Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-laki
di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai
Desra Kasmarita Sebayang
Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Judul : Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai
Peneliti : Desra Kasmarita Sebayang
NIM : 051101003
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2008/2009
Pembimbing Penguji 1
(Ellyta Aizar, SKp) (Ellyta Aizar, SKp) NIP. 132 283 161 NIP. 132 283 161
Penguji II
(Nur Afi Darti, SKp, MKep) NIP. 132 255 301
Penguji III
(Siti Saidah Nst, SKp, MKep, Sp.Mat) NIP. 132 297 159
Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.
(Erniyati, SKp, MNS) (Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA (K))
NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363
Judul : Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi
pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai
Peneliti : Desra Kasmarita Sebayang
Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakattermasuk daerah pemukiman baru. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur yaitu suami dan isteri. Namun, pada kenyataannya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki masih sangat sedikit disebabkan kurangnya informasi, sasaran KB yang lebih mengutamakan perempuan dan persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa wanita saja yang perlu ikut KB. Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi isteri dan suami serta mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah 65 orang dan teknik pengambilan sampel adalah convenience purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner oleh peneliti dan hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63 orang (96,9%) responden telah memiliki persepsi positif dan 2 orang (13,1%) responden memiliki persepsi negatif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki latar belakng pendidikan SMU dan perguruan tinggi.
Penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar telah memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi, namun perlu pemberian informasi lebih luas tentang kontrasepsi pada laki-laki.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan eahmat serta kasih-Nya yang telah menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ”Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Lki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU Medan, Bapak Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A(K) selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan, Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU, Ibu Ellyta Aizar, SKp selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga dalam penelitian skripsi ini, Ibu Nur Afidarti, SKp, Mkep selaku Dosen Penguji II dan Ibu Siti Saidah Nst, SKp, Mkep, Sp Mat selaku Dosen Penguji III, Ibu Nur Asiah, Skep, Ns selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dan seluruh staf pengajar dan staf admibnistrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU Medan. Kepada Bapak Ali Akbar selaku Kepala Lingkungan yang turut membantu serta seluruh responden yang telah membantu peneliti.
Untuk sahabat-sahabatku tersayang (Tere, Sylvia, Lili, Apry, Septi, Icha, dan Desy) yang telah banyak memberi dukungan, semangat dan doa. Buat teman-teman seperjuanganku Yuliar, Thitan, Ratih, Sondang, Polma, Renata, Dormian, Eva, Dina, Friska, Aan, Ida, Evi, Mindo, Siska, Oci dan semua stambuk 2005 (Kerang Rebus 05). Buat kakak kelompokku K’Fitri dan K’Mega, dan teman-teman kelompok kecilku Talentis yang selalu mendoakanku. Buat adikku Mona, dan semua adik-adik di PSIK. Terima kasih juga buat temanku Apriani, Lambik, Isma, dan seluruh teman-teman Permata Sion GBKP Cinta Damai.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan Kasih Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya Profesi Keperawatan.
Medan, Juli 2009
DAFTAR ISI
1.3.Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ... 5
2.1.1 Definisi persepsi ... 6
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 7
2.2 Alat kontrasepsi ... 7
2.2.1 Definisi alat kontrasepsi... 7
2.2.2 Manfaat alat kontrasepsi ... 8
2.2.3 Faktor-faktor dalam memilih alat kontrasepsi ... 8
2.2.4 Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki... 9
2.3 Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki .. 10
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 13
3.2 Defenisi Operasional ... 14
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 16
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 22
5.1.1 Karakteristik responden ... 22
5.1.2 Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki- laki... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan ... 37 6.2 Rekomendasi... 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Hasil Uji Reliabilitas 4. Hasil Analisa Data 5. Jadwal Penelitian 6. Taksasi Dana 7. Surat Survey Awal
8. Surat Permohonan Uji Validitas 9. Surat Izin Penelitian
10.Surat Bukti Penelitian 11.Lembar Konsul
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai...23
Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentasi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki ... .... 24
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi suami terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki ... 26
Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentasi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki... 28
Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentasi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki berdasarkan kategori persepsi ... 30
Tabel6 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan-Denai... 30
Judul : Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi
pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai
Peneliti : Desra Kasmarita Sebayang
Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakattermasuk daerah pemukiman baru. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur yaitu suami dan isteri. Namun, pada kenyataannya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki masih sangat sedikit disebabkan kurangnya informasi, sasaran KB yang lebih mengutamakan perempuan dan persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa wanita saja yang perlu ikut KB. Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi isteri dan suami serta mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai dengan jumlah 65 orang dan teknik pengambilan sampel adalah convenience purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner oleh peneliti dan hasil analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63 orang (96,9%) responden telah memiliki persepsi positif dan 2 orang (13,1%) responden memiliki persepsi negatif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki latar belakng pendidikan SMU dan perguruan tinggi.
Penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar telah memiliki persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi, namun perlu pemberian informasi lebih luas tentang kontrasepsi pada laki-laki.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara
berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi
Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi (Widiyanti, 1987).
Berbagai program pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah kependudukan tersebut, antara lain melalui program pelayanan kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera (BKKBN, 1997).
Keluarga Berencana adalah usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998). Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat
sejahtera dengan pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk (BKKBN, 1989).
Hal tersebut diupayakan melalui gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga sejahtera dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera dengan sasaran
pasangan usia subur (BKKBN, 1998).
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 219 juta jiwa dengan
tingkat pertumbuhan 1,48 persen atau sekitar 3,2 juta jiwa per tahun. Jumlah pasangan
usia subur di Indonesia sekitar 43 juta orang, jumlah PUS di Sumatera Utara berjumlah
1.964.236 (BKKBN, 2007). Jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi di
Indonesia hanya 2,7 % dari total jumlah penduduk Indonesia (BKKBN, 2005).
Utara hanya 3,10 % antara lain yang menggunakan kondom 2,78 % dan MOP 0,32 %
(Bandar, 2002). Data ini menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi pria dalam
menyukseskan program KB. Sedangkan di Kecamatan Medan Denai kebanyakan
menggunakan metode KB IUD. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat rendah
partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi karena penggunaan alat
kontrasepsi di Medan Denai didominasi oleh perempuan (Kesumaningtyas, 2008).
Rendahnya tingkat partisipasi pria dalam program KB disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: sasaran pelaksanaan program KB lebih mengutamakan
perempuan, lingkungan sosial budaya yang masih beranggapan bahwa urusan KB dan
kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan, terbatasnya kesadaran dan
pengetahuan pria tentang KB dan kesehatan reproduksi, terbatasnya jenis metode
kontrasepsi bagi kaum pria dan rendahnya dukungan terhadap pengembangan jenis
metode kontrasepsi pria, serta terdapat kesenjangan dalam pemberian pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi antara laki-laki dan perempuan (BKKBN, 2004).
Rendahnya partisipasi suami dalam program KB dipengaruhi juga oleh
pengetahuan dan sikap/ perilaku. Rendahnya pengetahuan suami tersebut
mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki,
karena salah satu yang menentukan persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia
miliki. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki
persepsi yang lebih positif terhadap hal tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi
positif tentang sesuatu akan membuat individu tersebut akan memiliki sikap dan
perilaku yang positif juga terhadap hal tersebut (BKKBN, 2004). Menurut
Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka akan
menghasilkan sebuah perilaku yang akan dapat dipertahankan lebih lama.
Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan dukungan
semua pihak, bukan saja perempuan yang memiliki kaitan langsung melainkan juga
laki-laki. Hanya saja dalam kenyataannya KB lebih banyak diikuti kaum perempuan.
Bukan hanya dukungan, tetapi partisipasi secara langsung oleh pria dalam program KB
juga dapat diwujudkan karena alat kontrasepsi yang tersedia juga bukan hanya untuk
wanita, tetapi juga untuk pria, seperti metode barier (kondom), vasektomi, spermiside,
dan senggama terputus. Hal ini menunjukkan bahwa memang pria dapat berpartisipasi
dalam mewujudkan keluarga berencana (BKKBN, 2004).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bahwa partisipasi suami masih rendah
dalam program KB dan penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, maka peneliti
tertarik untuk mengetahui bagaimana persepsi suami tentang penggunaan alat
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan
alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada beberapa pihak
terkait tentang persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.
1.4.1 Praktek Keperawatan
Untuk mendapatkan informasi tentang keluarga berencana yaitu persepsi
suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki khususnya bagi keperawatan
maternitas.
1.4.2 Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi tentang pentingnya untuk memberikan informasi mengenai
pentingnya partisipasi suami dalam program keluarga berencana dan tentang alat
kontrasepsi pada laki-laki.
1.4.3 Penelitian Selanjutnya
Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Definisi
Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:
pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran
intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap
sesuatu (Komaruddin, 2000).
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke
dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium (Slameto, 2003). Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah pemahaman,
pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide,
konsep, kesan, dan lain-lain.
Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif
dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan karena
perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam
mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang
lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari Walgito 2004).
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa
yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh
seperti sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapannya. Yang kedua, sasaran persepsi
tersebut yang berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya
berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya, misalnya kehadiran orang yang
sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat “mencolok” akan lebih
menarik perhatian dibandingkan dengan orang-orang yang “biasa-biasa saja”. Dengan
kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi
turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. Yang ketiga adalah faktor
situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut
berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya, seorang anak akan
menunjukkan suatu pola perilaku tertentu bila berhadapan dengan orangtua seperti
sopan, tertib, dan sejenisnya, berbeda dengan perilakunya apabila berada di
tengah-tengah rekannya yang sebaya.
Menurut Walgito (2003) dalam persepsi, individu harus mengorganisasikan dan
menginterpretasikan stimulus yang diterimanya sehingga stimulus tersebut mempunyai
arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Faktor-faktor
stimulus terdiri dari 3 yaitu : Pertama, objek yang dipersepsi adalah objek mengenai
alat indera atau reseptor. Stimulus yang datang dari luar individu langsung mengenai
saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Stimulus juga dapat datang dari dalam
diri individu, langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
saraf dan susunan saraf pusat. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk
menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada ke susunan saraf pusat yaitu otak
sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan saraf
motorik. Ketiga, perhatian untuk menyadari sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
2.2 Alat kontrasepsi
2.2.1 Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah" atau "melawan" dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan
akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2005).
Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Menurut
Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan alat
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang untuk
mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
2.2.2 Manfaat Alat Kontrasepsi
Di bidang keluarga berencana, Garis-garis Besar Haluan Negara 1978
mengamanatkan bahwa tujuan program keluarga berencana adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga
bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin
terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga
berencana diusahakan diperluas keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat
termasuk daerah pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan
beberapa manfaat yaitu dapat mengatur jarak kelahiran, menunda kelahiran serta
mencegah kehamilan (Hestiantoro, 2008).
2.2.3 Faktor-faktor dalam memilih alat kontrasepsi
Ada beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan, dan faktor metode kontrasepsi.
Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup,
frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan,
mempertimbangkan status kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik.
Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektivitas, efek
samping, komplikasi-komplikasi yang potensial, dan biaya (Hartanto, 2003).
2.2.4 Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki
Menurut Manuaba (1998), jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan
Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada suatu
kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis yang terbuat
dari bahan lateks (karet), pelastik (vinil) atau bahan alami, yang dikenakan pada alat
vital seorang pria. Cara kerja kondom adalah dengan menghalangi pertemuan antara
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak dapat masuk ke dalam saluran
reproduksi wanita. Keuntungan penggunaan kondom yaitu dapat bertindak efektif
sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak memerlukan pengawasan
medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta sebagai penghambat orgasme bagi
pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini. Sedangkan kelemahan penggunaan
kondom yaitu sedikit sulit dalam pemakaiannya, dapat menyebabkan alergi terhadap
jeli spermisida pada beberapa wanita sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi,
serta dapat mengganggu kenikmatan pada saat berhubungan seksual.
Vasektomi merupakan suatu tindakan penutupan, pemotongan, pengikatan atau
penyumbatan pada kedua saluran mani (testis) sebelah kiri dan kanan sehingga
menghambat produksi sperma. Menurut WHO (1994) vasektomi merupakan cara
sterilisasi pria dengan melakukan pemotongan vas deferens yang berguna untuk
menghalangi transport spermatozoa. Keuntungan vasektomi yaitu: tidak mengubah
kemampuan pria untuk orgasme dan angka kegagalan sangat sedikit yaitu 0,15%.
Sedangkan kelemahan vasektomi adalah kemungkinan komplikasi yang terjadi saat
pembedahan yang menyebabkan perdarahan, rasa nyeri dan infeksi ringan.
Senggama terputus (coitus ineruptus) merupakan metode KB tradisional
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam vagina sebelum pria
tidak memiliki efek samping dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan
setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. Sedangkan
kelemahan metode senggama terputus yaitu tingkat kehamilan tinggi (17-25 %), dan
kepuasan dalam hubungan seksual berkurang serta dapat menimbulkan tekanan
kejiwaan.
Pantang berkala yaitu metode KB yang mempertimbangkan masa subur wanita
yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan adalah tidak
melakukan hubungan seksual pada saat masa subur istri. Keuntungan pantang berkala
adalah : hubungan seksual yang alami dan kepuasan seksual tidak terganggu.
Sedangkan kelemahan pantang berkala adalah : kegagalan tinggi bila siklus menstruasi
istri tidak teratur.
2.3 Persepi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya persepsi, sikap dan perilaku seseorang (over behaviour).
Persepsi, sikap dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan pengetahuan, akan
menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu
tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu
tersebut juga akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif
terhadap hal tersebut
Pria atau suami, memiliki peran lebih dominan dalam mengambil keputusan
terhadap kesehatan reproduksi wanita. Namun, informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi bagi pria di Indonesia masih sangat kurang, terutama kurang tersedianya
Memasuki awal perkawinan, suami memiliki peran penting dalam menentukan
kelahiran anak. Dari perencanan keluarga yang meliputi penentuan jumlah anak, kapan
istri hamil, dimana istri akan melahirkan, ditolong oleh siapa dan sebagainya,
merupakan peran suami dalam menjaga kesehatan reproduksi. Ketika istri hamil, suami
bisa menjamin bahwa istri melakukan pemeriksaan yang baik dan teratur, memperoleh
makanan bergizi, merasa tenang dan bahagia.
Begitupun saat istri melahirkan, suami dapat memastikan persalinan yang aman oleh
tenaga kesehatan. Tidak cukup hanya itu, setelah bayi lahir, suami pun sangat berperan
penting mendorong istri untuk segera menyusui bayinya, menjamin tersedianya
makanan bergizi, membantu pekerjaan rumah tangga, membantu memelihara bayi dan
segera memilih metode kontrasepsi (BKKBN, 2004).
Namun, banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mewujudkan partisipasi
suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Rendahnya partisipasi pria
dalam program KB dan penggunaan alat kontrasepsi karena : 1) Kurangnya informasi
dan sosialisasi tentang perspektif laki-laki yang dapat digunakan untuk membantu
merancang program-program yang sesuai dan mengutamakan sasarannya adalah
perempuan, 2) Persepsi di masyarakat yang menganggap bahwa hanya wanita yang
menjadi sasaran untuk keberhasilan program KB, 3) Keterbatasan metode kontrasepsi
yang ada untuk laki-laki, 4) Sikap negatif dari para pembuat kebijakan dan provider
pelayanan terhadap laki-laki, 5) Kebijakan-kebijakan yang tidak mendukung, seperti
larangan terhadap iklan kondom yang menyebabkan terbatasnya informasi dan
aksesibilitas alat KB dan kesehatan reproduksi bagi pria, 6) Sumber daya yang
sesuai atau pelayanan yang berbeda untuk laki-laki, 7) Biaya yang mahal untuk
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan dukungan semua
pihak, bukan saja perempuan yang memiliki kaitan langsung melainkan juga laki-laki.
Angka partisipasi kaum pria dalam menyukseskan program KB masih sangat rendah,
jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi hanya sekitar 2,7% saja (BKKBN,
2005).
Rendahnya partisipasi suami dalam program KB dipengaruhi oleh pengetahuan
dan sikap. Pengetahuan suami tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan
alat kontasepsi pada laki-laki dipengaruhi oleh keterbatasan informasi seputar jenis
metode KB pada laki-laki dan terbatasnya pelayanan kesehatan untuk pelayanan KB
pria. Rendahnya pengetahuan suami tersebut mempengaruhi persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki, karena salah satu yang menentukan
persepsi seseorang adalah pengetahuan yang ia miliki. Seseorang yang memiliki
pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang lebih positif terhadap
Faktor yang mempengaruhi persepsi suami:
Informasi
Metode yang tersedia
Pelayanan kesehatan
Persepsi suami
Persepsi positif
Persepsi negatif Penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki:
Kondom
Vasektomi
Senggama terputus (coitus interuptus)
Pantang berkala
Skema 1 : Kerangka Penelitian Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai
Keterangan :
: Variabel yang diteliti - - - : Variabel yang tidak diteliti
3.2 Definisi Operasional
Persepsi adalah pemahaman, pemikiran, pendapat dan pandangan seseorang
terhadap sesuatu setelah individu tersebut melihat atau mendengar suatu informasi
tentang objek tersebut.
Suami adalah seseorang yang telah menikah secara sah, baik yang menggunakan
Alat kontrasepsi pada laki-laki adalah suatu alat ataupun metode yang digunakan
oleh laki-laki untuk mengatur jarak kelahiran ataupun mencegah kehamilan, yang
terdiri dari beberapa alat atau metode yaitu kondom, vasektomi, senggama terputus
serta pantang berkala.
Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu suatu pemahaman, pendapat dan
pandangan suami yang tinggal di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Desain ini digunakan
untuk mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang bertempat tinggal di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Data
diperoleh dengan memisahkan suami atau keluarga yang berdomisili di Medan dan di
luar Medan. Jumlah suami di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan yang bedomisili di Medan berjumlah 650 KK. (Kepling, 2009).
Pengambilan sampel dilakukan secara convinience purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang kebetulan ada (accidental) namun disesuaikan
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan sampel sebanyak 10%
dari jumlah populasi (Arikunto, 1998). Maka jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 65 orang. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah semua suami baik
yang menggunakan atau tidak menggunakan metode atau alat kontrasepsi pada
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan-Denai. Alasan peneliti memilih tempat ini karena Kecamatan
Medan Denai merupakan tempat yang memiliki PUS terbanyak dan belum terjangkau
KB (Kesumaningtyas, 2008). Peneliti memilih Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 karena
berdasarkan wawancara peneliti kepada Camat Medan Denai, di kelurahan ini terdapat
PUS terbanyak dan Lingkungan XIII sebagai lingkungan yang memiliki KK terbanyak
di kelurahan tersebut. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2009
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus seminar proposal
dan mendapatkan surat persetujuan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran USU, selanjutnya mengirim surat tersebut ke Kelurahan Tegal Sari
Mandala 3. Peneliti akan mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan persetujuan
dari Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.
Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
untuk meneliti, maka peneliti akan menjelaskan tentang maksud, tujuan, dan prosedur
penelitian kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan
kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika responden bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti akan memberikan surat
persetujuan (Informed Consent) untuk ditandatangani. Di dalam informed consent
dijelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi apabila responden menolak
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah menandatangani
surat persetujuan. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak
mencantumkan nama lengkap pada kuesioner yang diberikan tetapi hanya menuliskan
kode kuesioner. Kerahasiaan informasi dan identitas responden dijamin oleh peneliti
dan hanya kelompok data yang diperlukan saja yang dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
Selama proses pengambilan data, tidak menimbulkan tekanan psikologis pada
responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap
responden.
4.5 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman
pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu
data demografi dan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.
Data demografi responden meliputi kode (diisi oleh peneliti), metode KB yang
digunakan, usia, lama menikah, jumlah anak, metode KB yang digunakan serta
pendidikan terakhir. Sedangkan kuesioner persepsi suami tentang penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki terdiri dari pemahaman tentang definisi dan manfaat alat
kontrasepsi pada laki-laki (pernyataan nomor 1 dan 2), jenis metode dan alat
kontrasepsi pada laki-laki (pernyataan nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15),
dan persepsi suami terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki (pernyataan
nomor 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28). Skala yang digunakan dalam
jawaban terhadap tiap-tiap item (Mardalis, 1995), yaitu skor untuk pernyataan positif
adalah sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak tahu (TT) = 0, tidak setuju (TS) = 2,
sangat tidak setuju (STS) = 1, sedangkan skor untuk pernyataan negatif adalah sangat
tidak setuju (STS) = 4, tidak setuju (TS) = 3, tidak tahu (TT) = 0, setuju (S) = 2, dan
sangat setuju (SS) = 1. Pernyataan positif terdapat pada nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11,
13, 14, 19, dan 20, 23, 24, 26, 28. Sedangkan pernyataan negatif terdapat pada
pernyataan nomor 2, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 25, 27.
4.6 Validitas dan Reabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi (Arikunto, 1998). Jenis validitas yang akan diukur adalah validitas isi
yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili
karakteristik yang dikaji. Keputusan-keputusan biasanya didasarkan pada riset
sebelumnya dalam bidang dan pendapat-pendapat ahli (Brockopp & Tolsma, 1999).
Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji reliabilitas
akan dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja (Setiadi, 2007). Untuk
menganalisisnya, digunakan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Tes Cronbach
Alpha yang menunjukkan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha >0,60 (Ghozali, 2005 & Kuncoro, 2003 yang
Uji reliabilitas akan dilakukan kepada suami yang telah mempunyai anak lebih
dari 2 orang di sekitar lingkungan tempat tinggal peneliti. Uji reabilitas dilakukan
kepada 15 orang (Arikunto, 1998)
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Setelah mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran USU, kemudian mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian kepada Kepala Kelurahan Tegal Sari Mandala 3.
b. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta kesediaannya
menjadi responden penelitian ini.
c. Bila responden bersedia untuk menjadi responden penelitian, kemudian peneliti
mengajukan surat persetujuan responden (informed consent) untuk
ditandatangani. Bila responden tidak bersedia menandatangani, responden dapat
memberi persetujuan secara lisan.
d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan untuk
mengisi semua pernyataan secara teliti dan cermat.
e. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya.
4.8 Analisa Data
Data yang telah terkumpul, akan diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah
a. Editing, yaitu memeriksa kuesioner yang telah terkumpul kembali apakah semua
pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.
b. Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data.
c. Analyze, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan kriteria
jawaban responden
Menurut rumus statistika Sudjana (1992), untuk menentukan panjang kelas, dapat
digunakan rumus
rentang kelas tertinggi – rentang kelas terendah P =
Banyak kelas
112
Maka P = = 2 56
d. Selanjutnya dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif yaitu :
Persepsi positif : 56-112
Persepsi negatif : 0-55
e. Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner akan disajikan dalam
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi
suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yang telah dilaksanakan pada
tanggal 10-15 Juni 2009 di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai dengan jumlah responden sebanyak 65 orang.
5.1.1 Karakteristik Responden
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik
responden yaitu mayoritas berusia 46-51 tahun (26,2%) dan berusia 34-39 tahun
(18,5%). Adapun usia responden yang paling muda adalah 22 tahun dan usia yang
paling tua adalah 63 tahun serta rata-rata berusia 44 tahun. Sebagian besar responden
telah menikah selama 11-20 tahun sebanyak 26 orang (40%) dengan lama menikah
rata-rata selama 17 tahun. Jumlah anak responden yang terbanyak berjumlah antara 0-3
orang sebanyak 40 orang responden (61,5%) dan responden yang tidak memiliki anak
sebanyak 2 orang jumlah anak terbanyak adalah 7 orang. Sebanyak 54 orang
responden tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki (83,1%), menggunakan
kondom sebanyak 9 orang (13,8%), senggama terputus sebanyak 2 orang (3,1) serta
tidak ada responden yang melakukan vasektomi dan menggunakan metode pantang
berkala. Responden yang berpendidikan Perguruan tinggi sebanyak 7 orang (10,8%),
SMU berjumlah 33 orang (50,8%), SMP berjumlah 11 orang (16,9%), SD berjumlah
12 orang (18,5%) dan yang tidak sekolah sebanyak 2 orang (3,1%).
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
4. Metode KB yang digunakan Tidak ada
5.1.2 Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Laki-Laki di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan
Denai
Tabel 2 menunjukkan bahwa 46 orang (70,8%) responden setuju bahwa alat
kontrasepsi pada laki-laki merupakan suatu metode atau alat yang dapat digunakan
bahwa alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dapat/tidak efektif digunakan untuk
mencegah kehamilan.
Dari tabel 2, dapat juga disimpulkan bahwa jumlah responden yang memiliki
persepsi positif terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki sebanyak
56 orang (86,2%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 9 orang (13,8%).
Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki (n = 65)
No Persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki
SS
Alat kontrasepsi pada laki-laki dapat digunakan untuk mengatur jarak kelahiran
Alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dapat/tidak efektif mencegah kehamilan
No Karakteristik Frekuensi Persentasi
1. Persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki
Persepsi positif Persepsi negatif
56 9
86,2 13,8
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 59 orang (90,8%)
mengetahui jenis metode atau alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu kondom, vasektomi,
senggama terputus ataupun pantang berkala. Sekitar 40 orang (61,5%) responden
setuju bahwa kondom dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
menular, dan 45 orang (69,2%) responden setuju bahwa kondom merupakan alat
(alat kelamin wanita) saat melakukan hubungan seksual, sebanyak 47 orang (72,3%)
responden setuju bahwa kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling praktis,
mudah diperoleh tanpa harus konsultasi ke dokter, serta 41 orang (63%) responden
setuju bahwa kondom dapat mengganggu kepuasan dalam melakukan hubungan
seksual dan rumit dalam pemakaiannya.
Sebanyak 46 orang responden (70,8%) tidak tahu bahwa vasektomi merupakan
metode kontrasepsi yang dapat menimbulkan rasa sakit dan perdarahan setelah operasi,
dan 47 orang (72,3%) responden juga tidak tahu bahwa vasektomi tidak akan
mengubah kemampuan untuk orgasme.
Sekitar24 orang (36,9%) responden tidak setuju bahwa senggama terputus tidak
akan mengganggu kepuasan dalam melakukan hubungan seksual, namun 22 orang
(33,8%) responden setuju dengan pernyataan tersebut. Sekitar 33 orang (50,8%)
responden setuju bahwa senggama terputus sangat praktis dilakukan karena dapat
dilakukan kapan saja tanpa efek samping.
Sebanyak 32 orang (49,2%) responden tidak setuju bahwa pantang berkala
merupakan suatu metode yang tidak membutuhkan kerjasama dengan isteri, dan 30
orang (46,1%) responden setuju bahwa dalam pantang berkala sama sekali tidak akan
mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual tetapi 25 orang (38,5%) responden
tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sekitar 47 orang (72,3%) responden setuju
bahwa dengan metode pantang berkala maka kemungkinan terjadinya kehamilan
sangat kecil, serta 35 orang (53,8%) responden tidak setuju bahwa dengan metode
pantang berkala, maka hubungan seksual sebaiknya dilakukan saat istri dalam masa
Dari tabel 3, dapat juga disimpulkan bahwa jumlah responden yang memiliki
persepsi positif terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki sebanyak 55
orang (84,6%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 10 orang (15,4%).
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentasi suami terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki
No Persepsi suami tentang jenis metode dan alat kontrasepsi
pada laki-laki
Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki a.l: kondom, vasektomi, senggama terputus, atau pantang berkala.
Kondom dapatmencegah terjadinya penularan penyakit menular
Kondom dapat mencegah masuknya sperma ke dalam vagina saat melakukan hubungan seksual
Kondom yang paling praktis dan mudah didapatkan tanpa harus konsultasi ke dokter
Kondom dapat mengganggu kepuasan hubungan seksual dan repot pemakaiannya
Vasektomi menimbulkan rasa sakit dan perdarahan setelah operasi
Vasektomi tidak akan mengubah kemampuan untuk orgasme
Senggama terputus tidak mengganggu kepuasan hubungan seksual
Senggama terputus sangat praktis dan tidak memiliki
10.
11.
12.
13.
efek samping
Pantang berkala tidak membutuhkan kerjasama dengan istri
Pantang berkala sama sekali tidak mengganggu kepuasan hubungan seksual
Dengan metode pantang berkala, kemungkinan terjadinya kehamilan sangat kecil
pantang berkala sebaiknya hubungan seksual dilakukan pada saat masa subur istri ( ± 1 minggu setelah isteri
No Karakteristik Frekuensi Persentasi
1. Persepsi terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki
Persepsi positif Persepsi negatif
55 10
84,6 15,4
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa 33 orang (50,8%) responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki, dan 40 orang (61,5%) responden tidak merasa malu untuk
menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki, dan 48 orang (73,9%) responden tidak
setuju dengan pernyataan bahwa tidak ada manfaat partisipasi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi, serta 46 orang (70,7%) responden setuju bahwa jika
menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki akan mengganggu kepuasan dalam
hubungan seksual. Sekitar 48 orang (73,8%) responden setuju bahwa partisipasi suami
responden, sebanyak 33 orang (50,8%) responden setuju jika yang menggunakan alat
kontrasepsi adalah istri namun sekitar 25 orang (38,5%) responden tidak setuju jika
istri yang menggunakan alat kontrasepsi.
Menurut hasil penelitian, 30 orang (46,2%) responden tidak setuju bahwa
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih banyak kerugian
daripada keuntungan, namun sekitar 25 orang (38,5%) responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Sekitar 31 orang (47,7%) responden mau menggunakan alat
kontrasepsi pada laki-laki namun 29 orang (44,6%) responden tidak mau menggunakan
alat kontrasepsi pada laki-laki. Namun, 47 orang (72,3%) responden setuju jika suami
menggunakan alat kontrasepsi dan 46 orang (70,8%) responden mengetahui
pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi serta 40 orang
(61,5%) responden setuju bahwasannya penting sekali jika suami menggunakan alat
kontrasepsi pada laki-laki. Sekitar 39 orang (60%) responden tidak setuju bahwa
karena terbatasnya alat dan metode kontrasepsi pada laki-laki yang membuat mereka
tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Sebanyak 56 orang (86,2%)
responden setuju bahwa suami dapat membantu mewujudkan kesejahteraan ibu dan
anak melalui penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.
Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang memiliki
persepsi positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki sebanyak 64 orang
(98,5%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 1 orang (1,5%).
Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi suami tentang penggunaan
alat kontrasepsi pada laki-laki
No Persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
SS N (%)
S N (%)
TT N (%)
TS N (%)
1.
Tidak diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi
Saya merasa malu untuk menggunakan alat
kontrasepsi untuk laki-laki
Saya merasa tidak ada gunanya suami berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi
Jika saya menggunakan alat kontrasepsi, akan
mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual
Menurut saya, partisipasi suami menggunakan alat kontrasepsi dapat menjaga kesehatan reproduksi saya dan istri saya serta
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
Menurut saya, yang perlu menggunakan alat kontrasepsi adalah perempuan/isteri.
Penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih banyak kerugian daripada keuntungan
Saya mau menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki
Saya setuju jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki
Saya tidak tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada
11.
12.
13.
Penting sekali jika suami menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki
Terbatasnya metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki membuat saya tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki
Suami dapat membantu mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak melalui penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki
7
No Karakteristik Frekuensi Persentasi
1. Persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki
Persepsi positif
Persepsi negatif
64 1
98,5 1,5
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi suami tentang penggunaan
alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3
Kecamatan Medan Denai adalah 63 orang (96,9%) memilki persepsi positif dan 2
orang (3,1%) memilki persepsi negatif (Tabel 5).
No Kategori Frekuensi Persentasi 1.
2.
Persepsi positif Persepsi negatif
63 2
96,9 3,1
5.2 Pembahasan
Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
mengidentifikasi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di
Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai, dengan
jumlah sampel sebanyak 65 orang.
Dari hasil penelitian, mayoritas responden tidak menggunakan alat kontrasepsi
dan sebagian lagi menggunakan kondom dan senggama terputus. Tidak ada responden
yang menggunakan metode pantang berkala dan vasektomi. Peneliti mengansumsikan
hal ini karena pemakaian kondom yang sangat praktis, mudah diperoleh tanpa harus
konsultasi ke dokter, senggama terputus merupakan metode yang praktis juga karena
dapat melakukan hubungan seksual kapan saja, hanya saja dapat mengganggu
kepuasan hubungan seksual. Sementara responden tidak ada yang melakukan metode
vasektomi dan pantang berkala karena vasektomi merupakan metode yang menakutkan
bagi masyarakat akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai metode ini.
Metode pantang berkala merupakan metode yang sulit dilakukan bagi suami dengan
istri yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur dan resiko kegagalannya sangat
tinggi
Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian tentang hal yang diamati. Persepsi positif suami tentang
dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki akan berpengaruh dalam membantu
mewujudkan Program Keluarga Berencana yaitu untuk mengurangi angka kelahiran,
mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga
tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (BKKBN, 2004).
Pada penelitian ini, persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki dinilai dalam tiga aspek yaitu persepsi suami terhadap definisi dan manfaat
alat kontrasepsi pada laki-laki, jenis metode dan alat kontrasepsi laki-laki, serta
persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa persepsi suami terhadap definisi dan manfaat alat
kontrasepsi pada laki-laki adalah positif dengan nilai 86,2%, responden juga memiliki
persepsi positif terhadap jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki (84,6%) serta
persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki (98,5%).
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 56 orang (86,2%) responden
memiliki persepsi positif terhadap definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada
laki-laki-laki. Peneliti mengansumsikan bahwa hal ini terkait dengan latar belakang dari
responden yang mayoritas adalah lulusan SMU (50,8%) dan 10,8% responden adalah
lulusan Perguruan Tinggi, yang telah mendapatkan materi tentang kontrasepsi secara
umum dan pentingnya partisipasi suami dan istri dalam mewujudkan program KB dan
dari data yang diperoleh, bahwa 48 orang (73,9%) responden menyatakan bahwa
mereka tahu tentang pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi
pada laki-laki Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah pemahaman, pengetahuan, dan
lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide, konsep, kesan,
dan lain-lain. Menurut (Rahmat, 1992 dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah, 2005)
dengan penelitian (Joomla, 2009), bahwa seseorang yang belum pernah memperoleh
informasi tentang sesuatu objek, akan memiliki persepsi yang lebih buruk daripada
individu yang telah memperoleh informasi sebelumnya. Jadi, tingkat pendidikan akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang, dan pengetahuan akan mempengaruhi persepsi.
Namun, terdapat 19 orang (13, 8%) responden yang memiliki persepsi negatif terhadap
definisi dan manfaat alat kontrasepsi pada laki-laki. Peneliti berasumsi bahwa dari 65
orang responden, terdapat 16,9% berpendidikan SMP, 18,5% SD, dan 3,1 % tidak
sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpendidikan SMU dan
Perguruan Tinggi akan lebih mudah dalam menerima dan memahami informasi yang
diterimanya.
Sebanyak 55 orang (84,6%) responden memiliki persepsi positif terhadap jenis
metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki. Peneliti mengansumsikan hal ini juga
berhubungan dengan latar belakang pendidikan yang >50% berpendidikan SMU dan
Perguruan Tinggi, karena mereka akan lebih mudah dalam menerima dan memahami
informasi yang diterima. Namun 10 orang (15,4%) responden yang berpersespi negatif
juga terkait dengan latar pendidikannya serta terbatasnya informasi yang diperoleh
masyarakat mengenai pentingnya keterlibatan suami dalam penggunaan alat
kontrasepsi.
Dari hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa terdapat 33 orang (50,8%)
responden yang tidak setuju dengan pernyataan yang terdapat dalam instrumen
penelitian yang menyatakan bahwa tidak diperlukan partisipasi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden setuju bahwa diperlukan partisipasi suami dalam penggunaan alat
suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki karena akan dapat juga
membantu menjaga kesehatan reproduksi istri dan suami tersebut serta untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (93,8%) Peneliti mengansumsikan hal
ini juga terkait dengan latar belakang pendidikan responden. Namun sebanyak 21
orang (32,3%) responden setuju bahwa tidak diperlukan partisipasi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Selain dengan latar belakang pendidikan
yang tidak seluruhnya SMU dan perguruan tinggi, hal ini juga terkait dengan hasil
83,1% responden tidak menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta latar
belakang budaya yang beranggapan bahwa memiliki anak dalam jumlah yang banyak
adalah sebuah rezeki yang harus disyukuri dan tidak ada leluhur mereka yang meyakini
bahwa perlu membatasi jumlah anak, serta pandangan agama yang tidak melarang
seseorang untuk memiliki anak dan tidak membatasi hal tersebut.
Sebanyak 18 orang (27,8%) responden menyatakan setuju bahwa mereka
merasa malu jika menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini terbukti dari
data yang diperoleh, bahwa 54 orang (83,1%) responden tidak menggunakan alat
kontrasepsi pada laki-laki Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, peneliti juga
mengansumsikan hal ini terjadi karena masih kurangnya pemberian informasi kepada
masyarakat tentang alat kontrasepsi pada laki-laki dan pentingnya partisipasi suami
dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki untuk mewujudkan keberhasilan
program KB, masyarakat juga masih merasa tabu jika suami menggunakan alat
kontrasepsi terkait dengan tradisi dan persepsi masyarakat bahwa yang menggunakan
alat kontrasepsi hanya wanita.. Hal ini sesuai dengan keterangan (BKKBN, 2004) yang
menyatakan bahwa penyebab masih rendahnya partisipasi suami dalam penggunaan
masyarakat mengenai hal tersebut dan sasaran utama dari KB dan pelayanan kesehatan
tentang kontrasepsi adalah perempuan, serta persepsi di masyarakat yang menganggap
bahwa hanya wanita yang menjadi sasaran untuk keberhasilan program KB, serta
perndapat dari (Siswono, 2005) yang menyatakan rendahnya partisipasi suami dalam
KB karena terbatasnya alat kontrasepsi bagi laki-laki dan persepsi masyarakat bahwa
yang menggunakan alat kontrasepsi hanyalah wanita. Namun, ada 40 orang (61,5%)
responden tidak merasa malu jika menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini
mungkin terjadi terkait dengan latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi
baik melalui televisi, media cetak, radio, dll. Individu yang berpendidkan SMU dan
Perguruan Tinggi, mungkin akan lebih baik dalam hal penerimaan dan penyerapan
informasi yang diterimanya.
Sebanyak 48 orang (73,9%) responden tidak setuju dengan pernyataan yang
menyatakan bahwa tidak ada gunanya suami berpartisipasi dalam penggunaan alat
kontrasepsi. Hal ini terkait dengan pernyataan penelitian sebelumnya mengenai
pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki.
Mayoritas responden setuju bahwa sangat diperlukan partisipasi suami dalam KB dan
sebagian besar responden tidak merasa malu menggunakan alat kontrasepsi pada
laki-laki. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang diperoleh, bahwa 33 orang
(50,1%) responden yang setuju untuk menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki,
namun diperoleh data 9 orang (13,8%) responden menggunakan kondom dan 2 orang
(3,1%) responden menggunakan metode senggama terputus. Sedikitnya responden
yang telah menggunakan metode atau alat kontrasepsi pada laki- laki dapat juga
disebabkan oleh faktor istri yang telah menggunakan alat kontrasepsi, kurang
penggunaan alat kontrasepsi bagi laki-laki yang bertentangan dengan pandangan
budaya dan agama. Selain itu, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa 36 orang
(55,4%) responden setuju jika istri saja yang menggunakan alat kontrasepsi.
Sebanyak 31 orang (47,7%) responden tidak mau menggunakan alat
kontrasepsi pada laki-laki, hal ini sesuai dengan sedikitnya jumlah responden yang
telah menggunakan metode ataupun alat kontrasepsi pada laki-laki, 25 orang (38,55)
responden yang setuju bahwa alat kontrasepsi pada laki-laki akan memberikan lebih
banyak kerugian daripada keuntungan, 11 orang (16,9) responden tidak tahu tentang
pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dan 51
orang (78,4%) responden yang menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki akan mengganggu kepuasan dalam hubungan seksual Peneliti
mengansumsikan hal ini terkait dengan hubungan pengetahuan, persepsi dan sikap.
Seseorang yang memiliki pengetahuan baik, akan memiliki persepsi dan sikap yang
baik pula. Hal ini juga sesuai dengan penelitian (Hariastuti, 2008) yang menyatakan
bahwa masalah dan tantangan program KB adalah rendahnya partisipasi suami dalam
KB di Jawa Timur, dengan jumlah suami yang menggunakan kondom 1,3%, vasektomi
0,2%, senggama terputus 2,2%, dan pantang berkala 1,5%.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa 63 orang (96,9%) responden
memiliki persepsi positif dan 2 orang (3,1%) responden memiliki persepsi negatif
tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Namun, hal ini berbanding terbalik
dengan jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini
sesuai dengan (BKKBN, 2004) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki adalah informasi dan
alat kontrasepsi pada laki-laki, persepsi di masyarakat bahwa wanita yang harus
menggunakan alat kontrasepsi, keterbatasan pelayanan kesehatan untuk kontrasepsi
pada laki-laki serta sikap negatif dari pembuat kebijakan. Jadi, persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki tidak dipengruhi oleh pengalaman suami
yang pernah menggunakan alat kontrasepsi pada laki-laki. Namun, dalam pemilihan
sampel seharusnya harus lebih proporsional jumlah responden yang menggunakan
masing-masing alat kontrasepsi pada laki-laki agar lebih mewakili dan dapat dilihat
apakah ada juga hubungan pengalaman pemakaian alat kontrasepsi pada laki-laki
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB 5, menunjukkan
bahwa 86,2% responden memiliki persepsi positif terhadap definisi dan manfaat alat
kontrasepsi pada laki-laki, dan 84,6% responden memiliki persepsi positif terhadap
jenis metode dan alat kontrasepsi pada laki-laki, serta 98,5% responden memiliki
persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada
laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan
Denai adalah positif (96,9%).
6.2 Rekomendasi
a. Untuk Praktek Keperawatan
Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa 96,9% responden memiliki
persepsi positif tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Hal ini merupakan
awal yang baik untuk pembentukan sikap yang positif juga untuk mewujudkan
partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Sangat diperlukan
pemberian informasi berupa penyuluhan ataupun konseling mengenai alat kontrasepsi
pada laki-laki untuk lebih meningkatkan partisipasi suami. Namun78,4% responden
menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi akan mengganggu kepuasan dalam
hubungan seksual, sehingga hal ini dapat memberikan kesempatan kepada praktik
keperawatan agar memberikan penjelasan tentang konsep kepuasan seksual karena hal
b. Untuk penelitian selanjutnya
Penelitian ini hanya dilakukan pada 65 orang suami di Lingkungan XIII
Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai, sehingga penelitian ini
tidak dapat mewakili persepsi suami yang berada di kota Medan. Oleh karena itu,
sebaiknya pada penelitian selanjutnya diteliti bagaimana persepsi suami tentang
penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dengan jumlah sampel yang lebih
representatif untuk populasi di kota Medan.
Pada penelitian selanjutnya juga sebaiknya diteliti faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki dan
hubungan antara karakteristik responden dan faktor yang mempengaruhi persepsi
suami tentang penggunaan alat kontrasepsi oada laki-laki
c. Untuk Perawat Maternitas
Perawat maternitas perlu memberikan informasi kepada suami tentang alat
kontrasepsi pada laki-laki dan pentingnya partisipasi suami dalam penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki untuk meningkatkan pengetahuan dan persepsi suami
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bandar, S. (2000). Peran Pria dalam KB Nasional. Jakarta: BKKBN.
BKKBN. (1989). Pengayoman Medis Keluarga Berencana. Dibuka pada http://www.bkkbn.bkkbn.go.id/pengayoman+medis+KB&hl=id&ct=clnk& cd=4&gl=i
BKKBN. (1991). Materi Pelajaran Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih. Dibuka pada http://prov.bkkbn.go.id/banten/print.php?tid=2&rid=34
BKKBN. (1997). 25 tahun Gerakan KB. Dibuka pada
http://pustaka.bkkbn.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109 &Itemid=9
BKKBN. (1998). Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Dibuka pada http://prov.bkkbn.go.id/bali/print.php?tid=2&rid=1
BKKBN. (2004). Partisipasi Pria dalam Program KB masih rendah. Dibuka pada
http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.aspx?MyID=2282
BKKBN. (2005). Kontrasepsi Baru Pria. Dibuka pada
http://prov.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=70
BKKBN. (2007). Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Dibuka pada
http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.aspx?MyID=2282
Brockopp, Dorothy Young & Marie T. Hasting – Tolsma. (1999). Dasar-dasar Riset Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Ginting, Paham & Syafrizal Helmi Situmorang. (2008). Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan: USU Press
Hariastuti, Iswari. (2009). Peran Pria dalam Penggunaan Kontrasepsi di Jawa Timur. Dibuka pada http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2008/08/11/brk,20080811-130344,id.html
Hartanto, Hanafi. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hestiantoro, Anton. (2008). Plus Minus Alat Kontrasepsi. Dibuka pada
Joomla. (2009). Determinan Persepsi. Dibuka pada
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/pengaruhi-persepsi.html
Kesumaningtyas, A. (2008). PUS Medan Denai tak terjangkau KB. Dibuka pada http://www.waspada.co.id/index2.php?option=comcontent&do
pdf=I&id=32056
Komaruddin & Komaruddin. (2000). Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Manuaba, I. B. G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mardalis. (1995). Metode penelitian : Suatu pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri 2. Jakarta: EGC
Neufeldt, V & Guralnik, D. B. (1996). Webster’s new world college dictionary third edition. New York: Macmillan.
Notoadmojo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan . Ed.1. . Yogyakarta: Andi Offset
Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Tridasa Printer
Rahmat. (1992) dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Vol 1 (2005)
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Siagian, P. S. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Siswono. (2005). Pemakaian Alat Kontrasepsi Masih Belum Membudaya pada Pria. Dibuka pada
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1111384658,57725,
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
WHO. (1994). Contraceptive method mix. Jeneva: The World Health Organization
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai
Oleh :
Desra Kasmarita Sebayang
Saya telah diminta dan bersedia untuk berperan dalam penelitian yang berjudul “Persepsi
suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari
Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai”. Oleh peneliti, saya diminta untuk mengisi dan menjawab
kuesioner penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi suami tentang penggunaan alat
kontrasepsi pada laki-laki.
Saya mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau
paksaan. Adapun catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan dan semua berkas hanya
digunakan untuk keperluan pengolahan data dan akan dimusnahkan bila tidak dipergunakan lagi.
Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
Medan, Juni 2009
Peneliti Responden
( ) ( )
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode :
Petunjuk Pengisian :
1. Menjawab tiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist () pada
tempat yang tersedia.
2. Semua pernyataan yang tersedia harus dijawab
3. Tiap satu pernyataan diisi dengan satu jawaban
4. Bila ada yang kurang mengerti, dapat bertanya kepada peneliti.
A. DATA DEMOGRAFI
Usia :
Lama menikah :
Jumlah anak :
Metode KB yang digunakan : ( ) tidak ada
( ) Kondom
( ) Vasektomi
( ) Senggama terputus
( ) Pantang berkala
Pendidikan : ( ) Tidak sekolah
( ) SD
( ) SMP
( ) SMU