PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
KOGNITIF IPA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Dasar
Oleh:
SAMIRAH
NIM. 8146182048
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
SAMIRAH. 8146182048. Pengaruh Pembelajaran Discovery Terhadap Keterampilan Proses
Sains dan Kemampuan Kognitif IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction); dan apakah kemampuan kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction). Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment dengan rancangan Random Pretest Postest Desain. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 101739 Sei Mencirim, yaitu populasi 3 kelas berjumlah 128 orang sedangkan sampel 2 kelas berjumlah 88 orang. Instrumen yang digunakan yaitu observasi keterampilan proses sains dan tes kemampuan kognitif. Analisis data menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction). Hal tersebut berdasarkan perolehan nilai rata-rata 89,85 pada pembelajaran Discovery lebih besar daripada pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan perolehan nilai rata-rata 82,95; dan (2) Kemampuan kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction). Hal tersebut berdasarkan perolehan nilai rata-rata 78,27 pada pembelajaran Discovery lebih besar daripada pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan perolehan nilai rata-rata70,27.
ABSTRACT
SAMIRAH. 8146182048. The Effect of Discovery Learning towards Science Process Skills and Science Cognitive Ability of Fifth Grade Students on Elementary School.
This study aimed to analyze whether the science process skill of students taught by Discovery learning was better than Direct Instruction ; and whether science cognitive ability of students taught by Discovery learning was better than Direct Instruction. This study were all the quasi experimental with random pretest and postest design. Population and sample in this study are all fifth grade students on SDN 101739 Sei Mencirim. The instruments were the observation sheet about science proces skills and test about science cognitive ability. The data analyze used t-test. The results of this study showed that: Science process skill of students taught by Discovery learning better than Direct Instruction. That was based on the mean score Discovery learning is 89,85 was greater than Direct Instruction is 82,95 and science cognitive ability of students taught by Discovery learning better than Direct Instruction. That was based on mean score Discovery learning mean score 78,72 was greater than Direct Instruction mean score 70,27.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Kognitif IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Pendidikan pada
Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi,
namun tesis ini dapat terselesaikan dengan usaha peneliti dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Unimed yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan perkuliahan.
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. selaku Direktur PPs Unimed.
3. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar, dan
Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum selaku Sekretaris Prodi Dikdas
Pascasarjana Unimed.
4. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bpk
Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memotivasi penulis hingga selesai penulisan tesis ini
dengan baik.
5. Bpk Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku narasumber/penguji, Dr.Adi
Sutopo, M.T., M.Pd selaku dosen narasumber/penguji, dan Dr. Hasruddin,
M.Pd selaku narasumber/penguji, yang telah banyak memberikan saran dan
masukan yang membangun demi penyempurnaan tesis ini, serta Ibu Prof. Dr.
Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku Validator soal.
6. Bpk Dr. Deny Setiawan, M.Si, selaku mantan Ketua Prodi Dikdas yang sudah
banyak memberikan masukan kepada penulis serta Bapak/Ibu dosen Prodi
Pendikan Dasar yang telah memberikan ilmu, motivasi dan saran yang
7. Bpk Drs. Mulana Barus, M.Pd (Mantan Kasek SDN 101739), Bpk Suprihono,
S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN 101739 Sei Mencirim, Ibu Fitriyani, S.Pd
guru Kelas V-A dan Bpk Ilham Nazaruddin, S.Pd guru Kelas V-B selaku
observer, Ibu Tursina, M.Pd selaku validator soal beserta seluruh dewan guru
yang telah memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Teristimewa penulis sampaikan dan persembahkan kepada Ayahanda
tersayang Bpk Sakam dan Alm. Ibunda Tercinta Sumiati, yang telah
membesarkan penulis dan memberikan doa yang tulus, serta seluruh keluarga
terutama suami tercinta Muhammad Abdullah, dan anak-anakku tersayang
Mhd.Indra Sukma Utomo, Kharisma Rahmadinata, Adinda Rahmalia Putri,
yang telah rela kehilangan waktu juga memberi motivasi dan dorongan serta
doa-doanya hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Negeri
Medan hingga selesainya tesis ini.
9. Teristimewa sahabat penulis, yaitu Rosida Aini, Abdi Imanuel Ginting,
Tursina, Yayuk Rahmawati, Elman LS, Meysarah, Winda Asyifa, Linda
Haryati, Sukma Lestari, Meta Munthe, juga teman seperjuangan di Kelas B-2
dan Kelas Konsentrasi IPA Dikdas Pascasarjana Unimed angkatan Tahun
2014 yang telah banyak membantu pemikiran dan masukan serta semangat
pada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
10. Terkhusus penulis sampaikan kepada Guru-guru, Staf pegawai dan
murid-murid SDN 106144 Sei Mencirim yang telah memberikan dukungan dan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan serta menyelesaikan studi di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti
harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga
tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2016 Penulis
v
2.1.1. Hakikat Pembelajaran ... 14
2.1.2. Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)... 16
2.1.3. Teori Belajar Bruner ... 29
2.1.4. Teori Belajar Konstruktivisme dan Kognitif Jean Piaget ... 31
2.1.5. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky ... 34
2.1.6. Keterampilan Proses Sains ... 37
2.1.7. Kemampuan Kognitif... 43
2.1.8. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)... 46
2.2. Penelitian Relevan ... 48
2.3. Kerangka Konseptual ... 50
2.4. Hipotesis Penelitian ... 52
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 54
3.3. Desain dan Variabel Penelitian ... 55
3.4. Definisi Operasional ... 56
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 60
3.7. Uji Coba Instrumen ... 63
3.8. Hasil Uji Coba Instrumen ... 66
3.9. Teknik Analisis Data... 69
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72
4.1.1. Deskripsi Keterampilan Proses Sains ... 72
4.1.2. Deskripsi Pretes Kemampuan Kognitif ... 77
4.1.3. Deskripsi Postes Kemampuan Kognitif ... 83
4.2. Pembahasan... 89
4.2.1. Keterampilan proses sains Siswa ... 89
4.2.2. Kemampuan Kognitif Siswa ... 93
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 97
5.2. Saran ... 98
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Jenis Pembelajaran Penemuan ... 20
Tabel 2.2 : Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Discovery ... 26
Tabel 2.3 : Indikator dan Penerapan Keterampilan Proses Sains ... 42
Tabel 2.4 : Sintaks Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 47
Tabel 2.5 : Penelitian Relevan ... 48
Tabel 3.1 : Desain Penelitian ... 54
Tabel 3.2 : Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ... 60
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif ... 62
Tabel 3.4 : Hasil Uji Validitas ... 67
Tabel 3.5 : Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Pilihan Berganda ... 67
Tabel 3.6 : Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Essay ... 67
Tabel 3.7 : Hasil Uji Daya BedaTes Pilihan Berganda ... 68
Tabel 3.8 : Hasil Uji Daya BedaTes Essay ... 68
Tabel 4.1 : Hasil Nilai Keterampilan Proses Sains ... 72
Tabel 4.2 : Persentase Nilai Hasil Keterampilan Proses Sains ... 73
Tabel 4.3 : Deskripsi Hasil Nilai Keterampilan Proses Sains... 74
Tabel 4.4 : Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains ... 75
Tabel 4.5 : Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains ... 75
Tabel 4.6 : Uji Perbedaan Keterampilan Proses Sains ... 76
Tabel 4.7 : Rentang Nilai Hasil Tes Kemampuan Kognitif ... 78
Tabel 4.8 : Hasil Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 78
Tabel 4.9 : Interval Nilai Pre Tes ... 78
Tabel 4.10 : Hasil Nilai Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 79
Tabel 4.11 : Deskripsi Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 80
Tabel 4.12 : Uji Normalitas Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 81
Tabel 4.13 : Uji Homogenitas Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 82
Tabel 4.14 : Uji Perbedaan Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 82
Tabel 4.15 : Hasil Nilai Postes Kemampuan Kognitif ... 83
Tabel 4.16 : Interval Nilai PosTes Kemampuan Kognitif ... 83
Tabel 4.17 : Hasil Nilai Pre Tes Kemampuan Kognitif ... 84
Tabel 4.18 : Deskripsi Pos tes Kemampuan Kognitif ... 84
Tabel 4.19 : Uji Normalitas Pos Tes Kemampuan Kognitif ... 87
Tabel 4.20 : Uji Homogenitas Pos Tes Kemampuan Kognitif ... 87
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran
Lampiran 2a Rencana Pelaksanaan PembelajaranDiscovery
Lampiran 2b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Lampiran 3 Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Hasil Uji Coba Instrumen
Lampiran 5a Data Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Discovery
Lampiran 5b Data Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Direct Instruction
Lampiran 5c Pretes dan Postes Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Discovery
Lampiran 5d Pretes dan Postes Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Direct Instruction
Lampiran 6 Tabel Nilai-Nilai dalam Distribusi T
Lampiran 7 Foto Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 Daftar Nilai Lembar Observasi KPS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Menurut Purwanto (2012) mata pelajaran IPA
umumnya tidak disukai siswa, kecenderungan ini biasanya berawal dari
pengalaman belajar mereka, dimana mereka menemukan kenyataan bahwa
pelajaran IPA adalah pelajaran yang sangat berat dan serius yang tidak jauh dari
persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui
pendekatan matematis.
Pendidikan tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga
ditekankan pada penguasaan keterampilan. Siswa juga harus memiliki
kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip
keilmuan yang telah dikuasai, learning to know (pembelajaran untuk tahu), dan
learning to do (pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Pada pembelajaran IPA siswa diarahkan untuk mengembangkan
keterampilan proses sains yang meliputi kegiatan pengamatan dan penemuan. Hal
ini senada dengan dikemukakan oleh Abdullah (2007) bahwa proses dalam hal ini
merupakan interaksi semua komponen atau unsur pembelajaran yang saling
berhubungan untuk mencapai tujuan. Salah satu indikasinya adalah keberhasilan
2
Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk mengahafal informasi. Otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi
yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah mereka pintar teoritis tetapi
mereka miskin aplikasi.
Tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan mencakup bukan
semata-mata segi kecerdasan saja, tetapi juga mencakup segi sikap, dan
keterampilan. Tujuan pendidikan yang sedemikian luas ini tidak bisa dicapai
hanya melalui proses pembelajaran, tetapi menuntut keaktifan belajar beraneka
ragam, sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di beberapa sekolah seperti
di SDN 101739 Sei Mencirim dan SDN.106144 Sei Mencirim pada siswa kelas V,
guru mengajarkan mata pelajaran IPA dengan materi pelajaran tentang Gaya
Magnet di kelas V menggunakan pembelajaran langsung yang diberikan oleh guru
namun siswa belum terlatih untuk menemukan sendiri konsep belajar IPA
tersebut. Pembelajaran Discovery (penemuan) belum diajarkan guru dikarenakan
tidak memahami bagaiman cara mengajarkan IPA materi gaya magnet dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery tersebut. Sedangkan aspek
penilaian belum menggunakan keterampilan proses sebagai hasil belajarnya. Pada
kegiatan ini terlihat guru menjelaskan materi yang ada pada buku, sedangkan
3
menyiapkan alat dan bahan berupa sebuah magnet batang, paku, peniti, kertas,
penggaris, kain (sapu tangan), pinsil, plastik dll. Guru menjelaskan kegunaan
magnet dan bagaimana cara kerja magnet serta sifat-sifat magnet. Kemudian guru
menunjukkan pada siswa bahwa sifat magnet adalah dapat menarik benda yang
terbuat dari besi dan logam. Selanjutnya mempraktekkan dengan mendekatkan
magnet kepada benda-benda yang telah disediakan tadi. Satu persatu benda di
dekatkan dan jika ada benda yang menempel maka itulah benda yang terbuat dari
besi dan logam. Kemudian setelah guru mempraktekan materi tersebut siswa
diberi tugas dengan menyebutkan benda-benda yang dapat ditarik magnet dan
benda yang tidak dapat ditarik magnet. Guru menggunakan alat yang seadanya
dan penjelasan materi berdasarkan pada materi yang ada di buku tidak
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang di alami siswa.
Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan salah seorang guru
kelas V di SDN 101739 Sei Mencirim terlihat bahwa siswa belum terlibat
langsung dalam kegiatan proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar
keterampilan proses sains sangat rendah. Hasil belajar yang diperoleh hanya
berdasarkan pengetahuan kognitif yang ada pada buku saja yaitu berupa
pertanyaan dan esay sedangkan penilaian keterampilan proses sains belum
dilaksanakan. Pada kegiatan pembelajaran tersebut siswa hanya memperhatikan
saja apa yang dilakukan guru dan hanya beberapa orang saja sebagai sampel di
depan untuk membantu guru melakukan percobaan. Siswa hanya sebagai
4
pembelajaran selesai guru membuat kesimpulan dan mengumpulkan nilai hasil
belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan rendahnya hasil belajar kognitif
mempengaruhi rendahnya hasil belajar keterampilan proses sains siswa. Hasil
pembelajaran yang dilakukan guru tersebut diperoleh, dari 40 siswa sebanyak 23
orang (57,50%) memperoleh nilai di atas KKM sedangkan 17 orang (42,50%)
masih belum tuntas di bawah KKM adapun target KKM yang diharapkan adalah
67,00.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yaitu
guru masih menerapkan pembelajaran langsung (Direct Instruction) yang
berpusat pada guru yaitu metode ceramah, diskusi dan penugasan, serta penilaian
juga masih mengacu pada pengetahuan sedangkan keterampilan dan sikap masih
kurang. Selain itu juga siswa kurang tertarik pada pelajaran IPA, guru hanya
menyajikan materi kemudian dijelaskan pada siswa tanpa ada pembuktian dari
siswa itu sendiri. Artinya antara teori dengan praktek belum terintegrasi, siswa
cenderung bersikap pasif, hanya lebih banyak sebagai pendengar, keaktifan siswa
hanya terlihat dalam mengerjakan soal-soal IPA saja. Hal ini membuat siswa
kurang termotivasi dan pembelajaran IPA kurang bermakna. Inilah yang
membawa efek negatif terhadap hasil belajar IPA masih kurang memuaskan.
Siswa cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran IPA, suasana
kurang kondusif karena siswa asyik bercerita sendiri ketika guru menjelaskan
materi, dan ada juga yang mengantuk serta keluar masuk kelas dengan alasan
5
kamar mandi menunggu waktu agar cepat selesai pembelajaran IPA yang menurut
mereka menjenuhkan.
Hasil pengamatan yang penulis peroleh pada siswa kelas V SDN 101739
berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di atas tentang gaya
magnet bahwa nilai rata-rata siswa 65,00 masih di bawah target kriteria yang
diharapkan yaitu KKM 67,00. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dasar
siswa untuk konsep gaya magnet masih rendah. Salah satu penyebab hal ini terjadi
adalah kemampuan dasar siswa khususnya keterampilan proses sainsnya rendah.
Berkaitan dengan lemahnya kemampuan dasar siswa terhadap materi tersebut
(keterampilan proses). Kristianingsih, dkk. (2010) juga mengatakan bahwa akibat
guru selama pembelajaran lebih banyak memberikan ceramah atau penyampai
produk saja, maka siswa kurang terlatih untuk mengembangkan aplikasi konsep
yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.
Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan
oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan
tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak
mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam
alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika,
pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan
persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Siswa dapat memahami konsep-konsep IPA secara mendalam dan
bermakna, serta berpikir kritis dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya
6
siswa. Sehingga siswa dapat membangun pengetahuan serta dapat
mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang mereka alami
dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang memberikan pengalaman
langsung bagi siswa sekolah dasar, dapat dilakukan dengan hal-hal yang
sederhana dan mudah. Siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam
aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti apa yang dilakukan/dialami oleh
ilmuwan. Dengan demikian siswa dididik dan dilatih untuk terampil dalam
memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti
prosedur (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,
pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.
Pada proses pembelajaran, guru harus selalu berusaha untuk menciptakan
pendekatan baru secara kreatif sehingga terbentuk
pendekatan-pendekatan yang lebih baik dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Salah
satu pendekatan yang cocok digunakan untuk pembelajaran siswa Sekolah Dasar
adalah pendekatan keterampilan proses. Menurut Sagala (2010) pendekatan
keterampilan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberi
kesempatan untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep
Siswa diberi keluasan untuk ikut dan terlibat secara langsung dalam segala bentuk
proses penemuan pengetahuan dalam menyelesaikan semua problem yang
dihadapinya. Pendekatan ini juga menekankan pada aktivitas dan kreatifitas siswa.
Sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan memperoleh pengetahuan
7
Melalui proses belajar tersebut diharapkan siswa dapat memperoleh hasil
belajar tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek psikomotor dan
afektif. Keterampilan proses menekankan pada proses belajar, aktifitas, dan
kreatifitas siswa termasuk keterlibatan fisik, mental, dan sosial siswa dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan. Keterampilan proses dapat
dilakukan melalui serangkaian kegiatan ilmiah dalam proses pembelajaran, seperti
praktikum atau percobaan, praktikum lapangan, maupun demonstrasi. Rangkaian
kegiatan ilmiah yang dilakukan akan melatih siswa untuk mengembangkan
kemampuan mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan, melakukan
percobaan atau pengamatan, mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Melalui
kegiatan tersebut siswa mampu menemukan dan membangun konsep yang
ditanamkan oleh guru berdasarkan konsep yang telah dimiliki, mengembangkan
cara berpikir logis, sistematis, kritis, terbuka, serta dapat menumbuhkan
keterampilan dan kecakapan dalam melakukan kegiatan ilmiah (Depdiknas,
2008).
Menurut Kurnianto, dkk (2010) pentingnya menerapkan keterampilan
proses dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dilandasi oleh beberapa faktor, yaitu
(1) perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung begitu cepatnya, sehingga
tidak mungkin lagi seorang guru memberikan semua fakta dan konsep kepada
siswa, (2) pada prinsipnya anak mempunyai motivasi dari dalam dirinya sendiri
untuk belajar, yang disebabkan oleh rasa ingin tahunya terhadap sesuatu, (3)
8
mutlak, sehingga masih terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan
diperbaiki, dan (4) adanya sikap dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan.
Menurut Hakim (2009) dalam proses belajar bagaimana caranya belajar,
pendekatan, strategi, dan metode yang digunakan tidak hanya semata-mata-mata
dilakukan dengan jalan menghapal materi pembelajaran yang diterima dari guru,
tetapi di samping menghapal dan memahami apa yang diterima guru, juga
diupayakan menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip yang harus dikuasai,
melalui kegiatan Discovery baik di bawah bimbingan guru maupun dilakukan
sendiri tanpa bimbingan guru. Dengan demikian, hasil belajar menjadi lebih
mantap dan lebih bermakna.
Menurut Joolingen & Van (2005) Discovery learning adalah suatu tipe
pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan
mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan
tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu alternatif pembelajaran
yang bisa menumbuhkan keterampilan proses sains adalah pembelajaran berbasis
masalah yaitu dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Sains
(KPS) berorientasi pada Discovery (DL) dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan pembelajara IPA. Pembelajaran berbasis masalah siswa diarahkan
pada masalah kontekstual.
Pembelajaran Discovery adalah salah satu model pembelajaran yang
mengkondisikan peserta didik untuk terbiasa menemukan, mencari, dan
mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Model pembelajaran ini
9
peserta didik belajar secara aktif dan mandiri. Kegiatan pembelajaran
menekankan agar peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga
peserta didik dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus
ia kuasai.
Pada proses belajar mengajar perlu adanya lingkungan yang menunjang
untuk memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa
dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini
bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa
dalam berpikir (mempresentasekan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Sardiman (2014) mengemukakan bahwa dalam
mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar dari teacher oriented menjadi student oriented. (Modul Pelatihan
Implementasi K.13)
Bruner (dalam Adriana, 2007) mengangap bahwa belajar dan persepsi
kebutuhan-10
kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan gejala yang ada di
lingkungan kita. Lebih lanjut Bruner (1977) mengatakan bahwa pengkategorian
mempunyai beberapa keuntungan, antar lain mengurangi komplesitas dari benda
atau kejadian alam sekitar kita. Dengan kategorisasi mengurangi keharusan untuk
selalu belajar. Bruner beranggapan bahwa model belajar penemuan (Discovery
learning) sesuai dengan hakiki manusia yang mempunyai sifat untuk selalu ingin
mencari ilmu pengetahuan secara akti, memecahkan masalah dan informasi yang
diperolehnya, serta akhirnya akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka pembelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Discovery, karena pada
proses pembelajaran ini siswa sendiri yang harus mengelola dan melakukan
penemuan sehingga dapat menemukan konsep atau teori itu sendiri
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains siswa masih rendah, hal ini dibuktikan dengan
rendahnya hasil belajar IPA siswa.
2. Siswa kurang aktif belajar IPA dan cepat merasa bosan karena
pembelajaran masih bersifat monoton kurang bervariasi.
3. Pembelajaran yang dilakukan guru masih pembelajaran langsung (Direct
Instruction) yaitu masih berpusat pada guru.
4. Guru belum menggunakan model pembelajaran Discovery yang dapat
11
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini agar lebih terarah adalah :
1. Penelitian ini berfokus pada aspek studi penerapan model pembelajaran
Discovery kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol diberikan
pembelajaran langsung (Direct Instruction).
2. Hasil belajar yang diamati adalah pada aspek keterampilan proses sains
dan kognitif siswa.
3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Gaya Magnetdi kelas V SDN
101739 Sei Mencirim.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang diuraikan di atas,
maka masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada materi gaya magnet di
kelas V SDN 101739 Sei Mencirim?
2. Apakah kemampuan kognitif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
langsung (Direct Instruction) pada materi gaya magnet di kelas V SDN
12
1.5.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada materi gaya
magnet di kelas V SDN 101739 Sei Mencirim.
2. Menganalisis apakah kemampuan kognitif siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran Discovery lebih baik dari siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada
materi gaya magnet di kelas V SDN 101739 Sei Mencirim.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun
secara praktis.
a. Bagi guru, Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan inovasi dan
mencari solusi tentang masalah-masalah pelajaran yang berhubungan
dengan peningkatan hasil belajar sains siswa.
b. Bagi siswa, untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada
pelajaran sains sekaligus dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa
yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
c. Bagi sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran
13
d. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru agar lebih
memperhatikan factor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan
96
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Model pembelajaran Discovery dan Direct Instruction memberikan
pengaruh terhadap kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa.
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian seperti yang
telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapan simpulan
sebagai berikut:
1. Pengaruh model pembelajaran Discovery terhadap Keterampilan proses sains
siswa lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
langsung (Direct Instruction) pada materi gaya magnet di kelas V SDN 101739
Sei Mencirim. Hal tersebut berdasarkan perolehan nilai rata-rata KPS pada
pembelajaran Discovery adalah 89.85 sedangkan nilai rata-rata KPS pada
pembelajaran langsung (Direct Instruction) adalah 82.95.
2. Pengaruh model pembelajaran Discovery terhadap kemampuan kognitif siswa
lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung
(Direct Instruction) pada materi gaya magnet di kelas V SDN 101739 Sei
Mencirim. Hal tersebut berdasarkan perolehan nilai rata-rata kemampuan
kognitif pada pembelajaran Discovery adalah 78.27 sedangkan nilai rata-rata
kemampuan kognitif pada pembelajaran langsung (Direct Instruction) adalah
97
5.2. Saran
1. Pada saat pembelajaran di kelas, diharapkan guru menggunakan model
pembelajaran yang mendorong keterampilan proses sains siswa seperti model
pembelajaran Discovery. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru yaitu:
membangun keinginan siswa untuk belajar, mendorong siswa agar merasa
sangat butuh untuk belajar; memberikan penghargaan kepada siswa yang
semangat belajar, menjadikan belajar sebagai kegiatan yang menarik, dan
mengkondisikan lingkungan belajar agar kondusif.
2. Guru diharapkan menggunakan model pembelajaran Discovery untuk
meningkatkan pembelajaran di kelas. Ketika pelaksanaan model pembelajaran
Discovery, disarankan guru untuk melakukan upaya tertentu seperti:
membentuk kelompok belajar siswa, memberikan masalah pembelajaran yang
berhubungan dengan dunia siswa, mngorganisasi materi pembelajaran sesuai
dengan masalah, memberikan siswa tanggung jawab untuk mengarahkan
pembelajarannya sendiri, dan menuntut siswa untuk menampilkan apa yang
telah mereka pelajari melalui kemampuan kognitif.
3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan antara
keterampilan proses sains dengan model pembelajaran dan keterkaitan antara
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhtadi, 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Wujud dan
Perubahannya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konep Dan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis
Adriana, S.I. (2007). Penerapan Teori Belajar IPA dan Penalaran Siswa Sekolah Dasar. Surabaya Intelectual Club (SIC).
Anderson, Lorin W.,David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesment. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arends, (2008). Learning To Teach, Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Bicknell-Holmes, T. & Hoffman, P. S. (2000). Memperoleh, terlibat, pengalaman, menjelajahi: Penemuan belajar di Library Instruction. Layanan Referensi Ulasan. 28 (4), 313-322. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif serta Self-Efficacy dalam Pembelajaran Matematika Melalui Discovery Learning Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. Ade Nandang Mustafa, 2014
Bloom, Benjamin. S., (1965). Taksonomi of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook 1 Cognitive Domain. New York: David McKay.
Bonwell, C. C. (1998). Pembelajaran Aktif: Energizing Kelas. Green Mountain Falls, CO: Active Learning.
Bruner, J. (1977). The Process of Education. A landmak in educational theory. Havard University Press.
Castranova, J.A.,(2002) Discovery Learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional learning in effectiveness in the 21st Century?http://www.googlewebligt.com.
99
Depdiknas. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Djamarah. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Hakim, L. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima
Hamid, Abdul. (2007). Teori Belajardan Pembelajaran. Buku Edisis 1. Program Pasca Sarjana UNIMED. MEDAN
Harlen, W ., Erna(2015). Unesco Sourcebook For Science In the Primary School, Unesco, France. Efek model peembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi dengan media flash terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa SMA. Tesis Pascasarjana Unimed, Prodi Fisika (2015).
Hosnan, M. (2014), PendekatanSaintifik Dan KontekstualDalamPembelajaran Abad 21,,Jakarta:Ghalia Indonesia
Irwan, W. (2016). Analisis Teory Vygotsky dan teori Piaget Dalam Proses Belajar Anak.
Joolingen, WR.Van. (2005). Comunication in Collaborative Discovery Learning. (Brittish Journal of Edication Psychology DOI: 10 75, 603-621).
Joyce. B., Weil. (2011). Models of Teaching. Model-model Pengajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Kumari, U., N., Rao, D., B., (2008) Science Process Skill Of Students, Discovering, New Delhi : Publishing House PVT.LTD.
Kurnianto, P., Dwijananti, P. dan Khmaedi. (2010). Pengembangan Kemampuan Menyimpulkan dan Mengkomunikasikan Konsep Fisika Melalui Kegiatan Praktikum Sederhana. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6 (1) : 54-59
Kristianingsih, D.D., Sukiswo. & Khanafiah, S. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inquiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan alat-alat optik di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6:10-13
100
Moore, K., Effektive Instructional Strategies, Amerika: Sage Publications.
Piaget (1973). Tawil. M, Liliasari. (2014). Keterampilan-keterampilan Proses Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM
Purwanto, Candra E., Sunyoto., Wijayanto, (2012). Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Pemantulan Cahaya untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. (Jurnal Pendidikan Fisika Vol.1(1) 27-32.
Ratumanan, T.W., (2004). Belajar dan Pembelajaran, UNESA University. Prees, Surabaya..
Ruseffendi. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Rustaman, dkk. 2005. Strategi belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI
Sani, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Sardiman. (2005). Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Kemendikbud. 2014.
Settlage, J., Southerland, S., A., (1998), Teaching Science Yo Every Chil, , New York : Routladge.
Slavin. (2000). Ratumanan, T.W., (2004). Belajar dan Pembelajaran, UNESA University. Prees, Surabaya
Suciati, Irawan P. 2005. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : Depdiknas, Ditjen PT. PAUUT.
Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito,
Sudijono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Sugiyono. (2009). Metoda Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
101
Suryobroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Tawil, Muh dan Liliasari (2014). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM
Tawil, Muh dan Lilisari (2014). Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Rineka Cipta.
Yurahly, Dian, (2014). Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu. E-Jurnal Pend. Fisika Tadalako. Vol 2 (2): 5
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Grasindo