• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Persepsi

Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai

SKRIPSI Oleh Tantia Pinoza

091121047

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan

Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di

Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai

Nama Mahasiswa : Tantia Pinoza

NIM : 091121047

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2009-2010

ABSTRAK

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil mayoritas responden memiliki persepsi positif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah deskripftif korelasi dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 143 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kemaknaan α (0,05) (p value < 0,05), hasil uji chi square diperoleh taraf

signifikan umur p (0.276) > (0,05), Suku p (0.472) > (0,05), agama p (0.029) < (0,05), pendidikan p (0.000) < (0,05), metode KB p (0.507) > (0,05), Pekerjaan p (0.000) < (0,05)dan pendapatan p (0.107) > (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Untuk itu disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami untuk menggunakan kontrasepsi.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara

Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat

Kontrasepsi pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai”.

Penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Medan

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu dekan satu Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan dan telah membantu peneliti dalam

pembuatan kuesioner dan uji validitas

3. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

banyak waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu dan memberi

masukan serta arahan yang begitu berharga dalam pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Wardiyah Daulay S.Kp M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu dan

memberi masukan serta arahan yang begitu berharga dalam pembuatan skripsi

ini.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp M.Kep selaku dosen penguji yang telah banyak

(5)

6. Bapak Dudut Tanjung S.Kp Sp.KMB yang juga telah membantu peneliti

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Iwan Rusdi S.Kp MNS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Pemerintahan Kota Medan BALITBANG (Badan Penelitian dan

Pengembangan), camat dan lurah Tegal Sari Mandala 3 yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitan kepada peneliti.

9. Masyarakat Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan

Medan Denai yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Teristimewa kepada kepada kedua orang tua peneliti ayahanda Abdul Hamid

S,Pd dan Ibunda Erniwati yang telah memberikan limpahan materi maupun

dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini, terima kasih untuk semua cinta kalian.

11. Kepada Abang Ismed Depi dan Adik Puput Yolanda serta dedi haryanto yang

telah menjadi sumber inspirasi dan dukungan semangat bagi penulis hingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Anak Kos 23 yang telah bersedia membantu peneliti dalam membuat skripsi

ini.

13.Teman-teman seperjuangan Stambuk 2009 Jalur B yang senantiasa

(6)

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada

semua pihak yang telah membantu peneliti. Harapan peneliti semoga karya ini

bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.

Medan, Januari 2011

(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Demografi ... 6

2.4. Persepsi tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki .... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Definisi Operasional... 27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 30

4.5. Instrumen Penelitian... 33

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 34

4.7. Pengumpulan Data ... 35

(8)

BAB 5 HASIL PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian……… 39

5.1.1 Karakteristik Demografi ... 39

5.1.2 Persepsi Secara Umum ... 42

5.1.3 Persepsi Tentang 4 Jenis Kontrasepsi ... 42

5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi .. 43

5.2 Pembahasan ... 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 66

6.2.1 Praktek Keperawatan ... 61

6.2.2 Perawat Maternitas ... 61

6.2.3 Penelitian Selanjutnya ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 65

2. Instrumen Penelitian ... 66

3. Surat Survey awal ... 71

4. Surat Izin Penelitian ... 72

5. Hasil Uji Reliabilitas ... 73

6. Hasil Analisa Data ... 74

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada Laki-laki secara umum

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus

Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 5 Hubungan Suku Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 6 Hubungan Agama Responden dengan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 7 Hubungan Pendidikan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 8 Hubungan Metode KB dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Tabel 9 Hubungan Pekerjaan Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

(11)

Judul : Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan

Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di

Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai

Nama Mahasiswa : Tantia Pinoza

NIM : 091121047

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2009-2010

ABSTRAK

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dari penelitian sebelumnya didapatkan hasil mayoritas responden memiliki persepsi positif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Jenis penelitian ini adalah deskripftif korelasi dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 143 orang. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kemaknaan α (0,05) (p value < 0,05), hasil uji chi square diperoleh taraf

signifikan umur p (0.276) > (0,05), Suku p (0.472) > (0,05), agama p (0.029) < (0,05), pendidikan p (0.000) < (0,05), metode KB p (0.507) > (0,05), Pekerjaan p (0.000) < (0,05)dan pendapatan p (0.107) > (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki laki. Untuk itu disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami untuk menggunakan kontrasepsi.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering dihadapi oleh negara berkembang adalah masalah

kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

oleh Indonesia saat ini adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Jika

terus tidak mendapat perhatian, ancaman ledakan jumlah penduduk pada 2015

bakal benar terjadi. Indonesia belum aman dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa,

yang masih berada di urutan keempat jumlah penduduk dunia terbesar, setelah

China, India, dan Amerika Serikat (Tempointeraktif, 2010). Dari beragam

program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk

salah satu diantaranya adalah program Keluarga Berencana atau KB.

Pengertian keluarga berencana menurut UU NO.10 Tahun 1992 adalah

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui upaya

pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan

utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/

angka kematian bayi, ibu dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan

reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum &

Sujiyatini, 2009).

Jumlah penduduk Indonesia saat ini 230 juta jiwa dengan tingkat

(13)

usia subur (PUS) di Indonesia yaitu sekitar 45 juta jiwa. Jumlah PUS di Sumatera

Utara berjumlah 2,5 Juta jiwa. Jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi di

Indonesia hanya 2,7% dari total jumlah penduduk Indonesia ( BKKBN, 2007).

Sedangkan jumlah pria yang aktif menggunakan alat kontrasepsi di Sumatera

Utara hanya 3,15% (BKKBN, 2008). Data ini manunjukkan bahwa masih

rendahnya partisipasi pria dalam menyukseskan program KB.

Rendahnya pertisipasi suami dalam program KB dan penggunaan alat

kontrasepsi karena kurangnya informasi dan sosialisasi tentang pengunaan

kontrasepsi pada laki-laki, persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya

wanita yang menjadi sasaran untuk program KB, keterbatasan metode kontrasepsi

yang ada untuk laki-laki, kebijakan yang tidak mendukung seperti larangan

terhadap iklan kondom yang menyebabkan terbatasnya informasi dan aksesbility

alat KB dan kesehatan reproduksi bagi laki-laki, biaya yang mahal untuk

melakukan Vasektomi (BKKBN, 2004)

Menurut Desra (2009), dalam penelitiannya tentang persepsi suami tentang

penggunaan kontrasepsi pada laki-laki mengatakan kalau dari keseluruhan

responden yaitu sebanyak 65 orang, 63 orang diantaranya memiliki respon positif

terhadap penggunaan kontrasepsi pada laki-laki dan 2 orang lainnya memiliki

persepsi negatif, namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah responden yang

menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu sebanyak 54 orang tidak

menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, bahwa partisipasi suami masih rendah

dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki sedangkan persepsi suami

(14)

tertarik untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan

persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasespi

pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan

Medan Denai

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,

agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan

dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki secara umum.

2. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,

agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan

dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode

kontrasepsi senggama terputus

3. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,

agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan

dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode

(15)

4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,

agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan

dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode

kontrasepsi vasektomi

5. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (umur, suku,

agama, pendidikan , metode KB yang dipakai /yang pernah dipakai, pekerjaan

dan pendapatan) dengan persepsi suami tentang penggunaan metode

kontrasepsi kondom

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami

tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan

Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada beberapa

pihak terkait tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-laki.

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki, khususnya bagi keperawatan maternitas.

1.4.2 Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi tentang pentingnya untuk memberikan tambahan

(16)

keluarga berencana dan tentang penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-laki.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan hubungan dan faktor yang mempengaruhi persepsi tentang

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Demografi

Kata demografi berasal dari bahasa yunani yang berarti : “Demos” adalah

rakyat atau penduduk dan “Grafein” adalah menulis. Jadi demografi adalah

tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk.

Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik

tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya.

Sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran

(fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial

(Donal J dalam lembaga Demografi Fakultas Kedokteran UI, 2004).

Demografi merupakan studi ilmiah tentang kependudukan, utamanya yang

berkaitan dengan jumlah/size penduduk, struktur serta perkembangannya.

Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan, meliputi

ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk

berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan (Ketut,

2009).

Komposisi penduduk berdasarkan ciri-cirinya dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.

2. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, dan

(18)

3. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan

pekerjaan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

4. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan,

provinsi, dan kabupaten.

Berikut akan dijelaskan karakteristik demografi berdasarkan komposisi

penduduk. :

a. Biologis

Umur dan jenis kelamin merupakan karakterisitik penduduk yang pokok.

Strukutur ini mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap tingkah laku

demografis maupun sosial ekonomi.

1. Umur

Umur merupakan karakterisitik penduduk yang pokok. Strukutur ini

mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap tingkah laku demografis

maupun sosial ekonomi.

Umur atau usia adalah satua

suat

itu dihitung.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu

adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara

(19)

sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan (Dian, 2005). Jenis kelamin

secara umum dibagi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

b.

1. Sosial

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana Tingkat pendidikan

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya da

a.

Tingkat pendidikan

tercermin pada dua hal yaitu :

Kepandaian membaca dan menulis

b.

Penduduk dikatakan dapat membaca dan menulis jika mereka dapat

membaca dan menulis surat/ kalimat sederhana, membaca dan menulis

huruf Braile, orang cacat yang pernah bisa membaca dan menulis.

Sedangkan orang tergolong buta huruf jika mereka tidak bisa membaca

dan menulis atau bisa membaca tetapi tidak bisa menulis.

Tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Yang dimaksud dengan “tamat” adalah mereka yang meninggalkan

sekolah setelah mengikuti pelajaran kelas tertinggi sampai akhir

mendapatkan tanda tamat/ ijazah, baik dari sekolah negeri maupun sekolah

swasta. Penggolongan penduduk berdasarkan atas tingkat pendidikan yang

ditamatkan adalah sebagai berikut : tidak sekolah, belum tamat SD, tamat

(20)

2.

Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis

kelamin (Lembaga Demografi Fakultas Kedokteran UI, 2004). Sedangkan

di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Status perkawinan adalah waktu dari usia pernikahan mereka dihitung

sejak tahun pertama menikah sampai sekarang. Status perkawinan

3.

Berdasarkan status

perkawinannya penduduk berumur 10 tahun keatas dapat dikelompokkan

sebagai berikut : belum kawin, kawin, cerai, duda atau janda.

Suku adalah suatu golongan Suku

mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan

pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh

kesamaan

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Batak, Jawa,

Melayu, Minang, Mandailing, Aceh, dan Tionghoa

4.

Kata "agama" berasal dari bahas Agama

āgama yang berarti "tradisi".

sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang

berasal dari

yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang

(21)

Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada

disebut dengan nama

dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

c. Ekonomi

1.

Ekonomi meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan,

jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Lapangan Pekerjaan

Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI (2004), lapangan

pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan, instansi, dimana

seseorang bekerja atau pernah bekerja.

a)

Lapangan pekerjaan/ usaha dibagi dalam 10 golongan yaitu :

b)

Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan perikanan

c)

Pertambangan dan Penggalian

d)

Industri pengolahan

e)

Listrik, Gas, dan Air

f)

Bangunan

g)

Perdagangan, Rumah makan, dan Hotel

h)

Angkutan, Penyimpanan, dan Komunikasi

i)

Keuangan, Asuransi, dan Perdagangn benda tak bergerak

j)

Jasa-jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Pribadi

(22)

2. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan oleh

orang-orang yang termasuk dalam golongan bekerja atau orang-orang

yang mencari pekerjaan atau pernah bekerja.

a)

Jenis. Jabatan pekerjaan dibagi dalam 8 golongan yaitu:

b)

Tenaga profesional, teknisi dan tenaga lain.

c)

Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

d)

Tenaga administrasi, tenaga tata usaha

e)

Tenaga penjualan

f)

Tenaga usaha jasa

g)

Tenaga usaha pertanian

h)

Tenaga produksi dan sejenisnya, dan operator alat-alat

pengangkutan

3.

Lain-lain (termasuk ABRI dan Polisi).

Tingkat Pendapatan/ penghasilan

d.

Hasil yang diperoleh/didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan. Tingkat

pendapatan atau penghasilan dalam kata lain yaitu gaji, berupa uang

imbalan dari hasil jerih payah dalam bekerja.

Geografis

Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah dilihat dari kenyataan

di permukaan bumi. Geografis dibagi berdasarkan tempat tinggal, daerah

(23)

1.

Sebuah tempat tinggal biasanya berwuj Tempat Tinggal

tinggal. Istilah ini dapat digunakan untuk rupa-rupa tempat tinggal, mulai

dar

konteks tertentu tempat tinggal memiliki arti yang sama dengan rumah,

kediaman, akomodasi, perumahan, dan arti-arti yang lain.

2.

Kawasan perkotaan (urban) adala Perkotaan

utama buka

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayan

perkotaan yang besar dengan jumlah penduduk diatas satu juta orang dan

berdekatan denga

3.

Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu

masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa adalah

suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan

masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat

dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan

(24)

4.

Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah Kabupaten

wilayah administratif setelah provinsi adalah

kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah

bawahan dari provinsi, karena itu bupati ata

jawab kepada

otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahannya sendiri.

5.

Provinsi adalah nama sebuah pembagian wilayah administratif di bawah

wilayah nasional. Kata ini merupakan kata pungutan dari Provinsi

"provincie" yang berasal dari

di

"provincia", yang berarti daerah kekuasaan.

2.2 Persepsi

2.2.1 Defenisi

Persepsi berasal dari bahasa latin yaitu persipere : menerima,

perceptio : pengumpulan, penerimaan, pandangan dan pengertian. Persepsi

adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau

kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2000).

Persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi

(25)

mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat,

pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2003)

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas

yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu

akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi

dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman

individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil

persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya

sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari walgito 2004).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

(Siagian, 1995) yaitu : pertama, dari diri orang yang bersangkutan sendiri.

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi

tentang apa yang dilihatnya itu, ia pasti dipengaruhi oleh karakteristik

individual yang turut berpengaruh seperti sikap, pengalaman, dan

harapannya. Kedua, sasaran persepsi tersebut berupa orang, benda atau

peristiwa. Sifat- sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi

seseorang yang melihatnya, misalnya kehadiran orang yang sangat cantik

atau sebaliknya yang penampilannya sangat ‘ mecolok” akan lebih menarik

perhatian daripada dengan orang yang “biasa saja”. Dengan kata lain

gerakan suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari persepsi turut

menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Ketiga adalah faktor

(26)

yang mana persepsi timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi

merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi

seseorang. Misalnya seorang anak akan menunjukkan suatu pola perilaku

tertentu bila berhadapan dengan orangtua seperti sopan, tertib, dan

sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada diantara

teman-temannya.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang antara lain :

1. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah membuat

kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2. Perubahan intensitas : Suara yang berubah dari pelan menjadi keras

atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik

perhatian kita

3. Pengulangan (repetition) : iklan yang ditayangkan berulang-ulang

akan lebih menarik perhatian seseorang, walaupun seringkali

membuat kesal. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya

stimulus tidak termasuk dalam rentang perhatian seseorang tetapi

pada akhirnya akan dapat perhatian.

4. Sesuatu yang baru : Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik

perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah diketahui

sebelumnya.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak : Suatu stimulus yang

(27)

6. Kebutuhan : Kebutuhan akan membuat stimulus itu dapat masuk

dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan

menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara

berbeda.

7. Motivasi : Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika

seseorang yang ingin lulus cum laude maka angka B akan

diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk, sebaliknya jika seseorang

yang ingin lulus cepat angka B diinterpretasikan sebagai nilai yang

sudah baik.

8. Emosi : Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap

stimulus yang ada. Sebagai contoh seorang pasien yang akan

dioperasi tapi merasa takut akan lebih merasa sakit setelah operasi

dibandingkan dengan pasien yang menghadapi operasi tanpa rasa

takut.

9. Budaya : seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara

berbeda, namun akam mempersepsikan orang-orang diluar

kelompoknya secara sama saja.

Untuk mengukur atau menilai persepsi digunakan skala Likert

(Nursalam, 2008). Bentuk jawaban pertanyaan atau pertanyaan yang masuk

(28)

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat Setuju : SS

Setuju : S

Tidak Setuju : TS

Sangat tidak Setuju : STS

Tidak Tahu : TT

2.3 Kontrasepsi 2.3.1 Defenisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “ mencegah” atau

“ melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi

adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang

dengan sperma (BKKBN, 2005).

Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang

digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan

usaha-usaha itu bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen

(Winkjosastro.2005).

Program keluarga berencana yaitu usaha langsung untuk mengurangi

angka kematian mengatur jarak kelahiran yang bertujuan untuk memenuhi

perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang

berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian bayi, ibu dan anak serta

penangulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

(29)

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi

Dorongan untuk menggunakan KB memerlukan dorongan baik dari

pihak suami maupun istri. Dalam memilih KB masyarakat umumnya

dipengaruhi oleh pandangan tentang dirinya sendiri dan atau pergaulannya,

serta susila dan agama. Selain itu, masyarakat dipengaruhi pula oleh prilaku

pribadi dan prilaku masyarakat yang baku yang berlaku di lingkungannya,

pendapat, tentang peran wanita dan pria yang dianut dan kaidah sosial

budaya lainnya (Sugito, 1991).

Ada beberapa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih

kontrasepsi yaitu faktor pasangan, Faktor kesehatan, dan metode

kontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi

umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan.

Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status kesehatan, riwayat

keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi,

harus mempertimbangkan efektifitas, dapat dipakai untuk jangka yang

panjang, komplikasi atau tidak menambah kelainan yang ada dan biaya

(Saroha, 2009).

Sedangkan menurut Bertrand (1980) yang dikutip dalam Fiona

(2006), menyatakan ada tiga hal yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi

yaitu faktor sosio demografi, sosio psikologi, serta pemberi pelayanan KB.

Yang termasuk dalam sosio demografi adalah umur, tingkat pendidikan,

jenis kelamin, agama, pekerjaan, tempat tinggal dan jumlah anak. Faktor

(30)

Pemberi pelayanan KB termasuk didalamnya keterampilan petugas

pelayanan KB.

Rezky (2009) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi sosial di masyarakat mengatakan sosial demografi

ikut mempengaruhi persepsi seseorang. Seperti halnya suku, saat seseorang

akan bertemu dengan orang lain yang berbeda suku dengannya, biasanya

sebelum bertemu seseorang akan membayangkan seperti apa sifat/karakter

orang yang akan dijumpainya. Dalam persepsi kita ada perbedaan sifat

antara orang yang berbeda suku, contoh lainnya adalah jenis kelamin dan

usia seseorang, perempuan dinilai lebih kemampuannya dibanding laki-laki

dalam pekerjaan tertentu. Seseorang akan lebih mudah percaya kepada orang

yang umurnya lebih tua atau setara dengannya daripada orang yang umurnya

jauh lebih muda.

2.3.3 Jenis Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

Menurut Winkjosastro (2005), jenis-jenis alat kontrasepsi pada

laki-laki terbagi atas 2 yaitu pertama kontrasepsi tanpa menggunakan

alat-alat/obat yaitu pantang berkala dan senggama terputus. Kedua kontrasepsi

secara mekanis yaitu kondom dan vasektomi.

Pantang berkala yakni metode KB yang mempertimbangkan masa

subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan

adalah tidak melakukan hubungan saat masa subur istri. Keuntungan dalam

(31)

seksual tidak terganggu, sedangkan kelemahannya adalah : kegagalan tinggi

bila siklus menstruasi istri tidak teratur.

Senggama terputus (coitus interuptus) merupakan metode KB secara

tradisional dimana suami mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam

vagina sebelum pria mencapai orgasme. Efektivitas dalam pemakaian

metode ini bervariasi, pada penggunaan yang cermat dan konsisten

efektivitas sampai 96 % untuk pencegahan kehamilan. Namun angka

tersebut dapat menurun 81% pada penggunaan yang kurang cermat dan

kurang komitmen (clubb & knight, 1996 dikutip dari Saroha, 2009).

Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek

samping, dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap

waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

Sedangkan kelemahan metode senggama terputus ini adalah tingkat

kegagalan tinggi dan kepuasan melakukan hubungan seksual berkurang

tidak terlindung dari penularan HIV atau penyakit menular seksual lainnya.

Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada

suatu kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis

yang terbuat dari lateks (karet), plastik (vinyl), atau bahan alami. Yang

dikenakan pada alat kelamin laki-laki. Cara kerja kondom adalah

menghalangi pertemuan antara sperma dan sel telur dengan cara mengemas

sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma

tersebut tidak dapat masuk kedalam saluran reproduksi wanita. Efektivitas

penggunaan kondom bervariasi, pada pemakaian yang cermat dan konsisten

(32)

yang rendah cenderung terjadi pada pria dan wanita yang berusia muda dan

lebih subur dan kurang pengalaman dalam menggunakan metode ini

(Saroha, 2009). Keuntungan penggunaan kondom yaitu dapat bertindak

efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak

memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta

sebagai penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi

dini. Sedangkan kelemahan penggunaan kondom yaitu sedikit sulit dalam

pemakaiannya, dapat mengakibatkan alergi pada jeli spermisida pada

beberapa wanita sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi, serta dapat

mengganggu kenikmatan pada saat berhubungan seksual

Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan

saluran yang mengangkut sperma dari epididimis didalam testis ke vesikula

seminalis. Dengan memotong vas deferens sperma tidak mampu di

ejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih

dari sperma yang memakan waktu sekitar tiga bulan (Saroha, 2009).

Vasektomi merupakan bentuk kontrasepsi yang efektif. Angka kegagalan

langsungnya adalah 1 dalam 1000 orang. Keuntungan dalam metode

vasektomi ini adalah metode permanen, efektivitas tinggi, menghilangkan

kecemasan akan kehamilan yang tidak diinginkan, dan prosedur aman serta

sederhana. Kerugiannya adalah kemungkinan komplikasi yang terjadi pada

saat pembedahan yang menyebabkan perdarahan, rasa nyeri dan infeksi

(33)

2.4 Persepsi Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya persepsi, sikap dan perilaku seseorang (over

behavior). Persepsi, sikap, dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan

pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau

melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap

sesuatu, maka individu tersebut akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi

yang lebih positif terhadap hal tersebut.

Pria atau suami, memiliki peran yang lebih dominan dalam mengambil

keputusan terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun, informasi yang benar

tentang kesehatan reproduksi bagi pria di Indonesia masih sangat kurang, terutama

kurang tersedianya metode kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki. Memasuki

awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam menentukan kelahiran

anak. Dari perencanakan keluarga yang meliputi penentuan jumlah anak, kapan

istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan sebagainya,

merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi. Ketika istri hamil,

suami bisa menjamin bahwa istri melakukan pemeriksaan yang baik dan teratur,

memperoleh makanan bergizi, merasa tenang dan bahagia. Begitupun saat istri

melahirkan, suami memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan.

Tidak cukup hanya itu, setelah bayi lahir suami pun sangat berperan penting

mendorong istri untuk segera menyusui bayinya, menjamin tersedianya mekanan

bergizi, membantu pekerjaan rumah tangga, membantu memelihara bayi dan

(34)

Banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mewujudkan partisipasi suami

dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Beberapa faktor yang

menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi antara lain adalah : pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan

klien, faktor lingkungan : sosial, budaya masyarakat (Agama) dan keluarga/isteri,

keterbatasan informasi dan aksesibilitas terhadap pelayanan kontrasepsi pria, dan

keterbatasan jenis kontrasepsi pria (BKKBN, 2007).

KB secara prinsipil dapat diterima oleh Agama Islam, bahkan KB dengan

maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan

keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu

mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah

manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudaratan

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya

mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan

dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak

haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh

memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan

pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasikan hubungan

antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat

kontrasepsi pada laki-laki. Berdasarkan karakterisitik responden atau pengguna

alat kontrasepsi yaitu : umur, suku, agama, pendidikan, metode Kbyang dipakai

atau yang pernah dipakai, pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Dalam penelitian ini, persepsi akan dikategorikan menjadi 2 yaitu : persepsi

positif dan persepsi negatif. Persepsi dipengaruhi oleh 12 faktor yaitu dari diri

sendiri yaitu sikap, pengalaman, dan harapan, dari sasaran atau tujuannya dalam

hal ini termasuk benda dan alat didalamnya seperti metode KB yang tersedia, dari

faktor situasi yaitu budaya, adanya kontras, adanya perubahan intensitas, adanya

pengulangan, adanya sesuatu yang baru, adanya sesuatu yang menjadi perhatian

(36)

Skema 1 : Kerangka penelitian Hubungan Karakterisitk Responden dan

Persepsi Suami tentang Penggunaan Kontrasepsi pada Laki-laki

di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3

Kecamatan Medan Denai.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki. Karakteristik Responden :

• Suku

• Umur

• Agama

• Pendidikan

• Metode KB yang dipakai atau yang pernah dipakai

• Pekerjaan

• Pendapatan

Faktor yang mempengaruhi persepsi :

• Sikap, pengalaman, dan harapan

• metode KB yang tersedia

• Budaya

• Adanya Kontras,

• Adanya Perubahan

intensitas,

• Adanya Pengulangan,

• Adanya sesuatu yang

baru,

• Adanya sesuatu yang

menjadi perhatian orang banyak,

• Kebutuhan,

• Motivasi

(37)

3.2 Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian definisi operasional adalah sebagai berikut :

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Segala sesuatu yang

termasuk didalam data

demografi antara lain :

- Umur

Umur adalah satuan

waktu hidup seseorang

- Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah

suatu hal yang dilakukan

untuk mendapatkan

kemampuan untuk

memiliki kecerdasan

yang diperlukan untuk

diri sendiri dan orang

lain

- Suku

Suku adalah suatu

(38)

Variabel

Agama adalah sistem

atau prinsip

- Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah

pekerjaan yang sedang

atau pernah dilakukan.

- Tingkat Pendapatan

• Pandangan, tentang kontrasepsi pada

laki-laki secara umum

meliputi tujuan, cara,

dan pandangan

laki-laki (suami) secara

umum tentang

penggunaan

kontrasepsi pada laki-Tingkat pendapatan

adalah hasil yang

diperoleh/didapatkan dari

pekerjaan yang dilakukan

(39)

laki

• Pandangan terhadap 4 jenis kontrasepsi pada

laki-laki secara khusus

meliputi tujuan, cara,

dan pandangan

laki-laki (suami) secara

khusus tentang

masing-masing jenis

kontrasepsi pada

laki-laki ( senggama

terputus, pantang

berkala, kondom, dan

(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi. Desain ini

digunakan untuk menggambarkan hubungan antara karakteristik responden dan

faktor yang mempengaruhi persepsi tentang penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan

yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang bertempat

tinggal di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan

Medan Denai. Data diperoleh dari jumlah laki-laki yang tinggal menetap di

Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Jumlah laki-laki yang

tinggal menetap di lingkungan tersebut berjumlah 1432 orang (Zainal,

2010).

4.2.2. Sampel

Semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan lebih

representatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan

sampel Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota

(41)

unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam,

misalnya tingkatan sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan lain lain.

Pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified random sampling

menggunakan strata jenjang pendiddikan atau tingkat pendidikan yang mana

terdiri dari tidak tamat SD, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Setelah penentuan strata selanjutnya dari masing-masing strata akan

diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara acak ( Notoatmodjo,

2005). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan teknik pengambilan

sampel sebanyak 10%-20% dari jumlah populasi (Arikunto, 2000). Maka

10/100 X 1432 = 143,2. dengan cara ini maka jumlah sampel yang diperoleh

adalah 143 orang.

Adapun kriteria sampel yang akan diteliti adalah :

1. Bersedia menjadi responden

2. Berusia diatas 17 tahun

3. Sudah menikah

4. Tinggal menetap di Lingkungan XIII Tegal Sari Mandala 3

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan XIII Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan

Medan Denai pada bulan Juni-Agustus 2010. Alasan peneliti memilih tempat ini

karena Kecamatan Medan Denai merupakan tempat yang memiliki PUS terbanyak

dan jangkauan KB untuk laki-laki yang masih sedikit (Kesumaningtyas, 2008).

Peneliti memilih kelurahan Tegal Sari Mandala 3 karena berdasarkan wawancara

(42)

ini terdapat PUS terbanyak dan lingkungan XIII memiliki KK (kepala keluarga)

terbanyak di kelurahan tersebut.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus seminar proposal

dan mendapatkan surat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU, selanjutnya

mengirim surat tersebut ke Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Peneliti mulai

melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan

Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.

Setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Kepala Kelurahan Kelurahan

Tegal Sari Mandala 3 untuk meneliti, maka peneliti menjelaskan tentang maksud,

tujuan dan prosedur penelitian kepada responden yang telah dipilih. Kemudian

peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini. Jika responden bersedia maka peneliti memberikan surat persetujuan

(informed consent ) untuk ditandatangani. Didalam informed consent dijelaskan

tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi apabila responden menolak untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak responden.

Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah

menandatangani persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,

maka peneliti tidak mencantumkan nama lengkap pada kuesioner yang diberikan

tetapi hanya menulis kode kuesioner. Kerahasiaan informasi dan identitas

responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang diperlukan saja

(43)

Selama pengambilan data, tidak menimbulkan tekanan psikologis pada

responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan

terhadap responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan

berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian

yaitu bagian data karakteristik demografi dan persepsi suami tentang penggunaan

alat kontrasepsi pada laki-laki.

Data karakteristik demografi responden meliputi kode (yang di isi oleh

peneliti), suku, umur, agama, pendidikan, metode KB yang dipakai atau pernah

dipakai pekerjaan, tingkat pendapatan. Sedangkan kuesioner hubungan antara

karakteristik demografi dengan persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi

pada laki-laki terdiri dari 26 buah. Terdiri dari 17 pertanyaan mengenai

kontrasepsi secara umum dan 9 pertanyaan mengenai 4 jenis kontrasepsi antara

lain 2 pertanyaan masing-masing tentang senggama terputus, pantang berkala dan

vasektomi serta 3 pertanyaan tentang metode kontrasepsi kondom

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai

validitas tinggi ( Arikunto, 1998). Jenis validitas yang diukur adalah validitas isi

(44)

karakteristik yang dikaji. Uji validitas akan dilakukan oleh salah satu dosen yang

ahli dalam hal KB.

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji dilakukan

dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Setiadi, 2007). Untuk

menganalisisnya menggunakan Cronbach Alpha. Tes Cronbach Alpha yang

menunjukkan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach

Alpha >0,60.

Uji reliabilitas dilakukan pada laki-laki disekitar tempat tinggal peneliti. Uji

reliabilitas dilakukan kepada 15 orang (Arikunto, 1998). Berdasarkan hasil uji

reliabilitas yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha 0.863. hal

ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel dan dapat

digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik responden

dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Setelah mendapatkan rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas

Keperawatan USU, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan

kepada Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai

b. Menjelaskan tujuan penelitian tentang responden dam meminta

(45)

c. Bila bersedia menjadi responden penelitian, kemudian mengajukan surat

persetujuan responden (informed consent) untuk ditandatangani. Bila

responden tidak bersedia menandatangani, responden dapat memberikan

persetujuan secara lisan.

d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan

untuk mengisi semua penyataan secara teliti dan cermat.

e. Untuk responden yang tidak bisa membaca dan menulis maka peneliti akan

membacakan surat persetujuan menjadi responden dan membantu untuk

mengisi kuesioner.

f. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya.

4.8 Analisa Data

Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Edting, yaitu memeriksa kuesioner yang telah terkumpul kembali apakah

semua pernyataan telah diisi oleh responden sesuai petunjuk.

b. Coding, yaitu kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

memppermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data.

c. Entri data, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

d. Analyze, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan

(46)

Metode Statistik data untuk analisa data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Statistik Univariat.

Pada penelitian ini statistik univariat digunakan untuk menganalisa

variabel independen yaitu karakteristik responden dan variabel dependen

yaitu persepsi tentang penggunaan alat kontrasesi pada laki-laki yang dibagi

secara umum dan khusus.

Menurut rumus statistika menurut Sudjana (1992), untuk menentukan

panjang kelas, dapat digunakan rumus :

Rentang kelas tertinggi –rentang kelas terendah P=

Banyak Kelas

Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

secara umum dimasukkan kedalam rumus:

68

Maka P= = 34

2

Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu :

Persepsi Positif : 35-68

Persepsi Negatif : 0-34

Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

secara khusus yaitu Senggama Terputus, Pantang Berkala dan Vasektomi

pada laki-laki dimasukkan kedalam rumus:

8

Maka P= = 4

(47)

Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu :

Persepsi Positif : 5-8

Persepsi Negatif : 0-4

Dalam menentukan persepsi suami tentang penggunaan metode kontrasepsi

Kondom pada laki-laki dimasukkan kedalam rumus:

12

Maka P= = 6

2

Selanjutnya dimasukkan kedalam standar kriteria objektif yaitu :

Persepsi Positif : 7-12

Persepsi Negatif : 0-6

2. Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu metode analisa data untuk menganalisa

pengaruh antara dua variabel. Untuk melihat adanya hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji statistik

dekriptif dengan chi-square dengan taraf nyata (α )= 0,05

Rumus uji statistik Chi-square adalah :

X2

E

Keterangan : O = Frekuensi observasi

E = Frekuensi harapan

Proses analisa data dilakukan secara komputerisasi dan hasil analisa data

diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p value dengan nilai α.

(48)

Ha : Ada Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami

tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki.

Ho : Tidak Ada Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi

Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki.

Bila p value < α maka keputusannya Ha diterima atau ada hubungan dan bila

p > α maka keputusannya Ho atau ditolak, hasil akan disajikan dalam bentuk

(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hubungan antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal

Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah responden sebanyak 143

orang.

Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu data karakteristik responden,

data persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki secara

umum, data persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

secara khusus, dan data ada tidaknya hubungan karakteristik responden dengan

persepsi suami tentang penggunaan alak kontrasepsi pada laki-laki.

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil data demografi karakteristik responden, mayoritas usia

paling tua rata-rata >35 tahun (58%) dan paling muda berusia 17-35 tahun (42%).

Suku responden mayoritas suku batak yaitu sebanyak 48 orang (33,6%), suku

melayu sebanyak 37 orang (25.9%), suku nias sebanyak 33 orang (23,1%), suku

minang sebanyak 18 orang (12,6%), dan suku aceh sebanyak 7 orang (4,9%).

Agama responden mayoritas Islam sebanyak 115 orang ( 80,4%), Kristen 12

orang (8,4%), Hindu 11 orang (7,7%), dan responden yang beragama Katolik

(50)

Budha. Responden yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 59 orang

(41,3%), SMA sebanyak 61 orang (42.7%), SMP sebanyak 9 orang (6.3%), SD

sebanyak 7 orang (4,9%), dan responden yang tidak tamat SD sebanyak 7 orang

(4,95). Sebanyak 52 orang (36,4%) responden tidak menggunakan kontrasepsi,

menggunakan senggama terputus sebanyak 48 orang ( 33,6%), kondom sebanyak

34 orang (23,8%), vasektomi sebanyak 5 orang (3,5%), dan yang menggunakan

metode pantang berkala sebanyak 4 orang (2,8%). Responden yang bekerja

sebagai PNS sebanyak 33 orang (23,1%), swasta sebanyak 18 orang 18 orang

(12,6%), petani sebanyak 28 orang (19,6%), yang bekerja wiraswasta sebanyak 27

orang ( 18,9%), dan yang responden yang mempunyai pekerjaan lainnya sebanyak

37 orang (25,9%). Pendapatan responden mayoritas >Rp 850.000 yaitu sebanyak

85 orang (59,4%) dan yang mempunyai pendapatan <Rp 850.000 sebanyak 58

orang (40,65%).

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n = 143) Karakteristik Frekuensi Presentase

(n) %

Umur Responden

17-35 tahun 60 42,0

>35 tahun 83 58,0

Suku Responden

Batak 48 33,6

Melayu 37 25,9

Nias 33 23,1

Minang 18 12,6

(51)

Karakteristik Frekuensi Presentase

(n) %

Agama Responden

Islam 115 80,4

Kristen 12 8,4

Hindu 11 7,7

Katolik 5 3,5

Pendidikan Responden

Tidak Tamat SD 7 4,9

SD 7 4,9

SMP 9 6,3

SMA 61 42,7

Perguruan Tinggi 59 41,3

Metode KB yang dipakai/yang pernah dipakai

Tidak Ada 52 36,4

Senggama terputus 48 33,6

Pantang Berkala 4 2,8

Kondom 34 23,8

Vasektomi 5 3,5

Pekerjaan Responden

PNS 33 23,1

Swasta 18 12,6

Petani 28 19,6

Wiraswasta 27 18,9

Lainnya 37 25,9

Pendapatan Responden

<Rp 850.000 58 40,6

>Rp 850.000 85 59,4

(52)

5.1.2 Persepsi Suami tentang Penggunaan Kotrasepsi pada Laki-laki secara

umum

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat sebanyak 88 orang

responden yang mempunyai persepsi positif tentang penggunaan kontrasepsi pada

laki-laki secara umum dan sebanyak 55 orang (38,5%) responden memiliki

persepsi negatif tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang penggunaan kontrasepsi pada Laki-laki secara umum (n = 143)

Persepsi f %

Persepsi Positif 88 61,5

Persepsi Negatif 55 38,5

Total 143 100

5.1.3 Persepsi Suami tentang Penggunaan 4 jenis Kontrasepsi pada Laki-laki

Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 135 (94,5%) responden yang

memiliki persepsi positif terhadap metode kontrasepsi senggama terputus, dan

sebanyak 8 (5,6%) responden yang memiliki persepsi negatif tentang metode

kontrasepsi senggama terputus.

Sebanyak 19 orang (13,3%) dari responden yang mempunyai persepsi

positif tentang metode kontrasepsi pantang berkala pada laki-laki, serta 124 orang

(86,7%) yang mempunyai persepsi negatif tentang metode kontrasepsi pantang

(53)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 82 orang (57,3%) responden yang

mempunyai persepsi positif terhadap pemakaian vasektomi dan 61 (42,7%)

mempunyai persepsi negatif terhadap pemakaian vasektomi.

Sebanyak 136 (95,1%) responden yang mempunyai persepsi positif

terhadap pemakaian kondom dan 7 responden (4,9%) yang mempunyai persepsi

negatif terhadap pemakaian kondom.

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis kontrasepsi pada laki-laki secara khusus (n = 143)

Metode Kontrasepsi f %

Senggama Terputus

Persepsi Positif 135 94,4

Persepsi Negatif 8 5,6

Pantang Berkala

Persepsi Positif 19 13,3

Persepsi Negatif 124 86,7

Vasektomi

Persepsi Positif 82 57,3

Persepsi Negatif 61 42,7

Kondom

Persepsi Positif 136 95,1

Persepsi Negatif 7 4,9

5.1.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Laki-laki

Analisa hubungan antara variabel bebas meliputi karakteristik responden

(umur, suku, agama, pendidikan, metode KB, pekerjaan, dan pendapatan) dengan

varabel terikat persepsi laki laki tentang penggunaan kontrasepsi pada laki-laki

(54)

Berdasarkan hasil analisis diatas didapatkan bahwa sebanyak 60 responden

berada dalam kategori umur 17-45 tahun dan sebesar 63,6% memiliki persepsi

yang positif tehadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 83

responden berada dalam kategori umur >35 tahun dan sebesar 54,2% memiliki

persepsi yang positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil

uji chi square menunjukkan variabel umur tidak memiliki hubungan secara

signifikan dengan persepsi laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-laki karena nilai p (0.276) > (0,05).

Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Umur

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

F % F % F %

17-35 38 63,6% 22 36,7% 60 100%

0,276

>35 45 54,2% 38 45,8% 83 100%

Total 83 58.0% 60 42,0% 143 100%

Hasil analisis didapatkan sebanyak 48 responden suku Batak dan sebesar

64,6% memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada

laki-laki, sebanyak 37 responden suku Melayu dan sebesar 45,9% responden yang

memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki,

sebanyak 33 responden yang bersuku Nias dan sebesar 63,6% memiliki persepsi

positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 18

responden suku Minang dan sebesar 55,6% yang memiliki persepsi positif

(55)

suku Aceh dan sebesar 57,1% memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat

kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan variabel suku tidak

memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.472) > (0,05).

Tabel 5 Hubungan Suku Responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Suku

Persepsi Responden

Total

p value Persepsi Positif

(1)

Persepsi Negatif (2)

f % F % F %

Batak 31 64,6% 17 35,4% 48 100%

0,472

Melayu 17 45,9% 20 54,1% 37 100%

Nias 21 63,6% 12 36,4% 33 100%

Minang 10 55,6% 8 44,4% 18 100%

Aceh 4 57,1% 3 42,9% 7 100%

Total 83 58,0% 60 42,0% 143 100%

Berdasarkan hasil analisis dari tabel 6 didapatkan sebanyak 115 responden

beragama Islam dan sebesar 59,1% responden yang memiliki persepsi positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 12 responden

beragama Kristen dan sebesar 33,3% responden yang memiliki persepsi positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 11 beragama

Hindu dan sebesar 54,5% responden yang memiliki persepsi positif terhadap

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 5 responden beragama

Katolik dan sebesar 100% responden yang memiliki persepsi positif terhadap

(56)

memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.029) < (0,05).

Tabel 6 Hubungan Agama Responden dengan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Agama

Hasil analisis dari tabel 7 didapatkan bahwa sebanyak 7 responden yang

tidak tamat SD dan sebesar 14,3% responden yang memiliki persepsi positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 7 responden yang

berpendidikan SD dan sebesar 100% responden yang memiliki persepsi positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 9 responden

berpendidikan SMP dan sebesar 66,7% responden yang memiliki persepsi positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 61 berpendidikan

SMA dan sebesar 31,1% responden yang memiliki persepsi positif terhadap

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 59 berpendidikan Perguruan

Tinggi dan sebesar 84,7% responden yang memiliki persepsi positif terhadap

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square menunjukkan

(57)

laki-laki tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki-laki-laki karena nilai p (0.000) <

(0,05).

Tabel 7 Hubungan Pendidikan dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Pendidikan

Hasil analisis dari tabel 8 didapatkan bahwa 52 responden tidak

menggunakan kontrasepsi dan sebesar 65,4% % responden yang memiliki

persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 48

orang menggunakan metode kontrasepsi senggama terputus dan sebesar 54,2% %

responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki, sebanyak 4 responden memakai metode kontrasepsi pantang

berkala dan sebesar 25,0% % responden yang memiliki persepsi positif terhadap

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 34 responden memakai

metode kontrasepsi kondom dan sebesar 55,% % responden yang memiliki

persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 5

responden menggunakan metode kontrasepsi vasektomi dan sebesar 58,0 %

responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi

(58)

memiliki hubungan secara signifikan dengan persepsi laki-laki tentang

penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena nilai p (0.507) > (0,05).

Tabel 8 Hubungan Metode KB dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki

Metode KB

Berdasarkan hasil analis dari tabel 9 didapatkan bahwa sebanyak 33

responden yang bekerja sebagai PNS dan sebesar 87,9% responden yang memiliki

persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, sebanyak 18

responden mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta dan sebesar 83,3%

responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki, sebanyak 28 responden bekerja sebagai petani dan sebesar 50,0%

responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi

pada laki-laki, sebanyak 27 responden yang bekerja sebagai wiraswasta dan

sebesar 29,6% responden yang memiliki persepsi positif terhadap penggunaan alat

kontrasepsi pada laki-laki, serta sebanyak 37 responden yang mempunyai

pekerjaan lainnya dan sebesar 45,9% responden yang memiliki persepsi positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hasil uji chi square

Gambar

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n = 143)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi persepsi suami tentang
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi tentang 4 jenis
Tabel 4 Hubungan Umur Responden dengan persepsi suami tentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini yaitu status penggunaan alat kontrasepsi pada suami rendah, analisis data menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan tentang KB

Persepsi responden terhadap rasa aman dari alat kontrasepsi IUD sebanyak 8 responden (27%) mengetahui kalau alat kontrasepsi IUD aman untuk digunakan

Persepsi responden terhadap rasa aman dari alat kontrasepsi IUD sebanyak 8 responden (27%) mengetahui kalau alat kontrasepsi IUD aman untuk digunakan

Adanya hubungan umur, pendidikan, sumber informasi dan pengetahuan dengan peran suami dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur di Desa Percut

Apakah suami memiliki pandangan yang baik mengenai alat kontrasepsi tentang penggunaan AKDR.. Apakah Suami pernah menganjurkan Ibu untuk melepaskan alat kontrasepsi

Penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa ada hubungan secara statistik antara antara sikap dengan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi di RW

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 52 responden menunjukkan hasil tingkat pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi pria di Kampung Jantirejo RT 02/ XIII

Hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Umur Alat Kontrasepsi Hormonal