KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN
HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN
SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN
PANGKALAN MASYHUR
KECAMATAN MEDAN JOHOR
TESIS
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN
HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN
SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN
PANGKALAN MASYHUR
KECAMATAN MEDAN JOHOR
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ADISTI MARITADINDA ADMAR 107003032/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji pada
Tanggal 01 Februari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. Rujiman, M.A
Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, S.E, M. Pd, Ph. D
2. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si
3. Dr. H. B. Tarmizi, S.E, S.U
Judul Tesis : KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR, KECAMATAN MEDAN JOHOR
Nama Mahasiswa : Adisti Maritadinda Admar
Nomor Pokok : 107003032
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. Rujiman, M.A) (Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,S.E) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)
PERNYATAAN
Judul Tesis
KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN
KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR
INFORMAL DI KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR,
KECAMATAN MEDAN JOHOR
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah
benar hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian –
bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian –
bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik
yang penulis sandang dan sanksi – sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Medan, 01 Februari 2013 Penulis,
KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INFORMAL DI
KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR KECAMATAN MEDAN JOHOR
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor, mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor dan mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitar kawasan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan variabel independen adalah kawasan Hutan Kota Cadika dan variabel dependen adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan. Data primer dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan dan pengisian kuesioner terhadap responden dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan study kelayakan (master plan) penataan kawasan Hutan Kota Cadika (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), dan laporan dari Kantor Camat Kecamatan Medan Johor 2010. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terkait dengan adanya pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika, berperan postif terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.
Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika juga secara simultan dan parsial memiliki peran yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.
THE STUDY ON THE ROLE OF CADIKA URBAN FOREST DEVELOPMENT ON THE GROWTH OF INFORMAL
SECTOR IN KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR MEDAN JOHOR SUBDISTRICT
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out the role of Cadika Urban Forest development in creating job opportunity, improving the income of informal sector practitioners, and improving the quality of the environment in or in the vicnity of Cadika area in Kelurahan Pangkalan Masyhur, Medan Johor Subdistrict.
The independent variable of this study was the area of Cadika Urban Forest and its dependent variables were job opportunity creation, improvement of the income of informal sector practitioners, and improvement of environmental quality. The primary data were obtained through field observation and distributing questionnaires to the respondents. The secondary data for this study were report of the feasibility study (master plan) on the structuring of Cadika Urban Forest area (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), and the 2010 report from the office the head of
Medan Johor Subdistrict. The result of this study showed that community’s
perception related to the existence of Cadika Urban Forest area development,played a positive role in creating job opportunity, improvement of the income of formal sector practitioners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.
Simultaneously and partially, Cadika Urban Forest development had a significant role in creating job opportunity, improvement of the income of informal sector practitoners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan semestinya. Tesis ini berjudul Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, Penulis sangat berhutang budi dan mengucapkan terimakasih yang mendalam atas bimbingan yang tak ternilai kepada yang terhormat Bapak Dr. Drs. Rujiman, M.A selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd. Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi arahan, saran, kritikan serta dukungan yang menjadi motivasi kepada Penulis untuk menyelesaikan penelitian ini sejak proposal penelitian dibuat hingga menjadi tesis.
Pada kesempatan ini, Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjan USU Medan.
3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M. Si, Bapak Dr. H. B. Tarmizi, S.E, S.U, dan Bapak Ir. Supriadi, M.S selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran yang cukup berarti bagi kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh Dosen pengajar, yang telah banyak memberikan ilmu dan juga beserta Staf Administrasi yang telah banyak memberikan bantuan sejak awal perkuliahan hinggan penyelesaian tesis ini.
5. Teman – teman satu angkatan yang sudah banyak memberikan kenangan yang baik bagi Penulis.
6. Secara khusus Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Ayahanda Drs. Admar Jas, M.Sc, Apt dan Ibunda Hartaty yang telah mengasuh, mebesarkan, mendidik dan selalu mendoakan Penulis.
Akhirnya, Peneliti mohon maaf kepada semua pihak atas segala kekurangan. Semoga tesis in dapat bermanfaat bagi ilmu perencanaan wilayah dan juga bernanfaat bagi penelitian selanjutnya.
Medan, 01 Februari 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Adisti Maritadinda Admar lahir di Medan pada tanggal 14 July 1983. Lahir dari pasangan Bapak Admar Jas dan Hartaty, yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menjalankan pendidikan dasar di SD Negeri 5 Bandung hingga tahun 1992 dan menyelesaikan pendidikan dasar tahun 1994 di SD Ikal Kota Medan. Pada tahun 1997, Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Negeri 1 Medan dan pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 3 Medan dan pada tahun 2000 Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 3 Bandung. Kemudian pada tahun 2005, Penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Universitas Trisakti Jakarta, Jurusan Arsitektur Lansekap pada Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan.
Pada tahun 2011 mengikuti pendidikan Sekolah Pacasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).
Pada tahun 2008, tepatnya tanggal 25 Oktober menikah di Medan dengan
Ramadhoni Dwi Payana, S.T yang berprofesi sebagai arsitek dan telah dikaruniai dua anak yaitu Arfha Addya Raya Dwipayana lahir tanggal 27 Maret 2010 dan Chicko Adrian Syahrezy Dwipayana lahir tanggal 25 September 2012.
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1 Kebutuhan Hutan Kota Di Perkotaan ... 8
2.2 Fungsi dan Hutan Kota ... 11
2.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota sebagai Tempat Wisata ... 19
2.4 Pengertian dan Ciri – Ciri Sektor Informal ... 20
2.5 Sektor Informal sebagai Lapangan Kerja ... 22
2.6 Dampak Pengembangan Suatu Kawasan sebagai Tempat Wisata terhadap Pertumbuhan Perekonomian Masyarakat ... 23
2.7 Pengembangan Wilayah ... 24
2.8 Penelitian Terdahulu ...29
2.9 Hipotesis ... 30
2.10Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ...32
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...32
3.2 Populasi dan Sampel ...34
3.3 Pengumpulan Data ...36
3.3.1 Sumber Data ...36
3.3.2 Teknik Observasi yang Dilakukan ... 37
3.4 Variabel Penelitian ... 38
3.5 Uji Kualitas Data ... 38
3.5.1 Uji Validitas ... 39
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 39
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 40
3.6.1 Uji Normalitas ... 40
3.6.2 Uji Heteroskedastisitas ... 40
3.7 Metode Analisis Data ...41
3.8 Uji Hipotesis ... 42
3.8.2 Uji Simultan (F)... 43
3.8.3 Uji Parsial (t-test) ... 43
3.9 Defenisi Operasional ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...45
4.1Gambaran Umum ... 45
4.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Kecamatan ...46
4.1.2 Kependudukan ... 47
4.1.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika pada Saat Ini 52 4.2 Analisis Karakteristik Responden ... 58
4.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 58
4.2.2 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 60
4.2.3 Karakteristik Responden berdasarkan Suku ... 60
4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan ... 61
4.2.5 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ...63
4.2.6 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Pekerja... 64
4.3 Uji Kualitas Data ... 66
4.3.1 Uji Validitas ... 66
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 67
4.4 Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika ... 68
4.4.1 Penjelasan Responden atas Variabel Kawasan Hutan Kota Cadika ... 68
4.5 Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Penciptaan Lapangan Kerja di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor ... 69
4.5.1 Penjelasan Responden atas Variabel Penciptaan Lapangan Kerja ... 69
4.5.2 Uji Asumsi Klasik Variabel Penciptaan Lapangan Kerja .. 70
4.5.3 Analisis Variabel Penciptaan Lapangan Kerja ... 73
4.6 Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor ... 78
4.6.1 Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 78
4.6.2 Uji Asumsi Klasik Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 79
4.6.3 Analisis Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 82
4.7 Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor ... 86
4.7.1 Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 86
4.7.2 Uji Asumsi Klasik Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 87
4.7.3 Analisis Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 90
BAB IV PENUTUP ... 96
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Sektor Informal yang ada pada Kelurahan Pangkalan Masyhur dan
Kelurahan Gedung Johor...35
4.1. Luas Wilayah, Persentase terhadap Luas Kecamatan, Jumlah Lingkungan, RT, RW dan Blok Sensus di Kecamatan Medan Johor 46 4.2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Johor ...47
4.3. Data Kependudukan berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Johor 48 4.4. Data Kependudukan berdasarkan Agama di KecamatanMedan Johor 49 4.5. Data Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Johor ...50
4.6. Data Kependudukan berdasarkan Status Kewarganegaraan di Kecamatan Medan Johor ...51
4.7. Data Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Johor ...51
4.8. Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 59
4.9. Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 60
4.10. Karakteristik Responden berdasarkan Suku ... 61
4.11. Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan ... 62
4.12. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 63
4.13. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Pekerja ... 65
4.14. Hasil Pengujian Validitas ... 66
4.15. Hasil Pengujian Reliabilitas ... 66
4.19. Uji Glejser ... 72
4.20. Hasil Uji Regresi Hipotesis Pertama ...74
4.21. Nilai Koefisien Determinasi ...74
4.22. Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 75
4.23. Hasil Uji Parsial (T-Test) ... 76
4.24. Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 78
4.25. One Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 79
4.26 . Uji Glejser ... 81
4.27. Hasil Uji Regresi Hipotesis Kedua ... 82
4.28. Nilai Koefisien Determinasi ... 83
4.29. Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 84
4.30. Hasil Uji Parsial (T-Test) ... 85
4.31. Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 86
4.32. One Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 87
4.33. Uji Glejser ... 89
4.34. Hasil Uji Regresi Hipotesis Ketiga ... 90
4.35. Nilai Koefisien Determinasi ... 91
4.36. Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 92
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1. Kegiatan Sektor Informal yang Tumbuh di sekitar Kawasan
Hutan Kota Cadika ... 4
2.1. Pilar – Pilar Pengembangan Wilayah menurut Budiharsono(2005)....27
2.2. Kerangka Berpikir ... 31
3.1. Kawasan Perencanaan Hutan Kota Cadika ... 33
3.2. Kawasan Sekitar Hutan Kota Cadika ... 33
3.3. Peta Orientasi Kawasan Hutan Kota Cadika ... 37
4.1. Grafik Kependudukan berdasarkan Suku ... 48
4.2. Grafik Kependudukan berdasarkan Agama ... 49
4.3. Grafik Kependudukan berdasarkan Pekerjaan ...50
4.4. Master Plan Kawasan Hutan Kota Cadika ... 52
4.5 Pembagian Zona Kawasan Hutan Kota Cadika ... 53
4.6. Perspektif Pembagian Zona Kawasan Hutan Kota Cadika ... 58
4.7. Diagram Pembagian Umur Responden ... 59
4.8. Diagram Pembagian Agama Responden ... 60
4.9. Diagram Pembagian Suku Responden ... 61
4.10. Diagram Pembagian Pendapatan Responden ... 62
4.11 . Diagram Pembagian Pendidikan Responden ...63
4.12. Diagram Pembagian Jumlah Pekerja Responden ... 65
4.13. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Kwasan Hutan Kota Cadika dengan Penciptaan Lapangan Kerja ... 71
4.15. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Kwasan Hutan Kota Cadika dengan Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor
Informal ... 80
4.16. Hasil Scatter Plot Uji Heteroskedasitas Hipotesis Kedua ... 81
4.17. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Kawasan Hutan
Kota Cadika dengan Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ...102
2. Data Responden ...106
3. Tanggapan Responden ...111
4. Uji Validitas dan Reliabilitas ...114
5. Regresi Penelitian ...118
6. Npar Tests (One Sample Kolmogorov-Smirnov Test) ... 118
7. Foto Dokumentasi Survei ...125
KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INFORMAL DI
KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR KECAMATAN MEDAN JOHOR
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor, mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor dan mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitar kawasan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan variabel independen adalah kawasan Hutan Kota Cadika dan variabel dependen adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan. Data primer dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan dan pengisian kuesioner terhadap responden dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan study kelayakan (master plan) penataan kawasan Hutan Kota Cadika (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), dan laporan dari Kantor Camat Kecamatan Medan Johor 2010. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terkait dengan adanya pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika, berperan postif terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.
Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika juga secara simultan dan parsial memiliki peran yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.
THE STUDY ON THE ROLE OF CADIKA URBAN FOREST DEVELOPMENT ON THE GROWTH OF INFORMAL
SECTOR IN KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR MEDAN JOHOR SUBDISTRICT
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out the role of Cadika Urban Forest development in creating job opportunity, improving the income of informal sector practitioners, and improving the quality of the environment in or in the vicnity of Cadika area in Kelurahan Pangkalan Masyhur, Medan Johor Subdistrict.
The independent variable of this study was the area of Cadika Urban Forest and its dependent variables were job opportunity creation, improvement of the income of informal sector practitioners, and improvement of environmental quality. The primary data were obtained through field observation and distributing questionnaires to the respondents. The secondary data for this study were report of the feasibility study (master plan) on the structuring of Cadika Urban Forest area (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), and the 2010 report from the office the head of
Medan Johor Subdistrict. The result of this study showed that community’s
perception related to the existence of Cadika Urban Forest area development,played a positive role in creating job opportunity, improvement of the income of formal sector practitioners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.
Simultaneously and partially, Cadika Urban Forest development had a significant role in creating job opportunity, improvement of the income of informal sector practitoners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Hutan Kota di Perkotaan
Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di
wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya
kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
rekreasi dan kegunaan khusus lainnya. Hutan kota merupakan bentuk persekutuan
vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan
atau dekat kota. Hutan di perkotaan ini tidak memungkinkan berada dalam areal
yang luas. Bentuknya juga tidak harus dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota
dapat dibangun pada berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan
kriteria untuk menetapkan bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang
dapat dipergunakan adalah kriteria lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat
penting hutan kota berupa manfaat lingkungan yang terdiri atas konservasi
mikroklimat, keindahan, serta konservasi flora dan kehidupan liar. (Irwan, 1996)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota, didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang bertumbuhan
pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan
dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan luas minimal sebesar 0.25
ha dalam satu hamparan yang kompak (hamparan yang menyatu). Kehadiran
memberikan nuansa kelembutan tersendiri. Perkembangan kota yang lazimnya
diwarnai dengan aneka rona kekerasan, dalam arti harfiah ataupun kiasan, sedikit
banyak dapat dilunakkan dengan elemen alamiah seperti air (baik yang
diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir) dan aneka tanaman (mulai dari rumput,
semak sampai pohon).
Dalam pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya,
ditentukan berdasarkan pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai dan
letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi
menjadi lima kelas yaitu :
1. Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan
untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah
keindahan dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi
udara yang diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus
meningkat dan lain sebagainya di wilayah pemukiman.
2. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain
limbah padat, cair, maupun gas.
3. Hutan Kota Wisata/ Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana
bermain untuk anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan
dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi
4. Hutan Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk
mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap
objek tertentu, baik flora maupun faunanya di alam.
5. Hutan Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan
kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan
seperti pasar, terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di
samping itu hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan
yang berlalulintas padat (Irwan, 1997).
Secara umum bentuk hutan kota adalah :
1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah
kawat listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas
hambatan.
2. Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan
ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa
manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman
biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah.
4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya
dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan
kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah
lain baik dalam negeri maupun luar negeri.
5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan
kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai
2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Kota
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi
lingkungan perkotaan yang rusak adalah dengan pembangunan Ruang Terbuka
Hijau Kota (RTHK) yang mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem kota.
Upaya ini bisa dilakukan dengan cara membangun hutan kota yang memiliki
beranekaragam manfaat. Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Identitas Kota
Jenis tanaman dapat dijadikan simbol atau lambang suatu kota yang dapat
dikoleksi pada areal hutan kota. Propinsi Sumatra Barat misalnya, flora
yang dikembangkan untuk tujuan tersebut di atas adalah Enau (Arenga
pinnata) dengan alasan pohon tersebut serba guna dan istilah pagar-ruyung
menyiratkan makna pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis
(Cinnamomum burmanii), karena potensinya besar dan banyak diekspor
dari daerah ini.
2. Nilai Estetika
Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan
menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi
dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi
kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi
kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku.
Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai
estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan
3. Penyerap Karbondioksida (CO2)
Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting,
selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan
berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat
menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran,
maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan
fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua
tumbuhan, baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya
dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon
dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2).
Proses kimia pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah
6 CO2 + 6 H2O + Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2.
Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses
fotosintesis dapat menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan
beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah
kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen yang
sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Jenis tanaman yang baik
sebagai penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah
damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung
(Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin
(Ficus benjamina). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan
jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon
4. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan
mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan sekitarnya. Pada musim
hujan laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh penutupan vegetasi
yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang
tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di lingkungan
perkotaan. Hutan kota dengan luas minimal setengah hektar mampu
menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam
tanah sejumlah 10.219 m³ setiap tahun (Urban Forest Research, 2002).
5. Penahan Angin
Hutan kota berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi
kecepatan angin 75 - 80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
mendesain hutan kota untuk menahan angin adalah sebagai berikut :
a. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan
yang kuat.
1. Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan
kecepatan sedang.
2. Memiliki jenis perakaran dalam.
3. Memiliki kerapatan yang cukup (50 - 60 %).
4. Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat
melindungi wilayah yang diinginkan.
b. Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai
menghemat energi sampai dengan 50 persen energi yang digunakan
untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada
musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan
memberikan kesejukan di dalam ruangan (Forest Service
Publications. 2003d. Trees save energy, 2003).
6. Ameliorasi Iklim
Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk
menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari
dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik
(reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu hutan sangat
dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi
jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara
pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi
oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh hutan
kota adalah kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada
daerah-daerah kota yang panas (heat island) akibat pantulan panas matahari yang
berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan
suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperatur
atmosfer pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service Publications,
2003b. Trees Modify Local Climate, 2003).
7. Habitat Hidupan Liar
Hutan kota bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar
tempat perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa
terutama burung, mamalia kecil dan serangga. Hutan kota dapat
menciptakan lingkungan alami dan keanekaragaman tumbuhan dapat
menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan
untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service Publications, 2003c.
Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity,
2003).
8. Produksi Terbatas atau Manfaat Ekonomi
Manfaat hutan kota dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi hutan kota
diperoleh dari penjualan atau penggunaan hasil hutan kota berupa kayu
bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman hutan kota yang
bisa menghasilkan biji, buah atau bunga dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi,
kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk
dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga
tanjung dapat diambil bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku,
asam, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat kota. Sedangkan secara tidak
langsung, manfaat ekonomi hutan kota berupa perlindungan terhadap
angin serta fungsi hutan kota sebagai perindang, menambah kenyamanan
masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota.
Hutan kota dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan
cara menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya,
orang-orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih
lama di sepanjang jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang
berpohon akan disewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan
harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan
pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan
produktifitas yang tinggi kepada para pekerja (Forest Service Publications,
2003a. Trees Increase Economic Stability, 2003).
9. Pencemaran Lingkungan Perkotaan
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan
pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika
dan kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi
langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian,
peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam
bebas (Sastrawijaya, 2000).
Pencemaran udara ialah jika udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau
radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup. Jumlah
pengotoran ini cukup banyak sehingga tidak dapat diabsorpsi atau
dihilangkan. Umumnya pengotoran ini bersifat alamiah, misalnya gas
pembusukan, debu akibat erosi, dan serbuk tepung sari yang terbawa
angin, kemudian ditambah oleh manusia karena ulah hidupnya dan jumlah
digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu (1) pergesekan permukaan; (2)
penguapan; (3) pembakaran; (Sastrawijaya, 2000).
Pada keadaan yang masih pada batas-batas kemampuan alamiah, udara di
atmosfer sebagai suatu sistem mempunyai kemampuan ekologis untuk
beradaptasi dan mengadakan mekanisme pengendalian alamiah (ecological
auto-mechanism) dengan unsur-unsur yang ada dalam ekosistem
(kemampuan pengenceran dengan tumbuh-tumbuhan maupun lain-lain).
Gangguan-gangguan terhadap ketimpangan susunan udara atmosfir
dikatakan apabila zat-zat pencemar telah melewati angka batas atau baku
mutu yang ditentukan oleh kuantitas kontaminan, lamanya berlangsung
maupun potensialnya. Nilai ambang batas tersebut berbeda untuk
masing-masing kontaminan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan aspek
kesehatan, estetika, pertumbuhan industri dan lain-lain (Ryadi, 1982).
Gas buang sisa pembakaran bahan bakar minyak mengandung bahanbahan
pencemar seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), karbon
monoksida (CO), volatile hydrocarbon (VHC), suspended particulate
matter dan partikel lainnya. Bahan-bahan pencemar tersebut dapat
berdampak negatif terhadap manusia ataupun ekosistem bila melebihi
konsentrasi tertentu.
Peningkatan penggunaan bahan bakar minyak untuk sektor transportasi
menyebabkan gas buang yang mengandung polutan juga akan naik dan
10.Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida
Salah satu komponen yang penting dalam konsep tata ruang adalah
menetapkan dan mengaktifkan jalur hijau dan hutan kota, baik yang akan
direncanakan maupun yang sudah ada namun kurang berfungsi. Selain itu
jenis pohon yang ditanam perlu menjadi pertimbangan, karena setiap jenis
tanaman mempunyai kemampuan menjerap yang berbeda-beda
(Gusmailina, 1996).
Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi
jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang
sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi
ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk
proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas
karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor
dan industri (Irwan, 1992).
Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon
berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800
ton per tahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon
menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan
karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk
atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan
ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir,
kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam
kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (Intergovernmental
11.Pembangunan Berkelanjutan
Dalam usaha pelaksanaan pembangunan terasa bahwa perencanaan
ekonomi yang menghasilkan berbagai kemajuan ekonomi, serta yang dapat
diukur melalui berbagai indikator-indikator ekonomi belum dapat
memberikan gambaran bahwa usaha pembangunan berjalan secara sehat,
wajar, di berbagai bidang yang saling mendukung. Pembangunan
memerlukan indikator-indikator atau ukuranukuran yang lain yang dapat
menunjukkan sampai seberapa jauh pembangunan sosial ekonomi
berlangsung.
Dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,
dikembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air,
serta sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi. Tata ruang perlu dikelola berdasarkan pola
terpadu melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat
lingkungan alam dan lingkungan sosial.
2.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota sebagai Tempat Wisata
Menurut Fakuara (1986), hutan kota berperan sebagai sarana untuk
memenuhi kebutuhan wisata atau rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi
dengan sarana bermain untuk anak – anak atau remaja, tempat peristirahatan,
perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat
produksi oksigen. Menurut Irwan (1997), hutan kota yang dibangun pada areal
pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe
penyediaan habitat satwa khususnya burung, tempat bermain dan tempat
bersantai. Dengan mengembangkan kawasan hutan kota menjadi tempat wisata,
tentu saja hal ini akan sangat berdampak bukan hanya terhadap lingkungan akan
tetapi juga terhadap masyarakat dan pemerintah.
2.4 Pengertian dan Ciri Ciri Sektor Informal
Menurut Hidayat (1983) dalam Hermanto (1995), di Indonesia pengertian
umum dari sektor informal pedagang kaki lima meliputi tiga hal, yaitu :
1. Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari
pemerintah, seperti perlindungan tarif terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan pemberian kredit dengan bunga yang relatif rendah,
pembimbingan teknis dan ketatalaksanaan perlindungan dan perawatan
tenaga kerja, penyediaan tekhnologi dan hak paten;
2. Sektor yang belum mempergunakan bantuan ekonomi pemerintah,
walaupun bantuan itu telah tersedia;
3. Sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah, tetapi bantuan itu belum sanggup membuat
unit usaha tersebut berdiri.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan
ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun
penerimaannya.
2. Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang
3. Modal, peraturan dan perlengkapan maupun pemasukan biasanya kecil dan
diusahakan atas dasar hitungan harian.
4. Pada umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanent dan tidak
terpisah dengan tempat tinggal.
5. Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar.
6. Pada umumnya dilakukan oleh golongan masyarakat yang berpendapatan
rendah.
7. Tidak selalu membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga
secara luwes dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam
tingkat pendidikan (Departemen Kesehatan RI, 1994)
Menurut Simanjuntak (1985) dalam Departemen Kesehatan RI (1994),
sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional, yaitu usaha-usaha ekonomi
di luar sektor modern atau sektor formal seperti perusahaan, pabrik dan
sebagainya, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kegiatan usaha biasanya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama
banyak orang bahkan kadang-kadang usaha perorangan dan sistem
pembagian kerja yang tidak ketat.
2. Skala usaha relative kecil, biasanya dimulai dengan modal dan usaha
kecil-kecilan.
3. Biasanya tidak memiliki izin usaha seperti halnya Firma, Perseroan
Terbatas atau CV.
4. Sebagai akibat yang pertama, kedua dan ketiga membuka usaha disektor
2.5 Sektor Informal sebagai Penciptaan Lapangan Kerja
Timbulnya sektor informal adalah akibat dari meluapnya atau
membengkaknya angkatan kerja disatu pihak dan menyempitnya lapangan kerja
dipihak yang lain. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang tersedia tidak cukup
menampung angkatan kerja yang ada. Permasalahan ini menimbulkan banyaknya
penganggur dan setengah penganggur. Oleh karenanya, secara naluri masyarakat
ini berusaha kecil-kecilan sesuai dengan kebiasaan mereka. Inilah yang
memunculkan usaha sektor informal (Departemen Kesehatan RI, 1994).
Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan
kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif
kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan
tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan
salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan
semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan
tenaga kerja. Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi
angka pengangguran di Indonesia (Harahap, 1998).
Tjiptoherijanto (1989) mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara
umum kegiatan sektor informal memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi
golongan masyarakat kelas bawah sebenarnya penghasilan mereka cukup tinggi
meskipun didapatkan dengan penuh kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi orang-orang yang mencari pekerjaan yang mengakibatkan banyak
2.6 Dampak Pengembangan Suatu Kawasan sebagai Tempat Wisata Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Masyarakat
Spillane (1993) menitikberatkan bahwa pengukuran dampak ekonomi
pariwisata akan lebih tepat dilakukan fokus pada aktifitas wisata tertentu yang
sedang berkembang pesat dan sumberdaya pariwisata yang dipergunakannya serta
segala dampak – dampaknya. Adapun dampak pengembangan tempat wisata
terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian
masyarakat lokal menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan
menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor
ekonomi lainnya.
2. Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah adalah kontribusi
langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak
pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis
pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh instansi
terkait. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap
pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang
yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang
berkunjung.
3. Pariwisata sangat berperan terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan
usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub,
taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
4. Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah
lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air
pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat
meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat lokal
itu sendiri sebagai tuan rumah.
5. Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai
ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa
pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua
pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya
penghasilan para pekerja dari sektor informal seperti sopir taksi tidak
resmi, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya.
2.7 Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan
mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang
merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah.
Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman
yang muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain.
Menurut Saefulhakim, dkk (2002) Wilayah Pengembangan adalah
pewilayahan untuk tujuan pengembangan/ pembangunan/ development.
Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu :
1. Pertumbuhan;
3. Keberimbangan;
4. Kemandirian; dan
5. Keberlanjutan.
Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi
berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat
alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan
dalam kesatuan wilayah perencanaan.
Alkadri (2001) mendefinisikan pengembangan wilayah sebagai program
yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan
sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu wilayah.
Pendapat lain menyebutkan pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan
menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan
wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis
yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya
pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan
permasalahan wilayah yang bersangkutan (Ryadi, 2002).
Tujuan pengembangan wilayah mengandung 2 (dua) sisi yang saling
berkaitan yaitu sisi sosial dan ekonomis. Dengan kata lain pengembangan wilayah
adalah merupakan upaya memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan
Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada
pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah
yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan
kesejahteraan sosial masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya
mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana
pembangunan nasional, pengembangan wilayah lebih ditekankan pada
penyusunan paket pengembangan wilayah terpadu dengan mengenali sektor
strategis (potensial) yang perlu dikembangkan di suatu wilayah (Friedmann &
Allonso, 1964).
Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak – tidaknya
perlu ditopang oleh 6 pilar/ aspek, yaitu :
1. Aspek Biogeofisik;
2. Aspek Ekonomi;
3. Aspek Sosial Budaya;
4. Aspek Kelembagaan;
5. Aspek Lokasi; dan
Dapat kita pada bagan berikut ini :
Dari gambar di atas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan
terhadap pengembangan wilayah, yaitu aspek biogeofisik meliputi kandungan
sumber daya hayati, sumber daya non hayati, jasa – jasa maupun sarana dan
prasarana yang ada di wilayah tersebut. Pada aspek ekonomi meliputi kegiatan
ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik,
dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi
tawar (dalam bidang politik), budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan.
Pada aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu
dengan wilayah lainnya yang berhubungan dnegan sarana produksi, pengelolaan
maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana
proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak. Aspek kelembagaan Gambar 2.1. Pilar-pilar pengembangan wilayah menurut Budiharsono
meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah
apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundang
– undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada di wilayah tersebut.
Analisa pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini
dilihat dari aspek lokasi, aspek ekonomi dan aspek lingkungannya. Di dalam
aspek lokasi ini terdapat potensi lokasi dari Kawasan Hutan Kota Cadika sebagai
hutan kota dan tempat wisata lokal. Sedangkan dari segi keberadaannya lokasi
atau kestrategisannya, kawasan ini terletak di tengah – tengah kota Medan dan
aksesibilitas cukup mudah untuk menjangkaunya.
Dari segi aspek ekonomi sendiri, penelitian ini membahas tentang
penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang tentunya
akan berperan terhadap pertumbuhan sektor informal pada Kawasan Hutan Kota
Cadika ini. Dan dari segi aspek lingkungannya, penelitian ini akan membahas
tentang dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dengan adanya pengembangan
Kawasan Hutan Kota Cadika ini dan bagaimana sektor informal yang tumbuh
akibat pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika ini ikut berperan dalam
menjaga dan melestarikan kawasan, dimana hal ini merupakan hal yang sangat
mendasar namun cakupannya sangat luas mengarah ke berbagai bidang nantinya
2.8 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan kajian tentang peranan pengembangan kawasan wisata
terhadap pertumbuhan sektor informal yang pernah dilakukan seperti penelitian
yang dilakukan Purba (2006) dalam tesisnya “Pengembangan Pariwisata terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Karo”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan pariwisata
dengan peningkatan kesempatan kerja (khususnya sektor informal) dan
pendapatan masyarakat di Kabupaten Karo.
Kemudian penelitian dari Manurung (2011) dalam tesisnya “Kontribusi
Pengembangan Objek Wisata Pedesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun”,
menyimpulkan bahwa pengembangan objek wisata pedesaan memberikan
kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, hal ini disebabkan masyarakat
memperoleh pendapatan atas peluang memperoleh pekerjaan dengan adanya
pembangunan hotel, losmen dan restoran serta membuka usaha dengan cara
berdagang/ berjualan makanan dan minuman, souvenir, sehingga mampu
menopang kehiudpan masyarakat itu sendiri.
Selain itu, penelitian Tohar (2003) dalam tesisnya “Profil dan Strategi
Pengembangan Sektor Informal di Kota Medan”(Studi Kasus Pedagang Makanan
dan Minuman), menyimpulkan bahwa pekerjaan sektor informal merupakan
bagian dari kota dan memiliki jalinan istimewa dengan lingkungan. Sektor
informal sendiri dapat menampung angkatan kerja yang masih menganggur. Tentu
pembangunan. Banyak kegiatan perekonomian sektor informal yang memberikan
pekerjaan kepada penduduk, meningkatkan pendapatan (walaupun sedikit dan
tidak tetap) namun dapat mempertahankan kehidupan yang subsistem.
Berdasarkan penelusuran beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
terdahulu, tampaknya secara khusus yang menelaah kajian tentang peranan
pengembangan kawasan wisata terhadap pertumbuhan sektor informal yang masih
dalam proses pembangunan belum ada. Sehingga dengan demikian penelitian ini
dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana peranan pengembangan
kawasan wisata khususnya hutan kota yang masih dalam tahap pembangunan
terhadap prospek pertumbuhan sektor informal di sekitar kawasan wisata tersebut.
2.9 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis yang didapat adalah
sebagai berikut:
1. Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika memiliki peran positif
terhadap penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur,
kecamatan Medan Johor.
2. Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika memiliki peran positif
terhadap peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan
Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor.
3. Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika memiliki peran positif
terhadap peningkatan kualitas lingkungan di kelurahan Pangkalan
2.10 Kerangka Berpikir
Pengembangan kawasan berperan terhadap penciptaan lapangan kerja,
peningkatan pendapatan bagi para pelaku sektor informal (pedagang) dan juga
peningkatan kualitas lingkungan baik pada kawasan Hutan Kota Cadika dan
kawasan sekitarnya. Ketiga aspek tersebut tentunya diharapkan akan berperan
positif bagi pertumbuhan sektor informal di wilayah tersebut yang pada akhirnya
secara tidak langsung akan berdampak terhadap pengembangan wilayah di sekitar
kawasan Hutan Kota Cadika. Berikut kerangka berpikir yang dapat digambarkan :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan kota Medan sebagai kota Metropolitan,
dimana pembangunan telah berlangsung sedemikian pesatnya. Hal ini perlu
diimbangi dengan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya hutan
kota yang cukup berguna untuk menjaga kualitas udara, kualitas thermal dan
daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 yang mengharuskan suatu perkotaan khususnya kota metropolitan untuk
memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) mencapai 30% dari
luas wilayahnya, yang terdiri atas 10% RTH privat dan 20% RTH publik dan
Hutan Kota sendiri merupakan bagian dari RTHK yang memiliki besaran sekitar
1,5 % dari luasan kota. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kota Medan
menetapkan Kawasan Hutan Kota Cadika yang berlokasi di kelurahan Pangkalan
Masyhur, kecamatan Medan Johor, menjadi salah satu hutan kota yang telah
ditetapkan dalam RTRW Kota Medan No. 13 Tahun 2011.
Kawasan Hutan Kota Cadika ini memiliki luasan sekitar 273.600 m² atau
± 27,4 Hektar. Dahulunya, kawasan Hutan Kota Cadika ini adalah salah satu
objek wisata yang menarik di Kota Medan, dimana pada danau eksisting kawasan
Hutan Kota Cadika ini dapat dilakukan rekreasi air seperti sepeda air, memancing
dan menjadi objek yang menarik. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,
Kegiatan yang masih dan terus berjalan pada kawasan ini adalah kegiatan Gerakan
Pramuka, dimana kader – kader muda pramuka sering melakukan kegiatan seperti
tracking di area hutan di bagian Barat Kawasan.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kota Medan sepakat untuk
membangun dan menata kembali kawasan Hutan Kota Cadika menjadi tempat
tujuan wisata lokal bagi warga Medan dan sekitarnya. Adapun rencana
pembangunan kawasan Hutan Kota Cadika ini terdiri dari zona publik yang
meliputi area rekreasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), parkir
rekreasi, danau, restaurant terapung, outbond, tropical garden. Zona Semi Publik
meliputi lapangan upacara, kantor UPT, taman parkir, hortikultura, penangkaran
burung dan rusa. Dan zona Privat meliputi hutan konservasi, camping ground,
aula, perkantoran, asrama putra – putri.
Dari sarana dan prasarana yang akan dibangun, tentu saja pembangunan
kawasan ini bertujuan selain untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi
masyarakat kota Medan baik secara sosial dan ekologis yaitu dapat menjadi
paru-paru kota yang berfungsi menurunkan emisi karbon dari polusi udara akibat
aktivitas perkotaan, turut menjaga konservasi tanah, air dan serta pelestarian
plasma nutfah terutama jenis tanaman langka khas Medan, sebagai perlindungan
satwa, terutama jenis burung, dan menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat, juga
untuk meningkatkan peningkatan ekonomi terutama dibidang sektor informal bagi
masyarakat kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor pada
Dengan adanya perencanaan pembangunan sarana dan prasarana wisata di
kawasan Hutan Kota Cadika, diharapkan dapat terjadi peningkatan ekonomi dan
industri bagi masyarakat yang ada disekitar kawasan khususnya pada sektor
informal. Pengelolaan kawasan yang baik dan berkelanjutan diharapkan mampu
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di sekitar kawasan tersebut.
Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata
akan memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam
penyediaan barang dan jasa.
Menurut Widodo (2005), sektor informal merupakan sektor yang tidak
terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated) dan kebanyakan legal
akan tetapi tidak terdaftar (unregistered). Sektor informal memiliki karakteristik
seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh
individu atau keluarga, tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan
sektor formal. Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif
sedikit berusaha dibidang produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
kelompok tertentu di dalam masyarakat. Usaha tersebut dilaksanakan di
tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal
(Winardi, 2000).
Perkembangan sektor informal khususnya dikelurahan Pangkalan
Masyhur yang memiliki perkembangan yang cukup tinggi dibandingkan dengan
kelurahan lainnya yang ada di kecamatan Medan Johor. Yang paling dominan
tempat – tempat menjual makanan dan minuman, seperti restaurant kecil serta
toko – toko yang menjual segala jenis makanan dan minuman.
Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika kelurahan Pangkalan
Masyhur, Kecamatan Medan Johor oleh Pemerintah Kota Medan dapat
merangsang pertumbuhan perekonomian masyarakat khusunya pada kawasan
sekitar dan dapat menjadi stimulus berinvestasi bagi masyarakat serta
menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi
lainnya. Tentunya kontribusi dari pengembangan kawasan ini akan berdampak
secara langsung maupun tidak langsung terhadap pendapatan Pemerintah Kota
Medan itu sendiri. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang
dipungut dari para pelaku sektor informal pada kawasan Hutan Kota Cadika ini
yang diterima langsung oleh instansi terkait. Sedangkan kontribusi tidak langsung
pengembangan kawasan ini adalah terhadap pendapatan pemerintah berasal dari
pajak yang dikenakan kepada masyarakat yang datang berkunjung di kawasan
Selain itu juga, pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika ini juga akan
berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha – usaha
terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha
kerajinan seni souvenir. Tentu saja dengan adanya pembangunan ini, akan
berakibat terhadap pengembangan wilayah di kelurahan Pangkalan Masyhur,
Kecamatan Medan Johor.
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mencoba untuk mengkaji peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika
terhadap pertumbuhan sektor informal pada wilayah sekitar, dengan judul :
Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan
Medan Johor.
1.2 Perumusan Masalah
Bertolak kondisi di atas, maka dalam penelitian ini memiliki rumusan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan
Medan Johor?
2. Bagaimana peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan
Masyhur, kecamatan Medan Johor?
3. Bagaimana peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari kajian peranan pengembangan kawasan Hutan Kota
Cadika terhadap pertumbuhan sektor informal pada wilayah sekitar ini adalah :
1. Mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan
Medan Johor.
2. Mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan
Masyhur, kecamatan Medan Johor.
3. Mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap
peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitar kawasan.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan juga
bermanfaat bagi Pemerintah Kota Medan. Adapun manfaat secara spesifik adalah
sebagai berikut :
1. Untuk dapat memperkirakan sejauh mana pengaruh kebijakan Pemerintah
Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi mikro yang ada di sekitar
kawasan Hutan Kota Cadika.
2. Untuk mengetahui persentase masyarakat dalam kebijakan pemerintah
untuk menjaga dan melestarikan hutan kota dalam rangka peningkatan
kualitas lingkungan.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan untuk menyusun
di sekitar kawasan Hutan Kota Cadika sebagai akibat dari pengembangan
kawasan Hutan Kota Cadika ini.
4. Sebagai informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang
peranan dan pengelolaan kawasan hutan kota menjadi daerah tujuan wisata
lokal yang telah terbangun terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada kawasan Hutan Kota Cadika dan sekitarnya, di
kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor. Adapun alasan
pemilihan lokasi penelitian ini adalah :
1. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai salah satu hutan kota di kota Medan ke
dalam RTRW Kota Medan No. 13 Tahun 2011.
2. Pada tahun 2011 Pemerintah Kota Medan mulai melaksanakan
pembangunan kembali Kawasan Hutan Kota Cadika menjadi tempat tujuan
wisata lokal, yang masih berlangsung hingga saat ini.
Penelitian dilakukan mulai dari bulan September sampai dengan
November 2012 dengan tahapan dimulai dari studi pendahuluan, pemilihan
masalah, penelusuran pustaka, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan
data dan menyusun laporan penelitian.
Penelitian ini dilakukan terhadap :
a. Wilayah di kawasan Hutan Kota Cadika, kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor;
b. Wilayah sekitar kawasan Hutan Kota Cadika yaitu sepanjang Jl. Karya Wisata sampai mulai dari simpang Jl. Karya Jasa sampai dengan simpang
Jl. Eka Rasmi, yang meliputi kelurahan Pangkalan Mashyur dan kelurahan
Gambar 3.1. Kawasan Perencanaan Hutan Kota Cadika Sumber : BAPPEDA Kota Medan, 2011
KAWASAN HUTAN KOTA
CADIKA
KAWASAN SEKITAR