• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN NARKOTIKA NASIONAL DALAM UPAYA MEREHABILITASI PECANDU NARKOTIKA (Studi Kasus BNN Provinsi Sumatera Utara).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BADAN NARKOTIKA NASIONAL DALAM UPAYA MEREHABILITASI PECANDU NARKOTIKA (Studi Kasus BNN Provinsi Sumatera Utara)."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DALAM UPAYA MEREHABILITASI PECANDU NARKOTIKA

(Studi Kasus BNN Provinsi Sumatera Utara)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Andre Pranatha Sitepu

3122111012

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i Abstrak

Andre Pranatha Sitepu. NIM. 3122111012. Badan Narkotika Nasional Sumatera Utara Dalam Upaya Merehabilitasi Pecandu Narkotika ( Studi kasus Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan dampak Rehabilitasi yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis secara deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian ialah bidang rehabilitasi BNNP Sumut dan pecandu narkotika yang direhabilitasi di BNNP Sumut. Penyalahgunaan terhadap narkotika memiliki dampak yang sangat merusak sel saraf manusia. Penyalahgunaan narkotika ini pun sudah mengancam bagi generasi muda. Rehabilitasi merupakan jalan yang harus dilakukan supaya penyalahgunaan narkotika dapat pulih dari ketergantungannya akan narkotika. Rehabilitasi merupakan upaya untuk menekan pemakaian terhadap narkotika secara terus

menerus. Penyalahgunaan narkotika akan mengakibatkan orang yang

menggunakannya tidak dapat sembuh total, dikarenakan sel saraf penggunanya telah rusak akibat penyalahgunaan narkotika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola rehabilitasi yang dijalankan di Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara ialah pola rehabilitasi medis dengan menjalankan pola rawat jalan dan rehabilitasi sosial dengan menjalankan pola pasca rehabilitasi. Adapun dampak yang dialami pecandu narkotika setelah menjalankan rehabilitasi rawat jalan di BNNP Sumut ialah mengurangi ketergantungannya akan narkotika. Namun bagi pecandu narkotika yang sudah kronis pihak BNNP Sumut hanya merujuk para pecandu narkotika ke lembaga instansi rehabilitasi lainnya.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji, syukur serta hormat kemuliaan penulis panjatkan kepada satu-satunya

Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih setia dan penyertaan-Nyalah sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan pada waktu-Nya. Penulis menyusun skripsi ini guna

memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Medan.

Skripsi ini berjudul, “Badan Narkotika Nasional Dalam Upaya Merehabilitasi

Pecandu Narkotika (Studi Kasus BNN Provinsi Sumatera Utara)”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak kesulitan yang

dihadapi, namun berkat penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan dukungan

semua pihak sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai, meskipun masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada ayahanda Resep Sitepu dan ibunda Herlina Tarigan yang telah bersusah

payah membesarkan, mengasuh, mendidik serta memotivasi penulis secara moril

maupun materil dengan penuh kasih sayang dan mendoakan penulis

sehinggadapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih atas

bantuan bimbingan, arahan serta doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

kepada:

1. Pemerintah Republik Indonesia Terkhusus Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan yang telah memberikan beasiswa Bidikmisi sehingga saya

(6)

iii

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Arief Wahyudi,SH, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan.

6. Bapak M. Fahmi Siregar, SH, MH selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah sangat banyak membantu penulis selama penyusunan skrispsi ini.

7. Bapak Drs. Buha Simamora, SH, M.Hum dan Ibu Dr. Reh Bungana Beru

PA, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak

membimbing penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Joni selaku administrasi jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang

telah banyak membantu penulis dalam menyususn skripsi ini.

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen serta Staf Jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

10.Bapak Brigadir Jenderal Polisi Drs. Andi Loedianto dan seluruh Staf

Pegawai Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara yang

(7)

iv

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Serta kepada para

responden yang telah memberikan waktu dan kesediannya membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11.Terkhusus kepada staf bidang rehabilitasi dan klinik Pratama BNNP

Sumut (kakak Fitri Yanti,S.Sos,M.A, Ibu Roslely.D.Hutagalung dan dr.

Figa Br. Sembiring) yang telah memberi masukan, waktu dan dukungan

dalam penulisan skripsi ini.

12.Terimaksih kepada seluruh keluarga terkhusus kepada kakak Silvia

Puspitasari Br. Sitepu dan Adik Arsy Altho Yudiantho Sitepu yang telah

memberi semangat dan dukungan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13.Teristimewa kepada Erica Yana Sembiring, S.pd yang telah memberi

waktu, dukungan dan menemani disetiap waktu dalam penyususnan

skripsi ini.

14.Kepada seluruh teman teman kelas Reguler A 2012 ( Riza Ramadhan

Manalu, M. Syukri Al-Hadi, Zakaria, Manaon Purba, Yansen Sirait, Rahel

Novita sari Nainggolan, Grace Simbolon, dan Evaruth Saida Napitupulu )

yang telah membantu dan memberi dukungan dalam waktu penulisan

skripsi ini .

15. Kepada seluruh teman teman dan seluruh staff Bimbingan Belajar Medica

Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan untuk memperoleh

(8)

v

16.Kepada Keluarga Besar UKM Resimen Mahasiswa Universitas Negeri

Medan yang telah memberi kesempatan untuk bergabung..

17.Terimakasih kepada Keluarga Besar YPK SMP Masehi Berastagi yang

telah memberi kesempatan kepada saya untuk menimba pengalaman

terkhusus dalam bidang mengajar.

18.Terimakasih kepada Keluarga Besar PPLT YPK Masehi Berastagi yang

telah memberi semangat dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

19.Terimakasih kepada Pb.Reguler A 2012 ( Oksari A. Sialoho dan Rifki

Fernando) yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam penulisan

skripsi ini.

Terimakasih atas dukungan doa, semangat, kebaikan, bantuan dan

motivasinya kepada semua pihak bahkan yang tidak dapat dituliskan secara

keseluruhan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2016

Andre Pranatha Sitepu

(9)

vii

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 10

1. Badan Narkotika Nasional ... 13

2. Pengertian Narkotika ... 20

3. Pengertian Pecandu Narkotika... 28

4. Pengertian Rehabilitasi ... 32

5. Tujuan Rehabilitasi ... 40

B. Kerangka Berpikir ... 43

BAB IIIMETODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Jenis Data ... 48

C. Lokasi Penelitian ... 48

D. Subjek Penelitian ... 49

(10)

viii

1. Variabel Tunggal ... 50

2. Defenisi Operasional ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Data Hasil Penelitian ... 54

1. Jumlah Pengguna Narkotika di Sumatera Utara Berdasarkan Umur ... 54

2. Jumlah Pengguna Narkotika Berdasarkan Status Pekerjaannya di Sumatera Utara ... 57

3. Mekanisme Rehabilitasi Pecandu Narkotika di Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara ... 61

4. Hasil Wawancara ... 64

a.Wawancara Terhadap Pihak BNNP Sumut ... 64

b.Hasil Wawancara Terhadap Pecandu Narkotika Yang Sedang Menjalani Proses Rawat Jalan ... 67

B. Analisis Hasil Penelitian ... 70

a. Rehabilitasi Medis Dengan Menjalankan Program Rawat Jalan ... 70

b. Rehabilitasi Sosial Dengan Menjalankan Program Pasca Rehabilitasi ... 75

c. Dampak yang Dialami Pecandu Narkotika Setelah Menjalani Program Rehabilitasi ... 76

d. Hambatan Dalam Merehabilitasi Pecandu Narkotika ... 77

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penyalahguna Narkotika Di Sumatera Utara Berdasarkan Umur ... 55

Tabel 2. Jumlah Penyalahguna Narkotika Berdasarkan Status Pelakunya Di Sumatera

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Wawancara

2. Daftar Responden Yang Diwawancarai

3. Surat Pra Penelitian Dari Jurusan PPKn

4. Surat Penelitian dari Jurusan

5. Surat Penelitian dari Fakultas

6. Surat Penelitian dari Tempat Penelitian

7. Surat Bebas Pustaka Dari Laboratorium PPKn

8. Surat Bebas Pustaka Dari Perpustakaan UNIMED

9. Kwitansi Pembayaran Uang Kuliah

10.Kartu Bimbingan Skripsi

11.Kartu Mengikuti Seminar Proposal

12.Pernyataan Keaslian Tulisan

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan

Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Setiap warga

negara berhak untuk hidup sehat dan sejahtera.

Berdasarkan tujuan negara Indonesia di atas terkhusus dalam

melindungi segenap bangsa Indonesia atas apapun yang dapat merusak

generasi bangsa Indonesia, termasuk penyalahgunaan terhadap narkoba.

Untuk itu negara memerlukan payung hukum yang tepat agar dapat

mengendalikan peredaran narkotika dan menangani pecandu narkotika secara

benar. Di Indonesia, berbagai masalah yang berkaitan dengan narkotika telah

diatur dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2009 yang telah disahkan pada

14 September 2009.

Penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sangat menghawatirkan

dan mengancam keutuhan bangsa Indonesia. Terutama mengancam generasi

muda bangsa indonesia. Sejalan dengan Kaligis (2007 : 301) Peredaran

narkoba di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Meskipun sudah

banyak pengedar yang tewas di hukum petugas, tetap saja aksi penjualan obat

(14)

2

menjalar bagi generasi muda bangsa Indonesia (pelajar atau Mahasiswa).

Sekitar 230 juta orang dari seluruh dunia atau sekitar 5% dari populasi

dunia diperkirakan telah menyalahgunakan narkotika minimal sekali menurut

data tersebut. Tahun 2011 terus merangkak naik padahal berbagai upaya telah

dilakukan dari pemberantasan terhadap pelaku, pengedar maupun

produsennya (UNODC, 2012). Fakta di atas sejalan dengan pendapat

Supramono dalam bukunya Hukum Narkoba Indonesia yang menyatakan

permintaan terhadap narkoba pun kian besar. Angka kriminalitas yang timbul

dari dorongan serta yang terjadi setelah seseorang mengkonsumsinya juga

bertambah.

Ricardo (2010 : 232, Vol. 6, No. 3) pada Tahun 2008 Badan Narkotika

Nasional dan Universitas Indonesia melakukan penelitian. Hasilnya

menunjukkan pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 3,1–3,6 juta

orang dan terus meningkat, nilai perdagangan mencapai Rp. 15,4 Triliun.

Pada tahun 2014 BNN mengeluarkan pengumuman yang sangat

mencengangkan. Penyalahgunaan narkotika sudah mencapai angka 4,2 juta

orang, diantaranya:

Pertama, berdasarkan data tersebut pelaku penyalahguna terhadap

narkotika yang paling besar ialah pekerja. Dalam hal ini persentase

penggunanya ialah 70% dari 4,2 Juta Orang. Dengan kata lain pelaku

penyalahgunaan narkotika tersebesar ialah para pekerja yang mencapai angka

(15)

3

Kedua, dalam hal ini menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika

telah menjangkau kekalangan generasi muda. Hal ini dapat menyebabkan

generasi muda Indonesia menjadi rusak dan apabila hal ini tidak segera

dihilangkan atau ditangani secara serius maka suatu saat nanti Indonesia akan

mengalami lost generation. Pelaku pengguna narkotika di kalangan

mahasiswa telah mencapai angka 22% dari 4,2 juta orang. Mahasiswa atau

pelajar pengguna narkotika telah mencapai angka 924.000 orang pengguna.

Berdasarkan fakta diatas, dapat dilihat bahwa penyalahgunaan narkotika

telah menjalar terhadap kaum pelajar atau mahasiswa. Ketergantungan

tersebut akan menyebabkan setiap orang akan menggunakan segala cara

untuk memperoleh obat tersebut. Baik itu berbohong kepada orang tuanya

atau memakai uang sekolah untuk membeli narkotika tersebut. Berdasarkan

pengaruh dari penggunaan narkotika maka mahasiswa atau pelajar tidak akan

lagi mampu untuk berfikir secara benar dan mereka akan sangat malas untuk

belajar bahkan akan malas untuk pergi kesekolah.

Ketiga, dalam hasil penelitian tersebut terdapat hal yang sangat

mengejutkan bahwa penyalahguna narkotika sebanyak 8% dari 4,2 juta orang

pengangguran. Pada hakikatnya pengangguran ialah orang yang tidak bekerja

atau orang yang belum dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam

hal ini apa pun akan dilakukan orang tersebut agar mendapat obat tersebut,

baik itu melakukan tindakan kriminal sekalipun. Pengangguran pengguna

(16)

4

Fakta tersebut menunjukkan penyalahgunaan narkotika di Indonesia

sudah menjangkit semua kalangan. Termasuk pelajar dan mahasiswa.

Pecandu narkotika yang dimaksud ialah orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantrungan terhadap

narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Dapat dilihat pecandu narkotika di

kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut sudah dalam kondisi yang

menghawatirkan.

Secara umum dampak dari penyalahgunaan narkotika berkaitan dengan

sistem syaraf dan kejiwaan manusia. Menurut Zulkarnain (2014 : 3) terdapat

beberapa dampak, diantaranya:

Pertama, depresan dalam keadaan ini para pecandu akan mengurangi

aktivitas. Dimana narkotika ini membuat pengguna menjadi tertidur atau

tidak sadarkan diri. Apabila dilihat dari penggunanya maka pecandu tersebut

tidak akan lagi mampu untuk bekerja dengan baik atau bahkan bagi pelajar ia

pasti tidak akan mampu untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan

baik.

Kedua, stimulan Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan

otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu.

Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, lama-lama

saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.

Ketiga, halusinogen di mana zat kimia aktif atau obat yang dapat

menimbulkan efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan fikiran. Dalam hal

(17)

5

terbesar dari pemakaian obat ini adalah efek psikis dang gangguan penilaian

yang menyebabkan kecelakaan atau pengambilan keputusan. Sebagai contoh,

seorang pemakai halusinogen bisa berfikir bahwa ia dapat terbang, bahkna

sampai melompat dari jendela untuk membuktikannya, sehingga terjadilah

cedera berat atau kematian.

Keempat, zat adiktif pada pemakai akan merasa ketagihan sehingga

akan melakukan berbagai cara agar terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai

tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakaw).

Dalam hal ini ciri ciri pecandu yang mengalami sakaw dapat dilihat dari

kondisi fisiknya di antaranya air mata berlebihan, banyak lendir di hidung,

seperti orang filek, badan menggigil kedinginan yang sangat, susah tidur dan

jantung berdebar debar.

Dapat dilihat dari beberapa efek atau dampat penggunaan narkotika

tersebut merusak akan gangguan kejiwaan dan gangguan terhadap sel syaraf

manusia. Untuk itu sangat diperlukan pemulihan berupa rehabilitasi. Namun

menurut Menkumham Yasonna H Laoly (dalam Metro TV – Mata Najwa,

02/03/2016) yang menjadi masalah dalam upaya rehabilitasi ialah mengenai

kelebihan kapasitas atau daya tampung.

Berdasarkan data BNN saat ini jumlah pengguna narkotika yang

direhabilitasi baru sebanyak 18.000 orang (dengan rincian 2.000 orang yang

direhabilitasi dalam 4 rumah sakit BNN dan 16.000 orang direhabilitasi oleh

(18)

6

Dalam menangani permasalahan narkotika, menurut kebijakan global

adalah melalui upaya pencegahan dan rehabilitasi dengan menyiapkan

pelatihan sumberdaya manusia, sarana rehabilitasi serta menyosialisasikannya

kepada masyarakat (Iskandar 2015 : vii). Sejalan dengan kebijakan global

tersebut maka kebijakan legal Pemerintah Indonesia dalam penanganan

kejahatan narkotika adalah memposisikan pelaku penyalah guna narkotika

juga sekaligus sebagai korban kejahatan yang harus direhabilitasi, Iskandar

(2015 : vii).

Dalam menanggapi hal di atas Pemerintah Republik Indonesia melalui

UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang merupakan revisi dari

Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Undang Undang ini

dikeluarkan agar masyarakat dan penegak hukum mengetahui arah yang harus

dituju dalam mengatasi penyalahgunaan narkotika. Dalam hal mengatasi

penyalahgunaan narkoba terdapat dalam Pasal 4 UU No. 35 Tahun 2009

bahwa Undang Undang ini menjamin ketersediaan narkotika untuk

kepentingan kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Mencegah,

melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan

narkotika, agar bagi orang orang yang belum terkena penyalahgunaan

terhadap narkotika tidak menjadi pengguna baru narkotika. Menjamin upaya

pengaturan rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna narkotika. Upaya

ini menjadi hal yang penting dikarenakan apabila pecandu tidak direhabilitasi

(19)

7

Upaya rehabilitasi tersebut sangatlah penting. Dikarenakan para orang

yang memakai narkotika secara ilegal akan menyebabkan kerusakan pada

syaraf syaraf otaknya. Dapat dilihat efek secara umum dari penyalahgunaan

narkotika menyebabkan halusinasi, menekan sistem syaraf pusat, mengurangi

aktifitas tubuh dan cenderung bersifat pasif ( id.wikipedia.org/wiki/narkoba ).

Apabila upaya rehabilitasi tersebut tidak dilakukan maka dapat menyebabkan

generasi muda Indonesia yang telah terjerumus ke belenggu narkotika tidak

akan pulih lagi yang menyebabkan masa depan mereka akan suram. Karena

para pecandu telah mengalami gangguan pada sistem saraf atau gangguan

jiwa.

Dalam upaya pemberantasan terhadap penyalahgunaan narkotika,

Pemerintah mengeluarkan Inpres RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan

Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemeberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba tahun 2011–2015 dan

Peraturan Pemerintah Nomor. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor Bagi

Penyalahgunaan Narkoba.

Sesuai dengan peraturan pemerintah di atas para penyalahgunaan

narkotika tidak perlu lagi khawatir untuk melaporkan diri ke instansi

penerima wajib lapor karena bagi pelapor tidak akan dijebloskan di penjara

namun akan direhabilitasi.

Untuk mewujudkan Indonesia bebas terhadap penyalahgunaan

narkotika Badan Narkotika Nasional membentuk BNN di tingkat provinsi

(20)

8

tersebut, proses penyembuhan pecandu narkotika sudah semakin mudah. Para

pecandu tidak perlu lagi takut untuk melaporkan diri ke lembaga wajib lapor

yang ada di daerahnya masing masing.

Dalam upaya penyembuhan bagi pecandu narkotika dalam UU NO. 35

Tahun 2009 wajib menjalani rehabilitasi medis ( dilakukan oleh rumah sakit )

dan rehabilitasi sosial. Perubahan yang signifikan pada Undang-Undang No

35 tahun 2009 dibandingkan dengan Undang-Undang terlebih dahulu, adalah

penekanan pada kewajiban rehabilitasi dan kewenangan BNN yang sangat

besar .

Pada Undang-Undang terdahulu pasien dapat memiliki, menyimpan,

dan atau membawa narkotika yang digunakan untuk dirinya sendiri yang

diperoleh dari dokter dan dilengkapi dengan bukti yang sah ( UU RI No. 22

Tahun 1997 Pasal 44 ayat (1) dan (2). Melalui Undang-Undang No 35 Tahun

2009, kebebasan dan atas kehendak sendiri untuk sembuh tidak lagi

diberikan.

Melalui Undang-Undang tersebut, para pecandu mempunyai kewajiban

untuk direhabilitasi. Baik itu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Dimana para pecandu narkotika diwajibkan untuk melaporkan diri mereka

kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Kewajiban tersebut juga menjadi

tanggung jawab keluarga.

Rehabilitasi medis dan sosial selain dapat diselenggarakan oleh instansi

(21)

9

kekuatan hukum tetap, putusan rehabilitasi dilaksanakan oleh jaksa penuntut

umum ke lembaga rehabilitasi yang ditunjuk oleh pemerintah sesuai dengan

putusan hakim (Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri

Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepala BNN Republik Indonesia

No. 1 Tahun 2014 Pasal 11 Ayat 5). Berdasarkan ketentuan di atas dinyatakan

bahwa pecandu narkoba harus direhabilitasi.

Pada hakikatnya BNN memiliki tugas dan fungsi sebagai pencegah

penyalahgunaan terhadap narkotika, pemberantasan peredaran gelap

narkotika, dan rehabilitasi bagi para pecandu narkotika. Tindakan

pemberantasan tersebut harus dapat berjalan secara sinergi dan saling

berkesinambungan.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “ Badan Narkotika Nasional Provinsi

Dalam Upaya Merehabilitasi Pecandu Narkoba “

B. Identifikasi Masalah

Menurut Setiawan (2014 : 97) dalam suatu penelitian perlu

diidentifikasi masalah yang akan diteliti menjadi terarah dan jelas tujuannya

sehingga tidak mungkin terjadi kesimpangsiuran dan kekaburan di dalam

membahas dan memeliti masalah yang ada. Jika identifikasi masalah sudah

jelas, tentu dapat dilakukan penelitian lebih mendalam.

Sesuai dengan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah

(22)

10

1. Peredaran gelap narkotika yang semakin lama semakin meningkat

2. Peran BNN Provinsi Sumatera Utara dalam memberantas penyalahgunaan

narkotika dan upaya dalam pemulihan terhadap pecandu narkotika

3. Upaya hukum untuk membedakan penanganan terhadap pecandu

narkotika dan membedakan penanganan hukumnya terhadap pengedar

narkotika

4. Penerapan pola rehabilitasi medis dan sosial yang dilakukan Badan

Narkotika Nasional Provinsi terhadap pecandu narkotika

5. Dampak penerapan rehabilitasi yang dilakukan oleh BNN Provinsi

terhadap pecandu narkotika

6. Besarnya angka yang menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika

sudah menjangkiti generasi muda ( pelajar dan mahasiswa )

C. Batasan Masalah

Menurut Sukmadinata (2005) dalam Setiawan (2014 : 69) Batasan

masalah ialah membatasi variable atau aspek mana yang diteliti dan mana

yang tidak. Sesuai pengertian diatas dapat dipahami bahwa batasan masalah

ini bertujuan supaya dalam penelitian itu terarah dan tidak luas.

Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas dan hasil yang mengambang

maka penulis membatasi penelitiannya, sebagai berikut:

1. Kebijakan dan pola rehabilitasi dilakukan Badan Narkotika Nasional

Provinsi Sumatera Utara terhadap Pecandu narkotika

2. Dampak yang dirasakan pecandu narkotika yang di rehabilitasi oleh

(23)

11

D. Rumusan masalah

1. Bagaimana kebijakan dan pola rehabilitasi dilakukan Badan Narkotika

Nasional Provinsi Sumatera Utara terhadap Pecandu narkotika

2. Bagaimana dampak yang dirasakan pecandu narkotika yang di

rehabilitasi oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini diantaranya:

- Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan Badan Narkotika

Nasional Provinsi Sumatera Utara dalam merehabilitasi pecandu narkoba

- Untuk mengetahui hambatan yang dialami oleh Badan Narkotika Nasional

Provinsi dalam merehabilitasi bagi pecandu narkoba.

- Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara pecandu ( pemakai )

narkoba dengan pengedar narkoba.

- Untuk mengetahui dampak rehabilitasi yang dialami oleh pecandu.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan kajian dan memperluas wawasan berfikir dalam

Ilmu Pengetahuan Hukum dalam masalah upaya untuk

merehabilitasi pecandu narkoba dan dapat menjadi penasehat bagi

keluarga, teman maupun masyarakat agar tidak menyalahgunakan

narkoba, dapat menjadi informan bagi kerabat, teman maupun

(24)

12

dapat direhabilitasi supaya sembuh dari kecanduan akan obat

obatan terlarang tersebut.

b. Dapat menjadi referensi tambahan bagi rekan rekan yang

membutuhkan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan

narkoba dan dapat memberikan informasi bagi pecandu narkoba

yang belum direhabilitasi agar tidak takut melaporkan dirinya ke

instansi terkait agar dapat direhabilitasi.

b. Agar setiap orang mengetahui bahaya dari penyalahgunaan

narkotika yang dapat menimbulkan gangguan terhadap syaraf otak

yang dapat menyebabkan gangguan jiwa kepada penyalahgunanya.

c. Bagi Instansi BNNP Sumatera Utara, sebagai bahan pertimbangan

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengayom masyarakat

terkhusus dalam merehabilitasi pecandu narkoba.

d. Pecandu dapat melaporkan dirinya untuk direhabilitasi tanpa takut

(25)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan

rehabilitasi medis hanya mempunyai instalasi rehabilitasi rawat jalan

saja dan belum memiliki instalasi rehabilitasi inap. Rehabilitasi yang

dilaksanakan bagi para pecandu narkotika yang sudah kronis harus

memiliki penanganan yang lebih intensif dari rehabilitasi rawat jalan.

Dalam upaya pemulihan pecandu yang sudah kronis pihak BNNP Sumut

masih hanya berperan sebagai perantara saja untuk merujuk pecandu

tersebut kelembaga rehabilitasi lainnya.

2. Dampak yang dirasakan oleh pecandu setelah menjalani rehabilitasi

pada instalasi rehabilitasi rawat jalan di Badan Narkotika Nasional

Provinsi Sumatera Utara adalah menjadi lebih baik dan mengurangi

ketergantungan atau kecanduan terhadap narkotika. Percepatan

kesembuhan bagi pecandu narkotika juga tergantung kepada dukungan

keluarga, lingkungan dan pendidikan yang diterima oleh para pecandu

narkotika.

B. Saran

1. Instalasi rawat inap harus segera dilaksanakan secepatnya agar para

pecandu yang sudah kronis dapat menajalani proses rehabilitasi yang

(26)

80

2. Bagi keluarga korban penyalahgunaan terhadap narkotika harus tetap

memberi dukungan kepada korban agar proses rehabilitasi yang

dijalankan dapat berlangsung dengan efektif.

3. Bagi masyarakat harus semakin perduli akan lingkungannya agar

penyalahgunaan narkotika tersebut tidak merusak sanak keluarga yang

(27)

81

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Afiatin, Tina. 2012. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program Aji. Yogyakarta. Gajah Mada University Press

Ariesto, Adrianus. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO. Jakarta : Prenada Media Group.

Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Iskandar, Anang. 2015. JALAN LURUS Penanganan Penyalah Guna narkotika Dalam Konstruksi Hukum Positif. CV. Viva Tanpas. Karawang

Joko Wibowo. 2008. Terapi Dan Rehabilitasi Narapidana Narkotika Melalui Metode Criminon Dan Kesenian. Lapas Narkotika Jakarta

Julinan Lisa & Nengah Sutrisna. 2013. NARKOBA Psikotopika dan Gangguan Jiwa. Jakarta. Nuha Medika

Kaligis, O. C. 2007. Narkoba dan Peradilannya di Indonesia ( Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan ). Bandung. PT. Alumni

Makarao, dkk. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta. GHALIA INDONESIA

(28)

82

Setiawan. 2015. Metodologi Penelitian. Medan. Lab. PPKN FIS UNIMED

Sujono, dkk. 2011. Komentar dan Pembahasan Undang Undang Nomor. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Sinar Grafika

Sunarso, Siswantoro. 2004. Penegakan Hukum Psikotropika Dalam kajian Sosiologi Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Supramono, Gatot. 2004. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta. Djambatan

Syahrun & Salim. (2009). Metode Penelitian Kuantitaif. Bandung: Citapustaka Media

Zulkarnain.2014. Memilih lingkungan bebas narkoba panduan untuk remaja. Perdana Mulya Sarana. Bandung

Sumber Jurnal:

Fitriani. 2014. Vol. 2. No. 1. Jurnal Online Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura “ Pusat Rehabilitasi Narkotika Kalimantan Barat “. Universitas Tanjungpura

Heningsih. 2015. Vol. 3. N0. 1. Jurnal Ilmu Pemerintahan “ Peran Badan Narkotika Nasional ( BNN ) Dalam Penanggulangan Narkotika di Kota Samarinda “. Fisip UNMUL

Ricardo. 2010. Vol. 6. No.3. Jurnal Kriminologi Indonesia “ Upaya

PenanggulanganPenyalahgunaan Narkoba Oleh Kepolisian ( Studi Kasus Satuan Narkoba Polres Metro Bekasi ) “. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Sumber Undang Undang / Peraturan Pemerintah

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor. 12 Tahun 2011

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor. 6 Tahun 1971

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/VIII/2013

Keputusan Presiden Nomor. 116 Tahun 1999

Keputusan Presiden Nomor. 17 Tahun 2002

(29)

83 Peraturan Pemerintah Nomor. 25 Tahun 2011

Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepala BNN Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014

Surat Edaran Mahkamah Agung ( SEMA ) No. 7 Tahun 2010

Sumber Internet:

http: waktuterindah.blogspot.com/2015/06 diakses pada 8 april 2015.

Gambar

Tabel 2. Jumlah Penyalahguna Narkotika Berdasarkan Status Pelakunya Di Sumatera

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PURUK CAHU TAHUN ANGGARAN 2012.. Alamat

Yang berhak memberikan sebutan profesi adalah seseorang yang memiliki gelar akademik dan telah menyelesaikan program keahlian atau profesi dalam bidang tertentu..

[r]

Dalam penelitian ini hasil yang didapatkan adalah pembiayaan mudarabah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas karena pembiayaan mudarabah merupakan pembiayaan bagi

Di menekuniny maker , selle dengan duni Sumber: h Cosplay d Surabaya ( C event bisa d bulannya ad bagai event omunitas pe lay sebagai dalah AFA ang diseleng acara intern

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Selain itu sebaiknya dalam proses perancangan telah dibuat terlebih dahulu gambaran cerita dari game tersebut, dan juga jangan lupa buat alur dari cerita game tersebut, karena

Hasil dari pengujian hipotesis kedua pada tabel 4.12menunjukkan bahwa terdapat interaksi keyakinan individu dalam mengerjakan suatu tugas dengan tipe kontrol terhadap