Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi
Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki
di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai
SKRIPSI Oleh Tantia Pinoza
091121047
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan
Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai
Nama Mahasiswa : Tantia Pinoza
NIM : 091121047
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2009-2010
ABSTRAK
Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil mayoritas responden memiliki persepsi positif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah deskripftif korelasi dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 143 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kemaknaan α (0,05) (p value < 0,05), hasil uji chi square diperoleh taraf
signifikan umur p (0.276) > (0,05), Suku p (0.472) > (0,05), agama p (0.029) < (0,05), pendidikan p (0.000) < (0,05), metode KB p (0.507) > (0,05), Pekerjaan p (0.000) < (0,05)dan pendapatan p (0.107) > (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Untuk itu disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami untuk menggunakan kontrasepsi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara
Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat
Kontrasepsi pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai”.
Penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu dekan satu Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan dan telah membantu peneliti dalam
pembuatan kuesioner dan uji validitas
3. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
banyak waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu dan memberi
masukan serta arahan yang begitu berharga dalam pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Wardiyah Daulay S.Kp M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan banyak waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu dan
memberi masukan serta arahan yang begitu berharga dalam pembuatan skripsi
ini.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp M.Kep selaku dosen penguji yang telah banyak
6. Bapak Dudut Tanjung S.Kp Sp.KMB yang juga telah membantu peneliti
dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Iwan Rusdi S.Kp MNS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Pemerintahan Kota Medan BALITBANG (Badan Penelitian dan
Pengembangan), camat dan lurah Tegal Sari Mandala 3 yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitan kepada peneliti.
9. Masyarakat Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan
Medan Denai yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Teristimewa kepada kepada kedua orang tua peneliti ayahanda Abdul Hamid
S,Pd dan Ibunda Erniwati yang telah memberikan limpahan materi maupun
dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini, terima kasih untuk semua cinta kalian.
11. Kepada Abang Ismed Depi dan Adik Puput Yolanda serta dedi haryanto yang
telah menjadi sumber inspirasi dan dukungan semangat bagi penulis hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Anak Kos 23 yang telah bersedia membantu peneliti dalam membuat skripsi
ini.
13.Teman-teman seperjuangan Stambuk 2009 Jalur B yang senantiasa
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada
semua pihak yang telah membantu peneliti. Harapan peneliti semoga karya ini
bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Demografi ... 6
2.4. Persepsi tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki .... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konsep ... 25
3.2. Definisi Operasional... 27
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 30
4.5. Instrumen Penelitian... 33
4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 34
4.7. Pengumpulan Data ... 35
BAB 5 HASIL PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian……… 39
5.1.1 Karakteristik Demografi ... 39
5.1.2 Persepsi Secara Umum ... 42
5.1.3 Persepsi Tentang 4 Jenis Kontrasepsi ... 42
5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi .. 43
5.2 Pembahasan ... 50
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60
6.2 Saran ... 66
6.2.1 Praktek Keperawatan ... 61
6.2.2 Perawat Maternitas ... 61
6.2.3 Penelitian Selanjutnya ... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 65
2. Instrumen Penelitian ... 66
3. Surat Survey awal ... 71
4. Surat Izin Penelitian ... 72
5. Hasil Uji Reliabilitas ... 73
6. Hasil Analisa Data ... 74
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada Laki-laki secara umum
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus
Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Tabel 5 Hubungan Suku Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Tabel 6 Hubungan Agama Responden dengan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Tabel 7 Hubungan Pendidikan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Tabel 8 Hubungan Metode KB dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Tabel 9 Hubungan Pekerjaan Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Judul : Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan
Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai
Nama Mahasiswa : Tantia Pinoza
NIM : 091121047
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2009-2010
ABSTRAK
Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil mayoritas responden memiliki persepsi positif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah deskripftif korelasi dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 143 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kemaknaan α (0,05) (p value < 0,05), hasil uji chi square diperoleh taraf
signifikan umur p (0.276) > (0,05), Suku p (0.472) > (0,05), agama p (0.029) < (0,05), pendidikan p (0.000) < (0,05), metode KB p (0.507) > (0,05), Pekerjaan p (0.000) < (0,05)dan pendapatan p (0.107) > (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Untuk itu disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami untuk menggunakan kontrasepsi.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah yang sering dihadapi oleh negara berkembang adalah masalah
kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi
oleh Indonesia saat ini adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Jika
terus tidak mendapat perhatian, ancaman ledakan jumlah penduduk pada 2015
bakal benar terjadi. Indonesia belum aman dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa,
yang masih berada di urutan keempat jumlah penduduk dunia terbesar, setelah
China, India, dan Amerika Serikat (Tempointeraktif, 2010). Dari beragam
program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk
salah satu diantaranya adalah program Keluarga Berencana atau KB.
Pengertian keluarga berencana menurut UU NO.10 Tahun 1992 adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui upaya
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan
utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/
angka kematian bayi, ibu dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum &
Sujiyatini, 2009).
Jumlah penduduk Indonesia saat ini 230 juta jiwa dengan tingkat
usia subur (PUS) di Indonesia yaitu sekitar 45 juta jiwa. Jumlah PUS di Sumatera
Utara berjumlah 2,5 Juta jiwa. Jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi di
Indonesia hanya 2,7% dari total jumlah penduduk Indonesia ( BKKBN, 2007).
Sedangkan jumlah pria yang aktif menggunakan alat kontrasepsi di Sumatera
Utara hanya 3,15% (BKKBN, 2008). Data ini manunjukkan bahwa masih
rendahnya partisipasi pria dalam menyukseskan program KB.
Rendahnya pertisipasi suami dalam program KB dan penggunaan alat
kontrasepsi karena kurangnya informasi dan sosialisasi tentang pengunaan
kontrasepsi pada laki-laki, persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya
wanita yang menjadi sasaran untuk program KB, keterbatasan metode kontrasepsi
yang ada untuk laki-laki, kebijakan yang tidak mendukung seperti larangan
terhadap iklan kondom yang menyebabkan terbatasnya informasi dan aksesbility
alat KB dan kesehatan reproduksi bagi laki-laki, biaya yang mahal untuk
melakukan Vasektomi (BKKBN, 2004)
Menurut Desra (2009), dalam penelitiannya tentang persepsi suami tentang
penggunaan kontrasepsi pada laki-laki mengatakan kalau dari keseluruhan
responden yaitu sebanyak 65 orang, 63 orang diantaranya memiliki respon positif
terhadap penggunaan kontrasepsi pada laki-laki dan 2 orang lainnya memiliki
persepsi negatif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang
menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu sebanyak 54 orang tidak
menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, bahwa partisipasi suami masih rendah
dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki sedangkan persepsi suami
tertarik untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan
persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasespi
pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan
Medan Denai
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,
agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan
dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki secara umum.
2. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,
agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan
dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode
kontrasepsi senggama terputus
3. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,
agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan
dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode
4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,
agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan
dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode
kontrasepsi vasektomi
5. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,
agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan
dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode
kontrasepsi kondom
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami
tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan
Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada beberapa
pihak terkait tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki.
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki, khususnya bagi keperawatan maternitas.
1.4.2 Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi tentang pentingnya untuk memberikan tambahan
keluarga berencana dan tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki.
1.4.3 Penelitian Selanjutnya
Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan hubungan dan faktor yang mempengaruhi persepsi tentang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Demografi
Kata demografi berasal dari bahasa yunani yang berarti : “Demos” adalah
rakyat atau penduduk dan “Grafein” adalah menulis. Jadi demografi adalah
tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik
tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya.
Sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran
(fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial
(Donal J dalam lembaga Demografi Fakultas Kedokteran UI, 2004).
Demografi merupakan studi ilmiah tentang kependudukan, utamanya yang
berkaitan dengan jumlah/size penduduk, struktur serta perkembangannya.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan, meliputi
ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk
berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan (Ketut,
2009).
Komposisi penduduk berdasarkan ciri-cirinya dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.
2. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, dan
3. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan
pekerjaan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
4. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan,
provinsi, dan kabupaten.
Berikut akan dijelaskan karakteristik demografi berdasarkan komposisi
penduduk. :
a. Biologis
Umur dan jenis kelamin merupakan karakterisitik penduduk yang pokok.
Strukutur ini mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap tingkah laku
demografis maupun sosial ekonomi.
1. Umur
Umur merupakan karakterisitik penduduk yang pokok. Strukutur ini
mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap tingkah laku demografis
maupun sosial ekonomi.
Umur atau usia adalah satua
suat
itu dihitung.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu
adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara
sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan (Dian, 2005). Jenis kelamin
secara umum dibagi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.
b.
1. Sosial
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana Tingkat pendidikan
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya da
a.
Tingkat pendidikan
tercermin pada dua hal yaitu :
Kepandaian membaca dan menulis
b.
Penduduk dikatakan dapat membaca dan menulis jika mereka dapat
membaca dan menulis surat/ kalimat sederhana, membaca dan menulis
huruf Braile, orang cacat yang pernah bisa membaca dan menulis.
Sedangkan orang tergolong buta huruf jika mereka tidak bisa membaca
dan menulis atau bisa membaca tetapi tidak bisa menulis.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan.
Yang dimaksud dengan “tamat” adalah mereka yang meninggalkan
sekolah setelah mengikuti pelajaran kelas tertinggi sampai akhir
mendapatkan tanda tamat/ ijazah, baik dari sekolah negeri maupun sekolah
swasta. Penggolongan penduduk berdasarkan atas tingkat pendidikan yang
ditamatkan adalah sebagai berikut : tidak sekolah, belum tamat SD, tamat
2.
Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis
kelamin (Lembaga Demografi Fakultas Kedokteran UI, 2004). Sedangkan
di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Status perkawinan adalah waktu dari usia pernikahan mereka dihitung
sejak tahun pertama menikah sampai sekarang. Status perkawinan
3.
Berdasarkan status
perkawinannya penduduk berumur 10 tahun keatas dapat dikelompokkan
sebagai berikut : belum kawin, kawin, cerai, duda atau janda.
Suku adalah suatu golongan Suku
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan
pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh
kesamaan
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Batak, Jawa,
Melayu, Minang, Mandailing, Aceh, dan Tionghoa
4.
Kata "agama" berasal dari bahas Agama
āgama yang berarti "tradisi".
sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari
yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang
Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
disebut dengan nama
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
c. Ekonomi
1.
Ekonomi meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan,
jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
Lapangan Pekerjaan
Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI (2004), lapangan
pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan, instansi, dimana
seseorang bekerja atau pernah bekerja.
a)
Lapangan pekerjaan/ usaha dibagi dalam 10 golongan yaitu :
b)
Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan perikanan
c)
Pertambangan dan Penggalian
d)
Industri pengolahan
e)
Listrik, Gas, dan Air
f)
Bangunan
g)
Perdagangan, Rumah makan, dan Hotel
h)
Angkutan, Penyimpanan, dan Komunikasi
i)
Keuangan, Asuransi, dan Perdagangn benda tak bergerak
j)
Jasa-jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Pribadi
2. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan oleh
orang-orang yang termasuk dalam golongan bekerja atau orang-orang
yang mencari pekerjaan atau pernah bekerja.
a)
Jenis. Jabatan pekerjaan dibagi dalam 8 golongan yaitu:
b)
Tenaga profesional, teknisi dan tenaga lain.
c)
Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
d)
Tenaga administrasi, tenaga tata usaha
e)
Tenaga penjualan
f)
Tenaga usaha jasa
g)
Tenaga usaha pertanian
h)
Tenaga produksi dan sejenisnya, dan operator alat-alat
pengangkutan
3.
Lain-lain (termasuk ABRI dan Polisi).
Tingkat Pendapatan/ penghasilan
d.
Hasil yang diperoleh/didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan. Tingkat
pendapatan atau penghasilan dalam kata lain yaitu gaji, berupa uang
imbalan dari hasil jerih payah dalam bekerja.
Geografis
Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah dilihat dari kenyataan
di permukaan bumi. Geografis dibagi berdasarkan tempat tinggal, daerah
1.
Sebuah tempat tinggal biasanya berwuj Tempat Tinggal
tinggal. Istilah ini dapat digunakan untuk rupa-rupa tempat tinggal, mulai
dar
konteks tertentu tempat tinggal memiliki arti yang sama dengan rumah,
kediaman, akomodasi, perumahan, dan arti-arti yang lain.
2.
Kawasan perkotaan (urban) adala Perkotaan
utama buka
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayan
perkotaan yang besar dengan jumlah penduduk diatas satu juta orang dan
berdekatan denga
3.
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat
dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
4.
Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah Kabupaten
wilayah administratif setelah provinsi adalah
kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah
bawahan dari provinsi, karena itu bupati ata
jawab kepada
otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri.
5.
Provinsi adalah nama sebuah pembagian wilayah administratif di bawah
wilayah nasional. Kata ini merupakan kata pungutan dari Provinsi
"provincie" yang berasal dari
di
"provincia", yang berarti daerah kekuasaan.
2.2 Persepsi
2.2.1 Defenisi
Persepsi berasal dari bahasa latin yaitu persipere : menerima,
perceptio : pengumpulan, penerimaan, pandangan dan pengertian. Persepsi
adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau
kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2000).
Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi
mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat,
pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2003)
Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas
yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu
akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi
dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman
individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil
persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya
sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari walgito 2004).
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
Secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
(Siagian, 1995) yaitu : pertama, dari diri orang yang bersangkutan sendiri.
Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi
tentang apa yang dilihatnya itu, ia pasti dipengaruhi oleh karakteristik
individual yang turut berpengaruh seperti sikap, pengalaman, dan
harapannya. Kedua, sasaran persepsi tersebut berupa orang, benda atau
peristiwa. Sifat- sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi
seseorang yang melihatnya, misalnya kehadiran orang yang sangat cantik
atau sebaliknya yang penampilannya sangat ‘ mecolok” akan lebih menarik
perhatian daripada dengan orang yang “biasa saja”. Dengan kata lain
gerakan suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari persepsi turut
menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Ketiga adalah faktor
yang mana persepsi timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi
merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi
seseorang. Misalnya seorang anak akan menunjukkan suatu pola perilaku
tertentu bila berhadapan dengan orangtua seperti sopan, tertib, dan
sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada diantara
teman-temannya.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang antara lain :
1. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah membuat
kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.
2. Perubahan intensitas : Suara yang berubah dari pelan menjadi keras
atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik
perhatian kita
3. Pengulangan (repetition) : iklan yang ditayangkan berulang-ulang
akan lebih menarik perhatian seseorang, walaupun seringkali
membuat kesal. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya
stimulus tidak termasuk dalam rentang perhatian seseorang tetapi
pada akhirnya akan dapat perhatian.
4. Sesuatu yang baru : Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik
perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah diketahui
sebelumnya.
5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak : Suatu stimulus yang
6. Kebutuhan : Kebutuhan akan membuat stimulus itu dapat masuk
dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan
menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara
berbeda.
7. Motivasi : Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika
seseorang yang ingin lulus cum laude maka angka B akan
diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk, sebaliknya jika seseorang
yang ingin lulus cepat angka B diinterpretasikan sebagai nilai yang
sudah baik.
8. Emosi : Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap
stimulus yang ada. Sebagai contoh seorang pasien yang akan
dioperasi tapi merasa takut akan lebih merasa sakit setelah operasi
dibandingkan dengan pasien yang menghadapi operasi tanpa rasa
takut.
9. Budaya : seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara
berbeda, namun akam mempersepsikan orang-orang diluar
kelompoknya secara sama saja.
Untuk mengukur atau menilai persepsi digunakan skala Likert
(Nursalam, 2008). Bentuk jawaban pertanyaan atau pertanyaan yang masuk
Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai
Sangat Setuju : SS
Setuju : S
Tidak Setuju : TS
Sangat tidak Setuju : STS
Tidak Tahu : TT
2.3 Kontrasepsi 2.3.1 Defenisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “ mencegah” atau
“ melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi
adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang
dengan sperma (BKKBN, 2005).
Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan
usaha-usaha itu bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen
(Winkjosastro.2005).
Program keluarga berencana yaitu usaha langsung untuk mengurangi
angka kematian mengatur jarak kelahiran yang bertujuan untuk memenuhi
perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian bayi, ibu dan anak serta
penangulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi
Dorongan untuk menggunakan KB memerlukan dorongan baik dari
pihak suami maupun istri. Dalam memilih KB masyarakat umumnya
dipengaruhi oleh pandangan tentang dirinya sendiri dan atau pergaulannya,
serta susila dan agama. Selain itu, masyarakat dipengaruhi pula oleh prilaku
pribadi dan prilaku masyarakat yang baku yang berlaku di lingkungannya,
pendapat, tentang peran wanita dan pria yang dianut dan kaidah sosial
budaya lainnya (Sugito, 1991).
Ada beberapa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih
kontrasepsi yaitu faktor pasangan, Faktor kesehatan, dan metode
kontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi
umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan.
Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status kesehatan, riwayat
keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi,
harus mempertimbangkan efektifitas, dapat dipakai untuk jangka yang
panjang, komplikasi atau tidak menambah kelainan yang ada dan biaya
(Saroha, 2009).
Sedangkan menurut Bertrand (1980) yang dikutip dalam Fiona
(2006), menyatakan ada tiga hal yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi
yaitu faktor sosio demografi, sosio psikologi, serta pemberi pelayanan KB.
Yang termasuk dalam sosio demografi adalah umur, tingkat pendidikan,
jenis kelamin, agama, pekerjaan, tempat tinggal dan jumlah anak. Faktor
Pemberi pelayanan KB termasuk didalamnya keterampilan petugas
pelayanan KB.
Rezky (2009) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi sosial di masyarakat mengatakan sosial demografi
ikut mempengaruhi persepsi seseorang. Seperti halnya suku, saat seseorang
akan bertemu dengan orang lain yang berbeda suku dengannya, biasanya
sebelum bertemu seseorang akan membayangkan seperti apa sifat/karakter
orang yang akan dijumpainya. Dalam persepsi kita ada perbedaan sifat
antara orang yang berbeda suku, contoh lainnya adalah jenis kelamin dan
usia seseorang, perempuan dinilai lebih kemampuannya dibanding laki-laki
dalam pekerjaan tertentu. Seseorang akan lebih mudah percaya kepada orang
yang umurnya lebih tua atau setara dengannya daripada orang yang umurnya
jauh lebih muda.
2.3.3 Jenis Alat Kontrasepsi pada Laki-laki
Menurut Winkjosastro (2005), jenis-jenis alat kontrasepsi pada
laki-laki terbagi atas 2 yaitu pertama kontrasepsi tanpa menggunakan
alat-alat/obat yaitu pantang berkala dan senggama terputus. Kedua kontrasepsi
secara mekanis yaitu kondom dan vasektomi.
Pantang berkala yakni metode KB yang mempertimbangkan masa
subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan
adalah tidak melakukan hubungan saat masa subur istri. Keuntungan dalam
seksual tidak terganggu, sedangkan kelemahannya adalah : kegagalan tinggi
bila siklus menstruasi istri tidak teratur.
Senggama terputus (coitus interuptus) merupakan metode KB secara
tradisional dimana suami mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam
vagina sebelum pria mencapai orgasme. Efektivitas dalam pemakaian
metode ini bervariasi, pada penggunaan yang cermat dan konsisten
efektivitas sampai 96 % untuk pencegahan kehamilan. Namun angka
tersebut dapat menurun 81% pada penggunaan yang kurang cermat dan
kurang komitmen (clubb & knight, 1996 dikutip dari Saroha, 2009).
Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek
samping, dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap
waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
Sedangkan kelemahan metode senggama terputus ini adalah tingkat
kegagalan tinggi dan kepuasan melakukan hubungan seksual berkurang
tidak terlindung dari penularan HIV atau penyakit menular seksual lainnya.
Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada
suatu kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis
yang terbuat dari lateks (karet), plastik (vinyl), atau bahan alami. Yang
dikenakan pada alat kelamin laki-laki. Cara kerja kondom adalah
menghalangi pertemuan antara sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma
tersebut tidak dapat masuk kedalam saluran reproduksi wanita. Efektivitas
penggunaan kondom bervariasi, pada pemakaian yang cermat dan konsisten
yang rendah cenderung terjadi pada pria dan wanita yang berusia muda dan
lebih subur dan kurang pengalaman dalam menggunakan metode ini
(Saroha, 2009). Keuntungan penggunaan kondom yaitu dapat bertindak
efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak
memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta
sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi
dini. Sedangkan kelemahan penggunaan kondom yaitu sedikit sulit dalam
pemakaiannya, dapat mengakibatkan alergi pada jeli spermisida pada
beberapa wanita sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi, serta dapat
mengganggu kenikmatan pada saat berhubungan seksual
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan
saluran yang mengangkut sperma dari epididimis didalam testis ke vesikula
seminalis. Dengan memotong vas deferens sperma tidak mampu di
ejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih
dari sperma yang memakan waktu sekitar tiga bulan (Saroha, 2009).
Vasektomi merupakan bentuk kontrasepsi yang efektif. Angka kegagalan
langsungnya adalah 1 dalam 1000 orang. Keuntungan dalam metode
vasektomi ini adalah metode permanen, efektivitas tinggi, menghilangkan
kecemasan akan kehamilan yang tidak diinginkan, dan prosedur aman serta
sederhana. Kerugiannya adalah kemungkinan komplikasi yang terjadi pada
saat pembedahan yang menyebabkan perdarahan, rasa nyeri dan infeksi
2.4 Persepsi Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya persepsi, sikap dan perilaku seseorang (over
behavior). Persepsi, sikap, dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan
pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau
melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap
sesuatu, maka individu tersebut akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi
yang lebih positif terhadap hal tersebut.
Pria atau suami, memiliki peran yang lebih dominan dalam mengambil
keputusan terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun, informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi bagi pria di Indonesia masih sangat kurang, terutama
kurang tersedianya metode kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki. Memasuki
awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam menentukan kelahiran
anak. Dari perencanakan keluarga yang meliputi penentuan jumlah anak, kapan
istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan sebagainya,
merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi. Ketika istri hamil,
suami bisa menjamin bahwa istri melakukan pemeriksaan yang baik dan teratur,
memperoleh makanan bergizi, merasa tenang dan bahagia. Begitupun saat istri
melahirkan, suami memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan.
Tidak cukup hanya itu, setelah bayi lahir suami pun sangat berperan penting
mendorong istri untuk segera menyusui bayinya, menjamin tersedianya mekanan
bergizi, membantu pekerjaan rumah tangga, membantu memelihara bayi dan
Banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mewujudkan partisipasi suami
dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi antara lain adalah : pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan
klien, faktor lingkungan : sosial, budaya masyarakat (Agama) dan keluarga/isteri,
keterbatasan informasi dan aksesibilitas terhadap pelayanan kontrasepsi pria, dan
keterbatasan jenis kontrasepsi pria (BKKBN, 2007).
KB secara prinsipil dapat diterima oleh Agama Islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan
keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu
mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah
manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudaratan
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan
pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasikan hubungan
antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki. Berdasarkan karakterisitik responden atau pengguna
alat kontrasepsi yaitu : umur, suku, agama, pendidikan, metode Kbyang dipakai
atau yang pernah dipakai, pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
Dalam penelitian ini, persepsi akan dikategorikan menjadi 2 yaitu : persepsi
positif dan persepsi negatif. Persepsi dipengaruhi oleh 12 faktor yaitu dari diri
sendiri yaitu sikap, pengalaman, dan harapan, dari sasaran atau tujuannya dalam
hal ini termasuk benda dan alat didalamnya seperti metode KB yang tersedia, dari
faktor situasi yaitu budaya, adanya kontras, adanya perubahan intensitas, adanya
pengulangan, adanya sesuatu yang baru, adanya sesuatu yang menjadi perhatian
Skema 1 : Kerangka penelitian Hubungan Karakterisitk Responden dan
Persepsi Suami tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki
di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki. Karakteristik Responden :
• Suku
• Umur
• Agama
• Pendidikan
• Metode KB yang dipakai atau yang pernah dipakai
• Pekerjaan
• Pendapatan
Faktor yang mempengaruhi persepsi :
• Sikap, pengalaman, dan harapan
• metode KB yang tersedia
• Budaya
• Adanya Kontras,
• Adanya Perubahan
intensitas,
• Adanya Pengulangan,
• Adanya sesuatu yang
baru,
• Adanya sesuatu yang
menjadi perhatian orang banyak,
• Kebutuhan,
• Motivasi
3.2 Definisi Operasional
Berdasarkan judul penelitian definisi operasional adalah sebagai berikut :
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Segala sesuatu yang
termasuk didalam data
demografi antara lain :
- Umur
Umur adalah satuan
waktu hidup seseorang
- Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah
suatu hal yang dilakukan
untuk mendapatkan
kemampuan untuk
memiliki kecerdasan
yang diperlukan untuk
diri sendiri dan orang
lain
- Suku
Suku adalah suatu
Variabel
Agama adalah sistem
atau prinsip
- Jenis Pekerjaan
Pekerjaan adalah
pekerjaan yang sedang
atau pernah dilakukan.
- Tingkat Pendapatan
• Pandangan, tentang kontrasepsi pada
laki-laki secara umum
meliputi tujuan, cara,
dan pandangan
laki-laki (suami) secara
umum tentang
penggunaan
kontrasepsi pada laki-Tingkat pendapatan
adalah hasil yang
diperoleh/didapatkan dari
pekerjaan yang dilakukan
laki
• Pandangan terhadap 4 jenis kontrasepsi pada
laki-laki secara khusus
meliputi tujuan, cara,
dan pandangan
laki-laki (suami) secara
khusus tentang
masing-masing jenis
kontrasepsi pada
laki-laki ( senggama
terputus, pantang
berkala, kondom, dan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi. Desain ini
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara karakteristik responden dan
faktor yang mempengaruhi persepsi tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan
yang signifikan antara kedua variabel tersebut.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang bertempat
tinggal di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan
Medan Denai. Data diperoleh dari jumlah laki-laki yang tinggal menetap di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Jumlah laki-laki yang
tinggal menetap di lingkungan tersebut berjumlah 1432 orang (Zainal,
2010).
4.2.2. Sampel
Semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan lebih
representatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan
sampel Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota
unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam,
misalnya tingkatan sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan lain lain.
Pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified random sampling
menggunakan strata jenjang pendiddikan atau tingkat pendidikan yang mana
terdiri dari tidak tamat SD, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Setelah penentuan strata selanjutnya dari masing-masing strata akan
diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara acak ( Notoatmodjo,
2005). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan teknik pengambilan
sampel sebanyak 10%-20% dari jumlah populasi (Arikunto, 2000). Maka
10/100 X 1432 = 143,2. dengan cara ini maka jumlah sampel yang diperoleh
adalah 143 orang.
Adapun kriteria sampel yang akan diteliti adalah :
1. Bersedia menjadi responden
2. Berusia diatas 17 tahun
3. Sudah menikah
4. Tinggal menetap di Lingkungan XIII Tegal Sari Mandala 3
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan XIII Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan
Medan Denai pada bulan Juni-Agustus 2010. Alasan peneliti memilih tempat ini
karena Kecamatan Medan Denai merupakan tempat yang memiliki PUS terbanyak
dan jangkauan KB untuk laki-laki yang masih sedikit (Kesumaningtyas, 2008).
Peneliti memilih kelurahan Tegal Sari Mandala 3 karena berdasarkan wawancara
ini terdapat PUS terbanyak dan lingkungan XIII memiliki KK (kepala keluarga)
terbanyak di kelurahan tersebut.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus seminar proposal
dan mendapatkan surat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU, selanjutnya
mengirim surat tersebut ke Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Peneliti mulai
melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan
Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.
Setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Kepala Kelurahan Kelurahan
Tegal Sari Mandala 3 untuk meneliti, maka peneliti menjelaskan tentang maksud,
tujuan dan prosedur penelitian kepada responden yang telah dipilih. Kemudian
peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini. Jika responden bersedia maka peneliti memberikan surat persetujuan
(informed consent ) untuk ditandatangani. Didalam informed consent dijelaskan
tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi apabila responden menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak responden.
Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah
menandatangani persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,
maka peneliti tidak mencantumkan nama lengkap pada kuesioner yang diberikan
tetapi hanya menulis kode kuesioner. Kerahasiaan informasi dan identitas
responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang diperlukan saja
Selama pengambilan data, tidak menimbulkan tekanan psikologis pada
responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan
terhadap responden.
4.5 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan
berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian
yaitu bagian data karakteristik demografi dan persepsi suami tentang penggunaan
alat kontrasepsi pada laki-laki.
Data karakteristik demografi responden meliputi kode (yang di isi oleh
peneliti), suku, umur, agama, pendidikan, metode KB yang dipakai atau pernah
dipakai pekerjaan, tingkat pendapatan. Sedangkan kuesioner hubungan antara
karakteristik demografi dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi
pada laki-laki terdiri dari 26 buah. Terdiri dari 17 pertanyaan mengenai
kontrasepsi secara umum dan 9 pertanyaan mengenai 4 jenis kontrasepsi antara
lain 2 pertanyaan masing-masing tentang senggama terputus, pantang berkala dan
vasektomi serta 3 pertanyaan tentang metode kontrasepsi kondom
4.6 Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai
validitas tinggi ( Arikunto, 1998). Jenis validitas yang diukur adalah validitas isi
karakteristik yang dikaji. Uji validitas akan dilakukan oleh salah satu dosen yang
ahli dalam hal KB.
Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Setiadi, 2007). Untuk
menganalisisnya menggunakan Cronbach Alpha. Tes Cronbach Alpha yang
menunjukkan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha >0,60.
Uji reliabilitas dilakukan pada laki-laki disekitar tempat tinggal peneliti. Uji
reliabilitas dilakukan kepada 15 orang (Arikunto, 1998). Berdasarkan hasil uji
reliabilitas yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha 0.863. hal
ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik responden
dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Setelah mendapatkan rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas
Keperawatan USU, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan
kepada Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai
b. Menjelaskan tujuan penelitian tentang responden dam meminta
c. Bila bersedia menjadi responden penelitian, kemudian mengajukan surat
persetujuan responden (informed consent) untuk ditandatangani. Bila
responden tidak bersedia menandatangani, responden dapat memberikan
persetujuan secara lisan.
d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan
untuk mengisi semua penyataan secara teliti dan cermat.
e. Untuk responden yang tidak bisa membaca dan menulis maka peneliti akan
membacakan surat persetujuan menjadi responden dan membantu untuk
mengisi kuesioner.
f. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya.
4.8 Analisa Data
Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Edting, yaitu memeriksa kuesioner yang telah terkumpul kembali apakah
semua pernyataan telah diisi oleh responden sesuai petunjuk.
b. Coding, yaitu kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
memppermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data.
c. Entri data, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
d. Analyze, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan
Metode Statistik data untuk analisa data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Statistik Univariat.
Pada penelitian ini statistik univariat digunakan untuk menganalisa
variabel independen yaitu karakteristik responden dan variabel dependen
yaitu persepsi tentang penggunaan alat kontrasesi pada laki-laki yang dibagi
secara umum dan khusus.
Menurut rumus statistika menurut Sudjana (1992), untuk menentukan
panjang kelas, dapat digunakan rumus :
Rentang kelas tertinggi –rentang kelas terendah P=
Banyak Kelas
Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi
secara umum dimasukkan kedalam rumus:
68
Maka P= = 34
2
Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu :
Persepsi Positif : 35-68
Persepsi Negatif : 0-34
Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi
secara khusus yaitu Senggama Terputus, Pantang Berkala dan Vasektomi
pada laki-laki dimasukkan kedalam rumus:
8
Maka P= = 4
Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu :
Persepsi Positif : 5-8
Persepsi Negatif : 0-4
Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi
Kondom pada laki-laki dimasukkan kedalam rumus:
12
Maka P= = 6
2
Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu :
Persepsi Positif : 7-12
Persepsi Negatif : 0-6
2. Statistik Bivariat
Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa
pengaruh antara dua variabel. Untuk melihat adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji statistik
dekriptif dengan chi-square dengan taraf nyata (α )= 0,05
Rumus uji statistik Chi-square adalah :
X2
E
Keterangan : O = Frekuensi observasi
E = Frekuensi harapan
Proses analisa data dilakukan secara komputerisasi dan hasil analisa data
diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p value dengan nilai α.
Ha : Ada Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami
tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki.
Ho : Tidak Ada Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi
Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki.
Bila p value < α maka keputusannya Ha diterima atau ada hubungan dan bila
p > α maka keputusannya Ho atau ditolak, hasil akan disajikan dalam bentuk
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal
Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah responden sebanyak 143
orang.
Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu data karakteristik responden,
data persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki secara
umum, data persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
secara khusus, dan data ada tidaknya hubungan karakteristik responden dengan
persepsi suami tentang penggunaan alak kontrasepsi pada laki-laki.
5.1.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil data demografi karakteristik responden, mayoritas usia
paling tua rata-rata >35 tahun (58%) dan paling muda berusia 17-35 tahun (42%).
Suku responden mayoritas suku batak yaitu sebanyak 48 orang (33,6%), suku
melayu sebanyak 37 orang (25.9%), suku nias sebanyak 33 orang (23,1%), suku
minang sebanyak 18 orang (12,6%), dan suku aceh sebanyak 7 orang (4,9%).
Agama responden mayoritas Islam sebanyak 115 orang ( 80,4%), Kristen 12
orang (8,4%), Hindu 11 orang (7,7%), dan responden yang beragama Katolik
Budha. Responden yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 59 orang
(41,3%), SMA sebanyak 61 orang (42.7%), SMP sebanyak 9 orang (6.3%), SD
sebanyak 7 orang (4,9%), dan responden yang tidak tamat SD sebanyak 7 orang
(4,95). Sebanyak 52 orang (36,4%) responden tidak menggunakan kontrasepsi,
menggunakan senggama terputus sebanyak 48 orang ( 33,6%), kondom sebanyak
34 orang (23,8%), vasektomi sebanyak 5 orang (3,5%), dan yang menggunakan
metode pantang berkala sebanyak 4 orang (2,8%). Responden yang bekerja
sebagai PNS sebanyak 33 orang (23,1%), swasta sebanyak 18 orang 18 orang
(12,6%), petani sebanyak 28 orang (19,6%), yang bekerja wiraswasta sebanyak 27
orang ( 18,9%), dan yang responden yang mempunyai pekerjaan lainnya sebanyak
37 orang (25,9%). Pendapatan responden mayoritas >Rp 850.000 yaitu sebanyak
85 orang (59,4%) dan yang mempunyai pendapatan <Rp 850.000 sebanyak 58
orang (40,65%).
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n = 143) Karakteristik Frekuensi Presentase
(n) %
Umur Responden
17-35 tahun 60 42,0
>35 tahun 83 58,0
Suku Responden
Batak 48 33,6
Melayu 37 25,9
Nias 33 23,1
Minang 18 12,6
Karakteristik Frekuensi Presentase
(n) %
Agama Responden
Islam 115 80,4
Kristen 12 8,4
Hindu 11 7,7
Katolik 5 3,5
Pendidikan Responden
Tidak Tamat SD 7 4,9
SD 7 4,9
SMP 9 6,3
SMA 61 42,7
Perguruan Tinggi 59 41,3
Metode KB yang dipakai/yang pernah dipakai
Tidak Ada 52 36,4
Senggama terputus 48 33,6
Pantang Berkala 4 2,8
Kondom 34 23,8
Vasektomi 5 3,5
Pekerjaan Responden
PNS 33 23,1
Swasta 18 12,6
Petani 28 19,6
Wiraswasta 27 18,9
Lainnya 37 25,9
Pendapatan Responden
<Rp 850.000 58 40,6
>Rp 850.000 85 59,4
5.1.2 Persepsi Suami tentang Penggunaan Kotrasepsi pada Laki-laki secara
umum
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat sebanyak 88 orang
responden yang mempunyai persepsi positif tentang penggunaan kontrasepsi pada
laki-laki secara umum dan sebanyak 55 orang (38,5%) responden memiliki
persepsi negatif tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada Laki-laki secara umum (n = 143)
Persepsi f %
Persepsi Positif 88 61,5
Persepsi Negatif 55 38,5
Total 143 100
5.1.3 Persepsi Suami tentang Penggunaan 4 jenis Kontrasepsi pada Laki-laki
Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 135 (94,5%) responden yang
memiliki persepsi positif terhadap metode kontrasepsi senggama terputus, dan
sebanyak 8 (5,6%) responden yang memiliki persepsi negatif tentang metode
kontrasepsi senggama terputus.
Sebanyak 19 orang (13,3%) dari responden yang mempunyai persepsi
positif tentang metode kontrasepsi pantang berkala pada laki-laki, serta 124 orang
(86,7%) yang mempunyai persepsi negatif tentang metode kontrasepsi pantang
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 82 orang (57,3%) responden yang
mempunyai persepsi positif terhadap pemakaian vasektomi dan 61 (42,7%)
mempunyai persepsi negatif terhadap pemakaian vasektomi.
Sebanyak 136 (95,1%) responden yang mempunyai persepsi positif
terhadap pemakaian kondom dan 7 responden (4,9%) yang mempunyai persepsi
negatif terhadap pemakaian kondom.
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus (n = 143)
Metode Kontrasepsi f %
Senggama Terputus
Persepsi Positif 135 94,4
Persepsi Negatif 8 5,6
Pantang Berkala
Persepsi Positif 19 13,3
Persepsi Negatif 124 86,7
Vasektomi
Persepsi Positif 82 57,3
Persepsi Negatif 61 42,7
Kondom
Persepsi Positif 136 95,1
Persepsi Negatif 7 4,9
5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Laki-laki
Analisa hubungan antara variabel bebas meliputi karakteristik responden
(umur, suku, agama, pendidikan, metode KB, pekerjaan, dan pendapatan) dengan
varabel terikat persepsi laki laki tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki
Berdasarkan hasil analisis diatas didapatkan bahwa sebanyak 60 responden
berada dalam kategori umur 17-45 tahun dan sebesar 63,6% memiliki persepsi
yang positif tehadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 83
responden berada dalam kategori umur >35 tahun dan sebesar 54,2% memiliki
persepsi yang positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil
uji chi square menunjukkan variabel umur tidak memiliki hubungan secara
signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki karena nilai p (0.276) > (0,05).
Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Umur
Persepsi Responden
Total
p value Persepsi Positif
(1)
Persepsi Negatif (2)
F % F % F %
17-35 38 63,6% 22 36,7% 60 100%
0,276
>35 45 54,2% 38 45,8% 83 100%
Total 83 58.0% 60 42,0% 143 100%
Hasil analisis didapatkan sebanyak 48 responden suku Batak dan sebesar
64,6% memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki, sebanyak 37 responden suku Melayu dan sebesar 45,9% responden yang
memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki,
sebanyak 33 responden yang bersuku Nias dan sebesar 63,6% memiliki persepsi
positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 18
responden suku Minang dan sebesar 55,6% yang memiliki persepsi positif
suku Aceh dan sebesar 57,1% memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel suku tidak
memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.472) > (0,05).
Tabel 5 Hubungan Suku Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Suku
Persepsi Responden
Total
p value Persepsi Positif
(1)
Persepsi Negatif (2)
f % F % F %
Batak 31 64,6% 17 35,4% 48 100%
0,472
Melayu 17 45,9% 20 54,1% 37 100%
Nias 21 63,6% 12 36,4% 33 100%
Minang 10 55,6% 8 44,4% 18 100%
Aceh 4 57,1% 3 42,9% 7 100%
Total 83 58,0% 60 42,0% 143 100%
Berdasarkan hasil analisis dari tabel 6 didapatkan sebanyak 115 responden
beragama Islam dan sebesar 59,1% responden yang memiliki persepsi positif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 12 responden
beragama Kristen dan sebesar 33,3% responden yang memiliki persepsi positif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 11 beragama
Hindu dan sebesar 54,5% responden yang memiliki persepsi positif terhadap
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 5 responden beragama
Katolik dan sebesar 100% responden yang memiliki persepsi positif terhadap
memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.029) < (0,05).
Tabel 6 Hubungan Agama Responden dengan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Agama
Hasil analisis dari tabel 7 didapatkan bahwa sebanyak 7 responden yang
tidak tamat SD dan sebesar 14,3% responden yang memiliki persepsi positif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 7 responden yang
berpendidikan SD dan sebesar 100% responden yang memiliki persepsi positif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 9 responden
berpendidikan SMP dan sebesar 66,7% responden yang memiliki persepsi positif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 61 berpendidikan
SMA dan sebesar 31,1% responden yang memiliki persepsi positif terhadap
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 59 berpendidikan Perguruan
Tinggi dan sebesar 84,7% responden yang memiliki persepsi positif terhadap
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan
laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki-laki-laki karena nilai p (0.000) <
(0,05).
Tabel 7 Hubungan Pendidikan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Pendidikan
Hasil analisis dari tabel 8 didapatkan bahwa 52 responden tidak
menggunakan kontrasepsi dan sebesar 65,4% % responden yang memiliki
persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 48
orang menggunakan metode kontrasepsi senggama terputus dan sebesar 54,2% %
responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki, sebanyak 4 responden memakai metode kontrasepsi pantang
berkala dan sebesar 25,0% % responden yang memiliki persepsi positif terhadap
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 34 responden memakai
metode kontrasepsi kondom dan sebesar 55,% % responden yang memiliki
persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 5
responden menggunakan metode kontrasepsi vasektomi dan sebesar 58,0 %
responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi
memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.507) > (0,05).
Tabel 8 Hubungan Metode KB dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Metode KB
Berdasarkan hasil analis dari tabel 9 didapatkan bahwa sebanyak 33
responden yang bekerja sebagai PNS dan sebesar 87,9% responden yang memiliki
persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 18
responden mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta dan sebesar 83,3%
responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki, sebanyak 28 responden bekerja sebagai petani dan sebesar 50,0%
responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki, sebanyak 27 responden yang bekerja sebagai wiraswasta dan
sebesar 29,6% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki, serta sebanyak 37 responden yang mempunyai
pekerjaan lainnya dan sebesar 45,9% responden yang memiliki persepsi positif
terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square