• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2008-2010

Oleh:

KEISHYA MAURIEZA 070100031

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2008-2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

KEISHYA MAURIEZA 070100031

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010

Nama : Keishya Maurieza Nim : 070100031

Pembimbing Penguji

(dr. Supriatmo, Sp.A (K)) (dr. Juliandi Harahap, M.A) NIP:140 256 793 NIP: 19700702 199802 1 001

(dr. Cut Aria Arina, Sp. S) NIP: 19781109 200312 1 001

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

DBD merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Di kota Medan sendiri penyakit DBD masih mempunyai Incidence Rate (IR) yang yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008-2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan antara bulan Mei-November 2010. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik pada tahun 2008-2010, yaitu sebanyak 88 anak (berumur 5-14 tahun) penderita demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik-Medan. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak, berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 penderita (44,3%) dan perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%). Berdasarkan gejala klinis yaitu, demam sebanyak 88 penderita (100%), mual sebanyak 14 penderita (15,9%), muntah sebanyak 62 penderita (70,5%), batuk sebanyak 12 penderita (13,6%), penurunan nafsu makan sebanyak 26 penderita (29,5%), nyeri telan sebanyak 12 penderita (13,6%), nyeri kepala sebanyak 25 penderita (28,4%), nyeri sendi sebanyak 17 penderita (19,3%), nyeri perut seabanyak 27 penderita (30,7%), nyeri ulu hati sebanyak 22 penderita (25,0%), mencret sebanyak 8 penderita (9,1%), manifestasi perdarahan sebanyak 49 penderita (55,7%), dan syok sebanyak 7 penderita (8,0%).

Sebagai antisipasi jumlah penderita DBD yang diperkirakan semakin meningkat, diharapkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan melakukan upaya untuk lebih memberdayakan masyarakat, menginformasikan cara penularan dan pencegahan penyakit DBD.

(5)

ABSTRACT

Dengue Hemmoraghic Fever is still a major problem of infectious disease in a various parts of the world. The incidence rate of DHF in the city of medan is also high. The aims of this study to know the descriptions of patients with DHFamong children in RSUP. H. Adam Malik Medan in the year 2008-2010. These type of the researchis a descriptive study. The study was conducted in RSUP. H. Adam Malik Medan between the months of May to November 2010. The source data of this research were secondary date taken from themedical recordsof 88 children with DHF and were admitted to RSUP. H. Adam Malik Medan in 2008-2010. The data were processed using SPSS.

The result of his study showedthat DHF patientsin children , by gender were 39 male patients (44,3%) and 49 woman patients (55,7%). Based of clinical symptomps, 88 patients had fever (100%), 14 patients had nausea (15,9%), 62 patients had a history of vomit (70,5%), 12 patients had cough (13,6%), 26 patients had decreased appetite (29,5%), 12 patients had odhinophagia (13,6%), 17 patients had joint pain (19,3%), 25 patients had headache (28,4%), 27 patients had abdominal pain (30,7%), 22 patients had heartburn (25,0%), 8 patients had diarrhea (9,1%), 49 patients had bleeding manifestations (55,7%), and 7 patients had shock (8,0%).

To anticipate the to be expected increase of the DHF patients, we hope that the Department of Health and Education Department of Medan make effors to further empower the community, inform the modes of transmission and prevention of DHF.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Penderita Demam Berdarah Dengue pada Anak Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010”. Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada bapak dr. Supriatmo, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulisan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Erjan Fikri Sp.B Sp.BA(K) dan ibu dr. Cut Aria Arina, Sp.S selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan sumbangan dan saran.

(7)

4. Bapak dr. H. Djamaluddin Sambas, MARS dan para staf selaku direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah mengizinkan peneliti mengambil data sampai dengan selesai.

5. Ayahanda H. Abdul Karim, Ibunda Hj. Tjut Maulina dan Nenenda Hj. Cut Ansari tercinta atas doa, perhatian, dan semangat yang tiada henti demi keberhasilan saya. Adinda tersayang Karamina Maghfirah terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini.

6. Rekan – rekan satu kelompok pembimbing khususnya Nana, Nanda dan Afif terima kasih atas dukungan, saran dan kebersamaannya selama ini. 7. Teman – teman stambuk 2007 khususnya Vany, Yolan, Isti, Anggy, Indri,

Shanti, Joshua, Suhenda, Dede, Putri, Isra’, Zanurul dan Faiz yang telah banyak memberi dukungan kepada saya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, terima kasih atas dukungannya dan kebersamaannya selama ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat brmanfaat bagi kita semua.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN………..………...…….…. i

ABSTRAK ……….……...…….... ii

ABSTRACT ……….…….. iii

KATA PENGANTAR ………..……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………...………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ………...……… 1

1.1. Latar Belakang ………..… 1

1.2. Rumusan Masalah ……….……… 3

1.3. Tujuan Penelitian ………....………..…… 3

1.3.1. Tujuan Umum ………...……… 3

1.3.2. Tujuan Khusus ……… ...……… 3

1.4. Manfaat Penelitian ……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...………… 5

2.1. Demam Berdarah ……….…..… 5

2.1.1. Defenisi ………...…… 5

(9)

2.1.2.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut WHO ….…… 5

2.1.2.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat …….. 6

2.1.2.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu ...…… 6

2.1.2.4. Pola Epidemiologis Penyakit DBD …...……..… 7

2.1.3. Etiologi ………...………... 7

2.1.4. Vektor Penular ………..……… 8

2.1.5. Patogenesis ………..………. 8

2.1.6. Manifestasi Klinis ……….. 9

2.1.6.1. Sprektrum Klinis ………..……… 9

2.1.6.2. Gambaran Penderita 2.1.7. Diagnosis ……….………... 10

2.2. Penularan Virus Dengue ……… 13

2.2.1. Mekanisme Penularan ……… 13

2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD ……… 14

2.3. Nyamuk Penular DBD ………..……. 15

2.3.1. Morfologi dan Lingkaran Hidup ……….…….. 15

2.3.2. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypty ……….…….. 18

2.3.3. Kebiasaan Nyamuk Dewasa ……….. 19

2.4. Pengobatan Penderita DBD ……….… 19

2.5. Pencegahan DBD ………...… 20

2.6. Status Gizi………...…. 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL………... 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….. 25

3.2. Defenisi Operasional ……….. 25

(10)

4.1. Jenis Penelitian ……….…….…. 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…. 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….…. 27

4.4. Teknik Pengumpulan Data ……….… 27

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ……….…… 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ……… 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….……… 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ………...…… 30

5.2. Pembahasan ……….… 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 41

6.2. Saran ……….. 42

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Baku antopometri menurut standar WHO_NCHS ………. 24 Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, waktu penyebaran penyakit

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 ... Tabel master

(13)

ABSTRAK

DBD merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Di kota Medan sendiri penyakit DBD masih mempunyai Incidence Rate (IR) yang yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008-2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan antara bulan Mei-November 2010. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik pada tahun 2008-2010, yaitu sebanyak 88 anak (berumur 5-14 tahun) penderita demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik-Medan. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak, berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 penderita (44,3%) dan perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%). Berdasarkan gejala klinis yaitu, demam sebanyak 88 penderita (100%), mual sebanyak 14 penderita (15,9%), muntah sebanyak 62 penderita (70,5%), batuk sebanyak 12 penderita (13,6%), penurunan nafsu makan sebanyak 26 penderita (29,5%), nyeri telan sebanyak 12 penderita (13,6%), nyeri kepala sebanyak 25 penderita (28,4%), nyeri sendi sebanyak 17 penderita (19,3%), nyeri perut seabanyak 27 penderita (30,7%), nyeri ulu hati sebanyak 22 penderita (25,0%), mencret sebanyak 8 penderita (9,1%), manifestasi perdarahan sebanyak 49 penderita (55,7%), dan syok sebanyak 7 penderita (8,0%).

Sebagai antisipasi jumlah penderita DBD yang diperkirakan semakin meningkat, diharapkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan melakukan upaya untuk lebih memberdayakan masyarakat, menginformasikan cara penularan dan pencegahan penyakit DBD.

(14)

ABSTRACT

Dengue Hemmoraghic Fever is still a major problem of infectious disease in a various parts of the world. The incidence rate of DHF in the city of medan is also high. The aims of this study to know the descriptions of patients with DHFamong children in RSUP. H. Adam Malik Medan in the year 2008-2010. These type of the researchis a descriptive study. The study was conducted in RSUP. H. Adam Malik Medan between the months of May to November 2010. The source data of this research were secondary date taken from themedical recordsof 88 children with DHF and were admitted to RSUP. H. Adam Malik Medan in 2008-2010. The data were processed using SPSS.

The result of his study showedthat DHF patientsin children , by gender were 39 male patients (44,3%) and 49 woman patients (55,7%). Based of clinical symptomps, 88 patients had fever (100%), 14 patients had nausea (15,9%), 62 patients had a history of vomit (70,5%), 12 patients had cough (13,6%), 26 patients had decreased appetite (29,5%), 12 patients had odhinophagia (13,6%), 17 patients had joint pain (19,3%), 25 patients had headache (28,4%), 27 patients had abdominal pain (30,7%), 22 patients had heartburn (25,0%), 8 patients had diarrhea (9,1%), 49 patients had bleeding manifestations (55,7%), and 7 patients had shock (8,0%).

To anticipate the to be expected increase of the DHF patients, we hope that the Department of Health and Education Department of Medan make effors to further empower the community, inform the modes of transmission and prevention of DHF.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak serta sering kali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. (Muchlastriningsih, 2004)

Wabah dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus dengue melalui transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis tentang dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun 1780. Kebanyakan wabah ini secara klinis adalah demam dengue walaupun ada beberapa kasus berbentuk haemorrhargia. Penyakit DBD di Asia Tenggara ditemukan pertama kali di Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958 (Soegijanto, 2006)

(16)

dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015 orang, (Depkes RI, 2004).

Upaya penanggulangan DBD di Indonesia dilakukan sejak tahun 1968, dan diprogramkan secara teratur sejak tahun 1974, namun upaya pelaksanaan program pemberantasan penyakit DBD belum berhasil menekan angka kesakitan, sehingga penyakit ini masih sering terjadi dan menimbulkan KLB diberbagai daerah. (WHO; Dep-Kes RI, 2000)

Propinsi Sumatera Utara termasuk salah satu wilayah endemis penyakit DBD, selama kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) jumlah kasus yang berfluktuasi namun cenderung meningkat, oleh karena itu penyakit DBD harus diwaspadai dan dipantau terus-menerus. (Din-Kes Prop. S.U., 2008)

Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan KLB wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Daerah Endemis DBD

Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Kabupaten Karo.

b. Daerah Sporadis DBD

Kota Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan Kabupaten Samosir.

c. Daerah Potensial/Bebas DBD Kabupaten Nias dan Nias Selatan. (Din-Kes Prop S.U., 2008)

(17)

jumlah penderita sebanyak 269 orang dan 8 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2008, jumlah penduduk yang terserang DBD di Sumatera Utara sebanyak 4.401 orang dan yang meninggal sebanyak 50 orang. Dibandingkan dengan tahun 2007, angka kesakitan (IR) tidak menunjukkan penurunan yang signifikan sebaliknya angka kematian (CFR) mengalami peningkatan yaitu 0,83% menjadi 1,13%. (Din-Kes Prop S.U., 2008)

Dengan demikian DBD menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian, hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran penderita DBD pada anak di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008-2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan suatu penelitian tentang gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2010?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik tahun 2008-2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui distribusi proporsi, penderita demam berdarah dengue pada anak berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan status gizi di RSUP. H. Adam Malik tahun 2008-2010.

(18)

3. Untuk mengetahui kota daerah tempat tinggal pada penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2008-2010.

4. Untuk mengetahui gejala klinis yang timbul pada penderita demam berdarah dengue pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2008-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan demam berdarah dengue pada anak khususnya di wilayah kota Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan setempat khususnya pengelola program dalam rangka usaha pemberantasan demam berdarah dengue.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Definisi

Demam dengue adalah penyakit swasirna, akut, dan klasik (biasanya berlangsung 5 hingga 7 hari), yang ditandai dengan demam, lesu, nyeri kepala, mialgia, ruam, limfadenopati, dan leukopenia, yang disebabkan oleh empat jenis virus dengue yang secara antigen berbeda. (Dorland, 2006)

Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu sindrom yang mengenai terutama anak-anak di Asia Tenggara, dibedakan dari dengue klasik dengan manifestasi perdarahan seperti trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta disebabkan keempat virus dengue yang sama. (Dorland, 2006)

2.1.2. Epidemiologi

2.1.2.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Umur

Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam terbanyak ialah anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. (Hadinegoro, 2004)

(20)

tahun meningkat. Keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa. (Soegijanto, 2006)

2.1.2.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat-tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Aedes aegypty tidak sempurna. (Soegijanto, 2006)

Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit meningkat pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi Indonesia dan 200 kota telah melaporkan adanya kerja luar biasanya. Insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100.000 penduduk. (Dep-Kes RI; Dirjen P2M/PL, 2005)

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya.tipe virus yang bersikulasi sepanjang tahun. (WHO; Dep-Kes RI, 2000)

2.1.2.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

(21)

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. (WHO, Dep-Kes RI 2000; WH0, 1997)

2.1.2.4. Pola Epidemiologis Penyakit DBD a. Interaksi Virus-Penjamu

Untuk memahami berbagai situasi yang muncul, penting untuk mengenali beberapa aspek interaksi virus-penjamu.

Aspek-aspek tersebut meliputi :

i. Infeksi dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak.

ii. Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala, akan tetapi beberapa strain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat.

iii. Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin menimbulkan perdarahan gastrointestinal dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

(WHO, Dep-Kes RI, 2000) 2.1.3. Etiologi

(22)

Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di erbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. (Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen P2M/PL, 2001)

2.1.4. Vektor Penular

Infeksi virus dengue hanya dapat ditularkan oleh Aedes aegypty atau Aedes

albopictus, sebagai vektornya. Ketika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi

virus dengue, maka virus tersebut akan terbawa oleh nyamuk. Kemudian apabila nyamuk tersebut menggigit orang yang sehat, maka virus yang terbawa oleh nyamuk akan menginfeksi orang yang sehat. (Suroso, 2004)

2.1.5. Patogenesis

(23)

dengue. Pada awal stadium akut infeksi dengue sekunder, ada aktivasi cepat sistem komplemen. Selama syok kadar Clq, C3, C4, C5-C8 darah, dan proaktivator C3 mengalami depresi, dan kecepatan katabolik C3 naik. Koagulasi darah dan sistem fibrinolitik diaktifkan, dan kadar faktor XII (faktor Hageman) depresi. Tidak ada mediator spesifik permeabilitas vaskuler pada demam berdarah dengue yang telah diidentifikasi. Koagulasi intra vaskuler tersebar ringan, cedera hati dan trombositopenia dapat menimbulkan perdarahan secara sinergis. Cedera kapiler memungkinkan cairan, elektrolit, protein, dan pada beberapa keadaan, sel darah merah bocor kedalam ruang ekstravaskuler. Penyebaran internal kembali cairan ini, bersama dengan defisit yang disebabkan oleh puasa, kehausan, dan muntah, menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemia, kerja jantung bertambah, hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan hiponatremia. (Nelson, 2000)

2.1.6. Manifestasi Klinis 2.1.6.1. Sprektrum Klinis

Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau bersifat asimptomatik atau mengakibatkan demam biasa (sindrom virus), demam dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Infeksi pada salah satu serotipe virus dengue memberikan imunitas seumur hidup khusus untuk serotipe tersebut, tetapi tidak ada perlindungan silang terhadap serotipe yang lain. Penampilan klinis bergantung pada usia, status imun penjamu dan strain virus. (Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)

4.1.6.2. Gambaran Penderita

(24)

lembab, badan panas, muka merah, muka merah, keringat banyak, gelisah, irritable, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petikie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopapular mungkin muncul, dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi. (Nelson, 2000)

Sesudah 24-36 jam masa krisis, konvalense cukup cepat pada anak yang sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardia dan ekstrasistol ventrikel lazim selama konvalesen. Jarang, ada cedera otak sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang-kadang arena perdarahan intrakranial. Strain virus dengue 3 yang bersikulasi di daerah utama Asia Tenggara sejak tahun 1983 disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang ditandai oleh ensefalopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang-kadang ikterus. (Nelson, 2000)

Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi dengue sekunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi atau penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas. (Nelson, 2000)

2.1.7. Diagnosis

(25)

a. Kriteria Klinis

i. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

ii. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan ; uji tourniquet positif, petekia, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melena.

iii. Pembesaran hati

iv. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

(Hadinegoro, 2004)

b. Kriteria Laboratoris

i. Trombositopenia (100.000/µl atau kurang)

ii. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20 % atau lebih besar melebihi nilai hematokrit penyembuhan, trombositopenia, leukositosis ringan (jarang melebihi 10.000/mm ), waktu perdarahan memanjang, dan kadar protrombin menurun sedang (jarang kurang dari 40% control) .

iii. Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik.

iv. Kelainan lain adalah kelainan sedang kadar sedang kadar transaminase serum, konsumsi komplemen, asidosis metabolik ringan dengan hiponatremia, dan kadang-kadang hipokloremia, sedikit kenaikan urea nitrogen serum, dan hipoalbuminemia.

v. Roentgenogram dada menunjukkan efusi pleura pada hampir semua penderita.

(26)

c. Derajat penyakit

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat. i. Derajat I

Demam diseratai gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.

ii. Derajat II

Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lain. iii. Derajat III

Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut yang lemah dan cepat, penurunan tekananan denyut (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, disertai dengan kulit lembab, dan dingin serta gelisah

iv. Derajat IV

Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut yang tidak terdeteksi.

(WHO, 1997) Diagnosis Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk memastikan diagnosis infeksi dengue, mencakup :

a. Pengumpulan Spesimen

Salah satu aspek yang esensial untuk diagnosa laboratorium adalah pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan pengantaran spesimen. (WHO, Dep-Kes RI, 2000)

b. Isolasi Virus

(27)

jaringan dari kasus fatal, terutama dari hati, limpa, nodus limfe. (Suroso, 2004)

c. Uji Serologis

Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaan serologi untuk penderita DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada pemeriksaan serologi penderita DBD dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya misalnya ELISA, uji komplemen fikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. (Muchlastriningsih, 2004)

2.2. Penularan Virus Dengue 2.2.1. Mekanisme Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara yaitu nyamuk Aedes aegypty. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty, yang mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. (Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001)

(28)

diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. (Sumarmo, 1998)

Untuk mengetahui mekanisme penularan dengue endemik di Sumatera dilakukan serangkaian percobaan di Medan dan Amsterdam oleh Snijders dkk. (1991). Penyelidikan tersebut dilakukan dengan cara menginfeksi nyamuk Aedes

aegypty dan Aedes albopictus betina dengan virus dengue yang berasal dari

penderita demam dengue di Medan, kemudian nyamuk infektif itu diangkut ke Amsterdam (daerah bebas Aedes aegypty dan Aedes albopictus di alam dan tidak terdapat penderita dengue), akhirnya para sukarelawan ditulari oleh nyamuk itu, semuanya dengan hasil positif. Dari hasil penyelidikan itu mereka menyimpulkan bahwa : dengue endemik di Sumatera dapat ditularkan oleh Aedes agypty dan

Aedes albopictus. Terdapat kemungkinan untuk membawa Aedes yang infektif ke

tempat-tempat yang sangat jauh (Sumatera – Amsterdam) tanpa mengurangi daya infektivitasnya. (Sumarmo, 1998)

2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah:

a. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar yaitu:

i. Sekolah

Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.

ii. Puskesmas / Rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.

Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya penderita DBD, demam dengue (DD) atau carrier virus dengue.

(29)

b. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop, dan tempat-tempat ibadah.

c. Wilayah rawan DBD (endemis) d. Pemukiman baru pinggir kota

Pada daerah ini penduduk nya berasal dari berbagai wilayah yang kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carrier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. ( Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)

2.3. Nyamuk Penular DBD

2.3.1. Morfologi dan Lingkaran Hidup A. Morfologi

Nyamuk Aedes aegypty mempunyai morfologi sebagai berikut : i. Telur

Setiap kali bertelur, nyamuk betina Aedes aegypty dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir, dengan ukuran 0,5-0,8 mm, berbentuk elips atau oval memanjang, berwarna hitam, permukaan poligonal yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Telur ini ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan, dan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah terendam air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan 15% laiinya jatuh kepermukaan. (Soegijanto, 2006)

ii. Jentik (larva)

(30)

pergantian kulit. Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut yaitu :

a. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.

b. Instar II : berukuran 2,5-3,9 mm, duri-duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.

c. Instar III: berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.

d. Instar IV: berukuran paling besar 5 mm, telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen).

Jenis Aedes aegypty akan selalu bergerak aktif dalam air, gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun, kembali kebawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang / berubah menjadi kepompong. (Soegijanto, 2006)

iii. Pupa (kepompong)

Kepompong atau pupa seperti “koma”, bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva atau jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain, gerakan lamban, sering berada di permukaan air, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa. (Soegijanto, 2006)

iv.Nyamuk Dewasa

(31)

bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemuka n di tempat-tempat umum, dan mampu terbang sampai 100 meter. Nyamuk betina aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga/ tumbuhan yang mengandung gula. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1 bulan . Dada nyamuk ini tersusun atas 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. (Soegijanto, 2006)

B. Lingkaran Hidup

Nyamuk Aedes Aegypty mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari telur-jentik-kepompong sampai menjadi nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada container berair yang berwarna gelap, terbuka dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindung dari sinar matahari. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1 bulan. (Dep-Kes RI, 2005)

(32)

C. Variasi Musiman

Pada musim hujan tempat perkembangbiakan Aedes aegypty yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakannya Aedes Aegypty

meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue. (Dep-Kes RI,Dirjen P2M/PL, 2005)

2.3.2. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypty

Tempat perkembang biakan utama nyamuk Aedes aegypty ialah pada tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.

Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypty dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, seperti : tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.

b. Bukan tempat penampungan air (non-TPA) yaitu tempat yang biasa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti: tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng,botol, ban, pecahan gelas, dan lain-lain), vas bunga, perangkap semut, penampungan air dispenser, dan lain-lain.

(33)

2.3.3. Kebiasaan Nyamuk Dewasa

Biasanya nyamuk betina Aedes aegypty mencari mangsa pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas pada pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypty mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. (Dep-Kes RI, Dirjen P2M/PL, 2005)

2.4. Pengobatan Penderita DBD

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

a. Pelaksanaan DBD tanpa komplikasi i. Istirahat total di tempat tidur.

ii. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam / oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena harus diberikan.

iii. Berikan makanan lunak.

iv. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan.

v. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

b. Penatalaksanaan pada pasien syok.

(34)

ii. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya 24 jam.

- Nilai normal Hemoglobin :

Anak-anak : 11,5 -12,5 gr/100 ml darah Laki-laki Dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah Wanita Dewasa : 12 -14 gr/100 ml darah

- Nilai normal Hematokrit :

Anak-anak : 33 - 38 vol % Laki-laki Dewasa : 40 - 48 vol % Wanita Dewasa : 37 – 43 vol %

iii. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.

(Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001;WHO,1997; Hadinegoro, 2004)

2.5. Pencegahan DBD

Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu : A.Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap virus DBD pengendalian vektor adalah satu-satunya upaya yang diandalkan dalam mencegah DBD. Secara garis besar ada 4 cara pengendalian vektor yaitu :

1. Pengendalian Cara Kimiawi

(35)

terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypty yaitu dari golongan organopospor (Temephos) dalam bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi.

2. Pengendalian Hayati / Biologik

Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata. Sebagai pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogen, parasit, dan pemangsa.

Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia afffinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa etnis golongan cacing nematoda seperti Romanomarmis inyegari dan Romanomarmis culiforax merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk.

3. Pengendalian Radiasi

Pengendalian cara radiasi memakai bahan radioaktif dengan dosis tertentu sehingga nyamuk jantan menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi dilepaskan ke alam bebas. Meskipun nanti nyamuk jantan akan berkopulasi dengan nyamuk betina, tapi nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertil.

4. Pengendalian Lingkungan.

(36)

tepat dan efektif. Aman untuk jangka panjang adalah dilakukan dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M yaitu :

i. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan.

ii. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.

iii.Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang kesemuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypty.

(Dep-Kes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001)

B. Pencegahan Sekunder

i. Melakukan diagnosa sedini mungkin dan memberikan pengobatan yang tepat bagi penderita DBD.

ii. Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang menemukan penderita / tersangka penderita DBD segera melaporkan ke puskesmas dan dinas kesehatan dalam waktu 3 jam.

iii. Penyelidikan epidemiologi dilakukan petugas puskesmas untuk pencarian penderita panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang atau lebih, pemeriksaan jentik, dan juga dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut sehingga perlu dilakukan fogging fokus dengan radius 200 meter dari rumah penderita, disertai penyuluhan.

(Hadinegoro, 2004)

C. Pencegahan Tertier

(37)

a. Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita DBD di setiap unit pelayanan kesehatan terutama di puskesmas agar penderita / penderita tersangka dapat penanganan yang lebih baik. b. Transfusi darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan malena diindikasikan untuk mendapatkan tranfusi darah secepatnya.

c. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

Adapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan seperti :

i. Endemis

Kegiatan yang dilakukan adalah fogging Sebelum Musim Penularan (SMP), abatesasi selektif, dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

ii. Sporadis

Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M. Penyuluhan tetap dilakukan.

iii. Potensial

Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.

iv. Bebas

Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.

(38)

2.6. Status Gizi

2.6.1. Defenisi Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang akibat ketidak seimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. (Sunarti, 2004)

Untuk melihat status gizi seseorang atau masyarakat digunakan Daftar Tabel Antopometri. Saat ini dikenal dua baku antopometri melihat status gizi, yaitu baku Harvard dan baku WHO-NCHS (World Health Organization National Center for Health and Statistics) . salah satu saran yang dianjurkan pada semiloka Antopometri Ciloto pada Februari 1991 adalah penggunaan secara seragam di Indonesia baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. (Supariasa, 2002)

Tabel 2.1. Baku Antopometri menurut Standar WHO-NCHS

Indikator Status Gizi Keterangan

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita DBD adalah anak-anak yang dinyatakan sakit dan didiagnosa menderita DBD yang tercatat pada laporan rekam medik di RSUP. H. Adam Malik Medan

3.2.2. Gambaran Penderita DBD adalah keadaan yang tampak pada penderita DBD anak.

3.2.3. Umur adalah usia penderita saat menderita DBD yang tercatat di laporan. Menurut WHO dikatakan anak yaitu antara usia 5 tahun sampai 14 tahun.

Umur

Jenis Kelamin

Waktu (bulan, tahun)

Kota (daerah tempat tinggal) Gejala Klinis

Status Gizi Gambaran

(40)

3.2.4. Jenis Kelamin adalah :

Jenis kelamin penderita DBD dibedakan atas : 1. Laki-laki

2. Perempuan

3.2.5. Waktu adalah periode terjadinya penyakit DBD berdasarkan bulan dan tahun mulai dari tahun 2008-2010.

3.2.6. Kota adalah daerah tempat tinggal penderita DBD.

3.2.7. Gejala klinis adalah kelainan yang timbul pada penderita saat terserang DBD.

3.2.8. Status gizi anak adalah keadaan gizi anak pada saat terserang DBD atau saat dirawat di rumah sakit.

Dikategorikan menjadi: - Gizi Lebih : > 2 SD

- Gizi Baik : - 2 SD sampai + 2 SD - Gizi Kurang : < - 2 SD

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

- Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan.

- Waktu penelitian dilakukan antara bulan Mei sampai dengan bulan November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak penderita DBD yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan dari tahun 2008-2010.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien anak yang di diagnosa DBD di RSUP. H. Adam Malik Medan dari tahun 2008-2010.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data penelitian ini adalah data sekunder. Data diambil dari rekam medik pada RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2008-2010.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(42)
(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah meiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki 1.995 orang tenaga yang terdiri 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedic perawatan, 298 orang paramedic non perawatan dan 263 tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brgade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

(44)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Agustus 2008 sampai Juli 2010 sebanyak 135 sampel pasien demam berdarah dengue anak yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik.. Namun data yang didapatkan dibagian rekam medik hanya 88 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medis pasien anak yang berusia 5 tahun sampai dengan 14 tahun yang dirawat akibat menderita demam berdarah dengue di RSUP H. Adam Malik-Medan. Data yang diambil berdasarkan umur, jenis kelamin, waktu penyebaran, kota tempat tinggal, gejala klinis dan status gizi.

Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, waktu penyebaran penyakit, kota tempat tinggal, gejala klinis dan status gizi.

Variabel n (%)

Umur

5 tahun 9 (10,2)

6 tahun 8 (9,1)

7 tahun 11 (12,5)

8 tahun 7 (8,0)

9 tahun 14 (15,9)

10 tahun 5 (5,7)

11 tahun 9 (10,2)

12 tahun 9 (10,2)

13 tahun 6 (6,8)

14 tahun 10 (11,4)

Total 88 (100)

Jenis kelamin

(45)

Perempuan 49 (55,7)

Total 88 (100)

Waktu Penyebaran Penyakit

Januari 12 (13,6)

Febuari 9 (10,2)

Maret 11 (12,5)

April 3 (3,4)

Mei 7 (8,0)

Juni 6 (6,8)

Juli 7 (7,95)

Agustus 6 (6,8)

September 8 (9,1)

Oktober 10 (11,4)

November 3 (3,4)

Desember 6 (6,8)

Total 88 (100)

Domisili atau daerah tempat tinggal

Medan 55 (62,5)

Deli Serdang 13 (14,8)

Karo 4 (4,5)

Padang Lawas Utara 3 (3,4)

Serdang 3 (3,4)

Dairi 2 (2,3)

Labuhan Batu 2 (2,3)

(46)

Pematang Siantar 1 (1,1) Kuantan Singingi 1 (1,1)

Tapanuli Utara 1 (1,1)

Tebing Tinggi 1 (1,1)

Total 88 (100)

Gejala klinis

Demam 88 (100)

Muntah 62 (70,5)

Manifestasi perdarahan 49 (55,7)

Nyeri perut 27 (30,7)

Nafsu makan menurun 26 (29,5)

Nyeri kepala 25 (28,4)

Nyeri ulu hati 22 (25,0)

Nyeri sendi 17 (19,3)

Mual 14 (15,9)

Nyeri telan 12 (13,6)

Batuk 12 (13,6)

Mencret 8 (9,1)

Syok 7 (8,0)

Status Gizi

Gizi Lebih 5 (5,7)

Gizi Baik 49 (55,7)

Gizi Kurang 12 (13,6)

Gizi Buruk 22 (25,0)

(47)

Dari tabel 5.1., diperoleh data penderita demam berdarah dengue paling banyak dijumpai pada anak umur 9 tahun sebanyak 14 penderita (15,9%), yang paling sedikit di jumpai pada umur 10 tahun sebanyak 5 penderita (5,7%). Usia yang paling muda adalah 4 tahun dan yang paling tua adalah 14 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 49 (55,7%) dan laki-laki sebanyak 39 (44,3%).

Berdasarkan musim penularan sampel penelitian demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah pada bulan Januari yaitu sebanyak 12 penderita (13,6%).

Berdasarkan kota atau daerah tempat tinggal pada penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah di Medan dengan jumlah 55 penderita (62,5%).

Berdasarkan gejala klinis pada penderita demam berdarah dengue pada anak didapatkan demam 88 penderita (100%), muntah 62 penderita (70,5%), manifestasi perdarahan 49 penderita (55,7%), nyeri perut 27 penderita (30,7%), penurunan nafsu makan 26 penderita (29,5%), nyeri kepala 25 penderita (28,4%), mual 14 penderita (15,9%), nyeri ulu hati 22 penderita (25,0%), nyeri sendi 17 penderita (19,3%), nyeri telan 12 penderita (13,6%), batuk 12 penderita (13,6%), mencret 8 penderita (9,1%), dan syok 7 penderita (8,0%).

(48)

5.2. Pembahasan

Demam berdarah dengue (Dengue hemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh 4 (empat) serotype virus dengue dan secara klinis ditandai dengan adanya manifestasi perdarahan dan dapat berkembang menjadi ranjatan (Dengue Shock System) yang berakibat fatal. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang secara endemis berada di Indonesia dan telah menimbulkan persoalan kesehatan masyarakat. Infeksi virus DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini banyak menimbulkan masalah khususnya di daerah perkotaan.

Dari hasil penelitian didapati mayoritas penderita demam berdarah dengue paling banyak dijumpai pada anak umur 9 tahun sebanyak 14 penderita (15,9%).. Selama awal epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus dilaporkan dibawah umur 15 tahun. Kelompok resiko tertinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun. (Soegianto, 2006)

Berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%). Hasil ini sejalan berdasarkan data kasus DBD yang dikumpulkan di Ditjen P2M & PLP dari tahun 1968 –1984 menujukkan bahwa 90% kasus DBD terdiri dari anak berusia kurang dari 15 tahun. Rasio perempuan dan laki-laki adalah 1,34 : 1. (Anton sitio, 2009)

Berdasarkan musim penularan sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak adalah pada bulan Januari yaitu sebanyak 12 penderita (13,6%). Hal ini sesuai dengan data-data penderita klinis DBD/DSS 1975 – 1981 yang dilaporkan di Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor penyakit meningkat populasinya dengan bertambahnya sarang-sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada musim kemarau Aedes

(49)

Berdasarkan kota atau daerah tempat tinggal sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak yang paling banyak pada daerah Medan yaitu sebanyak 55 penderita (62,5 %). Hal ini sesuai karena daerah yang terjangkit demam berdarah pada umumnya adalah kota/wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau wilayah yang padat penduduk rumah-rumahnya saling bedekatan, sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah mengingat jarak terbang Aedes aegypti yang terbatas ( 50 – 100 m). Di Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975 penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang padat penduduknya dan mobilitas tinggi.

Berdasarkan gejala klinis pada penderita demam berdarah dengue pada anak didapatkan demam 88 penderita (100%), muntah 62 penderita (70,5%), manifestasi perdarahan 49 penderita (55,7%), nyeri perut 27 penderita (30,7%), penurunan nafsu makan 26 penderita (29,5%), nyeri kepala 25 penderita (28,4%), mual 14 penderita (15,9%), nyeri ulu hati 22 penderita (25,0%), nyeri sendi 17 penderita (19,3%), nyeri telan 12 penderita (13,6%), batuk 12 penderita (13,6%), mencret 8 penderita (9,1%), dan syok 7 penderita (8,0%).

Demam pada penyakit demam berdarah ini secara mendadak dan berkisar antara 38,5°C- 40°C. Pada anak-anak terjadi peningkatan suhu yang mendadak. Pagi hari anak masih dapat sekolah dan bermain, mendadak sore harinya mengeluh demam sangat tinggi. Demam akan terus menerus baik pada pagi maupun malam hari dan hanya menurun sebentar setelah diberikan obat penurun panas. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa pada saat gejala awal seringkali tidak begitu dihiraukan oleh karena demam datang dengan tiba-tiba. Mereka tetap melakukan kegiatan seperti biasanya dan baru merasakan sakit bila timbul gejala berikutnya.

(50)

tiduran. Badan akan makin bertambah lemah oleh karena nafsu makan menghilang sama sekali baik minum maupun makan, rasa mual dan rasa tidak enak di perut dan didaerah ulu hati menyebabkan semua makanan dan minuman yang dimakan keluar lagi. Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu hati akan makin bertambah bila penderita minum obat penurun panas yang dapat merangsang lambung. Pada anak kecil dapat disertai mencret 3-5 kali sehari, cair, tanpa lendir. Demam berdarah dengue sebagai penyakit virus sering menyebabkan muka dan badan anak kemerahan seperti “udang rebus” (flushing) dan bila dipegang badan sangat panas.

(51)

mengeluh nyeri perut, oleh karena itu bila terdapat nyeri perut disertai demam tinggi harus waspada.

Pada awal penyakit demam berdarah dengue, tanda perdarahan yang terjadi adalah perdarahan yang tergolong ringan. Perdarahan kulit merupakan perdarahan yang terbanyak ditemukan. Bintik kemerahan sebesar ujung jarum pentul menyerupai bintik gigitan nyamuk. Maka, untuk membedakan bintik merah yang disebabkan oleh karena perdarahan pada demam berdarah dengan bintik karena gigitan nyamuk, carilah juga di daerah yang terlindung pakaian (misalnya dada dan punggung) sehingga hampir dapat dipastikan terlindung dari gigitan nyamuk. Kemudian coba tekan bintik merah tersebut: bila menghilang itu berarti gigitan nyamuk dan sebaliknya bila menetap itu adalah perdarahan kulit, juga pada perabaan pada gigitan nyamuk akan teraba menonjol sedangkan pada demam berdarah bintik tersebut rata dengan permukaan kulit. Hal ini karena pada gigitan nyamuk bintik merah disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah sebagai akibat dari reaksi terhadap “racun” yang terdapat di dalam kelenjar liur nyamuk dan bukan karena perdarahan kulit. Bintik merah pada demam berdarah tidak bergerombol seperti halnya bintik merah pada campak, tetapi terpisah satu-satu.

(52)

Seorang anak yang mempunyai riwayat kejang bila demam, pada saat demam tinggi dapat terjadi kejang. Walaupun harus difikirkan juga adanya penyakit infeksi lain seperti radang otak atau selaput otak, terutama bila anak setelah kejang tidak sadar kembali. Gejala lain yang sering dikeluhkan oleh anak besar atau orang dewasa menyertai penyakit demam berdarah dengue adalah nyeri kepala, nyeri di belakang mata, rasa pegal-pegal pada otot dan sendi. Keluhan-keluhan ini pada orang dewasa sangat mengganggu sehingga cepat mencari pengobatan, sedangkan anak-anak biasanya belum mengeluh atau keluhan tersebut tidak dirasakan mengganggu.

Gejala selanjutnya terjadi pada hari sakit ke3-5, merupakan saat-saat yang berbahaya pada penyakit demam berdarah dengue. Suhu badan akan turun, jadi seolah-olah anak sembuh oleh karena tidak demam lagi. Yang perlu diperhatikan saat ini, adalah tingkah laku si anak. Apabila demam menghilang, anak tampak segar dan mau bermain serta mau makan/ minum biasanya termasuk demam dengue ringan; tetapi apabila demam menghilang tetapi anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan/ minum apapun apalagi disertai nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan keadaan yang sangat berbahaya oleh karena semua organ tubuh akan kekurangan oksigen dan hal ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

(53)

Apabila syok yang telah diterangkan sebelumnya tidak diobati dengan baik maka akan menyusul gejala berikutnya yaitu perdarahan dari saluran cerna. Perdarahan saluran cerna ini dapat ringan atau berat tergantung dari berapa lama syok terjadi sampai diobati dengan tepat. Penurunan kadar oksigen di dalam darah akan memicu terjadinya perdarahan, makin lama syok terjadi makin rendah kadar oksigen di dalam darah maka makin hebat perdarahan yang terjadi. Pada awalnya perdarahan saluran cerna tidak terlihat dari luar, oleh karena terjadi di dalam perut. Yang akan tampak hanya perut yang semakin lama semakin membuncit dan nyeri bila diraba. Selanjutnya akan terjadi muntah darah dan berak darah/ berak hitam. Pada saat terjadi perdarahan hebat penderita akan sangat kesakitan, tetapi bila syok sudah lama terjadi penderita pada umumnya sudah tidak sadar lagi. Perdarahan lain yang dapat terjadi adalah perdarahan di dalam paru. Anak akan lebih sesak lagi, maikn gelisah, dan sangat pucat. Kematian makin dipercepat dengan adanya perdarahan di dalam otak.

Pada hari sakit keenam dan seterusnya, merupakan saat penyembuhan. Saat ini demam telah menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak dijumpai lagi perdarahan baru, dan nafsu makan timbul kembali. Pada umumnya, setelah seseorang sembuh dari sakitnya anak masih tampak lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang tetapi beberapa hari kemudian kondisi badan anak akan pulih kembali normal tanpa gejala sisa. Sebagai tanda penyembuhan kadangkala timbul bercak-bercak merah menyeluruh di kedua kaki dan tangan dengan bercak-bercak putih diantaranya, pada anak besar mengeluh gatal pada bercak tersebut. Jadi, bila telah timbul bercak merah yang sangat luas di kaki dan tangan anak itu pertanda anak telah sembuh dan tidak perlu dirawat lagi. (Maharani, 2009)

Untuk mencegah penyebaran nyamuk DBD, nyamuk penularnya Aedes

Aegypty harus di berantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang

(54)

biaknya terdapat dirumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD adalah upaya untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti, dilakukan dengan cara:

a. Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali yang bertujuan untuk merusak telur nyamuk, sehingga jentik-jentik tidak bisa menjadi nyamuk atau menutupnya rapat-rapat agar nyamuk tidak bisa bertelur di tempat penampungan air tersebut.

b. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat minum burung seminggu sekali dengan tujuan untuk merusak telur maupun jentik nyamuk.

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-sampah lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

d. Mencegah barang-barang/pakaian-pakaian yang bergelantungan di kamar ruang yang remang-remang atau gelap.

(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran penderita demam berdarah dengue pada anak biasanya disertai dengan gejala seperti : demam, muntah, manifestasi perdarahan, sakit perut, penurunan nafsu makan, nyeri kepala, nyeri ulu hati, nyeri sendi, mual, nyeri telan, batuk, mencret, dan syok. 2. Kelompok umur terbanyak pada penderita demam berdarah anak dari

tahun 2008-2010 adalah umur 9 tahun sebanyak 14 penderita (15,9%) dengan mayoritas gizi baik.

3. Bila dilihat menurut jenis kelamin pada sampel penelitian penderita demam berdarah dengue pada anak dari tahun 2008-2010 yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 49 penderita (55,7%) dan laki-laki 39 penderita (44,3%).

4. Bila dilihat dari kota daerah tempat tinggal pada penderita demam berdarah dengue pada anak dari tahun 2008-2010 yang paling banyak adalah di Medan dengan jumlah 55 penderita (62,5%)

5. Bila dilihat dari waktu (bulan) penularan paling tinggi adalah pada bulan Januari, sehingga perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DBD terutama pada musim penghujan, yaitu pada awal tahun dan akhir tahun.

(56)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu :

1. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yaitu dengan rekam medik, sehingga diharapkan agar rekam medik mengenai identitas dan keadaan pasien ditulis dengan selengkap-lengkapnya dan segera dikembalikan ke bagian rekam medik agar perincian data dapat dilakukan secara maksimal.

2. Dilihat dari angka kejadian yang masih diatas rekomendasi World

Health Organization (WHO), kiranya ada upaya pihak- pihak terkait

baik rumah sakit, dokter, pelayanan kesehatan dan orang- orang yang berkompeten dalam penagangan masalah ini, turut campur tangan menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue dengan berbagai upaya semisalnya, melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau 3M.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, 2001.

Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Direktorat Jendral

P2M/PLP.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997. Menggerakkan Masyarakat

dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD). Direktorat Jendral P2M/PLP.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Pemberantasan Sarang Nyamuk

Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Direktorat Jendral P2M/PLP.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Direktorat Jendral P2M/PL.

Jakarta.

Dinas Kesehatan, 2008. Profil Kesehatan Umatera Utara Tahun 2007, Medan. Dorland, 2006. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Hadinegoro, SRH, Soegijanto S dkk, 2004. Tata Laksana Demam Berdarah

Dengue, Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Fakultas Kedokteran

UI; 80-135.

Muchlastriningsih Enny, dkk, 2004. Beberapa Pemeriksaan Yang Dapat

Dilakukan Pada Kasus DBD, Berita Epidemiologi. Edisi Januari.

Muchlastriningsih Enny, dkk, 2005. Analisa Hasil Pemeriksaan Uji Hemaglutinasi

Inhibisi Penderita Tersangka DBD Pada KLB tahun 2004, Berita

(58)

Nelson, E.W et al. 2000. Nelson TextBook Of Pediatrics. Demam Berdarah

Dengue. Edisi 15. Jakarta: 1132-1134.

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soegijanto S, 2006. Demam Berdarah Dengue. Ed. 2. Jakarta.

Sumarmo, PS , 1999. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki HH. Hindra I. Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak & dokter spesialis penyakit dalam dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Indonesia;1-12.

Sunarti, dkk, 1989. Pola Pengasuhan Anak secara Traditional di Kelurahan

Kebagusan Daerah Ibukota Jakarta. Depdikbud.

Supariasa, N.D.I, Bakri, B., Fajar, I., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Suroso, dkk, 2004. Informasi Produk, Pan BIO Dengue IgM & IgG, Rapid Strip

Test. Edisi ke 3. Jakarta;PT Pacific Biotekindo Intralab.

WHO, 1998. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan,

dan Pengendalian, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Asih Yasmin.

Jakata:EGC.

WHO, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Edisi Bahasa

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Keishya Maurieza

Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 18 April 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Sumarsono No.16 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK BUNGOENG JEUMPA Banda Aceh 1993-1995 2. SD Negeri 1 Banda Aceh 1995-2001

3. SMP Negeri 1 Banda Aceh 2001-2004

4. SMA Negeri 4 Banda Aceh 2004-2007

Riwayat Pelatihan : Workshop Resusitasi Jantung Paru Otak Tim Bantuan

Medis Fakultas Kedokteran USU

(60)

BERAT MENURUT UMUR, LAKI-LAKI, Usia : 2 – 20 Tahun

(61)
(62)

Umur

N Valid 88

Missing 0

Mean 9.40

Minimum 5

Maximum 14

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5 9 10.2 10.2 10.2

6 8 9.1 9.1 19.3

7 11 12.5 12.5 31.8

8 7 8.0 8.0 39.8

9 14 15.9 15.9 55.7

10 5 5.7 5.7 61.4

11 9 10.2 10.2 71.6

12 9 10.2 10.2 81.8

13 6 6.8 6.8 88.6

14 10 11.4 11.4 100.0

Total 88 100.0 100.0

Statistics

Jenis Kelamin Musim penularan Tempat Tinggal Status gizi

N Valid 88 88 88 88

Missing 0 0 0 0

(63)

Statistics

Jenis Kelamin Musim penularan Tempat Tinggal Status gizi

N Valid 88 88 88 88

Missing 0 0 0 0

Minimum 1 1 1 1

Maximum 2 12 12 1

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 39 44.3 44.3 44.3

perempuan 49 55.7 55.7 100.0

Total 88 100.0 100.0

Musim penularan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid januari 12 13.6 13.6 13.6

febuari 9 10.2 10.2 23.9

maret 11 12.5 12.5 36.4

april 3 3.4 3.4 39.8

mei 7 8.0 8.0 47.7

juni 6 6.8 6.8 54.5

juli 7 8.0 8.0 62.5

agustus 6 6.8 6.8 69.3

september 8 9.1 9.1 78.4

(64)

november 3 3.4 3.4 93.2

desember 6 6.8 6.8 100.0

Total 88 100.0 100.0

Tempat Tinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid medan 55 62.5 62.5 62.5

deli serdang 13 14.8 14.8 77.3

karo 4 4.5 4.5 81.8

dairi 2 2.3 2.3 84.1

padang lawas utara 3 3.4 3.4 87.5

pematang siantar 1 1.1 1.1 88.6

kuantan singingi 1 1.1 1.1 89.8

tapanuli utara 1 1.1 1.1 90.9

langkat 2 2.3 2.3 93.2

tebing tinggi 1 1.1 1.1 94.3

labuhan batu 2 2.3 2.3 96.6

serdang 3 3.4 3.4 100.0

Total 88 100.0 100.0

Demam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(65)

Mual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid mual 14 15.9 15.9 15.9

tidak mual 73 83.0 83.0 98.9

22 1 1.1 1.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Muntah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid muntah 62 70.5 70.5 70.5

tidak muntah 24 27.3 27.3 97.7

11 1 1.1 1.1 98.9

22 1 1.1 1.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Batuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid batuk 12 13.6 13.6 13.6

tidak batuk 76 86.4 86.4 100.0

Total 88 100.0 100.0

Penurunan nafsu makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Gambar

Tabel 2.1. Baku Antopometri menurut Standar WHO-NCHS
Tabel 5.1. Distribusi umur, jenis kelamin, waktu penyebaran penyakit, kota

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Utara tercatat kasus DBD pada tahun 2012 adalah sebanyak 149 pasien

“Trend Analisis Dengan Metode Time Series Untuk Meramalkan Penderita Demam Berdarah Tahun 2010-2014 Berdasarkan Data Penderita Demam Berdarah Tahun 2005-2009 Di Provinsi

Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis yaitu pada tahun 2011-2012 untuk mengetahui kejadian relaps penderita sindroma nefrotik di Rumah Sakit Umum

Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis yaitu pada tahun 2011-2012 untuk mengetahui kejadian relaps penderita sindroma nefrotik di Rumah Sakit Umum

Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis yaitu pada tahun 2011-2012 untuk mengetahui kejadian relaps penderita sindroma nefrotik di Rumah Sakit Umum

Sampel penelitian adalah seluruh status rekam medik penderita endometriosis dari Januari tahun 2008 – Desember 2011 yang telah terdiagnosa pasti dengan hasil pemeriksaan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ PEMERIKSAAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PENDERITA DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) ” disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

Dari penelitian-penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada suatu wilayah, yaitu