• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEHIDUPAN RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di sebuah desa yang berada di dataran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KEHIDUPAN RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA. Rakutta Sembiring Brahmana lahir di sebuah desa yang berada di dataran"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEHIDUPAN RAKUTTA SEMBIRING BRAHMANA

2.1 Masa Kecil Rakutta Sembiring Brahmana.

Rakutta Sembiring Brahmana lahir di sebuah desa yang berada di dataran tinggi Tanah Karo tepatnya Desa Limang. Pada masa pendudukan Belanda, Desa Limang termasuk ke dalam wilayah Landschaap10 Sarinembah khususnya Urung Perbesi.11 Saat ini Desa Limang merupakan salah satu Desa yang berada pada wilayah Kecamatan Tiga Binanga. Mayoritas masyarakat Desa Limang berasal dari klan Marga Sembiring12 khususnya Sembiring Brahmana.13 Hal ini terjadi karena menurut sejarah yang beredar di dalam masyarakat desa ini, pendiri Desa Limang adalah Marga Sembiring Brahmana. Oleh karena itu tidak mengherankan bila hingga saat ini marga Sembiring Brahmana mendominasi wilayah Desa Limang. Desa Limang ini didirikan oleh Sembiring Brahmana sekitar tahun 1650-1700. Perhitungan ini didasarkan kepada generasi keempat Singian Sampalen yaitu Mangasi Sembiring Brahmana (1841-1923) dan Mbeliting Sembiring Brahmana (1943-1924).14

10

Landschaap yaitu pemerintahan bumiputra. Pemerintahan (Landschapp) dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.

11

Tridah Bangun dan Hendri Chairuddin, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Salah

Seorang Penggerak Revolusi Kemedekaan Di Sumatera Utara, Jakarta: Haji Masagung, 1994, hal. 16. 12

Sembiring merupakan salah satu marga dari lima marga inti pada masyarakat Karo yang dikenal dengan Merga Silima. Adapun marga-marga yang termasuk dalam Merga Silima ini antara lain, Tarigan, Ginting, Karo-Karo, Sembiring dan Perangin-angin.

13

Sembiring Brahmana merupakan cabang dari Marga Sembiring. Ada beberapa cabang dari Marga Sembiring ini antara lain, Brahmana, Pandia, Colia, Meliala, Muham, Maha, Pelawi, Pandebayang, Depari, Tekang, Gurukinaya, Buhuaji, Keling, Kembaren, Keloko, Sipayung, Sinulaki, dan Sinukapar.

14

(2)

Rakutta Sembiring Brahmana lahir dari buah cinta perkawinan pasangan Malem Sembiring Brahmana dengan Bayang Tua br Sebayang. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yaitu, Rakutta Sembiring Brahmana sebagai putera sulung, Ngaloken Sembiring Brahmana sebagai putera kedua, dan yang terakhir pasangan ini dikaruniai seorang puteri, namun nama dan jejaknya tidak diketahui karena pada saat usianya yang masih belia ia meninggal dunia, tepatnya pada masa penjajahan Belanda. Nama Rakutta Sembiring Brahmana yang diberikan oleh kedua orangtuanya diambil dari Bahasa Karo yang artinya pengikat. Nama ini diberikan dengan harapan kelak Rakutta dapat menjadi pengikat atau pemersatu dalam keluarga.

Ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana memiliki lima orang isteri. Isteri pertama Bayang Tua br Sebayang yang merupakan ibu kandung dari Rakutta sendiri. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf terdahulu, pasangan ini memiliki tiga orang anak. Sesuai kebiasan dalam masyarakat Karo, nama anak pertama dijadikan sebagai nama panggilan bagi orangtuanya. Oleh karena Rakutta merupakan anak pertama, maka ayahnya dipanggil dengan Pa Rakutta dan ibunya dipanggil dengan Nd Rakutta.

Isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana adalah Nd Malem Sembiring br Sebayang. Dari perkawinan kedua ini, Malem Sembiring Brahmana memperoleh lima orang anak, empat orang perempuan dan satu laki-laki. Adapun nama dari anak-anak tersebut adalah Sendeng br Sembiring Brahmana, Nd Bahari br Sembiring Brahmana, Nd Sopan Sembiring Brahmana, Nd Rosmasari Sembiring Brahmana, dan Dr Kamsah Sembiring Brahmana. Isteri kedua ini kemudian akhirnya cerai dari ayah Rakutta Sembiring Brahmana karena beliau tidak menyetujui adanya

(3)

pernikahan-pernikahan selanjutnya setelah pernikahan-pernikahanya. Setelah cerai isteri kedua dari Malem Sembiring Brahmana ini tidak pulang ke rumah orangtuanya. Beliau tetap tinggal di Desa Limang karena tidak diijinkan oleh saudara laki-lakinya pulang ke rumah orangtuanya.

Isteri ketiga dari Malem Sembiring Brahmana adalah Terkelin br Sebayang. Dari perkawinan ketiga ini beliau dikaruniai tiga orang anak yang seluruhnya adalah perempuan. Adapun nama ketiga anak ini adalah Ronang br Sembiring Brahmana, Ingan br Sembiring Brahmana dan Layas br Sembiring Brahmana.

Pernikahan untuk keempat kalinya, Malem Sembiring Brahmana menikahi seorang gadis bernama Kapalen br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Adapun nama anak-anak dari pasangan ini antara lain Banta Mulia br Sembiring Brahmana, Imat Sembiring Brahmana, Kitetena Sembiring Brahmana, dan Rajun sembiring Brahmana.

Pernikahan kelima sekaligus merupakan pernikahan terakhir dari Malem Sembiring Brahmana dilakukannya dengan seorang gadis yang mempunyai marga yang sama dengan keempat isterinya. Gadis itu bernama Mulia br Sebayang. Pernikahan ini dikaruniai lima orang anak, empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Adapun nama kelima anak tersebut adalah Ukur br Sembiring Brahmana, Jumpa Sembiring Brahmana, Baru br Sembiring Brahmana,Tuah br Sembiring Brahmana dan yang terakhir Riah br Sembiring Brahmana.

Seluruh isteri dari Malem Sembiring yang merupakan ayah kandung Rakutta Sembiring Brahmana ini hidup berdampingan secara damai. Hal ini terjadi karena

(4)

pada dasarnya mereka masih mempunyai ikatan kekerabatan yang sangat dekat. Bahkan isteri keempat dan kelima tinggal bersama dalam satu atap. Setelah meninggal isteri-isteri dari Malem Sembiring Brahmana ini dikuburkan dalam satu semen kecuali isteri kedua karena beliau telah diceraikan oleh ayahanda Rakutta Sembiring Brahmana ini.

Zaman dahulu, sebelum dan sesudah kedatangan Belanda ke Tanah Karo, menikah lebih dari sekali dan mempunyai isteri yang banyak merupakan hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Alasannya sangatlah beragam seperti untuk membina hubungan kekeluargaan yang erat dengan famili di beberapa desa. Demikian dengan pernikahan ayah Rakutta yang sampai lima kali juga merupakan hal yang biasa dan tentunya memiliki alasan. Pernikahan ini terjadi karena adanya perjodohan. Orangtua dari kelima isterinya ini menjodohkan puterinya dengan Malem Sembiring Brahmana karena beliau merupakan salah satu tokoh penetua adat yang terpandang dan terkaya di daerahnya. Malem Sembiring Brahmana ini mempunyai ternak kerbau yang cukup banyak. Di samping itu juga beliau memiliki tanah yang cukup luas, sehingga orangtua dari kelima isterinya ini yakin bahwa kehidupan anaknya tidak akan sengsara bersama Malem Sembiring Brahmana.

Malem Sembiring Brahmana ini dikenal sebagai orang yang pemberani. Hal ini ditunjukkan dari cerita yang dilontarkan anak bungsunya Riah br Sembiring Brahmana. Beliau menuturkan bahwa ayahnya mempunyai sekitar 400 ekor kerbau yang dipelihara dalam tanah yang sangat luas di dekat hutan. Akibat letaknya yang sangat berdekatan dengan hutan, kerbau ini sering diintai oleh harimau untuk dimakan sehingga agar menghindari supaya kerbau ini tidak dimakan maka Malem

(5)

Sembiring Brahmana harus menjaganya. Beliau tidak takut dalam menghadapi binatang buas ini dan tidak segan-segan untuk menembaknya apabila kerbau miliknya sudah terancam bahaya. Dalam menjaga kerbau ini Malem Sembiring Brahmana tidak pernah melibatkan anak-anaknya termasuk Rakutta Sembiring Brahmana. Rakutta sembiring Brahmana bersama saudara-saudaranya cukup tinggal di kampung bersama ibunya.15

Dari penjelasan pada paragraf terdahulu Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai dua orang saudara kandung dan 17 orang saudara tiri. Jumlah ini bukanlah jumlah yang sedikit dalam sebuah keluarga. Semua anak-anak dari Malem Sembiring Brahmana ini hidup dengan rukun dan didik agar kelak menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat banyak. Meskipun Rakutta mempunyai adik-adik tiri, beliau tidak pernah membeda-bedakan antara adik kandung dan adik tiri. Semua saudaranya diperlakukanya sama. Rakutta Sembiring Brahmana sering sekali berkumpul bersama adik-adik tirinya meski mereka tidak tinggal satu atap. Kebiasaan-kebiasaan Rakutta Sembiring Brahmana yang seperti ini tetap berlangsung hingga ia menikah kelak. Bagi adik-adiknya dia dikenal sebagai seorang abang yang mengayomi dan melindungi adik-adiknya. Didikian seperti ini mengakibatkan dikemudian hari Rakutta peka memperhatikan kondisi orang-orang disekelilingnya terutama setelah ia menjadi dewasa seperti mengikuti perjuangan kemerdekaan

Keberanian Malem Sembiring Brahmana ini turun pada putera sulungnya Rakutta Sembiring Brahmana yang tampak pada pergulatannya dalam dunia politik ketika ia sudah dewasa.

15

(6)

Republik Indonesia dan ketika beliau kelak menjadi salah satu tokoh penting di Sumatera Utara (Bupati dan walikota).

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih anak-anak, beliau sering mengikuti ayahnya dalam acara-acara adat seperti perkawinan, kemalangan, memasuki rumah baru, begitu pun upacara ritual menurut kepercayaan leluhur. Hal ini tidak mengherankan, karena ayah dari Rakutta ini sendiri adalah seorang penetua adat yang kerap kali dipanggil untuk menghadiri berbagai acara. Seringnya Rakutta mengikuti ayahnya dalam berbagai acara adat mengakibatkan lambat laun ia mengetahui mengenai adat-adat karo. Beliau juga sering berdiskusi dengan ayahnya mengenai adat-adat karo yang belum ia mengerti. Dengan demikian maka pemahaman mengenai adat-adat ini akan semakin banyak. Pemahaman Rakutta Sembiring Brahmana terhadap adat karo kelak dituliskannya dalam sebuah buku yang berjudul ‘’ Corat Coret Budaya Karo’’.

Sama halnya dengan anak-anak sebayanya Rakutta Sembiring Brahmana juga menyenangi permainan-permainan yang sering dimainkan pada saat itu seperti sepak bola, catur, kelereng, gasing dan sebagainya. Dia juga dikenal sebagai anak yang pintar. Namun seperti anak-anak pada umumnya, Rakutta juga tidak terlepas dari kenakalan-kenakalan kecil yang sering dilakukan oleh anak-anak. Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah mau mengalah apabila ia merasa apa yang dia lakukan itu benar. Demikian juga ketika adik-adiknya diperlakukan tidak adil oleh orang lain ia akan melawan dan memarahi adiknya itu apabila tidak mau melawan orang tersebut. Sifat seperti ini tetap dipertahankannya hingga ia menikah dan mempunyai anak. Konsep untuk melawan jika benar ia terapkan kepada anak-anaknya kelak.

(7)

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari salah satu adik tiri Rakutta Sembiring Brahmana, abang sulungnya ini mempunyai beberapa teman sepermainan yang sangat dekat yakni Ngerimi Ketaren dan Tandel Brahmana.16

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana masih duduk di bangku Sekolah Rakyat yang dikenal dengan sebutan HIS (Holland Inlandsch School) ibu kandung dari beliau yaitu Bayang Tua br Sebayang dipanggil oleh Tuhan Yang maha Esa untuk

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana menginjakan usia sekitar delapan tahun tepatnya pada tahun 1924, beliau memasuki bangku sekolah untuk pertama kalinya. Kedua orangtua Rakutta sepakat untuk menyekolahkan anak sulungnya ini di Sekolah Rakyat yang dikenal dengan HIS (Holland Inlandsch School). Pada masa itu belum ada sekolah di Desa Limang, oleh karena itu orangtuanya kemudian menyekolahkannya di Kabanjahe. Jarak antara Kabanjahe dan Limang cukup jauh sehingga tidak memungkinkan apabila Rakutta Sembiring Brahmana untuk pergi bersekolah setiap harinya dengan pulang pergi, sehingga pada saat itu Rakutta dititipkan orangtuanya di tempat neneknya di Kabanjahe. Sejak saat itu Rakutta Sembiring Brahmana tidak tinggal bersama orangtuanya lagi. Meskipun Rakutta Sembiring Brahmana telah tinggal bersama neneknya, namun kedua orangtuanya kerap kali mengunjunginya dan demikian juga sebaliknya beliau juga sering mengunjungi orangtua dan sanak saudaranya di kampung halamanya Desa Limang terutama pada saat libur sekolah berlangsung. Biaya kehidupan Rakutta Sembiring Brahmana setelah tinggal bersama neneknya di Kabanjahe tetap ditanggung oleh kedua orangtuanya.

16

(8)

menghadap kepadaNYA. Peristiwa ini tentunya melukiskan luka yang mendalam bagi Rakutta Sembiring Brahmana yang masih kecil. Kehilangan salah satu orang yang paling dicintainya membuatnya sedikit rapuh. Namun sebagai seorang anak laki-laki yang paling sulung dan berjiwa besar, Rakutta tidak larut dalam kesedihan. Rakutta Sembiring Brahmana pun akhirnya bangkit dan kembali pada kegiatannya seperti biasa.

2.2 Masa Remaja Rakutta Sembiring Brahmana.

Setelah tamat dari HIS (Holland Inlandsch School) pada tahun 1927, Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi lagi. Rakutta Sembiring Brahmana melanjutkan sekolahnya di Taman Siswa yang berada di Kota Medan. Selama Rakutta Sembiing Brahmana di Medan, ia tinggal bersama salah satu kerabatnya bernama Hj Harun yang dikenal dengan julukan Pak Haji. Rakutta Sembiring Brahmana tinggal di Kampung Lalang Medan bersama pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan tidak mempunyai anak, oleh karena itu mereka kemudian mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak angkat mereka.17

17

Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 24 Juli 2010.

Sejak ia diangkat menjadi anak oleh keluarga Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai orangtua kedua selain ayah dan ibu kandungnya yang tinggal di Desa Limang. Selama ia tinggal di rumah Hj Harun, Rakutta Sembiring Brahmana menjadi anak yang mandiri. Rakutta Sembiring Brahmana tidak segan-segan melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan piring, mengepel lantai

(9)

bahkan memasak yang pada umumnya dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini menunjukkan perubahan pada Rakutta Sembiring Brahmana kecil menjadi anak yang mulai beranjak remaja. Hal-hal yang tidak pernah ia lakukan di kampung halamanya seperti pekerjaan rumah kini harus ia lakoni. Kerajinan dan kemandirian Rakutta Sembiring Brahmana inilah yang menyebabkan orangtua angkatnya ini sangat menyayanginya. Rakutta Sembring Brahmana menunjukkan bahwa ia bisa menjadi anak yang tidak mengandalkan harta kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya.

Rakutta Sembiring Brahmana masuk ke sekolah lanjutan yang dikenal dengan Taman Siswa pada tahun 1927. Selama sekolah di Taman Siswa ini, ia dikenal dengan anak yang mudah bergaul dan banyak disenangi orang, oleh karena itu tidak mengherankan apabila Rakutta Sembiring Brahmana sangat dekat dengan gurunya salah satunya ialah Pak Sugondo. Rakutta Sembiring Brahmana juga dikenal sebagai anak yang mempunyai prestasi yang membanggakan karena ia termasuk ke dalam ranking kelas.

Selama bersekolah di Taman Siswa Medan, Rakutta Sembiring Brahmana kerap kali pulang ke kampung halamanya di Desa Limang terutama pada saat sekolah libur. Untuk sampai ke kampung halamanya Rakutta Sembiring Brahmana harus naik angkutan dari Medan yang pada saat itu sangat sulit ditemukan. Satu-satunya angkutan umum yang menghubungkan Medan-Berastagi adalah PMG (Persatuan Motor Gunung). Dengan angkutan ini Rakutta Sembiring Brahmana bisa sampai ke Desa Perbesi dan dari desa ini kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Desa Limang dengan berjalan kaki. Perjalanan dari Desa Perbesi ke Desa Limang dapat ditempuh

(10)

dengan berjalan kaki selama 3 jam. Perjalanan ini terpaksa dilakukan karena tidak ada angkutan yang sampai ke desa ini.

Ketika Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamanya di Desa Limang, beliau tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau. Biasanya selama liburan Rakutta Sembiring Brahmana menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku atau menulis. Rakutta Sembiring Brahmana ini sangat menyenangi buku-buku yang berbau politik. Meski Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak pernah ikut bersama orangtuanya ke ladang atau menggembalakan kerbau, kedua orangtuanya tidak pernah memarahinya karena mereka menyadari hobbi dari anak sulungnya ini.

Selama Rakutta Sembiring Brahmana sekolah di Taman Siswa, beliau tetap dibiayai oleh orangtuanya. Biaya kehidupannya terkadang diantar oleh ayahnya ke Medan, lain waktu dikirim lewat pos, dan terkadang juga dibawa oleh Rakutta Sembiring Brahmana ketika beliau ketepatan pulang ke kampung halamannya.

Rakutta Sembiring Brahmana mulai menunjukkan ketertarikanya di dunia politik sejak ia masuk ke sekolah Taman siswa. Di sekolah ini beliau ikut dalam organisasi sekolah yang ditujukan untuk seluruh siswa Taman Siswa. Organisasi yang diikuti oleh Rakutta Sembiring Brahmana di Taman Siswa ini berupa organisasi bawah tanah. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi tersembunyi dan tak boleh diketahui keberadaanya oleh pemerintah Belanda. Keikutsertaan Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi sekolah ini dikarenakan kewajiban yang dibebankan oleh pihak sekolah kepada seluruh siswa Taman Siswa. Guru-guru dari Sekolah Taman Siswa ini kebanyakan berkecimpung di dalam dunia politik, sehingga

(11)

mereka mengajak siswanya untuk turut serta dalam pergerakan melawan penjajahan Belanda.

Ikut sertanya Rakutta Sembiring Brahmana dalam organisasi bentukan sekolahnya secara tidak langsung menambah pemahamannya akan dunia politik. Didikan dari Taman Siswa ini juga membentuk kepribadian Rakutta Sembiring Brahmana yang berani mengambil resiko dalam menentang penjajah. Rakutta sembiring Brahmana semakin peka akan nasib bangsanya sehingga ia mau meninggalkan kemewahan yang ia dapatkan dari orangtuanya dan bergabung bersama pejuang-pejuang di era 1930-an itu. Selama sekolah di Taman Siswa beliau telah masuk menjadi salah satu simpatisan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Setelah tamat dari Sekolah Taman Siswa Medan pada tahun 1930, beliau melanjutkan kenjenjang yang lebih tinggi lagi. Beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah yang sama yaitu Taman Siswa Medan. Pada pertengahan tahun 1930 Rakutta Sembiring Brahmana meninggalkan pendidikannya karena keinginanya untuk masuk menjadi anggota Partindo. Masuknya Rakutta Sembiring Brahmana ke dalam organisasi Partindo tidak terlepas dari dibubarkannya Partai Nasional Indonesia (PNI).

2.3 Kehidupan Berumahtangga.

Setelah berhenti dari Taman Siswa, Rakutta Sembiring Brahmana pulang ke kampung halamannya di Desa Limang. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian disarankan oleh ayahnya untuk segera berumah tangga, dan karena itu adalah permintaan ayahnya, Rakutta Sembiring Brahmana tak kuasa menolak sehingga ia

(12)

meluluskan permintaan dari orangtua yang sangat dikasihinya itu. Seperti pada umumnya masyarakat Karo, biasanya seorang laki-laki disarankan oleh orangtua untuk menikahi anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya yang lajim disebut impal. Perkawinan dengan impal menurut pola kekerabatan masyarakat Karo merupakan perkawinan yang ideal. Perkawinan ini diharapkan dapat menjaga agar tali kekerabatan tetap terjalin terus-menerus. Rakutta Sembiring Brahmana kemudian disuruh untuk memilih salah satu dari puteri pamannya (mama) untuk dijadikan pendamping hidupnya. Rakutta Sembiring Brahmana memantapkan pilihanya kepada salah seorang anak perempuan pamannya bernama Ngamini br Sebayang.

Rakutta Sembiring Brahmana akhirnya menikahi impalnya. Pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan impalnya Ngamini br Sebayang dilaksanakan di Desa Perbesi. Pernikahan ini dilaksanakan di Desa Perbesi karena desa tersebut merupakan desa tempat isterinya berasal. Pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Ngamini br Sebayang dilakukan dengan acara adat Karo. Pada hari yang telah ditentukan dilaksanakanlah pesta perkawinan Rakutta Sembiring Brahmana dengan Ngamini br Sebayang. Hari itu semua sangkep nggeluh dari kedua belah pihak hadir untuk memuliakan pesta perkawinan itu. Apabila pesta diadakan sintua (agung), yakini dengan memotong kerbau dan erkata gendang, dan kalimbubu membawa ose anak berunya (sukut). Pertama-tama kalimbubu si ngalo ulu emas akan memasangkan ose penggantin laki-laki dan si nereh memasangkan ose pengantin perempuan. Selanjutnya semua sukut iosei oleh kalimbubu si ngalo ulu emas janah simaba

(13)

ose-nya masing-masing. Selesai rose acara pun dimulai.18

Rakutta Sembiring Brahmana sering mengajak teman-teman seperjuangannya untuk berkumpul dan makan bersama di rumahnya. Rakutta Sembiring Brahmana sangat senang menjamu teman-temannya, dan alangkah malunya dia apabila ada tamu yang datang ke rumahnya pulang belum makan. Ada beberapa nama teman sepergerakan Rakutta Sembiring Brahmana yang berhasil didapatkan oleh penulis antara lain: Munaf Munir, Jakob Siregar, Keras Surbakti, Rim Perangin-angin dan Dalam pelaksanaan pesta perkawinan ada ini dipotong beberapa kerbau milik orangtuanya, selain karena ayahnya mempunyai kerbau yang cukup banyak, juga karena yang menikah adalah putera sulung. Seharusnya dilakukan demikian sesuai dengan adat istiadat perkawinan di tengah-tengah masyarakat Karo.

Setelah menikah Rakutta Sembiring Brahmana beserta isterinya menetap di Desa Limang. Meski Rakutta Sembiring Brahmana telah menikah, beliau tidak pernah meninggalkan kesibukannya di dunia politik, beliau justru lebih gencar melakukan kegiatan politik setelah ia menikah. Rakutta kerap kali meninggalkan isterinya sendirian dan pergi ke desa-desa yang ada di Tanah Karo untuk menyampaikan pidato-pidatonya. Rakutta Sembiring Brahmana sering tidak pulang ke rumah hingga berhari-hari bahkan sampai satu minggu. Hal-hal seperti ini tidak membuat isterinya marah karena ia sangat mengerti dan mendukung kegiatan suaminya itu.

18

(14)

Selamet Ginting.19 Rakutta Sembiring Brahmana dan teman-teman sepergerakanya tidak hanya berkumpul di Desa Limang. Mereka mempunyai beberapa tempat perkumpulan dan biasanya tempatnya berpindah-pindah setiap saat. Adapun tempat-tempat yang sering dijadikan mereka sebagai tempat-tempat pertemuan antara lain: Tiga Nderket, Tiga Binanga dan Kota Cane. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan jejak mereka dari Belanda karena pada waktu itu bagi orang-orang yang dianggap membangkang dan melawan terhadap Belanda pasti ditangkap. Meskipun nyawanya terancam apabila sewaktu-waktu Belanda mengetahui keterlibatan dirinya dalam pergerakan, Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah takut. Salah satu alasannya adalah ayahanda Rakutta Sembiring Brahmana mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan controller (pengawas)20

Dari pernikahan Rakutta Sembiring Brahmana dengan isterinya Ngamini br Sebayang, beliau dikaruniai enam orang anak yang terdiri dari tiga orang putera dan

Belanda dan para Sibayak.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai seseorang yang sangat senang dengan makanan. Beliau mempunyai makanan favorit yaitu jengkol. Makanan favoritnya ini selalu dibawa kemana saja dia pergi, bahkan ketika beliau sudah menjadi seorang pemimpin pun jengkol ini tetap menjadi menu andalan beliau. Jengkol tersebut bahkan sampai diselipkannya dikantong jasnya. Di samping jengkol beliau sangat menyenangi sayur-sayuran terutama yang direbus. Sayuran favorit beliau adalah daun pepaya.

19 Wawancara dengan Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana di Medan, pada tanggal 23 Juli

2010.

20

S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoevel, 2003, hal .127.

(15)

tiga orang puteri. Adapun nama anak-anak Rakutta Sembiring Brahmana dan Ngamini br Sebayang adalah:

1. Brahmaputera Sembiring Brahmana 2. Netapken Sembiring Brahmana 3. Mulih Hitdjrah Sembiring Brahmana 4. Padjariah br Sembiring Brahmana 5. Asahanifah br Sembiring Brahmana 6. Patih Muka br Sembiring Brahmana

Nama anak-anak Rakutta Sembiring Brahmana pada umumnya dipengaruhi oleh nama-nama yang berbau Islam. Hal ini tidak terlepas dari masa lalu Rakutta Sembiring Brahmana yang pernah tinggal bersama keluarga haji.

Selama di Desa Limang isteri Rakutta Sembiring Brahmana hidup dari bertani. Beliau harus mendidik anak-anak mereka sendirian karena suaminya sering sekali berpergian untuk kegiatan politik. Pernah suatu ketika pada masa pendudukan Jepang di Tanaha Karo, Rakutta Sembiring Brahmana diminta oleh ayahnya untuk meninggalkan kegiatan politiknya. Hal ini dimaksudkan oleh ayahnya untuk menjaga keselamatan putera sulungnya ini.

Pada masa pendudukan Jepang pergerakan tidak dapat dilakukan dengan terbuka karena Jepang tidak segan-segan untuk menangkap dan menyiksa orang yang ketahuan mengikuti organisasi-organisasi yang menentang pemerintah Jepang. Menurut orang-orang yang pernah mengalami pendudukan Jepang di Tanah Karo, pemerintahan Jepang jauh lebih kejam dari pemerintah Belanda. Akibat kondisi yang seperti itu Rakutta Sembiring Brahmana disuruh oleh ayahnya untuk berdagang. Pada

(16)

masa itu Rakutta Sembiring Brahmana memutuskan untuk berdagang pakaian, maka ayahnya kemudian menjual beberapa kerbau miliknya untuk modal putera tercintanya ini. Keputusan Rakutta Sembiring Brahmana untuk berjualan pakaian dipengaruhi oleh kondisi pada masa pendudukan Jepang, kain sangat minim sehingga orang seringkali hanya mempunyai satu pasang baju yang dipakai hingga berhari-hari. Usaha dagang kain Rakutta Sembiring Brahmana tidak berjalan lancar. Hingga berhari-hari tidak ada satu potong pakaian pun yang laku. Ada beberapa alasan mengapa usaha milik Rakutta Sembiring Brahmana ini tidak dapat berjalan, pertama Rakutta Sembiring Brahmana sendiri tidak memiliki jiwa dagang sehingga ia tidak mampu menarik minat pembeli untuk membeli barang dagangannya. Kedua, pada masa itu keuangan masyarakat yang sangat minim akibat pendudukan Jepang, sehingga masyarakat tidak mampu untuk membeli pakaian. Usaha dagang ini kemudian akhirnya ditutup.

Rakutta Sembiring Brahmana dikenal sebagai sosok ayah yang tegas bagi anak-anak dan isterinya. Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat cuek kepada anak-anaknya, artinya beliau tidak mau menunjukkan secara nyata perhatiannya kepada anak-anaknya. Namun di balik sifatnya yang cuek tersebut beliau sebenarnya sangat menyayangi anak-anak dan isterinya.

Ketegasan Rakutta Sembiring Brahmana ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan kegiatan beliau yang banyak berkiprah di dalam dunia politik. Beliau menerapkan disiplin yang sangat ketat bagi anak-anaknya, dan jika dilanggar maka dia tidak segan-segan untuk menasehati atau memberikan hukuman kecil kepada

(17)

anaknya. Setiap anak dibebebankan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci, atau memasak.

Setelah anak-anaknya memasuki sekolah, Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah membangunkan anak-anaknya untuk segera berkemas ke sekolah. Rakutta Sembiring Brahmana membiasakan agar masing-masing putera dan puterinya itu dapat hidup mandiri. Demikian juga untuk masalah jam tidur, anak-anaknya biasanya sudah tidur sebelum pukul Sembilan pada saat hari sekolah. Tidak ada satu anak pun yang berani melanggar aturan ini. Biasanya sebelum dikomando mereka sudah masuk ke kamar tidur masing-masing. Terkecuali hari Sabtu, Rakutta Sembiring Brahmana memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk tidur diatas jam sembilan. Biasanya anak-anaknya juga dibebaskan untuk ke luar rumah untuk pergi ke tempat teman, bioskop ataupun pasar malam.

Bagi anak-anaknya Rakutta Sembiring Brahmana ini adalah sosok ayah yang demokratis. Beliau sangat jarang sekali berkumpul dengan anak dan isterinya di rumah karena kesibukan beliau. Beliau juga sangat jarang makan bersama dengan anak-anaknya. Menurut penuturan salah satu putera Rakutta Sembiring Brahmana, biasanya mereka dapat bertemu dengan ayahnya dan menyampaikan keluh kesahnya pada saat pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Rakutta Sembiring Brahmana ini biasanya sudah bangun pagi di bawah jam lima pagi. Setiap pagi Rakutta Sembiring Brahmana duduk santai sambil minum air putih dan membaca Koran. Beliau tidak

(18)

minum kopi atau minuman lainnya karena beliau mempunyai riwayat penyakit diabetes sehingga beliau tidak diperbolehkan untuk minum minuman seperti itu.21

Rakutta sembiring Brahmana mempunyai hobbi main catur dan sepak bola. Beliau juga sangat gemar menonton di bioskop. Jika Rakutta Sembiring Brahmana tidak dalam keadaan sibuk, biasanya beliau menyempatkan untuk menonton film terbaru di bioskop. Kebiasan-kebiasaannya ini tetap dilanjutkannya stelah ia menikah. Rakutta Sembiring Brahmana tidak pernah sekali pun mengajak anak dan isterinya untuk menonton bersama di bioskop. Beliau juga tidak pernah mengajak puteranya untuk bermain olahraga kegemarannya sepak bola.

21

Referensi

Dokumen terkait

Rukun Tetangga, untuk selanjutnya disingkat RT atau sebutan lainnya adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan

Judul “Pelayanan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Perspektif Fiqih Mu’amalah dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji (Studi Kasus Di

(3) Pengendalian penyajian data yang bersumber dari sistem informasi dalam laman Pemerintah Daerah dilakukan secara bersama oleh Bagian Humas berkoordinasi dengan Dinas dan OPD

Pasien sebelumnya telah mengunakan gigi tiruan akrilik (RA) dan rahang bawah (RB), namun merasa tidak nyaman dengan gigi tiruannya terutama pada rahang bawah karena mengunakan

The major findings of this study are that: (1) diet-in- duced HC in pigs resulted in an impairment of renal endothelium-dependent relaxation in response to both Ach and A23187; (2)

Therefore, the current loosely coupled INS/GNSS integration architecture is not suitable for land mobile mapping applications where frequent and long GNSS outages are

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam

Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan pada hasil listing SE2016 berdasarkan jumlah usaha dan tenaga kerja terserap menurut kategori lapangan usaha, kode KBLI dua