ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS JAGUNG (
Zea mays
L. ) PADA BERBAGAI
TINGKAT PEMBERIAN AIR
SKRIPSI
OLEH :
ELSA V. HUTAGALUNG 030301008
BDP AGR
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
TINGKAT PEMBERIAN AIR
SKRIPSI
OLEH :
ELSA V. HUTAGALUNG 030301008
BDP -- AGR
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Tingkat Pemberian Air
Nama : Elsa V. Hutagalung
NIM : 030301008
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
( Ir. Edison Purba, Ph.D) ( Ir. Ratna Rosanty Lahay. MP ) Ketua Dosen Pembimbing Anggota Dosen Pembimbing
NIP: 131 570 441 NIP: 131 836 670
Mengetahui,
(Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua Departemen BDP
NIP : 131 570 441
The objective of the research was to testing growth and production some of maize varietas (Zea mays L.) at various level ground water rate. The research done in Binjai above 25 m sea level rise from March to June 2008.
The research used using Randomized Block Design Factorial with two factors. The first factor was varietas with three kinds (Pioneer, SHS 11, Bisma) and the second factor was ground water rate with three levels (40% spacious capacities, 60% spacious capacities, 80% spacious capacities).
The result of the research showed totalize wide of leaf wet that totalize wide of leaf, dry wight of growth on, dry wight of coronet, relative growth rate, age of harvest; wed weight of cob per plot, dry weight maize per plot, and index harvest treatment varietas is signifcant on but not significant on assimilation assimilation rate, age of flowering and volume grow on.Treatment of ground water rate showed significant on dry wight of grow on, dry wight of coronet, net assimilation rate, age of flowering, volume grow on, wed weight of cob per plot, dry weight maize per plot, and index harvest; but not significant totalize wide of leaf, relative growth rate, age of harvest.
The interaction between the two treatment showed significant on dry wight of coronet, relative growth rate, assimilation assimilation rate but not significant on totalize wide of leaf, dry wight of groud on, age of flowering, age of harvest, dry weight maize per plot, volume grow on, and index harvest.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pertumbuhan dan produksi beberapa varietas Jagung (Zea mays L.) Pada berbagai tingkat pemberian air. Penelitian dilaksanakan di Binjai dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 3 jenis yaitu:(Pioneer, SHS 11, Bisma); dan faktor kedua adalah tingkat pemberian air dengan tiga taraf yaitu :( 400 ml, 600 ml, 800 ml).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada total luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju tumbuh relatif, umur panen, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen namun berpengaruh tidak nyata pada laju asimilasi bersih, umur berbunga dan volume akar. Perlakuan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju asimilasi bersih, umur berbunga, volume akar, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen namun berpengaruh tidak nyata pada total luas daun, laju tumbuh relatif dan umur panen.
Interaksi antara kedua kombinasi perlakuan berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih dan bobot basah tongkol per plot namun berpengaruh tidak nyata pada total luas daun, berat kering akar, umur berbunga, umur panen, bobot kering jagung pipil per plot,volume akar, dan indeks panen.
Elsa V. Hutagalung dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 20 September 1984 dari Ayahanda E. Hutagalung dan Ibunda R. Sinaga. Penulis merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh adalah SD Negeri 4 lulus tahun 1996, SLTP Swasta Budi Mulia, Pematangsiantar lulus tahun 1999, SMU Swasta Budi Mulia Pematangsiantar lulus tahun 2002. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2003 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Tingkat Pemberian Air yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Edison Purba, Ph. D sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda E. Hutagalung dan Ibunda R. Sinaga yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta, juga kepada Abang dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan rekan stambuk 03 dan stambuk 04 atas doa dan motivasi.
Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Halaman
ABSTRACT... .. i
ABSTRAK... .. ii
RIWAYAT HIDUP... .. iii
KATA PENGANTAR... .. iv
DAFTAR ISI ... .. v
DAFTAR TABEL... .. vii
DAFTAR GAMBAR... ..viii
DAFTAR LAMPIRAN... .. ix
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian... 3
Kegunan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA... 4
Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh... 6
Iklim... 6
Tanah... 7
Varietas Jagung Unggul ... 8
Ketersediaan Air Tanah... 10
BAHAN DAN METODE... 13
Tempat dan Waktu ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian... 13
PELAKSANAAN PENELITIAN...16
Persiapan Areal Penanaman... 16
Pembuatan Naungan Pelastik ... 16
Persiapan Media Tanam... 16
Penanaman ... 17
Pemupukan ... 17
Perlakuan Tingkat Pemberian Air... 17
Pemeliharaan ... 17
Penyiraman... 17
Penyiangan dan Penggemburan ... 18
Pengendalian Hama dan Penyakit... 18
Panen ... 18
Parameter yang diamati... 19
Total Luas Daun ... 19
Bobot Kering Akar ... 20
Bobot Kering Tajuk... 20
Laju Tumbuh Relatif ... 21
Laju Asimilasi Bersih ... 21
Umur Berbunga ... 21
Umur Panen ... 22
Volume Akar ... 22
Bobot Basah Tongkol per Plot ... 22
Bobot Kering Jagung Pipil per Plot ... 22
Indeks Panen ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN... 23
Hasil ... 23
Pembahasan... 46
KESIMPULAN DAN SARAN... 51
Kesimpulan ... 51
Saran... 52
DAFTAR PUSTAKA... 53
Nomor Halaman
1. Harga konstanta ( k ) dan jumlah daun serta posisi daun yang diukur... .. 20 2. Rataan total luas daun pada umur 3 MST sampai 9 MST pada
beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan ... 25 3. Rataan bobot kering akar 3 MST sampai 9 MST pada beberapa
varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan... 27 4. Rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST sampai 9 MST pada
beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan... 29 5. Rataan bobot kering tajuk pada 9 MST pada beberapa varietas dan
tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan... 29 6. Rataan laju tumbuh relatif pada umur 5 MST sampai 9 MST pada
beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua
perlakuan... 32 7. Rataan laju tumbuh relatif pada umur 9 MST pada beberapa
varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan... 32 8. Rataan laju asimilasi bersih umur 5 MST sampai 9 MST pada
beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan... 35 9. Rataan laju asimilasi bersih pada umur 9 MST pada beberapa
varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan... 35 10. Rataan umur berbunga pada beberapa varietas dan tingkat
pemberian air ... 37 11. Rataan umur panen pada beberapa varietas dan tingkat pemberian
air ... 38 12. Rataan volume akar pada beberapa varietas dan berbagai tingkat
pemberian air ... 39 13. Rataan bobot basah tongkol per plot pada beberapa varietas dan
berbagai tingkat pemberian air ... 41 14. Rataan bobot kering jagung pipil per plot pada beberapa varietas
dan berbagai tingkat pemberian air ... 43 15. Rataan indeks panen pada beberapa varietas dan berbagai tingkat
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Histogram hubungan total luas daun dengan varietas ... 26
2. Hisrogram hubungan bobot kering akar dengan varietas ... 28
3. Grafik hubungan bobot kering akar dengan tingkat pemberian air ... 28
4. Histogram interaksi bobot kering tajuk dengan tingkat pemberian air ... 30
5. Grafik interaksi bobot kering tajuk dengan tingkat pemberian air ... 31
6. Histogram interaksi laju tumbuh relatif dengan tingkat pemberian air... 33
7. Grafik interaksi laju tumbuh relatif dengan tingkat pemberian air ... 34
8. Histogram interaksi laju asimilasi bersih dengan tingkat pemberian air... 36
9. Grafik interaksi laju asimilasi bersih dengan tingkat pemberian air ... 36
10. Grafik umur berbunga dengan tingkat pemberian air ... 38
11. Histogram hubungan umur panen dengan varietas ... 39
12. Grafik hubungan volume akar dengan tingkat pemberian air ... 40
13. Histogram interaksi bobot basah tongkol per plot dengan tingkat pemberian air ... 42
14. Grafik interaksi bobot basah tongkol per plot dengan tingkat pemberian air... 42
15. Histogram hubungan bobot kering jagung pipil per plot dengan tingkat pemberian air... 43
16. Grafik hubungan bobot kering jagung pipil per plot dengan tingkat pemberian air ... 44
17. Histogram hubungan indeks panen dengan varietas ... ... 45
Nomor Halaman
1. Data Pengamatan total luas daun umur 3 MST... 56
2. Daftar sidik ragam total luas daun umur 3 MST ... 56
3. Data Pengamatan total luas daun umur 5 MST... 57
4. Daftar sidik ragam total luas daun umur 5 MST... 57
5. Data pengamatan total luas daun umur 7 MST... 58
6. Daftar sidik ragam total luas daun umur 7 MST... 58
7. Data pengamatan total luas daun umur 9 MST... 59
8. Daftar sidik ragam total luas daun umur 9 MST... 59
9. Data pengamatan bobot kering akar umur 3 MST... 60
10. Daftar sidik ragam bobot kering akar umur 3 MST... 60
11. Data pengamatan bobot kering akar umur 5 MST... 61
12. Daftar sidik ragam bobot kering akar umur 5 MST... 61
13. Data pengamatan bobot kering akar umur 7 MST... 62
14. Daftar sidik ragam bobot kering akar umur 7 MST... 62
15. Data pengamatan bobot kering akar umur 9 MST... 63
16. Daftar sidik ragam bobot kering akar umur 9 MST... 63
17. Data pengamatan bobot kering tajuk umur 3 MST ... 64
18. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 3 MST... 64
19. Data pengamatan bobot kering tajuk umur 5 MST ... 65
20. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 5 MST... 65
21. Data pengamatan bobot kering tajuk umur 7 MST ... 66
23. Data pengamatan bobot kering tajuk umur 9 MST ... 67
24. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 9 MST... 67
25. Data pengamatan laju tumbuh relatif umur 5 MSPT ... 68
26. Daftar sidik ragam laju tumbuh relatif umur 5 MSPT... 68
27. Data pengamatan laju tumbuh relatif umur 7 MST ... 69
28. Daftar sidik ragam laju tumbuh relatif umur 7 MST... ... 69
29. Data pengamatan laju tumbuh relatif umur 9 MST ... 70
30. Daftar sidik ragam laju tumbuh relatif umur 9 MST... ... 70
31. Data pengamatan laju asimilasi bersih umur 5 MST ... 71
32. Daftar sidik ragam laju asimilasi bersih umur 5 MST... 71
33. Data pengamatan laju asimilasi bersih umur 7 MST ... 72
34. Daftar sidik ragam laju asimilasi bersih umur 7 MST... 72
35. Data pengamatan laju asimilasi bersih umur 9 MST ... 73
36. Daftar sidik ragam laju asimilasi bersih umur 9MST... 73
37. Data pengamatan umur berbunga ... 74
38. Daftar sidik ragam umur berbunga... ... 74
39. Data pengamatan umur panen ... 75
40. Daftar sidik ragam umur panen... 75
41. Data pengamatan volume akar... 76
42. Daftar sidik ragam volume akar... 76
43. Data pengamatan bobot basah tongkol per plot ... 77
44. Daftar sidik ragam bobot basah tongkol per plot... 77
45. Data pengamatan bobot kering jagung pipil per plot... 78
50. Jadwal kegiatan penelitian ... 81
51. Bagan lahan penelitian... 82
52. Bagan tanaman per plot ... 83
53. Deskripsi jagung varietas Pioneer ... 84
54. Deskripsi jagung varietas SHS 11 ... 85
ABSTRACT
The objective of the research was to testing growth and production some of maize varietas (Zea mays L.) at various level ground water rate. The research done in Binjai above 25 m sea level rise from March to June 2008.
The research used using Randomized Block Design Factorial with two factors. The first factor was varietas with three kinds (Pioneer, SHS 11, Bisma) and the second factor was ground water rate with three levels (40% spacious capacities, 60% spacious capacities, 80% spacious capacities).
The result of the research showed totalize wide of leaf wet that totalize wide of leaf, dry wight of growth on, dry wight of coronet, relative growth rate, age of harvest; wed weight of cob per plot, dry weight maize per plot, and index harvest treatment varietas is signifcant on but not significant on assimilation assimilation rate, age of flowering and volume grow on.Treatment of ground water rate showed significant on dry wight of grow on, dry wight of coronet, net assimilation rate, age of flowering, volume grow on, wed weight of cob per plot, dry weight maize per plot, and index harvest; but not significant totalize wide of leaf, relative growth rate, age of harvest.
The interaction between the two treatment showed significant on dry wight of coronet, relative growth rate, assimilation assimilation rate but not significant on totalize wide of leaf, dry wight of groud on, age of flowering, age of harvest, dry weight maize per plot, volume grow on, and index harvest.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pertumbuhan dan produksi beberapa varietas Jagung (Zea mays L.) Pada berbagai tingkat pemberian air. Penelitian dilaksanakan di Binjai dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 3 jenis yaitu:(Pioneer, SHS 11, Bisma); dan faktor kedua adalah tingkat pemberian air dengan tiga taraf yaitu :( 400 ml, 600 ml, 800 ml).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada total luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju tumbuh relatif, umur panen, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen namun berpengaruh tidak nyata pada laju asimilasi bersih, umur berbunga dan volume akar. Perlakuan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju asimilasi bersih, umur berbunga, volume akar, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen namun berpengaruh tidak nyata pada total luas daun, laju tumbuh relatif dan umur panen.
Interaksi antara kedua kombinasi perlakuan berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih dan bobot basah tongkol per plot namun berpengaruh tidak nyata pada total luas daun, berat kering akar, umur berbunga, umur panen, bobot kering jagung pipil per plot,volume akar, dan indeks panen.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain Gandum dan Padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya : di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai bahan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan atau tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena),bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung juga kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika, sekarang juga ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Wikipedia, 2008).
Jagung termasuk tanaman C4, cukup baik untuk daerah temperaturnya tinggi dan intensitas matahari juga tinggi. Jagung merupakan tanaman yang cukup efisien menggunakan air, tetapi memerlukan cukup banyak secara relatif di antara tanaman musiman yang berumur pendek, khususnya 3 4 minggu dalam periode pembungaan ( Subandi, 1999 ).
dimanfaatkan atau dipergunakan menjadi lahan yang produktif. Dalam pengembangan lahan kering, sistem usaha tani yang terpadu (intregrated farming system) merupakan cara yang terbaik untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tanah ( Pusat Penelitian Tanah, 2000).
Air sangat penting untuk kebutuhan hidup manusia, pertanian dan industri. Air tanah yang mengisi bagian pori-pori antara partikel padat tanah disebut air atau lengas tanah. Secara intensif air tanah dapat berpengaruh terhadap beberapa fraksi fisika, kimia, biologi dan pertumbuhan tanaman ( KhonkedalamEdi, 2004).
Air tanah adalah air di bawah permukaan tanah dimana rongga rongga di dalam tanah pada hakekatnya terisi oleh air. Pergerakan air tanah ke atas oleh kapilirisasi dari permukaan air tanah ke dalam daerah perakaran dapat merupakan suatu sumber air yang utama untuk pertumbuhan tanaman. Supaya cukup efektif, air tanah harus dekat dengan permukaan yaitu tempat dimana sebagian besar kebutuhan air untuk tanaman diambil ( Vaughn, Israelsen dan Stringham, 1986 ).
Kebutuhan tanaman akan air yang sering disebut dengan evapotranspirasi adalah diartikan dalam dua istilah yaitu :
transpirasi yaitu air yang memasuki daerah akar tanam tanaman dan dipergunakan untuk membentuk jaringan tanam tanaman dan kemudian dilepaskan melalui daun daun tanaman ke atmosfir.
3
Keadaan ini dipengaruhi oleh temperatur, pelaksanaan pemberian air, panjangnya musim tanam, presipitasi dan faktor lainnya. (Vaughn, et al, 1986).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas jagung pada Berbagai Tingkat Pemberian Air .
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pertumbuhan dan produksi beberapa varietas jagung pada berbagai tingkat pemberian air.
Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan penggunaan berbagai varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
2. Ada pengaruh penggunaan berbagai tingkat pemberian air terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
3. Ada pengaruh interaksi varietas yang berbeda pada berbagai tingkat pemberian air terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
Kegunaan
1. Sebagai bahan ilmiah dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Botani tanaman
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur karena sistem pengolahan tanahnya cukup baik, akan didapat jumlah akar yang cukup banyak, sedang pada tanah yang kurang baik (jelek) akar yang tumbuh jumlahnya terbatas (Warisno, 1998).
Batang tanaman jagung beruas ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm atau lebih tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
5
relatif panjang. Antara pelepah daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah. Daunnya berkisar 10 20 helai tiap tanaman. Epidermis daun bagian atas biasanya berambut halus. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak ( Fisher dan Goldsworthy, 1996 ).
Tanaman jagung termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedang bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar, rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Tepung sari mudah diterbangkan angin. Dari satu malai dapat menghasilkan 250 juta tepung sari. Tepung sari ini akan menyerbuki rambut tongkol. Apabila dalam satu tongkol terdapat 500 rambut tongkol maka inilah yang akan diserbuki sehingga diperoleh 500 biji dalam satu tongkol dari hasil penyerbukan. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka penyerbukan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95 % (Poehlman, 1987 ).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 0LU hingga 0-40 0LS. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat atau merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Warintek, 2005).
Jagung sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik .Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-300C, pada daerah yang ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Subandi, 1999).
7
juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Tanah yang dikehendaki adalah tanah yang gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8 % masih bisa ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar (Ipteknet, 2005).
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai dibanding pasir karena mampu menahan lengas atau air yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6.0 dan 6.8 dan toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
datangnya musim kemarau, sehingga pada saat pembuahan telah sempurna berada pada musim kemarau maka diharapkan pengolahan hasil panen (pengeringan) dapat dilakukan dengan baik ( Kartasapoetra, 1988).
Varietas Jagung Unggul
Istilah varietas memiliki dua arti. Arti pertama adalah arti secara botani dan arti kedua adalah secara agronomi. Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Dalam pertanian (agronomi) varietas adalah sinonim bagi kultivar yaitu sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri yang dapat dibedakan secara jelas dan tetap mempertahankan ciri khas ini jika direproduksi. Sedangkan varietas hibrida adalah tipe kultivar yang berupa turunan langsung dari persilangan antara dua atau lebih populasi pemuliaan. Jagung hibrida memiliki daya tumbuh yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi ( Stearn, 1986).
Kebanyakan petani dalam membudidayakan tanaman jagung menggunakan benih yang telah dipersiapkan atau diperoleh dari sumber lokal. Varietas lokal biasanya merupakan penghasil buah yang rendah (kurang memuaskan), tetapi memberikan beberapa keuntungan tertentu. Varietas yang ditingkatkan mutunya (improved varieties) dapat memberi hasil yang lebih baik dan lebih banyak dibanding varietas lokal. Terdapat dua macam varietas yang diperbaiki yaitu :
Varietas komposit
9
Varietas hibrida
Adalah turunan F1 dari persilangan antara galur dengan varietas bersari bebas atau antara dua varietas bersari bebas.
Hasil yang diberikan varietas F1 Hibrida ini jauh lebih memuaskan dibanding dengan hasil yang telah diberikan varietas komposit, sepanjang curah hujan dan pupuk yang diperlukannya memadai ( Kartasapoetra, 1988 ).
Varietas jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari varietas jagung bersari bebas. Secara umum varietas hibrida lebih seragam dan mampu berproduksi lebih tinggi 15-20 % dari varietas bersari bebas. Selain itu, varietas hibrida menghasilkan biji yang lebih besar dibandingkan varietas bersari bebas. Jagung hibrida merupakan generasi F1 hasil persilangan dua atau lebih galur murni dan memiliki perbedaan keragaman antar varietas tergantung dari tipe hibridisasi dan stabilitas galur murni (Perakitan Varietas Jagung Hibrida, 2008).
Ketersediaan Air Tanah
Air adalah komponen utama tanaman hijau, yang merupakan 70-90% dari berat segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu. Sebagian besar air dikandung dalam isi sel (85-90%), yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia, tetapi air juga mempunyai peranan lain dalam fisiologi tanaman ( Irwan, 1992).
Tingginya kelembaban tanah dipengaruhi kandungan air setempat. Air di dalam tanah tergantung pada keadaan tekstur dan struktur, semakin halus liat tanah semakin besar air yang dapat diikat oleh tanah liat. Pasir lebih besar permukaannya dibandingkan dengan liat sehingga semakin besar ukurannya semakin sedikit air yang diikat pada satu satuan yang sama. Struktur semakin bundar atau granular makin banyak air yang dapat diikat. Tanah dalam keadaan lembab baik untuk pertanaman, supaya jangan sampai kering maka evaporasi harus diperhatikan ( Kartasapoetra, Kartasapoetra dan Sutedjo, 1987 ).
Kandungan air tanah di area pertanian sangat bervariasi tergantung pada kondisi iklim atau musim. Pada musim kemarau kandungan air tanah sangat rendah untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Namun sebaliknya pada musim penghujan air tanah cukup tersedia bahkan berlebihan. Dengan kata lain, air atanh terdapat dalam ekstrim sangat tinggi sampai sangat rendah yang berkaitan dengan ketersediaan air tanah (LahuddindalamLahuddin, 2004).
11
sering didekati melalui luas permukaan akar dan jumlah unsur hara dan air yang tersedia dalam tanah. Tanaman yang tumbuh dalam keadaan kurang air membentuk akar lebih banyak namun produksi yang dihasilkan lebih rendah dari tanaman yang tumbuh dalam keadaan cukup air ( Sitompul dan Guritno, 1995 ).
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permiabel), dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang terdapat di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan lapisan permukaan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer. Tingkat kejenuhan tanah biasanya 100 %, tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim, tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan pembangunan baik pembangunan jalan maupun perumahan, dan lain-lain. Semakin kecil ukuran pori, makin besar kemampuan air untuk naik melebihi muka air tanah ( Craig, 1994 ).
Kekurangan air pada tanaman disebabkan oleh kekurangan persediaan air di daerah perakaran dan berlebihnya kebutuhan air oleh daun, karena laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman, walaupun keadaan air cukup (jenuh) ( Irwan, 1992).
tanah seragam dan daur kekeringan relatif cepat ( Gardner, dkkdalamCharlog dan Setiado, 2005).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Binjai, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung Varietas Pioneer, SHS 11, dan Bisma, plastik, bambu, paku, tanah Andosol Binjai, polibek ukuran 20 kg tanah, amplop, pupuk Urea, SP-36 dan KCl, air, pestisida, dan bahan bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah meteran, cangkul, ayakan, gelas ukur, timbangan, dan alat alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu :
Faktor 1 :Varietas Jagung terdiri dari 3 varietas , yaitu :
Faktor 2 : Pemberian Air dengan 3 taraf , yaitu : K1 = 400 ml air / 2 hari
K2 = 600 ml air / 2 hari K3 = 800 ml air / 2 hari
Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan sebagai berikut : V1K1 V2K1 V3K1
V1K2 V2K2 V3K2 V1K3 V2K3 V3K3
Jumlah ulangan = 3
Jumlah plot = 27
Jumlah tanaman per plot = 12 Jumlah tanaman sampel per plot = 12 Jumlah tanaman seluruhnya = 324 Jumlah tanaman sampel seluruhnya = 324
Jarak Antar Plot = 30 cm
Jarak Antar Blok = 50 cm
Ukuran Plot = 150 cm x 150 cm
15
Hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier, yaitu :
Yijk =
µ
+ i + j + k + ( )jk + ijkdimana :
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke i dengan varietas pada taraf ke-j dan tingkat pemberian air taraf ke-k
µ
= Nilai tengahi = Efek blok ke-i
j =Efek varietas pada taraf ke-j
k = Efek tingkat pemberian air pada taraf ke-k
( )jk = Efek interaksi antara varietas taraf ke-j dan tingkat pemberian air taraf
ke-k.
ijk = Efek galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan varietas pada taraf
Persiapan Areal Penanaman
Areal penanaman yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan tumbuh-tumbuhan lain. Kemudian dilakukan pengukuran untuk membuat petak-petak dari perlakuan dan ulangan tanaman. Luas areal penanaman ini 18,5 m x 7,5 m. Lahan ini dibagi menjadi 27 petak, dimana satu petak berukuran 150 cm x 150 cm. Dengan jarak antar ulangan 100 cm dan jarak antar plot 50 cm.
Pembuatan Naungan Plastik
Naungan plastik dibuat dengan menggunakan bambu dengan tinggi 3,5 m. Adapun kegunaan dari naungan pelastik ini adalah untuk mencegah jatuhnya air hujan pada tanaman agar perlakuan kadar air tanah yang diberikan dapat lebih teruji dengan baik.
Persiapan Media Tanam
17
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal, dengan cara menugal tanah yang berada dalam polibek, kemudian memasukkan benih jagung yaitu 2-3 benih per polibek.
Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan pada saat penanaman dengan perbandingan Urea 266,67 kg/ha, TSP 125 kg/ha dan KCl 83,3 kg/ha. Dengan ukuran dengan dosis urea 2,66 g/polibek (diberikan masing-masing 0,88 g/polibek dengan tiga kali pemberian yaitu pada saat tanam, 30 HST, dan 40 HST), SP-36 1,25 g/polibek diberikan pada saat tanam dan KCl 0,833 g/polibek diberikan pada saat tanam.
Perlakuan Pemberian Air
Untuk perlakuan tingkat pemberian air sebanyak 800 ml, 600 ml dan 400 ml dilakukan sejak waktu tanam sampai masa vegetatif berakhir yaitu pada waktu malai keluar. Cara pelaksanaan pemberian air pada setiap perlakuan tingkat pemberian air dilakukan dengan menyiram tanaman sekali dalam dua hari dengan volume 400 ml, 600 ml, dan 800 ml air setiap tanaman pada setiap perlakuan.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan dua minggu setelah tanam dengan cara memotong tanaman dengan menggunakan pisau dan meninggalkan satu tanaman yang sehat.
Penyiangan dan Penggemburan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang ada pada pertanaman sesuai dengan pertumbuhan gulma agar tidak ada persaingan dengan tanaman jagung.
Penggemburan dilaksanakan setelah pencabutan gulma, hal ini dilakukan agar media tetap porous sehingga air yang diberikan dapat diterima dengan baik. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif dua kali dalam seminggu. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan untuk penyakit digunakan fungisida Dithane M 45 dengan dosis 2 g/liter air.
Panen
19
Parameter yang Diamati
Satu tanaman sampel dari setiap perlakuan dalam setiap ulangan dicabut satu kali dalam dua minggu saat tanaman berumur 3MST, 5MST, 7MST, dan 9MST untuk digunakan dalam pengukuran parameter luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih. Sedangkan 8 tanaman sampel yang sisa digunakan untuk pengukuran parameter umur berbunga, umur panen, volume akar, berat basah tongkol per sampel, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen.
Total Luas Daun
Parameter luas daun ini digunakan untuk mengukur laju asimilasi bersih. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), total luas daun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Yt = k x ( p x l )
i Dimana :Yt = Luas total daun tanaman k = Konstanta
p = Panjang daun ke-i l = lebar daun ke-i
Tabel 1. Harga konstanta ( k ) dan jumlah daun serta posisi daun yang diukur
Jumlah daun/posisi ke-i Harga k
8/5 9/5 10/6 11/7 12/7 13/8 14/9
4.1844 5.0390 5.4416 6.3911 6.7134 6.7892 7.1199
Bobot Kering Akar
Perhitungan bobot kering akar dilakukan dengan cara merobek polibek lalu seluruh tanah dan tanaman dimasukkan ke dalam ember yang berisi air, kemudian dibiarkan beberapa jam agar tanah menjadi gembur atau pecah. Kemudian tanah digoyang-goyang agar seluruh akar tanaman terpisah dari tanah. Apabila pada akar masih terdapat tanah harus dibersihkan dengan hati-hati dengan air mengalir atau disemprot dengan menggunakan selang. Setelah akar tanaman bersih maka dipisahkan dari tajuk dengan cara memotong pada bagian pangkal. Sebelum akar dimasukkan ke dalam amplop, air yang terdapat dalam akar ditiriskan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam amplop. Untuk mendapatkan bobot kering, akar harus diovenkan dengan suhu 700C selama 48 jam lalu ditimbang. Bobot kering akar ini digunakan untuk penghitungan parameter laju tumbuh relatif.
Bobot Kering Tajuk
21
suhu 700C selama 48 jam lalu ditimbang. Bobot kering tajuk ini digunakan untuk penghitungan parameter laju tumbuh relatif.
Laju Tumbuh Relatif
Laju tumbuh relatif dinyatakan sebagai penambahan berat kering tanaman dalam interval waktu tertentu terhadap berat kering tanaman permulaan. Berat kering tanaman diperoleh dari penjumlahan bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) besarnya Laju Tumbuh Relatif (LTR) dapat dihitung dengan rumus :
LTR =
W = Berat kering tanaman T = Waktu pengamatan Laju Asimilasi Bersih
Laju Asimimilasi bersih (Net Asimilation Rate), menyatakan bobot tanaman pada satuan luas daun dalam waktu tertentu. Menurut SitompuldanGuritno (1995) besarnya LAB dapat dihitung dengan rumus :
LAB =
W = Berat kering tanaman LD = Luas daun
T = Waktu pengamatan Umur Berbunga
Umur berbunga diamati pada saat tanaman mulai mengeluarkan bunga sampai dengan 75 % dari jumlah tanaman sisa pada setiap perlakuan dalam tiap ulangan mengeluarkan bunga.
1 T 2
T2 lnW1 W ln ) 1 T 2 T )( 2 LD 1 LD
Umur Panen
Umur panen dicatat jika tanaman telah memenuhi kriteria untuk dipanen seperti rambut jagung telah berwarna cokelat dan tongkolnya telah terisi penuh. Volume Akar
Volume akar dihitung dengan menggunakan metode gravimetri dimana akar dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air penuh, lalu air yang tumpah setelah akar dimasukkan dihitung volumenya, hasilnya inilah yang menunjukkan volume akar.
Bobot Basah Tongkol per Plot
Bobot basah tongkol per plot ditentukan dengan cara menimbang tongkol setiap plot dimana kelobotnya sudah dibuang yang dilaksanakan pada saat panen. Bobot Kering Jagung Pipil per Plot
Bobot kering jagung pipil per plot dihitung dengan cara menjemur biji di bawah sinar matahari 2-3 hari, bila biji jagung ditekan telah keras secara sempurna, maka jagung sudah dapat ditimbang.
Indeks Panen
Indeks panen dihitung pada saat panen. Dilakukan dengan cara memisahkan tongkol dari tanaman lalu dihitung dengan cara membagi hasil tanaman (biji) dengan berat kering total seluruh tanaman. Dapat dihitung dengan rumus : HI = H / W
Dimana : HI = Indeks Panen
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil analisis perbedaan varietas dan pengaruh tingkat pemberian air terhadap total luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih, umur berbunga, umur panen, volume akar, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot, dan indeks panen dilampirkan berturut-turut pada Tabel 2 dan 3, Tabel 4 dan 5, Tabel 6 dan 7, Tabel 8 dan 9, Tabel 10 dan 11, Tabel 12, Tabel 13, Tabel 14, tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17.
Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa penggunaan beberapa varietas berpengaruh nyata pada total luas daun 9 MST, bobot kering akar 3, 5 dan 9 MST, bobot kering tajuk 3, 5, 7, dan 9 MST, laju tumbuh relatif 5, 7, dan 9 MST, umur panen, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun 3, 5, dan 7 MST, bobot kering akar 7 MST, umur berbunga dan volume akar.
Tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap total luas daun 3 MST, bobot kering akar 3, 5, 7, dan 9 MST, bobot kering tajuk 3, 5, 7, dan 9 MST, laju tumbuh relatif 5, dan 7 MST, laju asimilasi bersih 5, 7, dan 9 MST umur berbunga, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot dan indeks panen namun tidak nyata pada total luas daun 5, 7, dan 9 MST, laju tumbuh relatif 9 MST dan umur panen.
relatif 9 MST, laju asimilasi bersih 9 MST dan bobot basah tongkol per plot namun berpengaruh tidak nyata pada total luas daun, berat kering akar, laju tumbuh relatif 5 dan 7 MST, laju asimilasi bersih 5 dan 7 MST, umur berbunga, umur panen, bobot kering jagung pipil per plot,volume akar, dan indeks panen.
Total luas daun
25
Tabel 2. Rataan total luas daun pada umur 3 MST sampai 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan.
Perlakuan 3 MST 5 MST 7 MST 9 MST
Varietas (V) ---cm2
---V1 86.14 290.62 566.83 971.84b
V2 97.76 403.31 701.19 1145.04a
V3 86.68 353.22 623.67 986.14b
Tingkat Pemberian Air (K)
K1 126a 359.39 717.07 1109.17
K2 89.20b 290.72 611.69 986.14
K3 53.38c 397.06 562.93 1007.71
Interaksi (VxK)
V1K1 122.07 277.95 608.84 1058.73
V1K2 86.47 239.51 543.67 798.88
V1K3 49.88 354.41 547.99 1057.91
V2K1 128 411.44 782.48 1164.28
V2K2 100.81 360.66 640.15 1143.36
V2K3 64.45 437.85 680.94 1127.51
V3K1 127.93 388.78 759.90 1104.52
V3K2 80.32 271.98 651.25 1016.18
V3K3 45.80 398.91 459.87 837.71
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
[image:41.595.112.512.116.403.2]986,14b 1145,05a
971,84b
850 900 950 1000 1050 1100 1150 1200
Pioneer SHS 11 Bisma
Varietas
Tot
al
L
uas
D
au
n (
cm
2)
Gambar 1. Histogram hubungan antara total luas daun dengan varietas. Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.
Bobot Kering Akar
27
Tabel 3. Rataan bobot kering akar pada umur 3 MST sampai 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan.
Perlakuan 3 MST 5 MST 7 MST 9 MST
Varietas (V) ------g
---V1 0.87b 1.24a 1.58 1.86b
V2 1.08a 1.20b 1.78 2.42a
V3 1.04a 1.31a 1.73 2.37a
Tingkat Pemberian Air (K)
K1 1.33a 1.53a 2.13a 2.71a
K2 0.98b 1.21b 1.62b 2.14b
K3 0.68c 1.01c 1.33c 1.79b
Interaksi (VxK)
V1K1 1.27 1.60 2.17 2.47
V1K2 0.83 1.17 1.37 1.63
V1K3 1.30 0.97 1.20 1.47
V2K1 1.43 1.43 2.17 2.87
V2K2 1.07 1.17 1.77 2.53
V2K3 1.03 1 1.40 1.87
V3K1 1.30 1.57 2.07 2.80
V3K2 1.03 1.30 1.73 2.27
V3K3 0.80 1.07 1.40 2.03
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
[image:43.595.113.512.125.427.2]2,37a 2,42a 1,86b 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Pioneer SHS 11 Bisma
[image:44.595.118.499.97.282.2]Varietas Bob ot K er in g A kar (g)
Gambar 2. Histogram hubungan bobot kering akar dengan varietas. Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.
y = -0.0023x + 3.5933 R2 = 0.9813
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
Bo bo t K er in g A ka r (g ) r
Gambar 3. Grafik hubungan bobot kering akar dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air tanah dengan bobot kering akar bersifat linear negatif dimana dari grafik dapat dilihat seiring bertambahnya volume pemberian air bobot kering akar menurun.
Bobot Kering Tajuk
[image:44.595.120.428.354.544.2]29
9 MST, varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi dari kedua perlakuan berpengaruh nyata.
Tabel 4. Rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST sampai 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan.
Perlakuan 3 MST 5 MST 7 MST 9 MST
Varietas (V) ---g
---V1 2.23b 7.16a 10.3b 15.11b
V2 2.80a 6.54b 11.58a 16.46a
V3 2.12b 6.73b 11.92a 15.11b
Tingkat Pemberian Air (K)
K1 1.56c 3.91c 7.70c 10.94c
K2 2.32b 7.08b 11.39b 15.21b
K3 3.28a 9.44a 14.71a 20.52a
Interaksi (VxK)
V1K1 1.37e 4.30e 7.67g 11.27e
V1K2 2.23cd 7.13de 9.90e 14.50de
V1K3 3.10bc 10.03a 13.33c 19.57b
V2K1 1.80d 3.13f 6.70h 10.77e
V2K2 2.60cd 7.07de 12.07d 17.27c
V2K3 4.00a 9.43b 15.97a 21.33a
V3K1 1.50e 4.30e 8.73f 10.80e
V3K2 2.13cd 7.03de 12.20d 13.87de
V3K3 2.73bc 8.87c 14.83b 20.67ab
[image:45.595.114.512.191.496.2]Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 5. Rataan bobot kering tajuk pada umur 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan
K1 (400) K2 (600) K3 (800)
---g---V1 (Pioneer) 11.27e 14.50de 19.57b 15.11
V2 (SHS 11) 10.77e 17.27c 21.33a 16.46
V3 (Bisma) 10.80e 13.87de 20.67ab 15.11
Rataan 10.94 15.21 20.52
[image:45.595.109.510.585.680.2]Tabel 5 menunjukkan interaksi antara varietas dan perlakuan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada kombinasi V2K3 (21.33 g), dimana kombinasi ini tidak berbeda nyata dengan V3K3. Dan yang terendah pada V2K1 (10.77 g) dimana kombinasi V2K1 tidak berbeda nyata dengan V1K1, V3K1, V1K2, dan V3K2.
Pada perlakuan K1 (400 ml), V1, V2, dan V3 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk, pada perlakuan K2 (600 ml), V1 dan V3 berbeda nyata dengan V2, tetapi V1 dan V3 tidak berbeda nyata. Pada K3 (800 ml), V2 dan V3 berbeda nyata dengan V1. Pada V1 (Pioneer) dan V3 (Bisma) perlakuan tingkat pemberian air K1 dan K2 berbeda nyata dengan K3, tetapi K1 dan K2 tidak berbeda nyata. Pada V2 (SHS 11) parameter bobot kering tajuk tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat pemberian air K1, K2, dan K3.
19.57b 14.50de 11.27e 21.33a 17.27e 10.77e 20.67ab 13.87de 10.80e 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
400 600 800
Tingkat Pemberian Air (ml)
[image:46.595.125.502.441.619.2]B ob ot K er in g Ta ju k (g ) Pioneer SHS 11 Bisma
31
y = 0.0208x + 2.6611 R2 = 0.984
y = 0.0264x + 0.6056 R2 = 0.9826
y = 0.0247x + 0.3111 R2 = 0.9545
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
[image:47.595.118.489.98.276.2]Bo bo t K er in g Ta ju k (g ) Pioneer SHS 11 Bisma Linear (Pioneer) Linear (SHS 11) Linear (Bisma) r r r
Gambar 5. Grafik interaksi bobot kering tajuk dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa hubungan antara tingkat pemberian air dengan bobot kering tajuk bersifat linear positif pada V1 (pioneer), V2 (SHS 11) dan V3 (Bisma) dimana bobot kering tajuk meningkat seiring meningkatnya volume pemberian air.
Laju Tumbuh Relatif
Tabel 6. Rataan laju tumbuh relatif pada umur 5 MST sampai 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan.
Perlakuan 5 MST 7 MST 9 MST
Varietas (V) --- ---mg/hari
---V1 70.26a 26.08b 25.38a
V2 50.00b 40.34a 25.00a
V3 65.47a 38.43a 18.14b
Tingkat Pemberian Air (K)
K1 46.67b 42.56a 22.97
K2 66.17a 31.84b 21.65
K3 72.88a 30.45b 23.91
Interaksi (VxK)
V1K1 49.55 36.51 23.24ab
V1K2 71.44 21.84 25.62ab
V1K3 79.79 19.88 27.29ab
V2K1 27.38 47.59 28.76a
V2K2 57.81 37.01 25.66ab
V2K3 64.82 36.42 20.58b
V3K1 53.09 43.58 16.90b
V3K2 69.27 36.68 13.67b
V3K3 74.04 35.03 23.86ab
[image:48.595.110.513.120.422.2]Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 7. Rataan laju tumbuh relatif pada umur 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan
K1 (400) K2 (600) K3 (800)
---mg/hari---V1 (Pioneer) 23.24ab 25.62ab 27.29ab 25.38
V2 (SHS 11) 28.76a 25.66ab 20.58b 25.00
V3 (Bisma) 16.90b 13.67b 23.86ab 18.14
Rataan 22.97 21.65 23.91
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
[image:48.595.109.510.522.615.2]33
dengan kombinasi V1K1, V1K2, V2K2, V1K3 dan V3K3. Yang terendah pada V3K2 (13.67 mg/hari) yang tidak berbeda nyata dengan V3K1 dan V2K3. Pada perlakuan K1 (400 ml), laju tumbuh relatif V1 dan V2 berbeda nyata dengan V3, tatapi V1 tidak berbeda nyata dengan V2. Pada K2 (600 ml) dan K3 (800 ml), laju tumbuh relatif V1 , V2 , dan V3 tidak berbeda nyata. Pada V1 (Pioneer) dan V3 (Bisma), laju tumbuh relatif pada perlakuan tingkat pemberian air K1, K2, dan K3 tidak berbeda nyata. Pada V2 (SHS 11), perlakuan K1 dan K2 berbeda nyata dengan K3, tetapi K1 berbeda tidak nyata dengan K2.
27,29ab 25,62 ab 23,24ab 20,58b 25,66 ab 28,76a 23,86ab 13,67b 16,90b 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
400 600 800
Tingkat Pemberian Air (ml)
[image:49.595.119.480.328.507.2]La ju T um bu h Re la tif (m g/ ha ri) Pioneer SHS 11 Bisma
y = -0.0204x + 37.265 R2 = 0.9806
y = 0.0002x2 - 0.1839x + 63.63
R2 = 1, Ymin = 21.35
pada x = 459.75 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
[image:50.595.116.488.98.275.2]La ju T um bu h Re la tif (m g/ ha ri) Pioneer SHS 11 Bisma Linear (SHS 11) Linear (Pioneer) Poly. (Bisma) r
Gambar 7. Grafik interaksi laju tumbuh relatif dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan antara tingkat pemberian air dengan laju tumbuh relatif bersifat linear negatif pada V2 (SHS 11) dimana pada V2 laju tumbuh relatif menurun seiring dengan meningkatnya volume pemberian air, sedangkan pada V3 (Bisma) laju tumbuh relatif bersifat kuadratik.
Laju Asimilasi Bersih
35
Tabel 8. Rataan laju asimilasi bersih pada umur 5 MST sampai 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan.
Perlakuan 5 MST 7 MST 9 MST
Varietas (V) ---mg/cm2.hari
---V1 2.05 0.60 0.54
V2 1.47 0.76 0.44
V3 1.75 0.83 0.47
Tingkat Pemberian Air (K)
K1 1.05b 0.59b 0.30c
K2 2.02a 0.71a 0.50b
K3 2.20a 0.89a 0.66a
Interaksi (VxK)
V1K1 1.17 0.65 0.33c
V1K2 2.29 0.54 0.51b
V1K3 2.68 0.61 0.79a
V2K1 1.13 0.52 0.34c
V2K2 1.43 0.80 0.53b
V2K3 1.84 0.95 0.45b
V3K1 0.85 0.61 0.21c
V3K2 2.32 0.78 0.46b
V3K3 2.09 1.11 0.75a
[image:51.595.115.512.504.600.2]Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 9. Rataan laju asimilasi bersih pada umur 9 MST pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan
K1 (400) K2 (600) K3 (800)
---mg/cm2
.hari---V1 (Pioneer) 0.33c 0.51b 0.79a 0.54
V2 (SHS 11) 0.34c 0.53b 0.45b 0.44
V3 (Bisma) 0.21c 0.46b 0.75a 0.47
Rataan 0.30 0.50 0.66
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
tidak berbeda nyata dengan V1K1 dan V2K1. Pada K1 (400 ml) dan K2 (600 ml), laju asimilasi bersih V1, V2, dan V3 berbeda tidak nyata. Pada K3 (800 ml), laju asimilasi bersih V1 dan V3 berbeda nyata dengan V2, tetapi V1 tidak berbeda nyata dengan V3. Pada V1 (Pioneer) dan V3 (Bisma), laju asimilasi bersih K1, K2, dan K3 berbeda nyata. Pada V2 (SHS 11), laju asimilasi bersih K2 dan K3 berbeda nyata dengan K1.
0,33c 0,51bc 0,79a 0,34c 0,53bc 0,45bc 0,21c 0,46bc 0,75a 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90
400 600 800
Tingkat Pemberian Air (ml)
[image:52.595.123.484.266.465.2]Laj u A sim ilas i B er sih (m g/ cm 2.h ar i) Pioneer SHS 11 Bisma
Gambar 8. Histogram interaksi laju asimilasi bersih dengan varietas. Angka yang diikuti huruf yang berbeda sama menunjukkan perbedaan yang nyata.
y = 0.0013x - 0.3278 R2 = 0.9975
y = 0.0011x - 0.1406 R2 = 0.9832
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
La ju A si m ila si B er si h (m g/ cm 2. ha ri) Pioneer SHS 11 Bisma
Linear (SHS 11) Linear (Bisma) Linear (Pioneer) r r r
[image:52.595.127.475.541.704.2]37
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa hubungan antara tingkat pemberian air dengan laju asimilasi bersih bersifat linear positif pada V2 (SHS 11) dan V3 (Bisma) dimana laju asimilasi bersih akan meningkat seiring dengan meningkatnya volume pemberian air.
Umur Berbunga
Hasil pengamatan umur berbunga dan daftar sidik ragam disajikan pada Lampiran 37-38 yang menunjukkan bahwa varietas dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan tingkat pemberian air berpengaruh nyata.
Tabel 10. Rataan umur berbunga pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas K1 (400)Tingkat Pemberian Air (ml)K2 (600) K3 (800) Rataan
---hari---V1 (Pioneer) 59.33 58.33 58.33 58.67
V2 (SHS 11) 58.00 58.00 59.33 58.44
V3 (Bisma) 59.33 56.67 59.33 58.44
Rataan 58.89a 57.67b 59.00a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
y = 3E-05x2 - 0.0381x + 69
R2 = 1
57.40 57.60 57.80 58.00 58.20 58.40 58.60 58.80 59.00 59.20
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
[image:54.595.125.458.89.271.2]Um ur B er bu ng a (h ar i)
Gambar 10. Grafik hubungan umur berbunga dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan antara tingkat pemberian air dengan umur berbunga bersifat kuadratik.
Umur Panen
Hasil pengamatan umur panen daftar sidik ragam disajikan pada Lampiran 39-40 yang menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata dan tingkat pemberian air serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 11. Rataan umur panen pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan
K1 (400) K2 (600) K3 (800)
---hari---V1 (Pioneer) 97.33 97.67 97.33 97.44b
V2 (SHS 11) 98.00 98.00 98.00 98.00a
V3 (Bisma) 95.33 95.67 96.00 95.67c
Rataan 96.89 97.11 97.11
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
[image:54.595.112.507.526.627.2]39
dan yang terlama pada V2 (98.00 hari) Hal ini menunjukkan bahwa umur panen V1, V2, dan V3 berbeda nyata.
95,67c 98,00a
97.44b
94,50 95,00 95,50 96,00 96,50 97,00 97,50 98,00 98,50
Pioneer SHS 11 Bisma
Varietas
U
m
ur
P
an
en
(H
ar
[image:55.595.120.472.177.356.2]i)
Gambar 11. Histogram hubungan umur panen plot dengan varietas. Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.
Volume Akar
Hasil pengamatan volume akar dan daftar sidik ragam disajikan pada Lampiran 41-42 yang menunjukkan bahwa varietas berpengaruh tidak nyata dan tingkat pemberian air berpengaruh nyata sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 12. Rataan volume akar pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan
K1 (400) K2 (600) K3 (800)
---ml---V1 (Pioneer) 55.00 46.67 41.67 47.78
V2 (SHS 11) 60.00 50.00 41.67 50.56
V3 (Bisma) 58.33 48.33 41.67 49.44
Rataan 57.78a 48.33b 41.67c
[image:55.595.112.489.605.704.2]Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa perlakuan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap volume akar. Volume akar tertinggi pada K1 ( 57.78 ml) dan yang terendah pada K3 (41.67 ml). Pengaruh tingkat pemberian air menunjukkan volume akar K1, K2 dan K3 berbeda nyata.
y = -0.0403x + 73.425
R2 = 0.9901
0 10 20 30 40 50 60 70
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
V
ol
um
e
A
ka
r
(m
l)
[image:56.595.122.489.208.386.2]r
Gambar 12. Grafik hubungan volume akar dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa hubungan antara volume akar dengan tingkat pemberian air bersifat linear negatif dimana dapat dilihat volume akar akan menurun seiring dengan meningkatnya volume pemberian air.
Bobot Basah Tongkol Per Plot
41
Tabel 13. Rataan bobot basah tongkol per plot pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan K1(400) K2(600) K3(800)
---g---V1(Pioneer) 31.67d 35.00d 33.33d 33.33
V2(SHS 11) 40.83cd 43.33cd 50.00b 44.72
V3(Bisma) 41.67cd 50.00b 61.67a 51.11
Rataan 38.06 42.78 48.33
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 13 menunjukkan interaksi antara varietas dan perlakuan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot bobot basah tongkol per plot, dimana bobot basah tongkol per plot tertinggi terdapat pada kombinasi V3K3 (61.67 g), dan yang terendah pada kombinasi V1K1 (31.67 g) dimana kombinasi ini tidak berbeda nyata dengan V2K1, V3K1, V1K2, V2K2 dan V1K3.
Pada perlakuan K1 (400 ml),bobot basah tongkol per plot V1, V2, dan V3 tidak berbeda nyata, tetapi pada perlakuan K2 (600 ml), bobot basah tongkol per plot V1 dan V2 berbeda nyata dengan V3. Pada K3 (800 ml), bobot basah tongkol per plot V1, V2 dan V3 berbeda nyata.
40.83
31,67d 35,00d 33,33d 43,33cd 50,00b 41,67cd 50,00b 61,67a 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
400 600 800
Tingkat Pemberian Air (ml)
Bo bo t B as ah T on gk ol p er P lo t ( g) Pioneer SHS 11 Bisma
Gambar 13. Grafik interaksi bobot basah tongkol per plot dengan tingkat pemberian air
y = 0.0229x + 30.972 R2 = 0.9356
y = 0.05x + 21.111 R2 = 0.9908
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
Bo bo t B as ah T on gk ol p er P lo t ( g) Pioneer SHS 11 Bisma Poly. (Pioneer) Linear (SHS 11) Linear (Bisma) r r
Gambar 14. Grafik interaksi bobot basah tongkol per plot dengan tingkat pemberian air
[image:58.595.118.478.97.274.2] [image:58.595.118.463.332.521.2]43
Bobot Kering Jagung Pipil Per Plot
[image:59.595.120.476.264.362.2]Hasil pengamatan bobot kering jagung pipil per plot dan daftar sidik ragam disajikan pada Lampiran 45-46 yang menunjukkan bahwa varietas dan tingkat pemberian air berpengaruh nyata sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 14. Rataan bobot kering jagung pipil per plot pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan K1 (400) K2 (600) K3 (800)
---g---V1 (Pioneer) 53.33 76.67 116.67 82.22b
V2 (SHS 11) 50.00 76.67 96.67 74.44b
V3 (Bisma) 71.67 93.33 120.00 95.00a
Rataan 58.33c 82.22b 111.11a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
95,00a 74,44b 82,22b 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00
Pione e r SH S 11 B is ma
[image:60.595.123.491.88.256.2]Varie tas B ob ot K er in g Ja gu ng P ip il Pe r Pl ot (g )
Gambar 15. Histogram hubungan bobot kering jagung pipil per plot dengan varietas. Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.
y = 0.132x + 4.7167
R2 = 0.997
0 20 40 60 80 100 120
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
B ob ot K er in g Ja gu ng P ip il Pe r Pl ot (g ) r
Gambar 16. Grafik hubungan bobot kering jagung pipil per plot dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 16 dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot kering jagung pipil per plot dengan tingkat pemberian air bersifat linear positif dimana bobot kering jagung pipil per plot akan meningkat seiring dengan meningkatnya volume pemberian air.
Indeks Panen
[image:60.595.124.487.307.489.2]45
Tabel 15. Rataan indeks panen pada beberapa varietas dan tingkat pemberian air
Varietas Tingkat Pemberian Air (ml) Rataan
K1 (400) K2 (600) K3 (800)
V1 (Pioneer) 11.00 12.33 17.00 13.44a
V2 (SHS 11) 9.67 12.67 13.33 11.89b
V3 (Bisma) 13.33 15.00 15.67 14.67a
Rataan 11.33b 13.33a 15.33a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan. Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa pada varietas dan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Indeks panen tertinggi pada V3 (14.67) dan yang terendah pada V2 (11.89). Hal ini menunjukkan V1 dan V3 berbeda nyata dengan V2. Indeks panen tertinggi pada perlakuan tingkat pemberian air yaitu pada perlakuan K3 (15.33) dan yang terendah pada K1 (11.33). Perlakuan tingkat pemberian air menunjukkan K2 dan K3 berbeda nyata dengan K1.
14,67a 11,89b
13,34a
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Pioneer SHS 11 Bisma
Varietas
In
de
ks
P
an
en
[image:61.595.131.471.430.611.2]y = 0.01x + 7.33
R2 = 1
0 5 10 15 20
0 200 400 600 800 1000
Tingkat Pemberian Air (ml)
In
de
ks
P
an
en
r
Gambar 18. Grafik hubungan indeks panen dengan tingkat pemberian air
Berdasarkan Gambar 18 dapat dilihat bahwa hubungan antara indeks panen dengan tingkat pemberian air bersifat linear positif dimana indeks panen akan meningkat seiring dengan meningkatnya persentase volume pemberian air.
Pembahasan
Analisis Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea maysL.) pada Beberapa Varietas
Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis secara statistika maka diperoleh bahwa total luas daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar, laju tumbuh relatif, bobot basah tongkol per plot, bobot kering jagung pipil per plot, indeks panen dan umur panen berpengaruh nyata terhadap varietas. Serta berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih, umur berbunga dan volume akar.
47
971.84-986.14 cm2, bobot kering akar dimana tertinggi pada V2 (2.42 g) dan terendah V1 (1.86 g), bobot kering tajuk dimana tertinggi pada V2 (16.64 g) dan terendah pada V1 dan V3 (15.11 g), laju tumbuh relatif dimana yang tertinggi pada V1 (25.38 mg/hari) dan yang terendah V3 (18.14 mg/hari), umur panen yang tercepat pada V3 (95.67 hari) dan yang terlama V2 (98.00 hari), bobot basah tongkol per plot dimana tertinggi pada V3 (51.11 g) dan yang terendah V1 (33.33 g), bobot kering jagung pipil per plot dimana V3 (95.00 g) lebih tinggi sekitar 13-21 % daripada V2 dan V1 yang berkisar antara 74.44-82.22 g dan indeks panen dimana yang tertinggi pada V3 (14.67 %) dan yang terendah V2 (11.89 %).
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa umur panen tercepat pada Varietas Bisma. Hal ini sesuai dengan deskripsi tanaman bahwa varietas ini lebih cepat panen dibanding oleh dua varietas lain (Pioneer dan SHS 11).
Penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap umur berbunga dan volume akar diduga perlakuan tingkat pemberian air lebih dominan dibandingkan dengan sifat genetik tanaman.
Analisis Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea maysL.) pada Berbagai Tingkat Pemberian Air
Tingkat pemberian air yang berbeda berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Hal ini disebabkan pembelahan sel akan meningkat dengan terjadinya cekaman air. Bambang dan Sitompul (1995) menyatakan tanaman yang tumbuh dalam keadaan kurang air akan membentuk akar lebih banyak dibandi