Ginting sepakat untuk membentuk Komite Indonesia cabang Karo. Pembentukan Komite Indonesia cabang Karo ini tidak terlepas dari terbentuknya Komite Indonesia di Medan yang dipimpin oleh Sugondo Kartoprodjo dari Taman Siswa.28

Kegiatan pertama dari Komite Indonesia cabang Tanah Karo adalah membuat resolusi untuk dibacakan dihadapan para pembesar-pembesar Jepang yang berada di

Kabanjahe. Pembuatan resolusi ini dimaksudkan untuk dapat lebih leluasa bergerak, artinya tidak dicurigai oleh Jepang dan kaki tangannnya yang mulai berkeliaran. Untuk membacakan resolusi tersebut maka berangkatlah ke Kabanjahe Rakutta

Sembiring Brahmana, Selamat Ginting, Keterangen Sebayang, Nolong Ginting dan Nerus Ginting. Sebagai juru bicara resolusi ini dihunjuklah Rumpia Bukit. Menurut

Selamat Ginting dalam biografinya yang berjudul Kilap Sumagan, beliau menuturkan ada kejadian lucu yang terjadi pada saat kegiatan pembacaan resolusi tersebut. Pada saat itu rombongan tiba di depan kantor pembesar Jepang yang dijaga ketat oleh para

serdadu-serdadu Jepang, kemudian Rakutta Sembiring Brahmana karena terlalu

26

Tridah Bangun dan Hendri Chairudin, op,cit., hal. 46. 27

Nerus Ginting dan Nolong Ginting merupakan saudara kandung. Mereka pernah dibuang ke Tanah Merah, Digul, Irian pada tahun 1920-an.

28

(42)

bersemangat ingin langsung membacakan resolusi tersebut tanpa melihat bahwa yang

dihadapinya bukanlah pembesar Jepang tetapi hanya serdadu-serdadunya. Melihat tingkah Rakutta Sembiring Brahmana tersebut para serdadu-serdadu Jepang merasa heran. Pembacaan resolusi itu akhirnya tidak jadi dilanjutkan oleh Rakutta Sembiring

Brahmana karena Rumpia Bukit mengatakan bahwa pembacaan resolusi tersebut akan menjadi sia-sia karena yang mendengarkannya hanyalah serdadu-serdadu

Jepang saja, sedangkan para pembesar Jepang berada di dalam kantor. Untuk itu kemudian rombongan Rakutta Sembiring Brahmana ini langsung menuju ke kamar kerja pembesar Jepang, dan setelah Rumpia Bukit menyampaikan maksud dan tujuan

kedatangan mereka ke kantor tersebut maka kemudian rombongan tersebut diperkenankan masuk. Setelah masuk ke ruangan kerja pembesar Jepang kemudian

Rakutta Sembiring Brahmana membacakan resolusi yang sudah dipersiapkan. Inti dari resolusi tersebut adalah bahwa rakyat Indonesia mengucapkan terimakasih kepada Jepang yang telah membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajahan

Belanda dan mengharapkan supaya kemerdekaan Indonesia dipercepat untuk bersama-sama membina Asia Timur Raya. Para pembesar Jepang hanya dapat diam

dan terpaku mendengarkan isi resolusi yang dibacakan oleh Rakutta Sembiring Brahmana.29

Pada tahun 1943 Rakutta Sembiring Brahmana tidak lagi menjadi anggota

Partindo karena pada saat itu Partindo tidak aktif lagi dalam bentuk organisasi yang nyata. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian masuk menjadi anggota Pendidikan

Nasional Indonesia (PNI). Tokoh pendiri Pendidikan Nasional Indonesia antara lain

(43)

Tama Ginting, Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting, Keras Surbakti,

Kendal Keliat dan Bosar Sianipar. Pendidikan Nasional Indonesia ini dipimpin oleh Tama Ginting yang berkedudukan di Berastagi. Kegiatan dari Pendidikan Nasional Indonesia ini antara lain memberi ceramah dan kursus-kursus kepada para anggota

masyarakat mengenai perkembangan zaman dan taktik serta siasat yang dijalankan di bawah kekuasaan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang di Tanah Karo, Rakutta Sembiring Brahmana beserta Selamat Ginting dan kawan-kawan membentuk sebuah koperasi yang diharapkan dapat tersebar di seluruh wilayah Tanah Karo. Rakutta Sembiring

Brahmana serta kawan-kawannya mengharapkan agar koperasi ini dapat dijadikan sebagai sarana propaganda kepada masyarakat Karo untuk kesadaran politik di

samping kegiatan jual beli barang di pasar-pasar atau di kantor-kantor koperasi. Koperasi yang dibentuk atas kesepakatan bersama ini diberi nama Pusat Ekonomi Rakyat disingkat Pusera. Pusera dibentuk atas dasar kekejaman-kekejaman

pemerintah militer Jepang yang semakin merajalela sehingga menyentuh hati para pendiri organisasi ini. Organisasi ini banyak diminati oleh masyarakat termasuk

kaum-kaum yang pernah tergabung dalam Pendidikan Nasional Indonesia, Gerindo dan sebagainya. Oleh karena itu tidak mengherankan dalam waktu singkat anggota dari Pusera ini kurang lebih 8000 orang dengan saham koperasi setiap anggotanya 5

rupiah uang Jepang. Sebagai pimpinan pusat koperasi yang merupakan dewan pimpinan terdiri dari Tama Ginting, Selamat Ginting, Rakutta Sembiring Brahmana.

(44)

Dewan pimpinan Pusera bertugas untuk menjalani seluruh pelosok Tanah

Karo untuk mempropogandakan pembentukan koperasi. Namun di balik missi tersebut, dewan perdagangan juga harus bisa menjalankan missi terselubung yakni memepropogandakan tujuan pergerakan kemerdekaan Indonesia dan mengembalikan

kesadaran rakyat atas haknya sebagai bangsa yang ditindas di negaranya sendiri. Pusera ini mampu membuat pemerintah Jepang kewalahan dalam menangani masalah

pangan karena Pusera ini telah mengajak rakyat untuk bersama-sama melakukan boikot hasil-hasil bumi.

Untuk menyatukan dan menyalurkan segala potensi yang ada pada masyarakat

agar dapat membantu Jepang, maka dibentuklah Badan Oentoek Membatoe Pertahanan Asia yang disingkat dengan BOMPA. Bompa ini berdiri pada 28

Nopember 1942 di Medan. Pada saat awal berdirinya Bompa ini dipmpin oleh Mangaraja Soangkupon. Kemudian berikutnya pimpinan Bompa digantikan oleh Mr Mohammad Yusuf dan akhirnya dipegang oleh Abdul Karim MS. Abdul Karim MS

merupakan seorang tokoh pergerakan rakyat di zaman penjajahan Belanda dan pernah masuk penjara di Digul. Bompa yang berada di Medan kemudian membuka

cabang-cabang baru di berbagai daerah termasuk di Tanah Karo. Bompa di Tanah Karo dipimpin oleh Raja Oekum Sembiring seorang pengusaha otobis yang terkenal di Tanah Karo dengan bis bermerek Cap Nenas dan Rakutta Sembiring Brahmana

sebagai wakilnya. Bompa cabang Karo kemudian membuka ranting dan anak ranting sampai ke kampung-kampung yang ada di Tanah Karo. Dengan adanya kegiatan

(45)

Tanah Karo seperti Matang Sitepu, Rakutta Sembiring Brahmana, Kendal Keliat,

Raja Oekum Sembiring, Nerus Ginting Suka, Djema Bangun dan lain-lain. Raja Oekum Sembiring meminta kepada Rakutta Sembiring Brahmana agar organisasi Bompa ini dapat memasyarakat. Melalui musyawarah diputuskan untuk

menggunakan Bompa sebagai sarana untuk melanjutkan pergerakan kebangsaan Indonesia. Pada saat itu Jepang berjanji akan membantu Indonesia untuk memperoleh

kemerdekaan oleh karena itu Bompa ini sangat giat untuk memepersiapkan kemerdekaan dari penguasa Jepang. Rakutta Sembiring Brahmana ditugaskan dewan pimpinan Pusera mendampingi Raja Oekum Sembiring dan anggota Bompa yang lain

untuk mengunjungi seluruh Kerajaan Urung di Tanah Karo.

Rakutta Sembiring Brahmana, Selamat Ginting serta teman-teman

sepergerakan lainnya sangat tidak menginginkan pemerintah Jepang melakukan tindakan yang semena-mena terhadap bangsanya. Mereka juga tidak menginginkan orang-orang di sekelilingnya ketakutan akibat penyiksaan yang kerap kali dilakukan

oleh tentara Jepang, dan kelaparan karena kemiskinan yang semakin merajalela. Untuk itu Rakutta Sembiring Brahman beserta teman-temannya tidak hanya

melakukan perlawanan secara diplomasi melalui organisasi-organisasi yang dibentuk. Mereka juga siap melakukan tindakan yang lebih anarkis jika sewaktu-waktu diperlukan. Untuk itu segala sesuatu yang diperlukan untuk perjuangan tersebut harus

dipikirkan dengan matang termasuk dalam hal persenjataan. Persenjataan yang mereka butuhkan sangat terbantu ketika Selamat Ginting mendapatkan senjata.

(46)

bertugas mengantar senjata ke suatu tempat. Selamat Ginting beruntung karena beliau

tidak hanya mendapatkan sepucuk senjata saja melainkan berpuluh-puluh senjata. Mobil yang ditumpangi oleh tentara Jepang untuk mengantar senjata tersebut jatuh ke jurang sehingga penumpangnya tewas di tempat. Selamat Ginting yang memang

sudah mengetahui peristiwa itu kemudian segera mungkin untuk mengambil senjata tersebut dari tempat kejadian dan mengamankannya. Setelah kejadian itu, keesokan

harinya Selamat Ginting pergi ke Berastagi menemui Keras Surbakti, Tama Ginting, Kendal Keliat, dan Rakutta Sembiring Brahmana dan melaporkan tentang senjata temuanya itu yang sudah di simpan pada suatu tempat. Setelah melakukan

perbincangan yang panjang, mereka sepakat untuk memindahkan senjata tersebut. Dalam pemindahan senjata tersebut disertakanlah Pasang Sinuhaji yang kebetulan

mempunyai kendaraan pribadi, dan dengan kendaraan tersebutlah kemudian mereka pergi menuju tempat persembunyian senjata itu. Senjata-senjata itu kemudian dipindahkan ke Kuta Bangun. Pemindahan senjata ini dilakukan dengan tertutup

sehingga tidak diketahui oleh orang lain kecuali isteri dari Selamat Ginting. Isteri Selamat Ginting, Piah beru Karo Manik sangat berperan dalam penyimpanan senjata

tersebut. Beliau bertugas untuk menyimpan senjata tersebut di ladang mereka tanpa diketahui oleh orang lain. Untuk itu Piah beru Karo Manik membawa senjata tersebut ke ladang hanya sedikit-sedikit. Ladang tersebut terletak kira-kira 2 km dari Kuta

Bangun. Senjata tersebut di simpan di dalam tanah kemudian dari atasnya ditanam pohon tebu sehingga tidak diketahui.30

30

(47)

Ketika kabar mengenai menyerahnya Jepang kepada Sekutu sudah mulai

tersiar di mana-mana, dua orang tentara Jepang mendatangi kantor Pusera di Berastagi untuk menemui ketua umum Pusera ini. Namun kedua tentara ini tidak dapat bertemu dengan ketua umum Pusera karena pada saat itu ketua umum tidak

berada di Berastagi melainkan di Medan. Kedua tentara Jepang ini akhirnya berhasil menemui ketua umum Pusera di Jalan Pandu Medan. Dalam pertemuan ini dilakukan

perundingan rahasia. Kedua tentara Jepang ini bermaksud untuk memberikan sejumlah senjata kepada Tama Ginting, Selamat Ginting dan Rakutta Sembiring Brahmana. Rakutta Sembiring Brahmana beserta kedua temannya diminta untuk

mengambil senjata tersebut di Balandua km. 131 dekat daerah Tigabinanga. Senjata ini kemudian disembunyikan di ladang Jumapali Kuta Bangun. Senjata-senjata yang

diperoleh Pusera ini merupakan modal pertama berupa senjata dalam perjuangan menegakkan proklamasi kemerdekaan di Sumatera Timur khususnya di Kota Medan.

3.3 Kegiatan Politik Rakutta Sembiring Brahmana pada masa Indonesia

Merdeka.

Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu setelah Hirosima dan Nagasaki berhasil diluluhlantahkan oleh tentara Sekutu. Jepang tidak dapat berkutik dan hanya dapat mengakui kekalahannya. Namun Jepang berusaha menutupi

hal ini agar tidak diketahui oleh negara tetangga termasuk Indonesia. Usaha Jepang untuk menutupi kekalahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan

(48)

tetapi akhirnya kekalahan Jepang itu diketahui oleh Indonesia termasuk tokoh-tokoh

pergerakan Tanah Karo.

17 Agustus 1945 merupakan hari penting sekaligus hari bersejarah bagi negara Indonesia, karena pada hari tersebut Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya melalui perantaraan Soekarno dan Muhammad Hatta. Meski proklamasi kemerdekaan telah dibacakan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, di Kota

Medan pengumuman proklamasi kemerdekaan baru dilakukan setelah beberapa waktu kemudian. Lambatnya pengumuman proklamasi kemerdekaan di Medan pada saat itu dipengaruhi oleh terbatasnya alat komunikasi yang ada. Di samping itu juga

pengumuman proklamasi kemerdekaan di Medan tidak langsung diadakan karena belum adanya kesepakatan antara tokoh-tokoh pergerakan yang ada.

Pro dan kontra terjadi antara kalangan tokoh-tokoh yang menginginkan kedatangan Sekutu dan tokoh-tokoh yang menginginkan kemerdekaan. Pada umumnya tokoh-tokoh yang menginginkan kedatangan Sekutu ini adalah orang-orang

yang memiliki jabatan atau kepentingan pada masa pendudukan Belanda. Untuk menyambut kedatangan Belanda mereka membentuk sebuah panitia yang disebut

dengan Comite Van Ontvangst (Panitia Penyambutan). Panitia ini dipelopori oleh Sultan Langkat dan dr. T. Mansjur pada tanggal 25 Agustus 1945.

Proklamasi kemerdekaan di Medan diumumkan setelah melalui perdebatan

antara tokoh-tokoh pergerakan seperti Selamat Ginting, Marjuki dan Rakutta Sembiring Brahmana dengan tokoh-tokoh yang berasal dari kalangan pemerintah

(49)

oleh Selamat Ginting dan kawan-kawan maka akhirnya proklamasi kemerdekaan itu

akhirnya diumumkan pada 30 September 1945 oleh Teuku Mohammad Hasan.31

1. Ketua I : Tama Ginting

Pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kota Medan berjalan dengan lancar. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan pawai di lapangan merdeka. Pawai ini dikawal oleh puluhan pemuda yang dilengkapi dengan granat Inggris, yang masing-masing mengantongi sebanyak

dua buah. Untuk menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh daerah di Sumatera Utara dibentuklah Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang dipimpin oleh Matang Sitepu.

Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke dalam salah satu daftar pengurus Barisan Pemuda Indonesia (BPI) setelah dilakukannya reorgansisasi. Kepengurusan

baru dari Barisan Pemuda Indonesia terdiri dari:

2. Ketua II : Untung Rahmat

3. Ketua III : Netap Bukit 4. Tata Usaha : Muhammad Saleh

5. Bendahara : Roga Ginting

6. Kelaskaran : Krilangna Martinus Lubis dan Bahari Efendi Siregar

7. Tata Usaha I : Djema Bangun 8. Tata Usaha II : Djendam Kembaren

31

(50)

9. Keuangan/perbekalan : Koran Karo-karo

10.Pengawas : Ngembar Meliala, Radjaingat Purba, dan Syaifuddin Siregar

11.Seksi Sosial : L Siahaan

12.Seksi Penerangan : Rakutta Sembiring Brahmana 13.Seksi Persenjataan : L. R. Munthe

14.Komandan Pasukan Teras : Djamin Ginting, dan Bom Ginting 15.Seksi Pengangkutan : Tagu Simanjorang dan Maspersada

16.Penasehat : Sibayak Ngerajai Meliala dan Nerus Ginting

Suka32

Kegiatan politik Rakutta Sembiring Brahmana semakin banyak dan semakin

menyita waktunya setelah beliau tergabung dalam kepengurusan Barisan Pemuda Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Rakutta Sembiring Brahmana sangat jarang berkumpul dengan keluarganya. Rakutta Sembiring Brahmana sangat beruntung

karena mempunyai pendamping hidup yang sangat perhatian dan tidak pernah mengeluhkan hal tersebut. Beliau tetap setia mendampingi dan mendukung kegiatan

suami tercintanya tersebut.

Pengurus Barisan Pemuda Indonesia harus kerja ekstra dari pagi hingga malam untuk menyebarkan berita proklamasi ke pelosok-pelosok kampung. Barisan

Pemuda Indonesia juga mengadakan latihan baris-berbaris kepada laki-laki dan wanita yang sudah dewasa. Latihan baris-berbaris ini biasanya diadakan di jalan raya

ataupun di tanah lapang. Latihan ini dilakukan untuk menanamkan kesadaran kepada

32

Gambar

Tabel 1. Mata Pelajaran Latihan Kemiliteran Pegawai Sipil.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun nama diri digunakan secara terbatas oleh seseorang, atau oleh istri dan anak seseorang (nama diri suami dan nama ayah) bila orang tersebut sudah menikah dan mempunyai

“Dan Bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari

Menurut Wirjono Projodikoro, anak angkat adalah seorang bukan keturunan dua orang suami istri, yang diambil dan dipelihara dan diperlakukan sebagai anak

Istri petani karet di sini mereka mulai bekerja setelah menikah dan setelah mempunyai anak, awalnya mereka hanya bekerja disektor domestik, karena biaya hidup yang

Bagi seorang laki-laki yang telah menikah (suami), memiliki istri dan anak merupakan tanggung jawab yang sangat besar dan mereka berupaya untuk memenuhi kebutuhan primer maupun

Lama-kelamaan anak-anak boleh punya hanya satu istri, tetapi mereka anggota jemaat menjadi terbiasa dengan TERTARIK PADA nanti akan punya suami yang boleh punya kondisi

Menurut Paulus Nomtanis 22 , ketika sepasang suami istri yang sudah menikah bertahun-tahun tapi belum dikaruniai anak, maka mereka berdua akan pergi ke pantai

Upaya Pasangan Suami Istri Yang belum Mempunyai Keturunan Dalam Mempertahankan Keharmonisan Rumah Tangganya Di Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe.. Menikah Tanpa Keturunan :