• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN

HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN

SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN

PANGKALAN MASYHUR

KECAMATAN MEDAN JOHOR

TESIS

Oleh

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(2)

KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN

HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN

SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN

PANGKALAN MASYHUR

KECAMATAN MEDAN JOHOR

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADISTI MARITADINDA ADMAR 107003032/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji pada

Tanggal 01 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Rujiman, M.A

Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, S.E, M. Pd, Ph. D

2. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si

3. Dr. H. B. Tarmizi, S.E, S.U

(4)

Judul Tesis : KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR, KECAMATAN MEDAN JOHOR

Nama Mahasiswa : Adisti Maritadinda Admar

Nomor Pokok : 107003032

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. Rujiman, M.A) (Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,S.E) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN

KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR

INFORMAL DI KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR,

KECAMATAN MEDAN JOHOR

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah

benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian –

bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian

disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian –

bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik

yang penulis sandang dan sanksi – sanksi lainnya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

Medan, 01 Februari 2013 Penulis,

(6)

KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INFORMAL DI

KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR KECAMATAN MEDAN JOHOR

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor, mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor dan mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitar kawasan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan variabel independen adalah kawasan Hutan Kota Cadika dan variabel dependen adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan. Data primer dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan dan pengisian kuesioner terhadap responden dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan study kelayakan (master plan) penataan kawasan Hutan Kota Cadika (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), dan laporan dari Kantor Camat Kecamatan Medan Johor 2010. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terkait dengan adanya pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika, berperan postif terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.

Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika juga secara simultan dan parsial memiliki peran yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.

(7)

THE STUDY ON THE ROLE OF CADIKA URBAN FOREST DEVELOPMENT ON THE GROWTH OF INFORMAL

SECTOR IN KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR MEDAN JOHOR SUBDISTRICT

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out the role of Cadika Urban Forest development in creating job opportunity, improving the income of informal sector practitioners, and improving the quality of the environment in or in the vicnity of Cadika area in Kelurahan Pangkalan Masyhur, Medan Johor Subdistrict.

The independent variable of this study was the area of Cadika Urban Forest and its dependent variables were job opportunity creation, improvement of the income of informal sector practitioners, and improvement of environmental quality. The primary data were obtained through field observation and distributing questionnaires to the respondents. The secondary data for this study were report of the feasibility study (master plan) on the structuring of Cadika Urban Forest area (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), and the 2010 report from the office the head of

Medan Johor Subdistrict. The result of this study showed that community’s

perception related to the existence of Cadika Urban Forest area development,played a positive role in creating job opportunity, improvement of the income of formal sector practitioners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.

Simultaneously and partially, Cadika Urban Forest development had a significant role in creating job opportunity, improvement of the income of informal sector practitoners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan semestinya. Tesis ini berjudul Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, Penulis sangat berhutang budi dan mengucapkan terimakasih yang mendalam atas bimbingan yang tak ternilai kepada yang terhormat Bapak Dr. Drs. Rujiman, M.A selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd. Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi arahan, saran, kritikan serta dukungan yang menjadi motivasi kepada Penulis untuk menyelesaikan penelitian ini sejak proposal penelitian dibuat hingga menjadi tesis.

Pada kesempatan ini, Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjan USU Medan.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M. Si, Bapak Dr. H. B. Tarmizi, S.E, S.U, dan Bapak Ir. Supriadi, M.S selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran yang cukup berarti bagi kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen pengajar, yang telah banyak memberikan ilmu dan juga beserta Staf Administrasi yang telah banyak memberikan bantuan sejak awal perkuliahan hinggan penyelesaian tesis ini.

5. Teman – teman satu angkatan yang sudah banyak memberikan kenangan yang baik bagi Penulis.

6. Secara khusus Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Ayahanda Drs. Admar Jas, M.Sc, Apt dan Ibunda Hartaty yang telah mengasuh, mebesarkan, mendidik dan selalu mendoakan Penulis.

(9)

Akhirnya, Peneliti mohon maaf kepada semua pihak atas segala kekurangan. Semoga tesis in dapat bermanfaat bagi ilmu perencanaan wilayah dan juga bernanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Medan, 01 Februari 2013 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Adisti Maritadinda Admar lahir di Medan pada tanggal 14 July 1983. Lahir dari pasangan Bapak Admar Jas dan Hartaty, yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menjalankan pendidikan dasar di SD Negeri 5 Bandung hingga tahun 1992 dan menyelesaikan pendidikan dasar tahun 1994 di SD Ikal Kota Medan. Pada tahun 1997, Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Negeri 1 Medan dan pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 3 Medan dan pada tahun 2000 Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 3 Bandung. Kemudian pada tahun 2005, Penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Universitas Trisakti Jakarta, Jurusan Arsitektur Lansekap pada Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan.

Pada tahun 2011 mengikuti pendidikan Sekolah Pacasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

Pada tahun 2008, tepatnya tanggal 25 Oktober menikah di Medan dengan

Ramadhoni Dwi Payana, S.T yang berprofesi sebagai arsitek dan telah dikaruniai dua anak yaitu Arfha Addya Raya Dwipayana lahir tanggal 27 Maret 2010 dan Chicko Adrian Syahrezy Dwipayana lahir tanggal 25 September 2012.

(11)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

2.1 Kebutuhan Hutan Kota Di Perkotaan ... 8

2.2 Fungsi dan Hutan Kota ... 11

2.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota sebagai Tempat Wisata ... 19

2.4 Pengertian dan Ciri – Ciri Sektor Informal ... 20

2.5 Sektor Informal sebagai Lapangan Kerja ... 22

2.6 Dampak Pengembangan Suatu Kawasan sebagai Tempat Wisata terhadap Pertumbuhan Perekonomian Masyarakat ... 23

2.7 Pengembangan Wilayah ... 24

2.8 Penelitian Terdahulu ...29

2.9 Hipotesis ... 30

2.10Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ...32

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...32

3.2 Populasi dan Sampel ...34

3.3 Pengumpulan Data ...36

3.3.1 Sumber Data ...36

3.3.2 Teknik Observasi yang Dilakukan ... 37

3.4 Variabel Penelitian ... 38

3.5 Uji Kualitas Data ... 38

3.5.1 Uji Validitas ... 39

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 39

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 40

3.6.1 Uji Normalitas ... 40

3.6.2 Uji Heteroskedastisitas ... 40

3.7 Metode Analisis Data ...41

3.8 Uji Hipotesis ... 42

(12)

3.8.2 Uji Simultan (F)... 43

3.8.3 Uji Parsial (t-test) ... 43

3.9 Defenisi Operasional ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...45

4.1Gambaran Umum ... 45

4.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Kecamatan ...46

4.1.2 Kependudukan ... 47

4.1.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika pada Saat Ini 52 4.2 Analisis Karakteristik Responden ... 58

4.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 58

4.2.2 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 60

4.2.3 Karakteristik Responden berdasarkan Suku ... 60

4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan ... 61

4.2.5 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ...63

4.2.6 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Pekerja... 64

4.3 Uji Kualitas Data ... 66

4.3.1 Uji Validitas ... 66

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 67

4.4 Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika ... 68

4.4.1 Penjelasan Responden atas Variabel Kawasan Hutan Kota Cadika ... 68

4.5 Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Penciptaan Lapangan Kerja di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor ... 69

4.5.1 Penjelasan Responden atas Variabel Penciptaan Lapangan Kerja ... 69

4.5.2 Uji Asumsi Klasik Variabel Penciptaan Lapangan Kerja .. 70

4.5.3 Analisis Variabel Penciptaan Lapangan Kerja ... 73

4.6 Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor ... 78

4.6.1 Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 78

4.6.2 Uji Asumsi Klasik Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 79

4.6.3 Analisis Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 82

4.7 Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan di Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor ... 86

4.7.1 Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 86

4.7.2 Uji Asumsi Klasik Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 87

4.7.3 Analisis Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 90

(13)

BAB IV PENUTUP ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Sektor Informal yang ada pada Kelurahan Pangkalan Masyhur dan

Kelurahan Gedung Johor...35

4.1. Luas Wilayah, Persentase terhadap Luas Kecamatan, Jumlah Lingkungan, RT, RW dan Blok Sensus di Kecamatan Medan Johor 46 4.2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Johor ...47

4.3. Data Kependudukan berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Johor 48 4.4. Data Kependudukan berdasarkan Agama di KecamatanMedan Johor 49 4.5. Data Kependudukan berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Johor ...50

4.6. Data Kependudukan berdasarkan Status Kewarganegaraan di Kecamatan Medan Johor ...51

4.7. Data Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Johor ...51

4.8. Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 59

4.9. Karakteristik Responden berdasarkan Agama ... 60

4.10. Karakteristik Responden berdasarkan Suku ... 61

4.11. Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan ... 62

4.12. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 63

4.13. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Pekerja ... 65

4.14. Hasil Pengujian Validitas ... 66

4.15. Hasil Pengujian Reliabilitas ... 66

(15)

4.19. Uji Glejser ... 72

4.20. Hasil Uji Regresi Hipotesis Pertama ...74

4.21. Nilai Koefisien Determinasi ...74

4.22. Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 75

4.23. Hasil Uji Parsial (T-Test) ... 76

4.24. Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor Informal ... 78

4.25. One Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 79

4.26 . Uji Glejser ... 81

4.27. Hasil Uji Regresi Hipotesis Kedua ... 82

4.28. Nilai Koefisien Determinasi ... 83

4.29. Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 84

4.30. Hasil Uji Parsial (T-Test) ... 85

4.31. Penjelasan Responden atas Variabel Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 86

4.32. One Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 87

4.33. Uji Glejser ... 89

4.34. Hasil Uji Regresi Hipotesis Ketiga ... 90

4.35. Nilai Koefisien Determinasi ... 91

4.36. Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 92

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1. Kegiatan Sektor Informal yang Tumbuh di sekitar Kawasan

Hutan Kota Cadika ... 4

2.1. Pilar – Pilar Pengembangan Wilayah menurut Budiharsono(2005)....27

2.2. Kerangka Berpikir ... 31

3.1. Kawasan Perencanaan Hutan Kota Cadika ... 33

3.2. Kawasan Sekitar Hutan Kota Cadika ... 33

3.3. Peta Orientasi Kawasan Hutan Kota Cadika ... 37

4.1. Grafik Kependudukan berdasarkan Suku ... 48

4.2. Grafik Kependudukan berdasarkan Agama ... 49

4.3. Grafik Kependudukan berdasarkan Pekerjaan ...50

4.4. Master Plan Kawasan Hutan Kota Cadika ... 52

4.5 Pembagian Zona Kawasan Hutan Kota Cadika ... 53

4.6. Perspektif Pembagian Zona Kawasan Hutan Kota Cadika ... 58

4.7. Diagram Pembagian Umur Responden ... 59

4.8. Diagram Pembagian Agama Responden ... 60

4.9. Diagram Pembagian Suku Responden ... 61

4.10. Diagram Pembagian Pendapatan Responden ... 62

4.11 . Diagram Pembagian Pendidikan Responden ...63

4.12. Diagram Pembagian Jumlah Pekerja Responden ... 65

4.13. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Kwasan Hutan Kota Cadika dengan Penciptaan Lapangan Kerja ... 71

(17)

4.15. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Kwasan Hutan Kota Cadika dengan Peningkatan Pendapatan Pelaku Sektor

Informal ... 80

4.16. Hasil Scatter Plot Uji Heteroskedasitas Hipotesis Kedua ... 81

4.17. Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Kawasan Hutan

Kota Cadika dengan Peningkatan Kualitas Lingkungan ... 88

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ...102

2. Data Responden ...106

3. Tanggapan Responden ...111

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ...114

5. Regresi Penelitian ...118

6. Npar Tests (One Sample Kolmogorov-Smirnov Test) ... 118

7. Foto Dokumentasi Survei ...125

(19)

KAJIAN PERANAN PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN KOTA CADIKA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR INFORMAL DI

KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR KECAMATAN MEDAN JOHOR

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor, mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor dan mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitar kawasan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan variabel independen adalah kawasan Hutan Kota Cadika dan variabel dependen adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan. Data primer dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan dan pengisian kuesioner terhadap responden dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan study kelayakan (master plan) penataan kawasan Hutan Kota Cadika (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), dan laporan dari Kantor Camat Kecamatan Medan Johor 2010. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terkait dengan adanya pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika, berperan postif terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.

Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika juga secara simultan dan parsial memiliki peran yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan pelaku sektor informal dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitarnya.

(20)

THE STUDY ON THE ROLE OF CADIKA URBAN FOREST DEVELOPMENT ON THE GROWTH OF INFORMAL

SECTOR IN KELURAHAN PANGKALAN MASYHUR MEDAN JOHOR SUBDISTRICT

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out the role of Cadika Urban Forest development in creating job opportunity, improving the income of informal sector practitioners, and improving the quality of the environment in or in the vicnity of Cadika area in Kelurahan Pangkalan Masyhur, Medan Johor Subdistrict.

The independent variable of this study was the area of Cadika Urban Forest and its dependent variables were job opportunity creation, improvement of the income of informal sector practitioners, and improvement of environmental quality. The primary data were obtained through field observation and distributing questionnaires to the respondents. The secondary data for this study were report of the feasibility study (master plan) on the structuring of Cadika Urban Forest area (Bappeda Kota Medan, 2011), Kecamatan Medan Johor dalam Angka 2010 (BPS, 2011), and the 2010 report from the office the head of

Medan Johor Subdistrict. The result of this study showed that community’s

perception related to the existence of Cadika Urban Forest area development,played a positive role in creating job opportunity, improvement of the income of formal sector practitioners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.

Simultaneously and partially, Cadika Urban Forest development had a significant role in creating job opportunity, improvement of the income of informal sector practitoners, and improvement of environmental quality in or in the vicnity of Cadika Urban Forest area.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Hutan Kota di Perkotaan

Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di

wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya

kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,

rekreasi dan kegunaan khusus lainnya. Hutan kota merupakan bentuk persekutuan

vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan

atau dekat kota. Hutan di perkotaan ini tidak memungkinkan berada dalam areal

yang luas. Bentuknya juga tidak harus dalam bentuk blok, akan tetapi hutan kota

dapat dibangun pada berbagai penggunaan lahan. Oleh karena itu diperlukan

kriteria untuk menetapkan bentuk dan luasan hutan kota. Kriteria penting yang

dapat dipergunakan adalah kriteria lingkungan. Hal ini berkaitan dengan manfaat

penting hutan kota berupa manfaat lingkungan yang terdiri atas konservasi

mikroklimat, keindahan, serta konservasi flora dan kehidupan liar. (Irwan, 1996)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan

Kota, didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang bertumbuhan

pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara

maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang

berwenang. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan

dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan luas minimal sebesar 0.25

ha dalam satu hamparan yang kompak (hamparan yang menyatu). Kehadiran

(22)

memberikan nuansa kelembutan tersendiri. Perkembangan kota yang lazimnya

diwarnai dengan aneka rona kekerasan, dalam arti harfiah ataupun kiasan, sedikit

banyak dapat dilunakkan dengan elemen alamiah seperti air (baik yang

diam-tenang maupun yang bergerak-mengalir) dan aneka tanaman (mulai dari rumput,

semak sampai pohon).

Dalam pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya,

ditentukan berdasarkan pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai dan

letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi

menjadi lima kelas yaitu :

1. Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan

untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah

keindahan dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi

udara yang diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus

meningkat dan lain sebagainya di wilayah pemukiman.

2. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain

limbah padat, cair, maupun gas.

3. Hutan Kota Wisata/ Rekreasi, berperan sebagai sarana untuk memenuhi

kebutuhan rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana

bermain untuk anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan

dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi

(23)

4. Hutan Kota Konservasi, hutan kota ini mengandung arti penting untuk

mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap

objek tertentu, baik flora maupun faunanya di alam.

5. Hutan Kota Pusat Kegiatan, hutan kota ini berperan untuk meningkatkan

kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan

seperti pasar, terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di

samping itu hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan

yang berlalulintas padat (Irwan, 1997).

Secara umum bentuk hutan kota adalah :

1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah

kawat listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas

hambatan.

2. Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan

ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa

manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman

biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah.

4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya

dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan

kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah

lain baik dalam negeri maupun luar negeri.

5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan

kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai

(24)

2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Kota

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi

lingkungan perkotaan yang rusak adalah dengan pembangunan Ruang Terbuka

Hijau Kota (RTHK) yang mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem kota.

Upaya ini bisa dilakukan dengan cara membangun hutan kota yang memiliki

beranekaragam manfaat. Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Identitas Kota

Jenis tanaman dapat dijadikan simbol atau lambang suatu kota yang dapat

dikoleksi pada areal hutan kota. Propinsi Sumatra Barat misalnya, flora

yang dikembangkan untuk tujuan tersebut di atas adalah Enau (Arenga

pinnata) dengan alasan pohon tersebut serba guna dan istilah pagar-ruyung

menyiratkan makna pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis

(Cinnamomum burmanii), karena potensinya besar dan banyak diekspor

dari daerah ini.

2. Nilai Estetika

Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan

menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi

dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi

kesan keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi

kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku.

Suatu studi yang dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai

estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan

(25)

3. Penyerap Karbondioksida (CO2)

Hutan merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting,

selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan

berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat

menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran,

maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan

fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua

tumbuhan, baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya

dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon

dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2).

Proses kimia pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah

6 CO2 + 6 H2O + Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2.

Proses fotosintesis sangat bermanfaat bagi manusia. Pada proses

fotosintesis dapat menyerap gas yang bila konsentarasinya meningkat akan

beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah

kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen yang

sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Jenis tanaman yang baik

sebagai penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah

damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung

(Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin

(Ficus benjamina). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan

jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon

(26)

4. Pelestarian Air Tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan

mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan

mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan sekitarnya. Pada musim

hujan laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh penutupan vegetasi

yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi air tanah yang

tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di lingkungan

perkotaan. Hutan kota dengan luas minimal setengah hektar mampu

menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam

tanah sejumlah 10.219 m³ setiap tahun (Urban Forest Research, 2002).

5. Penahan Angin

Hutan kota berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi

kecepatan angin 75 - 80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

mendesain hutan kota untuk menahan angin adalah sebagai berikut :

a. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan

yang kuat.

1. Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan

kecepatan sedang.

2. Memiliki jenis perakaran dalam.

3. Memiliki kerapatan yang cukup (50 - 60 %).

4. Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat

melindungi wilayah yang diinginkan.

b. Penanaman pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai

(27)

menghemat energi sampai dengan 50 persen energi yang digunakan

untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada

musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan

memberikan kesejukan di dalam ruangan (Forest Service

Publications. 2003d. Trees save energy, 2003).

6. Ameliorasi Iklim

Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk

menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari

dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik

(reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu hutan sangat

dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi

jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara

pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi

oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh hutan

kota adalah kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada

daerah-daerah kota yang panas (heat island) akibat pantulan panas matahari yang

berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini akan menghasilkan

suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperatur

atmosfer pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service Publications,

2003b. Trees Modify Local Climate, 2003).

7. Habitat Hidupan Liar

Hutan kota bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar

(28)

tempat perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa

terutama burung, mamalia kecil dan serangga. Hutan kota dapat

menciptakan lingkungan alami dan keanekaragaman tumbuhan dapat

menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan

untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service Publications, 2003c.

Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity,

2003).

8. Produksi Terbatas atau Manfaat Ekonomi

Manfaat hutan kota dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi hutan kota

diperoleh dari penjualan atau penggunaan hasil hutan kota berupa kayu

bakar maupun kayu perkakas. Penanaman jenis tanaman hutan kota yang

bisa menghasilkan biji, buah atau bunga dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf gizi,

kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari selain untuk

dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga

tanjung dapat diambil bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku,

asam, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat kota. Sedangkan secara tidak

langsung, manfaat ekonomi hutan kota berupa perlindungan terhadap

angin serta fungsi hutan kota sebagai perindang, menambah kenyamanan

masyarakat kota dan meningkatkan nilai estetika lingkungan kota.

(29)

Hutan kota dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan

cara menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya,

orang-orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih

lama di sepanjang jalur hijau, kantor-kantor dan apartemen di areal yang

berpohon akan disewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan

harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan

pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan

produktifitas yang tinggi kepada para pekerja (Forest Service Publications,

2003a. Trees Increase Economic Stability, 2003).

9. Pencemaran Lingkungan Perkotaan

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan

pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika

dan kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi

langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian,

peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam

bebas (Sastrawijaya, 2000).

Pencemaran udara ialah jika udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau

radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup. Jumlah

pengotoran ini cukup banyak sehingga tidak dapat diabsorpsi atau

dihilangkan. Umumnya pengotoran ini bersifat alamiah, misalnya gas

pembusukan, debu akibat erosi, dan serbuk tepung sari yang terbawa

angin, kemudian ditambah oleh manusia karena ulah hidupnya dan jumlah

(30)

digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu (1) pergesekan permukaan; (2)

penguapan; (3) pembakaran; (Sastrawijaya, 2000).

Pada keadaan yang masih pada batas-batas kemampuan alamiah, udara di

atmosfer sebagai suatu sistem mempunyai kemampuan ekologis untuk

beradaptasi dan mengadakan mekanisme pengendalian alamiah (ecological

auto-mechanism) dengan unsur-unsur yang ada dalam ekosistem

(kemampuan pengenceran dengan tumbuh-tumbuhan maupun lain-lain).

Gangguan-gangguan terhadap ketimpangan susunan udara atmosfir

dikatakan apabila zat-zat pencemar telah melewati angka batas atau baku

mutu yang ditentukan oleh kuantitas kontaminan, lamanya berlangsung

maupun potensialnya. Nilai ambang batas tersebut berbeda untuk

masing-masing kontaminan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan aspek

kesehatan, estetika, pertumbuhan industri dan lain-lain (Ryadi, 1982).

Gas buang sisa pembakaran bahan bakar minyak mengandung bahanbahan

pencemar seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), karbon

monoksida (CO), volatile hydrocarbon (VHC), suspended particulate

matter dan partikel lainnya. Bahan-bahan pencemar tersebut dapat

berdampak negatif terhadap manusia ataupun ekosistem bila melebihi

konsentrasi tertentu.

Peningkatan penggunaan bahan bakar minyak untuk sektor transportasi

menyebabkan gas buang yang mengandung polutan juga akan naik dan

(31)

10.Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida

Salah satu komponen yang penting dalam konsep tata ruang adalah

menetapkan dan mengaktifkan jalur hijau dan hutan kota, baik yang akan

direncanakan maupun yang sudah ada namun kurang berfungsi. Selain itu

jenis pohon yang ditanam perlu menjadi pertimbangan, karena setiap jenis

tanaman mempunyai kemampuan menjerap yang berbeda-beda

(Gusmailina, 1996).

Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi

jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang

sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi

ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk

proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas

karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor

dan industri (Irwan, 1992).

Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon

berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800

ton per tahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon

menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan

karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk

atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan

ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir,

kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam

kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (Intergovernmental

(32)

11.Pembangunan Berkelanjutan

Dalam usaha pelaksanaan pembangunan terasa bahwa perencanaan

ekonomi yang menghasilkan berbagai kemajuan ekonomi, serta yang dapat

diukur melalui berbagai indikator-indikator ekonomi belum dapat

memberikan gambaran bahwa usaha pembangunan berjalan secara sehat,

wajar, di berbagai bidang yang saling mendukung. Pembangunan

memerlukan indikator-indikator atau ukuranukuran yang lain yang dapat

menunjukkan sampai seberapa jauh pembangunan sosial ekonomi

berlangsung.

Dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,

dikembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air,

serta sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang

harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan

kependudukan yang serasi. Tata ruang perlu dikelola berdasarkan pola

terpadu melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat

lingkungan alam dan lingkungan sosial.

2.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota sebagai Tempat Wisata

Menurut Fakuara (1986), hutan kota berperan sebagai sarana untuk

memenuhi kebutuhan wisata atau rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi

dengan sarana bermain untuk anak – anak atau remaja, tempat peristirahatan,

perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat

produksi oksigen. Menurut Irwan (1997), hutan kota yang dibangun pada areal

pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe

(33)

penyediaan habitat satwa khususnya burung, tempat bermain dan tempat

bersantai. Dengan mengembangkan kawasan hutan kota menjadi tempat wisata,

tentu saja hal ini akan sangat berdampak bukan hanya terhadap lingkungan akan

tetapi juga terhadap masyarakat dan pemerintah.

2.4 Pengertian dan Ciri Ciri Sektor Informal

Menurut Hidayat (1983) dalam Hermanto (1995), di Indonesia pengertian

umum dari sektor informal pedagang kaki lima meliputi tiga hal, yaitu :

1. Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari

pemerintah, seperti perlindungan tarif terhadap barang dan jasa yang

dihasilkan pemberian kredit dengan bunga yang relatif rendah,

pembimbingan teknis dan ketatalaksanaan perlindungan dan perawatan

tenaga kerja, penyediaan tekhnologi dan hak paten;

2. Sektor yang belum mempergunakan bantuan ekonomi pemerintah,

walaupun bantuan itu telah tersedia;

3. Sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau fasilitas yang

disediakan oleh pemerintah, tetapi bantuan itu belum sanggup membuat

unit usaha tersebut berdiri.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan

ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun

penerimaannya.

2. Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang

(34)

3. Modal, peraturan dan perlengkapan maupun pemasukan biasanya kecil dan

diusahakan atas dasar hitungan harian.

4. Pada umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanent dan tidak

terpisah dengan tempat tinggal.

5. Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar.

6. Pada umumnya dilakukan oleh golongan masyarakat yang berpendapatan

rendah.

7. Tidak selalu membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga

secara luwes dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam

tingkat pendidikan (Departemen Kesehatan RI, 1994)

Menurut Simanjuntak (1985) dalam Departemen Kesehatan RI (1994),

sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional, yaitu usaha-usaha ekonomi

di luar sektor modern atau sektor formal seperti perusahaan, pabrik dan

sebagainya, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kegiatan usaha biasanya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama

banyak orang bahkan kadang-kadang usaha perorangan dan sistem

pembagian kerja yang tidak ketat.

2. Skala usaha relative kecil, biasanya dimulai dengan modal dan usaha

kecil-kecilan.

3. Biasanya tidak memiliki izin usaha seperti halnya Firma, Perseroan

Terbatas atau CV.

4. Sebagai akibat yang pertama, kedua dan ketiga membuka usaha disektor

(35)

2.5 Sektor Informal sebagai Penciptaan Lapangan Kerja

Timbulnya sektor informal adalah akibat dari meluapnya atau

membengkaknya angkatan kerja disatu pihak dan menyempitnya lapangan kerja

dipihak yang lain. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang tersedia tidak cukup

menampung angkatan kerja yang ada. Permasalahan ini menimbulkan banyaknya

penganggur dan setengah penganggur. Oleh karenanya, secara naluri masyarakat

ini berusaha kecil-kecilan sesuai dengan kebiasaan mereka. Inilah yang

memunculkan usaha sektor informal (Departemen Kesehatan RI, 1994).

Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan

kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif

kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan

tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan

salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan

semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan

tenaga kerja. Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi

angka pengangguran di Indonesia (Harahap, 1998).

Tjiptoherijanto (1989) mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara

umum kegiatan sektor informal memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi

golongan masyarakat kelas bawah sebenarnya penghasilan mereka cukup tinggi

meskipun didapatkan dengan penuh kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik

tersendiri bagi orang-orang yang mencari pekerjaan yang mengakibatkan banyak

(36)

2.6 Dampak Pengembangan Suatu Kawasan sebagai Tempat Wisata Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Masyarakat

Spillane (1993) menitikberatkan bahwa pengukuran dampak ekonomi

pariwisata akan lebih tepat dilakukan fokus pada aktifitas wisata tertentu yang

sedang berkembang pesat dan sumberdaya pariwisata yang dipergunakannya serta

segala dampak – dampaknya. Adapun dampak pengembangan tempat wisata

terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian

masyarakat lokal menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan

menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor

ekonomi lainnya.

2. Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah adalah kontribusi

langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak

pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis

pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh instansi

terkait. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap

pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang

yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang

berkunjung.

3. Pariwisata sangat berperan terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan

usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub,

taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.

4. Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah

lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air

(37)

pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat

meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat lokal

itu sendiri sebagai tuan rumah.

5. Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai

ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa

pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua

pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya

penghasilan para pekerja dari sektor informal seperti sopir taksi tidak

resmi, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya.

2.7 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan

mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal

(peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang

merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah.

Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber

daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman

yang muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain.

Menurut Saefulhakim, dkk (2002) Wilayah Pengembangan adalah

pewilayahan untuk tujuan pengembangan/ pembangunan/ development.

Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu :

1. Pertumbuhan;

(38)

3. Keberimbangan;

4. Kemandirian; dan

5. Keberlanjutan.

Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi

berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat

alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan

dalam kesatuan wilayah perencanaan.

Alkadri (2001) mendefinisikan pengembangan wilayah sebagai program

yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan

sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu wilayah.

Pendapat lain menyebutkan pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu

perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan

menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan

wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis

yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya

pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan

permasalahan wilayah yang bersangkutan (Ryadi, 2002).

Tujuan pengembangan wilayah mengandung 2 (dua) sisi yang saling

berkaitan yaitu sisi sosial dan ekonomis. Dengan kata lain pengembangan wilayah

adalah merupakan upaya memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas

hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan

(39)

Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada

pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah

yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan

kesejahteraan sosial masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya

mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana

pembangunan nasional, pengembangan wilayah lebih ditekankan pada

penyusunan paket pengembangan wilayah terpadu dengan mengenali sektor

strategis (potensial) yang perlu dikembangkan di suatu wilayah (Friedmann &

Allonso, 1964).

Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak – tidaknya

perlu ditopang oleh 6 pilar/ aspek, yaitu :

1. Aspek Biogeofisik;

2. Aspek Ekonomi;

3. Aspek Sosial Budaya;

4. Aspek Kelembagaan;

5. Aspek Lokasi; dan

(40)

Dapat kita pada bagan berikut ini :

Dari gambar di atas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan

terhadap pengembangan wilayah, yaitu aspek biogeofisik meliputi kandungan

sumber daya hayati, sumber daya non hayati, jasa – jasa maupun sarana dan

prasarana yang ada di wilayah tersebut. Pada aspek ekonomi meliputi kegiatan

ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik,

dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi

tawar (dalam bidang politik), budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan.

Pada aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu

dengan wilayah lainnya yang berhubungan dnegan sarana produksi, pengelolaan

maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana

proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak. Aspek kelembagaan Gambar 2.1. Pilar-pilar pengembangan wilayah menurut Budiharsono

(41)

meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah

apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundang

– undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada di wilayah tersebut.

Analisa pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini

dilihat dari aspek lokasi, aspek ekonomi dan aspek lingkungannya. Di dalam

aspek lokasi ini terdapat potensi lokasi dari Kawasan Hutan Kota Cadika sebagai

hutan kota dan tempat wisata lokal. Sedangkan dari segi keberadaannya lokasi

atau kestrategisannya, kawasan ini terletak di tengah – tengah kota Medan dan

aksesibilitas cukup mudah untuk menjangkaunya.

Dari segi aspek ekonomi sendiri, penelitian ini membahas tentang

penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang tentunya

akan berperan terhadap pertumbuhan sektor informal pada Kawasan Hutan Kota

Cadika ini. Dan dari segi aspek lingkungannya, penelitian ini akan membahas

tentang dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dengan adanya pengembangan

Kawasan Hutan Kota Cadika ini dan bagaimana sektor informal yang tumbuh

akibat pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika ini ikut berperan dalam

menjaga dan melestarikan kawasan, dimana hal ini merupakan hal yang sangat

mendasar namun cakupannya sangat luas mengarah ke berbagai bidang nantinya

(42)

2.8 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kajian tentang peranan pengembangan kawasan wisata

terhadap pertumbuhan sektor informal yang pernah dilakukan seperti penelitian

yang dilakukan Purba (2006) dalam tesisnya “Pengembangan Pariwisata terhadap

Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Karo”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengembangan pariwisata

dengan peningkatan kesempatan kerja (khususnya sektor informal) dan

pendapatan masyarakat di Kabupaten Karo.

Kemudian penelitian dari Manurung (2011) dalam tesisnya “Kontribusi

Pengembangan Objek Wisata Pedesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun”,

menyimpulkan bahwa pengembangan objek wisata pedesaan memberikan

kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, hal ini disebabkan masyarakat

memperoleh pendapatan atas peluang memperoleh pekerjaan dengan adanya

pembangunan hotel, losmen dan restoran serta membuka usaha dengan cara

berdagang/ berjualan makanan dan minuman, souvenir, sehingga mampu

menopang kehiudpan masyarakat itu sendiri.

Selain itu, penelitian Tohar (2003) dalam tesisnya “Profil dan Strategi

Pengembangan Sektor Informal di Kota Medan”(Studi Kasus Pedagang Makanan

dan Minuman), menyimpulkan bahwa pekerjaan sektor informal merupakan

bagian dari kota dan memiliki jalinan istimewa dengan lingkungan. Sektor

informal sendiri dapat menampung angkatan kerja yang masih menganggur. Tentu

(43)

pembangunan. Banyak kegiatan perekonomian sektor informal yang memberikan

pekerjaan kepada penduduk, meningkatkan pendapatan (walaupun sedikit dan

tidak tetap) namun dapat mempertahankan kehidupan yang subsistem.

Berdasarkan penelusuran beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh

terdahulu, tampaknya secara khusus yang menelaah kajian tentang peranan

pengembangan kawasan wisata terhadap pertumbuhan sektor informal yang masih

dalam proses pembangunan belum ada. Sehingga dengan demikian penelitian ini

dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana peranan pengembangan

kawasan wisata khususnya hutan kota yang masih dalam tahap pembangunan

terhadap prospek pertumbuhan sektor informal di sekitar kawasan wisata tersebut.

2.9 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis yang didapat adalah

sebagai berikut:

1. Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika memiliki peran positif

terhadap penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur,

kecamatan Medan Johor.

2. Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika memiliki peran positif

terhadap peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan

Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor.

3. Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika memiliki peran positif

terhadap peningkatan kualitas lingkungan di kelurahan Pangkalan

(44)

2.10 Kerangka Berpikir

Pengembangan kawasan berperan terhadap penciptaan lapangan kerja,

peningkatan pendapatan bagi para pelaku sektor informal (pedagang) dan juga

peningkatan kualitas lingkungan baik pada kawasan Hutan Kota Cadika dan

kawasan sekitarnya. Ketiga aspek tersebut tentunya diharapkan akan berperan

positif bagi pertumbuhan sektor informal di wilayah tersebut yang pada akhirnya

secara tidak langsung akan berdampak terhadap pengembangan wilayah di sekitar

kawasan Hutan Kota Cadika. Berikut kerangka berpikir yang dapat digambarkan :

(45)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan kota Medan sebagai kota Metropolitan,

dimana pembangunan telah berlangsung sedemikian pesatnya. Hal ini perlu

diimbangi dengan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya hutan

kota yang cukup berguna untuk menjaga kualitas udara, kualitas thermal dan

daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

2007 yang mengharuskan suatu perkotaan khususnya kota metropolitan untuk

memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) mencapai 30% dari

luas wilayahnya, yang terdiri atas 10% RTH privat dan 20% RTH publik dan

Hutan Kota sendiri merupakan bagian dari RTHK yang memiliki besaran sekitar

1,5 % dari luasan kota. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kota Medan

menetapkan Kawasan Hutan Kota Cadika yang berlokasi di kelurahan Pangkalan

Masyhur, kecamatan Medan Johor, menjadi salah satu hutan kota yang telah

ditetapkan dalam RTRW Kota Medan No. 13 Tahun 2011.

Kawasan Hutan Kota Cadika ini memiliki luasan sekitar 273.600 m² atau

± 27,4 Hektar. Dahulunya, kawasan Hutan Kota Cadika ini adalah salah satu

objek wisata yang menarik di Kota Medan, dimana pada danau eksisting kawasan

Hutan Kota Cadika ini dapat dilakukan rekreasi air seperti sepeda air, memancing

dan menjadi objek yang menarik. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,

(46)

Kegiatan yang masih dan terus berjalan pada kawasan ini adalah kegiatan Gerakan

Pramuka, dimana kader – kader muda pramuka sering melakukan kegiatan seperti

tracking di area hutan di bagian Barat Kawasan.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kota Medan sepakat untuk

membangun dan menata kembali kawasan Hutan Kota Cadika menjadi tempat

tujuan wisata lokal bagi warga Medan dan sekitarnya. Adapun rencana

pembangunan kawasan Hutan Kota Cadika ini terdiri dari zona publik yang

meliputi area rekreasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), parkir

rekreasi, danau, restaurant terapung, outbond, tropical garden. Zona Semi Publik

meliputi lapangan upacara, kantor UPT, taman parkir, hortikultura, penangkaran

burung dan rusa. Dan zona Privat meliputi hutan konservasi, camping ground,

aula, perkantoran, asrama putra – putri.

Dari sarana dan prasarana yang akan dibangun, tentu saja pembangunan

kawasan ini bertujuan selain untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi

masyarakat kota Medan baik secara sosial dan ekologis yaitu dapat menjadi

paru-paru kota yang berfungsi menurunkan emisi karbon dari polusi udara akibat

aktivitas perkotaan, turut menjaga konservasi tanah, air dan serta pelestarian

plasma nutfah terutama jenis tanaman langka khas Medan, sebagai perlindungan

satwa, terutama jenis burung, dan menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat, juga

untuk meningkatkan peningkatan ekonomi terutama dibidang sektor informal bagi

masyarakat kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor pada

(47)

Dengan adanya perencanaan pembangunan sarana dan prasarana wisata di

kawasan Hutan Kota Cadika, diharapkan dapat terjadi peningkatan ekonomi dan

industri bagi masyarakat yang ada disekitar kawasan khususnya pada sektor

informal. Pengelolaan kawasan yang baik dan berkelanjutan diharapkan mampu

memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di sekitar kawasan tersebut.

Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata

akan memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam

penyediaan barang dan jasa.

Menurut Widodo (2005), sektor informal merupakan sektor yang tidak

terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated) dan kebanyakan legal

akan tetapi tidak terdaftar (unregistered). Sektor informal memiliki karakteristik

seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh

individu atau keluarga, tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan

sektor formal. Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif

sedikit berusaha dibidang produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

kelompok tertentu di dalam masyarakat. Usaha tersebut dilaksanakan di

tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal

(Winardi, 2000).

Perkembangan sektor informal khususnya dikelurahan Pangkalan

Masyhur yang memiliki perkembangan yang cukup tinggi dibandingkan dengan

kelurahan lainnya yang ada di kecamatan Medan Johor. Yang paling dominan

(48)

tempat – tempat menjual makanan dan minuman, seperti restaurant kecil serta

toko – toko yang menjual segala jenis makanan dan minuman.

Pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika kelurahan Pangkalan

Masyhur, Kecamatan Medan Johor oleh Pemerintah Kota Medan dapat

merangsang pertumbuhan perekonomian masyarakat khusunya pada kawasan

sekitar dan dapat menjadi stimulus berinvestasi bagi masyarakat serta

menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi

lainnya. Tentunya kontribusi dari pengembangan kawasan ini akan berdampak

secara langsung maupun tidak langsung terhadap pendapatan Pemerintah Kota

Medan itu sendiri. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang

dipungut dari para pelaku sektor informal pada kawasan Hutan Kota Cadika ini

yang diterima langsung oleh instansi terkait. Sedangkan kontribusi tidak langsung

pengembangan kawasan ini adalah terhadap pendapatan pemerintah berasal dari

pajak yang dikenakan kepada masyarakat yang datang berkunjung di kawasan

(49)

Selain itu juga, pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika ini juga akan

berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha – usaha

terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha

kerajinan seni souvenir. Tentu saja dengan adanya pembangunan ini, akan

berakibat terhadap pengembangan wilayah di kelurahan Pangkalan Masyhur,

Kecamatan Medan Johor.

Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mencoba untuk mengkaji peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika

terhadap pertumbuhan sektor informal pada wilayah sekitar, dengan judul :

Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan

Medan Johor.

1.2 Perumusan Masalah

Bertolak kondisi di atas, maka dalam penelitian ini memiliki rumusan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan

Medan Johor?

2. Bagaimana peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan

Masyhur, kecamatan Medan Johor?

3. Bagaimana peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

(50)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari kajian peranan pengembangan kawasan Hutan Kota

Cadika terhadap pertumbuhan sektor informal pada wilayah sekitar ini adalah :

1. Mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

penciptaan lapangan kerja di kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan

Medan Johor.

2. Mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

peningkatan pendapatan pelaku sektor informal di kelurahan Pangkalan

Masyhur, kecamatan Medan Johor.

3. Mengetahui peranan pengembangan kawasan Hutan Kota Cadika terhadap

peningkatan kualitas lingkungan di kawasan dan sekitar kawasan.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan juga

bermanfaat bagi Pemerintah Kota Medan. Adapun manfaat secara spesifik adalah

sebagai berikut :

1. Untuk dapat memperkirakan sejauh mana pengaruh kebijakan Pemerintah

Kota Medan terhadap perkembangan ekonomi mikro yang ada di sekitar

kawasan Hutan Kota Cadika.

2. Untuk mengetahui persentase masyarakat dalam kebijakan pemerintah

untuk menjaga dan melestarikan hutan kota dalam rangka peningkatan

kualitas lingkungan.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan untuk menyusun

(51)

di sekitar kawasan Hutan Kota Cadika sebagai akibat dari pengembangan

kawasan Hutan Kota Cadika ini.

4. Sebagai informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang

peranan dan pengelolaan kawasan hutan kota menjadi daerah tujuan wisata

lokal yang telah terbangun terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada kawasan Hutan Kota Cadika dan sekitarnya, di

kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor. Adapun alasan

pemilihan lokasi penelitian ini adalah :

1. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai salah satu hutan kota di kota Medan ke

dalam RTRW Kota Medan No. 13 Tahun 2011.

2. Pada tahun 2011 Pemerintah Kota Medan mulai melaksanakan

pembangunan kembali Kawasan Hutan Kota Cadika menjadi tempat tujuan

wisata lokal, yang masih berlangsung hingga saat ini.

Penelitian dilakukan mulai dari bulan September sampai dengan

November 2012 dengan tahapan dimulai dari studi pendahuluan, pemilihan

masalah, penelusuran pustaka, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan

data dan menyusun laporan penelitian.

Penelitian ini dilakukan terhadap :

a. Wilayah di kawasan Hutan Kota Cadika, kelurahan Pangkalan Masyhur, kecamatan Medan Johor;

b. Wilayah sekitar kawasan Hutan Kota Cadika yaitu sepanjang Jl. Karya Wisata sampai mulai dari simpang Jl. Karya Jasa sampai dengan simpang

Jl. Eka Rasmi, yang meliputi kelurahan Pangkalan Mashyur dan kelurahan

(53)

Gambar 3.1. Kawasan Perencanaan Hutan Kota Cadika Sumber : BAPPEDA Kota Medan, 2011

KAWASAN HUTAN KOTA

CADIKA

KAWASAN SEKITAR

Gambar

Gambar 2.1.  Pilar-pilar pengembangan wilayah  menurut Budiharsono
Gambar 2.2.  Kerangka Berpikir
Gambar 1.1.  Kegiatan Sektor Informal yang tumbuh di sekitar Kawasan Hutan Kota Cadika
Gambar 3.1.  Kawasan Perencanaan Hutan Kota Cadika Sumber : BAPPEDA Kota Medan, 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar masalah-masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah (1) jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang relatif masih tinggi,

Besar nilai luas permukaan spesifik mengalami peningkatan kembali setelah disintering pada suhu 350oC, dapat dilihat pada Gambar 1 fasa gibbsite telah berubah sepenuhnya

Berdasarkan data yang diperoleh pengupasan sabut kelapa menggunkan alat manual (linggis/besi), yang menggunakan tenaga manusia, dapat mengupas sabut kelapa sebanyak 300-500 buah

Hasil Penelitian : asuhan kebidanan didapatkan secara komprehensif pada Ny ”E” selama kehamilan Trimester II dan III dengan nyeri punggung, pada persalinan dengan

Dengan perkembangan teknologi, begitu banyak sisyem audio yang menjanjikan hasil suara bermutu baik dengan kemampuan mengerakkan speaker dengan watt yang begitu besar. Namun

Alat uji ini sekiranya dapat menampilkan huruf âAâ, âBâ, dan âCâ pada seven segment yang menunjukkan tipe dari transistor yang diujikan dan huruf âFâ yang berarti transistor

Kemajuan bidang Elektronika sekarang ini dapat membantu untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tanpa meninggalkan pekerjaan yang lain oleh karena ini memerlukan suatu alat yang

Walaupun penyelenggaraan Pemberian Bantuan Hukum sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum lebih ditujukan