• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V - Isolasi Triterpenoid Dari Kulit batang Phyllanthus Acidus Skeels Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V - Isolasi Triterpenoid Dari Kulit batang Phyllanthus Acidus Skeels Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

K E S I M P U L A N

Bari percobaan isolasi dan uji secara kualitatif yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kulit batang Phyllanthus acidus Skeels mengandung

triterpenoid.

2. Berhasil diisolasi kristal triterpenoid yang berwar-na putih dengan titik leleh : 228° - 229° C.

(2)

BAB VI

SARAN-SARAN

Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tri­ terpenoid dan telah dilakukan uji kwalitatif, dari ha­ sil tersebut disarankan agar :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memas-tikan struktur triterpenoid yang terdapat dalam Ph yl­ lanthus acidus Skeels.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ak-tifitas farmakologis dan efek toksisnya dari triter­ penoid tersebut.

(3)

RINGKA3AN

Triterpenoid ditemukan pada beberapa jenis phyllanthus,

dan bebernpa triterpenoid sudah diketahui efek farmakologinya.

Telah dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels., dengan cars ekstraksi dalam pela -

rut n-heksana, kemudian ekstrak dipekatkan dan dicuci dengan

arang aktif dalam pelarut metanol, Diuapkan, lalu dilakukan

kromatografi kolom dengan pelarut kloroform:metanol (9:lJjfrak

si ke 7-24 ci;a'fipun

2

, diuapkan, maka didapat endapan warna pu­ tih, dan direkristalisasi dengan pelarut aseton - metanol

Dilakukan uji kualitatif, untuk reaksi warna dengan lie

berman-Burchad dan Carr-Price menunjukkan warna ungu,untuk Sal

kowski terbentuk cincin warna coklkt pada batas kedua cairan.

Penentuan titik leleh didapatkan meleleh pada 228° -

229

° 0 . Uji kromatografi lapissn tipis dengan campuran pelaxut kloro -

form:metanol*9:1 memberikan harga Rf=0,?4; untuk pelarut kloro

form:metanol=7:3 memberikan haxga Rf=0,84; pelarut kloroform :

heksana=?:3 memberikan harga Rf=0,22; sedangkan pelarut kloro-

fo r m :etil asetat memberikan harga Rf=0,59; dan pelarut heksana

: etil asetat=8:2 memberikan harga Rf= 36.

JJats UV menunjukkan serapan maksimum pada A 206 nm.

Data IR menunjukkan puncak-puncak pada daerah ccm“1 ; 3300,2926

2850,1470,1390,1370,1350,1270,1190,1100,1040,1000,940,817.

Dari data tersebut dibandingkan dengan data triterpenoid

dari pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut a-

delsh suatu triterpenoid.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Backer, C.A. & Bakhuizen van Ben Brink, R.C., Flora oi' Java, M V P Noordhoff - Gronimgen, The Netherlands II, 19&5, hal 466

2. Chakravarti, D., Chakravfrti, R.N. ang Chos, R., Tri terpenoid of Alstonia scholaris R.Br., Indian Chemis try S o c . , 37,637 ( I960 ).

3. Lonatus, I.A., dkk., Risala Siraposium Penelitian Tum-buhan Obat III, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yo^jakarta, 1983, 398-399.

4. Engler's, A. Syllbus Her Pflanzen Familien. Vol.II. KV Reinhold Publishing Corporation, Chapman and Hall LTD,, London, 1963, hal. 109 - 224.

7. Gonzales, A.G., et a l ., A New Quinonoid Triterpene from Catha cassinoides, Phytochemistry, 14, 3 069(1975)

8

. Harborne, J.L., Phytochemical Methods, a guide to mo­

(5)

9 . .Hegnauer,R., Chemotaxonomie der pflanzen. Band 4, delen, V Uitgeverij Van Koeves-Gravenhage, Bandung,

19 50

, hal

889 - 390.

12. Hylands, P.J., and Oskoui, h.T., A New Triterpene from Bryonia dioca, Phytochemistry, 18,1843-1844 ( 1979 ). 13. Kardisisniojo dan Rajakmangunsudarso, H., Gate puyang

v/arisan nenek Moyang, Cetakan II, PT Jtarya Wreda, Jakarta , Jilid I dan II , 1975, hal 61 dan 23*

14. Kardisiswojo dan Rajakmangunsudarso, H., Cahe pujang warisan nenek movant,, cetakan I, P N . Balai Pi.staka, Jakarta , 1985, hal 61.

15. Kuhamad Zainudin, Khromatografdi Lapisan Tipis (KLT), Kursus Instrumental Bagian Farmasi, Fakultas

Kedok-teran Universitas Airlangga , 1976, hal 48-60. 16. Quisu;abing, .MeO.icinal plant of the Philippines.,

(6)

17. Soedigdo, P.,Soedigdo, S. " Penelitian efek hipogli-

semia kompenen-komponen daun sambiloto, Andrographis

peniculata, Ness., Simposium Penclitian Toncman obat

I. Bogor, hal. 191-195* 1975*

18. Streitweieser, A., Heathcock, C.H., Introduction to

organic Chernestry, 2nc* Edition, I-; acini 11 an Publishing

Company, inc., New York, Collier Macmillan Publishers

.London, 1977, hal 1165-1183.

19. Suprantiyus, Pengaruh Pemberisn Isolat Triterpenoid

dan Dekok Ku}.it Batang Alstonia scholaris R.3r. Ter-

hadap Tekenan Darah Anjing, Skripsi Sarjana, Unair,

1986.

20. Budi Rahardjo, Isolasi Komponen Dari Herba Vernonia

cinerea, Skripsi Sarjana, Unair, 1986.

21. Stahl. Egon, Thin iiayer Chromatography, Second Edition

Translated by II.R.F. Ashv.rt, Springer International

Studen Edition.

22. Silverstein, P.M., Bassler, C.G., and f-'ari11, T.C.,

Spectrometric Identification of organic Compounds ,

•John YJiley 8: Sons, Inc., New York, 1974.

23. Tanaman Cbat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan

Pepubluk Indonesia, Jakarta, 1985, hal 18.

24* Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan

(7)

25. Trease, G.E., Evans, W.C., Pharmacognosy, ll^hEdition Bailliere Tindall, London, 1978.

26. Wabyo Lyatmiko, Noor Cholies Z., Penggunaar Kromatografi lapisan Tipis ~alam Analisa Simplisia, Kursus Penyegar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 1976, hal 48-60 27. Windholz, M., The Merck Index, A Encyclopedia of che­

micals and Drug, ninth edition, Merck & co., Inc, Rahway N.J., USA, 1976, hal 83-84 f 728.

28. Yunasar Manjang, Penentuan Struktur Triterpenoid dalam Alstonia scholaris R.Br. Yang diduga berkhasiat Sebagai Anti Liabetes, Lisertasi Lalam Ilmu Pasti dan Ilmu Penge-tahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1981. 29* -Pasli Noerdin, Elusidasi Struktur Senyawa Organik de­

ngan Cara Spektroskopi Ultra Lembayung dan Infra Mftrah, Angkasa, Ban&ung, 1985.

30. Sumadi, Poerwanto, Siswandono, Muhammad Mulya, Spektro-fotometri (U.V. - 2TS . ) f Kursus Analisa Instrumental Fa-kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.

31. Fasich, Bambang Soekardjo, Achmad Puad Hafid, Spektro -fotometri Infra Merah, Kursus Analisa Instrumental Fa­ kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.

(8)
(9)

71

tY

(10)
(11)
(12)

PENDAHUIiUAN

Sejak dulu sekelompok masyarakat secara turun te­ rn urua sudah mengenal dan menggunakan tumbuh-tumbuhan

sebagai bahan yang berkhasiat dalam penyembuhan suatu penyakit. Bahkan dengan didirikannya industri-industri obat tradisional (jamu) semakin meningkatkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat. Dari hal tersebut di atas perlulah dilakukan usaha-usaha untuk meneliti tum­ buh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, baik .tentagg komponen kimia maupun efek da:i mekanisme obat tersebut dalam tubuh. Bari hasil-hasil penelitian tersebut, maka bahan obat dapat digunakan dengan lebih efektif dan aman dalam penyembuhan suatu penyakit.

Beberapa jenis phyllanthus sudah dikenal masyara-kat sebagai tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai o-bat, bahkan diantaranya telah ditemakan adanya triter­ penoid antara lain : pada kulit batang Phyllanthus em-blica L. mengandung lupeol 2,2596, sedangkan pada kulit batang Phyllanthus engleri Pax« mengandung phyllanthol 0,5%. Lupeol dan phyllanthol termasuk dalam golongan triterpenoid. Dari kenyataan tersebut maka kulit batang Phyllanthus acidus Skeels diduga mengandung triterpenoid. Dari dugaan tersebut maka triterpenoid diduga da­

(13)

Skeels. (9)

Pada penelitian khasiat triterpenoid yang telah dilakukan berhasil menyimpulkan bahwa senyawa triter­ penoid bersifat sitotoksik dan dapat digunakan sebagai obat anti kanker ( J.D. Connolly & R,A* Hill ).

Suatu senyawa terpenoid yang tidak larut dalam air te­ lah diisolasi dari tumbuhan Andrographls paniculata Ness, dan ternyata senyawa tersebut merapunyai efek

sebagai anti diabetis. (17)

Phyllanthus acidus Skeels adalah salah satu je-nis tumbuh - tumbuhan yang tumbuh secara liar dihutan, diladang atau terapat - tempat lain dengan ketinggian 500 meter diatas permukaan laut, tumbuhan ini dapat dijumpai diseluruh kepulauan Indonesia,

Eipulau Jawa,masyarakat mengenal tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels dengan nama cereme.

Masyarakat luas sudah mengenal tumbuhan cereme, bahkan buahnya sering dimakan sebagai manisan. bebagian masya-rakat secara empirik menggunakan bagian - bagian

(14)

ter-dapat dalam tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels (cereme) antara lain komponen : dextrosa, levulosa, sacharosa, vitamin C, tanin, asam galat dan saponin. (11,14,16) Tertarik pada masalah khasiat triterpenoid yang telah diteliti, dan adanya kandungan ti’i terpenoid pada kulit batang Phyilantbu-e .-emblica L serta pada kulit ba­ tang Phyllanthus engleri Pax. maka pada penelitian ini dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyl -lanthus acidus Skfiels (cereme) dan kemudian dilakukan uji kwalitatif dengan cara kromatografi lapisan tipis, reaksi warna, titik leleh, penentuan serapan ultra vio­ let dan serapan infra merah* Apabila dapat berhasil di-isolasi komponen triterpenoid dari kulit batang Phyllanthus acidus Skeels (cereme) f ..maka., diharapkan da«

t

pat dikembangkan lebih lanjut untuk meneliti struktur kimia, khasiat dan mekanisme kerja.

(15)

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. Xiniauan Tentang Tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels.

1

.

1

. Klaslflkasi- (

1

, 14 )

: Phyllanthus acidus Skeels.

Sinonim dari Phyllanthus acidus Skeels.adalah (16) Cicca acida (Linn).

Averrhoa acida (Linn). Cicca diaticha (Linn). " g *cca acidissima Blanco. - Phyllanthns dlstichus Muell. - Phyllanthus acidisgimufl Muell

Cicca nodiflora Lamk.

(16)

1.2. Uraian Tumbuhan.

1.2.1. Nama Daerah. (15,23)

Beberapa daerah di Indonesia meraberi na-ma Phyllanthus acidus Skeels sebagai be-rikut :

Sulawesi : Caremele, lumpias aoyok rumpiase raalimbung,

(17)

liar dihutan, diladang dan tempat - tem-pat lain ketinggian sampai kurang lebih 500 meter diatas permukaan air laut. 1,2.3. Morfologi Tumbuhan. (lj

Habitus : Berbentuk pohon dengan keting­ gian mencapai

3 - 1 2

meter. Daun : Daun majemuk, beranak daun

(18)

sari lebih panjang dari

kelo-Phyllanthus acidus Skeels i, cereme } mengandung komponen - komponen antara lain : dextrosa ,levulosa , sacharosa , vitamin C , tanin , asam -galat , dan saponin.

uari buahnya Prinsen - Geerligs berhasil menda-patkan kandungan komponen - komponen dextrosa 0*33 per cent, levulosa

1 per cent , dan sacha­

rosa.

1.4. Kegunaan Tumbuhan. (13,14,16,24)

secara empiris tumbuhan Phyllanthus acidus Skeel digunakan sebagai :

(19)

Baunnya : Obat batuk, tumor.

Akarnya : Asma, batuk, bubul, perut kotor 9 dan sembelit.

2 * Tinlaaan tentang; Triterpenoid.. ( 5,6,25).

Triterpenoid adalah senyawa yang tersusun da­ ri

6 (enam) unit isopren dengan penggabungan kepala

ke ekor. Triterpenoid banyak terdapat dalam tumbuh -tumbuhan baik dalam bentuk bebas maupun bentuk ester atau glikosida. Kristalnya berwarna putih.

2.1. ftiacam - macam Triterpenoid.

Ditinjau dari struktur kimianya, triter -penoid digolongkan menjadi beberapa galongan : a. Triterpenoid asiklis. ( 5,6,8,28)

Contoh : Skualena, senyawa ini terdapat pada minyak ikan, juga dapat di peroleh dari beberapa minyak tumbuh turn -buhan seperti minyak kacang tanah dan minyak zaitun.

(20)

b. Triterpenoid trisiklis* CIO)

Contoh ; Ambreiti, terdapat pada ambergris

c. Triterpenoid Tetrasiklis. (10)

Triterpenoid golongan ini merupakan suatu se­ nyawa dengan inti steroid, sehingga dikelom-pokkan dalam golongan steroid. Senyawa ini banyak dijumpai dalam lemak domba, ragi dan beberapa bahan resinous.

Contoh : lanosterol

d. Triterpenoid pentasiklls.

‘-Triterpenoid golongan ini banyak terdapat da­ lam tumbuh - tumbuhan, terutama pada tumbuh­ an dikotil. Terdapat baik dalam bentuk

al-( hasil sekresi dari "sperm whale") Struktur kimianya sebagai berikut :

(21)

kohol, asam karboksilat atau berupa glikosida ( saponin triterpin ). ( 5,25 )

Beberapa contoh dari golongan ini antara lain : d .1. cx-amyrin . (

2

5

)

Kama lain d a r i ^ - a m y r i n : - <*-amyrenol.

- viminal-ol.

- urs-12-en-3/J- o l . Ramus molekulnya : C^qH ^qO.

Struktur kimianya sebagai berikut :

Pengkristalan dari exanol berbentuk kris -tal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya 186° + 91,6° ( c=l,3 dalam bense-na ). Larut dalam 22 bagian alkobol 98 %, eter, bensena, kloroform, asam asetat gla-sial; Sedikit larut dalam petroleum eter ♦ Dalam bentuk asetat, dengan ramus molekul­

(22)

-kloroform). Dalam bentuk bensoat, dengan

rumus molekul £ , pengkristalan

dst-ri pelaput bensena dan aseton berbentuk

prismatis, titik lelehnya 195° - 196° C.

+ 94,6° ( c — 1,9 dalam k l o r o f o r m ) .

. ^ - a m y r i n . (25)

Kama lain dari p - amyrin :

- 0 - a m y r e n o l .

- o l e a n - 1 2 - e n - 3 ^ - o l .

Rumus molekulnya : C ^qH ^qO.

Struktur kimianya sebagai berikut :

Pengkristalan dari petroleum eter atau a t kofaol berbentuk kristal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya 197° - 197,5° C . [<i*9 + 99,8° ( c= 1,3 dalam bensena ).Kelarutannya lebih kecil dibandingkan de -ngan bentuk o< -amyrin. Larut dalam 37 bagi-an alkohol 98 96* Dalam bentuk asetat, dengan rumus molekul C H 0. ,

pengkris-32 52 2

(23)

pris-matis, dengan titik lelehnya 197,5° C;

+ ^ c= dalam bensena ). £

a-lam bentuk palmitat, dengan rumus /nolekul

°

46

H

80° 2

* tititc lel®hnya 77° G;

Strukturnya sebagai berikut :

(24)

tat, ruraus molekul C H 0 ,

pengkristal-32

52

2

an dari aseton berbentuk kristal jarum; Ti-tik lelehnya 218° C; M

2

0

+ 47,3° ( c 2

D

dalam klorofaorm ). Dalam bentuk bensoat , ruraus molekul , pengkristalan da­ ri aseton berbentuk prismatis; Titik leleh nya 273° C ; + 61° ( c = 0,78 gram da-lam 25 ml kloroform ).

d.4. Phyllanthol.(9)

Senyawa ini diisolasi dari tombuhan Phyllan-thus engleri Pax.

Rumus molekul : C ^ H ^ O ♦

j O oO

Struktur kinnanya ada3ah sebagai berikut :

2.2. PembentuKan Triterpenold. (6.10.18)

(25)
(26)

y

i kondensasi

Cis tran

i

QPP

neril pirofosfat geranil pirofosfat

(A)

(B)

Bari hasil (A),dan (B) akan dihasilkan berbagai

senyawa terpenoid yang terdapat pada tumbuhan

secara biosintesis,

2.3* Cara - cara Isolasi Triter-penoid.

Triterpenoid dapat diisolasi dengan beberapa

ma-cam cara isolasi, tergantung bentuk ikatan tri­

terpenoid apakah dalam bentuk bebas atau ben

-tuk ester dan dalam ben-tuk glikosida. Pada

da-sarnya mempunyai prinsip yang sama yaitu dengan menggunakan pelarut organik, karena triterpen -oid larut dalam pelarut organik.

Cara-cara isolasi tersebut antara lain :

(27)

selama dua jam, kemudian disaring panas. Sa­

ri metanol diuapkan sampai kental, lalu di­

sari dengan pelarut n-heksana berulang -

u-lang, kemudian diuapkan sampai kental. ( sa­

ri I ) .

Sisa penyarian dengan n-heksana ditambah

a-sara klorida 2N dalam metanol, direfluk

selst-ma tiga jam, kemudian disaring panas. Kemu­ dian dinetralkan dengan amonium hidroksida, dan diuapkan sampai kental* Kemudian disari dengan pelarut n'heksana berulang - ulang . Sari n-heksana diuapkan sampai kental. ( sa­ ri II ).

Sari I dan II adalah sari triterpenoid.{3; b. Bahan serbuk kering diekstraksi dengan pe­

troleum eter, kemudian direfluk dengan asam klorida

2N dalam metanol, Dipekatkan, kemu­

dian disabunkan dengan kalium hidroksida 5% dalam etanol, Larutan diuapkan pada tekanan renaah, diencerkan dengan air sama banyak lalu diekstraksi dengan kloroform. Fasa klo­ roform diuapkan dan akan diperoleh triter -penoid. (1 2)

(28)

kolom dengan fase gerak bensena dan campuran

bensena den&an etil asetat. Pada fraksi nya akan didapat triterpenoid.{

7

)

1

d. Serbuk bahan kering diekstraksi dalam perko-lator dengan pelarut etanol 96%. Kemudian di-pekatkan dan disimpan lebih kurang dua ming-gu. Akan terjadi endapan , disaring residu dicuci dengan etanol 70%. Keringkan, kemudi­ an dilarutkan dalam eter, dan disaring. Dari filtrat diperoleh Triterpenoia .(_ 2)

e. Serbuk bahan kering disoxhletasi dengan pela­ rut n-heksana, sari n-heksana diuapkan pada tekanan rendah, akan diperoleh sari kental yang mengandung triterpenoid. (28;

2.3. Pemurnian Triterpenoid. (2,28J

Pemurnian triterpenoia dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi dalam pelarut metanol de -ngan menambah arang aktif untuk menghilangkan warna yang ada dalam sari tersebut. Kemudian di-rekristalisasi dalam pelarut aseton - metaraol,

sehingga diperoleh bentuk kristal triterpenoid yang berwarna putih dan dalam keadaan yang le­

(29)

18

?• Tin.jauan tentang kromatografi. (

1

v,?

1, ?6

)

Kromatografi adalah tehnik pemisahan campuran

komponen zat yang berdasarkan perbedaao kecepaxan

migrasi dari raasing - masing komponen zat pada fase

diam yang dilewati oleh fasa gerak sebagai pembawa.

3.1. Kromatografi lapisan tipis.

Kromatografi lapisan tipis dipakai pertama

kali Oleh Prof. E. Stahl pada tahun 1956, untuk roengidentifikasi kandungan simplesia.

Akhir - akhir ini metode kromatografi lapisan ti­ pis banyak digunakan untuk analisa kimia dibi dang farmasi, kedokteran dan bidang -bidang yang berhubungan dengan bahan k i miat dan penggunaan -nya dalam ba-nyak bidang telah menggantikan kedu-dukan kromatografi kertas. Fasa diam pada kro­ matografi lapisan tipis ini diolesk?n membentuk film secara merata yang direkatkan pada plat a-tau lempeng kaca, plastik aa-tau aluminium. Sedang fasa diamnya bisa digunakan aluminium oksid, si-lika gel, selulose, kalium karbonat dan lain-lain* Mekanisme terjadinya pemisahan pada kromatografi

(30)

Beberapa contoh hasil kromatografi laplsan tipis

dari beberapa macam triterpenoid.

1. Kromatografi lapisan t^pis dari triterpenoid

bentuk ester asetat hasil isolasi dari

Aisto-trakhlorida =11 : 89 0,76

Sebagai fasa diam : Silica gel G.

2. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid

(31)

Sebagai fasa diamnya : Silica gel G.

3, Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid

bentuk ester benzoat hasil isolasi dari A l s t o

4. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid

hasil isolasi dari Astonia scholaris R.Br.(19

Sebagai fasa diam : Silica gel GF.254

Penampak noda : anisaldehid.

(32)

5. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid

hasil isolasi dari Vernonia cinerea (L.) Less.(20)

1

ada kristal I

Fasa gerak Rf

- Heksan : Bensena = 5 1

- Heksan : Kioroform = 5 : 1

0,24

0,34

Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254

Penampak noda : Anis-aldehida.

Pada kristal I I .

Fasa gerak Rf

- Heksan : Bensena = 5 : 1 - Heksan : Kioroform = 5:: 1

0, 21

0, 32

Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254 Penampak noda : Anis-aldehid.

, * A

'U M V U . - * . » *J Kl-A/NUOA" ,

(33)

Pemeriksaan Spektrofotometri.

4.1* Serapan Ultra Violet. , (22,29,30)

Radiaasi ultra violet yang dipakai adalah ultra violet aekat :

200 - 530 nm, sedangkan

ra-diasi jauh :

100 -

190 tidak pernah dipakai

se-bab pada daerah ini udara mengabsorbsi radiasi

ultra violet jauh, sehingga diperlukan kondisi hampa udara* Sebagai sumber radiasi biasanya di^-gusiakan larapu hidrogen atau lampu denteriura (I>

2

) • Spektrofotometri ultra violet pemakaiannya ter-batas pada senyawa yang mempunyai sistim

terkon-jugasi dan mengadakan interaksi (serapan) yang selektif dan karakteristik terhadap gugus dida-lam molekul. Spektrum hanya diberikan oleh gugus yang karakteristik sehingga kemungkinan spektrum tersebut s?jr.a dengan spektrum yang diberikan

0-leh molekul yang sederhana.

Sedangkan penentuan spektrum ultra violet pada triterpenoid untuk mengetahui adanya sistim ter-konjugasi dalam senyawa tersebut.

Adapun pemilihan pelarut harus memenuhi syarat : - Tidak mengandung sistim terkonjugasi pada

struktur molekulnya atau tidak berwarna. - Tidak berinteraksi dengan tuolekul senyawa

(34)

- Harus mempunyai kemurnian yang tinggi,

Radiasi cahaya ultra violet pada molekui atau

a-tom menyebabkan terjadinya energi elektronik

shinggs. spektranya dapat disebut jug? spektra

e-lektronik. Dinana gugusan yang mengabscrpsi

I'adi-asi elektronik acalah gugusan kromofor yang

me-rupakan ikatan kovalen tak jenub.

Pada senyawa terkonjugasi tidak karaktoristik ser

perti kromofor terpisah tetapi terjar'i interaksi

yang mengakibatkan pergeseran kepanjang gelombang

yang le'oih pan^ang. Sedangkan gugusan auksokro^

tidak r.engabsorpsi didaerah UV dekat tetapi bila

gugusan \ni dii’rat .gugusan kromofor akan terjadi

pergeseran kepanjang gelorr.bang daerah UV dekat.

Perobahan pita absopsi yang disebabkan oleb

pela-rut atau gugus *uksokrovn acalah :

1. Pergeseran Batokro^ik, yaitu pergeseran kearab

panjang gelo*nbang yang Isbib panjang.

2.

Pergesex*an Hipsokronik yaitu pergeseran keirah

panjang gelonbang yang lebib pendek.

3. Akibat Hiperkromik, yaitu suatu kenaikan inten-

sitas serapan.

4. Akibat Kipokromik, yaitu suatu penurunan inten-

(35)

Beberapa contoh hasil serapan Ultra Violet dari

beberaua macam triterpenoid.

a. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk

ester asetat hasil isolasi dari Alstonia

spa-tulata Biume,

- Dengan menggunakan pelarut kloroform,

memberikan serapan maksimum pada panjang ge

-lombang 242 nm.

- Dengan menggunakan pelarut etanol,

memberi-kan serapan maksimum pada pan^ang gelombang

218 nm.

b. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk

bebas hasil isolasi dari Alstonia snatulata

Blume- f ?t

3

)

- Dengan menggunakan pelarut kloroform,

mem-berikan serapan maksimum pada panjang ge­

lombang 242 nm.

- Dengan menggunakan pelarut etanol,

memberi-kan serapan maksimum pada panjang gelombang

206 nm.

c. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk

ester benzoat hasil isolasi dari Alstonia spa

tulata Blume. (28)

Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem

(36)

ge-lombang 242 nm, 272 nm, 280 nm.

Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil

isolasi dari Alstonia scholaris R.Br. (19)

- Dengan menggunakan pelarut kloroform ,

memberikan serapan maksimum pada panjang ge

-lombang 240,8 nm.

Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil

isolasi dari Vernonia cinerea (1.) Less. (20)

- Pada kristal I , dengan menggunakan pelarut kloroform , memberikan serapan maksimum pa­ da panjang gelombang

242 nm.

(37)

4.2. Sergpsn Infra M e r a h . (22,29,31)

Daersh infra merah meliputi panjang

ge-lombang 13*000-33 cm ^ (0^75-300 nm), tetapi

sebagian besar penggunaannya terbatas pada da

erah antara 000-667 cm ^ (2,5-15 nm). Dalam

suatu analisa struktur, pembuatan spektrum in

fra mersh dimaksudkan untuk mengetahui Jenis

gugus fungsi yang ada dalam senyawa tersebut.

Cuplikan zat padat untuk pemeriksaan serapan

infra merah dapat aibuat dengan cara sebagai

berikut :

1. Teknik mull Nujol ( mull fluorolube).

Ukuran partikel lebih kecil dari 2 urn. Caranya : Zat padat 2-5 nig digerus halus ,

tambah 1-2 tetes nujol dalam mor tir digerus sempai homogen. lalu dipindehksn diantara 2 lempeng N a d ditekan hingga merupakan la khusus sehingga terbentuk lempeng bulat dan tipis yang tembus cahaya.

(38)

Beberapa contoh hasil serapan infra merah aari

27

beberapa macam triterpenoid.

a, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk

ester asetat hasil isolasi dari Alstonia spa

tulata Blume. (?°)

Triterpenoid ini memberikan puncak - puncak

pada bilangan gelgmbang ( dalam cm ) :

2920, 2850, 2325, 2730, 2635, 1450, 1378,

1245, 1150, 1100, 1025, 1005, 935, 905, 880,

810, 730, 660, 615, 550. '

1730 cm"-1- karakteristik untuk vibrasi ulur C=Q

1378 cm"l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H

metil asetoksi.

1245 dan 1025 cm-1 karakteristik untuk vibrasi

ulur C-O-C dan gugus asetoksi,

b, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk

b.ebas hasil isolasi dari Aistonia spatulata

Blume* (2S)

(39)

3350, 2950, 2850, 2325, 1635, 1455, 1380, 1365,

1190, 1140, 1100, 1040, 1000, 975, 950, 925,

885, 330, 810, 750, 665, 550.

3350 cm"3- karakteristik untuk vibrasi ulur 0-H

1100 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur

0

-H

1040

cm~l karakteristik untuk vibrasi ulur

0=0

dari alkohol sekender.

1635 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C=iC

dengan

3

substituen.

810 cm“ l karakteristik untuk vibrasi ulur C-l!

( diluar bidang pada C=C dengan

3

substituen ).

c . Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk

ester bensoat basil isolasi dari Alstonia

spa-tulata Blume. <'28''

Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm~l ).

2900, 2350, 1700, 1635, 1575, 1450, 1380, 1360, 1310, 1275, 1200, 1185, 1100, 1095, 1065, 1025, 1005, 965, 880, 810, 700, 680, 655.

1700 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C

»0

yang terikat pada gugus aril.

1275 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur C=0 1595 dan 1450 karakteristik untuk vibrasi ulur

(40)

2900 cm_l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H

aromatis.

810, 700 dan 680 cm~^ karakteristik untuk vibra­

si ulur C-H pada substituen tunggal

aromatis.

Serapan infra merah dari triterpenoid hasil iso

Iasi dari Alstonia scholaris R.Br. (

19

;

Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm-1 ).

3^25, 2930s 1723, 1460, 1380, 1230, 1033, 983, 883.

3^25 cm"**" karakteristik untuk gugus fungsi -OH, 2980 cm"1 karakteristik untuk gugus fungsi -CH-^ 1723 cm-1 karakteristik untuk gugus fungsi -C=0 1

460 cm™'1' karakteristik untuk gugus fungsi

-CH-1230 cm”1 karakteristik untuk gugus fungsi C-O-C 1033 cm-1 karakteristik untuk gugus fungsi OK. 983 cm”1 karakteristik untuk gugus fungsj =CH

dari ikatan tidak jenuh baik alifatis maupun aromatis.

(41)

?ada kristal I dan kristal II memberikan pun-

cak - puncak yang sauia pada daerah 2?p0, 2700,

1 6 6 0, lifOO,

132 0

,

119 0

, 1 1 1 0 , 1 0 6 0 ,

990

, 9 5 0 ,

oyO,

6 30

.

(42)

BAB II

BAHAN, ALAT DAN METODE KERJA

1. Bahan - bahan yang dlgunakan.

1.1. Penyediaan bahan penelitihan.

Bahan penelitihan yang digunakan untuk per-cobaan isolasi adalah kulit batang cereme ( Phyllanthus acidus Skeels ) yang didapat dari dae -rah Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Ja-wa timur pada bulan desember 1986*

1.2. Bahan klmia yang digunakan.

- Metanol (tehnis yang telah didestilasi). - M-Heksana (tehnis yang telah didestilasi). - Aceton p.a.

- Kloroform p.a. - Metanol p.a. - Bensena p.a.

- Asam sulfat pekat. - Kalium broraida

- Keisel gel 60 E.Mork tebal 0,2 mm. - Keisel gel 60 E. Merk ukuran

(43)

- Pereaksi anisaldehid v 32J

- Parkin Elmer, Infra red spectrophotometer

735 E.

- Spectrophotometer UV-visiVle-recording,

Shi-madzu uv-260.

3, Metode Ker.ja.

3.1. ueterminasi tumbuhan.

jjeterminasi tumbuhan dilakukan dengan kun-

ci determinasi packer, C.A. & Eakhuizen van Den

Brink, R.C., Flora of java, N.V. Noordhoff -

Groningen, The Netherlands il, 1965.

3.2. Penyiapan bahan •penelltlan*

Kulit batang cereme dibersihkan dari kotor-

an - kotoran yang masih melekat, dijemur, ditum-

(44)

3.3. Isolasi Triterpenoid.

150 gram bahan serbuk dimasukkan

keda-lam labu alas bulat dan direfluk dakeda-lam pela­

rut n-heksana, ekstraksi dilakukan selama

2

jam dan diulang sebanyak tiga kali. Kemudian

disaring, penyaringan dilakukan setiap dua

jam sekali. Filtrat hasil ekstraksi

dikumpul-kan sedangdikumpul-kan residu dibuang.

Dengan alat rotavapour filtrat dipekatkan

sampai kental.

3*4. U.ii adan.ya tri te rp enoid.

Untuk deteksi adanya triterpenoid dapat

dilakukan dengan cara :

penoid ditandai dengan timbulnya waiv

na ungu yang stabil.

- Tes Carr - Price,

(45)

untuk penampak nodanya digunakan pereaksi

anisaldehid.

Cara pelaksanaan :

Sedikit zat dilarutkan dalam

kloro-form, kemudian dengan menggunakan pipa

ka-piler larutan zat tersebut ditotolkan pa­

da lempengan fasa diam dengan jarak 1 cm

dari tepi bagian bavah. Setelah itu lem­

pengan faaa diam tersebut diraasukkan

keda-lam bejana kromatografi yang telah jenuh

dengan uap dari fasa gerak tersebut

dia-tas. Apabila fasa gerak sudah mencapai

ga-ris batas yang telah d i tentukan,lempengan

diambil dan didiamkan sampai kering pada

suhu karnar. Kemudian lempengan tersebut

disemprot dengan pereaksi anisaldehid ,

lalu dimasukkan kedalam lemari pengering

pada suhu 105° - 110° C , selama se puluh

menit. Diamati warna noda yang terbentuk

dan aiukur harga Rfnya,

Pemurnian Triterpenoid>

(46)

Sedikit zat pada papan tetes

di-tarabah kristal antimon triklorida, d i ­

gerus homogen kemudian ditambah

bebera-pa tetes asam asetat anhidrat dan

dia-mati warna yang timbal. Adanya triter­

penoid ditandai timbulnya warna ungu

yang stabil.

- Reaksi Salkowski.

Caranya :

Sedikit zat dilarutkan dalam

klo-roform kemudian raelalui dinding tabung

reaksi ditambahkan asam sulfat pekat

se-cara perlahan - lahan. Adanya triter

-penoid ditandai dengan terbentuknya

cin-cin ungu pada batas kedua cairan

terse-but,

3.4.2. Kromatografi lapisan t i p i s .

Uji adanya triterpenoid dengan

kromatografi lapisan tipis dilakukan da­

lam bejana kromatografi, sebagai fasa

geraknya digunakan carapuran pelarut

kloroform : metanol = 9 : 1 ( v/v ),

fasa diam yang digunakan adalah kiesel

(47)

sampai warna kuning hilang ( Xarutan menjadi

jer-nih ) . Larutan didiamkan sampai terbentuk kris­

tal amorf yang berwarna putih kekuningan. K e m u ­

dian kristal tersebut dimurnikan lagi dengan

ca-ra kromatogca-rafi kolom, caca-ranya :

Kemudian dibuat suspensi serbuk hasil ekstraksi,

keisel gel 60 E.Kerck ukuran 234 - 400 mesh dan

pelarutnya. Kemudian dimasukkan kedalam kolom

kromatografi dengan hati - hati, baru dilakukan

penampungan dan dikumpulkan beberapa

fraksi,ti-ap fraksi diisi 10 mililiter. Kemudian tiap

fraksi dianalisa komponen secara kromatografi

la-pisan tipis, noda yang mempunyai harga Rf sama

dikumpulkan jadi satu. K.emudian diuapkan maka

a-kan didapata-kan endapan yang berwarna putih.

R e k r i s t a l i s a s i .

Sisa hasil penguapan dari fraksi yang

di-tampung dilarutkan kedalam aseton sampai larut

(48)

ke-Kemudian diaiamkan pada subu rendah. rcaka a

-kan terbentuk kristal berwarna putih. Cairan

diarcbil dengan hati - hati dan kristal dicuci

dengan metanol.

3.7. Identii'ikasi isolat kulit batang Phyllanthus acidus Skeels.

Kristal hasil isolasi dari kulit batang Phyllanthus acidus Skeels di uji adanya kan -dungan triterpenoid dengan cara :

3.7.1. Heaksi Warna

Dilakukan dengan tes :

- Tes Liebermanr. - Burchard. - Tes -)arr - Price.

- Tes Salkowski.

3.7.2. Kromatografi lapisan tipis

Identifikasi dengan cara ir.i digu nakan pelarut berturut-turut adalah : Kioroform : heksana = 7 : 3 (v/v). metanol =

9 : 1

(v/v). metanol » 7 : 3 (v/v).

etil asetat =

8 : 2

(v/v), etil asetat =

9 : 1

(v/v), 3.7.3. Penentuan titik leleh.

Untuk menentukan tetapan titik leleh dipakai alat " Fischer John Kioroform

(49)

melting point apparatus 11.

Caranya :

Sedikit zat hasil pemurnian

diletak-kan diantara dua lapisan kaca yang

terse-dia, kemudian diletakkan pada alat Fisher

Johns Melting Point Apparatus. kemudian

alat dihidupkan dan temperatur alat dia -tur disesuaikan dengan suhu ruangan. Se-lanjutnya dihidupkan dan diaraati dan dica-tat pada saat zat mulai meleleh.

3.4.4. Penetapan spektra serapan infra merah.

Sedikit zat hasil pemurnian dicam -pur dengan kalium bromida bebas air' de­ ngan perbandingan (

1 :

100 ),

digerus dalam fcortir akik sampai homogen, kemudi­ an dicetak dengan kempa hidrolik pada te-kana-n

10

ton/inci2 selama 5 - 1 0 menit da­ lam hampa udara dengan menggunakan pengem-pa hidrolik. Hasil yang didapengem-pat berupengem-pa lempengan transparan, kemudian dilihat serapan spektra ini’ra merah dengan menggu­ nakan alat " Perkin-Elmer " f infrared

spectrophotometer 735 B.

(50)

pelarut metanol, Diambil dua buah kuvet

satu diisi larutan triterpenoid dan yang

lain diisi dengan metanol, kedua kuvet

dipasang pada spektrofotometer M

Shimad-zu " UV - 260 dan alat dijalankan,

se-hingga didapatkan spektogram dengan pun­

(51)

BAHAN

(52)

m K S I y a n g s a x a d i k u m p u l k a n

KEMUDIAN DIUAPKAN

i

EHDAPAI'i

REKKISTALISASI KHI5TAL

I

IDEKTIFIKASI.

(53)

BAB III

HASIL PTSEELITI AN

1

. -ueterminasi tumbuhan»

Determinasi tunLuban dengan kunci determinasi packer, C.A. & Bakhuizen van Den Brink, R.C., Flora

2. Isolasi triterpenoid

Dari 150 g serbuk kulit “batang Ph.yllanthus aci­ dus bkeels yang dilakukan penyarian secara refluk dengan menggunakan pelarut n-heksana didapat ekstrak kental berwarna kuning kehijauan seberat

6, 850 g.

(54)
(55)
(56)

3

. u.ji adan.ya triterpenoid

3

.

1

. Hasil reaksi w a m a .

a. j;engan tes liebermann - .burchad hasil isola­

si ikan warna unru koiverahan yang ta

-han lama.

b. Dengan tes Uarr - Price hasil isolasi membe­ rikan warna ungu kemerahan yang tahan lama . c. Dengan tes Salkowski hasil isolasi terbentuk

cincin coklat pada batas kedua cairan. 3.2. Kasil kromatografi lapiaan tipis.

Fasa diam yang digunakan : Kiesel gel 60 F254

Fasa gerak yang digunakan : Kloroform : metanol E. Kerck

9

1

Penampak noda anisaldehid

j UT;lah noda

Warna noda

1

. ung-u.

2

. ungu. narga Rf.

(57)

: Kroraatogram KLT dari ekstrak kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa diam : Kieselgel 60 F254- E-.Merck. Fasa gerak ; Kioroform : Metanol * 9 : 1

( v/v ).

(58)

4 . Hasil Pernurnian>

Hasil pernurnian dengan penambahan arang aktif didapatkan serbuk arnorf berwarna putih kekuningan seberat 505 miligram. pada kromatografi kolom ditam-pung fraksi ke 7 - 2 4 memberikan harga Rf yang sama dan pada penguapan didapatkan endapan warna putih. Lari rekristalisasi dengan menggunakan pelarut cam-puran asetor. - metanol didapatkan kristal warna pu­ tih dengan berat

72, 1 miligram.

5* U.ii hasil pernurnian dengan reaksi warna,

a, Dengan tes Liebermann-Burckad hasil pernurnian memberikan warna ungu kemerahan yang tahan lama. b. Dengan tes Carr-Price hasil pernurnian memberikan

warna ungu kemerahan yang tahan lama,

c'i Dengan tes Salkowski hasil pernurnian terbentuk cinc.in coklat.

6

• Haail penentuan titik leleh.

hasil penentuan titik leleh dalam tiga kali penga-matan, dengan menggunakan alat Fisher Johns Melting Po.int Apparatus .

IL

1

= 228° C. Tl

2

= 229° C. TL

5

= 223° C.

(59)

7. hasil kromatografi lapisan tipis pemurnian isolat

kulit batanp; Pbyllantus acidus Skeels.

Tabel I

Hasil KLT isolat kulit batang Phyllantus acidus Skeels

! Fasa bergerak Jumlah noda ! Harga Rf ! Warna *

!Klorofarm : Heksana satu noda !

0, 22

! ungu !

! 7 ; 3 i i i «

! Kloroform : Metanol sa'cu noda ! 0,74 ! ungu (

! 9 :

1

i ! » t »

! Kloroform : Metanol satu noda ! 0,84 ! ungu !

! 7 : 3 i t |

! Heksana : Etil asetat satu noda !

0, 36

! ungu !

!

8

: ?. J i i

! Kloroform : Etil asetat satu noda ! 0,59 ! ungu !

! 9

1

t i t

(60)

: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa gsrak ; Kioroform : Hexan = 7 ; 3 ( v/v ).

(61)

: Krorcatogram KLT hasil isolasi kulit batang

Phyllanthua acidus Skeels.

Fasa gerak : Kloroform : Metanol * 9 : 1 ( v/v ) .

(62)

Gambar

6

: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa gerak : Kioroform : Metanol = 7 : 3 ( v/v )♦

(63)

Gambar 7 : Kromatogram KLT haeil isolasi kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels.

Fasa gerak : hexan : etil asetat «

8 :

2

( v/v ).

(64)

Gambar

8

: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels.

Pasa gerak : Kloroform : etil asetat =

9 ;

1 ( v/v }.

(65)

7

. hasil sqrapan terhaaap ultra violet. •

Triterpenoid hasil isolasi memberikan serapan

maksi-rnum pada pan jang gelombang 206 nm, dalam pelarut m e ­

tanol.

8

. Hasil serapan terhaaap Infra m e r a h ♦

Triterpenoid hasil isolasi memberikan puncak - puncak

serapan seperti tertera pada gambar . Yaitu :

1100, 1040, 1000, 940, 817. ( dalam cm

' 1

).

Lari spektra infra merah diatas terlihat adanya puncak

puncak serapan yang spesifik pada :

3300, 2926, 2850, 1470, 1350, 1370,1350,1270,1190

3300 cm--*- untuk gugus fungsi -OH.

2926 dan 2470 untuk gugus fungsi C H

2

.

1390 dan 1370 untuk gugus fungsi gem dimetil.

317 karakteristik ulur C - H dilu^r bidang.

(66)

c h a r t . " <5p H ] P r e p a r e tin- n e w c h a r t . <(6 0,■ I’ rrp'are

Garabar 9 : Spectrogram ultra violet zat hasil isolasi

(67)

M

I

C

R

O

M

E

T

E

R

S

(M

m

(68)

BAB IV

PEKBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukan isolasi terhadap kandungan komponen triterpenoid yang terdapat pada ku­ lit batang tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels yang di-kurnpulkan dari dat-rah Mojosari Kabupaten Mojokerto , Jawa Timur.

Parta isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyllanthus acidus Skeels dipilih pelarut n-heksana , karena untuk komponen-komponen senyawa yang sifat ke-larutannya kecil terhadap n-heksana tidak ikut tereks-traksi. Ekstraksi dilakukan dengan cara merefluk sela.-ma dua jam sebanyak tiga kali disela.-maksudkan agar kan-dungan triterpenoid terekstraksi lebih sempurna.

Dengan digunakannya pelarut n-heksana untuk penyarian, rcaka triterpenoid yang berhasil diisolasi dalam bentuk bebas. Hal tersebut disebabkan kerena triterpenoid ben­ tuk bebas mempunyai kelarutan besar dalam pelarut n-heksana #

Hasil ekstraksi diuapkan dan didapatkan ekstrak kantal . berwarna kuning kehijauan.

(69)

keduanya memberikan warna ungu yang stabile untuk tes

Salkowski dihasilkan cincin warna coklat pada batas

ke-dua cairan tersebut, hal tersebut membuktikan bahwa

ekstrak tersebut mengandung triterpenoid.

Dari kromatografi lapisan tipis dengan campuran

eluen kioroform : metanol =

9 :

1

didapatkan dua noda d e­

ngan harga Rf 0,70 dan 0,79 dengan warna noda ungu.

Penambahan arang aktif dan kemudian disaring pa-nas

6

imaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang

tidak dikehendaki ada dalam isolat.

Kemudian larutan didiamkan, maka akan terbentuk endapan berwarna putih, Tetapi bila dilarutkan kedalam pelarut kioroform atau n-heksana akan berwarna kekuningan.

Karena dengan pencucian dan rekristalisasi tidak berha-sil menghilangkan warna tersebut, maka dilakukan kroma­ tografi kolom.

Pada penampungan fraksi ke 7 sampai ke 24, setelah di­ lakukan uji kromatografi lapisan tipis didapatkan satu noda dengan harga Rf yang sana aan warna sama. Kemudian fraksi ke

7 dan ke

24 dikumpulkan jadi satu dan setelah

diuapkan didapat endapan warna putih. Kemudian dilaku -k a n re-kristalisasi dengan pelarut aceton. metanol se-hingga didapat kristal putih.

(70)

Svidaii^ar. Jen^an tes Salkowskl dihasilkan cincin coklat

pada batas kedua cairan , fcal tesebut menunjukkan bahwa

s<.nyawa tersebut adalah triterpenoid.

Kromatografi lapisan tipis dilakukan dengan lima

macam campuran pelarut menghasilkan , campuran kioroform

: metanol = 9 ; 1 satu noda warna ungu dengan harga Rf =

Jumlah satu noda menunjukkan zat tersebut murni secara

kromatografi lapisan tipis.

Penentuan titik leleh dari zat hasil isolasi dengan raenggunakan alat Fisher Johns Melting Point Apparatus didapatkan titik leleh 228° - 229° C. Ketajaman titik leleh tersebut menunjukkan bahwa zat tersebut murni.

(71)

Sedangkan pada kulit batang Phyllanthus emblica I. me­

nunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang

2

12

am dalvm pelarut metanol

Spektra serapan infra merah memberikan puncak -puncak pada daerah bilangan gelombang :

3300 cm"1 ,

kesamaan dengan daerah bilangan gelombang pada spektra infra merah triterpenoid yang diisolasi dari Alstonia spatulata; sedangkan perbedaannya adalah pada daerah bilangan gelombang 1730 cm”1 , dan 1635 cm- 1 , tidak ada pada spektra infra merah dari hasil isolat, dimana bilangan gelombang tersebut ditunjukkan di spektrum

infra merah dari triterpenoid yang terdapat pada Alsto­ nia spatulata Blume.

(72)

1270 cm”1 , 1190 c n f \ 1100 cm"1 , 1040 cm- 1 , 1000 c m

1

.

Sedangkan perbedaannya pada bilangan gelombang 1725 cm

dan 1640 cm tidak ada pada spektra infra merah dari

hasil isolasi, tetapi ada pada spektra in fr a merah deri

triterpenoid yang terdapat pada Alstonia scholaris R.3r.

Dengan adanya persaraasn daerah bilangan gelombang ter­

sebut diatas make hasil isolasi adalah suatu senyswa

go-longan triterpenoid, sedangkan perbedasn pada daerah

bi-langan gelombang 1730 - 1635 (cm •) menunjukkan senyawa

triterpenoid-'hasil isolasi mempunyai struktur kimia yang

b erbeda dengan triterpenoid yang ada p a d a Alstonia sp

atu-lata Blume. dan Alstonia scholaris R.3r*

i^ada penelitian ini belum dapat diter^uksn struk- .

tur kimianya, kerena masih diperlukan tahapan penelitian

yang panjang yaitu :

Pembuatan spektra Nf'IR dimaksudksn untuk mengetahui pola kerangka molekulnya dan jenis proton yang dipunyai senya wa ini.

j^embuatan spektra masa untuk mengungkapkan berat molekul senyawa, Juga dengan cara degradosi suatu senyawa akan dapat diraraalkan s t r u k t u m y a .

(73)

delain bentulc bebas atau bentuk esternya.

.t'ada penelitian ini hanya dilakukan pengambilan data

reaksi warna, 'romatografi lapisan tipis, titik leleh,

serapan ultra violet, serapan infra merah. iiemudian d£

ta tersebut dibandingkan dengan data dari triterpenoid

yang ada dipustaka, maka dapat disimpulkan bahwa senya

(74)

BAB V

K E S I M P U L A N

Bari percobaan isolasi dan uji secara kualitatif

yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kulit batang Phyllanthus acidus Skeels mengandung triterpenoid.

2. Berhasil diisolasi kristal triterpenoid yang berwar-na putih dengan titik leleh : 228° - 229° C.

(75)

BAB VI

SARAN-SARAN

Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tri­ terpenoid dan telah dilakukan uji kwalitatif, dari ha­ sil tersebut disarankan agar :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memas-tikan struktur triterpenoid yang terdapat dalam Ph yl­ lanthus acidus Skeels.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ak-tifitas farmakologis dan efek toksisnya dari triter­ penoid tersebut.

(76)

RINGKA3AN

Triterpenoid ditemukan pada beberapa jenis phyllanthus,

dan bebernpa triterpenoid sudah diketahui efek farmakologinya.

Telah dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels., dengan cars ekstraksi dalam pela -

rut n-heksana, kemudian ekstrak dipekatkan dan dicuci dengan

arang aktif dalam pelarut metanol, Diuapkan, lalu dilakukan

kromatografi kolom dengan pelarut kloroform:metanol (9:lJjfrak

si ke 7-24 ci;a'fipun

2

, diuapkan, maka didapat endapan warna pu­

tih, dan direkristalisasi dengan pelarut aseton - metanol

Dilakukan uji kualitatif, untuk reaksi warna dengan lie

berman-Burchad dan Carr-Price menunjukkan warna ungu,untuk Sal

kowski terbentuk cincin warna coklkt pada batas kedua cairan.

Penentuan titik leleh didapatkan meleleh pada 228° -

229

° 0 .

Uji kromatografi lapissn tipis dengan campuran pelaxut kloro -

form:metanol*9:1 memberikan harga Rf=0,?4; untuk pelarut kloro

form:metanol=7:3 memberikan haxga Rf=0,84; pelarut kloroform :

heksana=?:3 memberikan harga Rf=0,22; sedangkan pelarut kloro-

fo r m :etil asetat memberikan harga Rf=0,59; dan pelarut heksana

: etil asetat=8:2 memberikan harga Rf= 36.

JJats UV menunjukkan serapan maksimum pada A 206 nm.

Data IR menunjukkan puncak-puncak pada daerah ccm“1 ; 3300,2926

2850,1470,1390,1370,1350,1270,1190,1100,1040,1000,940,817.

Dari data tersebut dibandingkan dengan data triterpenoid

(77)

DAFTAR PUSTAKA

1. Backer, C.A. & Bakhuizen van Ben Brink, R.C., Flora oi' Java, M V P Noordhoff - Gronimgen, The Netherlands II, 19&5, hal 466

2. Chakravarti, D., Chakravfrti, R.N. ang Chos, R., Tri terpenoid of Alstonia scholaris R.Br., Indian Chemis try S o c . , 37,637 ( I960 ).

3. Lonatus, I.A., dkk., Risala Siraposium Penelitian Tum-buhan Obat III, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yo^jakarta, 1983, 398-399.

4. Engler's, A. Syllbus Her Pflanzen Familien. Vol.II. KV Reinhold Publishing Corporation, Chapman and Hall LTD,, London, 1963, hal. 109 - 224.

7. Gonzales, A.G., et a l ., A New Quinonoid Triterpene from Catha cassinoides, Phytochemistry, 14, 3 069(1975)

8

. Harborne, J.L., Phytochemical Methods, a guide to mo­

(78)

9 . .Hegnauer,R., Chemotaxonomie der pflanzen. Band 4, delen, V Uitgeverij Van Koeves-Gravenhage, Bandung,

19 50

, hal

889 - 390.

12. Hylands, P.J., and Oskoui, h.T., A New Triterpene from Bryonia dioca, Phytochemistry, 18,1843-1844 ( 1979 ). 13. Kardisisniojo dan Rajakmangunsudarso, H., Gate puyang

v/arisan nenek Moyang, Cetakan II, PT Jtarya Wreda, Jakarta , Jilid I dan II , 1975, hal 61 dan 23*

14. Kardisiswojo dan Rajakmangunsudarso, H., Cahe pujang warisan nenek movant,, cetakan I, P N . Balai Pi.staka, Jakarta , 1985, hal 61.

15. Kuhamad Zainudin, Khromatografdi Lapisan Tipis (KLT), Kursus Instrumental Bagian Farmasi, Fakultas

Kedok-teran Universitas Airlangga , 1976, hal 48-60. 16. Quisu;abing, .MeO.icinal plant of the Philippines.,

(79)

17. Soedigdo, P.,Soedigdo, S. " Penelitian efek hipogli-

semia kompenen-komponen daun sambiloto, Andrographis

peniculata, Ness., Simposium Penclitian Toncman obat

I. Bogor, hal. 191-195* 1975*

18. Streitweieser, A., Heathcock, C.H., Introduction to

organic Chernestry, 2nc* Edition, I-; acini 11 an Publishing

Company, inc., New York, Collier Macmillan Publishers

.London, 1977, hal 1165-1183.

19. Suprantiyus, Pengaruh Pemberisn Isolat Triterpenoid

dan Dekok Ku}.it Batang Alstonia scholaris R.3r. Ter-

hadap Tekenan Darah Anjing, Skripsi Sarjana, Unair,

1986.

20. Budi Rahardjo, Isolasi Komponen Dari Herba Vernonia

cinerea, Skripsi Sarjana, Unair, 1986.

21. Stahl. Egon, Thin iiayer Chromatography, Second Edition

Translated by II.R.F. Ashv.rt, Springer International

Studen Edition.

22. Silverstein, P.M., Bassler, C.G., and f-'ari11, T.C.,

Spectrometric Identification of organic Compounds ,

•John YJiley 8: Sons, Inc., New York, 1974.

23. Tanaman Cbat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan

Pepubluk Indonesia, Jakarta, 1985, hal 18.

24* Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan

(80)

25. Trease, G.E., Evans, W.C., Pharmacognosy, ll^hEdition

Bailliere Tindall, London, 1978.

26. Wabyo Lyatmiko, Noor Cholies Z., Penggunaar Kromatografi lapisan Tipis ~alam Analisa Simplisia, Kursus Penyegar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 1976, hal 48-60 27. Windholz, M., The Merck Index, A Encyclopedia of che­

micals and Drug, ninth edition, Merck & co., Inc, Rahway N.J., USA, 1976, hal 83-84 f 728.

28. Yunasar Manjang, Penentuan Struktur Triterpenoid dalam Alstonia scholaris R.Br. Yang diduga berkhasiat Sebagai Anti Liabetes, Lisertasi Lalam Ilmu Pasti dan Ilmu Penge-tahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1981. 29* -Pasli Noerdin, Elusidasi Struktur Senyawa Organik de­

ngan Cara Spektroskopi Ultra Lembayung dan Infra Mftrah, Angkasa, Ban&ung, 1985.

30. Sumadi, Poerwanto, Siswandono, Muhammad Mulya, Spektro-fotometri (U.V. - 2TS . ) f Kursus Analisa Instrumental Fa-kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.

31. Fasich, Bambang Soekardjo, Achmad Puad Hafid, Spektro -fotometri Infra Merah, Kursus Analisa Instrumental Fa­ kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.

(81)

Lampiran 1 t Spcktrogram lembayung ultra tritarponold hasil

ieolasi dari daun (D) dan loilit batang (B) AlSr

(82)

71

tY

.rapiran

2

: Spektrogram Ultra violet hasil isolasi

(83)
(84)

Gambar

Gambar ^ : r.ulit batan^ dari ?hyllar;thus acidus Skeels.
Gambar 2 : Bagian ranting tumbuhan Phyllanthus acidus
Tabel IHasil KLT isolat kulit batang Phyllantus acidus Skeels
Gambar 6: Kromatogram KLT hasil isolasi kulit batang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Predictors: (Constant), LN_ROE, LN_DER, LN_TATO, LN_CR.

Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. Satya

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inquiry dan kreativitas belajar terhadap hasil belajar matematika. Penelitian

Rekrutmen bakal calon menjadi calon oleh partai atau gabungan partai, dikenal dengan seleksi partai yang merupakan seleksi tahap kedua setelah seleksi sistem dalam rangkaian

Dakwah juga berarti seruan atau ajakan kepada jalan Allah baik dalam bentuk tabligh (menyampaikan), taghyi&gt;r (perubahan, internalisasi, dan pengembangan), maupun

tidak sempurna akan mempengaruhi proses belajar siswa. c) Sikap. Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap

Hasil pengujian hipotesis 1e menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh. hubungan sesama profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas

Sikap abstain yang diambil Indonesia memang boleh jadi cukup mengejutkan mengingat Indonesia adalah penggagas Sidang Darurat Majelis Umum PBB itu, jauh sebelum Dewan Keamanan