• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pengolahan Batu Bata di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Pengolahan Batu Bata di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN BATU BATA

DI KABUPATEN DELI SERDANG

(Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)

SKRIPSI

OLEH:

ROIMA NOVITA SARI SIANTURI 080309053

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN BATU BATA

DI KABUPATEN DELI SERDANG

(Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)

SKRIPSI

OLEH:

ROIMA NOVITA SARI SIANTURI 080309053

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. AT. Hutajulu, MS) (Ir. M. Jufri, MSi)

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ROIMA NOVITA SARI SIANTURI (080309053/PKP) dengan judul skripsi “Analisis Usaha Pengolahan Batu Bata di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. AT. Hutajulu, MS dan Ir. M. Jufri, Msi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengolahan batu bata, besar pendapatan industri batu bata dan kelayakan usaha industri batu bata. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2013 di Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu daerah di Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah industri batu bata paling tinggi. Sampel ditentukan dengan metode Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30. Data terdiri dari data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan batu bata sudah

intensif. Jumlah pendapatan bersih industri batu bata adalah sebesar Rp 4.465.609,72/bulan. Industri pengolahan batu bata layak untuk diusahakan di

daerah penelitian.

(4)

RIWAYAT HIDUP

ROIMA NOVITA SARI SIANTURI, lahir di Pematang Siantar pada tanggal 24 November 1990. Anak kelima dari lima bersaudara dari keluarga M. Sianturi dan B. Tampubolon.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD ST. Thomas 6 Medan dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10 Medan dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menegah Atas di SMA Katolik Tri Sakti Medan dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

5. Bulan Juli-Agustus 2011 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Usaha Pengolahan Batu Bata di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa

Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)“. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. AT. Hutajulu, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

Dengan penuh sukacita dan rasa sayang penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu penulis yang tercinta serta saudara-saudara yang telah memberikan dukungan baik bantuan materil dan juga motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman di Fakultas Pertanian khususnya Agribisnis’08 yang telah banyak membantu selama pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan juga kritik yang membangun yang dapat meningkatkan mutu dari tulisan ini. Akhir kata penulis berharap kiranya tulisan ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... .viii

PENDAHULUAN ... 1

Hipotesis Penelitian ... 16

METODE PENELITIAN ... 17

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

Metode Penentuan Sampel ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisis Data ... 19

Defenisi dan Batasan Operasional ... 20

Definisi ... 20

Batasan Operasional ... 21

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 22

Deskripsi Daerah Penelitian ... 22

Luas dan Letak Geografis ... 22

Keadaan Penduduk ... 23

Sarana dan Prasarana ... 24

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Proses Pembuatan Batu Bata ... 27

Biaya Produksi Industri Batu Bata ... 33

Biaya Bahan Baku ... 33

Biaya Penunjang ... 34

Biaya Tenaga Kerja ... 35

Biaya Penyusutan Alat ... 37

Biaya Sewa ... 39

Total Biaya Produksi ... 39

Pendapatan Bersih Industri Batu Bata ... 40

Analisis Kelayakan Usaha... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Industri Rumah Tangga di Kecamatan Pagar Merbau 2010 ... 5 2. Jumlah Kilang Batu Bata Per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang

2010 ... 17 3. Kilang Batu Bata Per Desa di Kecamatan Pagar Merbau 2010 ... 18 4. Distribusi Penduduk Menurut Usia di Desa Tanjung Mulia 2011 ... 23 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tanjung

Mulia 2011 ... 24 6. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Mulia 2013 ... 25 7. Rekapitulasi Karakteristik Sampel ... 26 8. Perbandingan Tata Pengolahan Batu Bata Antara Anjuran dengan

Fakta di Lapangan ... 31 9. Volume dan Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

di Daerah Penelitian ... 33 10. Biaya Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Daerah

Penelitian ... 34 11. Upah Tenaga Kerja Menurut Kegiatan (Rp/Batu Bata) di Daerah

Penelitian ... 35 12. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata di Daerah Penelitian . 36 13. Total Biaya Penyusutan Alat Industri Batu Bata di Daerah Penelitian .... 38 14. Biaya Sewa Industri Batu Bata di Daerah Penelitian ... 39 15. Total Biaya Produksi Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Daerah

(9)

16. Total Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Daerah Penelitian ... 41 17. Rata-Rata R/C Ratio Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Daerah

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 15

2. Penyediaan Bahan Baku ... 27

3. Pencampuran Bahan Baku Tanah Liat dan Tanah Merah ... 28

4. Tanah Liat dan Tanah Merah yang dibawa Ke Pencetakan Setelah dibiarkan selama 1 hari ... 28

5. Proses Pencetakan Batu Bata ... 29

6. Proses Penjemuran Batu Bata ... 29

7. Proses Pembakaran Batu Bata di dalam Tungku Pembakaran ... 30

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Karakteristik Sampel Pengrajin Industri Batu Bata 2. Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata Per Bakaran 3. Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 4. Biaya Penunjang Industri Batu Bata Per Bakaran

5. Biaya Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 6. Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata Per Bakaran 7. Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 8. Biaya Sewa Lahan Industri Batu Bata Per Bakaran 9. Biaya Sewa Lahan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 10. Biaya Penyusutan Alat Industri Batu Bata

11. Biaya Produksi Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 12. Penerimaan Industri Batu Bata Per Bakaran

13. Penerimaan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 14. Pendapatan Industri Batu Bata Per Bakaran 15. Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 16. R/C Ratio Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 17. BEP Produksi Industri Batu Bata

(12)

ABSTRAK

ROIMA NOVITA SARI SIANTURI (080309053/PKP) dengan judul skripsi “Analisis Usaha Pengolahan Batu Bata di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau)”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. AT. Hutajulu, MS dan Ir. M. Jufri, Msi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengolahan batu bata, besar pendapatan industri batu bata dan kelayakan usaha industri batu bata. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2013 di Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu daerah di Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah industri batu bata paling tinggi. Sampel ditentukan dengan metode Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30. Data terdiri dari data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan batu bata sudah

intensif. Jumlah pendapatan bersih industri batu bata adalah sebesar Rp 4.465.609,72/bulan. Industri pengolahan batu bata layak untuk diusahakan di

daerah penelitian.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan suatu negara berkembang selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Semakin banyak negara tersebut memiliki sumberdaya alam dan memanfaatkannya dengan seefisien mungkin, maka semakin tinggi harapan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik untuk jangka panjang. Tujuan dilakukannya pembangunan suatu negara adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kualitas hidup masyarakat berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup, sehingga pembangunan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh negara untuk meningkatkan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya alam.

Pertanian merupakan sektor yang utama di Indonesia karena sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan dan dari jumlah tersebut lebih dari 54% menggantungkan hidup mereka dari sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan. Lahan sawah yang subur sebagai sumber daya lahan utama produksi beras semakin berkurang. Hal ini diakibatkan adanya pergeseran fungsi lahan tersebut ke fungsi non-pertanian (Afrizal, 2003).

(14)

di seluruh dunia juga mengerjakan proyek industrialisasi di negara masing-masing karena dukungan teori-teori ekonomi yang memadai, sehingga apabila strategi industrialisasi dilaksanakan telah ada konsep yang mencukupi untuk menentukan arah pembangunan ekonomi. Kedua, sejarah negara-negara yang telah berhasil memajukan ekonominya selalu melewati tahapan industrialisasi pada proses pembangunannya. Strategi ini dianggap berhasil karena secara perlahan-lahan menggeser kegiatan ekonomi dari semula terkonsentrasi pada sektor primer (pertanian) menuju sektor sekunder (industri/jasa). Sektor sekunder dipandang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada sektor primer sehingga dapat mempercepat peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan pertimbangan tersebut kegiatan industrialisasi dengan konsisten dilaksanakan di Indonesia, melalui program-program pembangunan yang terencana berdasarkan repelita dan program pembangunan jangka panjang.

Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan petani. Pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunnya lahan pertanian, mengakibatkan sempitnya penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani dan semakin terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan. Langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan pengembangan industri kecil atau industri rumah tangga yang ada di pedesaan (Mubyarto, 2001).

(15)

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal kemampuan manajemen organisasi dan teknologi

2. Kompetensi kewirausahaan

3. Akses yang lebih luas terhadap permodalan 4. Informasi pasar yang transparan

5. Iklim usaha yang sehat yang mendukung inovasi kewirausahaan dan praktek bisnis serta persaingan yang sehat.

Dengan demikian pengembangan usaha industri kecil seharusnya dipahami sebagai suatu proses untuk meningkatkan pendapatan, perubahan kebudayaan serta struktur sosial terhadap masyarakat (Sandra, 2002)

Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya mengikuti pola pembangunan pertanian pada negara-negara berkembang pada umumnya. Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada dasarnya adalah usaha-usaha yang dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan baik material maupun spiritual. Salah satu bentuk kegiatan pembangunan itu adalah pembangunan industri. Pembangunan industri selain dilakukan dalam segala tingkatan juga dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan,sekarang mempunyai kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang kemudian akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat (Mudrajad, 2003).

(16)

diberikan pada subsektor industri kecil dan kerajinan yang memiliki potensi dan peranan penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah pedesaan tentunya menjadikan industri kecil dan kerajinan ini memberikan sumbangan bagi daerah dan masyarakatnya (Tambunan, 1999).

Industri kecil mencakup semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar atau barang setengah jadi atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Peran industri kecil akan semakin penting apabila di sektor pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di bidang usaha tani, keadaan ini akan menjadi suatu alternatif untuk memilih industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan tinggi serta modal yang dibutuhkan relatif kecil (Basril, 2002).

Industri Kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding dengan industri besar (Mubyarto, 1997).

(17)

Tabel 1. Industri Rumah Tangga di Kecamatan Pagar Merbau 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Pagar Merbau ternyata terdapat 12 desa mengusahakan Industri batu bata. Sedangkan Desa yang banyak mengusahakan batu bata adalah Desa Tanjung Mulia dan desa ini dijadikan menjadi lokasi penelitian.

(18)

yang maksimal. Dalam industri batu bata ini, yang menjadi pengrajinnya adalah pria dan wanita. Wanita banyak berperan dalam pengolahan batu bata termasuk mencetak batu bata, mengangkat, dan membakar.

Sebagian besar sawah-sawah di Indonesia terdapat endapan alluvial, sehingga kesuburan sawah-sawah pada tempat pembuatan batu bata sangat rendah. Ini berarti pembuatan batu bata atau barang lain yang terbuat dari tanah liat akan merugikan pertanian, karena pada umumnya para pengusaha industri batu bata dalam mencari dan menggunakan bahan baku tidak atau kurang memperhatikan kerugian yang timbul sebagai akibat cara pengambilan bahan baku yang tidak teratur. Misalnya kerugian bagi usaha pertanian apabila dalam pengambilan tanah liat tersebut terambil pula lapisan tanah yang mengandung zat-zat penyubur tanaman (humus).

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tata pengolahan batu bata di daerah penelitian?

2. Berapa besar pendapatan usaha industri batu bata di daerah penelitian? 3. Apakah usaha industri batu bata di daerah penelitian layak atau tidak layak

diusahakan di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tata pengolahan batu bata di daerah penelitian.

2. Mengetahui besar pendapatan industri batu bata di daerah penelitian. 3. Menganalisis usaha industri batu bata layak atau tidak layak diusahakan di

(19)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan instansi terkait untuk membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan pendapatan petani batu bata.

2. Sebagai bahan informasi atau referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Sebagian besar para petani yang tinggal di daerah pedesaan nyatanya tidak hanya melakukan pekerjaan di bidang pertanian,tetapi juga di bidang lain seperti usaha dagang,kerajinan tangan,dan industri. Perilaku tersebut timbul karena dorongan keadaan ekonomi yang kurang memuaskan sehingga mendesak anggota keluarga untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah pengasilan keluarga atau bekerja di luar rumah yang membutuhkan tenaga mereka dengan bayaran yang telah disetujui (Sajogyo, 1996).

Keadaan ekonomi yang kurang memuaskan membuat masyarakat mengembangkan usaha industri kecil sebagai tambahan ekonomi bagi keluarga. Adapun faktor utama yang mempengaruhi peranan industri kecil di Indonesia antara lain adalah kecilnya modal, produktivitas tenaga kerja rendah, kemampuan memimpin perusahanan kurang dan sebagainya. Peranan industri kecil dalam pertumbuhan ekonomi negara berkembang adalah besar sekali. Di Indonesia peranan industri kecil masih rendah dalam kemampuannya menyerap tenaga kerja (Syahruddin, 1988).

Industri adalah kegiatan untuk memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, dapat dibagi sebagai berikut :

(21)

pengelola industri biasanya kepala rumahtangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

2. Industri Keciladalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

3. Industri Sedang adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri Industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja 13 orang memiliki keterampilan tertentu dan pemimpin perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri border, dan industri keramik.

4. Industri Besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalahmemiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and proper test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Siahaan, 1996).

(22)

industri batu bata adalah industri yang mengolah bahan baku tanah liat dan bahan pembantu berupa air dan pasir serta serbuk gergaji melalui proses pencampuran, pembentukan bahan, pengeringan dan pembakaran. Industri batu bata mengolah sumberdaya alam, dimana lokasinya berada dekat sumber bahan baku. Batu bata atau bata merah dibuat dengan bahan dasar lempung atau secara umum dikatakan sebagai tanah liat yang merupakan hasil pelapukan dari batuan keras (beku) dan batuan sedimen (Suwardono, 2002).

Tanah liat terdiri dalam beberapa jenis berdasarkan tempat dan jarak pengangkutannya dari daerah asalnya, yaitu sebagai berikut:

1. Tanah liat residual yaitu tanah liat yang terdapat pada tempat dimana tanah liat tersebut belum berpindah tempat sejak terbentuk.

2. Tanah illuvial yaitu tanah liat yang telah terangkat dan mengendap pada satu tempat tidak jauh dari asalnya, misalnya kaki bukit.

3. Tanah liat alluvial atau limpah sungai yaitu tanah liat yang diendapkan oleh air sungai.

4. Tanah liat formasi adalah tanah liat yang terjadi dari endapan yang berada di laut.

5. Tanah liat rawa adalah tanah liat yang diendapkan di rawa-rawa dan berwarna hitam.

6. Tanah liat danau adalah tanah liat yang diendapkan di danau air tawar (Muray, 2011).

(23)

sangat rendah. Ini berarti pembuatan batu bata atau barang lain yang terbuat dari tanah liat akan merugikan pertanian, karena pada umumnya para pengusaha industri batu bata dalam mencari dan menggunakan bahan baku tidak atau kurang memperhatikan kerugian yang timbul sebagai akibat cara pengambilan bahan baku yang tidak teratur. Misalnya kerugian bagi usaha pertanian apabila dalam pengambilan tanah liat tersebut terambil pula lapisan tanah yang mengandung zat-zat penyubur tanaman (Muray, 2011).

Landasan Teori

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usaha tani. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Modal sangat diperlukan dalam usahatani, karena petani dapat membeli semua keperluan yang dibutuhkan untuk lahan usahanya. Jumlah pendapatan yang besar menunjukkan besarnya modal yang dimiliki untuk mengelola usahataninya sedangkan jumlah pendapatan yang kecil menunjukkan investasi yang menurun sehingga berdampak buruk terhadap usahataninya (Soekartawi, 1995).

Ada bebrapa jenis pendapatan,yaitu :

1. Gross dan Net Income. Gross Income adalah pendapatan usahatani yang belum dikurangi dengan biaya. Sedangkan net Income adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.

(24)

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.

4. Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri (Prawirokusomo, 1990).

Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup dalam usahatani. Rendahnya pendapatan menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal (Soekartawi dkk, 1993).

Produksi yaitu suatu hasil yang diperoleh dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Dalam hal ini, untuk menentukan satuan produksi yaitu dengan satuan berat. Keluaran (output) yang diperoleh dari pengelolaan input produksi atau sarana produksi dari suatu usaha tani adalah hasil produksi. Produksi mencakup modal, sumber tenaga kerja, fungsi tanah dan manajemen. hal tersebut sangat penting untuk diperlukan dalam proses produksi atau usaha tani (Daniel, 2002).

Mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek/usaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteria/ criteria kelayakan, seperti :

�/������=������� ����

= ���������� ������������������

(25)

Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan BEP (Break Even Point) yakni:

�����������=���������� ���������

��������= ���������� �������������

Kerangka Pemikiran

Usaha industri batu bata dilakukan oleh penduduk dan pengolahan batu bata ini dilakukan oleh pria dan wanita. Hampir semua penduduk Desa Tanjung Mulia mengusahakan industri batu bata untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga untuk keluarga.

Pengolahan batu bata dilakukan dengan tenaga mesin untuk pencetakan. Dalam melakukan proses pengolahan dibutuhkan input produksi (bahan baku, bahan penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, dan sewa lahan). Bahan baku yang digunakan adalah tanah liat dan tanah merah. Kemudian bahan penunjang adalah kayu bakar dan bahan bakar minyak (solar).

Penggunaan input produksi menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya-biaya tersebut antara lain biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya tenga kerja, biaya perbaikan alat, dan sewa lahan.Tujuan dalam pembuatan batu bata ini karena semakin banyaknya masyarakat yang mendirikan bangunan untuk usaha ataupun untuk tempat tinggal.

(26)

dari hasil penjualan batu bata. Pendapatan bersih dipengaruhi oleh penerimaan (revenue) terhadap biaya produksi (cost).

(27)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran Industri

Batu Bata

Biaya Produksi Penerimaan

(28)

Hipotesis Penelitian

1. Teknik pengolahan batu bata di daerah penelitian sudah intensif. 2. Pendapatan dari industri batu bata tinggi.

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive,yaitu di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan penentuan daerah ini adalah karena di Kecamatan Pagar Merbau memiliki potensi yang besar dalam industri batu bata. Hal ini dapat dilihat bahwa di Kecamatan Pagar Merbau terdapat jumlah kilang batu bata terbesar dibandingkan dengan Kecamatan lain, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Jumlah Kilang Batu Bata per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang

2010

No. Nama Kecamatan Jumlah Kilang Batu Bata

1 Lubuk pakam 31

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah kilang batu bata yang terdapat di Kecamatan Pagar Merbau sebanyak 1751 kilang batu bata. Kecamatan Pagar Merbau memiliki jumlah kilang yang terbanyak dari Kecamatan yang lainnya.

(30)

Tabel 3. Kilang Batu Bata Per Desa di Kecamatan Pagar Merbau 2010

No. Desa Jumlah Kilang Batu Bata (unit)

1 Perbarakan 60 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Dari tabel 3 di atas dapat di lihat bahwa Desa Tanjung Mulia memiliki jumlah kilang batu bata terbanyak di Kecamatan Pagar Merbau, sehingga daerah ini ditetapkan menjadi lokasi penelitian.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin industri batu bata dan bersifat homogen. Setiap pengrajin mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 30 sampel.

(31)

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian data dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan reponden bersama daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder yaitu data pelengkap yang bersumber dari berbagai instansi yaitu Badan Pusat Statistik Deli Serdang dan instansi atau lembaga yang terkait lainnya.

Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan metode analisis deskriptif dengan menjelaskan teknik pengolahan batu bata di daerah penelitian.

Untuk hipotesis 2 dianalisis dengan menghitung pendapatan usaha industri batu bata, dengan rumus:

Keterangan :

Pd = pendapatan

TR = Total Penerimaan ( Total Revenue )

TC = Total Biaya ( Total Cost )

Kemudian besar pendapatan dari Industri batu bata dibandingkan dengan UMP yang berlaku pada saat penelitian.

(32)

Untuk hipotesis 3, yaitu untuk melihat kelayakan dikembangkannya usaha pengolahan batu bata, dianalisis dengan menggunakan perhitungan R/C (Return Cost Ratio). R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

R/C ratio = ���������� ������������������

Keterangan : R = Revenue (penerimaan) (Rp) C = Cost (Biaya) (Rp)

Dengan criteria :

R/C < 1 → maka usaha dinyatakan tidak layak R/C > 1 → maka usaha dinyatakan layak.

Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan BEP (Break Even Point) yakni :

�����������=���������� ���������

��������= ���������� �������������

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Pemilik batu bata adalah orang mengusahakan industri batu bata.

(33)

3. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin untuk memperoleh faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usaha industri batu bata dihitung dalam rupiah (Rp).

4. Produksi usaha industri batu bata adalah hasil produksi yang diperoleh dalam sekali proses produksi diukur dalam buah.

5. Harga jual adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen kepada pemilik industri untuk memperoleh batu bata (Rp).

6. Penerimaan adalah jumlah produksi batu bata dikali dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah per produksi.

7. Pendapatan usaha industri batu bata adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dihitung dalam rupiah (Rp).

8. Suatu usaha dikatakan layak apabila R/C ratio > 1.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Daerah penelitian adalah Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

(34)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra industri batu bata yang jumlahnya paling banyak. Industri batu bata di Desa Tanjung Mulia sudah ada sejak dulu dimana masyarakat menggantungkan hidupnya pada industri batu bata tersebut. Hal ini diakibatkan banyaknya permintaan batu bata sehingga meningkatkan industri batu bata di Desa Tanjung Mulia. Apabila musim hujan maka produksi batu bata akan menurun karena jika hujan turun, aktifitas industri akan berhenti. Keuntungan yang didapatkan pekerja industri batu bata sampai saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, walaupun harga dari batu bata naik turun dalam waktu singkat.

Letak dan Luas Geografis

Desa Tanjung Mulia terletak di Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Desa Tanjung Mulia mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN II Tanjung Garbus - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Purwodadi

- Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Protokol Lubuk Pakam-Galang - Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN II Tanjung Garbus

(35)

Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Tanjung Mulia berjumlah 5.875 orang yang terdiri dari 2843 jiwa laki-laki dan 3032 jiwa wanita.

Keadaan Penduduk Menurut Umur

Penduduk Desa Tanjung Mulia memiliki kelompok usia yang bervariasi. Kelompok umur penduduk dapat dilihat secara terperinci pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Jenis Usia di Desa Tanjung Mulia Tahun 2011

No. Golongan Usia (Tahun) Jumlah Penduduk Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Mulia 2011

(36)

Keadaan penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Mulia berbeda-beda seperti bertani, wiraswasta, karyawan, pegawai negeri, ABRI, pegawai swasta. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tanjung Mulia Tahun 2011

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Mulia 2011

Pada tabel 5 di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah penduduk yang mata pencaharian sebagai karyawan 38,93% menyusul wiraswasta 30,21 %, sementara urutan ketiga adalah pengrajin batu bata 13,13% dan selebihnya sebagai pedagang, pegawai swasta, petani, buruh, PNS dan ABRI.

Sarana dan Prasarana

(37)

Tabel 6. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Mulia Tahun 2011

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. Pendidikan

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Mulia 2011

Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana seperti pendidikan sudah cukup memadai, sarana kesehatan juga cukup memenuhi kebutuhan penduduk desa. Untuk sarana angkutan seperti bus umum samapai becak motor sudah memadai di desa ini. Artinya, fasilitas sarana dan prasarana di desa Tanjung Mulia mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di desa tersebut.

Karakteristik Sampel Penelitian

(38)

Tabel 7. Rekapitulasi Karakteristik Sampel di Desa Tanjung Mulia 2013

No. Uraian Rata-Rata Range

1. Umur (Tahun) 39,83 24-59

2. Tingkat Pendidikan (Tahun) 8,3 6-12

3. Pengalaman (Tahun) 2,55 1-6

4. Jumlah Tanggungan Keluarga 4,33 1-7

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa umur rata-rata pengrajin industri batu bata secara keseluruhan adalah 39,83 tahun dengan range 24-59 tahun dengan demikian usia pengrajin masih dalam usia produktif sehingga dari segi fisik masih mampu mengusahakan industri batu bata.

Selanjutnya tingkat pendidikan pengrajin industri batu bata rata-rata 8,3 tahun dengan range 6-12 tahun artinya masih setaraf dengan tingkat pendidikan SMP. Dengan demikian, usaha industri batu bata tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi.

Pengalaman pemilik industri batu bata memiliki rata-rata 2,55 tahun dengan range adalah 1-6 tahun, artinya industri batu bata di daerah penelitian masih termasuk usaha yang belum lama digeluti.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pembuatan Batu Bata

Proses pembuatan batu bata di desa Tanjung Mulia tidak lagi menggunakan pencetakan manual tetapi sudah semakin efektif dan efisien, karena pada umumnya pemilik industri batu bata menggunakan mesin untuk mengolah dan mencetak batu bata. Jumlah produksinya pun semakin besar dibandingkan dengan menggunakan pencetakan manual. Berikut ini tahapan-tahapan dalam pembuatan batu bata :

Tahap I : Penyediaan Bahan Baku

Tanah liat dan tanah merah merupakan bahan baku pembuatan batu bata. Tanah ini diperoleh dari luar daerah contohnya dari Perbaungan. Tanah ini diantar langsung oleh penjual menggunakan truk ke tempat industri batu bata.

Gambar 2. Penyediaan Bahan Baku

(40)

Tahap II : Pengolahan Tanah

Sebelum dilakukan pencetakan, tanah liat dan tanah merah sebagai bahan baku dicampur dengan air menggunakan cangkul. Proses ini dilakukan agar tanah liat dan tanah merah dapat tercampur dengan merata. Pengolahan ini biasanya dilakukan oleh 2 orang pekerja.

Gambar 3. Pencampuran Bahan Baku Tanah Liat dan Tanah Merah

Setelah campuran tanah liat dan tanah merah merata, maka tanah tersebut dibiarkan selama satu hari dan ditutup dengan plastik berukuran besar sampai menutupi seluruh tanah tersebut dengan tujuan agar tanah dapat menyatu dengan baik.

.

(41)

Tahap III : Pengolahan dan Pencetakan

Tanah yang telah diolah dan di diamkan selama satu hari, kemudian digunakan untuk proses pencetakan. Tanah tersebut dimasukkan kedalam mesin pengolahan, maka tanah tersebut akan masuk ke tempat pencetakan. Tanah yang sudah ada didalam wadah pencetakan dipotong membentuk batu bata.

Gambar 5. Proses Pencetakan Batu Bata

Tanah IV : Penjemuran

Batu bata yang sudah dicetak, dibawa ketempat penjemuran oleh pekerja, dan disusun secara teratur agar batu bata cepat mengering. Batu bata ini di jemur sampai 2 hari jika cuaca cerah.

(42)

Tahap V : Pengangkutan ke pembakaran

Pada saat batu bata yang telah dijemur sudah mengering, maka batu bata tersebut di bawa ketempat pembakaran. Batu bata ini disusun secara rapi agar kematangannya merata dan pembakaran menggunakan kayu bakar serta minyak solar sebagai bahan bakarnya. Pembakaran ini berlangsung selama 3 hari yang dilakukan secara terus menerus. Setelah pembakaran selesai, batu bata tersebut dibiarkan sampai dingin selama ± 1 hari hingga dapat dipegang.

Gambar 7. Proses Pembakaran Batu Bata di dalam Tungku Pembakaran

Tahap VI : Pengangkutan ke dalam Truk

(43)

konsumen yang menjemput ke tempat industri berkisar antara Rp 300 – Rp 310 per buah.

Gambar 8. Batu Bata Siap untuk dipasarkan

(44)

Tabel 8. Perbandingan Tata Pengolahan Batu Bata Antara Anjuran dengan Fakta di Lapangan

No. Uraian Anjuran Keadaan di Daerah

Penelitian Keterangan

Bahan baku tanah liat dan tanah merah

2. Pengeringan Setelah dicetak, batu bata jemur 2-3 hari

Batu bata yang telah dicetak, di jemur

Bata bata yang sudah diangkut, disusun secara rapi di dalam tungku pembakaran. Lalu batu bata dibakar dengan kayu bakar.

(45)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa tata pengolahan batu bata di daerah penelitian ternyata seluruh kegiatan pekerjaan sesuai dengan tata pengolahan menurut anjuran Suwardono. Dengan demikian bahwa tata pengolahan batu bata di daerah penelitian lebih intensif, maka hipotesis I dapat diterima.

Biaya Produksi Industri Batu Bata

a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku untuk industri pengolahan batu bata adalah tanah liat dan tanah merah dengan perbandingan 2:1. Harga tanah liat yaitu antara Rp 400.000-Rp 500.000 / Dum Truk, sedangkan harga tanah merah Rp 350.000-Rp 400.000 / Dum Truk. Volume dan biaya bahan baku yang dibutuhkan dalam industri batu bata dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Volume dan Biaya Rata-Rata Bahan Baku Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Desa Tanjung Mulia Tahun 2013

No. Uraian

Volume (Truk) Biaya

Per Bakaran Per Bulan Per Bakaran Per Bulan

1. Tanah Liat 3,6 10,8 1.548.666,67 4.646.000

2. Tanah Merah 1,87 5,6 713.333,33 2.140.000

Total Biaya 5,47 16,4 2.262.000 6.786.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 2 dan 3

(46)

Proses pengolahan batu bata dalam satu bulan pada umumnya dilakukan 3 kali dalam satu bulan sehingga kebutuhan tanah liat adalah 10,8 dum truk/bulan dan tanah merah 5,6 dum truk/bulan. Maka biaya bahan baku seluruhnya adalah Rp 2.262.000 per bakaran dan Rp 6.786.000 per bulan.

b. Bahan Penunjang

Bahan penunjang industri batu bata terdiri dari kayu bakar dan bahan bakar minyak (solar). Harga kayu bakar tersebut adalah antara Rp 1.000.000-Rp 1.400.000 / truk. Sedangkan harga bahan bakar minyak (solar) adalah Rp 4.500/liter. Besarnya biaya penunjang tersebut dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Biaya Rata-Rata Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Desa Tanjung Mulia Tahun 2013

No. Uraian

Rata-Rata

Per Bakaran Per Bulan

1. Kayu Bakar 1.265.000 3.715.000

2. Bahan Bakar Minyak (Solar) 4.500 13.500

Total Biaya 1.242.833,33 3.728.500

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4 dan 5

Dari tabel 10 diatas dapat dikemukakan bahwa biaya rata-rata kayu bakar per bakaran yaitu Rp 1.265.000/truk, sedangkan pada biaya bahan bakar minyak (solar) per bakaran sebesar Rp 4.500/liter dengan biaya seluruhnya adalah Rp 1.242.883,33 setiap kali pembakaran.

(47)

satu bulan adalah Rp 13.500/liter. Dengan demikian, total biaya bahan penunjang adalah sebesar Rp 3.728.500 dalam satu bulan.

c. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam industri batu bata berasal dari tenaga kerja luar keluarga. Setiap industri memiliki tenaga kerja berkisar antar 11-15 orang. Pada proses pengolahan dan pencetakan, sampai pengangkutan akhir ke dalam truk konsumen dilakukan dengan sistem borongan yaitu biaya tenaga kerja setiap pekerjaan pembuatan batu bata dibayar sesuai jumlah batu bata yang dihasilkan dikalikan dengan upah tenaga kerja per batu bata. Tenaga kerja industri batu bata di Desa Tanjung Mulia, memiliki jam kerja ± 6 jam dengan waktu istirahat sebanyak 2 kali. Tetapi, banyak pekerja hanya istirahat sekali agar dapat memenuhi target jumlah batu bata yang di sesuaikan dengan harga per batu bata. Besar upah tenaga kerja seperti tertera dalam tabel 11 berikut.

Tabel 11. Upah Tenaga Kerja Menurut Kegiatan (Rp/Batu Bata) di Daerah Penelitian

No. Kegiatan Upah (Rp/batu bata)

1. Pengolahan dan Pencetakan Rp 38 - Rp 45

2. Pengeringan Rp 35 - Rp 45

3. Pengangkutan ke Tempat Pembakaran Rp 15 - Rp 20

4. Pembakaran Rp 10 - Rp 15

5. Pengangkutan ke Truk Rp 5 - Rp 10

(48)

Dari tabel 11 di atas dapat diketahui upah tenaga kerja pada pengolahan dan pencetakan berkisar Rp 38- Rp 45 per batu bata dalam satu kali pembakaran. Sedangkan untuk pengeringan berkisar antara Rp 35- Rp 45 per batu bata dalam satu kali pembakaran. Upah tenaga kerja untuk pengangkutan ke tempat pembakaran berkisar antara Rp 15- Rp 20/batu per bakaran. Kemudian untuk pembakaran berkisar antara Rp 10-Rp 15/batu dalam setiap pembakaran, tetapi pekerja di bagian pembakaran ini dihitung setiap hari sampai proses pembakaran selesai. Biasanya pekerja pada proses pembakaran 1-2 orang secara bergantian dan setiap saat proses pembakaran harus diperhatikan agar kematangan merata. Pada proses pengangkutan ke dalam truk, upah tenaga kerja sebesar Rp 5 - Rp10 per batu bata dalam satu kali pembakaran.

Adapun biaya dan curahan tenaga kerja dalam industri batu bata dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 12. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata di Daerah Penelitian

No Uraian

Biaya Rata-Rata

Per Bakaran Per Bulan

1. Pengolahan dan Pencetakan batu bata

1.150.566,7 3.451.700

2. Pengeringan 105.776,67 3.173.300

3. Pengangkutan ketempat pembakaran

513.700 1.541.100

4. Pembakaran 250.566,7 751.700

5. Pengangkutan akhir 149.000 447.000

Total 3.121.600 9.364.800

(49)

Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa rata-rata biaya tenaga kerja per bakaran pada tahap pengolahan dan pencetakan batu bata adalah Rp 1.150.566,7. Kemudian untuk tahap pengeringan per bakaran, biayanya

sebesar Rp 105.776,67. Pada tahap pengangkutan ke tempat pembakaran per bakaran memiliki biaya sebesar Rp 513.700. Pada tahap pembakaran, jumlah biaya per bakaran adalah sebesar Rp 250.566,7. Kemudian pada tahap pengangkutan akhir, jumlah biaya per bakaran adalah sebesar Rp 149.000. Jumlah keseluruhan rata-rata biaya tenaga kerja industri batu bata per bakaran adalah sebesar Rp 3.121.600.

Biaya tenaga kerja industri batu bata dalam satu bulan pada tahap pengolahan batu bata adalah sebesar Rp 3.451.700. Sedangkan biaya tenaga kerja dalam satu bulan pada tahap pengeringan adalah Rp 3.173.300. Pada tahap pengangkutan ke tempat pembakaran biaya tenaga kerja dalam satu bulan adalah Rp 1.541.100. Biaya tenaga kerja pada tahap pembakaran dalam satu bulan adalah sebesar Rp 751.700. Selanjutnya, biaya tenaga kerja pengangkutan akhir dalam satu bulan adalah sebesar Rp 447.000. Dengan demikian, total biaya tenaga kerja keseluruhan adalah sebesar Rp 9.364.800 dalam satu bulan.

d. Biaya Penyusutan Alat

(50)

Rumus untuk biaya penyusutan adalah :

���������������= �������������

����������������

Alat-alat tersebut memiliki biaya penyusutan, diantaranya dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

Tabel 13. Total Biaya Penyusutan Alat Industri Batu Bata di Daerah Penelitian

No Nama Alat Per Bulan Per Bakaran

1. Tungku Pembakaran 11.708.333,33 390.277,77

2. Cangkul 142.500,06 4.750,002

3. Mesin Pencetakan 15.545.833,33 518.194,44

4. Beko 1.946.041,667 64.868,05

Total 29.342.708,4 978.090,28

Sumber :Data diolah dari lampiran 10a dan 10b

(51)

e. Biaya Sewa

Industri batu bata di Desa Tanjung Mulia sebagian memiliki lahan industri sendiri dan sebagian menyewa lahan tempat industri batu bata mereka. Biaya sewa tersebut sebesar Rp10 /batu bata dalam satu kali pembakaran. Biaya sewa yang dibutuhkan dalam industri batu bata dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14. Biaya Sewa Industri Batu Bata di Daerah Penelitian

No. Uraian Rata-Rata Range

1. Per Bulan 343.000 480.000 - 1.350.000

2. Per Bakaran 114.333,33 160.000 - 450.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 8 dan 9

Dari tabel 14 di atas, dapat dilihat bahwa biaya sewa industri batu bata per

bulan memiliki biaya rata-rata sebesar Rp 343.000 dengan range adalah Rp 480.000-Rp 1.350.000, sedangkan biaya sewa rata-rata per bakaran adalah

sebesar Rp 283.000 dengan range Rp 160.000-Rp 450.000.

f. Total Biaya Produksi

(52)

Tabel 15. Total Biaya Rata-Rata Produksi Industri Batu Bata di Daerah Penelitian

No. Uraian Rata-Rata Persentase (%)

1. Bahan Baku dan Bahan Penunjang 10.514.500 49,6

2. Tenaga Kerja 9.364.800 44,17

3. Penyusutan Alat 978.090,28 4,61

4.. Biaya Sewa 343.000 1,62

Total 21.200.390,28 100

Sumber : Data Diolah di Lampiran 11

Dari tabel 15 diatas dapat dikemukakan bahwa biaya rata-rata bahan baku dan Bahan penunjang yaitu sebesar Rp 10.514.500 dengan persentase 49,6%, sedangkan pada biaya tenaga kerja sebesar Rp 9.364.800 dengan persentase 44,17%. Biaya penyusutan alat adalah sebesar Rp 978.090,28 dengan persentase 4,61%. Biaya sewa yaitu sebesar Rp 343.000 dengan persentase 1,62%. Dengan

demikian, total biaya rata-rata produksi industri batu bata adalah Rp 21.200.390,28. Sedangkan biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya bahan

baku dan biaya penunjang, selanjutnya urutan yang kedua adalah biaya tenaga kerja.

f. Pendapatan Bersih Industri Batu Bata

(53)

dengan harga jual batu bata. Pendapatan bersih industri batu bata dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16. Total Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Desa Tanjung Mulia Tahun 2013

No. Uraian Per Bakaran Per Bulan

1. Produksi (buah) 28.300 84.900

2. Harga Jual (Rp/buah) 301,67 301,67

3. Penerimaan (Rp) 8.555.333,33 25.666.000

4. Biaya Produksi (Rp) 7.066.796,76 21.200.390,28

5. Pendapatan Bersih (Rp) 1.640.100,93 4.465.609,72

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14 dan 15

Dari tabel 16 di atas, dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih industri pengolahan batu bata perbakaran Rp 1.640.100,93 atau Rp 4.465.609,72 per bulan. Bila dibandingkan dengan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sumatera Utara yaitu sebesar Rp1.305.000, maka pendapatan bersih yang diterima pengrajin batu bata cukup besar, artinya > 3 kali UMP (Upah Minimum Provinsi) Sumatera Utara. Maka hipotesis 3 yang mengatakan pendapatan industri batu bata tinggi dapat diterima.

Analisis Kelayakan Usaha

(54)

Dibawah ini dapat dilihat R/C Ratio usaha industri batu bata dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

Tabel 17. Rata-Rata R/C Ratio Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Desa Tanjung Mulia Tahun 2013

No. Uraian Rata-Rata Range

1. Penerimaan 25.666.000 13.500.000 – 40.500.000

2. Biaya Produksi 21.200.390,28 11.245.375 – 39.204.333,34

3. R/C Ratio 1,18 1,034 – 2,016

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 16

Dari tabel 17 didapat R/C Ratio adalah 1,18 . Ini berarti penerimaan lebih besar dari pada biaya produksi. Semua sampel pemilik industri batu bata di daerah penelitian memiliki nilai R/C Ratio diatas 1,0. Dengan demikian usaha industri batu bata layak untuk diusahakan.

Selanjutnya kelayakan usaha dapat dianalisis dengan Break Event Point (BEP) yaitu harga ditentukan berdasarkan titik impas (pulang pokok). Besarnya BEP produksi dan BEP harga dapat dilihat pada tabel 18 berikut :

Tabel 18. Rata-Rata BEP Produksi dan BEP Harga Industri Batu Bata di Daerah Penelitian

No. Uraian Rata-Rata Range

1. Biaya Produksi (Rp) 21.200.390,28 11.245.375 - 39.204.333,34

2. Harga Jual (Rp) 301,67 300 - 310

3. Jumlah Produksi (Buah) 84.900 45.000 - 255.000

4. BEP Produksi 70.247,92 37.484,58 - 120.136,67

5. BEP Harga 252,31 151,74 - 280,86

(55)

Dari tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa jumlah produksi batu bata berada diatas BEP produksi dan harga jual batu bata juga berada diatas BEP harga. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa produksi dan harga jual dilapangan sudah berada diatas BEP produksi dan BEP harga dan usaha industri batu bata ini layak untuk dikembangkan didaerah penelitian.

(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Teknik pengolahan batu bata di daerah penelitian melalui tahapan yaitu Penyediaan bahan baku, pengolahan dan pencetakan batu bata, pengeringan, pengangkutan ke tempat pembakaran, pembakaran, sampai batu bata diangkut ke dalam truk yang sudah siap untuk dipasarkan. Dengan demikian teknik pengolahan batu bata di daerah penelitian sudah intensif.

2. Pendapatan bersih yang diterima pengrajin industri batu bata di daerah penelitian tinggi yaitu Rp 4.465.609,72.

3. Industri batu bata layak untuk diusahakan di daerah penelitian. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C Ratio > 1. Jumlah produksi batu bata berada diatas BEP produksi dan harga jual batu bata juga berada diatas BEP harga.

Saran

1. Kepada Pemerintah

(57)

2. Kepada Pengrajin Batu Bata

Pengrajin batu bata sebaiknya memperluas cara pengolahan agar semakin efektif dan efisien, sehingga tenaga kerja yang diperlukan tidak banyak dan mengurangi biaya tenaga kerja, sehingga pendapatan yang diterima pengrajin akan semakin bertambah.

3. Kepada Peneliti Lain

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, M., 2003. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pola Tanam yang Dilakukan Petani pada Lahan Sawah. Skripsi. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Basril, Faisal., 2002, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Daniel. M, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. P.T. Bumi Aksara, Jakarta. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Pratama.

Mubyarto, 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES. Mubyarto, 2001, Pengantar Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES.

Mudrajad, Kuncoro, 2003, Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muray, Anggi Akhirta. 2011. Dampak sosio=ekonomi da ekologi kawasan industri batu bata (kasus kampung Ater dan Ciawitan desa Gorowong kecamatan Parung Panjang kabupaten Bogor, Jawa Barat). )[Skripsi]. Bogor : Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor

Prawirokusomo, S., 1990. Ilmu Usahatani. BPEE, Jakarta.

Purwanto. 2003. “Perubahan Pola Pencaharian Nafkah Masyarakat Petani di Sekitar Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur)”. [tesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Sajogyo, 1996. Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Bina Rena Pariwara, Jakarta.

Sandra. 2002. Memberdayakan Industri Kecil Berbasis Agroindustri di Pedesaan. Akatiga. Bandung

Siahaan. 1996. Pola Pengembangan Industri. Jakarta [ID]: Departemen Perindustrian.

Soekartawi, Rusmadi dan Effi Damaijati.,1993. Resiko dan ketidakpastian dalam Agribisnis. Manajemen PT Raja Grafindo, Jakarta.

Soekartawi., 1995. Pembangunan Pertanian. Manajemen PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(59)

Suwardono, 2002. Mengenal Pembuatan Bata, Genteng dan Genteng Berglasir. Yrama Widya, Bandung.

Syahruddin, 1988. Pengembangan Industri dan Perdagangan Luar Negeri. Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang.

(60)
(61)

Lampiran 2. Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata Per Bakaran

(62)

Lampiran 3. Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

Jumlah 324 139380000 168 64200000 203580000

Rata-Rata 10.8 4646000 5.6 2140000 6786000

Keterangan :

(63)

Lampiran 4. Biaya Bahan Penunjang Industri Batu Bata Per Bakaran

No

Biaya Penunjang

Biaya Kayu Bakar Biaya Bahan Bakar

Total Biaya

Jumlah 37150000 135000 37285000

Rata-Rata 1265000 4500 1242833.33

Keterangan :

(64)

Lampiran 5. Biaya Bahan Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

No

Biaya Penunjang

Biaya Kayu Bakar Biaya Bahan Bakar Total Biaya

(Rp) (Rp)

Jumlah 111450000 405000 111855000

Rata-Rata 3715000 13500 3728500

Keterangan :

(65)

Lampiran 6. Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata Per Bakaran

No

Biaya Tenaga Kerja Pengolahan

Tanah Pengeringan Pengangkutan Pembakaran

(66)

Lampiran 7. Biaya Tenaga Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

No

Biaya Tenaga Kerja Pengolahan

Tanah Pengeringan Pengangkutan Pembakaran

(67)

Lampiran 8 . Biaya Sewa Lahan Industri Batu Bata Per Bakaran

No

Biaya Sewa Lahan

Produksi/bakaran Harga Total Biaya sewa

(68)

Lampiran 9. Biaya Sewa Lahan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

No

Biaya Sewa Lahan

Produksi/Bulan Harga Biaya/Bulan

(Buah) (Rp) (Rp)

Jumlah 2547000 120 10290000

(69)

Lampiran 12. Penerimaan Industri Batu Bata Per Bakaran

No

Total Penerimaan Industri Batu Bata

Produksi/bakaran Harga Penerimaan/bakaran

(70)

Lampiran 13. Penerimaan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

No

Total Penerimaan Industri Batu Bata

Produksi/bulan Harga Penerimaan/Bulan

(71)

Lampiran 14. Pendapatan Per Bakaran Industri Batu Bata

No

Total Pendapatan Industri Batu Bata

Penerimaan/bakaran Total Biaya/Bakaran Pendapatan/bakaran

(Rp) (Rp) (Rp)

1 13500000 12013666.67 1486333.333

(72)

Lampiran 15.Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

No

Total Pendapatan Industri Batu Bata

Penerimaan/Bulan Total Biaya/Bulan Pendapatan/bulan

(Rp) (Rp) (Rp)

1 40500000 36041000 4459000

2 13500000 11245375 2254624.997

3 36000000 28932666.67 7067333.327

4 13500000 13052666.67 447333.33

5 27000000 21313500 5686500

6 19800000 18068333.34 1731666.66

21 36000000 33533500 2466500

22 16200000 14020458.34 2179541.663

23 18600000 15791833.34 2808166.663

24 21600000 18793500 2806499.997

25 27900000 23790500 4109500

26 18600000 16489333.34 2110666.66

27 16200000 13978500 2221499.997

28 14880000 11507333.33 3372666.667 29 14400000 13880666.67 519333.3333

30 22500000 20300375 2199624.997

Jumlah 769980000 636011708.4 133968291.6

(73)

Lampiran 16. R/C Ratio Industri Batu Bata dalam Satu Bulan

No Penerimaan/Bulan Total Biaya/Bulan R/C

(Rp) (Rp) (Bulan)

10 36000000 28416833.33 1.267

11 36000000 27505666.67 1.308

12 79050000 39204333.34 2.016

13 22500000 19429333.34 1.158

14 19800000 16334666.67 1.212

15 22500000 21055166.66 1.07

16 16200000 13750500 1.178

17 23250000 21916833.33 1.06

18 18000000 15313500 1.175

19 18900000 16537500 1.142

20 22500000 20285166.67 1.109

21 36000000 33533500 1.073

22 16200000 14020458.34 1.155

23 18600000 15791833.34 1.177

24 21600000 18793500 1.15

25 27900000 23790500 1.172

26 18600000 16489333.34 1.128

27 16200000 13978500 1.159

28 14400000 11507333.33 1.251

29 14400000 13880666.67 1.037

30 22500000 20300375 1.108

Jumlah 769500000 636011708.4 35.476

(74)

Lampiran 17. BEP Produksi Industri Batu Bata

No Total Biaya/Bulan Harga Jual/Buah BEP Produksi

(75)

Lampiran 18. BEP Harga Industri Batu Bata

No Total Biaya/Bulan Total Produksi BEP Harga

(76)

Lampiran 11. Biaya produksi Industri Batu Bata

8 12870000 3313500 15120000 1088333.333 1350000 33741833.33 11247277.78

9 12540000 3613500 12960000 1114166.673 1200000 31427666.67 10475888.89

10 11700000 4513500 11160000 1043333.33 28416833.33 9472277.777

11 9150000 3313500 13920000 1122166.667 27505666.67 9168555.556

12 12780000 3613500 21420000 1390833.337 39204333.34 13068111.11

13 5820000 3313500 8475000 1070833.337 750000 19429333.34 6476444.446

14 3900000 4213500 7392000 829166.67 16334666.67 5444888.89

15 7080000 3613500 8475000 1136666.663 750000 21055166.66 7018388.888

16 3510000 3313500 6102000 825000.0033 13750500 4583500.001

17 8100000 3613500 8400000 1053333.33 750000 21916833.33 7305611.11

18 4080000 3613500 6780000 840000.0033 15313500 5104500.001

19 4650000 3313500 7119000 825000.0033 630000 16537500 5512500.001

20 6450000 4213500 7800000 1071666.67 750000 20285166.67 6761722.223

21 14250000 4213500 14040000 1030000 33533500 11177833.33

22 3540000 3313500 6318000 848958.3367 14020458.34 4673486.112

23 4740000 3613500 6360000 1078333.337 15791833.34 5263944.446

24 7020000 3313500 6660000 1080000.003 720000 18793500 6264500.001

25 7800000 3313500 10710000 1067000 900000 23790500 7930166.667

26 5400000 3313500 6780000 995833.34 16489333.34 5496444.447

27 3900000 3313500 5940000 825000.0033 13978500 4659500.001

28 3900000 3613500 3168000 825833.3333 11507333.33 3835777.778

29 4050000 3313500 5328000 709166.6667 480000 13880666.67 4626888.889

30 6450000 3613500 9150000 1086875.003 20300375 6766791.668

Gambar

Gambar
Tabel 1. Industri Rumah Tangga di Kecamatan Pagar Merbau 2010
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Tabel 2. Jumlah Kilang Batu Bata per Kecamatan Kabupaten Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pekerja dengan kejadian kecacingan Soil Transmitted Helminths (STH) pada pekerja pembuat batu

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi zat besi dan status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu-bata di Kecamatan Pagar

Diantara pelaku industri pengolahan batu bata di Gampong Ulee Pulo Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Desa ini memiliki industri pengolahan batu bata yang

Berdasarkan hal ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara faktor-faktor fisik rumah yang terdiri dari ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai,

menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pekerja dengan Kejadian Kecacingan Soil Transmitted Helminths pada Pekerja Pembuat Batu Bata di

Pagar Merbau , penduduk Desa Sidodadi Batu 8 juga berasal dari berbagai daerah yang

[r]

Dapat disimpulkan bahwa batu bata merupakan merupakan hasil produksi tangan manusia yang dibuat dari tanah liat dengan proses yang panjang misal adanya menggali, mengolah, mencetak,