KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEBERSIHAN PEMERINTAH KOTA
PEMATANGSIANTAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat-Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Departemen Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
Juni Helena A. N.
040903044
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan Penelitian ……… 4
D. Manfaat Penelitian ……….. 4
E. Kerangka Teori 1. Kualitas ……….. 5
2. Pelayanan Publik ………... 7
2.1.Pengertian Pelayanan Publik ………. 7
2.2.Bentuk Pelayanan ………... 8
2.3.Kelompok-Kelompok Pelayanan ………. 11
2.4.Sasaran Pelayanan ……… 11
2.5.Penyelenggaraan Pelayanan ……… 12
3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan ………15
3.1.Kebersihan ………. 16
3.2.Pengelolaan Sampah ………. 17
F. Defenisi Konsep ………. 21
G. Defenisi Operasional ……… 21
H. Sistematika Penulisan ……….. 23
BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ……… 24
B. Lokasi Penelitian ………. …. 24
E. Teknik Analisa Data ……….. 26
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ……… 28
B. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ………28
C. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ………...30
D. Struktur Organisasi ……….………... 33
E. Sumber Daya Manusia ……….. 40
F. Sarana dan Prasarana ………. 41
BAB IV PENYAJIAN DATA A. Tata Kerja Pelayanan Kebersihan ………. 43
B. Data Petugas Lapangan ………. 45
C. Data Masyarakat ……… 55
BAB V ANALISA DATA A. Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar ………...67
B. Hambatan-hambatan dalam Pelayanan Kebersihan ………78
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ……….. 80
B. Saran ……… 82
DAFTAR PUSTAKA ……… 83
DAFTAR TABEL
Data Petugas lapangan
Tabel 1. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ……… ...45
Tabel 2. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Usia ……….... 46
Tabel 3. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….. 46
Tabel 4. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jabatan …………..…………... 47
Tabel 5. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian sarana
dan prasarana dengan kebutuhan dalm pelaksanaan tugas……… 48
Tabel 6. Distribusi jawaban informan tentang cukup tidaknya sarana
dan prasarana untuk pelaksanaan tugas ………. 48
Tabel 7. Distribusi jawaban informan tentang ketanggapan petugas
terhadap keluhan masyarakat ……… 49
Tabel 8. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian kemampuan
dengan tugas yang dilaksanakan ……….... 50
Tabel 9. Distribusi jawaban informan mengenai pendidikan dan pelatihan ……... 50
Tabel 10. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian pelaksanaan
tugas dengan prosedur kerja yang ditetapkan ………. 51
Tabel 11. Distribusi jawaban informan tentang kejelasan tarif ………. 52
Tabel 12. Distribusi jawaban informan tentang ketepatan waktu ………. 52
Tabel 13. Distribusi jawaban informan tentang tanggung jawab petugas ……….. 53
Tabel 14. Distribusi jawaban informan tentang keberadaan mekanisme
pertanggungjawaban kepada masyarakat …... 53
Data masyarakat
Tabel 16. Distribusi identitas berdasarkan jenis kelamin ……….. 55
Tabel 17. Distribusi identitas berdasarkan usia ………. 55
Tabel 18. Disribusi identitas berdasarkan tingkat pendidikan……….. 56
Tabel 19. Distribusi jawaban informan tentang sarana kebersihan yang tersedia….. 57
Tabel 20. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian sarana
yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat. ……… 58
Tabel. 21 Distribusi jawaban informan tentang sikap tanggap petugas………….... 58
Tabel 22. Distribusi jawaban informan tentang kemampuan pegawai ………. 59
Tabel 23. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian tarif ……….. 59
Tabel 24. Distribusi jawaban informan tentang pelaksanaan
penyapuan jalan-jalan umum ……… 60
Tabel 25. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan pengangkutan
sampah dari TPSS ke TPA ……….. 60
Tabel 26. Distribusi jawaban informan tentang pelaksanaan
pembersihan selokan/parit ………. 61
Tabel 27. Distribusi jawaban informan tentang tanggung jawab
petugas kebersihan ………. 61
Tabel 28. Distribusi jawaban informan tentang kepuasan
atas penyapuan jalan-jalan umum………... 62
Tabel 29. Distribusi jawaban informan tentang pembersihan taman terbuka …… 62
Tabel 30. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan pembersihan
Tabel 31. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan
pengumpulan sampah di lokasi pemukiman. ………. 63
Tabel 32. Distribusi jawaban informan tentang kegiatan
pengumpulan sampah di pemukiman. ……… 64
Tabel 33. Distribusi jawaban informan tentang hasil kerja
petugas kebersihan secara keseluruhan. ………..65
Tabel 34. Distribusi jawaban informan tentang kesesuaian pelayanan
yang diberikan dengan pelayanan yang diharapkan masyarakat. ……….. 66
Tabel 35. Rekapitulasi jawaban informan masyarakat terhadap
ABSTRAKSI
Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar
Nama : Juni Helena A. N.
NIM : 040903044
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi
Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masyarakat, karena dengan kebersihan maka akan terwujud masyarakat yang sehat. Untuk itu Pemerintah membentuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang bertugas dalam pelayanan kebersihan. Pada Dinas LHK kota Pematangsiantar ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas pelayanannya, seperti peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya volume sampah. Peningkatan ini pada akhirnya menuntut kelengkapan sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas pelayanan publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan pemerintah kota Pematangsiantar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar dan juga untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling untuk pegawai Dinas LHK dan teknik Sampling Insidental untuk masyarakat. Dalam penelitian ini jumlah sampel untuk pegawai adalah 30 orang dan untuk masyarakat sebanyak 50 orang.
Dari Penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh Dinas LHK kota Pematangsiantar pada masyarakat masih kurang berkualitas, karena pelayanan yang diberikan belum mampu memberikan kepuasan dalam diri masyarakat.
ABSTRAKSI
Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemerintah Kota Pematangsiantar
Nama : Juni Helena A. N.
NIM : 040903044
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi
Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masyarakat, karena dengan kebersihan maka akan terwujud masyarakat yang sehat. Untuk itu Pemerintah membentuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang bertugas dalam pelayanan kebersihan. Pada Dinas LHK kota Pematangsiantar ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas pelayanannya, seperti peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya volume sampah. Peningkatan ini pada akhirnya menuntut kelengkapan sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas pelayanan publik pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan pemerintah kota Pematangsiantar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar dan juga untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling untuk pegawai Dinas LHK dan teknik Sampling Insidental untuk masyarakat. Dalam penelitian ini jumlah sampel untuk pegawai adalah 30 orang dan untuk masyarakat sebanyak 50 orang.
Dari Penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh Dinas LHK kota Pematangsiantar pada masyarakat masih kurang berkualitas, karena pelayanan yang diberikan belum mampu memberikan kepuasan dalam diri masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya selama masa hidupnya, manusia membutuhkan pelayanan. Baik
itu pelayanan secara administratif, pelayanan di bidang kesehatan, pelayanan di bidang
transportasi, pelayanan di bidang pendidikan dan lain-lain yang menyangkut kehidupan
keseharian manusia itu sendiri. Manusia membutuhkan pelayanan untuk memenuhi
tuntutan hidupnya secara layak dalam hidup bermasyarakat.
Pemerintah merupakan badan yang dibentuk dengan salah satu tujuan untuk
melayani kebutuhan rakyat, sehingga pemerintah disebut juga “pelayan rakyat”.
Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah semakin meningkat. Untuk itu paradigma pemerintahan yang dikembangkan
saat ini adalah paradigma yang berorientasi pada pelayanan. Hal ini mengacu pada UU
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut, maka pelayanan publik
diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih baik, karena besarnya kewenangan yang
diberikan pada pemerintah kota/kabupaten untuk menyelenggarakan pemerintahan di
daerah dan dianggap lebih memahami persoalan dan budaya masyarakat setempat
(www.pikiran-rakyat.com : 21 November 2007)
Pemerintah memberikan pelayanan pada masyarakat melalui dinas daerah.
Dalam hal ini kebijakan yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan pada
masyarakat adalah memperkuat unit dinas di daerah agar lebih mampu memberi
pelayanan yang lebih memuaskan pada masyarakat, sesuai dengan bidangnya
Salah satu dinas daerah yang dibentuk adalah dinas kebersihan. Dinas
kebersihan umumnya berfungsi sebagai dinas yang menyediakan pelayanan kebersihan
untuk masyarakat umum. Beberapa hal yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dalam
menjalankan tugas pelayanannya adalah dengan memberi pelayanan kebersihan
jalan-jalan umum maupun lingkungan, melaksanakan sosialisasi untuk meningkatkan peran
serta masyarakat di bidang kebersihan, serta pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana untuk kebersihan.
Pada kota Pematangsiantar, dinas yang berperan dalam pelayanan kebersihan
adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK). Dinas ini ditugaskan oleh
walikota untuk pemeliharaan dan pengelolaan kebersihan serta pemeliharaan
lingkungan hidup.
Sebagai organisasi publik yang bercirikan public accountability, dinas LHK
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang berkualitas pada masyarakat
sebagai pengguna/penerima layanan, sebab masyarakat mempunyai hak untuk
mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka terima.
Pelayanan yang berkualitas berarti pelayanan yang mampu memberi kepuasan
terhadap pelanggan (masyarakat) dan mampu memenuhi harapan masyarakat . Sebab
pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan. Oleh sebab itu hanya
pelanggan (masyarakat) yang dapat menentukan kualitas pelayanan dan mereka pula
yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka.
Saat ini ada beberapa hal yang sedang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan (LHK) pemerintah kota Pematangsiantar, dan hal ini mempengaruhi
kualitas pelayanan diberikan.
maka semakin meningkat pula volume sampah yang harus dikelola setiap hari. Dengan
semakin meningkatnya volume sampah maka dibutuhkan pula sarana dan prasarana
yang lebih untuk mengelola sampah tersebut.
Selain sarana dan prasarana, untuk pengelolaan sampah tersebut juga dibutuhkan
lahan yang luas untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kendaraan yang mencukupi,
dan peralatan yang memadai. Semua hal tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Selain
membutuhkan biaya tinggi untuk alat dan kendaraan, lahan juga sulit untuk didapatkan
di daerah perkotaan.
Keadaan sekarang yang dialami oleh dinas LHK adalah jumlah kendaraan
pengangkut yang kurang mencukupi, dan kondisi peralatan yang sudah tua. Selain itu
ketersediaan dana pemerintah untuk menangani persampahan sangat kecil.
Ketersediaan dana pemerintah yang dinilai sedikit tidak memungkinkan adanya
insentif bagi operator kebersihan. Hal ini mempengaruhi semangat kerja dari pegawai,
dimana semangat kerja pegawai akhirnya cenderung menurun. (www.kppi.go.id : 21
November 2007)
Hal-hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi kualitas pelayanan yang
diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan pada masyarakat sebagai
penerima layanan. Dengan adanya hal-hal tersebut bagaimana kualitas pelayanan yang
dihasilkan oleh dinas LHK?
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: “Kualitas Pelayanan Publik pada Dinas
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
kualitas pelayanan publik pada dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Pemerintah
kota Pematangsiantar?
C. Tujuan Penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dilaksanakan Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan.
D. Manfaat Penelitian
Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan penulis tentang kualitas pelayanan
publik yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Pemerintah Kota Pematangsiantar.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi ragam penelitian dan menjadi bahan
E. Kerangka Teori.
1. Kualitas
Kata kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari
yang konvensional hingga yang lebih strategis. Defenisi Konvensional dari kualitas
biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti kinerja
(performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika
(esthetics), dan sebagainya. Adapun dalam defenisi strategis dinyatakan bahwa kualitas
adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan
(meeting the needs of customers). (Gasperz, 1997: 4)
Berdasarkan pengertian kualitas baik yang konvensional maupun yang lebih
strategis, Gasperz (Sinambela, 2006:6-7) mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas
mengacu pada pengertian pokok:
1. kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung,
maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan
memberikan kepuasan atas penggunaan produk:
2. kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.
Menurut Fandy Tjiptono (Agung Kurniawan, 2005: 52) pengertian kualitas adalah:
a. Kesesuaian dengan persyaratan
b. Kecocokan untuk pemakaian
c. Perbaikan berkelanjutan
d. Bebas dari kerusakan / cacat
e. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat
f. Melakukan segala sesuatu secara benar
Dari pengertian tersebut, kualitas dapat diartikan sebagai totalitas dari karakteristik
suatu produk (barang dan atau jasa) yang menunjang kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan.
Dari pengertian tersebut, kualitas mengandung elemen-elemen yang meliputi
usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, yang mencakup produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan.
Dalam menentukan kualitas suatu produk, diyakini bahwa harapan pelanggan
mempunyai peranan yang besar, karena pada dasarnya ada hubungan yang erat antara
penentuan kualitas dan kepuasan pelanggan. Hal ini karena pelanggan adalah pengguna
produk/ jasa yang dihasilkan sehingga pelangganlah yang menentukan kualitas dan
mereka pula yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka
(Tangkilisan, 2005: 213).
Hal yang sama juga dikemukakan Dwiyanto dalam Tangkilisan (2005: 215),
bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencari data mengenai kualitas
layanan adalah dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan
organisasi.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kepuasan pelanggan
menyangkut penilaian pelanggan terhadap kinerja maupun produk penyedia layanan,
dan juga menyangkut perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas suatu jasa merupakan perbedaan antara jasa
2. Pelayanan Publik
2. 1. Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Sampara (Sinambela, 2006: 5) pelayanan adalah suatu kegiatan atau
urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seorang dengan orang lain
atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2001: 646),
bahwa pelayanan adalah:
1. perihal atau cara melayani usaha
2. usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan.
Selain itu, Moenir (2004: 16-17) mengemukakan pelayanan sebagai proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan dan terciptanya kepuasan antar
seorang dengan yang lain.
Sementara itu, istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti
umum, masyarakat, negara. Kata public telah diterima dalam Bahasa Indonesia Baku
menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Inu dan kawan-kawan dalam
Sinambela (2006: 5) mendefenisikan publik sebagai sejumlah manusia yang memiliki
kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik,
berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.
Oleh karena itu, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan
yang saling menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. (Sinambela,
Kurniawan dalam Sinambela (2006: 5) mengartikan pelayanan publik sebagai
pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan.
Selanjutnya menurut Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan, publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun
2003, pelayanan umum diartikan sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan
oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan
kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara
individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh
masyarakat. (Sinambela, 2006: 6).
2.2. Bentuk pelayanan
Menurut Moenir (2004: 190-195), pelayanan umum dilakukan oleh siapapun,
dan 3) layanan dengan perbuatan. Ketiga layanan tersebut memang tidak selamanya
berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi.
1. Layanan dengan lisan
Layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat
(Humas), bidang layanan informasi, dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan
penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan agar layanan lisan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan, yaitu:
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat, tetapi
cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan
mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.
d. Meski dalam keadaan sepi, tidak bercerita dan bercanda dengan teman, karena
menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.
e. Tidak melayani orang-orang yang ingin sekedar bercerita dengan cara yang
sopan.
2. Layanan melalui tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam
pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Agar
layanan melalui tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, satu hal yang harus
diperhatikan ialah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam
Layanan tulisan terdiri atas dua golongan, yakni:
- layanan berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan pada orang-orang
yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan
instansi atau lembaga
- layanan berupa reaksi tertulis atas pemohonan, laporan, keluhan,
pemberian/penyerahan, pemberitahuan, dan lain sebagainya.
3. Layanan berbentuk perbuatan.
Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas tingkat menengah dan bawah. Hal
ini karena faktor keahlian dan keterampilan petugas sangat menentukan terhadap hasil
perbuatan atau pekerjaan.
Dalam sehari-hari, layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan, jadi
antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan karena
hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan layanan secara umum. Hanya
titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan.
Dengan demikian tujuan utama yang berkepentingan adalah mendapatkan pelayanan
dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan
kesanggupan secara lisan. Disini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan
setiap orang, disertai dengan kualitas hasil yang memadai.
Sehubungan dengan faktor kualitas hasil pekerjaan, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Adanya kesungguhan dalam melakukan pekerjaan dengan motif mulia.
- Adanya keterampilan khusus untuk menangani pekerjaan
2.3. Kelompok-Kelompok Pelayanan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun 2003
membedakan jenis pelayanan menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Kelompok Pelayanan Administratif
Yakni pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi,
kepemilikan atas suatu barang, dan sebagainya.
Dokumen-dokumen ini antara lain akta kelahiran, Kartu Tanda Penduduk
(KTP), akta pernikahan, Surat Izin Mengemudi (SIM), dan lain-lain.
b. Kelompok Pelayanan Barang
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/ jasa barang yang
digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih,
dan sebagainya.
c. Kelompok Pelayanan Jasa
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh
publik. Misalnya pendidikan, pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan kesehatan,
penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain.
2.4. Sasaran pelayanan
Moenir (2004: 196-202) mengemukakan sasaran manajemen pelayanan umum
adalah kepuasan. Kepuasan menyangkut dua komponen yakni komponen layanan dan
komponen produk.
a. Layanan, dalam hal ini adalah dari segi teknis di lapangan. Agar dapat
b. Produk, yaitu kepuasan yang dapat berbentuk barang, jasa, dan surat-surat
berharga.
- Barang, yaitu suatu benda yang dapat memuaskan dari segi teknis, penampilan,
kenyamanan dan perlu disertai beberapa kemudahan atau jaminan.
- Jasa, yaitu produk yang tidak harus dalam bentuk fisik tak berdimensi, tetapi
dapat dinikmati oleh pancaindera dan atau perasaan, disamping memang ada
yang bentuk fisiknya yang dituju.
- Surat-surat berharga, yakni surat yang umumnya merupakan hasil kegiatan atau
pekerjaan administrasi perkantoran.
2.5. Penyelenggaraan Pelayanan
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63, tahun 2003
tentang penyelenggaraan pelayanan publik, dinyatakan bahwa pelayanan publik
mengandung sendi-sendi:
1. Kesederhanaan
Dalam hal ini kesederhanaan meliputi prosedur yang mudah, cepat, dan mudah
dilaksanakan.
2. Kejelasan
Yaitu kejelasan yang mencakup:
a. persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik
b. unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan
3. Kepastian waktu
Artinya pelayanan publik dapat dilaksanakan dalam waktu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Akurasi
Akurasi berarti bahwa produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan
sah.
5. Keamanan
Yaitu bahwa proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6. Tanggung jawab
Yaitu bahwa penyelenggara pelayanan publik atau pegawai yang ditunjuk,
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan,
persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan fasilitas
pendukung lainnya yang memadai.
8. Kenyamanan
Yaitu mencakup lingkungan pelayanan yang harus tertib, nyaman, bersih, rapi,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung
pelayanan.
Pelayanan publik dapat dikatakan berkualitas jika pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat mendapat pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Hal ini dapat
diketahui dengan cara membandingkan persepsi masyarakat atas pelayanan yang
Untuk itu agar dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna
jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut
(Kepmenpan No.63 tahun 2003):
a. Transparansi
Yakni bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
Pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional
Pelayanan harus sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
layanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif
Pelayanan harus mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak
Pelayanan publik tidak diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, maupun status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Dalam penyelenggaraan pelayanan, pemberi dan penerima harus memenuhi hak
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Winarsih (2005:
175-176) indikator dari pelayanan publik adalah:
1. Tangibles atau ketampakan fisik
Artinya penampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas
lain yang dimiliki oleh pemerintah sebagai pelayan publik.
2. Reliability atau reliabilitas
Yaitu kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara
akurat.
3. Responsiveness atau responsivitas
Yaitu kerelaan dari petugas untuk menolong pelanggan (masyarakat) dan
menyelenggarakan layanan secara ikhlas dan cepat tanggap terhadap keluhan atau
kebutuhan pelanggan
4. Assurance atau kepastian
Yaitu pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam
memberikan kepercayaan kepada pelanggan atau masyarakat.
5. Empathy
Yaitu perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh petugas kepada
masyarakat sebagai pelanggan. Kedekatan antara pemberi layanan dengan masyarakat
dapat dilakukan dengan membuat akses komunikasi yang dapat memudahkan
komunikasi antara pemberi pelayanan dengan masyarakat.
3. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup
Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 69 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
pelengkap dalam membantu pelaksanaan tugas-tugas pemerintah daerah dalam rangka
otonomi daerah.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakan unsur pelaksana
Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah serta
bertanggung jawab kepada Walikota Pematang Siantar melalui Sekretaris Daerah yang
mempunyai tugas membantu Walikota dalam bidang kebersihan dan lingkungan hidup
yang berperan penting dalam meningkatkan kebersihan kota Pematang Siantar. Dinas
Kebersihan dan Lingkungan Hidup berperan penting dalam melaksanakan pelayanan
kebersihan kepada masyarakat.
3.1. Kebersihan
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu,
sampah dan bau (http://id.wikipedia.org : 1 Desember 2007)
Dalam hal ini pelayanan kebersihan yang dicakup oleh Dinas lingkungan Hidup
dan Kebersihan adalah:
a. melaksanakan kegiatan operasional kebersihan meliputi kegiatan
penyapuan jalan-jalan protokol, kegiatan pembersihan selokan,
parit-parit, jalan-jalan umum, taman terbuka serta tanah lapang, pengumpulan
sampah di lokasi pemukiman (rumah penduduk) untuk dibuang ke
tempat pembuangan sampah sementara
b. melaksanakan pengangkutan sampah-sampah dari tempat pembuangan
sampah sementara (TPSS) dan tempat lainnya ke tempat pembuangan
sampah akhir (TPA).
3.2. Pengelolaan sampah
Sampah (refuse) didefenisikan sebagai suatu banda yang tidak digunakan atau
dikehendaki dan harus dibuang yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dengan
demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian,
peternakan, perikanan, transportasi, rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia
lainnya. ( Manik, 2003: 67)
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Sampah kering (anorganik), contohnya logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan
lain-lain yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami.
2. Sampah basah (organik), contohnya sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,
rempah-rempah atau sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami pembusukan
secara alami.
3. sampah berbahaya, contohnya baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas, dan
lain-lain.
Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi:
- limbah benda padat (waste)
- limbah cair atau air bekas (sewage)
- kotoran manusia (human waste)
Untuk sampah yang berupa benda padat, pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Sampah yang mudah membusuk (garbage), misalnya sisa makanan
2. Sampah yang tidak mudah membusuk (rubbish), terdiri dari:
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas dan kayu
3. Sampah bangkai binatang (dead animal), terutama binatang besar kucing,
anjing, tikus.
4. Sampah berupa abu hasil pembakaran (ashes), misalnya pembakaran kayu, batu
bara, arang.
5. Sampah padat hasil industri (industrial waste), misalnya potongan besi, kaleng,
kaca
6. sampah padat yang berserakan di jalan-jalan (street sweeping), yaitu sampah
yang dibuang oleh penumpang atau pengemudi kendaraan bermotor (Manik,
2003: 67-68).
Untuk daerah kota biasanya sampah anorganik yang dikelola lebih besar jumlahnya
dibandingkan dengan pengelolaan sampah untuk daerah desa. Dalam hal ini sampah
yang dimaksud adalah jenis sampah yang bersifat padat yang bersumber dari
permukiman, pertokoan, pasar, dan pusat-pusat perdagangan lainnya.
Umumnya sampah di perkotaan dikelola oleh pemerintah kota. Pemerintah
melalui Dinas Kebersihan menyiapkan TPS (Tempat Penampungan Sementara),
sebelum diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). TPS merupakan tempat
penampungan dari sumber sampah ( permukiman, pertokoan, pasar, dan pusat-pusat
perdagangan), yang lamanya 1-2 hari. Di permukiman penduduk, pengumpulan sampah
dikoordinir oleh petugas kelurahan. petugas yang ditunjuk oleh kelurahan
mengumpulkan sampah dari masing-masing rumah penduduk dan dibawa ke TPS.
Demikian juga dari sumber sampah yang lain, petugas mengumpulkan sampah
di TPS, tetapi pengangkutannya dilakukan setiap hari, terutama jika sampahnya banyak
dengan penuh tanggung jawab. Selanjutnya, sampah yang terdapat di TPS diangkut
dengan mobil truk ke TPA.
Di TPA banyak cara yang dilakukan untuk mengelola sampah, tetapi yang
umum adalah dengan cara pembakaran (inceneration, incenerasi), penumpukan
(dumping), penimbunan berlapis (sanitary landfill), dan pengomposan (composting).
Pembakaran (Inceneration)
Pengelolaan sampah dengan sistem pembakaran adalah dengan pembuangan
sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah tidak dilakukan di tempat
terbuka, tetapi di tempat tertutup dengan mesin dan peralatan yang khusus dirancang
untuk pembakaran sampah. Kelebihan sistem ini adalah sistem ini lebih praktis dan
cocok untuk kota-kota besar dan tidak memerlukan lahan yang luas. Namun untuk
mengelola dengan sistem ini dibutuhkan biaya yang besar untuk pembangunan,
operasional, pemeliharaan mesin, dan peralatan lain. Meski tidak mengganggu
lingkungan seperti sumber penyakit dan bau, namun cara ini mengakibatkan
pencemaran udara yang berasal dari buangan asap dari mesin pembakar.
Penumpukan (Dumping)
Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan di atas tanah
terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk
begitu saja, tanpa adanya perlakuan. Sistem ini memang dapat menekan biaya, namun
sistem ini jarang dilakukan karena masyarakat di sekitar TPA sangat terganggu. Cara ini
berpengaruh buruk pada lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang
bersarang, sampah berserakan terbawa aliran permukaan atau masuk ke perairan umum,
Penimbunan berlapis (sanitary landfill)
Pengelolaan sampah dengan cara ini adalah pembuangan sampah di TPA yang
diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah. Sampah ditimbun secara berlapis
sehingga tidak ada sampah yang tampak di permukaan tanah. Di TPA sampah diratakan
di permukaan tanah dengan ketebalan 20-30 cm, kemudian dipadatkan. Sampah yang
telah rata dan padat ini ditimbun dengan tanah, dengan ketebalan 10-15 cm. demikian
seterusnya sampai TPA tersebut dianggap penuh. Untuk meratakan, memadatkan, dan
menimbun sampah dengan tanah, digunakan alat-alat berat (bulldozer dan tracktor).
Untuk sistem ini, biasanya lokasi TPA untuk sistem ini adalah tanah yang cekung atau
tergenang air. Untuk menentukan lokasi TPA juga perlu dipertimbangkan sumber tanah
untuk menimbun.
Sistem ini berdampak positif, seperti sampah yang tidak berserakan, tidak
menimbulkan bau, tidak menjadi sumber penyakit, serta meninggikan tempat rendah
(TPA) sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
Pengomposan (composting)
Pengelolaan dengan cara ini merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi
bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga
sampah organic dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti kaca,
kaleng, potongan besi, dan sebagainya dikumpulkan dan dijual ke pedagang pengumpul,
dan selanjutnya di daur ulang.
Umumnya, sampah diperkotaan terdiri dari 65-70% sampah organik, yang
kualitasnya sangat baik sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di
berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup dengan
plastik atau bahan penutup lainnya (Manik.2003: 68-71)
F. Defenisi Konsep
Konsep merupakan defenisi atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak kejadian, kelompok, individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
(Singarimbun, 1999: 137).
Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kualitas dapat diartikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk (barang
dan atau jasa) yang menunjang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan.
Kualitas suatu produk berkaitan dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan
pelanggan mencakup penilaian pelanggan terhadap kinerja atau pelayanan, dan
juga mencakup perbedaan antara produk/jasa yang dihasilkan dan yang
diharapkan oleh pelanggan.
2. Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh
penyelenggara negara.
3. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk diantaranya debu,
sampah dan bau.
G. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang amat membantu
Adapun indikator dari Kualitas Pelayanan publik pada Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Pematang Siantar) adalah:
1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya penampakan fisik dari peralatan,
pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh pemerintah sebagai
pelayan publik.
2. Responsiveness atau responsivitas, yaitu kerelaan dari petugas untuk menolong
pelanggan (masyarakat) dan menyelenggarakan layanan secara ikhlas dan daya
tanggap terhadap keluhan atau kebutuhan pelanggan
3. Competence atau kompetensi, yaitu kemampuan pegawai dalam melayani
4. Kejelasan dalam pelayanan, hal ini meliputi kejelasan tarif retribusi dan tata cara
pembayarannya, serta kejelasan prosedur kerja pegawai.
5. Waktu penyelesaian, yaitu kemampuan pegawai untuk melaksanakan pelayanan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
6. Tanggung jawab, yaitu bahwa penyelenggara pelayanan publik atau pegawai
yang ditunjuk, bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan, persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik
7. Kepuasan Pelayanan, yaitu pendapat atau penilaian masyarakat terhadap kinerja
pelayanan yang diberikan dan juga adanya kesesuaian antara harapan pelanggan
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi
operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan
sample, serta teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti
melakukan penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan
selama berlangsungnya penelitian dan berisi analisa data yang diperoleh
tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
BAB II
METODE PENELITIAN
A. BENTUK PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Metode deskriptif adalah metode
penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau
fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian
menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi
dengan interpretasi.
Penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan
informasi apa adanya sesuai dengan yang diteliti.
B. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup
Pemerintah Kota Pematang Siantar, Jalan Pendeta J. Wismar, Pematangsiantar.
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005: 90)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup pemerintah kota Pematangsiantar.
1. Kepala Sub Dinas Kebersihan
2. Kepala Seksi Pemeliharaan TPSS/TPA
3. Kepala Seksi Pengangkutan dan Penyingkiran sampah
Sedangkan untuk masyarakat, penulis menggunakan teknik Sampling Insidental,
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/ incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan
penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara:
a. Pengamatan/ Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan
langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenan dengan topik penelitian ke
lokasi penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebar
daftar pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait..
c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya
jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait.
2. Teknik Pengumpulan data sekunder, yaitu:
a. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta
b. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian,
serta yang lainnya.
E. TEKNIK ANALISA DATA
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa
data kualitatif, yakni dengan menyajikan data yang diperoleh dari lapangan lalu
dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kemampuan nalar dalam menghubungkan
fakta-fakta, data, dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakan dinas yang dibentuk untuk
menangani bidang kebersihan. Pemerintah kota Pematangsiantar membentuk dinas
LHK sebagai salah satu pelaksanaan tugas otonomi daerah, yang mana pembentukannya
diatur dalam Peraturan Daerah Nomor : 19 Tahun 1976 yang disahkan dengan Surat
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 631.1/GSU Tanggal 8 November 1976.
Kemudian Surat Keputusan ini diganti dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1979
tentang Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan berakhir dengan Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 1992 tentang Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dan akhirnya diubah
menjadi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999.
B. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar memiliki visi
sebagai berikut:
“ Mewujudkan lingkungan hidup dan kebersihan yang tertib, eksotis, dan asri (texas)”
Adapun makna dari kalimat visi tersebut adalah:
1. “ Mewujudkan lingkungan hidup dan kebersihan yang tertib”, mengandung arti
bahwa Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan harus menertibkan arti tertib
dalam:
a. Pengangkutan, penyingkiran, dan Pembuangan Sampah.
c. Warga tidak membuang sampah ke parit atau ke sungai
d. Warga harus berpartisipasi dalam pengadaan Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPSS)
e. Berperan aktif dalam pemeliharaan dan menjaga kelestarian pohon, tanaman,
bunga, dan taman-taman yang telah ada, dan lain sebagainya.
2. Eksotis :
Kota Pematangsiantar terletak 400 m di atas permukaan laut. Pematangsiantar
terletak di posisi antara daerah dingin dan panas. Tanah dan air di kota
Pematangsiantar memiliki spesifikasi yang khas sehingga merupakan asset yang
istimewa yang perlu dipertahankan dan dilestarikan.
Untuk itu beberapa ide dan gagasan yang harus diwujudkan secara konkrit adalah :
a. Memperbanyak catchmen area dengan menanam pohon-pohon pelindung di
sepanjang jalan.
b. Mendayagunakan lahan-lahan kosong dan lahan-lahan tidur ( land sleeping )
menjadi hutan kota, termasuk pemanfaatan lahan kuburan
c. Memanfaatkan lahan-lahan kecil menjadi areal taman
d. Membuat beberapa lokasi DAS sebagai areal pertamanan
e. Memanfaatkan sampah menjadi kompos sebagai pengganti pupuk anorganik,
dan lain sebagainya.
3. Asri, berarti bebas dari pencemaran udara, tanah, dan air
Untuk memenuhi visi tersebut, maka Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kota Pematangsiantar menetapkan misinya sebagai berikut:
2. Menggerakkan berbagai upaya untuk menata kota berwawasan lingkungan
3. Memberdayakan masyarakat agar mampu menerapkan teknologi tepat guna
dalam pengendalian limbah
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan aparat pemerintah akan pentingnya
pemeliharaan kebersihan dan pelestarian lingkungan hidup
5. Meningkatkan kualitas SDM aparatur khususnya di bidang pengelolaan
lingkungan hidup dan kebersihan kota
6. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas
7. Meningkatkan penerimaan dan pungutan retribusi dalam rangka mendukung
biaya pelaksanaan pembangunan daerah.
C. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Pematangsiantar
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2000
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kota Pematangsiantar, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar adalah instansi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Pematangsiantar.
Di dalam Surat Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 387 b Tahun 2001
tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Daerah Kota Pematangsiantar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan mempunyai
tugas pokok melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang lingkungan
hidup dan kebersihan. Penjabaran kewenangan tersebut adalah sebagai berikut :
a. melaksanakan perencanaan, penelitian, pengembangan, pengelolaan, dan
pengendalian lingkungan hidup
c. melaksanakan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup
d. melaksanakan perencanaan , penelitian, pengembangan, pengelolaaan dan
pengendalian pertamanan, termasuk taman pekuburan umum dan pertamanan di
daerah aliran sungai
e. melaksanakan perencanaan, penelitian, pengembangan, pengelolaan dan
pengendalian kebersihan di luar kawasan pasar
f. menyelenggarakan penetapan, penagihan, pengutipan, pembukuan, dan
penyetoran hasil retribusi pelayanan sampah
g. melayani perizinan penggunaan ruang lingkungan umum dan pertamanan,
termasuk perizinan reklame serta mengatur tata kerja/ administrasi kedinasan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis dalam lingkup pengendalian dampak lingkungan
b. pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan
c. perumusan kebijaksanaan teknis pemberian perijinan berdasarkan kebijaksanaan
Kepala Daerah
d. mengadakan pengawasan, pengamanan, dan pengendalian teknis berdasarkan
kebijaksanaan Kepala Daerah
e. penataan dan pengelolaan ketatausahaan dinas
Penjabaran fungsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Perumusan, perencanaan, dan pemanfaatan sumber daya wilayah kota dan
pengelolaan lingkungan hidup.
c. Pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kerusakan lingkungan akibat suatu
usaha/ kegiatan yang menimbulkan pencemaran udara dari sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak maupun pencemaran limbah industri yang menimbulkan
pencemaran air dan tanah, serta pemulihan kualitas lingkungan akibat usaha
rumah tangga serta usaha/kegiatan yang menimbulkan pencemaran pesisir
d. Pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan di kawasan perkotaan, kawasan
industri, pariwisata dan kawasan lain yang sejenis serta pelaksana pengawasan
penerapan hukum lingkungan hidup, penyelidikan kasus lingkungan hidup,
penyelesaian sengketa lingkungan hidup
e. Perencanaan, pemeliharaan dan pengelolaan pertamanan, termasuk taman
pekuburan umum, pertamanan di daerah aliran sungai.
f. Pelayanan umum atas pemanfaatan lingkungan untuk reklame pemanfaatan
taman, serta perizinan kuburan
g. Penyelenggara pemeliharaan kebersihan kota meliputi taman-taman, parit-parit,
dan sarana umum serta pelaksana umum serta pelaksana pengawasan dan
pengelolaan pengangkutan sampah ke TPA serta pengelolaan Unit Pelaksana
Teknis Dinas.
h. Pelaksana ketatausahaan dinas meliputi pengelolaan administrasi kantor,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, retribusi pelayanan kebersihan dan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar dipimpin oleh
seorang kepala dinas (eselon II b). Kepala dinas dibantu enam orang pejabat struktural
Eselon III a.
Adapun uraian tugas dan fungsi bagian, Sub Dinas, Seksi dan Unit Pelaksana
Teknis Dinas dan kelompok Jabatan fungsional seperti yang tertera dalam Surat
Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 387 b Tahun 2001 antara lain:
1. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas menyelenggarakan semua urusan
ketatausahaan dinas yang meliputi urusan umum dan perlengkapan, keuangan,
kepegawaian dan retribusi dan pelaporan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut,
Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyelenggara administrasi umum dan perlengkapan, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan serta retribusi dan pelaporan
b. pelaksanaan dan pengaturan tata kerja perbaikan sistem dan prosedur kerja
berhubungan dengan kegiatan Dinas
c. pengaturan, pemanfaatan, perawatan, dan pemeliharaan asset Dinas
d. pembinaan pegawai dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia
Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Bagian Tata Usaha adalah sebagai
berikut:
a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
Sub Bagian Umum dan Perlengkapan, mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan tata usaha serta menyelenggarakan perbaikan sistem dan prosedur,
menghimpun dan menyajikan informasi hukum dan tata laksana yang
kegiatan lainnya mengurus perlengkapan peralatan kantor Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan.
b. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,
penerimaan dan pengeluaran serta menyusun Rencana Anggaran Dinas.
c. Sub Bagian Kepegawaian
Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
kepegawaian yang berhubungan dengan pengusulan kenaikan pangkat, mutasi,
kenaikan gaji berkala, tunjangan jabatan, pensiun, pengembangan karir,
kesejahteraan pegawai, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepegawaian di
lingkungan dinas
d. Sub Bagian Hukum dan Pelaporan
Sub Bagian Hukum dan pelaporan mempunyai tugas melaksanakan penyediaan
hukum dan pelaporan serta retribusi.
2. Sub Dinas Perencanaan
Sub Dinas Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di
bidang perencanaan, program kerja, pengembangan, dan penyuluhan,berdasarkan
kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Dinas Perencanaan mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. penyusunan rencana kerja operasional guna peningkatan pelayanan
b. penyusunan usulan pengembangan program kerja
c. penyelenggara pendataan dan penelitian
Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Perencanaan adalah sebagai
berikut:
a. Seksi Program Kerja, mempunyai tugas menyiapkan rencana, mengatur,
menelaah, dan menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja dan membuat
rencana/program kerja dalam upaya peningkatan pelayanan
b. Seksi Pengembangan, mempunyai tugas melaksanakan pendataan, penelitian,
dan pengembangan pelaksanaan teknis pengelolaan lingkungan hidup dan
kebersihan
c. Seksi Penyuluhan, mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan kepada warga
masyarakat
3. Sub Dinas Lingkungan Hidup
Sub Dinas Lingkungan hidup mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
di bidang lingkungan hidup. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sub Dinas
Lingkungan Hidup mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. perumusan rencana dan pengelola pemanfaaatan sumber daya wilayah kota
b. perumusan rencana dan pelaksana pengelolaan lingkungan hidup
c. perumusan rencana dan pelaksana perlindungan sosial, termasuk kearifan
tradisional
Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Lingkungan Hidup adalah
sebagai berikut:
a. Seksi Pelaksana Kegiatan Operasional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
operasional di bidang pemanfaatan sumber daya wilayah kota
b. Seksi Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas
c. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Lingkungan Hidup mempunyai tugas
melaksanakan pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan alam, buatan, dan
sosial.
4. Sub Dinas Kebersihan
Sub Dinas Kebersihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di
bidang kebersihan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Dinas Kebersihan mempunyai fungsi:
a. pelaksana kegiatan operasional kebersihan meliputi kegiatan penyapuan
jalan-jalan protokol, pengumpulan sampah dari lokasi pemukiman (rumah penduduk)
untuk di buang ke tempat pembuangan sampah sementara
b. pelaksana kegiatan pembersihan selokan/parit-parit, berm-berm jalan, jalan-jalan
umum, dan taman-taman terbuka serta tanah lapang
c. pelaksana pengangkutan sampah-sampah dari Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPSS) dan tempat lainnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
d. Pelaksana pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Kebersihan adalah sebagai
berikut:
a. Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan
kebersihan lingkungan rumah-rumah penduduk (pemukiman), jalan-jalan,
berm-berm, parit/ selokan, taman-taman, dan lapangan
b. Seksi Pemeliharaan TPSS/ TPA mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan
sampah-sampah dari pemukiman penduduk dan bangunan lainnya, jalan-jalan,
hasil galian parit, dan berm-berm jalan untuk dibuang dan ditempatkan ke
c. Seksi Pengangkutan/Penyingkiran Sampah mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengaturan, bimbingan terhadap seluruh pengemudi dan stoker (kenek)
truk sampah dan kendaraan lainnya dalam operasi penanggulangan/penyingkiran
sampah
5. Sub Dinas Pertamanan dan Perkuburan Umum
Dinas Pertamanan dan Perkuburan Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas di bidang pertamanan dan perkuburan. Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut Sub Dinas Pertamanan dan Perkuburan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyelenggara kebersihan pertamanan dan perkuburan
b. pelaksana pengelolaan izin perkuburan
c. pelaksana pengelola pertamanan, termasuk pertamanan di daerah aliran sungai
d. pelaksana perizinan pemanfaatan lingkungan
Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Pertamanan dan Perkuburan
Umum adalah sebagai berikut:
a. Seksi Pembibitan mempunyai tugas menyusun program kebutuhan pembibitan
b. Seksi Pemeliharaan dan Perawatan Taman mempunyai tugas melaksanakan
perawatan, kebersihan, dan keindahan pohon-pohon, bunga-bungaan, box-box
bunga, pot-pot bunga yang ada di sepanjang pinggir jalan umum, pekarangan
Kantor Pemerintah Kota, taman-taman, jalur hijau, pulau jalan, dan bantaran/
pinggiran sungai (daerah aliran sungai ), tanah- tanah kosong milik Pemerintah
Kota atau yang dikuasai langsung oleh negara, perawatan pohon pelindung jalan
serta penataan reklame
c. Seksi Pemeliharaan dan Perawatan Kuburan mempunyai tugas melaksanakan
pemeliharaan/ perawatan taman perkuburan umum dan Taman Makam
6. Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan Sarana
Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan Sarana mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas di bidang perlengkapan dan perawatan sarana. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan Sarana
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. pelaksana pengadaan/ penyediaan peralatan, sarana, prasarana serta alat-alat
yang dibutuhkan dalam kegiatan tugas sehari-hari
b. pelaksana penyiapan dan perawatan sarana dan prasarana
c. melaksanakan pengeluaran dan penyimpanan kembali sarana dan prasarana
Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Sub Dinas Perlengkapan dan Perawatan
Sarana adalah sebagai berikut:
a. Seksi Pengadaan Barang mempunyai tugas melaksanakan pengadaan, peyediaan
peralatan sarana dan prasarana
b. Seksi Pemeliharaan dan Perbengkelan mempunyai tugas menginventarisasi
sarana dan prasarana yang memerlukan perbaikan dan melaksanakan
pemeliharaannya
c. Seksi Gudang mempunyai tugas mengadministrasikan, menyiapkan, dan
menyimpan kembali berbagai sarana dan prasarana
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
Unit Pelaksana Teknis Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
di bidang atau tempat tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis
E. Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada untuk mendukung pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pematangsiantar sebanyak 40 orang, dengan uraian sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenjang Jabatan (Peran)
No Uraian Jumlah (orang)
Pejabat Struktural
Eselon II 1
Eselon III 6
1
Eselon IV 4
2 Pejabat Fungsional -
3 Tenaga Teknis -
4 Tenaga Administrasi 19
Jumlah 40
2. Berdasarkan Strata Pendidikan
No. Uraian Jumlah (orang)
1 S-2 1
2 S-1 15
3 Diploma III 3
4 SLTA 12
5 SLTP 3
6 SD 6
3. Berdasarkan golongan
No Uraian Jumlah (orang)
1 Golongan IV 7
2 Golongan III 23
3 Golongan II 10
4 Golongan I -
Jumlah 40
Selain itu SDM yang merupakan honorer maupun Tenaga Harian Lepas
berjumlah 157 orang.
F. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan kota Pematangsiantar untuk mendukung pelaksanaan tugas adalah sebagai
berikut:
a. Bangunan Kantor
Bangunan kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota
Pematangsiantar adalah bangunan permanen yang kondisinya cukup memadai.
b. Kendaraan Dinas
Kendaraan Dinas yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:
- Mobil patroli : 1 unit
- Dump Truck : 22 unit
- Mobil Penyiram : 1 unit
- Truk Pertamanan : 1 unit
- Becholoader : 1 unit
- Mobil Kijang Pick-Up : 1 unit
- Truck : 1 unit
- Sepeda Motor : 2 unit
- Buldozer : 2 unit
- Excavator : 1 unit
- Container : 38 unit
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Dalam bab ini akan disajikan data yang didapat dari penelitian yang telah
dilakukan. Baik data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner, dokumentasi,
wawancara, dan juga observasi. Dalam penyebaran kuesioner, peneliti mengambil 30
orang informan dari petugas lapangan dan 50 orang dari masyarakat. Berikut adalah
data yang diperoleh dari penelitian.
A. Tata Kerja Pelayanan Kebersihan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kota Pematangsiantar menetapkan
aturan dan tata cara yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan.
Aturan dan tata cara tersebut didasarkan atas Peraturan Walikota Pematangsiantar
Nomor 11 Tahun 2006, tentang Prosedur Tetap (Protap) Pelayanan Penanganan
Persampahan/ Kebersihan dan Pengangkutan Sampah di Kota Pematangsiantar.
Berikut adalah uraian dari tata cara kerja tersebut:
1. Kegiatan Operasional Kebersihan
a. Mengerjakan kegiatan operasional kebersihan setiap hari seperti penyapuan
jalan-jalan protokol dan jalan-jalan umum, taman terbuka, serta tanah lapang
b. Pengumpulan sampah di lokasi pemukiman ( rumah penduduk ) untuk dibuang
ke tempat pembuangan sampah sementara (TPSS)
c. Kegiatan pembersihan selokan/ parit-parit dilakukan bila selokan-selokan
tersumbat dan ditumbuhi semak belukar.
Kegiatan operasional kebersihan dilaksanakan pada pagi hari sekitar jam
efisien. Dalam hal ini, kegiatan operasional kebersihan dikerjakan oleh 5- 9 petugas
dari masing-masing kelurahan dengan didukung sarana dan prasarana keranjang
sampah, gerobak sampah, sapu, cangkul, garpu, parang, dan lain-lain.
2. Pengangkutan Sampah dari TPSS ke TPA
Pengangkutan sampah dari TPSS ke TPA dilakukan dengan menggunakan truk.
Setiap truk pengangkut sampah beroperasi mengutip sampah dari tempat pembuangan
sampah sementara/ TPSS dan tempat lainnya pada dua hingga tiga kelurahan. Kemudian
membuang sampah tersebut ke tempat pembuangan sampah akhir/TPA.
Pengangkutan sampah dilaksanakan dua kali sehari yaitu plug/trip I dimulai dari
pukul 08.00-12.00 WIB. Sarana dan prasarana pendukungnya adalah dump truck/ mobil
pengangkut sampah, armroll / mobil pengangkut container, dan bak penampung
sampah (container). Peralatan kebersihan seperti cangkul, sekop, dan sapu untuk setiap
dump truck dan peralatan kebersihan seperti keranjang sampah, garpu, dan parang untuk
setiap armroll.
3. Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah yang telah diangkut ke TPA kemudian dikelola. Sampah dipisahkan
menjadi sampah basah dan sampah kering. Sampah basah kemudian dikelola menjadi
kompos dan makanan ternak. Sampah kering dikumpul untuk dipakai kembali dan di
daur ulang. Selanjutnya sampah yang tidak dapat diolah atau didaur ulang akan
ditumpuk di TPA.
Pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pematangsiantar,
pengelolaan sampah dilakukan dengan cara dumping. Awalnya Dinas LHK
menggunakan cara sanitary landfill namun karena adanya beberapa kendala maka cara
sebagai bahan penimbun sampah, keterbatasan alat, dan juga kondisi TPA yang saat ini
tidak lagi mendukung penggunaan sanitary landfill.
Meskipun demikian, penggunaan cara dumping ini tidak mengganggu kehidupan
masyarakat, karena TPA yang dimiliki oleh pemerintah kota Pematangsiantar terletak
jauh dari pemukiman masyarakat. TPA tersebut terletak 2,5 km dari perumahan
masyarakat, 2 km dari sungai terdekat, dan 5 km dari pusat kota.
Sampah-sampah yang telah dibuang ke TPA tersebut harus segera dikondisikan
agar tidak berserakan ke luar areal TPA dengan jam kerja pada pukul 08.00-13.00 WIB
dan pukul 14.00-19.00 WIB. Ada sebanyak lima orang petugas menangani
sampah-sampah tersebut yang didukung dengan sarana dan prasarana seperti ruang
pengomposan, bulldozer, dan excavator.
B. Data Petugas Lapangan
1. Data Identitas Informan
Data identitas informan yang akan disajikan mencakup jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan jabatan. Berikut adalah penyajian data identitas informan.
Tabel 1. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Laki-laki 25 83,33%
2. Perempuan 5 16,67%
Jumlah 30 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2008
(16,67%) informan berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian informan laki-laki
lebih banyak dibandingkan informan perempuan.
Tabel 2. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Usia.
No Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 21-30 tahun 3 10%
2. 31-40 tahun 4 13,33%
3. 41-50 tahun 15 50%
4. > 50 tahun 8 26,67%
Jumlah 30 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2008
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa informan yang berusia antara 21-30
tahun ada sebanyak 3 orang (10%), yang berusia 31-40 tahun ada sebanyak 4 orang
(13,33%), sedangkan yang berusia 41-50 tahun ada sebanyak 15 orang (50%), dan yang
berusia lebih dari 50 tahun berjumlah 8 orang (26,67%).
Tabel 3. Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. SD/ Sederajat 11 36,67%
2. SLTP/ Sederajat 8 26,66%
3. SLTA/ Sederajat 11 36,67%
4. Diploma - -
5. S-1 - -
Jumlah 30 100%