• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pelayanan Publik Pada Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kualitas Pelayanan Publik Pada Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEBERSIHAN PEMERINTAH KOTA

PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat-Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Departemen Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Juni Helena A. N.

040903044

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ……… 4

D. Manfaat Penelitian ……….. 4

E. Kerangka Teori 1. Kualitas ……….. 5

2. Pelayanan Publik ………... 7

2.1.Pengertian Pelayanan Publik ………. 7

2.2.Bentuk Pelayanan ………... 8

2.3.Kelompok-Kelompok Pelayanan ………. 11

2.4.Sasaran Pelayanan ……… 11

2.5.Penyelenggaraan Pelayanan ……… 12

3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan ………15

3.1.Kebersihan ………. 16

3.2.Pengelolaan Sampah ………. 17

F. Defenisi Konsep ………. 21

G. Defenisi Operasional ……… 21

H. Sistematika Penulisan ……….. 23

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ……… 24

B. Lokasi Penelitian ………. …. 24

(3)

E. Teknik Analisa Data ……….. 26

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ……… 28

B. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ………28

C. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ………...30

D. Struktur Organisasi ……….………... 33

E. Sumber Daya Manusia ……….. 40

F. Sarana dan Prasarana ………. 41

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Tata Kerja Pelayanan Kebersihan ………. 43

B. Data Petugas Lapangan ………. 45

C. Data Masyarakat ……… 55

BAB V ANALISA DATA A. Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ………...67

B. Hambatan-hambatan dalam Pelayanan Kebersihan ………78

(4)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. 80

B. Saran ……… 82

DAFTAR PUSTAKA ……… 83

(5)

DAFTAR TABEL

Data Petugas lapangan

Tabel 1. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ……… ...45

Tabel 2. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Usia ……….... 46

Tabel 3. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….. 46

Tabel 4. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jabatan …………..…………... 47

Tabel 5. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian sarana

dan prasarana dengan kebutuhan dalm pelaksanaan tugas……… 48

Tabel 6. Distribusi jawaban informan tentang cukup tidaknya sarana

dan prasarana untuk pelaksanaan tugas ………. 48

Tabel 7. Distribusi jawaban informan tentang ketanggapan petugas

terhadap keluhan masyarakat ……… 49

Tabel 8. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian kemampuan

dengan tugas yang dilaksanakan ……….... 50

Tabel 9. Distribusi jawaban informan mengenai pendidikan dan pelatihan ……... 50

Tabel 10. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian pelaksanaan

tugas dengan prosedur kerja yang ditetapkan ………. 51

Tabel 11. Distribusi jawaban informan tentang kejelasan tarif ………. 52

Tabel 12. Distribusi jawaban informan tentang ketepatan waktu ………. 52

Tabel 13. Distribusi jawaban informan tentang tanggung jawab petugas ……….. 53

Tabel 14. Distribusi jawaban informan tentang keberadaan mekanisme

pertanggungjawaban kepada masyarakat …... 53

(6)

Data masyarakat

Tabel 16. Distribusi identitas berdasarkan jenis kelamin ……….. 55

Tabel 17. Distribusi identitas berdasarkan usia ………. 55

Tabel 18. Disribusi identitas berdasarkan tingkat pendidikan……….. 56

Tabel 19. Distribusi jawaban informan tentang sarana kebersihan yang tersedia….. 57

Tabel 20. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian sarana

yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat. ……… 58

Tabel. 21 Distribusi jawaban informan tentang sikap tanggap petugas………….... 58

Tabel 22. Distribusi jawaban informan tentang kemampuan pegawai ………. 59

Tabel 23. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian tarif ……….. 59

Tabel 24. Distribusi jawaban informan tentang pelaksanaan

penyapuan jalan-jalan umum ……… 60

Tabel 25. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan pengangkutan

sampah dari TPSS ke TPA ……….. 60

Tabel 26. Distribusi jawaban informan tentang pelaksanaan

pembersihan selokan/parit ………. 61

Tabel 27. Distribusi jawaban informan tentang tanggung jawab

petugas kebersihan ………. 61

Tabel 28. Distribusi jawaban informan tentang kepuasan

atas penyapuan jalan-jalan umum………... 62

Tabel 29. Distribusi jawaban informan tentang pembersihan taman terbuka …… 62

Tabel 30. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan pembersihan

(7)

Tabel 31. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan

pengumpulan sampah di lokasi pemukiman. ………. 63

Tabel 32. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan

pengumpulan sampah di pemukiman. ……… 64

Tabel 33. Distribusi jawaban informan tentang hasil kerja

petugas kebersihan secara keseluruhan. ………..65

Tabel 34. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian pelayanan

yang diberikan dengan pelayanan yang diharapkan masyarakat. ……….. 66

Tabel 35. Rekapitulasi jawaban informan masyarakat terhadap

(8)

ABSTRAKSI

Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar

Nama : Juni Helena A. N.

NIM : 040903044

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi

Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masyarakat, karena dengan kebersihan maka akan terwujud masyarakat yang sehat. Untuk itu Pemerintah membentuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang bertugas dalam pelayanan kebersihan. Pada Dinas LHK kota Pematangsiantar ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas pelayanannya, seperti peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya volume sampah. Peningkatan ini pada akhirnya menuntut kelengkapan sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas pelayanan publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan pemerintah kota Pematangsiantar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar dan juga untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling untuk pegawai Dinas LHK dan teknik Sampling Insidental untuk masyarakat. Dalam penelitian ini jumlah sampel untuk pegawai adalah 30 orang dan untuk masyarakat sebanyak 50 orang.

Dari Penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh Dinas LHK kota Pematangsiantar pada masyarakat masih kurang berkualitas, karena pelayanan yang diberikan belum mampu memberikan kepuasan dalam diri masyarakat.

(9)

ABSTRAKSI

Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar

Nama : Juni Helena A. N.

NIM : 040903044

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi

Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masyarakat, karena dengan kebersihan maka akan terwujud masyarakat yang sehat. Untuk itu Pemerintah membentuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang bertugas dalam pelayanan kebersihan. Pada Dinas LHK kota Pematangsiantar ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas pelayanannya, seperti peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya volume sampah. Peningkatan ini pada akhirnya menuntut kelengkapan sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas pelayanan publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan pemerintah kota Pematangsiantar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar dan juga untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling untuk pegawai Dinas LHK dan teknik Sampling Insidental untuk masyarakat. Dalam penelitian ini jumlah sampel untuk pegawai adalah 30 orang dan untuk masyarakat sebanyak 50 orang.

Dari Penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh Dinas LHK kota Pematangsiantar pada masyarakat masih kurang berkualitas, karena pelayanan yang diberikan belum mampu memberikan kepuasan dalam diri masyarakat.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya selama masa hidupnya, manusia membutuhkan pelayanan. Baik

itu pelayanan secara administratif, pelayanan di bidang kesehatan, pelayanan di bidang

transportasi, pelayanan di bidang pendidikan dan lain-lain yang menyangkut kehidupan

keseharian manusia itu sendiri. Manusia membutuhkan pelayanan untuk memenuhi

tuntutan hidupnya secara layak dalam hidup bermasyarakat.

Pemerintah merupakan badan yang dibentuk dengan salah satu tujuan untuk

melayani kebutuhan rakyat, sehingga pemerintah disebut juga “pelayan rakyat”.

Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

pemerintah semakin meningkat. Untuk itu paradigma pemerintahan yang dikembangkan

saat ini adalah paradigma yang berorientasi pada pelayanan. Hal ini mengacu pada UU

No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut, maka pelayanan publik

diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih baik, karena besarnya kewenangan yang

diberikan pada pemerintah kota/kabupaten untuk menyelenggarakan pemerintahan di

daerah dan dianggap lebih memahami persoalan dan budaya masyarakat setempat

(www.pikiran-rakyat.com : 21 November 2007)

Pemerintah memberikan pelayanan pada masyarakat melalui dinas daerah.

Dalam hal ini kebijakan yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan pada

masyarakat adalah memperkuat unit dinas di daerah agar lebih mampu memberi

pelayanan yang lebih memuaskan pada masyarakat, sesuai dengan bidangnya

(11)

Salah satu dinas daerah yang dibentuk adalah dinas kebersihan. Dinas

kebersihan umumnya berfungsi sebagai dinas yang menyediakan pelayanan kebersihan

untuk masyarakat umum. Beberapa hal yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dalam

menjalankan tugas pelayanannya adalah dengan memberi pelayanan kebersihan

jalan-jalan umum maupun lingkungan, melaksanakan sosialisasi untuk meningkatkan peran

serta masyarakat di bidang kebersihan, serta pengadaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana untuk kebersihan.

Pada kota Pematangsiantar, dinas yang berperan dalam pelayanan kebersihan

adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK). Dinas ini ditugaskan oleh

walikota untuk pemeliharaan dan pengelolaan kebersihan serta pemeliharaan

lingkungan hidup.

Sebagai organisasi publik yang bercirikan public accountability, dinas LHK

memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang berkualitas pada masyarakat

sebagai pengguna/penerima layanan, sebab masyarakat mempunyai hak untuk

mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka terima.

Pelayanan yang berkualitas berarti pelayanan yang mampu memberi kepuasan

terhadap pelanggan (masyarakat) dan mampu memenuhi harapan masyarakat . Sebab

pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan. Oleh sebab itu hanya

pelanggan (masyarakat) yang dapat menentukan kualitas pelayanan dan mereka pula

yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka.

Saat ini ada beberapa hal yang sedang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup

dan Kebersihan (LHK) pemerintah kota Pematangsiantar, dan hal ini mempengaruhi

kualitas pelayanan diberikan.

(12)

maka semakin meningkat pula volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Dengan

semakin meningkatnya volume sampah maka dibutuhkan pula sarana dan prasarana

yang lebih untuk mengelola sampah tersebut.

Selain sarana dan prasarana, untuk pengelolaan sampah tersebut juga dibutuhkan

lahan yang luas untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kendaraan yang mencukupi,

dan peralatan yang memadai. Semua hal tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Selain

membutuhkan biaya tinggi untuk alat dan kendaraan, lahan juga sulit untuk didapatkan

di daerah perkotaan.

Keadaan sekarang yang dialami oleh dinas LHK adalah jumlah kendaraan

pengangkut yang kurang mencukupi, dan kondisi peralatan yang sudah tua. Selain itu

ketersediaan dana pemerintah untuk menangani persampahan sangat kecil.

Ketersediaan dana pemerintah yang dinilai sedikit tidak memungkinkan adanya

insentif bagi operator kebersihan. Hal ini mempengaruhi semangat kerja dari pegawai,

dimana semangat kerja pegawai akhirnya cenderung menurun. (www.kppi.go.id : 21

November 2007)

Hal-hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi kualitas pelayanan yang

diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan pada masyarakat sebagai

penerima layanan. Dengan adanya hal-hal tersebut bagaimana kualitas pelayanan yang

dihasilkan oleh dinas LHK?

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul: “Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas

(13)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

kualitas pelayanan publik pada dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Pemerintah

kota Pematangsiantar?

C. Tujuan Penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dilaksanakan Dinas Lingkungan

Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan.

D. Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan penulis tentang kualitas pelayanan

publik yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Pemerintah Kota Pematangsiantar.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi ragam penelitian dan menjadi bahan

(14)

E. Kerangka Teori.

1. Kualitas

Kata kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari

yang konvensional hingga yang lebih strategis. Defenisi Konvensional dari kualitas

biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti kinerja

(performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika

(esthetics), dan sebagainya. Adapun dalam defenisi strategis dinyatakan bahwa kualitas

adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan

(meeting the needs of customers). (Gasperz, 1997: 4)

Berdasarkan pengertian kualitas baik yang konvensional maupun yang lebih

strategis, Gasperz (Sinambela, 2006:6-7) mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas

mengacu pada pengertian pokok:

1. kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung,

maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan

memberikan kepuasan atas penggunaan produk:

2. kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Menurut Fandy Tjiptono (Agung Kurniawan, 2005: 52) pengertian kualitas adalah:

a. Kesesuaian dengan persyaratan

b. Kecocokan untuk pemakaian

c. Perbaikan berkelanjutan

d. Bebas dari kerusakan / cacat

e. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat

f. Melakukan segala sesuatu secara benar

(15)

Dari pengertian tersebut, kualitas dapat diartikan sebagai totalitas dari karakteristik

suatu produk (barang dan atau jasa) yang menunjang kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan.

Dari pengertian tersebut, kualitas mengandung elemen-elemen yang meliputi

usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, yang mencakup produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan.

Dalam menentukan kualitas suatu produk, diyakini bahwa harapan pelanggan

mempunyai peranan yang besar, karena pada dasarnya ada hubungan yang erat antara

penentuan kualitas dan kepuasan pelanggan. Hal ini karena pelanggan adalah pengguna

produk/ jasa yang dihasilkan sehingga pelangganlah yang menentukan kualitas dan

mereka pula yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka

(Tangkilisan, 2005: 213).

Hal yang sama juga dikemukakan Dwiyanto dalam Tangkilisan (2005: 215),

bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencari data mengenai kualitas

layanan adalah dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan

organisasi.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kepuasan pelanggan

menyangkut penilaian pelanggan terhadap kinerja maupun produk penyedia layanan,

dan juga menyangkut perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas suatu jasa merupakan perbedaan antara jasa

(16)

2. Pelayanan Publik

2. 1. Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Sampara (Sinambela, 2006: 5) pelayanan adalah suatu kegiatan atau

urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seorang dengan orang lain

atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2001: 646),

bahwa pelayanan adalah:

1. perihal atau cara melayani usaha

2. usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan.

Selain itu, Moenir (2004: 16-17) mengemukakan pelayanan sebagai proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan dan terciptanya kepuasan antar

seorang dengan yang lain.

Sementara itu, istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti

umum, masyarakat, negara. Kata public telah diterima dalam Bahasa Indonesia Baku

menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Inu dan kawan-kawan dalam

Sinambela (2006: 5) mendefenisikan publik sebagai sejumlah manusia yang memiliki

kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik,

berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Oleh karena itu, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan

yang saling menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. (Sinambela,

(17)

Kurniawan dalam Sinambela (2006: 5) mengartikan pelayanan publik sebagai

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan.

Selanjutnya menurut Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman

penyelenggaraan pelayanan, publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun

2003, pelayanan umum diartikan sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan

oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik

Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan

kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik

(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara

individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh

masyarakat. (Sinambela, 2006: 6).

2.2. Bentuk pelayanan

Menurut Moenir (2004: 190-195), pelayanan umum dilakukan oleh siapapun,

(18)

dan 3) layanan dengan perbuatan. Ketiga layanan tersebut memang tidak selamanya

berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi.

1. Layanan dengan lisan

Layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat

(Humas), bidang layanan informasi, dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan

penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan agar layanan lisan

berhasil sesuai dengan yang diharapkan, yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat, tetapi

cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan

mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d. Meski dalam keadaan sepi, tidak bercerita dan bercanda dengan teman, karena

menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

e. Tidak melayani orang-orang yang ingin sekedar bercerita dengan cara yang

sopan.

2. Layanan melalui tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam

pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Agar

layanan melalui tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, satu hal yang harus

diperhatikan ialah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam

(19)

Layanan tulisan terdiri atas dua golongan, yakni:

- layanan berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan pada orang-orang

yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan

instansi atau lembaga

- layanan berupa reaksi tertulis atas pemohonan, laporan, keluhan,

pemberian/penyerahan, pemberitahuan, dan lain sebagainya.

3. Layanan berbentuk perbuatan.

Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas tingkat menengah dan bawah. Hal

ini karena faktor keahlian dan keterampilan petugas sangat menentukan terhadap hasil

perbuatan atau pekerjaan.

Dalam sehari-hari, layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan, jadi

antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan karena

hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan layanan secara umum. Hanya

titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan.

Dengan demikian tujuan utama yang berkepentingan adalah mendapatkan pelayanan

dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan

kesanggupan secara lisan. Disini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan

setiap orang, disertai dengan kualitas hasil yang memadai.

Sehubungan dengan faktor kualitas hasil pekerjaan, ada tiga hal yang perlu

diperhatikan, yaitu:

- Adanya kesungguhan dalam melakukan pekerjaan dengan motif mulia.

- Adanya keterampilan khusus untuk menangani pekerjaan

(20)

2.3. Kelompok-Kelompok Pelayanan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun 2003

membedakan jenis pelayanan menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Kelompok Pelayanan Administratif

Yakni pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi,

kepemilikan atas suatu barang, dan sebagainya.

Dokumen-dokumen ini antara lain akta kelahiran, Kartu Tanda Penduduk

(KTP), akta pernikahan, Surat Izin Mengemudi (SIM), dan lain-lain.

b. Kelompok Pelayanan Barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/ jasa barang yang

digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih,

dan sebagainya.

c. Kelompok Pelayanan Jasa

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh

publik. Misalnya pendidikan, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan kesehatan,

penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain.

2.4. Sasaran pelayanan

Moenir (2004: 196-202) mengemukakan sasaran manajemen pelayanan umum

adalah kepuasan. Kepuasan menyangkut dua komponen yakni komponen layanan dan

komponen produk.

a. Layanan, dalam hal ini adalah dari segi teknis di lapangan. Agar dapat

(21)

b. Produk, yaitu kepuasan yang dapat berbentuk barang, jasa, dan surat-surat

berharga.

- Barang, yaitu suatu benda yang dapat memuaskan dari segi teknis, penampilan,

kenyamanan dan perlu disertai beberapa kemudahan atau jaminan.

- Jasa, yaitu produk yang tidak harus dalam bentuk fisik tak berdimensi, tetapi

dapat dinikmati oleh pancaindera dan atau perasaan, disamping memang ada

yang bentuk fisiknya yang dituju.

- Surat-surat berharga, yakni surat yang umumnya merupakan hasil kegiatan atau

pekerjaan administrasi perkantoran.

2.5. Penyelenggaraan Pelayanan

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63, tahun 2003

tentang penyelenggaraan pelayanan publik, dinyatakan bahwa pelayanan publik

mengandung sendi-sendi:

1. Kesederhanaan

Dalam hal ini kesederhanaan meliputi prosedur yang mudah, cepat, dan mudah

dilaksanakan.

2. Kejelasan

Yaitu kejelasan yang mencakup:

a. persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik

b. unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan

(22)

3. Kepastian waktu

Artinya pelayanan publik dapat dilaksanakan dalam waktu yang telah ditetapkan

sebelumnya.

4. Akurasi

Akurasi berarti bahwa produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan

sah.

5. Keamanan

Yaitu bahwa proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Yaitu bahwa penyelenggara pelayanan publik atau pegawai yang ditunjuk,

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan,

persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan fasilitas

pendukung lainnya yang memadai.

8. Kenyamanan

Yaitu mencakup lingkungan pelayanan yang harus tertib, nyaman, bersih, rapi,

lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung

pelayanan.

Pelayanan publik dapat dikatakan berkualitas jika pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat mendapat pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Hal ini dapat

diketahui dengan cara membandingkan persepsi masyarakat atas pelayanan yang

(23)

Untuk itu agar dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna

jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut

(Kepmenpan No.63 tahun 2003):

a. Transparansi

Yakni bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Pelayanan harus sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

layanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Pelayanan harus mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Pelayanan publik tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, maupun status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Dalam penyelenggaraan pelayanan, pemberi dan penerima harus memenuhi hak

(24)

Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Winarsih (2005:

175-176) indikator dari pelayanan publik adalah:

1. Tangibles atau ketampakan fisik

Artinya penampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas

lain yang dimiliki oleh pemerintah sebagai pelayan publik.

2. Reliability atau reliabilitas

Yaitu kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara

akurat.

3. Responsiveness atau responsivitas

Yaitu kerelaan dari petugas untuk menolong pelanggan (masyarakat) dan

menyelenggarakan layanan secara ikhlas dan cepat tanggap terhadap keluhan atau

kebutuhan pelanggan

4. Assurance atau kepastian

Yaitu pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam

memberikan kepercayaan kepada pelanggan atau masyarakat.

5. Empathy

Yaitu perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh petugas kepada

masyarakat sebagai pelanggan. Kedekatan antara pemberi layanan dengan masyarakat

dapat dilakukan dengan membuat akses komunikasi yang dapat memudahkan

komunikasi antara pemberi pelayanan dengan masyarakat.

3. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup

Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 69 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

(25)

pelengkap dalam membantu pelaksanaan tugas-tugas pemerintah daerah dalam rangka

otonomi daerah.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakan unsur pelaksana

Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah serta

bertanggung jawab kepada Walikota Pematang Siantar melalui Sekretaris Daerah yang

mempunyai tugas membantu Walikota dalam bidang kebersihan dan lingkungan hidup

yang berperan penting dalam meningkatkan kebersihan kota Pematang Siantar. Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup berperan penting dalam melaksanakan pelayanan

kebersihan kepada masyarakat.

3.1. Kebersihan

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu,

sampah dan bau (http://id.wikipedia.org : 1 Desember 2007)

Dalam hal ini pelayanan kebersihan yang dicakup oleh Dinas lingkungan Hidup

dan Kebersihan adalah:

a. melaksanakan kegiatan operasional kebersihan meliputi kegiatan

penyapuan jalan-jalan protokol, kegiatan pembersihan selokan,

parit-parit, jalan-jalan umum, taman terbuka serta tanah lapang, pengumpulan

sampah di lokasi pemukiman (rumah penduduk) untuk dibuang ke

tempat pembuangan sampah sementara

b. melaksanakan pengangkutan sampah-sampah dari tempat pembuangan

sampah sementara (TPSS) dan tempat lainnya ke tempat pembuangan

sampah akhir (TPA).

(26)

3.2. Pengelolaan sampah

Sampah (refuse) didefenisikan sebagai suatu banda yang tidak digunakan atau

dikehendaki dan harus dibuang yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dengan

demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian,

peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia

lainnya. ( Manik, 2003: 67)

Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Sampah kering (anorganik), contohnya logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan

lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami.

2. Sampah basah (organik), contohnya sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,

rempah-rempah atau sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami pembusukan

secara alami.

3. sampah berbahaya, contohnya baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas, dan

lain-lain.

Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi:

- limbah benda padat (waste)

- limbah cair atau air bekas (sewage)

- kotoran manusia (human waste)

Untuk sampah yang berupa benda padat, pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Sampah yang mudah membusuk (garbage), misalnya sisa makanan

2. Sampah yang tidak mudah membusuk (rubbish), terdiri dari:

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas dan kayu

(27)

3. Sampah bangkai binatang (dead animal), terutama binatang besar kucing,

anjing, tikus.

4. Sampah berupa abu hasil pembakaran (ashes), misalnya pembakaran kayu, batu

bara, arang.

5. Sampah padat hasil industri (industrial waste), misalnya potongan besi, kaleng,

kaca

6. sampah padat yang berserakan di jalan-jalan (street sweeping), yaitu sampah

yang dibuang oleh penumpang atau pengemudi kendaraan bermotor (Manik,

2003: 67-68).

Untuk daerah kota biasanya sampah anorganik yang dikelola lebih besar jumlahnya

dibandingkan dengan pengelolaan sampah untuk daerah desa. Dalam hal ini sampah

yang dimaksud adalah jenis sampah yang bersifat padat yang bersumber dari

permukiman, pertokoan, pasar, dan pusat-pusat perdagangan lainnya.

Umumnya sampah di perkotaan dikelola oleh pemerintah kota. Pemerintah

melalui Dinas Kebersihan menyiapkan TPS (Tempat Penampungan Sementara),

sebelum diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). TPS merupakan tempat

penampungan dari sumber sampah ( permukiman, pertokoan, pasar, dan pusat-pusat

perdagangan), yang lamanya 1-2 hari. Di permukiman penduduk, pengumpulan sampah

dikoordinir oleh petugas kelurahan. petugas yang ditunjuk oleh kelurahan

mengumpulkan sampah dari masing-masing rumah penduduk dan dibawa ke TPS.

Demikian juga dari sumber sampah yang lain, petugas mengumpulkan sampah

di TPS, tetapi pengangkutannya dilakukan setiap hari, terutama jika sampahnya banyak

(28)

dengan penuh tanggung jawab. Selanjutnya, sampah yang terdapat di TPS diangkut

dengan mobil truk ke TPA.

Di TPA banyak cara yang dilakukan untuk mengelola sampah, tetapi yang

umum adalah dengan cara pembakaran (inceneration, incenerasi), penumpukan

(dumping), penimbunan berlapis (sanitary landfill), dan pengomposan (composting).

Pembakaran (Inceneration)

Pengelolaan sampah dengan sistem pembakaran adalah dengan pembuangan

sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah tidak dilakukan di tempat

terbuka, tetapi di tempat tertutup dengan mesin dan peralatan yang khusus dirancang

untuk pembakaran sampah. Kelebihan sistem ini adalah sistem ini lebih praktis dan

cocok untuk kota-kota besar dan tidak memerlukan lahan yang luas. Namun untuk

mengelola dengan sistem ini dibutuhkan biaya yang besar untuk pembangunan,

operasional, pemeliharaan mesin, dan peralatan lain. Meski tidak mengganggu

lingkungan seperti sumber penyakit dan bau, namun cara ini mengakibatkan

pencemaran udara yang berasal dari buangan asap dari mesin pembakar.

Penumpukan (Dumping)

Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan di atas tanah

terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk

begitu saja, tanpa adanya perlakuan. Sistem ini memang dapat menekan biaya, namun

sistem ini jarang dilakukan karena masyarakat di sekitar TPA sangat terganggu. Cara ini

berpengaruh buruk pada lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang

bersarang, sampah berserakan terbawa aliran permukaan atau masuk ke perairan umum,

(29)

Penimbunan berlapis (sanitary landfill)

Pengelolaan sampah dengan cara ini adalah pembuangan sampah di TPA yang

diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah. Sampah ditimbun secara berlapis

sehingga tidak ada sampah yang tampak di permukaan tanah. Di TPA sampah diratakan

di permukaan tanah dengan ketebalan 20-30 cm, kemudian dipadatkan. Sampah yang

telah rata dan padat ini ditimbun dengan tanah, dengan ketebalan 10-15 cm. demikian

seterusnya sampai TPA tersebut dianggap penuh. Untuk meratakan, memadatkan, dan

menimbun sampah dengan tanah, digunakan alat-alat berat (bulldozer dan tracktor).

Untuk sistem ini, biasanya lokasi TPA untuk sistem ini adalah tanah yang cekung atau

tergenang air. Untuk menentukan lokasi TPA juga perlu dipertimbangkan sumber tanah

untuk menimbun.

Sistem ini berdampak positif, seperti sampah yang tidak berserakan, tidak

menimbulkan bau, tidak menjadi sumber penyakit, serta meninggikan tempat rendah

(TPA) sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.

Pengomposan (composting)

Pengelolaan dengan cara ini merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi

bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga

sampah organic dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti kaca,

kaleng, potongan besi, dan sebagainya dikumpulkan dan dijual ke pedagang pengumpul,

dan selanjutnya di daur ulang.

Umumnya, sampah diperkotaan terdiri dari 65-70% sampah organik, yang

kualitasnya sangat baik sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di

(30)

berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup dengan

plastik atau bahan penutup lainnya (Manik.2003: 68-71)

F. Defenisi Konsep

Konsep merupakan defenisi atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, kelompok, individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

(Singarimbun, 1999: 137).

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kualitas dapat diartikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk (barang

dan atau jasa) yang menunjang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan.

Kualitas suatu produk berkaitan dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan

pelanggan mencakup penilaian pelanggan terhadap kinerja atau pelayanan, dan

juga mencakup perbedaan antara produk/jasa yang dihasilkan dan yang

diharapkan oleh pelanggan.

2. Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh

penyelenggara negara.

3. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu,

sampah dan bau.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang amat membantu

(31)

Adapun indikator dari Kualitas Pelayanan publik pada Dinas Kebersihan dan

Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Pematang Siantar) adalah:

1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya penampakan fisik dari peralatan,

pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh pemerintah sebagai

pelayan publik.

2. Responsiveness atau responsivitas, yaitu kerelaan dari petugas untuk menolong

pelanggan (masyarakat) dan menyelenggarakan layanan secara ikhlas dan daya

tanggap terhadap keluhan atau kebutuhan pelanggan

3. Competence atau kompetensi, yaitu kemampuan pegawai dalam melayani

4. Kejelasan dalam pelayanan, hal ini meliputi kejelasan tarif retribusi dan tata cara

pembayarannya, serta kejelasan prosedur kerja pegawai.

5. Waktu penyelesaian, yaitu kemampuan pegawai untuk melaksanakan pelayanan

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

6. Tanggung jawab, yaitu bahwa penyelenggara pelayanan publik atau pegawai

yang ditunjuk, bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan, persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik

7. Kepuasan Pelayanan, yaitu pendapat atau penilaian masyarakat terhadap kinerja

pelayanan yang diberikan dan juga adanya kesesuaian antara harapan pelanggan

(32)

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi

operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan

sample, serta teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti

melakukan penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan

selama berlangsungnya penelitian dan berisi analisa data yang diperoleh

tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

(33)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. BENTUK PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Metode deskriptif adalah metode

penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau

fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian

menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi

dengan interpretasi.

Penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan

informasi apa adanya sesuai dengan yang diteliti.

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup

Pemerintah Kota Pematang Siantar, Jalan Pendeta J. Wismar, Pematangsiantar.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005: 90)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Kebersihan dan

Lingkungan Hidup pemerintah kota Pematangsiantar.

(34)

1. Kepala Sub Dinas Kebersihan

2. Kepala Seksi Pemeliharaan TPSS/TPA

3. Kepala Seksi Pengangkutan dan Penyingkiran sampah

Sedangkan untuk masyarakat, penulis menggunakan teknik Sampling Insidental,

yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/ incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara:

a. Pengamatan/ Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan

langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenan dengan topik penelitian ke

lokasi penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebar

daftar pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait..

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya

jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait.

2. Teknik Pengumpulan data sekunder, yaitu:

a. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta

(35)

b. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian,

serta yang lainnya.

E. TEKNIK ANALISA DATA

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa

data kualitatif, yakni dengan menyajikan data yang diperoleh dari lapangan lalu

dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kemampuan nalar dalam menghubungkan

fakta-fakta, data, dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek

(36)

BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakan dinas yang dibentuk untuk

menangani bidang kebersihan. Pemerintah kota Pematangsiantar membentuk dinas

LHK sebagai salah satu pelaksanaan tugas otonomi daerah, yang mana pembentukannya

diatur dalam Peraturan Daerah Nomor : 19 Tahun 1976 yang disahkan dengan Surat

Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 631.1/GSU Tanggal 8 November 1976.

Kemudian Surat Keputusan ini diganti dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1979

tentang Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan berakhir dengan Peraturan Daerah

Nomor 8 Tahun 1992 tentang Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dan akhirnya diubah

menjadi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999.

B. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar memiliki visi

sebagai berikut:

“ Mewujudkan lingkungan hidup dan kebersihan yang tertib, eksotis, dan asri (texas)”

Adapun makna dari kalimat visi tersebut adalah:

1. “ Mewujudkan lingkungan hidup dan kebersihan yang tertib”, mengandung arti

bahwa Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan harus menertibkan arti tertib

dalam:

a. Pengangkutan, penyingkiran, dan Pembuangan Sampah.

(37)

c. Warga tidak membuang sampah ke parit atau ke sungai

d. Warga harus berpartisipasi dalam pengadaan Tempat Pembuangan Sampah

Sementara (TPSS)

e. Berperan aktif dalam pemeliharaan dan menjaga kelestarian pohon, tanaman,

bunga, dan taman-taman yang telah ada, dan lain sebagainya.

2. Eksotis :

Kota Pematangsiantar terletak 400 m di atas permukaan laut. Pematangsiantar

terletak di posisi antara daerah dingin dan panas. Tanah dan air di kota

Pematangsiantar memiliki spesifikasi yang khas sehingga merupakan asset yang

istimewa yang perlu dipertahankan dan dilestarikan.

Untuk itu beberapa ide dan gagasan yang harus diwujudkan secara konkrit adalah :

a. Memperbanyak catchmen area dengan menanam pohon-pohon pelindung di

sepanjang jalan.

b. Mendayagunakan lahan-lahan kosong dan lahan-lahan tidur ( land sleeping )

menjadi hutan kota, termasuk pemanfaatan lahan kuburan

c. Memanfaatkan lahan-lahan kecil menjadi areal taman

d. Membuat beberapa lokasi DAS sebagai areal pertamanan

e. Memanfaatkan sampah menjadi kompos sebagai pengganti pupuk anorganik,

dan lain sebagainya.

3. Asri, berarti bebas dari pencemaran udara, tanah, dan air

Untuk memenuhi visi tersebut, maka Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Kota Pematangsiantar menetapkan misinya sebagai berikut:

(38)

2. Menggerakkan berbagai upaya untuk menata kota berwawasan lingkungan

3. Memberdayakan masyarakat agar mampu menerapkan teknologi tepat guna

dalam pengendalian limbah

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan aparat pemerintah akan pentingnya

pemeliharaan kebersihan dan pelestarian lingkungan hidup

5. Meningkatkan kualitas SDM aparatur khususnya di bidang pengelolaan

lingkungan hidup dan kebersihan kota

6. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas

7. Meningkatkan penerimaan dan pungutan retribusi dalam rangka mendukung

biaya pelaksanaan pembangunan daerah.

C. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan Kota Pematangsiantar

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2000

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kota Pematangsiantar, Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar adalah instansi yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Pematangsiantar.

Di dalam Surat Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 387 b Tahun 2001

tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Daerah Kota Pematangsiantar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan mempunyai

tugas pokok melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang lingkungan

hidup dan kebersihan. Penjabaran kewenangan tersebut adalah sebagai berikut :

a. melaksanakan perencanaan, penelitian, pengembangan, pengelolaan, dan

pengendalian lingkungan hidup

(39)

c. melaksanakan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup

d. melaksanakan perencanaan , penelitian, pengembangan, pengelolaaan dan

pengendalian pertamanan, termasuk taman pekuburan umum dan pertamanan di

daerah aliran sungai

e. melaksanakan perencanaan, penelitian, pengembangan, pengelolaan dan

pengendalian kebersihan di luar kawasan pasar

f. menyelenggarakan penetapan, penagihan, pengutipan, pembukuan, dan

penyetoran hasil retribusi pelayanan sampah

g. melayani perizinan penggunaan ruang lingkungan umum dan pertamanan,

termasuk perizinan reklame serta mengatur tata kerja/ administrasi kedinasan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dalam lingkup pengendalian dampak lingkungan

b. pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan

c. perumusan kebijaksanaan teknis pemberian perijinan berdasarkan kebijaksanaan

Kepala Daerah

d. mengadakan pengawasan, pengamanan, dan pengendalian teknis berdasarkan

kebijaksanaan Kepala Daerah

e. penataan dan pengelolaan ketatausahaan dinas

Penjabaran fungsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Perumusan, perencanaan, dan pemanfaatan sumber daya wilayah kota dan

pengelolaan lingkungan hidup.

(40)

c. Pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kerusakan lingkungan akibat suatu

usaha/ kegiatan yang menimbulkan pencemaran udara dari sumber bergerak dan

sumber tidak bergerak maupun pencemaran limbah industri yang menimbulkan

pencemaran air dan tanah, serta pemulihan kualitas lingkungan akibat usaha

rumah tangga serta usaha/kegiatan yang menimbulkan pencemaran pesisir

d. Pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan di kawasan perkotaan, kawasan

industri, pariwisata dan kawasan lain yang sejenis serta pelaksana pengawasan

penerapan hukum lingkungan hidup, penyelidikan kasus lingkungan hidup,

penyelesaian sengketa lingkungan hidup

e. Perencanaan, pemeliharaan dan pengelolaan pertamanan, termasuk taman

pekuburan umum, pertamanan di daerah aliran sungai.

f. Pelayanan umum atas pemanfaatan lingkungan untuk reklame pemanfaatan

taman, serta perizinan kuburan

g. Penyelenggara pemeliharaan kebersihan kota meliputi taman-taman, parit-parit,

dan sarana umum serta pelaksana umum serta pelaksana pengawasan dan

pengelolaan pengangkutan sampah ke TPA serta pengelolaan Unit Pelaksana

Teknis Dinas.

h. Pelaksana ketatausahaan dinas meliputi pengelolaan administrasi kantor,

kepegawaian, keuangan, perlengkapan, retribusi pelayanan kebersihan dan

(41)
(42)

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar dipimpin oleh

seorang kepala dinas (eselon II b). Kepala dinas dibantu enam orang pejabat struktural

Eselon III a.

Adapun uraian tugas dan fungsi bagian, Sub Dinas, Seksi dan Unit Pelaksana

Teknis Dinas dan kelompok Jabatan fungsional seperti yang tertera dalam Surat

Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 387 b Tahun 2001 antara lain:

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas menyelenggarakan semua urusan

ketatausahaan dinas yang meliputi urusan umum dan perlengkapan, keuangan,

kepegawaian dan retribusi dan pelaporan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut,

Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. penyelenggara administrasi umum dan perlengkapan, kepegawaian, keuangan,

perlengkapan serta retribusi dan pelaporan

b. pelaksanaan dan pengaturan tata kerja perbaikan sistem dan prosedur kerja

berhubungan dengan kegiatan Dinas

c. pengaturan, pemanfaatan, perawatan, dan pemeliharaan asset Dinas

d. pembinaan pegawai dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Bagian Tata Usaha adalah sebagai

berikut:

a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

Sub Bagian Umum dan Perlengkapan, mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan tata usaha serta menyelenggarakan perbaikan sistem dan prosedur,

menghimpun dan menyajikan informasi hukum dan tata laksana yang

(43)

kegiatan lainnya mengurus perlengkapan peralatan kantor Dinas Lingkungan

Hidup dan Kebersihan.

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,

penerimaan dan pengeluaran serta menyusun Rencana Anggaran Dinas.

c. Sub Bagian Kepegawaian

Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi

kepegawaian yang berhubungan dengan pengusulan kenaikan pangkat, mutasi,

kenaikan gaji berkala, tunjangan jabatan, pensiun, pengembangan karir,

kesejahteraan pegawai, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepegawaian di

lingkungan dinas

d. Sub Bagian Hukum dan Pelaporan

Sub Bagian Hukum dan pelaporan mempunyai tugas melaksanakan penyediaan

hukum dan pelaporan serta retribusi.

2. Sub Dinas Perencanaan

Sub Dinas Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di

bidang perencanaan, program kerja, pengembangan, dan penyuluhan,berdasarkan

kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Dinas Perencanaan mempunyai fungsi

sebagai berikut:

a. penyusunan rencana kerja operasional guna peningkatan pelayanan

b. penyusunan usulan pengembangan program kerja

c. penyelenggara pendataan dan penelitian

(44)

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Perencanaan adalah sebagai

berikut:

a. Seksi Program Kerja, mempunyai tugas menyiapkan rencana, mengatur,

menelaah, dan menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja dan membuat

rencana/program kerja dalam upaya peningkatan pelayanan

b. Seksi Pengembangan, mempunyai tugas melaksanakan pendataan, penelitian,

dan pengembangan pelaksanaan teknis pengelolaan lingkungan hidup dan

kebersihan

c. Seksi Penyuluhan, mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan kepada warga

masyarakat

3. Sub Dinas Lingkungan Hidup

Sub Dinas Lingkungan hidup mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

di bidang lingkungan hidup. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sub Dinas

Lingkungan Hidup mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. perumusan rencana dan pengelola pemanfaaatan sumber daya wilayah kota

b. perumusan rencana dan pelaksana pengelolaan lingkungan hidup

c. perumusan rencana dan pelaksana perlindungan sosial, termasuk kearifan

tradisional

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Lingkungan Hidup adalah

sebagai berikut:

a. Seksi Pelaksana Kegiatan Operasional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

operasional di bidang pemanfaatan sumber daya wilayah kota

b. Seksi Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas

(45)

c. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup mempunyai tugas

melaksanakan pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan alam, buatan, dan

sosial.

4. Sub Dinas Kebersihan

Sub Dinas Kebersihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di

bidang kebersihan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Dinas Kebersihan mempunyai fungsi:

a. pelaksana kegiatan operasional kebersihan meliputi kegiatan penyapuan

jalan-jalan protokol, pengumpulan sampah dari lokasi pemukiman (rumah penduduk)

untuk di buang ke tempat pembuangan sampah sementara

b. pelaksana kegiatan pembersihan selokan/parit-parit, berm-berm jalan, jalan-jalan

umum, dan taman-taman terbuka serta tanah lapang

c. pelaksana pengangkutan sampah-sampah dari Tempat Pembuangan Sampah

Sementara (TPSS) dan tempat lainnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

d. Pelaksana pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Kebersihan adalah sebagai

berikut:

a. Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan

kebersihan lingkungan rumah-rumah penduduk (pemukiman), jalan-jalan,

berm-berm, parit/ selokan, taman-taman, dan lapangan

b. Seksi Pemeliharaan TPSS/ TPA mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan

sampah-sampah dari pemukiman penduduk dan bangunan lainnya, jalan-jalan,

hasil galian parit, dan berm-berm jalan untuk dibuang dan ditempatkan ke

(46)

c. Seksi Pengangkutan/Penyingkiran Sampah mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan pengaturan, bimbingan terhadap seluruh pengemudi dan stoker (kenek)

truk sampah dan kendaraan lainnya dalam operasi penanggulangan/penyingkiran

sampah

5. Sub Dinas Pertamanan dan Perkuburan Umum

Dinas Pertamanan dan Perkuburan Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Dinas di bidang pertamanan dan perkuburan. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut Sub Dinas Pertamanan dan Perkuburan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. penyelenggara kebersihan pertamanan dan perkuburan

b. pelaksana pengelolaan izin perkuburan

c. pelaksana pengelola pertamanan, termasuk pertamanan di daerah aliran sungai

d. pelaksana perizinan pemanfaatan lingkungan

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Pertamanan dan Perkuburan

Umum adalah sebagai berikut:

a. Seksi Pembibitan mempunyai tugas menyusun program kebutuhan pembibitan

b. Seksi Pemeliharaan dan Perawatan Taman mempunyai tugas melaksanakan

perawatan, kebersihan, dan keindahan pohon-pohon, bunga-bungaan, box-box

bunga, pot-pot bunga yang ada di sepanjang pinggir jalan umum, pekarangan

Kantor Pemerintah Kota, taman-taman, jalur hijau, pulau jalan, dan bantaran/

pinggiran sungai (daerah aliran sungai ), tanah- tanah kosong milik Pemerintah

Kota atau yang dikuasai langsung oleh negara, perawatan pohon pelindung jalan

serta penataan reklame

c. Seksi Pemeliharaan dan Perawatan Kuburan mempunyai tugas melaksanakan

pemeliharaan/ perawatan taman perkuburan umum dan Taman Makam

(47)

6. Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan Sarana

Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan Sarana mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Dinas di bidang perlengkapan dan perawatan sarana. Untuk

menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan Sarana

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. pelaksana pengadaan/ penyediaan peralatan, sarana, prasarana serta alat-alat

yang dibutuhkan dalam kegiatan tugas sehari-hari

b. pelaksana penyiapan dan perawatan sarana dan prasarana

c. melaksanakan pengeluaran dan penyimpanan kembali sarana dan prasarana

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan

Sarana adalah sebagai berikut:

a. Seksi Pengadaan Barang mempunyai tugas melaksanakan pengadaan, peyediaan

peralatan sarana dan prasarana

b. Seksi Pemeliharaan dan Perbengkelan mempunyai tugas menginventarisasi

sarana dan prasarana yang memerlukan perbaikan dan melaksanakan

pemeliharaannya

c. Seksi Gudang mempunyai tugas mengadministrasikan, menyiapkan, dan

menyimpan kembali berbagai sarana dan prasarana

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

Unit Pelaksana Teknis Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

di bidang atau tempat tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis

(48)

E. Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada untuk mendukung pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota

Pematangsiantar sebanyak 40 orang, dengan uraian sebagai berikut:

1. Berdasarkan Jenjang Jabatan (Peran)

No Uraian Jumlah (orang)

Pejabat Struktural

Eselon II 1

Eselon III 6

1

Eselon IV 4

2 Pejabat Fungsional -

3 Tenaga Teknis -

4 Tenaga Administrasi 19

Jumlah 40

2. Berdasarkan Strata Pendidikan

No. Uraian Jumlah (orang)

1 S-2 1

2 S-1 15

3 Diploma III 3

4 SLTA 12

5 SLTP 3

6 SD 6

(49)

3. Berdasarkan golongan

No Uraian Jumlah (orang)

1 Golongan IV 7

2 Golongan III 23

3 Golongan II 10

4 Golongan I -

Jumlah 40

Selain itu SDM yang merupakan honorer maupun Tenaga Harian Lepas

berjumlah 157 orang.

F. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan kota Pematangsiantar untuk mendukung pelaksanaan tugas adalah sebagai

berikut:

a. Bangunan Kantor

Bangunan kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota

Pematangsiantar adalah bangunan permanen yang kondisinya cukup memadai.

b. Kendaraan Dinas

Kendaraan Dinas yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:

- Mobil patroli : 1 unit

- Dump Truck : 22 unit

(50)

- Mobil Penyiram : 1 unit

- Truk Pertamanan : 1 unit

- Becholoader : 1 unit

- Mobil Kijang Pick-Up : 1 unit

- Truck : 1 unit

- Sepeda Motor : 2 unit

- Buldozer : 2 unit

- Excavator : 1 unit

- Container : 38 unit

(51)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan disajikan data yang didapat dari penelitian yang telah

dilakukan. Baik data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner, dokumentasi,

wawancara, dan juga observasi. Dalam penyebaran kuesioner, peneliti mengambil 30

orang informan dari petugas lapangan dan 50 orang dari masyarakat. Berikut adalah

data yang diperoleh dari penelitian.

A. Tata Kerja Pelayanan Kebersihan

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar menetapkan

aturan dan tata cara yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan.

Aturan dan tata cara tersebut didasarkan atas Peraturan Walikota Pematangsiantar

Nomor 11 Tahun 2006, tentang Prosedur Tetap (Protap) Pelayanan Penanganan

Persampahan/ Kebersihan dan Pengangkutan Sampah di Kota Pematangsiantar.

Berikut adalah uraian dari tata cara kerja tersebut:

1. Kegiatan Operasional Kebersihan

a. Mengerjakan kegiatan operasional kebersihan setiap hari seperti penyapuan

jalan-jalan protokol dan jalan-jalan umum, taman terbuka, serta tanah lapang

b. Pengumpulan sampah di lokasi pemukiman ( rumah penduduk ) untuk dibuang

ke tempat pembuangan sampah sementara (TPSS)

c. Kegiatan pembersihan selokan/ parit-parit dilakukan bila selokan-selokan

tersumbat dan ditumbuhi semak belukar.

Kegiatan operasional kebersihan dilaksanakan pada pagi hari sekitar jam

(52)

efisien. Dalam hal ini, kegiatan operasional kebersihan dikerjakan oleh 5- 9 petugas

dari masing-masing kelurahan dengan didukung sarana dan prasarana keranjang

sampah, gerobak sampah, sapu, cangkul, garpu, parang, dan lain-lain.

2. Pengangkutan Sampah dari TPSS ke TPA

Pengangkutan sampah dari TPSS ke TPA dilakukan dengan menggunakan truk.

Setiap truk pengangkut sampah beroperasi mengutip sampah dari tempat pembuangan

sampah sementara/ TPSS dan tempat lainnya pada dua hingga tiga kelurahan. Kemudian

membuang sampah tersebut ke tempat pembuangan sampah akhir/TPA.

Pengangkutan sampah dilaksanakan dua kali sehari yaitu plug/trip I dimulai dari

pukul 08.00-12.00 WIB. Sarana dan prasarana pendukungnya adalah dump truck/ mobil

pengangkut sampah, armroll / mobil pengangkut container, dan bak penampung

sampah (container). Peralatan kebersihan seperti cangkul, sekop, dan sapu untuk setiap

dump truck dan peralatan kebersihan seperti keranjang sampah, garpu, dan parang untuk

setiap armroll.

3. Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Sampah yang telah diangkut ke TPA kemudian dikelola. Sampah dipisahkan

menjadi sampah basah dan sampah kering. Sampah basah kemudian dikelola menjadi

kompos dan makanan ternak. Sampah kering dikumpul untuk dipakai kembali dan di

daur ulang. Selanjutnya sampah yang tidak dapat diolah atau didaur ulang akan

ditumpuk di TPA.

Pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar,

pengelolaan sampah dilakukan dengan cara dumping. Awalnya Dinas LHK

menggunakan cara sanitary landfill namun karena adanya beberapa kendala maka cara

(53)

sebagai bahan penimbun sampah, keterbatasan alat, dan juga kondisi TPA yang saat ini

tidak lagi mendukung penggunaan sanitary landfill.

Meskipun demikian, penggunaan cara dumping ini tidak mengganggu kehidupan

masyarakat, karena TPA yang dimiliki oleh pemerintah kota Pematangsiantar terletak

jauh dari pemukiman masyarakat. TPA tersebut terletak 2,5 km dari perumahan

masyarakat, 2 km dari sungai terdekat, dan 5 km dari pusat kota.

Sampah-sampah yang telah dibuang ke TPA tersebut harus segera dikondisikan

agar tidak berserakan ke luar areal TPA dengan jam kerja pada pukul 08.00-13.00 WIB

dan pukul 14.00-19.00 WIB. Ada sebanyak lima orang petugas menangani

sampah-sampah tersebut yang didukung dengan sarana dan prasarana seperti ruang

pengomposan, bulldozer, dan excavator.

B. Data Petugas Lapangan

1. Data Identitas Informan

Data identitas informan yang akan disajikan mencakup jenis kelamin, usia,

pendidikan, dan jabatan. Berikut adalah penyajian data identitas informan.

Tabel 1. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 25 83,33%

2. Perempuan 5 16,67%

Jumlah 30 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2008

(54)

(16,67%) informan berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian informan laki-laki

lebih banyak dibandingkan informan perempuan.

Tabel 2. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Usia.

No Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 21-30 tahun 3 10%

2. 31-40 tahun 4 13,33%

3. 41-50 tahun 15 50%

4. > 50 tahun 8 26,67%

Jumlah 30 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2008

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa informan yang berusia antara 21-30

tahun ada sebanyak 3 orang (10%), yang berusia 31-40 tahun ada sebanyak 4 orang

(13,33%), sedangkan yang berusia 41-50 tahun ada sebanyak 15 orang (50%), dan yang

berusia lebih dari 50 tahun berjumlah 8 orang (26,67%).

Tabel 3. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD/ Sederajat 11 36,67%

2. SLTP/ Sederajat 8 26,66%

3. SLTA/ Sederajat 11 36,67%

4. Diploma - -

5. S-1 - -

Jumlah 30 100%

Gambar

Tabel 1. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Usia.
Tabel 5. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian sarana dan prasarana dengan
Tabel 7. Distribusi jawaban informan tentang ketanggapan petugas terhadap keluhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di Kota Pematangsiantar secara rutin perlu dievaluasi untuk dapat melihat keberhasilan pencapaian program, masalah yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kartu

Masih sangat rendahnya kepedulian dan empati yang diberikan oleh petugas pelayanan pada Dinas DUKCAPIL Kabupaten Bengkulu Tengah terhadap masyarakat dalam

Kualitas pelayanan publik adalah tingkat baik buruknya pelayanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga dalam memberikan pelayanan

6 Jaminan Pelayanan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan menjamin seluruh pelayanan permohonan Persetujuan Lingkungan (PKPLH bagi Penanggung Jawab Usaha dan/atau

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar. b) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 582/538/VII/WK Tahun 2014 Tentang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar Sebagai Pelaksana Sistem Pelayanan Informasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan penerbitan izin lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Majene belum optimal karena prosedur pelayanan tidak