• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa Terhadap Kasus Nuklir Iran Dan Implikasinya Terhadap Perdamaian Dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tindakan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa – Bangsa Terhadap Kasus Nuklir Iran Dan Implikasinya Terhadap Perdamaian Dunia"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA –

BANGSA TERHADAP KASUS NUKLIR IRAN DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PERDAMAIAN DUNIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-tugas Dalam

Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

AULIA RIZKY HARAHAP

NIM : 070200060

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINDAKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA –

BANGSA TERHADAP KASUS NUKLIR IRAN DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PERDAMAIAN DUNIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

AULIA RIZKY HARAHAP Nim : 070200060

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

DISETUJI OLEH

KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

ARIF,SH.MH NIP. 196403301993031002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sutiarnoto,MS,SH,M,Hum Makdin Munthe,SH.M.Hum

NIP : 195610101986031003 Nip : 195508081980031004

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemurahan dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis, sehingga peulis dapat mengikuti perkuliahan dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatra Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang penulis kemukakan “TINDAKAN DEWAN

KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA – BANGSA TERHADAP

KASUS NUKLIR IRAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PERDAMAIAN DUNIA”, Skripsi ini membahas tentang bagaimana peran dari

Dewan Keamanan Persrikatan Bangsa – bangsa dalam menyikapi kasus nuklir iran dalam implikasinya dalam perdamaian dunia.

(4)

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Iniversitas Sumatera Utara .

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bpk Sutiarnoto,MS,SH,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini.

4. Bpk Makdin Munthe,SH.M,Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini.

5. Ibu Puspa Melati Hasibuan,SH.M.Hum., selaku Dosen Wali penulis. 6. Bapak dan Ibu dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya dan membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

8. Teristimewa kepada Orangtua tercinta H.Syafril Harahap dan Hj.Afrida yang telah membesarkan dan mendidik Penulis dengan kasih sayang yang tak hentinya memberikan motivasi, semangat dan mendoakan setiap langkah Penulis dalam mencapai cita-cita.

(5)

10. Kepada sahabat-sahabat Penulis : Heru Adenin,Yogi Selamat Ginting,Maulana Hanafi,Fadil,Faisal Lbs,Muammar Zia Nst,Christian Pranata,Irveb Imanuel Trg,Adhy Iswara Sinaga,Andreas Napitupulu,danisyahputra Sembiring

11.Teman-teman seangkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara yang tidak bias disebutin satu persatu.

12. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua. Amin.

Medan, Mei 2011 Penulis

(6)

ABSTRAK

Kemampuan Iran dalam mengembangkan teknologi nuklir telah ada sejak masa kepemimpinan Shah Pahlevi. Berbagai fasilitas nuklir dibangun di beberapa kota di Iran dengan bantuan dari negara-negara Barat. Kemajuan di bidang teknologi nuklir mendorong pemerintah Iran membuat kebijakan mengenai program nuklir yang pada akhirnya mengundang kecurigaan masyarakat intenasional khususnya Barat. DK PBB selalu berpegang pada Piagam PBB dalam menangani kasus nuklir tersebut.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penulisan………...7

D. Manfaat Penulisan……… 8

E. Metode Penulisan………. 9

F. Sistematika Penulisan……….. 13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……… 16

A. Sejarah/Pengertian Tentang Organisasi Internasional………… 16

B. Tinjauan Tentang Penyelesaisan Sengketa Internasional……... 17

C. Tinjauan Tentang PBB (Perserikatan Bangsa – bangsa)……… 27

BAB III : GAMBARAN UMUM……… 37

A. Sejarah/Gambaran Umum Tentang Badan Atom Internasional (IAEA) dan Gambaran Umum Tentang Nuklir……… 37

B. Negara Iran Sebagai Subjek Hukum Internasional…………... 41

(8)

BAB IV : BEBERAPA KONFILK NEGARA DALAM ORGANISASI PBB

(Perserikatan Bangsa – bangsa)………... 54

A. Tindakan DK PBB dalam Menyikapi Kasus Nuklir Iran Menurut Piagam PBB………. 54

B. Faktor – faktor yang Menghambat Tindakan DK PBB dalam Menyikapi Kasus Nuklir Iran………. 85

C. Implikasi Tindakan DK PBB dalam Menyikapi Kasus Nuklir Iran Terhadap Perdamaian Dunia……….. 106

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……… 128

A. Kesimpulan... 128

B. Saran... 130

(9)

ABSTRAK

Kemampuan Iran dalam mengembangkan teknologi nuklir telah ada sejak masa kepemimpinan Shah Pahlevi. Berbagai fasilitas nuklir dibangun di beberapa kota di Iran dengan bantuan dari negara-negara Barat. Kemajuan di bidang teknologi nuklir mendorong pemerintah Iran membuat kebijakan mengenai program nuklir yang pada akhirnya mengundang kecurigaan masyarakat intenasional khususnya Barat. DK PBB selalu berpegang pada Piagam PBB dalam menangani kasus nuklir tersebut.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia terutama Jepang dikejutkan dengan dijatuhkannya bom atom (nuklir) diatas kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Kedua bom hasil rancangan para ilmuwan Amerika Serikat tersebut telah menimbulkan korban jiwa hampir 200.000 ribu orang dan membawa dampak kerusakan yang parah bagi pemerintah Jepang. Namun bagi Amerika Serikat dan pasukan sekutu lainnya, bom nuklir tersebut dianggap telah merubah sejarah dunia dan mampu menghentikan Perang Dunia II yang telah berlangsung hampir 3,5 tahun dengan ditandai menyerahnya tentara Jepang tanpa syarat kepada tentara sekutu. Bagi Paul Warfield Tibbets, seorang pilot pesawat Enola Gay yang membawa bom nuklir untuk dijatuhkan ke kota Hiroshima, bahwa apa yang telah dilakukannya adalah penting untuk mengurangi lebih banyak pertumpahan darah. Dengan menjatuhkan bom atom, Tibbets percaya ia telah menghentikan perang secepat mungkin1

Pengeboman nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki meskipun dapat menghentikan Perang Dunia ke II, justru menimbulkan konflik baru yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Keberhasilan teknologi nuklir dalam pembuatan persenjataan yang bersifat perusak massal (mass

.

(11)

destructive) memicu ketegangan yang lebih besar dengan lahirnya era

perang dingin yang ditandai dengan perlombaan persenjataan nuklir antara negara-negara blok barat (Amerika Serikat) dengan negara-negara blok timur (Uni Sovyet). Perang dingin juga mendorong negara penghasil nuklir seperti Amerika Serikat dan Uni Sovyet memasok bahan-bahan maupun senjata nuklir dan membantu pembangunan instalasi nuklir kepada negara-negara ketiga.

Pemasokan bahan-bahan nuklir dari negara-negara nuklir tersebut yang menyebabkan semakin meluas dan meningkatnya negara-negara yang mengembangkan teknologi nuklir. Namun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi-lah yang sebenarnya mendorong negara-negara untuk memiliki dan membangun instalasi-instalasi nuklir untuk meningkatkan prestise di mata dunia. Nuklir dalam perkembangannya tidak hanya digunakan untuk kepentingan militer saja, seperti pembuatan senjata nuklir, namun nuklir juga dapat digunakan untuk kepentingan sipil seperti pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir (PLTN), dan juga penelitian-penelitian tentang nuklir.

(12)

bidang persenjataan nuklir. Salah satu traktat internasional dalam bidang persenjataan nuklir adalah Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapon (NPT) yang ditandatangani tanggal 1 Juli 1968 dan mulai berlaku tanggal 5 Maret 1970. Satu hal yang menonjol dalam perjanjian ini bahwa negara non nuklir dilarang untuk membuat atau memiliki senjata nuklir, sedangkan bagi negara nuklir tidak ada larangan untuk mengembangkan, membuat, atau bahkan menggunakan senjata nuklirnya2

Dengan ditegakkannya Traktat Non Proliferasi 1968, proliferasi senjata nuklir menjadi isu yang terus menjadi bahan perdebatan internasional hingga hari ini. Salah satu isu proliferasi senjata nuklir tersebut adalah program nuklir Iran yang kini berkembang menjadi suatu kasus yang sedang di tangani oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Kasus nuklir Iran muncul menjadi perdebatan masyarakat internasional dimulai dengan adanya tuduhan

.

Perjanjian NPT ini mensyaratkan Safeguard System atau sistem pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional/ International Atomic Enegy

Agency (IAEA) terhadap semua peralatan, bahan-bahan dan instalasi nuklir.

Negara-negara peserta NPT memiliki kewajiban untuk memberi akses bagi IAEA terhadap setiap program nuklir yang akan maupun tengah dijalankan sehingga diharapkan laporan IAEA tersebut dapat meyakinkan negara lain bahwa program nuklir negara peserta NPT hanya ditujukan untuk kepentingan damai, yakni untuk pembangkit energi listrik, bukan untuk pembuatan senjata nuklir.

(13)

Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa bahwa program nuklir yang sedang dikembangkan oleh Iran termasuk dibangunnya sejumlah reaktor nuklir di sejumlah kota di negara pimpinan Mahmoud Ahmaddinejad tersebut. Inspeksi IAEA terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran telah dilakukan dan dilaporkan kepada DK PBB oleh ketua IAEA, Mohamed Elbaradei. Disisi lain, pemerintah Iran bersikeras membantah bahwa program nuklir yang tengah dikembangkan pemerintah Iran bukan untuk kepentingan militer dan pembuatan senjata melainkan untuk kepentingan sipil dan damai, sesuai dengan ketentuan NPT.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi internasional yang salah satu tujuannya untuk mempertahankan perdamaian dan kemananan internasional sesuai dengan Pasal 1 Piagam PBB 1945, melalui organ Dewan Keamanan-nya sedang berupaya untuk menyelesaikan kasus nuklir Iran tersebut. Dalam menyikapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, ada ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh DK PBB agar permasalahan tidak berkembang menjadi suatu konflik yang semakin menegang dan meluas. Salah satu ketentuan yang harus dipatuhi oleh DK PBB adalah ketentuan yang tercantum dalam Piagam PBB 1945, yang merupakan salah satu instrumen hukum internasional yang penting dan menjadi dasar berdirinya PBB.

(14)

PBB. Tuntutan adanya reformasi PBB terutama mengenai jumlah anggota tetap DK PBB terus digalakkan oleh masyarakat internasional. Selama ini, PBB dianggap gagal dalam menjaga perdamaian dunia akibat sikap dari masing-masing anggota DK PBB untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut keamanan intenasional.

Sikap skeptis juga salah satunya ditunjukkan oleh pemerintah Iran. Pada kasus nuklir Iran, pemerintah Teheran menegaskan siap melakukan konfrontasi jika DK PBB melakukan intervensi dalam masalah program nuklir Iran. Hamid Reza Asefi, juru bicara Iran mengatakan segala tindakan yang dilakukan DK PBB akan membawa dampak negatif dalam kerja sama Iran dengan Badan Pengawas nuklir PBB, IAEA3

3 Solopos, 8 Mei 2006.”Jika DK PBB Intervensi Soal Nulir Iran,Iran Siap Lakukan

Konfrontasi.hlm:5

. Sikap skeptis pemerintah Iran tersebut didukung oleh seluruh rakyat Iran. Pembelaan Iran terhadap program nuklirnya juga didukung oleh sejumlah negara lain terutama negara-negara Islam dan negara-negara yang selama ini memiliki hubungan kurang baik dengan Amerika Serikat .

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan studi lebih lanjut terhadap DK PBB terutama dalam menyikapi kasus nuklir Iran. Oleh karena itu judul penulisan hukum ini adalah TINDAKAN

DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (DK PBB)

TERHADAP KASUS NUKLIR IRAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

(15)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dengan berpedoman pada latar belakang masalah di atas, agar masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan umum, maka penulis memberikan pembatasan masalah dengan tujuan agar penelitian dilakukan secara cermat dan sistematis sehingga tujuan penulisan hukum ini dapat tercapai.

Kasus nuklir Iran yang dikaji dalam penulisan hukum ini adalah kasus nuklir Iran tahun 2006 terutama Iran dalam masa pemerintahan presiden Mahmoud Ahmaddinejad. Penulis juga membatasi masalah hanya pada ketentuan yang diatur dalam Piagam PBB 1945 sebagai ketentuan hukum DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran. Sedangkan perdamaian dunia yang dimaksud dalam penulisan hukum ini adalah suatu kondisi aman dan bebas dari ancaman perang dan kekuatan bersenjata (army forces warfare) yang dapat dilakukan oleh negara-negara di dunia.

2. Perumusan Masalah

(16)

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka penulis akan mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah tindakan DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran menurut Piagam PBB 1945?

b. Faktor-faktor apakah yang menghambat tindakan DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran?

c. Bagaimanakah implikasi tindakan DK PBB menyikapi kasus nuklir Iran terhadap perdamaian dunia?

C.Tujuan Penulisan

Kegiatan penulisan ini dilakukan oleh saya agar dapat menyajikan data akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mempunyai tujuan obyektif dan tujuan subyektif sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui tindakan DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran menurut Piagam PBB 1945.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat tindakan DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran.

(17)

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis bidang hukum internasional khususnya mengenai tindakan Dk PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran dan implikasinya terhadap perdamaian dunia.

b. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar S1 dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D.Manfaat Penulisan

Penulis berharap bahwa kegiatan penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi saya maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah khasanah pustaka kajian Hukum Internasional pada umumnya dan Hukum Organsisasi Internasional pada khususnya.

(18)

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang terkait langsung dengan penelitian ini.

E. Metode Penulisan

Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi. Metode tersebut dilakukan dengan mengadakan klasifikasi yang berdasarkan pada pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirkannya alur yang runtut dan baik untuk mencapai suatu maksud4

1.Jenis Penulisan

. Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini adalah:

Penulisan ini jika dilihat dari sumber datanya merupakan penulisan hukum normatif, yakni penulisan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan juga disebut sebagai penulisan kepustakaan. Penulisan hukum ada 7 jenis dari persepektif tujuannya, yakni mencakup penulisan inventarisasi

(19)

hukum positif, penulisan asas-asas hukum, penulisan hukum klinis, penulisan hukum yang mengkaji sistematika peraturan perundang-undangan, penelitian yang ingin menelaah sinkronisasi suatu peraturan perundang-undangan, penelitian perbandingan hukum, dan penelitian sejarah hukum5

Penulisan yang dilakukan oleh saya ini merupakan penulisan deskrpitif, yakni penulisan yang dimaksudkan untuk memberikan data awal yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penulisan ini terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama atau dalam rangka penyusunan teori-teori baru

.

6

2.Jenis Data

.

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan7

5 Amirudin dan Asikin Zainal.2004Pengantar Metode Penelitian Hukum.Jakarta:PT.Raja

Grafindo Persada.hlm:132

6 Soerjono Soekanto.1986.Pengantar Penelitian Hukum Cet-3.Jakarta.UI Pres.hlm:10 7 Ibid.hlm:12

. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian hukum ini antara lain adalah Charter of The United Nations (Piagam PBB 1945),

Security Council’s Resolution 1969, Security Council’s Resolution

1737, Non Proliferation Treaty (NPT) serta bahan-bahan literatur

(20)

menyikapi kasus nuklir Iran dan implikasinya terhadap perdamaian dunia.

3.Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sumber data sekunder, yakni sumber data yang bersifat pribadi dan bersifat publik8

1) Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional dalam bentuk traktat dan konvensi

, yang terdiri dari:

9

2) Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil ilmiah para sarjana, hasil penelitian, buku-buku, koran, majalah, internet dan makalah.

yang dalam hal ini berupa Charter

of The United Nation (Piagam PBB 1945).

3) Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum primer dan sekunder yang berupa kamus bahasa Inggris-Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

8 Ibid.hlm:12

(21)

4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah studi kepustakaan dengan cara membaca, mengkaji dan menelaah dengan teliti sumber data dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti mengenai tindakan DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran dan implikasinya terhadap perdamaian dunia ditinjau dari Piagam PBB 1945.

5.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah poses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, ketegori dan satuan pola sehingga dapat ditentukan dengan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data10

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini adalah teknik analisis data kualitatif, yakni suatu uraian tentang cara-cara analisis berupa kegiatan mengumpulkan data kemudian diedit dahulu untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang sifatnya kualitatif

.

11

Teknik analisis data ini dilakukan dengan teknik analisis data yang logis dengan mendasarkan pada pola pikir deduktif dan induktif mengenai tindakan DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir Iran dan

.

10 Ibid.hlm:22

(22)

implikasinya terhadap perdamaian dunia ditinjau dari Piagam PBB 1945 yang diolah secara sistematis dengan mencari hubungan antara pemikiran penulis dengan teori-teori yang diteliti serta dengan dikaitkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, khususnya Piagam PBB 1945 dengan tetap berpegang pada kerangka permasalahan yang ada.

F.Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan hukum ini, maka penulis dalam penulisannya membagi menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metodologi Penulisan yang kemudian diakhiri dengan Sistematika Penulisan Hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(23)

,Tinjauan tentang Penyelesaian sengketa Internasional dan yang terakhir menguarikan tentang PBB (Perserikatan Bangsa – bangsa).

BAB III : GAMBARAN UMUM:

Dalam bab ini diuraikan mengenai tentang gambaran umum dimana yang menguraikan tentang Struktur/Gambaran umum tentang Badan Atom Internasional (IAEA) dan Tinjauan tentang Nuklir,lalu membahas tentang Negara Iran sebagai subjek Hukum Internasional dan terakhir membahas tentang peranan Organisasi Internasional dalam Perdamaian Dunia.

BAB IV : BEBERAPA KONFLIK NEGARA DALAM ORGANISASI PBB.

(24)

Dewan Keamanan PBB dalam menyikapi kasus Nuklir Iran terhadap Perdamaian Dunia.

BAB V : P EN U T U P.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah/Pengertian Tentang Organisasi Internasional

1. Pengertian organisasi internasional

Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang timbul. Organisasi juga diperlukan dalam menjajagi sikap bersama dan mengadakan hubungan dengan negara lain. Dapat dicatat bahwa ciri organisasi internasional yang mencolok ialah merupakan suatu organisasi yang permanen untuk melanjutkan fungsinya yang telah ditetapkan. Organisasi itu mempunyai instrumen dasar (constituent instrument) yang akan memuat prinsip-prinsip dan tujuan, struktur maupun cara organisasi itu bekerja. Organisasi internasional dibentuk berdasarkan perjanjian, dan biasanya agar dapat melindungi kedaulatan negara, organisasi itu mengadakan kegiatannya sesuai dengan persetujuan atau rekomendasi serta kerjasama, dan bukan semata-mata bahwa kegiatan itu haruslah dipaksakan atau dilaksanakan12

(26)

a. Prinsip-prinsip yang dianut dalam pembentukan organisasi internasional

Agar diakui statusnya di dalam hukum internasional, organisasi internasional harus memenuhi 3 syarat:

1) Adanya persetujuan internasional seperti instrumen pokok itu akan membuat prinsip-prinsip dan tujuan maupun cara organisasi itu bekerja.

2) Organisasi internasional haruslah mempunyai paling tidak satu badan.

Organisasi internasional haruslah dibentuk di bawah hukum internasional. Persetujuan internasional (instrumen pokok) biasanya dilaksanakan di bawah hukum internasional sesuai ketentuan-ketentuan dalam hukum perjanjian13

Pertikaian atau sengketa, keduanya adalah yang dipergunakan secara bergantian dan merupakan terjemahan dari “dispute”. John G. Merrils memahami persengketaan sebagai terjadinya perbedaan pemahaman akan suatu keadaan atau obyek yang diikuti oleh pengklaim oleh satu pihak dan penolakan di pihak lain. Karena itu, sengketa internasional adalah

.

B. Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional

1. Pengertian sengketa internasional

(27)

perselisihan yang tidak secara eksklusif melibatkan negara, dan memiliki konsekuensi pada lingkup internasional 14

Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional adalah suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam perjanjian15

a. Macam-macam sengketa internasional

. Sengketa antar negara internasional dapat merupakan sengketa yang tidak dapat mempengaruhi kehidupan internasional dan dapat pula merupakan sengketa yang mengancam perdamaian dan ketertiban internasional.

Sengketa internasional ada dua macam, diantaranya16

1) Sengketa politik

:

Sengketa politik adalah sengketa ketika suatu negara mendasarkan tuntutan tidak atas pertimbangan yurisdiksi melainkan atas dasar politik atau kepentingan lainnya. Sengketa yang tidak bersifat hukum ini penyelesaiannya secara politik. Keputusan yang diambil dalam penyelesaian politik hanya berbentuk usul-usul yang tidak mengikat negara yang bersengketa. Usul tersebut tetap

14

Jawahir Tantowi dan Pranoto Iskandar.Hukum Internasional Kontemporer.Bandung:PT.RefikaAditama.hlm:224

15 Huala Adolf.Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional.Jakarta:Sinar Grafika.hlm:2 16 Boer Mauna2003.Pengertian,Peranan dan Fungsi Hukum Internasional dalam era

(28)

mengutamakan kedaulatan negara yang bersengketa dan tidak harus mendasarkan pada ketentuan hukum yang diambil.

2) Sengketa hukum

Sengketa hukum yaitu sengketa dimana suatu negara mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh hukum internasional. Keputusan yang diambil dalam penyelesaian sengketa secara hukum punya sifat yang memaksa kedaulatan negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan keputusan yang diambil hanya berdasarkan atas prinsip-prinsip hukum internasional.

b. Mekanisme penyelesaian sengketa internasional

J.G Starke menggolongkan mekanisme penyelesaian sengketa ke dalam dua kategori;

1) Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.

Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan17

Adapun di bawah ini akan dibahas mesing-masing golongan tersebut diatas:

17 J.G Starke,2001.Pengantar Hukum Internasional 2,terjemahaan dari Bambang Iriana

(29)

1) Cara-cara penyelesaian secara damai:

Pada Piagam PBB Pasal 3 (1) mengatakan bahwa:

“Pihak-pihak yang tersangkut dalam suatu sengketa yang terus menerus yang mungkin membahayakan terpeliharanya perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus mencari penyelesaian melalui negosiasi, penyidikan, dengan peraturan, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian menurut hukum, melalui badan-badan atau perjanjian setempat, atau dengan cara damai lain yang dipilih sendiri.”

Berdasarkan Piagam PBB tersebut diatas, maka penyelesaian sengketa secara damai dapat dibagi menjadi 3:

i. Melalui jalur diplomatik (non yurisdiksional) a) Negosiasi

(30)

memberinya kekuatan hukum. Misalnya hasil kesepakatan negosiasi yang dituangkan dalam bentuk suatu dokumen perjanjian perdamaian.18

Konsiliasi menurut The Institue of International Law melalui

Regulations on the Procedure of International Concilition yang diadopsi pada

tahun 1961 dalam Pasal 1 dinyatakan sebagai suatu metode penyelesaian pertikaian bersifat intenasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik sifatnya permanen atau sementara berkaitan dengan proses penyelesaian pertikaian

b.Konsiliasi

19

Mediasi atau perantaraan merupakan negosiasi tambahan, tapi dengan mediator atau perantara sebagai pihak yang aktif, mempunyai wewenang, dan memang diharapkan, untuk mengajukan proposalnya sendiri dan menafsirkan, juga menyerahkan, masing-masing proposal satu pihak pada pihak lain

.

c. Mediasi

20

18 Huala Adolf,Op.Cit.hlm:26-27

19 Jawahir Tantowi dan Pranoto Iskandar.Op.Cit.hlm:229

20 J.GMerrills.Penyelesaian Sengketa Internasional.Terjemahan Achmad

Fauzan(Internasional Dispute Settlement).Bandung:Trasito.hlm:21

(31)

d)Organisasi internasional (PBB)

Menurut Huala Adolf, S.H ada 4 kelompok tindakan PBB dalam menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. Keempat kelompok tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Preventive Diplomacy

Adalah suatu tindakan untuk mencegah timbulnya suatu sengketa di antara para pihak, mencegah meluasnya suatu sengketa, atau membatasi perluasan suatu sengketa. Cara ini dapat dilakukan oleh sekjen PBB, DK, Majelis Umum, atau oleh organisasi-organisasi internasional bekerja sama dengan PBB.

2) Peace Making

Adalah tindakan untuk membawa para pihak yang bersengketa untuk saling sepakat, khususnya melalui cara-cara damai seperti terdapat dalam Bab VI Piagam PBB. Tujuan PBB dalam hal ini berada di antara tugas mencegah konflik dan menjaga perdamaian.

3) Peace Keeping

(32)

PBB mengirimkan personel militer, polisi PBB, dan personel sipil.

4) Peace Building

Adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukung struktur-struktur yang ada guna memperkuat perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik. Cara ini bisa berupa proyek kerja sama konkret yang menghubungkan dua atau lebih negara yang menguntungkan di antara mereka.

Disamping keempat hal tersebut, ada istilah

Peace Enforcement (penegakan perdamaian). Yang

(33)

Loekito Santoso berpendapat bahwa pada taraf perdamaian, maka jalan terbaik adalah melibatkan PBB sebagai forum perdamaian internasional serta memberikan kesempatan untuk menjadi penengah21

ii. Melalui jalur litigasi (yurisdiksional)

.

a) Arbitrase internasional

Arbitrase merupakan cara penyelesaian yang telah dikenal jauh di masa lampau. Pengaturan arbitrase baru mulai pada tahun 1794, yakni ketika ditetapkan Perjanjian (internasional) Jay antara Amerika Serikat dan Inggris. Arbitrase adalah suatu cara penyelesaian sengketa dengan cara mengajukan sengketa kepada orang-orang tertentu, yang dipilih secara bebas oleh pihak-pihak yyang bersengketa untuk memutuskan sengketa tersebut22

Arbitrase bisa mendasarkan keputusannya pada ketentuan hukum atau juga mendasarkan pada kepantasan dan kebaikan. Pihak yang diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan ini disebut arbitator, yang bisa dibentuk berdasarkan persetujuan khusus dari pihak-pihak yang bersengketa atau melalui perjanjian arbitrase yang ada. Kesepakatan arbitrase lazim disebut compromis

.

23

21Loekito Santoso.1986.Orde Perdamaian Memecahkan Masalah Perang (Penjelajah Polemologik).Jakarta:UI Pres.hlm:29

F.Sugeng Istanto.Hukum Internasional.Yogyakarta:Universitas Atmadjaya Yogyakarta.hlm:92

23 Soemaryo Suryokusumo.OpCit.hlm :10

(34)

a) Pengadilan internasional

Pengadilan internasional yaitu penyelesaian masalah dengan menerapkan ketentuan hukum oleh badan-badan pengadilan internasional yang dibentuk secara teratur. Pengadilan internasional dapat dilakukan oleh Mahkamah Internasional karena merupakan satu-satunya pengadilan tetap yang dapat digunakan dalam masyarakat internasional. Pengadilan internasional juga dapat digunakan oleh badan lain berdasar persetujuan pihak-pihak yang bersengketa. Pengadilan internasional merupakan sebuah lembaga hukum yang sebelumnya suatu negara dapat dengan permohonan secara unilateral membawa persengketaannya dengan negara lain dan memangggilnya untuk hadir di depan pengadilan tanpa terlebih dulu mencapai persetujuan tentang susunan pengadilan dan masalah yang akan diajukan dan menyatakan bahwa negara lain telah menerima yurisdiksi dari pengadilan yang bersangkutan24

iii.Melalui Organisasi internasional regional .

Organisasi-organisasi atau Badan-Badan regional yang berfungsi memelihara perdamaian dan keamanan di wilayah tertentu umumnya

24 Rebecca M.M.Wallace.Hukum Internasional,terjemahan Bambang Arumnadi (International

(35)

memiliki mekanisme tersendiri dalam menyelesaikan sengketa internasional di antara para anggotanya.

2) Cara-cara penyelesaian secara kekerasan

Prinsip-prinsip cara penyelesaian melalui kekerasan menurut JG. Starke adalah:

a) Perang dan tindakan bersenjata non perang

Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian di mana negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya.

b) Retorsi

Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas atau tidak patut dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam konferensi negara yang kehormatannya dihina; misalnya merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan privilege-privilege diplomatik, atau penarikan diri dari konsesi-konsesi fiskal dan bea.

c) Tindakan pembalasan

(36)

negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan.

d) Blokade damai

Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan, tindakan itu pada umumnya ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade25

e) Intervensi

.

Menurut piagam PBB Pasal 2 ayat 4, intervensi tidak boleh berkembang menjadi ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap intergrasi teritorial atau kemerdekaan politik negara-negara manapun26

Berdirinya PBB diawali dengan kegagalan Liga Bangsa-Bangsa mencegah Perang Dunia Ke-2. Kegagalan tersebut mendorong negara sekutu pada tahun 1941 membentuk suatu organisasi publik negara-negara untuk mencapai suatu sistem kolektif yang dapat melindungi masyarakat internasional dari bencana perang. Organisasi tersebut diberi nama “The United Nations” dan pada tahun 1943 Deklarasi Moskow

.

C . Tinjauan Tentang PBB(Perserikatan Bangsa - Bangsa)

1. Sejarah berdirinya PBB

(37)

mengakui “perlunya mendirikan suatu organisasi internasional publik yang dapat bekerja dalam waktu segera, yang didasarkan atas prinsip persamaan kedaulatan dari seluruh negara cinta damai, besar maupun kecil, untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional”. Formulasi suatu rencana pasti bagi sebuah organisasi diperbaharui dalam beberapa tahap, di Teheran tahun 1943, di Dumbarton Oaks tahun 1944, di Yalta tahun 1945 dan akhirnya dalam Konferensi San Fransisco tanggal 25 April sampai 26 Juni tahun 1945 dimana 50 pemerintah, dengan dasar proposal Dumbarton Oaks yang dipersiapkan oleh empat negara sponsor, bersama-sama menyusun Charter of The United Nations/Piagam PBB27

27 D.W.Bowett.Hukum Organisasi Internasional,terjemahan:Bambang Irianan Djajaatmadja(The

Law Of International Instituonal.Jakarta:Sinar Grafika.hlm:30

.Piagam tersebut dirancang atas usul yang disusun oleh wakil-wakil dari Tiongkok, Perancis, Uni Sovyet, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.

(38)

b. Dasar dan tujuan PBB

Dasar dan tujuan PBB tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB, yaitu:

1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk tujuan itu diadakan tindakan-tindakan bersama yang tepat untuk mencegah dan melenyapkan ancaman-ancaman bagi perdamian, dan meniadakan tindakan-tindakan penyerangan ataupun tindakan lainnya yang mengganggu perdamian, dan akan menyelesaikannya dengan jalan damai, dan sesuai dengan asas-asas keadilan dan hukum internasional, mengatur atau menyelesaikan pertikaian-pertikaian internasional atau keadaan-keadaan yang dapat mengganggu perdamaian;

2. Memajukan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas asas-asas persamaan hak dan hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri dan mengambil tindakan-tindakan lain yang tepat untuk memperteguh perdamaian dunia;

(39)

kebebasan-kebebasan dasar bagi semua umat manusia tanpa membedakan bangsa, jenis, bahasa, atau agama; dan

4. Menjadi pusat bagi menyelaraskan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama tersebut.

c. Prinsip-Prinsip PBB dalam pemeliharaan perdamaian

Dalam kaitannya dengan usaha-usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, PBB telah meletakkan lima prinsip dalam piagamnya:

1) Prinsip untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara damai

Piagam PBB memberikan ketentuan-ketentuan mengenai langkah-langkah apa yang harus diikuti oleh negara, baik sebagai negara maupun bukan anggota PBB apabila terlibat di dalam suatu perselisihan. Apabila perselisihan itu sedemikian rupa tidak dapat diselesaikan, maka pihak yang bersengketa atau setiap anggota PBB ataupun Sekjen PBB dapat membawa masalahnya kepada DK atau Majelis Umum PBB.

2) Prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan

(40)

mana pula badan-badannya berfungsi secara efektif dalam memikul tangung jawab untuk untuk mencapai tujuan itu.

3) Prinsip mengenai tanggung jawab untuk menentukan adanya ancaman

Piagam PBB dalam pengenaan sanksi-sanksi lebih selektif dan lebih bersifat politis, di mana Piagam menempatkan DK sebagai suatu badan politik. Ini tercermin di dalam tanggung jawabnya dalam menentukan, apakah sesuatu keadaan merupakan ancaman bagi perdamaian, pelanggaran perdamaian atau memang agresi, di mana DK akan menentukan langkah-langkah yang akan diambilnya.

4) Prinsip mengenai pengaturan persenjataan

Salah satu tanggung jawab yang diletakkan oleh piagam adalah bagaimana merumuskan rencana membuat suatu sistem untuk mengatur persenjataan yang dapat dipertimbangkan oleh para anggota PBB, dengan Komisi Staf Militer dalam rangka Pasal 26. Masalah persenjataan diangggap oleh penyusun piagam sebagai salah satu pendekatan subsider untuk pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.

5) Prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan kerjasama internasional

(41)

khusus dan sumbangan Majelis Umum PBB, yang menurut ketentuan piagam merupakan badan yang diberikan tanggung jawab untuk menangani “prinsip-prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan perdamaian internasional”, “meningkatkan kerjasama internasional di bidang politik”, dan “mendorong perkembangan kemajuan hukum internasional beserta kodifikasinya”28

d. Dewan Keamanan (DK) sebagai salah satu organ PBB .

Safril Djamain dalam bukunya berjudul “Mengenal Lebih Jauh PBB dan Negara-Negara di Dunia” menjelaskan bahwa DK adalah badan pelaksana yang bertanggung jawab atas keamanan dan perdamaian dunia.

•Anggota DK

Anggota DK semula terdiri dari atas lima anggota tetap (Amerika Serikat, Uni Sovyet, Inggris, Perancis, Cina) dan enam anggota tidak tetap. Anggota tak tetap dipilih oleh Majelis Umum. Dengan amandemen yang mulai berlaku 31 Agustus tahun 1965, jumlah anggota DK diubah menjadi lima anggota tetap (Amerika Serikat, Uni Sovyet, Inggris, Perancis, Cina) dan sepuluh anggota tidak tetap. Jadi, sampai sekarang jumlah anggota DK seluruhnya ada 15 negara.

(42)

•Masa jabatan DK

Anggota tidak tetap DK dipilih untuk masa jabatan dua tahun. Ketua DK dijabat bergilir oleh anggota untuk masa jabatan masing-masing satu bulan.

•Hak dan kewajiban DK

1) Menyelidiki perselisihan atau ketegangan yang terjadi antara negara-negara yang berselisih.

2) Membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan Piagam PBB harus dipatuhi oleh seluruh anggota, karena para anggota telah mempercayakan sepenuhnya perdamaian dan keamanan dunia kepada DK.

3) Mengupayakan penyelesaian perselisihan dengan cara damai melalui:

o Perundingan, dalam hal ini biasanya ditempuh dengan jalan diplomasi.

o Panitia penyelidik, untuk menetapkan kemungkinan menghilangkan sebab-sebab pertikaian.

(43)

o Perantaraan atau jasa-jasa baik, yaitu suatu negara atau komisi atau tokoh yang ditunjuk dan disetujui kedua pihak yang bersengketa untuk mempercepat tercapainya perdamaian.

4) Penyelesaian perselisihan dengan cara paksaan hukum atas persetujuan yang telah dicapai.

Perwasitan atau arbitase: masing-masing pihak menyatakan kesediaan untuk melaksanakan keputusan perdamaian melalui arbitration atau pengadilan arbitrase.

5) Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman perdamaian.

 Mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak bila sengketa telah menjurus kepada peperangan dan mencegah kemungkinan meluasnya ke daerah lain.

 Melakukan tindakan-tindakan atau langkah-langkah pemaksaan berupa tindakan militer, pengenaan sanksi ekonomi, embargo atau lainnya.

 Mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian ke daerah sengketa.

(44)

•Dalam melaksanakan tugasnya, DK dibantu oleh:

1. Panitia staf militer

2. Panitia perlucutan senjata 3. Pasukan PBB

•Hak istimewa

Anggota tetap DK mempunyai hak istimewa, yaitu hak veto (hak menolak/membatalkan keputusan). Dalam sidang dewan kemanan berlaku ketentuan bahwa setiap anggota mempunyai satu suara. Keputusan diambil berdasarkan sekurang-kurangnya sembilan suara setuju dari 15 anggota. Untuk keputusan-keputusan yang penting berlaku pula ketentuan seperti tersebut di atas dengan catatan bahwa dari sembilan suara termasuk suara setuju kelima anggota tetap. Kalau salah satu dari kelima anggota tetap tidak setuju, maka keputusan tiak dapat dibuat. Hak kelima anggota tetap tersebut disebut hak veto. Bila salah satu anggota tetap bersikap abstain atau tidak memberikan suara, berarti tidak mendukung tetapi juga tidak menghalangi pelaksanaan keputusan DK dengan hak vetonya29

Menurut D.W. Bowett Q.C.LL.D., dalam memberikan kepada DK “tanggung jawab untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional”, para anggota organisasi bersepakat bahwa Dewan “bertindak atas nama mereka”. Karenanya Dewan bertindak sebagai wakil seluruh anggota dan tidak terbebas dari kehendak-kehendak mereka;

.

29 Safril Djamin.Mengenal Lebih Jauh PBB dan Negara – Negara di Dunia.Klaten:PT.Intan

(45)

selanjutnya ia pun terikat oleh tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip organisasi, sehingga pada prinsipnya, ia pun dapat bertindak sewenang-wenang dan tidak terkekang oleh pembatasan-pembatasan30

30 D.W.Bowett.Op.Cit.hlm:41-42

(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah/Gambaran Umum tentang Badan Atom Internasional(IAEA) dan

Gambaran Umum tentang Nuklir

a. Sejarah berdirinya

Statuta Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) disetujui tanggal 26 Oktober 1956 dalam satu konferensi internasional yang berlangsung di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Badan tersebut didirikan di Wina tanggal 29 Juli 1957. Pada tanggal 14 November 1957, Majelis Umum menyetujui satu persetujuan mengenai hubungan IAEA dengan Peserikatan Bangsa-Bangsa.

b. Tujuan dan kegiatan

(47)

B. Gambaran Umum Tentang Nuklir

a. Pengertian tenaga nuklir

Menurut kamus fisika, tenaga nuklir merupakan tenaga yang dilepaskan dalam reaksi atau peralihan (transisi) nuklir31

1. Inti atom/nukleon berat tertentu berpotensi mengalami pembelahan. Pembelahan mengakibatkan inti terpecah menjadi 2 bagian yang memiliki massa sama (fission product), bersamaan dengan beberapa netron bebas. Inti nukleon tersebut dinamakan

fissionable (nukleon yang fissionable dengan interaksi panas

neutron atau fissile).

. Tenaga nuklir ini juga disebut energi nuklir, tenaga inti, atau tenaga atom. CR. Hill dan R.S Pease (1999) dalam makalah berjudul Nuclear Electricity – An Aide Memoire menjelaskan bahwa sumber energi yang diproduksi oleh stasiun tenaga nuklir diakibatkan oleh 3 fenomena yang saling berhubungan:

2. Netron akan memulai pembelahan, menumbuk nukleon disebelahnya yang akan menghasilkan reaksi berantai.

3. Energi bebas akan terjadi pada saat pembelahan. Kemunculan energi ini direfleksikan oleh penyusutan massa yang ekuivalen

31 Liek Wilardo dan H.C.Yohannes.Kamus Fisika:Fisika dan Teknologi Nuklir.Jakarta:Pusat

(48)

antara atom yang terbelah dengan jumlah produk pembelahan: atom bersaudara dengan kelebihan netron.

Dalam setiap pembelahan inti akan terjadi pelepasan energi yang besar. Contohnya, pada pembelahan satu inti uranium dilepaskan energi sebesar 208 MeV. Satu MeV setara dengan energi listrik 4,45 x 10 (-20) kWh. Bila energi tersebut digunakan untuk menghidupkan bola lampu 100 Watt, maka bola lampu itu akan terus menyala tanpa henti selama 30.000 tahun32

b. Pengertian instalasi nuklir

.

Kini di seluruh dunia ada sekitar 440 pembangkit listrik tenaga nuklir yang menghasilkan 16 persen energi listrik di bumi. Banyak manfaat pembelehan inti atom: Energi melimpah, tak ada emisi karbon dioksida, tak ada bangunan tak menarik (kecuali kubah penampung dan menara pendingin yang jarang terlihat).

Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran memberikan pengertian Instalasi nuklir, yakni :

reaktor nuklir;

a. fasilitas yang digunakan untuk pemurnian, konversi, pengayaan bahan nuklir, fabrikasi bahan bakar nuklir dan/atau pengolahan ulang bahan bakar nuklir bekas; dan/atau fasilitas yang digunakan untuk menyimpan bahan bakar nuklir dan bahan bakar nuklir bekas.

c. Pengertian tentang pengembangan nuklir

32 Donna CH.Asri.”Empat Tokoh Penentu:Paul Warfield Tibbets,Jr”.edisi koleksi Majalah

(49)

Dr. Soedyatomo Soentono dalam makalah berjudul “Arah Kebijakan Indonesia dalam Menyikapi Isu Nuklir Iran dan Kaitannya dengan Program Energi Nuklir Nasional” menjelaskan bahwa pengembangan nuklir merupakan suatu kegiatan aplikasi tenaga nuklir termasuk kegiatan riset dan pengembangan daur bahan bakar nuklir yakni mulai dari Uranium (U)-Mining/Penambangan Uranium,

U-Processing/ Pemrosesan Uranium, U-Conversion/Konversi Uranium,

U-Enricmen/ Pengayaan uranium, U-Reprocessing/Pemrosesan kembali Uranium dan U-Fabrication sampai dengan Spent Fuel dan

Radioactive Waste Management. Kebutuhan tingkat pengayaan

uranium (U235) untuk bahan bakar nuklir PLTN tergantung pada jenis reaktor yang digunakan. Untuk jenis reaktor PHWR digunakan uranium alam tanpa pengkayaan (UO2 dengan kadar U238 sebesar 99,2% dan U235 sebesar 0,7%). Sedangkan untuk jenis reaktor PWR (reaktor gas karbondioksida), BWR (reaktor air didih), dan sebagainya, membutuhkan uraium diperkaya dengan kadar U235 sekitar 3-4% (atau < 5 %). Kemampuan untuk pengkayaan U235 ini memang digunakan untuk weapon grade bila dilanjutkan pemanfaatan

centrifuge sehingga mencapai pengkayaan yang tinggi.

d. Pengertian uranium

(50)

dari seratus jenis bahan tambang. Digunakan sebagai bahan bakar nuklir dan digunakan sebagai sumber daya energi dalam PLTN yang tersebar secara luas di seluruh dunia. Logam uranium memiliki massa jenis 19,05 g/cm 3, titik lebur 1.132 oC. Terdapat tiga fasa α, β, dan γ yang struktur kristalnya berbeda. Titik peralihannya berturut-turut 668 oC dan 774 oC. Karena terjadi perubahan volume yang mendadak pada titik peralihan ini, dan karena terjadi juga pemuaian volume pada derajat bakar yang tinggi, maka logam uranium kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor riset. Jika akan digunakan sebagai bahan bakar pada reaktor daya yang memiliki temperatur operasi dan derajat bakar tinggi, maka digunakan UO2 yang lebih stabil, atau digunakan dalam bentuk ion uranil dalam proses penyulingan dan proses olah ulang33

a. Sejarah Iran

.

B. Negara Iran Sebagai Subjek Hukum Internasional

Iran selama berabad-abad dikenal dengan sebutan lama Persia, terletak di salah satu tempat jalan silang utama yang menghubungkan Eropa dan Timur Tengah dengan Asia Tengah. Iran berarti “tanah Aria”, sebutan yang mengacu kepada pemukim asli di Iran. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, bangsa Aria berhasil menyatukan daerah Persia dan mendirikan sebuah kerajaan yang besar. Di puncak kejayaannya, di abad ke-6 dan ke-5 sebelum Masehi, kekaisaran Iran (atau Persia) menguasai hampir separuh dunia kuno yang telah beradab. Persia kuno banyak mempengaruhi organisasi politik, seni, ilmu pengetahuan, dan agama di Asia dan Eropa. Namun, setelah mengalami berbagai perang dan

(51)

penyerbuan – oleh bangsa Yunani, Arab, Turki, dan Mongolia – akhirnya kekaisaran Persia runtuh untuk waktu yang cukup lama. Sejak awal tahun 1900-an, Iran membuat langkah mantap untuk menyusul standar materi dan teknologi barat.

Konstitusi 1906 memberikan kewibaan kepada pemerintahan dan berbagai upaya modernisasi meningkat setelah Perang Dunia I. Pada tahun 1921, Reza Khan menguasai kendali pemerintahan, lalu menjadi perdana menteri. Pada tahun 1925, dengan mengubah namanya menjadi Pahlevi, Reza Khan diangkat menjadi Syah. Selama Perang Dunia II, dia berpihak kepada Jerman dan, ketika sekutu menaklukkan Iran pada tahun 1941, dia dipaksa turun tahta dan digantikan oleh anaknya Mohammad Reza Pahlevi.

(52)

Ekonomi Iran berkembang di bawah Syah, tetapi para pemimpin konsevatif keagamaan Syiah menentang cara-cara barat dan berbagai kebebasan baru yang bertentangan dengan ajaran tradisional Islam. Naiknya harga minyak dunia, karena dikendalikan oleh OPEC, membantu Syah mempercepat program modernisasinya pada tahun 1970-an. Ketika tentangan dari para pemimpin keagamaan juga semakin meningkat, dia membuat Iran sebagai negara satu partai, dengan melarang partai oposisi sehingga dia mulai berkuasa secara autokratik. Segala oposisi ditindas oleh SAVAK, polisi rahasia yang dibenci.

b. Revolusi Islam

Ketidakpopuleran Syah mencapai puncaknya di bulan Januari 1979 sehingga membuatnya memutuskan untuk meninggalkan negaranya. Pemimpin agama Ayatollah Rohullah Khomeini, yang dibuang pada tahun 1964 karena menentang Syah, kembali ke Iran pada bulan Februari 1979 untuk memimpin revolusi yang mengakhiri kekuasaan dinasti Pahlevi dan menjadikan Iran negara Republik Islam pada bulan April 1979. Konstitusi baru, yang menyerahkan kekuasaan eksekutif ke tangan perdana menteri terpilih dan kekuasaan tertinggi ke tangan pemimpin agama Syiah yang ditunjuk (Khomeni), diratifikasi pada bulan Desember 197934

c. Pemerintahan .

Iran menjadi sebuah negara Republik Islam setelah monarki tumbang pada tahun 1979. Menyusul revolusi yang membawa rezim Islam ke tampuk kekuasaan, konstitusi 1906 – yang memungkinkan Iran diperintah oleh monarki

(53)

konstitusional – dikesampingkan. Pemimpin revolusi, Ayatollah Khomeini, orang suci Islam, segera mendirikan pemerintahan sementara yang dikendalikan olehnya.

Konstitusi baru yang disetujui pada tahun 1979, menetapkan pemilihan presiden dan sebuah badan legislatif yang disebut Majlis. Seorang perdana menteri yang disetujui parlemen, menjadi kepala pemerintahan. Konstitusi baru juga memberlakukan kekuasaan yang lebih besar kepada pemimpin agama tertinggi atau Faghi. Hal itu berarti bahwa Khomeini tetap sebagai pemimpin terpenting Iran. Para pemimpin keagamaan banyak mendominasi perlemen setelah revolusi Islam.

Hasil akhir perhitungan pemilu presiden Iran 24 Juni 2005, terpilih Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran. Tak bisa disangkal lagi, Mahmoud Ahmadinejad adalah presiden Iran yang paling kontroversial sejak Revolusi Islam 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini. Dia adalah presiden yang tidak berasal dari kaum Mullah yang selama puluhan tahun telah mendominasi hampir semua pos kekuasaan di Iran35

d. Politik luar negeri Iran pasca revolusi Iran .

Proses revolusi yang begitu cepat memberi kepercayaan yang luar biasa kepada para Mullah/elite politik Iran hingga terbetik di benak mereka kemungkinan membangun kembali imperium Persia yang bersendikan Islam. Para

Mullah itu menganggap pula, Republik Islam Iran yang baru lahir itu bisa

35 Mushib Labib dkk.Ahmadinejad di Tengah Angkara Goliath Dunia.Jakarta:Penerbit

(54)

dijadikan pusat atau pelopor gerakan Islam di dunia Islam yang membentang dari Maroko sampai Indonesia.

Bertolak dari rasa percaya diri tersebut, para elite politik Iran menetapkan prinsip sentralisasi ideologi/primordialisme dan prinsip kembali kepada khasanah budaya sendiri sebagai titik sentral atau doktrin kebijakaan luar negeri Iran. Maka muncullah pada awal masa revolusi slogan “La Syaqiyah, La Gharbiyah” (tidak timur, tidak barat). AS pun dijuluki Setan Besar dan Uni Sovyet dinamakan Setan Merah.

Iran harus kembali kepada khasanah budayanya sendiri yang bersendikan Islam Syiah. Maka, Iran pada awal masa revolusi tampil begitu keras, tanpa kompromi. Para Mullah ingin menjadikan Iran sebagai lambang perlawanan Islam. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan revolusi Islam lainnya dan kemudian mengikuti jejak Iran. Para Mullah bercita-cita, jika Iran tidak bisa membantu langsung, setidaknya jiwa revolusi mengilhami negara Islam lainnya atau bahkan dunia ketiga keseluruhan untuk membebaskan mereka dari belenggu kapitalisme dan komunisme36

e. Nuklir Iran

.

Sejak era Shah Iran Reza Pahlevi, Iran sudah mulai mengembangkan kekuatan militernya, termasuk senjata nuklir. Iran persisnya mulai melaksanakan program nuklirnya sejak tahun 1960-an. Instalasi nuklir Iran pertama adalah untuk

36 Musthafa Abd.Rahman.Iran Pasca Revolusi Fenomena Pertarungan Kubu Reformis dan

(55)

riset nuklir dengan kekuatan hanya 5 Megawatt yang diperolehnya dari AS dan memulai beroperasi pada tahun 1967.

Setelah itu, Iran membangun empat reaktor nuklir untuk riset dengan masing-masing memiliki kekuatan tidak lebih dari 30 Kilowatt yang terletak di pusat riset nuklir Asfahan. Pada tahun 1975, Iran menandatangani transaksi pembangunan reaktor nuklir dengan perusahaan Jerman Barat “Siemen”. Seharusnya sesuai dengan transaksi itu, perusahaan Jerman tersebut mendirikan dua reaktor nuklir dengan kekuatan masing-masing 1.300 Megawatt di kota Busherer ang terletak di tepi laut Persia.

Pada saat yang sama, Iran meminta Perancis juga mendirikan sebuah rektor nuklir Iran untuk pembangkit tenaga listrik dengan kekuatan 935 Megawatt. Perusahaan Perancis tersebut, seharusnya telah membangun reaktor nuklir tersebut di kawasan Ahwaz yang tak jauh dengan perbatasan Irak. Iran juga menandatangani transaksi dengan perusahaan Perancis yang lain lagi untuk mendirikan sebuah reaktor nuklir dengan uranium berkadar rendah. Pemerintah Perancis pada 7 Oktober 1976 menyatakan, niatnya melaksanakan pembangunan delapan rekator nuklir di Iran.

(56)

Ketika rezim Syah Iran jatuh pada tahun 1979, AS berhenti memasok uranium itu. Harian Israel Yediot Aharonot edisi 15 November 1991 mengungkapkan, Iran hanya membutuhkan beberapa kilogram saja dari bahan uranium, untuk membuat senjata nuklir37. Berikut adalah profil singkat empat fasilitas nuklir milik Iran yang sampai saat ini masih tetap aktif38

1.Bushehr

:

Program nuklir Iran pertama kali dimulai pada 1974 dengan Bushehr sebagi bangunan pertama. Fasilitas ini dibangun atas kerja sama Iran dengan Jerman. Namun kerja sama ini berkhir lima tahun kemudian ketika pemerinthahan Shah Reza Pahlevi terguling. Pada 1992 pembgunan fasilitas ini dimulai kembali dengan bantuan Rusia. Di dalamnya terdapat dua reaktor pembangkit listrik bertenaga nuklir, satu diantaranya hampir selesai.

2.Isfahan

Terletak di Iran tengah dan digunakan untuk mengkonversi bubuk uranium menjadi gas heksaflorida, uranium oksida, dan logam. Yang terakhir menerbirkan kecurigaan IAEA karena logam tersebut biasa digunakan sebagai inti bom nuklir. Selain itu, tidak dibutuhkan hasil pengolahan berupa logam jika hanya untuk pembangkit listrik.

37 Ibid.hlm:203-204

(57)

3.Natanz

Fasilitas yang terletak 240 kilometer di sebelah selatan Teheran ini termasuk yang paling dicurigai pihak Barat. Sejak 2003, Iran menangguhkan proses pengayaan uranium berdasarkan kesepakatan dengan UE di Paris. Namun akhir tahun lalu, Iran membuka dan memindahkan setidaknya tiga segel IAEA. Iran mengatakan hal itu dibutuhkan untuk memulai kembali aktivitas riset nuklir.

Bocoran laporan IAEA tiga tahun lalu menyebutkan ditemukannya batang uranium dari Natanz. Namun Iran mwnolak laporan ini dengan megatakan, jejak uranium itu berasal dari piranti yang mereka impor. Laporan tim independen membenarkan pernyataan Iran.

Sejumlah perkiraan menyebutkan, jika Natanz selesai dibangun, fasilitas ini mampu menampung sedikitnya 50 ribu mesin pemutar. Jumlah ini cukup untuk memproduksi sedikitnya 20 senjata nuklir per tahun. Perkiraan lain menyebutkan, saaat ini Iran akan menempatkan sekitar lima ribu mesin di Natanz, jumlah yang memungkinkan membuat sebuah bom nuklir setiap tahunnya.

(58)

Terletak 192 kilometer di sebelah barat daya Teheran. Pada desember 2002, sebuah lembaga Amerika Serkat menerbitkan foto satelit fasilitas ini. Fasilitas seperti di Aral ini biasanya digunakan untuk mendinginkan hasil reaksi fisi nuklir.

f. Ekonomi

Ekonomi Iran berkembang pesat semasa Syah di tahun 1960 an 1970-an. Minyak memberikan andil besar di dalam kekayaan negara dan hasil penjualan minyaknya dipakai untuk membiayai modernisasi di bidang militer, industri, dan reformasi lahan pertanian. Hasil minyak mencapai rekor tertinggi pada tahun 1970-an, ketika Iran dan negara-negara timur tengah lainnya, dengan bekerja sama di dalam negara-negara pengekspor minyak (OPEC), mulai mengendalikan produksi minyak dunia dan memaksa harga minyak naik. Revolusi Islam 1979 dan perang yang berkepanjangan dengan Irak, berbarengan dengan ambruknya OPEC, telah memukul sekali ekspor minyak Iran sehingga amat menekan ekonominya pada tahun 1980-an.

C. Peranan Organisasi Internasional dalam Perdamaian Dunia

a. Pengertian Implikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implikasi berarti: 1. Keterlibatan atau keadaan terlihat

(59)

b. Pengertian Perdamaian

a. Pengertian Damai

Menurut Wikipedia Indonesia, perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Selain itu definisi damai tidak hanya ketiadaan perang, tapi juga ketiadaan39

Loekito Santoso dalam bukunya berjudul Orde Perdamaian Memecahkan Masalah Perang menjelaskan bahwa pengetahuan tentang kedamaian untuk meneliti kondisi-kondisi negatif yang mengancam perdamaian dunia serta meneliti usaha-usaha positif untuk mengatasinya disebut dengan Polemologi40

1. Meredakan perang panas menjadi perang dingin,

. Dalam bukunya tersebut, Loekito Santoso juga menyebutkan usaha-usaha positif dalam dunia yang tanpa damai abadi meliputi:

2. Kemudian mencairkan perang dingin serta mengubahnya menjadi damai negatif,

Dan selanjutnya meningkatkan damai negatif menjadi damai positif, sehingga tercipta kondisi positif yang akan melestarikan perdamaian dunia41

b. Damai Positif dan Damai Negatif

.

(60)

Menurut Paus Paulus, perkataan yang kini populer untuk kata damai adalah pembangunan, yaitu usaha positif untuk menjadikan damai positif. Tanpa usaha positif, keadaan damai yang sudah diperoleh dengan biaya yang tidak sedikit akan merosot kembali menjadi damai negatif, yaitu damai yang hanya tidak adanya perang sehingga masih mungkin kembali terjerumus ke dalam perang serta kekacauan tanpa ketertiban42

c. Konsep Orde Perdamaian .

Konsep orde perdamaian meliputi tata dinamika pembaharuan yang bergerak tanpa kekerasan dengan disertai keamanan sehingga terwujud kehidupan antarbangsa yang tata tenteram. Unsur-unsurnya terdiri atas:

1. Lembaga-kembaga internasional serta regional;

2. Gerakan-gerakan pembaharuan Tata Dunia Baru, Tata Ekonomi Dunia Baru, serta Tata Informasi Dunia Baru;

3. Tiga usaha positif perdamaian (Trilogi Perdamaian) meliputi menciptakan perdamaian, memelihara perdamaian serta membangun perdamaian.

Dengan demikian, konsep Orde Perdamaian pada hakekatnya adalah idaman tata tenteram43

42 Ibid.hlm:13

43 Ibid,hlm:76

(61)

mempertahankan damai negatif. Tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya perang semata-mata serta belum mengarah kepada perwujudan damai positif.

C. Kerangka Pemikiran

Catatan:

Piagam PBB yang disahkan pada tahun 1945 dan menjadi landasan berdirinya PBB memuat dasar atau asas dan tujuan PBB yang diantaranya yakni mempertahankan keamanan, perdamaian, dan menyelesaikan sebaik-baiknya perselisihan-perselisihan yang memungkinkan terancamnya perdamaian dan keamanan internasional. Kasus nuklir Iran yang terjadi karena tudingan dari sejumlah negara-negara barat mengenai pengayaan uranium untuk pembuatan senjata nuklir, yang dengan demikian, ada dugaan bahwasanya program nuklir Iran melanggar NPT dengan menggunakan nuklir tersebut untuk kepentingan militer. Benar tidaknya tuduhan tersebut, IAEA telah melaporkan hasil penyidikannya kepada PBB melalui DK PBB untuk diselesaikan sesuai dengan tugas dan kewenangannya yang telah diamanatkan dalam Piagam PBB 1945.

(62)

keamanan dan perdamaian dunia. Dengan adanya kasus nuklir Iran tersebut, memberikan kesempatan pada DK PBB untuk memperbaiki citra yang selama ini semakin menurun apalagi bila dikaitkan dengan sikap negara-negara yang menjadi anggota DK PBB. Keberhasilan DK PBB dalam menyikapi sekaligus menyelesaikan kasus nuklir Iran akan memberikan kontribusi dalam upaya perdamaian dunia sekaligus menjaga kredibilitas dan eksistensi PBB itu sendiri.

Sebagai kerangka pemikiran dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini :

KASUS NUKLIR IRAN

PIAGAM PBB 1945

DK PBB

Psl 24 (1), 27, 28 (2), 31, 33 (1) &(2), 34, 41, 42,50,

Faktor penghambat Faktor penghambat Faktor penghambat

(63)

Bagan 1. Skema Kerangka Pemikiran

BAB IV

BEBERAPA KONFLIK NEGARA DALAM ORGANISASI

PBB

A. Tindakan DK PBB dalam Menyikapi Kasus Nuklir Iran menurut Piagam

PBB 1945

Sejarah menunjukkan bahwa Iran telah berupaya untuk memiliki dan mengembangkan teknologi nuklir jauh sebelum Revolusi Islam Iran tahun 1979. Kedekatan Iran semasa pemerintahan Shah Pahlevi dengan pemerintah Iran menjadikan Iran mudah untuk melakukan penelitian tentang nuklir dan mendapat pasokan bahan-bahan nuklir dari Amerika Serikat sebagai salah satu negara nuklir (Mass Weapon State). Dalam makalah Ali R Wibisono (2006) berjudul Proliferasi

Iran dan keamanan Internasional tertulis bahwa Akbar Etemad, Direktur

(64)

pengayaan uranium sendiri dan menjadi bagian dari negara nuklir dunia (Nuclear

Club). Meskipun demikian, rentang waktu antara tahun 1980-an hingga 2003

kecurigaan tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya mengenai indikasi kepemilikan senjata nuklir oleh Iran.

IAEA berdasarkan amanah oleh Perjanjian Non Proliferasi (NPT) 1978 dalam mengawasi persenjataan pemusnah massal dunia, telah malakukan pengawasan dan verifikasi terhadap aktivitas nuklir Iran semenjak adanya tuduhan dari negara-negara Barat yang merasa khawatir program nuklir Iran bertujuan untuk membuat senjata nuklir. Riza Sihbudi (2006) menuliskan dalam makalahnya berjudul Isu Nuklir Iran bahwa laporan tim inspeksi IAEA yang disampaikan dalam sidang IAEA pada tanggal 13 September 2004 menyebutkan bahwa Iran masih memiliki cadangan uranium sebesar 37 ton. Namun dalam laporannya tersebut, IAEA sama sekali tidak menyinggung keberadaan senjata nuklir Iran. Walaupun laporan IAEA menyebutkan bahwa tidak ditemukan bukti mengenai kepemilikan senjata nuklir, Iran masih tetap menjalankan aktivitas nuklirnya yang membuat kecurigaan negara lain semakin bertambah.

Pada bulan Oktober 2003 Iran memang pernah menangguhkan kegiatan pengayaan nuklirnya. Penangguhan uranium ini terus dilakukan Iran selama 20 bulan dan diperpanjang pada bulan Februari dan November tahun 2004 menyusul perundingan Iran dengan 3 negara Eropa yang menghasilkan Dekalarasi Paris dan Brusel44

44 http://indonesian.irib.ir/POLITIK/2005/agustus05/nuklir.htm

(65)

kepresidenan jatuh ke tangan Mahmoud Ahmadinejad yang terpilih dua bulan sebelumnya, Iran kembali melanjutkan kegiatan nuklirnya. Iran mengirimkan surat kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengenai keputusannya yang bulat untuk memulai kembali aktivitas pengolahan uranium di fasilitas nuklir Isfahan. Keputusan ini diambil setelah pihak tripartit Eropa, yaitu Jerman, Inggris dan Perancis tidak melaksanakan janjinya untuk mengajukan prakarsa yang menjamin status damai program nuklir Iran, dalam jangka waktu dua bulan yang telah disepakati.

Terpilihnya Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran juga turut membawa perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan nuklir Iran dan peta politik luar negeri Iran. Mahmoud Ahmadinejad merupakan presiden terpilih dari kelompok konservatif garis keras Iran yang selalu menentang kebijakan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya. Pada akhirnya, hubungan buruk Iran dengan negara-negara Barat yang sudah berlangsung selama 26 tahun menjadi bertambah memburuk dan semakin membuat negara Barat memusuhi Iran dengan cara menggunakan isu program nuklir Iran sebagai senjata untuk menekan Iran.

(66)

senjata pemusnah masal (Non Mass Destruction Weapons State) yang berarti Iran tidak mempunyai hak sama sekali untuk mengembangkan senjata nuklir.

Bersama keempat negara-negara anggota tetap DK PBB lainnya seperti Perancis, Jerman, Rusia, dan China, Amerika Serikat mengadakan pertemuan para Menteri Luar Negeri di London. Pertemuan tersebut juga dihadiri Menteri Luar Negeri Jerman untuk membahas mengenai permasalahan program nuklir Iran. Kelima anggota tetap DK PBB pada akhirnya sepakat bahwa isu nuklir Iran harus diajukan ke Dewan Keamanan dan setuju setiap tindakan Dewan Keamanan harus menunggu laporan Direktur Jenderal IAEA, Mohamad Elbaradai mengenai Iran dalam pertemuan IAEA45

Berdasarkan struktur, IAEA merupakan sebuah badan otonom di bawah naungan PBB yang setiap tahun melaporkan tentang kegiatan-kegiatannya kepada Majelis Umum, dan sebagai kelayakan, kepada Dewan Keamanan dan Dewan Ekonomi dan Sosial. Laporan IAEA dalam bidang nuklir menjadi bahan masukan DK PBB dalam melakukan suatu tindakan yang diperlukan bila dianggap telah mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Berikut adalah gambar struktur DK PBB:

.

(67)

STRUKTUR DEWAN KEAMANAN

(68)

DK PBB dalam menyelesaikan setiap kasus yang diserahkan kepadanya selalu berpegang kepada Piagam PBB 1945. Sesuai Piagam PBB, kewenangan utama DK PBB yang menjadi landasan DK PBB dalam mengambil tindakan, tercantum dalam Bab VI dan VII. Kewenangan Bab VI terkait dengan “Pacific Settlement Of Disputes” sedangkan Bab VII mengenai “Peace Enforcement”. Selain itu, kewenangan DK PBB lainnya terdapat dalam Bab VIII (Regional Arrangement) dan Bab XII (International

Trusteeship System).

Menurut Pasal 24 ayat (1) Piagam PBB, disebutkan bahwa:

“Untuk menjamin agar Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat menjalankan tindakannya dengan lancar dan sempurna, maka anggota-anggotanya memberikan tanggung jawab utama kepada Dewan Keamanan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, dan menyetujui agar supaya Dewan Keamanan dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya di bawah tanggung jawab ini bertindak atas nama mereka.”

(69)

kesepuluh anggota DK PBB lainnya yang salah satunya berupa kepemilikan hak veto. Adanya status luar biasa tersebut menyebabkan negara-negara anggota tetap tersebut merasa perlu untuk segera menyelesaikan kasus program nuklir Iran yang dianggap meresahkan dunia internasional mengenai isu pembuatan senjata nuklirnya dikarenakan beban dan tanggung jawab tersebut yang harus dilaksanakan.

Pada tanggal 4 Februari 2006, IAEA mengeluarkan laporan bernomor GOV/2006/14 mengenai Implementation of The NPT Safeguards Agreement

in The Islamic Republic of Iran (Implementasi Perjanjian NPT di Republik

Islam Iran). Laporan tersebut salah satunya berbunyi:

“Request the Director General to report to the Security Cuncil of the

United Nations that these steps are required of Iran by the Board and

to report to the security Council all IAEA reports and resolutions, as

adopted, relating to this issue.”

Gambar

Gambar 1: Struktur Dewan Keamanan
Tabel 1: Daftar Utusan Anggota DK PBB yang Hadir dalam Pertemuan
Tabel 2:  Daftar Utusan Anggota DK PBB yang Hadir dalam Pertemuan
Tabel 3: Keseimbangan Militer di Timur Tengah (2005)85
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antara lain : Jenis informasi seks yang diperoleh remaja dari berbagai jenis saluran komunikasi; Persepsi

Dalam tiga domain kurikulum, yaitu kognitif (ilmu), psikomotor (amal), dan afektif (akhlak), kehadiran konsep pendidikan akhlak tasawuf memberikan pengembangan dengan menambahkan

[r]

Penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa pada udara bebas terdiri dari beberapa komponen udara di dalamnya seperti senyawa air (H 2 O) dan gas pembentuk lainnya, apabila

SITU, SIUP, Akte Pendirian / Perubahan ( bila ada ), Data Keuangan : NPWP, Tanda Pelunasan SPT Tahunan, Data Personalia : Ijazah Asli/ Legalisir dan Sertifikat

Sebagian besar yaitu 61 persen menyatakan semua kegiatan sosial itu tidak ada manfaat dan pengaruhnya bagi masyarakat Bangka (Yaumidin, 2010). Kegiatan sosial perusahaan itu

[r]

International Journal of Computer Applications in Engineering Sciences: Mathematics Performance of Primary School Students in Assam (India): An Analysis Using